1. Pusat Data dan
Informasi Pertanian
Departemen Pertanian
Volume 5, Nomor 4, Desember 2006
ISSN : 1412 - 4343
PDB Sektor Pertanian
Buletin
Dari Redaksi
Pembaca Yth.,
Buletin PDB Sektor Pertanian kali ini memberikan informasi tentang perekonomian Indonesia
berdasarkan PDB, khususnya PDB sektor pertanian selama triwulan III tahun 2006.
Berdasarkan pencapaian PDB tersebut dapat diketahui perkembangan kinerja sektor pertanian
yang selama ini masih sangat rentan terhadap faktor musiman.
Kritik dan saran sangat diharapkan bagi perbaikan buletin ini di masa mendatang. Semoga
buletin ini bermanfaat !
P
Daftar Isi
Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006 2
Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2006 3
Kontribusi PDB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun
2006 4
Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006 5
Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006
6
Sumber : Badan Pusat Statistik
Kerangan : **) Angka sangat sementara
***) Angka sangat sangat sementara
Gambar 1. PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
2000, Th. 2005 - 2006
2. B u l e t i n P D B S e k t o r P e r t a n i a n diterbitkan 4 (empat) kali dalam setahun
(Triwulanan) oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian. Pengarah/Penanggung Jawab : Dr. Ir. Edi
Abdurachman, MS; Penyunting : Ir. Yasid Taufik, MM; Penyunting Pelaksana : Ir. Leli Nuryati,
MSc., Puji Nantoro, SSi. MM; Penyusun : Ir. Anna A. Susanti, MSi; Alamat Redaksi : Pusat Data
dan Informasi Pertanian, Jl. Harsono RM No. 3 Gedung D Lantai IV Jakarta Selatan 12550, Telp.
(021) 7807601, Fax. (021) 7807601, Email : anna@deptan.go.id, Homepage: http://www.deptan.go.id
ada triwulan III tahun 2006 kinerja sektor pertanian me-nunjukkan peningkatan
yang cukup menggembira-kan. Hal ini tercermin dari peningkatan nilai PDB baik
secara rii maupun nominal. Jika pada triwulan II tahun 2006 sektor pertanian
mencatat PDB riil berdasarkan harga konstan tahun 2000 sebesar Rp. 67,60
triliun, maka pada triwulan III tahun 2006 naik menjadi Rp. 71,22 triliun atau
setara dengan pertumbuh-an positif 5,36 persen (Gambar 1). Dibanding-kan
periode yang sama tahun 2005 juga terjadi kenaikan, yaitu sebesar 2,27 persen.
Beberapa sub sektor pendukung pertanian juga mengalami peningkatan, dengan
pertumbuhan tertinggi terjadi di sub sektor perkebunan sebesar 36,44 persen.
Namun demikian sub sektor tanaman bahan makanan menunjukkan penurunan
kinerja dengan persentase pertumbuhan negatif 3,28 persen.
Secara nominal juga terjadi peningkatan PDB pertanian dari Rp. 105,26 triliun
(triwulan II tahun 2006) menjadi Rp. 118,02 triliun.
Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun
2006
Sumber : Badan Pusat Statistik
Keterangan : **) Angka sangat sementara
***) Angka sangat sangat sementara
Tabel 1. PDB Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah),
3. 2005-2006
Pada triwulan III tahun 2006 Indonesia mencatat perbaikan di bidang ekonomi. Hal ini
dinyatakan dengan pencapaian PDB yang secara nominal tercatat sebesar Rp. 854,58 triliun.
Nilai tersebut berasal dari sumbangan sektor pertanian (Rp. 118,02 triliun), sektor
pertambangan dan penggalian (Rp. 81,57 triliun), sektor industri pengolahan (Rp. 246,85
triliun), sektor listrik, gas, dan air bersih (Rp. 7,14 triliun), sektor bangunan (Rp. 54,38
triliun), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (Rp. 130,38 triliun), sektor pengangkutan
dan komunikasi (Rp. 58,84 trilliun), sektor keuangan (Rp. 68,07 triliun), dan sektor jasa (Rp.
89,32 triliun). Total PDB untuk sektor non pertanian mencapai Rp. 736,55 triliun, sedangkan
total PDB tanpa migas sebesar Rp. 757,87 triliun. Jika dibandingkan dengan triwulan I tahun
2006 secara nominal terjadi kenaikan PDB Indonesia sebesar Rp. 54,56 triliun, sedangkan jika
dibandingkan triwulan II tahun 2005 PDB Indonesia naik Rp. 151,10 triliun (Tabel 1).
Untuk sektor pertanian (termasuk sub sektor kehutanan dan perikanan), pada triwulan III
tahun 2006 terjadi peningkatan nilai tambah bruto dari Rp. 105,26 triliun (triwulan II 2006)
menjadi Rp. 118,02 triliun. Pencapaian PDB nominal masing-masing sub sektor pendukung
pertanian adalah sebagai berikut: sub sektor tanaman bahan makanan Rp. 53,65 triliun, sub
sektor perkebunan Rp. 25,22 triliun, sub sektor peternakan Rp. 12,70 triliun, sub sektor
kehutanan Rp. 7,44 triliun, dan sub sektor perikanan Rp. 19,02 triliun.
Sementara itu sektor pertanian dalam arti sempit (hanya mencakup sub sektor tanaman
bahan makanan, perkebunan dan peternakan) berhasil mencapai PDB sebesar Rp. 91,57
triliun atau naik Rp. 10,05 triliun dibandingkan PDB triwulan II tahun 2006 yang senilai Rp.
81,52 triliun. Secara nominal kenaikan terjadi pada ketiga sub sektor tersebut dengan
kenaikan absolut tertinggi pada sub sektor perkebunan hingga sebesar Rp. 8,14 triliun.
Kenaikan tersebut tampaknya dipengaruhi oleh ekspor komoditas perkebunan unggulan yaitu
kelapa sawit dan karet. Sub sektor tanaman bahan makanan dan peternakan juga mengalami
kenaikan masing-masing sebesar Rp. 0,67 triliun dan Rp. 1,23 triliun. Demikian juga
dibandingkan dengan triwulan II tahun 2005 terjadi kenaikan PDB pada semua sub sektor
pertanian.
4. Tabel 2. Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia (%),
2005-2006
Perlu diperhatikan bahwa meskipun nilai nominal PDB setiap sub sektor meningkat,
peningkatannya bukanlah semata-mata disebabkan oleh peningkatan produksi, tetapi juga
karena adanya pengaruh perubahan harga. Peningkatan kinerja setiap sub sektor melalui
peningkatan produksi hanya dapat dinilai dari PDB riil.
Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun
2006
Dari PDB atas dasar harga berlaku dapat diketahui kontribusi setiap sektor perekonomian
terhadap total PDB Indonesia. Sebagaimana periode sebelumnya, sektor industri pengolahan
masih tetap menempati peringkat pertama dalam penciptaan nilai tambah bruto dengan
kontribusi sebesar 28,89 persen. Sektor tersebut terutama didominasi oleh kelompok industri
tanpa migas seperti makanan, minuman, tembakau, tekstil, pupuk, bahan kimia, dan alat-
alat/mesin, dengan total kontribusi mencapai 22,83 persen terhadap PDB Indonesia.
Peringkat kedua ditempati oleh sub sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan
kontribusi 15,26 persen. Dukungan dari kelompok perdagangan besar dan eceran mencapai
12,00 persen terhadap total PDB Indonesia.
Sementara itu sektor pertanian berada pada posisi ketiga dengan kontribusi 13,81 persen.
Persentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi pada triwulan II tahun 2006 yang
sebesar 13,16 persen. Hal ini disebabkan oleh semakin menguatnya peranan sub sektor
perkebunan. Namun demikian kontribusi tersebut lebih rendah dibandingkan kontribusi pada
triwulan III tahun 2005 (14,28 persen).
Di sektor pertanian, sub sektor tanaman bahan makanan memberikan kon-tribusi sebesar
6,28 persen terhadap PDB Indonesia. Kontribusi sub sektor lainnya kurang dari 5 persen,
masing-masing sebagai berikut: sub sektor perkebunan 2,95 persen, sub sektor peternakan
1,49 persen, sub sektor kehutanan 0,87 persen, dan sub sektor perikanan 2,23 persen (Tabel
2).
5. Jika dibandingkan triwulan II tahun 2006 peranan beberapa sub sektor pertanian umumnya
naik, kecuali sub sektor tanaman bahan makanan dan kehutanan, sedangkan jika
dibandingkan triwulan III tahun 2005 peranan sub sektor tanaman bahan makanan,
perkebunan, dan peternakan justru turun. Hal ini perlu dicermati secara khusus karena ketiga
sub sektor tersebut adalah pendukung sektor pertanian dalam arti sempit dan penurunan
peranan pada musim yang cenderung sama antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan
belum optimal-nya peranan sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia.
Tabel 3. Kontribusi Sub Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian (%),
2005-2006
Gambar 2. Kontribusi Sub Sektor Pendukung Pertanian terhadap PDB
Sektor Pertanian, 2006
Kontribusi PDB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian Triwulan III
Tahun 2006
Pada triwulan III tahun 2006 sub sektor tanaman bahan makanan memegang peranan
terbesar dalam pembentukan PDB sektor pertanian dengan kontribusi mencapai 45,46
persen. Persentase tersebut turun terhadap triwulan II tahun 2006 yang sebesar 50,33
persen (Gambar 2). Dengan menurunnya peranan sub sektor tanaman bahan makanan maka
terjadi pergeseran peranan ke sub sektor lain, terutama perkebunan dan perikanan.
6. Sub sektor perkebunan yang pada triwulan II 2006 memberikan kontribusi sebesar 16,22
persen, meningkat cukup besar peranannya menjadi 21,37 persen. Kontribusi sub sektor
perikanan terhadap PDB pertanian juga naik dari 15,70 persen menjadi 16,12 persen.
Sebaliknya, kontribusi sub sektor peternakan turun dari 10,90 persen menjadi 10,76 persen.
Hal yang sama juga terjadi pada sub sektor kehutanan yang turun dari 6,86 persen menjadi
6,30 persen.
Jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2005 komposisi peranan PDB setiap sub sektor
pertanian tidak mengalami perubahan. Sub sektor tanaman bahan makanan di posisi
pertama, diikuti perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan (Tabel 3).
Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006
Kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2006 secara riil ditunjukkan oleh
nilai PDB atas dasar harga konstan 2000 yang berhasil mencapai Rp. 473,05 triliun (Tabel 4).
Jika dibandingkan triwulan I tahun 2006 yang sebesar Rp. 457,08 triliun, nilai riil tersebut
naik 3,49 persen yang didukung oleh adanya perbaikan kinerja semua lapangan usaha.
Pertumbuhan positif tertinggi dicapai oleh sektor pertanian sebesar 5,36 persen, diikuti oleh
sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 5,29 persen, sedangkan sektor-sektor
lainnya tumbuh kurang dari 5 persen.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2005, total PDB Indonesia mengalami
pertumbuhan sebesar 5,52 persen, dimana sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami
peningkatan PDB tertinggi hingga 13,50 persen. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh
peningkatan kinerja sub sektor komunikasi. Sektor pertanian juga mengalami peningkatan
meskipun tidak terlalu signifikan, yaitu sebesar 2,27 persen.
Secara umum pada triwulan III tahun 2006 sektor-sektor non migas berhasil memperbaiki
kinerjanya melalui peningkatan nilai tambah bruto, sedangkan sektor migas justru cenderung
menurun.
Tabel 4. PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rp.) dan Laju
Pertumbuhan (%),
2005 - 2006
7. Di sektor pertanian secara luas, PDB riil triwulan III tahun 2006 tercatat sebesar Rp. 71,22
triliun atau tumbuh 5,36 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi
dialami oleh sub sektor perkebunan sebesar 36,44 persen, yaitu dari Rp. 11,15 triliun pada
triwulan II tahun 2006 menjadi Rp. 15,21 triliun. Sub sektor perikanan juga mencatat
pertumbuhan positif dari Rp. 10,03 triliun (triwulan II 2006) menjadi Rp. 10,70 triliun atau
setara dengan pertumbuhan positif 6,76 persen. Demikian pula dengan kinerja sub sektor
peternakan yang berhasil naik 3,09 persen.
Sebaliknya, sub sektor tanaman bahan makanan belum berhasil mencapai kinerja
maksimumnya. Bahkan pada triwulan III 2006 ini terjadi penurunan nilai tambah bruto
sebesar 3,28 persen, yaitu dari Rp. 33,70 triliun menjadi Rp. 32,60 triliun. Hal ini antara lain
disebabkan oleh faktor musiman dan kekeringan yang melanda beberapa daerah sentra
produksi tanaman pangan.
Tabel 5. Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga Sektor Pertanian,
2006
Perkembangan kinerja sektor pertanian tanpa pengaruh faktor musiman dapat diketahui
dengan membandingkan nilai PDB triwulan III tahun 2006 dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Jika dibandingkan triwulan III tahun 2005 sebagian besar sub sektor pertanian
8. menunjukkan peningkatan kinerja yang menyebabkan peningkatan total nilai tambah bruto
dari Rp. 69,64 triliun menjadi Rp. 71,22 triliun atau setara dengan pertumbuhan positif 2,27
persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sub sektor perikanan sebesar 5,57 persen, diikuti
oleh sub sektor perkebunan sebesar 4,30 persen, sub sektor peternakan 2,78 persen, sub
sektor tanaman bahan makanan 0,94 persen, sedangkan sub sektor kehutanan turun 3,26
persen.
Secara kumulatif kinerja sektor pertanian dalam arti sempit mencapai Rp. 56,25 triliun atau
mengalami pertumbuhan sebesar 2,10 persen terhadap triwulan III tahun 2006
Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga Sektor Pertanian Triwulan III
Tahun 2006
Dari perhitungan PDB dapat diturunkan indeks harga yang disebut sebagai PDB deflator atau
indeks implisit dengan cara membandingkan PDB atas dasar harga berlaku dan PDB atas
dasar harga konstan. Indeks implisit dapat menggambarkan perubahan harga di tingkat
produsen yang mencakup perubahan harga barang dan jasa. Pertumbuhan indeks implisit
terhadap periode sebelumnya merupakan inflasi/deflasi harga produsen setiap sektor/sub
sektor pada periode yang bersangkutan.
Secara umum harga barang dan jasa baik di sektor pertanian maupun di sektor non pertanian
cenderung naik dengan tingkat inflasi mencapai 3,21 persen, kecuali untuk sektor listrik, gas,
air bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Indeks implisit tertinggi pada triwulan
III tahun 2006 dicapai oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 228,02 yang
menunjukkan bahwa kenaikan harga di sektor ini mencapai 128,02 persen terhadap harga
pada tahun dasar 2000. Namun jika dibandingkan triwulan II tahun 2006, sub sektor tersebut
mengalami penurunan harga/deflasi sebesar 0,68 persen.
Indeks implisit untuk sektor pertanian pada triwulan III tahun 2006 sebesar 165,71. Hal ini
mengindikasikan adanya kenaikan harga 65,71 persen dibandingkan tahun 2000 (Tabel 5).
Kenaikan harga
9. Gambar 3. Perkembangan Indeks Implisit Sektor Pertanian, 2003-2006
terjadi pada seluruh sub sektor dimana harga komoditas perkebunan dan kehutanan naik
cukup tinggi masing-masing sebesar 8,25 persen dan 9,49 persen.
Komoditas tanaman bahan makanan memiliki pola indeks implisit yang hampir menyerupai
sektor pertanian tetapi dengan persentase indeks yang relatif lebih tinggi (Gambar 3). Secara
umum harga komoditas tanaman bahan makanan cenderung naik meskipun terdapat
penurunan pada setiap triwulan II. Untuk periode triwulan III tahun 2006 sub sektor
tanaman bahan makanan mencapai indeks implisit 164,58 dan mengalami inflasi terhadap
triwulan sebelumnya sebesar 4,70 persen.
Sementara itu harga pada komoditas perkebunan cenderung meningkat. Beberapa komoditas
seperti karet dan kelapa sawit tetap stabil harganya dan menjadi andalan ekspor sub sektor
perkebunan. Indeks implisit untuk sub sektor perkebunan sebesar 165,80. Dengan indeks
tersebut, komoditas perkebunan rata-rata mengalami inflasi sebesar 8,25 persen terhadap
triwulan II tahun 2006.
Indeks implisit untuk sub sektor peternakan selama tahun 2003-2006 umumnya stabil
dibandingkan sub sektor lainnya, tanpa adanya lonjakan harga yang sangat fluktuatif.
Menginjak tahun 2006 terjadi kenaikan harga yang cukup besar. Beberapa penyakit pada
ternak disinyalir berpengaruh terhadap pergerakan harga ternak dan hasil-hasilnya, seperti
daging sapi, daging ayam, dan sebagainya. Pada triwulan III tahun 2006 indeks implisit sub
sektor peternakan sebesar 150,44. Jika dibandingkan dengan indeks pada triwulan II tahun
2006 yang sebesar 140,05 maka telah terjadi inflasi pada sub sektor peternakan sebesar
7,41 persen.
10. Harga komoditas sub sektor kehutanan untuk triwulan III tahun 2006 mengalami lonjakan
yang sangat tajam dengan indeks implisit mencapai 174,22. Artinya, harga komoditas
kehutanan rata-rata naik 74,22 persen dibandingkan tahun dasar 2000. Jika dibandingkan
indeks triwulan II tahun 2006 yang sebesar 159,12, maka terjadi inflasi atas barang dan jasa
di sub sektor kehutanan sebesar 9,49 persen.
Untuk sub sektor perikanan, indeks implisitnya juga menunjukkan kecenderungan naik
sepanjang tahun dengan indeks pada triwulan III tahun 2006 sebesar 177,67. Indeks
tersebut naik dibandingkan triwulan II tahun 2006 yang menyebabkan terjadinya inflasi
sebesar 7,84 persen.
Jika dilakukan perbandingan antara laju pertumbuhan produksi berdasarkan PDB riil (atas
dasar harga konstan 2000) dengan laju pertumbuhan harga produsen berdasarkan indeks
implisit, pada triwulan III tahun 2006 sektor pertanian memiliki tingkat pertumbuhan produksi
(output) yang lebih rendah daripada tingkat inflasi, meskipun hal ini tidak didukung oleh
seluruh sub sektor pertanian. Dengan demikian pencapaian output di sektor pertanian untuk
triwulan III tahun 2006 telah cukup optimal, kecuali untuk sub sektor tanaman bahan
makanan yang sebenarnya masih mampu meningkatkan kinerjanya melalui peningkatan
produksi.
1
Buletin PDB Sektor Pertanian