SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 10
Pusat Data dan
Informasi Pertanian
Departemen Pertanian

Volume 5, Nomor 4, Desember 2006
ISSN : 1412 - 4343


PDB Sektor Pertanian
Buletin
  Dari Redaksi


  Pembaca Yth.,

  Buletin PDB Sektor Pertanian kali ini memberikan informasi tentang perekonomian Indonesia
  berdasarkan PDB, khususnya PDB sektor pertanian selama triwulan III tahun 2006.

  Berdasarkan pencapaian PDB tersebut dapat diketahui perkembangan kinerja sektor pertanian
  yang selama ini masih sangat rentan terhadap faktor musiman.

  Kritik dan saran sangat diharapkan bagi perbaikan buletin ini di masa mendatang. Semoga
  buletin ini bermanfaat !




P
Daftar Isi
Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006          2
Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2006        3
Kontribusi PDB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun
2006         4
Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006          5
Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006
6

Sumber : Badan Pusat Statistik
Kerangan : **) Angka sangat sementara
          ***) Angka sangat sangat sementara
              Gambar 1. PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
              2000, Th. 2005 - 2006
B u l e t i n P D B S e k t o r P e r t a n i a n diterbitkan 4 (empat) kali dalam setahun
(Triwulanan) oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian. Pengarah/Penanggung Jawab : Dr. Ir. Edi
Abdurachman, MS; Penyunting : Ir. Yasid Taufik, MM; Penyunting Pelaksana : Ir. Leli Nuryati,
MSc., Puji Nantoro, SSi. MM; Penyusun : Ir. Anna A. Susanti, MSi; Alamat Redaksi : Pusat Data
dan Informasi Pertanian, Jl. Harsono RM No. 3 Gedung D Lantai IV Jakarta Selatan 12550, Telp.
(021) 7807601, Fax. (021) 7807601, Email : anna@deptan.go.id, Homepage: http://www.deptan.go.id

ada triwulan III tahun 2006 kinerja sektor pertanian me-nunjukkan peningkatan
yang cukup menggembira-kan. Hal ini tercermin dari peningkatan nilai PDB baik
secara rii maupun nominal. Jika pada triwulan II tahun 2006 sektor pertanian
mencatat PDB riil berdasarkan harga konstan tahun 2000 sebesar Rp. 67,60
triliun, maka pada triwulan III tahun 2006 naik menjadi Rp. 71,22 triliun atau
setara dengan pertumbuh-an positif 5,36 persen (Gambar 1). Dibanding-kan
periode yang sama tahun 2005 juga terjadi kenaikan, yaitu sebesar 2,27 persen.
Beberapa sub sektor pendukung pertanian juga mengalami peningkatan, dengan
pertumbuhan tertinggi terjadi di sub sektor perkebunan sebesar 36,44 persen.
Namun demikian sub sektor tanaman bahan makanan menunjukkan penurunan
kinerja dengan persentase pertumbuhan negatif 3,28 persen.
Secara nominal juga terjadi peningkatan PDB pertanian dari Rp. 105,26 triliun
(triwulan II tahun 2006) menjadi Rp. 118,02 triliun.

Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun
2006

Sumber     : Badan Pusat Statistik
Keterangan : **) Angka sangat sementara
            ***) Angka sangat sangat sementara
          Tabel 1.           PDB Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah),
2005-2006
Pada triwulan III tahun 2006 Indonesia mencatat perbaikan di bidang ekonomi. Hal ini
dinyatakan dengan pencapaian PDB yang secara nominal tercatat sebesar Rp. 854,58 triliun.
Nilai tersebut berasal dari sumbangan sektor pertanian (Rp. 118,02 triliun), sektor
pertambangan dan penggalian (Rp. 81,57 triliun), sektor industri pengolahan (Rp. 246,85
triliun), sektor listrik, gas, dan air bersih (Rp. 7,14 triliun), sektor bangunan (Rp. 54,38
triliun), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (Rp. 130,38 triliun), sektor pengangkutan
dan komunikasi (Rp. 58,84 trilliun), sektor keuangan (Rp. 68,07 triliun), dan sektor jasa (Rp.
89,32 triliun). Total PDB untuk sektor non pertanian mencapai Rp. 736,55 triliun, sedangkan
total PDB tanpa migas sebesar Rp. 757,87 triliun. Jika dibandingkan dengan triwulan I tahun
2006 secara nominal terjadi kenaikan PDB Indonesia sebesar Rp. 54,56 triliun, sedangkan jika
dibandingkan triwulan II tahun 2005 PDB Indonesia naik Rp. 151,10 triliun (Tabel 1).

Untuk sektor pertanian (termasuk sub sektor kehutanan dan perikanan), pada triwulan III
tahun 2006 terjadi peningkatan nilai tambah bruto dari Rp. 105,26 triliun (triwulan II 2006)
menjadi Rp. 118,02 triliun. Pencapaian PDB nominal masing-masing sub sektor pendukung
pertanian adalah sebagai berikut: sub sektor tanaman bahan makanan Rp. 53,65 triliun, sub
sektor perkebunan Rp. 25,22 triliun, sub sektor peternakan Rp. 12,70 triliun, sub sektor
kehutanan Rp. 7,44 triliun, dan sub sektor perikanan Rp. 19,02 triliun.

Sementara itu sektor pertanian dalam arti sempit (hanya mencakup sub sektor tanaman
bahan makanan, perkebunan dan peternakan) berhasil mencapai PDB sebesar Rp. 91,57
triliun atau naik Rp. 10,05 triliun dibandingkan PDB triwulan II tahun 2006 yang senilai Rp.
81,52 triliun. Secara nominal kenaikan terjadi pada ketiga sub sektor tersebut dengan
kenaikan absolut tertinggi pada sub sektor perkebunan hingga sebesar Rp. 8,14 triliun.
Kenaikan tersebut tampaknya dipengaruhi oleh ekspor komoditas perkebunan unggulan yaitu
kelapa sawit dan karet. Sub sektor tanaman bahan makanan dan peternakan juga mengalami
kenaikan masing-masing sebesar Rp. 0,67 triliun dan Rp. 1,23 triliun. Demikian juga
dibandingkan dengan triwulan II tahun 2005 terjadi kenaikan PDB pada semua sub sektor
pertanian.
Tabel 2.       Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia (%),




        2005-2006
Perlu diperhatikan bahwa meskipun nilai nominal PDB setiap sub sektor meningkat,
peningkatannya bukanlah semata-mata disebabkan oleh peningkatan produksi, tetapi juga
karena adanya pengaruh perubahan harga. Peningkatan kinerja setiap sub sektor melalui
peningkatan produksi hanya dapat dinilai dari PDB riil.


Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun
2006


Dari PDB atas dasar harga berlaku dapat diketahui kontribusi setiap sektor perekonomian
terhadap total PDB Indonesia. Sebagaimana periode sebelumnya, sektor industri pengolahan
masih tetap menempati peringkat pertama dalam penciptaan nilai tambah bruto dengan
kontribusi sebesar 28,89 persen. Sektor tersebut terutama didominasi oleh kelompok industri
tanpa migas seperti makanan, minuman, tembakau, tekstil, pupuk, bahan kimia, dan alat-
alat/mesin, dengan total kontribusi mencapai 22,83 persen terhadap PDB Indonesia.

Peringkat kedua ditempati oleh sub sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan
kontribusi 15,26 persen. Dukungan dari kelompok perdagangan besar dan eceran mencapai
12,00 persen terhadap total PDB Indonesia.

Sementara itu sektor pertanian berada pada posisi ketiga dengan kontribusi 13,81 persen.
Persentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi pada triwulan II tahun 2006 yang
sebesar 13,16 persen. Hal ini disebabkan oleh semakin menguatnya peranan sub sektor
perkebunan. Namun demikian kontribusi tersebut lebih rendah dibandingkan kontribusi pada
triwulan III tahun 2005 (14,28 persen).

Di sektor pertanian, sub sektor tanaman bahan makanan memberikan kon-tribusi sebesar
6,28 persen terhadap PDB Indonesia. Kontribusi sub sektor lainnya kurang dari 5 persen,
masing-masing sebagai berikut: sub sektor perkebunan 2,95 persen, sub sektor peternakan
1,49 persen, sub sektor kehutanan 0,87 persen, dan sub sektor perikanan 2,23 persen (Tabel
2).
Jika dibandingkan triwulan II tahun 2006 peranan beberapa sub sektor pertanian umumnya
naik, kecuali sub sektor tanaman bahan makanan dan kehutanan, sedangkan jika
dibandingkan triwulan III tahun 2005 peranan sub sektor tanaman bahan makanan,
perkebunan, dan peternakan justru turun. Hal ini perlu dicermati secara khusus karena ketiga
sub sektor tersebut adalah pendukung sektor pertanian dalam arti sempit dan penurunan
peranan pada musim yang cenderung sama antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan
belum optimal-nya peranan sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia.
         Tabel 3.       Kontribusi Sub Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian (%),
         2005-2006




           Gambar 2.        Kontribusi Sub Sektor Pendukung Pertanian terhadap PDB
           Sektor Pertanian, 2006




Kontribusi PDB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian Triwulan III
Tahun 2006


Pada triwulan III tahun 2006 sub sektor tanaman bahan makanan memegang peranan
terbesar dalam pembentukan PDB sektor pertanian dengan kontribusi mencapai 45,46
persen. Persentase tersebut turun terhadap triwulan II tahun 2006 yang sebesar 50,33
persen (Gambar 2). Dengan menurunnya peranan sub sektor tanaman bahan makanan maka
terjadi pergeseran peranan ke sub sektor lain, terutama perkebunan dan perikanan.
Sub sektor perkebunan yang pada triwulan II 2006 memberikan kontribusi sebesar 16,22
persen, meningkat cukup besar peranannya menjadi 21,37 persen. Kontribusi sub sektor
perikanan terhadap PDB pertanian juga naik dari 15,70 persen menjadi 16,12 persen.
Sebaliknya, kontribusi sub sektor peternakan turun dari 10,90 persen menjadi 10,76 persen.
Hal yang sama juga terjadi pada sub sektor kehutanan yang turun dari 6,86 persen menjadi
6,30 persen.

Jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2005 komposisi peranan PDB setiap sub sektor
pertanian tidak mengalami perubahan. Sub sektor tanaman bahan makanan di posisi
pertama, diikuti perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan (Tabel 3).



Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006

Kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2006 secara riil ditunjukkan oleh
nilai PDB atas dasar harga konstan 2000 yang berhasil mencapai Rp. 473,05 triliun (Tabel 4).
Jika dibandingkan triwulan I tahun 2006 yang sebesar Rp. 457,08 triliun, nilai riil tersebut
naik 3,49 persen yang didukung oleh adanya perbaikan kinerja semua lapangan usaha.
Pertumbuhan positif tertinggi dicapai oleh sektor pertanian sebesar 5,36 persen, diikuti oleh
sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 5,29 persen, sedangkan sektor-sektor
lainnya tumbuh kurang dari 5 persen.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2005, total PDB Indonesia mengalami
pertumbuhan sebesar 5,52 persen, dimana sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami
peningkatan PDB tertinggi hingga 13,50 persen. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh
peningkatan kinerja sub sektor komunikasi. Sektor pertanian juga mengalami peningkatan
meskipun tidak terlalu signifikan, yaitu sebesar 2,27 persen.

Secara umum pada triwulan III tahun 2006 sektor-sektor non migas berhasil memperbaiki
kinerjanya melalui peningkatan nilai tambah bruto, sedangkan sektor migas justru cenderung
menurun.

        Tabel 4.      PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rp.) dan Laju
        Pertumbuhan (%),
        2005 - 2006
Di sektor pertanian secara luas, PDB riil triwulan III tahun 2006 tercatat sebesar Rp. 71,22
triliun atau tumbuh 5,36 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi
dialami oleh sub sektor perkebunan sebesar 36,44 persen, yaitu dari Rp. 11,15 triliun pada
triwulan II tahun 2006 menjadi Rp. 15,21 triliun. Sub sektor perikanan juga mencatat
pertumbuhan positif dari Rp. 10,03 triliun (triwulan II 2006) menjadi Rp. 10,70 triliun atau
setara dengan pertumbuhan positif 6,76 persen. Demikian pula dengan kinerja sub sektor
peternakan yang berhasil naik 3,09 persen.

Sebaliknya, sub sektor tanaman bahan makanan belum berhasil mencapai kinerja
maksimumnya. Bahkan pada triwulan III 2006 ini terjadi penurunan nilai tambah bruto
sebesar 3,28 persen, yaitu dari Rp. 33,70 triliun menjadi Rp. 32,60 triliun. Hal ini antara lain
disebabkan oleh faktor musiman dan kekeringan yang melanda beberapa daerah sentra
produksi tanaman pangan.
          Tabel 5.        Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga Sektor Pertanian,




         2006
Perkembangan kinerja sektor pertanian tanpa pengaruh faktor musiman dapat diketahui
dengan membandingkan nilai PDB triwulan III tahun 2006 dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Jika dibandingkan triwulan III tahun 2005 sebagian besar sub sektor pertanian
menunjukkan peningkatan kinerja yang menyebabkan peningkatan total nilai tambah bruto
dari Rp. 69,64 triliun menjadi Rp. 71,22 triliun atau setara dengan pertumbuhan positif 2,27
persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sub sektor perikanan sebesar 5,57 persen, diikuti
oleh sub sektor perkebunan sebesar 4,30 persen, sub sektor peternakan 2,78 persen, sub
sektor tanaman bahan makanan 0,94 persen, sedangkan sub sektor kehutanan turun 3,26
persen.

Secara kumulatif kinerja sektor pertanian dalam arti sempit mencapai Rp. 56,25 triliun atau
mengalami pertumbuhan sebesar 2,10 persen terhadap triwulan III tahun 2006

Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga Sektor Pertanian Triwulan III
Tahun 2006


Dari perhitungan PDB dapat diturunkan indeks harga yang disebut sebagai PDB deflator atau
indeks implisit dengan cara membandingkan PDB atas dasar harga berlaku dan PDB atas
dasar harga konstan. Indeks implisit dapat menggambarkan perubahan harga di tingkat
produsen yang mencakup perubahan harga barang dan jasa. Pertumbuhan indeks implisit
terhadap periode sebelumnya merupakan inflasi/deflasi harga produsen setiap sektor/sub
sektor pada periode yang bersangkutan.

Secara umum harga barang dan jasa baik di sektor pertanian maupun di sektor non pertanian
cenderung naik dengan tingkat inflasi mencapai 3,21 persen, kecuali untuk sektor listrik, gas,
air bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Indeks implisit tertinggi pada triwulan
III tahun 2006 dicapai oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 228,02 yang
menunjukkan bahwa kenaikan harga di sektor ini mencapai 128,02 persen terhadap harga
pada tahun dasar 2000. Namun jika dibandingkan triwulan II tahun 2006, sub sektor tersebut
mengalami penurunan harga/deflasi sebesar 0,68 persen.

Indeks implisit untuk sektor pertanian pada triwulan III tahun 2006 sebesar 165,71. Hal ini
mengindikasikan adanya kenaikan harga 65,71 persen dibandingkan tahun 2000 (Tabel 5).
Kenaikan harga
Gambar 3. Perkembangan Indeks Implisit Sektor Pertanian, 2003-2006




terjadi pada seluruh sub sektor dimana harga komoditas perkebunan dan kehutanan naik
cukup tinggi masing-masing sebesar 8,25 persen dan 9,49 persen.

Komoditas tanaman bahan makanan memiliki pola indeks implisit yang hampir menyerupai
sektor pertanian tetapi dengan persentase indeks yang relatif lebih tinggi (Gambar 3). Secara
umum harga komoditas tanaman bahan makanan cenderung naik meskipun terdapat
penurunan pada setiap triwulan II. Untuk periode triwulan III tahun 2006 sub sektor
tanaman bahan makanan mencapai indeks implisit 164,58 dan mengalami inflasi terhadap
triwulan sebelumnya sebesar 4,70 persen.

Sementara itu harga pada komoditas perkebunan cenderung meningkat. Beberapa komoditas
seperti karet dan kelapa sawit tetap stabil harganya dan menjadi andalan ekspor sub sektor
perkebunan. Indeks implisit untuk sub sektor perkebunan sebesar 165,80. Dengan indeks
tersebut, komoditas perkebunan rata-rata mengalami inflasi sebesar 8,25 persen terhadap
triwulan II tahun 2006.

Indeks implisit untuk sub sektor peternakan selama tahun 2003-2006 umumnya stabil
dibandingkan sub sektor lainnya, tanpa adanya lonjakan harga yang sangat fluktuatif.
Menginjak tahun 2006 terjadi kenaikan harga yang cukup besar. Beberapa penyakit pada
ternak disinyalir berpengaruh terhadap pergerakan harga ternak dan hasil-hasilnya, seperti
daging sapi, daging ayam, dan sebagainya. Pada triwulan III tahun 2006 indeks implisit sub
sektor peternakan sebesar 150,44. Jika dibandingkan dengan indeks pada triwulan II tahun
2006 yang sebesar 140,05 maka telah terjadi inflasi pada sub sektor peternakan sebesar
7,41 persen.
Harga komoditas sub sektor kehutanan untuk triwulan III tahun 2006 mengalami lonjakan
yang sangat tajam dengan indeks implisit mencapai 174,22. Artinya, harga komoditas
kehutanan rata-rata naik 74,22 persen dibandingkan tahun dasar 2000. Jika dibandingkan
indeks triwulan II tahun 2006 yang sebesar 159,12, maka terjadi inflasi atas barang dan jasa
di sub sektor kehutanan sebesar 9,49 persen.

Untuk sub sektor perikanan, indeks implisitnya juga menunjukkan kecenderungan naik
sepanjang tahun dengan indeks pada triwulan III tahun 2006 sebesar 177,67. Indeks
tersebut naik dibandingkan triwulan II tahun 2006 yang menyebabkan terjadinya inflasi
sebesar 7,84 persen.

Jika dilakukan perbandingan antara laju pertumbuhan produksi berdasarkan PDB riil (atas
dasar harga konstan 2000) dengan laju pertumbuhan harga produsen berdasarkan indeks
implisit, pada triwulan III tahun 2006 sektor pertanian memiliki tingkat pertumbuhan produksi
(output) yang lebih rendah daripada tingkat inflasi, meskipun hal ini tidak didukung oleh
seluruh sub sektor pertanian. Dengan demikian pencapaian output di sektor pertanian untuk
triwulan III tahun 2006 telah cukup optimal, kecuali untuk sub sektor tanaman bahan
makanan yang sebenarnya masih mampu meningkatkan kinerjanya melalui peningkatan
produksi.
                                             1
Buletin PDB Sektor Pertanian

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

M8. peranan sektor pertanian
M8. peranan sektor pertanianM8. peranan sektor pertanian
M8. peranan sektor pertanian
erlina na
 
Peranan beras di indonesia
Peranan beras di indonesiaPeranan beras di indonesia
Peranan beras di indonesia
helenapakpahann
 
Pangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanikPangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanik
Umi Hanik
 

La actualidad más candente (17)

10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian10 peranan sektor pertanian
10 peranan sektor pertanian
 
Tugas 8 restu antika 11140107 (5 v ma)
Tugas 8 restu antika 11140107 (5 v ma)Tugas 8 restu antika 11140107 (5 v ma)
Tugas 8 restu antika 11140107 (5 v ma)
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanian
 
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vma
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vmaWeek 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vma
Week 10 peranan sektor pertanian yusinadia sekar sari 11140023 5 vma
 
M8. peranan sektor pertanian
M8. peranan sektor pertanianM8. peranan sektor pertanian
M8. peranan sektor pertanian
 
Investasi sektor pertanian
Investasi sektor pertanianInvestasi sektor pertanian
Investasi sektor pertanian
 
Peran sektor Pertanian
Peran sektor PertanianPeran sektor Pertanian
Peran sektor Pertanian
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanian
 
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
 
Charisma 11140935 peranan sektor pertanian
Charisma 11140935 peranan sektor pertanianCharisma 11140935 peranan sektor pertanian
Charisma 11140935 peranan sektor pertanian
 
Ekspor dan impor Pertanian
Ekspor dan impor PertanianEkspor dan impor Pertanian
Ekspor dan impor Pertanian
 
Tugas 8. peranan sektor pertanian ppt
Tugas 8. peranan sektor pertanian pptTugas 8. peranan sektor pertanian ppt
Tugas 8. peranan sektor pertanian ppt
 
Peranan beras di indonesia
Peranan beras di indonesiaPeranan beras di indonesia
Peranan beras di indonesia
 
(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian(8)peranan sektor pertanian
(8)peranan sektor pertanian
 
Pangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanikPangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanik
 
8. peranan sektor pertanian 5 v abdul hadi (11140742)
8. peranan sektor pertanian 5 v abdul hadi (11140742)8. peranan sektor pertanian 5 v abdul hadi (11140742)
8. peranan sektor pertanian 5 v abdul hadi (11140742)
 
Presentation8 peranan sektor pertanian
Presentation8 peranan sektor pertanianPresentation8 peranan sektor pertanian
Presentation8 peranan sektor pertanian
 

Destacado

Pengumuman pra beasiswa ppa dan bbm 2011
Pengumuman pra beasiswa ppa dan bbm 2011Pengumuman pra beasiswa ppa dan bbm 2011
Pengumuman pra beasiswa ppa dan bbm 2011
ronaldonatus
 
Makalah kimia dasar
Makalah  kimia dasar    Makalah  kimia dasar
Makalah kimia dasar
Nurainunray
 
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinyaMakalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinya
Operator Warnet Vast Raha
 
Cara membuat makalah
Cara membuat makalahCara membuat makalah
Cara membuat makalah
EsaRiolyta
 
Bahasa indonesia pp
Bahasa indonesia ppBahasa indonesia pp
Bahasa indonesia pp
Azizaty
 
Iosa presentasi
Iosa presentasiIosa presentasi
Iosa presentasi
Walid Umar
 
Uu hak cipta
Uu hak ciptaUu hak cipta
Uu hak cipta
123admin
 

Destacado (20)

Pengumuman pra beasiswa ppa dan bbm 2011
Pengumuman pra beasiswa ppa dan bbm 2011Pengumuman pra beasiswa ppa dan bbm 2011
Pengumuman pra beasiswa ppa dan bbm 2011
 
Makalah kimia dasar
Makalah  kimia dasar    Makalah  kimia dasar
Makalah kimia dasar
 
[Presenticcon Pilot] My Personal Game Development - Arya
[Presenticcon Pilot] My Personal Game Development - Arya[Presenticcon Pilot] My Personal Game Development - Arya
[Presenticcon Pilot] My Personal Game Development - Arya
 
Gendon vvv
Gendon vvvGendon vvv
Gendon vvv
 
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinyaMakalah permasalahan pendidikan di  indonesia dan solusinya
Makalah permasalahan pendidikan di indonesia dan solusinya
 
Format artikel karya ilmiah
Format artikel karya ilmiahFormat artikel karya ilmiah
Format artikel karya ilmiah
 
Pintu
PintuPintu
Pintu
 
Cara membuat makalah
Cara membuat makalahCara membuat makalah
Cara membuat makalah
 
Skkd1 1
Skkd1 1Skkd1 1
Skkd1 1
 
Bahasa indonesia pp
Bahasa indonesia ppBahasa indonesia pp
Bahasa indonesia pp
 
Ekonomi koperasi
Ekonomi koperasiEkonomi koperasi
Ekonomi koperasi
 
Iosa presentasi
Iosa presentasiIosa presentasi
Iosa presentasi
 
Leaflet qurban pak kumis lazismu
Leaflet qurban pak kumis   lazismuLeaflet qurban pak kumis   lazismu
Leaflet qurban pak kumis lazismu
 
Uu hak cipta
Uu hak ciptaUu hak cipta
Uu hak cipta
 
tri kaya parisudha
tri kaya parisudhatri kaya parisudha
tri kaya parisudha
 
Ontologi PKLH
Ontologi PKLHOntologi PKLH
Ontologi PKLH
 
What is Social Media by Media Corporation Dunedin New Zealand
What is Social Media by Media Corporation Dunedin New ZealandWhat is Social Media by Media Corporation Dunedin New Zealand
What is Social Media by Media Corporation Dunedin New Zealand
 
Ppt fix penelitian pend
Ppt fix penelitian pendPpt fix penelitian pend
Ppt fix penelitian pend
 
Presentasi bab 10
Presentasi bab 10Presentasi bab 10
Presentasi bab 10
 
Barisan dan deret
Barisan dan deretBarisan dan deret
Barisan dan deret
 

Similar a Buletin%20PDB%20IV-06%20Tw3-2006

Bab 5 pertanian dan ketahanan pangan
Bab 5 pertanian dan ketahanan panganBab 5 pertanian dan ketahanan pangan
Bab 5 pertanian dan ketahanan pangan
xNet8
 
Pembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesiaPembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesia
sarianputra
 
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
mekon
 

Similar a Buletin%20PDB%20IV-06%20Tw3-2006 (20)

Bab 5 pertanian dan ketahanan pangan
Bab 5 pertanian dan ketahanan panganBab 5 pertanian dan ketahanan pangan
Bab 5 pertanian dan ketahanan pangan
 
Sektoral Perekonomian Indonesia
Sektoral Perekonomian Indonesia Sektoral Perekonomian Indonesia
Sektoral Perekonomian Indonesia
 
Abdul ajid 11140963
Abdul ajid  11140963Abdul ajid  11140963
Abdul ajid 11140963
 
Peranan pertanian
Peranan pertanianPeranan pertanian
Peranan pertanian
 
Peranan pertanian
Peranan pertanianPeranan pertanian
Peranan pertanian
 
Kondisi Sosial Ekonomi Indonesia Desember 2019 (Bagian 1)
Kondisi Sosial Ekonomi Indonesia Desember 2019 (Bagian 1)Kondisi Sosial Ekonomi Indonesia Desember 2019 (Bagian 1)
Kondisi Sosial Ekonomi Indonesia Desember 2019 (Bagian 1)
 
Analisis ekonomi dan fiskal riau
Analisis ekonomi dan fiskal riauAnalisis ekonomi dan fiskal riau
Analisis ekonomi dan fiskal riau
 
PPT PEMBANGUNAN Natasya Ummayra 21102012.pptx
PPT PEMBANGUNAN Natasya Ummayra 21102012.pptxPPT PEMBANGUNAN Natasya Ummayra 21102012.pptx
PPT PEMBANGUNAN Natasya Ummayra 21102012.pptx
 
Buku Pertanian Dunia 2020 (Syahyuti dkk IPB Press 2021)
Buku Pertanian Dunia 2020 (Syahyuti dkk IPB Press 2021)Buku Pertanian Dunia 2020 (Syahyuti dkk IPB Press 2021)
Buku Pertanian Dunia 2020 (Syahyuti dkk IPB Press 2021)
 
Peranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanianPeranan sektor pertanian
Peranan sektor pertanian
 
Optimisme pemerintah lepas dari resesi
Optimisme pemerintah lepas dari resesiOptimisme pemerintah lepas dari resesi
Optimisme pemerintah lepas dari resesi
 
Pembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesiaPembangunan pertanian di indonesia
Pembangunan pertanian di indonesia
 
Economic Outlook: Indonesia in 2019 “Ekonomi Global, Konsumsi, Investasi dan ...
Economic Outlook: Indonesia in 2019 “Ekonomi Global, Konsumsi, Investasi dan ...Economic Outlook: Indonesia in 2019 “Ekonomi Global, Konsumsi, Investasi dan ...
Economic Outlook: Indonesia in 2019 “Ekonomi Global, Konsumsi, Investasi dan ...
 
143
143143
143
 
Ppt perekonomian di indonesia (klmpk 6) 1
Ppt perekonomian di indonesia (klmpk 6) 1Ppt perekonomian di indonesia (klmpk 6) 1
Ppt perekonomian di indonesia (klmpk 6) 1
 
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
Bahan Menko Retreat Meeting (Raker III
 
67594733 pembangunan-pertanian
67594733 pembangunan-pertanian67594733 pembangunan-pertanian
67594733 pembangunan-pertanian
 
67594733 pembangunan-pertanian
67594733 pembangunan-pertanian67594733 pembangunan-pertanian
67594733 pembangunan-pertanian
 
Makalah analisis perencanaan pembangunan
Makalah analisis perencanaan pembangunanMakalah analisis perencanaan pembangunan
Makalah analisis perencanaan pembangunan
 
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riauAnalisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
 

Más de sherina munaf

Pidato%20Ilmiah%20Prof%20Laut
Pidato%20Ilmiah%20Prof%20LautPidato%20Ilmiah%20Prof%20Laut
Pidato%20Ilmiah%20Prof%20Laut
sherina munaf
 
Lely%20Halimah%20(FIP)%20Hiber
Lely%20Halimah%20(FIP)%20HiberLely%20Halimah%20(FIP)%20Hiber
Lely%20Halimah%20(FIP)%20Hiber
sherina munaf
 
credit card number BCA
credit card number BCAcredit card number BCA
credit card number BCA
sherina munaf
 
Perda_Pencemaran_Udara
Perda_Pencemaran_UdaraPerda_Pencemaran_Udara
Perda_Pencemaran_Udara
sherina munaf
 
pengumuman pasca sarjana Universitas PGRI palembang
pengumuman pasca sarjana Universitas PGRI palembangpengumuman pasca sarjana Universitas PGRI palembang
pengumuman pasca sarjana Universitas PGRI palembang
sherina munaf
 
Materi+6.+Kuliah+AMDAL
Materi+6.+Kuliah+AMDALMateri+6.+Kuliah+AMDAL
Materi+6.+Kuliah+AMDAL
sherina munaf
 
Presentasi Tanpa Judul
Presentasi Tanpa JudulPresentasi Tanpa Judul
Presentasi Tanpa Judul
sherina munaf
 

Más de sherina munaf (11)

Pidato%20Ilmiah%20Prof%20Laut
Pidato%20Ilmiah%20Prof%20LautPidato%20Ilmiah%20Prof%20Laut
Pidato%20Ilmiah%20Prof%20Laut
 
Lely%20Halimah%20(FIP)%20Hiber
Lely%20Halimah%20(FIP)%20HiberLely%20Halimah%20(FIP)%20Hiber
Lely%20Halimah%20(FIP)%20Hiber
 
Rogue
RogueRogue
Rogue
 
credit card number BCA
credit card number BCAcredit card number BCA
credit card number BCA
 
Perda_Pencemaran_Udara
Perda_Pencemaran_UdaraPerda_Pencemaran_Udara
Perda_Pencemaran_Udara
 
pengumuman pasca sarjana Universitas PGRI palembang
pengumuman pasca sarjana Universitas PGRI palembangpengumuman pasca sarjana Universitas PGRI palembang
pengumuman pasca sarjana Universitas PGRI palembang
 
Materi+6.+Kuliah+AMDAL
Materi+6.+Kuliah+AMDALMateri+6.+Kuliah+AMDAL
Materi+6.+Kuliah+AMDAL
 
master card.txt
master card.txtmaster card.txt
master card.txt
 
Presentasi Tanpa Judul
Presentasi Tanpa JudulPresentasi Tanpa Judul
Presentasi Tanpa Judul
 
Untitled document
Untitled documentUntitled document
Untitled document
 
Sherina munaf
Sherina munafSherina munaf
Sherina munaf
 

Buletin%20PDB%20IV-06%20Tw3-2006

  • 1. Pusat Data dan Informasi Pertanian Departemen Pertanian Volume 5, Nomor 4, Desember 2006 ISSN : 1412 - 4343 PDB Sektor Pertanian Buletin Dari Redaksi Pembaca Yth., Buletin PDB Sektor Pertanian kali ini memberikan informasi tentang perekonomian Indonesia berdasarkan PDB, khususnya PDB sektor pertanian selama triwulan III tahun 2006. Berdasarkan pencapaian PDB tersebut dapat diketahui perkembangan kinerja sektor pertanian yang selama ini masih sangat rentan terhadap faktor musiman. Kritik dan saran sangat diharapkan bagi perbaikan buletin ini di masa mendatang. Semoga buletin ini bermanfaat ! P Daftar Isi Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006 2 Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2006 3 Kontribusi PDB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006 4 Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006 5 Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006 6 Sumber : Badan Pusat Statistik Kerangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara Gambar 1. PDB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000, Th. 2005 - 2006
  • 2. B u l e t i n P D B S e k t o r P e r t a n i a n diterbitkan 4 (empat) kali dalam setahun (Triwulanan) oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian. Pengarah/Penanggung Jawab : Dr. Ir. Edi Abdurachman, MS; Penyunting : Ir. Yasid Taufik, MM; Penyunting Pelaksana : Ir. Leli Nuryati, MSc., Puji Nantoro, SSi. MM; Penyusun : Ir. Anna A. Susanti, MSi; Alamat Redaksi : Pusat Data dan Informasi Pertanian, Jl. Harsono RM No. 3 Gedung D Lantai IV Jakarta Selatan 12550, Telp. (021) 7807601, Fax. (021) 7807601, Email : anna@deptan.go.id, Homepage: http://www.deptan.go.id ada triwulan III tahun 2006 kinerja sektor pertanian me-nunjukkan peningkatan yang cukup menggembira-kan. Hal ini tercermin dari peningkatan nilai PDB baik secara rii maupun nominal. Jika pada triwulan II tahun 2006 sektor pertanian mencatat PDB riil berdasarkan harga konstan tahun 2000 sebesar Rp. 67,60 triliun, maka pada triwulan III tahun 2006 naik menjadi Rp. 71,22 triliun atau setara dengan pertumbuh-an positif 5,36 persen (Gambar 1). Dibanding-kan periode yang sama tahun 2005 juga terjadi kenaikan, yaitu sebesar 2,27 persen. Beberapa sub sektor pendukung pertanian juga mengalami peningkatan, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di sub sektor perkebunan sebesar 36,44 persen. Namun demikian sub sektor tanaman bahan makanan menunjukkan penurunan kinerja dengan persentase pertumbuhan negatif 3,28 persen. Secara nominal juga terjadi peningkatan PDB pertanian dari Rp. 105,26 triliun (triwulan II tahun 2006) menjadi Rp. 118,02 triliun. Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006 Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara Tabel 1. PDB Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah),
  • 3. 2005-2006 Pada triwulan III tahun 2006 Indonesia mencatat perbaikan di bidang ekonomi. Hal ini dinyatakan dengan pencapaian PDB yang secara nominal tercatat sebesar Rp. 854,58 triliun. Nilai tersebut berasal dari sumbangan sektor pertanian (Rp. 118,02 triliun), sektor pertambangan dan penggalian (Rp. 81,57 triliun), sektor industri pengolahan (Rp. 246,85 triliun), sektor listrik, gas, dan air bersih (Rp. 7,14 triliun), sektor bangunan (Rp. 54,38 triliun), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (Rp. 130,38 triliun), sektor pengangkutan dan komunikasi (Rp. 58,84 trilliun), sektor keuangan (Rp. 68,07 triliun), dan sektor jasa (Rp. 89,32 triliun). Total PDB untuk sektor non pertanian mencapai Rp. 736,55 triliun, sedangkan total PDB tanpa migas sebesar Rp. 757,87 triliun. Jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2006 secara nominal terjadi kenaikan PDB Indonesia sebesar Rp. 54,56 triliun, sedangkan jika dibandingkan triwulan II tahun 2005 PDB Indonesia naik Rp. 151,10 triliun (Tabel 1). Untuk sektor pertanian (termasuk sub sektor kehutanan dan perikanan), pada triwulan III tahun 2006 terjadi peningkatan nilai tambah bruto dari Rp. 105,26 triliun (triwulan II 2006) menjadi Rp. 118,02 triliun. Pencapaian PDB nominal masing-masing sub sektor pendukung pertanian adalah sebagai berikut: sub sektor tanaman bahan makanan Rp. 53,65 triliun, sub sektor perkebunan Rp. 25,22 triliun, sub sektor peternakan Rp. 12,70 triliun, sub sektor kehutanan Rp. 7,44 triliun, dan sub sektor perikanan Rp. 19,02 triliun. Sementara itu sektor pertanian dalam arti sempit (hanya mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan peternakan) berhasil mencapai PDB sebesar Rp. 91,57 triliun atau naik Rp. 10,05 triliun dibandingkan PDB triwulan II tahun 2006 yang senilai Rp. 81,52 triliun. Secara nominal kenaikan terjadi pada ketiga sub sektor tersebut dengan kenaikan absolut tertinggi pada sub sektor perkebunan hingga sebesar Rp. 8,14 triliun. Kenaikan tersebut tampaknya dipengaruhi oleh ekspor komoditas perkebunan unggulan yaitu kelapa sawit dan karet. Sub sektor tanaman bahan makanan dan peternakan juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar Rp. 0,67 triliun dan Rp. 1,23 triliun. Demikian juga dibandingkan dengan triwulan II tahun 2005 terjadi kenaikan PDB pada semua sub sektor pertanian.
  • 4. Tabel 2. Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia (%), 2005-2006 Perlu diperhatikan bahwa meskipun nilai nominal PDB setiap sub sektor meningkat, peningkatannya bukanlah semata-mata disebabkan oleh peningkatan produksi, tetapi juga karena adanya pengaruh perubahan harga. Peningkatan kinerja setiap sub sektor melalui peningkatan produksi hanya dapat dinilai dari PDB riil. Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia Triwulan III Tahun 2006 Dari PDB atas dasar harga berlaku dapat diketahui kontribusi setiap sektor perekonomian terhadap total PDB Indonesia. Sebagaimana periode sebelumnya, sektor industri pengolahan masih tetap menempati peringkat pertama dalam penciptaan nilai tambah bruto dengan kontribusi sebesar 28,89 persen. Sektor tersebut terutama didominasi oleh kelompok industri tanpa migas seperti makanan, minuman, tembakau, tekstil, pupuk, bahan kimia, dan alat- alat/mesin, dengan total kontribusi mencapai 22,83 persen terhadap PDB Indonesia. Peringkat kedua ditempati oleh sub sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi 15,26 persen. Dukungan dari kelompok perdagangan besar dan eceran mencapai 12,00 persen terhadap total PDB Indonesia. Sementara itu sektor pertanian berada pada posisi ketiga dengan kontribusi 13,81 persen. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi pada triwulan II tahun 2006 yang sebesar 13,16 persen. Hal ini disebabkan oleh semakin menguatnya peranan sub sektor perkebunan. Namun demikian kontribusi tersebut lebih rendah dibandingkan kontribusi pada triwulan III tahun 2005 (14,28 persen). Di sektor pertanian, sub sektor tanaman bahan makanan memberikan kon-tribusi sebesar 6,28 persen terhadap PDB Indonesia. Kontribusi sub sektor lainnya kurang dari 5 persen, masing-masing sebagai berikut: sub sektor perkebunan 2,95 persen, sub sektor peternakan 1,49 persen, sub sektor kehutanan 0,87 persen, dan sub sektor perikanan 2,23 persen (Tabel 2).
  • 5. Jika dibandingkan triwulan II tahun 2006 peranan beberapa sub sektor pertanian umumnya naik, kecuali sub sektor tanaman bahan makanan dan kehutanan, sedangkan jika dibandingkan triwulan III tahun 2005 peranan sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, dan peternakan justru turun. Hal ini perlu dicermati secara khusus karena ketiga sub sektor tersebut adalah pendukung sektor pertanian dalam arti sempit dan penurunan peranan pada musim yang cenderung sama antara tahun 2005 dan 2006 menunjukkan belum optimal-nya peranan sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia. Tabel 3. Kontribusi Sub Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian (%), 2005-2006 Gambar 2. Kontribusi Sub Sektor Pendukung Pertanian terhadap PDB Sektor Pertanian, 2006 Kontribusi PDB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006 Pada triwulan III tahun 2006 sub sektor tanaman bahan makanan memegang peranan terbesar dalam pembentukan PDB sektor pertanian dengan kontribusi mencapai 45,46 persen. Persentase tersebut turun terhadap triwulan II tahun 2006 yang sebesar 50,33 persen (Gambar 2). Dengan menurunnya peranan sub sektor tanaman bahan makanan maka terjadi pergeseran peranan ke sub sektor lain, terutama perkebunan dan perikanan.
  • 6. Sub sektor perkebunan yang pada triwulan II 2006 memberikan kontribusi sebesar 16,22 persen, meningkat cukup besar peranannya menjadi 21,37 persen. Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDB pertanian juga naik dari 15,70 persen menjadi 16,12 persen. Sebaliknya, kontribusi sub sektor peternakan turun dari 10,90 persen menjadi 10,76 persen. Hal yang sama juga terjadi pada sub sektor kehutanan yang turun dari 6,86 persen menjadi 6,30 persen. Jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2005 komposisi peranan PDB setiap sub sektor pertanian tidak mengalami perubahan. Sub sektor tanaman bahan makanan di posisi pertama, diikuti perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan (Tabel 3). Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006 Kinerja perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2006 secara riil ditunjukkan oleh nilai PDB atas dasar harga konstan 2000 yang berhasil mencapai Rp. 473,05 triliun (Tabel 4). Jika dibandingkan triwulan I tahun 2006 yang sebesar Rp. 457,08 triliun, nilai riil tersebut naik 3,49 persen yang didukung oleh adanya perbaikan kinerja semua lapangan usaha. Pertumbuhan positif tertinggi dicapai oleh sektor pertanian sebesar 5,36 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 5,29 persen, sedangkan sektor-sektor lainnya tumbuh kurang dari 5 persen. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2005, total PDB Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 5,52 persen, dimana sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami peningkatan PDB tertinggi hingga 13,50 persen. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh peningkatan kinerja sub sektor komunikasi. Sektor pertanian juga mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan, yaitu sebesar 2,27 persen. Secara umum pada triwulan III tahun 2006 sektor-sektor non migas berhasil memperbaiki kinerjanya melalui peningkatan nilai tambah bruto, sedangkan sektor migas justru cenderung menurun. Tabel 4. PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rp.) dan Laju Pertumbuhan (%), 2005 - 2006
  • 7. Di sektor pertanian secara luas, PDB riil triwulan III tahun 2006 tercatat sebesar Rp. 71,22 triliun atau tumbuh 5,36 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sub sektor perkebunan sebesar 36,44 persen, yaitu dari Rp. 11,15 triliun pada triwulan II tahun 2006 menjadi Rp. 15,21 triliun. Sub sektor perikanan juga mencatat pertumbuhan positif dari Rp. 10,03 triliun (triwulan II 2006) menjadi Rp. 10,70 triliun atau setara dengan pertumbuhan positif 6,76 persen. Demikian pula dengan kinerja sub sektor peternakan yang berhasil naik 3,09 persen. Sebaliknya, sub sektor tanaman bahan makanan belum berhasil mencapai kinerja maksimumnya. Bahkan pada triwulan III 2006 ini terjadi penurunan nilai tambah bruto sebesar 3,28 persen, yaitu dari Rp. 33,70 triliun menjadi Rp. 32,60 triliun. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor musiman dan kekeringan yang melanda beberapa daerah sentra produksi tanaman pangan. Tabel 5. Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga Sektor Pertanian, 2006 Perkembangan kinerja sektor pertanian tanpa pengaruh faktor musiman dapat diketahui dengan membandingkan nilai PDB triwulan III tahun 2006 dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dibandingkan triwulan III tahun 2005 sebagian besar sub sektor pertanian
  • 8. menunjukkan peningkatan kinerja yang menyebabkan peningkatan total nilai tambah bruto dari Rp. 69,64 triliun menjadi Rp. 71,22 triliun atau setara dengan pertumbuhan positif 2,27 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sub sektor perikanan sebesar 5,57 persen, diikuti oleh sub sektor perkebunan sebesar 4,30 persen, sub sektor peternakan 2,78 persen, sub sektor tanaman bahan makanan 0,94 persen, sedangkan sub sektor kehutanan turun 3,26 persen. Secara kumulatif kinerja sektor pertanian dalam arti sempit mencapai Rp. 56,25 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 2,10 persen terhadap triwulan III tahun 2006 Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga Sektor Pertanian Triwulan III Tahun 2006 Dari perhitungan PDB dapat diturunkan indeks harga yang disebut sebagai PDB deflator atau indeks implisit dengan cara membandingkan PDB atas dasar harga berlaku dan PDB atas dasar harga konstan. Indeks implisit dapat menggambarkan perubahan harga di tingkat produsen yang mencakup perubahan harga barang dan jasa. Pertumbuhan indeks implisit terhadap periode sebelumnya merupakan inflasi/deflasi harga produsen setiap sektor/sub sektor pada periode yang bersangkutan. Secara umum harga barang dan jasa baik di sektor pertanian maupun di sektor non pertanian cenderung naik dengan tingkat inflasi mencapai 3,21 persen, kecuali untuk sektor listrik, gas, air bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Indeks implisit tertinggi pada triwulan III tahun 2006 dicapai oleh sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 228,02 yang menunjukkan bahwa kenaikan harga di sektor ini mencapai 128,02 persen terhadap harga pada tahun dasar 2000. Namun jika dibandingkan triwulan II tahun 2006, sub sektor tersebut mengalami penurunan harga/deflasi sebesar 0,68 persen. Indeks implisit untuk sektor pertanian pada triwulan III tahun 2006 sebesar 165,71. Hal ini mengindikasikan adanya kenaikan harga 65,71 persen dibandingkan tahun 2000 (Tabel 5). Kenaikan harga
  • 9. Gambar 3. Perkembangan Indeks Implisit Sektor Pertanian, 2003-2006 terjadi pada seluruh sub sektor dimana harga komoditas perkebunan dan kehutanan naik cukup tinggi masing-masing sebesar 8,25 persen dan 9,49 persen. Komoditas tanaman bahan makanan memiliki pola indeks implisit yang hampir menyerupai sektor pertanian tetapi dengan persentase indeks yang relatif lebih tinggi (Gambar 3). Secara umum harga komoditas tanaman bahan makanan cenderung naik meskipun terdapat penurunan pada setiap triwulan II. Untuk periode triwulan III tahun 2006 sub sektor tanaman bahan makanan mencapai indeks implisit 164,58 dan mengalami inflasi terhadap triwulan sebelumnya sebesar 4,70 persen. Sementara itu harga pada komoditas perkebunan cenderung meningkat. Beberapa komoditas seperti karet dan kelapa sawit tetap stabil harganya dan menjadi andalan ekspor sub sektor perkebunan. Indeks implisit untuk sub sektor perkebunan sebesar 165,80. Dengan indeks tersebut, komoditas perkebunan rata-rata mengalami inflasi sebesar 8,25 persen terhadap triwulan II tahun 2006. Indeks implisit untuk sub sektor peternakan selama tahun 2003-2006 umumnya stabil dibandingkan sub sektor lainnya, tanpa adanya lonjakan harga yang sangat fluktuatif. Menginjak tahun 2006 terjadi kenaikan harga yang cukup besar. Beberapa penyakit pada ternak disinyalir berpengaruh terhadap pergerakan harga ternak dan hasil-hasilnya, seperti daging sapi, daging ayam, dan sebagainya. Pada triwulan III tahun 2006 indeks implisit sub sektor peternakan sebesar 150,44. Jika dibandingkan dengan indeks pada triwulan II tahun 2006 yang sebesar 140,05 maka telah terjadi inflasi pada sub sektor peternakan sebesar 7,41 persen.
  • 10. Harga komoditas sub sektor kehutanan untuk triwulan III tahun 2006 mengalami lonjakan yang sangat tajam dengan indeks implisit mencapai 174,22. Artinya, harga komoditas kehutanan rata-rata naik 74,22 persen dibandingkan tahun dasar 2000. Jika dibandingkan indeks triwulan II tahun 2006 yang sebesar 159,12, maka terjadi inflasi atas barang dan jasa di sub sektor kehutanan sebesar 9,49 persen. Untuk sub sektor perikanan, indeks implisitnya juga menunjukkan kecenderungan naik sepanjang tahun dengan indeks pada triwulan III tahun 2006 sebesar 177,67. Indeks tersebut naik dibandingkan triwulan II tahun 2006 yang menyebabkan terjadinya inflasi sebesar 7,84 persen. Jika dilakukan perbandingan antara laju pertumbuhan produksi berdasarkan PDB riil (atas dasar harga konstan 2000) dengan laju pertumbuhan harga produsen berdasarkan indeks implisit, pada triwulan III tahun 2006 sektor pertanian memiliki tingkat pertumbuhan produksi (output) yang lebih rendah daripada tingkat inflasi, meskipun hal ini tidak didukung oleh seluruh sub sektor pertanian. Dengan demikian pencapaian output di sektor pertanian untuk triwulan III tahun 2006 telah cukup optimal, kecuali untuk sub sektor tanaman bahan makanan yang sebenarnya masih mampu meningkatkan kinerjanya melalui peningkatan produksi. 1 Buletin PDB Sektor Pertanian