2. Karekteristik hukum-hukum syariah
Terdapat tiga azas yang disepakati oleh
para ahli ulama dalam pelaksanaan syariah
yakni , syariah tidak memberatkan, syariah
tidak menuntut dan syariah dilaksanakan
secara bertahap
3. Tidak memberatkan
Seluruh ajaran islam tidak akan memberatkan
dalam pelaksanaannya oleh karena syariah selalu
mempertimbangkan aspek yang memungkinkan
manusia melaksanakannya, terutama faktor
kemampuan (al-qudrah)
Setiap ibada yang dilakukan selalu terkait dengan
syarat kemampuan (istitha’ah) bagi orang mukallaf dan
tidak ada tanggung jawab bagi yang tidak
mampu.berdasarkan inilah maka dalam usul fiqih lahir
ketentuan rukhshah yang merupakan jalan kemudahan
bagi yang mengalami kesulitan dalam beribada dan
bermuamalah
4. Sekiranya syariah memberatkan bagi kehidupan manusia
atau membiarkan manusia dalam kesulitan niscaya
syariat islam itu akan kehilangan misinya dalam
mewujudkan kemaslahatan hidup manusia. Bahkan tuhan
sebagai pencipta syariah memiliki sifat kasih sayang
(rahman dan rahim) sehingga segala perintah dan
laragannya dalam membawa rahmat bagi alam semesta.
Itulah sebabnya perintah syariah itu selalu
bertentangan dengan selera nafsu manusia dan syariah
selalu berupaya mengendalikan nafsu dan bukannya
nafsu yang mengendalikan syariah. Namun tidak berarti
bahwa syariah harus mematikan nafsu melainkan
membiarkannya bekerja secara proporsional agar daya
yang dikandung memberi manfaat dalam kehidupan
5. Potensi nafsu membawa manfaat dalam batas
tertentu tapi jika tidak dikendalikan maka nafsu
akan tanpil dengan sifat-sifatnya yang merusak
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari
kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang
diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya
Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyayang
(QS yusuf 12:53)
6. Tidak memperbanyak beban
Syariat datang tidak untuk
mengeksploitasi kehidupan manusia, karena
beban kejiwaan yang diberikan kepadanya
tidak lebih dari batas kejiwaan yang sesuai
kadar kemampuan dan kesanggupan manusia
itu sendiri
7. inilah sebabnya Rasulullah melarang keras para
sahabatnya yang berniat untuk shalat terus menerus
tanpa tidur, tidak mau awin dan yang berpuasa setiap
hari, lalu Rasul menugurnya dan mengatakan “saya
shalat tapi juga tidur, puasa dan berbuka, kawin untuk
berkeluarga”.
Dari prinsif inilah sehingga seseorang tidak
dibenarkan melakukan suatu ibadah tanpa perintah
tuhan disamping manusia tidak merekayasa ibadah, juga
pada prinsifnya Syariah tidak ingin membebani manusia
melebihi apa yang telah ditentukan Tuhan sendiri. Salah
satu kaidah usul menegaskan “al-ashlu fl al-ibadatih
altahrim” jika tidak ada dalil yang memerintahkannya
8. Bertahap dalam menetapkan hukum
Al-Quran sendiri turun secara bertahap
selama 22 tahun, guna mempermantap bacaan
dan mempermudah hapalan rasul bersama
sahabatnya. Tujuan lain agar kandungan Al-Quran
itu mudah dihayati dan diamalkan secara
bertahap hingga puncak kesempurnaannya
Salah satu contoh menyangkut bertahapnya
dalam menetapkan hukum adalah ayat yang
menyinggung tentang khamr yang turun sampai
tiga tahapannya yaitu
9. tahap pertama dimana larangan paling
tegas belum tegas dan terkesan masih
memberi toleransi kebiasaan itu.
“mereka bertanya kepadamu tentang
khamar dan judi katakanlah pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia tetapi dosa keduanya
lebih besar dari manfaatnya”
10. namun setelah kebiasaan itu sudah
mengganggu sholat lima waktu makan
larangan tahap kedua datang
“hai orang-orang yang beriman
janganlah kamu shalat sedang dalam
keadaan mabuk sehingga kamu
mengerti apa yang kamu ucapkan “
11. larangan diatas terkesan hanya
ketika akan shalat saja dilarang.
Sedang selebihnya masih
dibolehkan maka turun tahapan
ketiga sebagai penegasan dan
larangan keras