SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 6
Descargar para leer sin conexión
La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd./Belajar dan Pembelajaran
1
GAYA DAN PENDEKATAN BELAJAR = KECERDASAN
1. MENGENALI GAYA BELAJAR
Orang suka bicara soal life style, gaya atau cara hidup, tetapi sangat jarang
membicarakan gaya atau cara belajar, learning style. Dalam perspektif pembelajaran,
karena hidup adalah belajar, maka gaya hidup yang dominan dalam sebuah masyarakat
kiranya dapat dipahami sebagai pencerminan gaya belajar masyarakat tersebut.
Masyarakat Indonesia, misalnya. Pragmatisme, materialisme, dan konsumerisme yang
begitu kasat mata telah membuat sebagian besar anggota masyarakat hanya belajar kalau
akan dapat "hadiah" atau karena "dipaksa" oleh kenyataan hidup. Belajar untuk dapat
"hadiah" adalah gaya belajar "sarimin", si topeng monyet yang mau disuruh menari ke
sana kemari agar diberi kacang kesukaannya; atau gaya belajar lumba-lumba, yang
bersedia menyundul bola dan menerobos lingkaran api agar diberi makanan oleh
pelatihnya seperti di Taman-Taman pusat kota; atau gaya belajar kekanakkanakan, yang
harus dibujuk dengan permen atau mainan supaya mau mengerjakan PR sekolahnya.
Celakanya, gaya belajar model "sarimin", "lumba-lumba", dan "kekanak-kanakan" itu
masih dianut oleh sebagian besar anggota masyarakat usia dewasa, bahkan kaum elite
yang bercokol di pumcak-puncak kekuasaan negeri ini. Kalau tidak diiming-imingi sesuatu,
entah itu uang, jabatan, atau popularitas, banyak orang tidak mau helajar sungguh-
sungguh, tidak terus-menerus menambah pengetahuan, tidak meningkatkan keterampilan
secara berkesinambungan, tidak berusaha menarik sebanyak mungkin pelajaran dari
pengalaman hidup sehari-hari, dan tidak berupaya mempurbaiki kinerja-prestasi atau pe
ytotnmicc-nya secara serius.
Di samping gaya belajar "sarimin" dan "lumba-lumba", gaya belajar kedua yang do-
minan dalam masyarakat pragmatis dan materialistis adalah gaya belajar "kepepet" atau
"terpaksa". Kalau sudah dipaksa oleh keadaan, orang baru mulai belajar. Paksaan itu bisa
datang dari orangtua, pengajar atau atasan, tetahi juga bisa dari peristiwa yang tidak
menyenangkan seperti di-PHK atau dipensiundinikan secara tiba-tiba, dirampok karena
terlalu sering memamerkan kekavaan secara mencolok ketika masyarakat sedang susah,
ditinggal mati oleh penopang hidup keluarga, dilanda musibah kebakaran atau banjir yang
menelan hasil kerja bertahun-tahun dalam sekejap mata, clan sebogainya. Singkatnva,
banvak orang baru sadar bahwa ia masih perlu banyak belajar kalau ia sudah kepepet oleh
keadaan, kalau sudah dipaksa untuk berubah, kalau pilihannya sudah ekstrem seperti
"belajar/berubah atau mati".
Gaya belajar "sarimin" atau gava belajar kepepet" di atas lebih merupakan
dramatisasi dari kenyataan vang menunjukkan bahwa masyarakat kita didominasi oleh
orang-orang yang "susah belajar" (kata lain dari "antibelajar"). Ibarat orang yang masih
dalam taraf "susah hidup" tidak sempat memikirkan "gaya hidup", maka demikianlah orang
La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd./Belajar dan Pembelajaran
2
yang "susah belajar" tidak sempat memikirkan soal gaya belajarnya. Belajar saja susah,
apalagi memikirkan soal gaya".
Umumnya dapat dikatakan bahwa orang yang tidak tahu gaya belajarnya adalah
mereka yang masih sangat bergantung kepada "orang lain" dalam soal belajar. Mereka
menanti dicekoki, diberi tahu, dilatih, entah oleh orangtua, atasan, pengajar, atau
pelatihnya. Tidak ada pengetahuan diri yang cukup memadai dan kurang sekali inisiatif
unhtk belajar secara mandiri, tanpa disuruh-suruh, tanpa ditunggui, tanpa diawasi, tanpa
diiming-imingi "hadiah". Kalau orang yang belum mampu belajar secara mandiri ini menjadi
pejabat/manajer, maka ia akan menjadi pejabat/manajer yang selalu menunggu petunjuk
dari bos/atasannya, atau yang sekadar Asal Bapak Senang (ABS).
Hemat saya, soal gaya belajar ini perlu dikenali oleh setiap orang yang ingin menjadi
pembelajar mandiri (independent learner), yang ingin menjadi "manusia bebas" dalam arti
terbebas dari lingkungan pengajar clan pelatili formalnya (entah di sekolah, universitas,
ataupun di perusahaan dan dunia kerja lainnva). Sebab dengan mengetahui gaya
belajarnya, seseorang dapat mengambil inisiatif mempelajari sesuatu yang sesuai dengan
minat, bakat, potensi, dan talentanya. Dengan demikian, ia dapat mengembangkan dirinya
terus-menerus, baik ketika masih duduk di bangku sekolah formal, terutama dalam
kehidupan sehari-hari di luar lembaga-lembaga pengajaran dan pelatihan itu. Singkatnya,
mengenali gaya belajar pribadi merupakan sesuatu yang perlu, meski belum mencukupi
untuk dapat memanusiawikan diri sendiri secara terus menerus.
kita dapat mengenali sedikitnya ada tiga gaya belajar, yakni:
(1) gaya visual, yakni pembelajar yang dapat belajar secara lebih efektif jika
mempergunakan penglihatan fisiknya, misalnya dengan membaca, mengamati,
menonton video/film, dan segala cara yang melibatkan indra penglihatannva;
(2) gaya auditori, yakni pembelajar yang lebih cepat belajar dengan cara berbicara dan
mendengarkan (termasuk membaca dengan bersuara keras), atau berdialog dengan
orang lain (termasuk wawancara), dan cara lain yang intinya melibatkan telinga secara
aktif;
(3) gaya kinestetik, yakni pembelajar yang belajar dengan cara menggerakkan tubuhnya,
mengalami secara langsung, aktif secara fisik, terjun ke lapangan, mencicipi dan
merasakan, dsb.
(4) gaya belajar intelektual, belajar dengan berpikir dan membayangkan, menciptakan
model mental, merenung, dan sebagainya.
Honey dan Mumford dalam The Manual of Learning Style (1986) menawarkan
empat gaya belajar yang patut diduga dikaitkan dengan empat bentuk dasar kepribadian
manusia (sanguin, flegmatik, kolerik, dan melankolik), yakni:
(1) gaya belajar aktivis yang ditandai dengan keterbukaan pikiran dan antusiasme yang tinggi;
(2) gaya belajar pragmatis yang mengutamakan pemecahan masalah secara "membumi";
La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd./Belajar dan Pembelajaran
3
(3) gaya belajar teoretis yang mengutamakan logika dan analisis; serta
(4) gaya belajar reflektif, suka memerhatikan, menyimak, dan mengamati untuk direnung-
renungkan.
Untuk lebih memantapkan efektifnya gaya belajar maka seharus para pembelajar juga
harus memilih atau mencari waktu yang tepat dan tempat yang menyenangkan untuk menerapkan
gaya belajar yang menjadi favorit.
SmartorKids mengidentifikasi tujuh gaya atau pendekatan belajar yang berguna bagi
orangtua maupun pengajar sckolah, yakni:
(1) pendekatan dengan sentuhan fisik. Pada intinya gaya belajar model ini sangat
mengandalkan gerak tubuh. Orang atau anak-anak yang suka bermain sambil belajar,
menggerakkan anggota tubuhnya, tak bisa duduk diam adalah mereka memiliki gaya
belajar ini. Kelak mereka mungkin lebih baik memilih karier yang dalam praktiknya
memerlukan gerak tubuh seperti penari, olahragawan/wati, dan dunia seni rupa.
(2) pendekatan intrapersonal. Orang atau anak-anak yang memiliki kecenderungan belajar
intrapersonal umumnya lebih suka menyendiri, meski mereka tidak antisosial. Mereka bisa
berhubungan dengan orang lain, hanya saja dalam soal belajar mereka lebih suka
menyendiri. Mereka cenderung memecahkan persoalamya secara mandiri, tanpa
melibatkan orang lain.
(3) pendekatan interpersonal. Orang atau anak-anak yang suka berkelompok, memecahkan
masalah temannva bersamasama, adalah mereka yang belajar dengan cara ini.
Pendekatan belajarnya adalah kooperatif. Kelak anak-anak yang senang belajar dengan
cara interpersonal ini dimungkinkan untuk berhasil dalam karier sebagai konsultan,
pengajar, politisi, pelatih, pengelola bisnis, dan entertainer.
(4) pendekatan bahasa. Orang atau anakanak yang sangat menyukai kegiatan membaca buku
dan menulis menunjukkan gaya belajar. Dongeng, cerita, penjelasan verbal sangat mereka
sukai. Kelak mereka mungkin akan sangat berhasil dalam karier sebagai jurnalis,
penyunting, dosen, atau penulis naskah.
(5) pendekatan matematis. Orang atau anak-anak yang menyukai segala sesuatu yang
memerlukan perhitungan, angka, garis, dan logika, adalah mereka yang belajar dengan
cara ini.
(6) pendekatan musik. Orang atau anak anak yang belajar dengan cara ini menunjukkan
respons spontan bila mendengarki, suara musik atau iwanvian. Mereka menyukai suasana
riang.
(7) pendekatan visual. Orang atau anakanak vang belajar dengan cara ini menyukai tampilan
dalam bentuk gambar, tontonan, yang tampak secara visual.
Pemahaman mengenai gaya belajar secara langsung dihubungkan dengan potensi
pembelajar itu sendiri. Karena itu gaya belajar jangan dipaksakan, tetapi harus dikenali agar dapat
dikembangkan secara baik. Dari penjelasan mengenai bermacam-macam gaya belajar di atas,
La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd./Belajar dan Pembelajaran
4
secara umum dapat dikatakan bahwa gaya belajar seseorang sangit dipengaruhi oleh kepekaan
indranva (rnata, telinga, kulit, lidah, hidung), corak kepribadian yang mencakup minat dan
bakatnya, juga aspirasi atau cita-cita hidupnya, serta persepsinya tentang makna belajar.
Sementara dalam konteks masyarakat, gaya belajar "kolektif" yang dominan boleh jadi sangat
ditentukan oleh kebudayaan, sistem sosial politik, serta struktur sosial ekonomi yang ada (model
"sarimin" dan "kepepet" adalah contohnya yang negatif).
Saya kira setiap orang bisa belajar dengan berbagai macam gaya tersebut, namun salah
satu atau beberapa gaya akan lebih dominan ketimbang lainnya. Orang lain atau teman, misalnya,
lebih mudah belajar dengan pendekatan auditorikinestetik atau gaya pragmatis, sementara
sebagian orang lebih suka visual-auditori dan aktivis-reflektif. Atau adik kita, lebih awal menun-
jukkan kecenderungan untuk belajar dengan pendekatan sentuhan fisik-musik-interpersonal;
sementara adiknya lebih cenderung intrapersonal-matematis-bahasa. Pada titik ini mungkin perlu
ditegaskan pula bahwa tidak ada gaya yang lebih baik di antara semua gaya itu. Semua gaya
belajar itu pada dasarnya baik. Yang penting, si pembelajar memahami gaya belajarnya masing-
masing sehingga dapat belajar secara lebih efektif dan lebih sesuai dengan keunikan dirinya
sebagai anak.
2. Kecerdasan
Sama seperti "belajar" memiliki begitu banyak pengertian dan definisi yang ditawarkan,
demikian juga halnya dengan kecerdasan atau intelligence. Di antaranya adalah:
Cerdas berarti sempurna perkembangan akal budinya (pandai, tajam pikiran, dsb.); sempurna
pertumbuhan tubuhnya (seperti sehat, kuat, dsb.).WJS Poerwadnrmintn
Kecerdasan adalah kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda dari kemampuan
yang diperoleh melalui pengalaman individual. Encyclopedia Britannica
Kecerdasan adalah kekuatan dari persepsi, pembelajaran (learning), pengertian, dan
pengetahuan; suatu kemampuan mental. -A.S. Hornby
Kecerdasan adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk
memecahkan masalah-masalah baru; tingkat kecerdasan diukur berdasarkan. Donald Stcrncr
Kecerdasan adalah kemampuan untuk melakukan pemikiran abstrak. Lewis M. errnnn
Kecerdasan adalah kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda dari kemampuan
yang diperoleh melalui proses belajar. -Herbert Spencor
Kecerdasan adalah kecakapan untuk bertindak secara sengaja, berpikir secara rasional, dan
berhubungan secara efektif dengan lingkungan. -D. Weclvsler
Kecerdasan adalah kemampuan untuk menghadapi masalah dengan sikap yang tak
terprogram (kreatif). -Stephen J. Gould
Kecerdasan adalah kemampuan untuk mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi
situasi lingkungan.-Robert Franklin
La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd./Belajar dan Pembelajaran
5
Tujuh jenis kecerdasan, dalam buku Intelligence Refrntrud (1999) :
(1) kecerdasan verbal-linguistik, terutama berhubungan dengan bahasa, aktivitas membaca
dan menulis. Kita menyaksikan jenis kecerdasan ini pada penulis, penyair, dramawan, ahli
pidato, dsb;
(2) kecerdasan matematis-logis, terutama diasosiasikan dengan kemampuan berpikir "ilmiah",
logis, dan runtut, sebagaimana didemonstrasikan antara lain oleh mereka yang menekuni
profesi sebagai ilmuwan, akuntan, bankir, ahli hukum, ahli matematika, dsb;
(3) kecerdasan visual-spasial, terutama berhubungan dengan seni-seni visual seperti melukis,
menggambar, memahat, membuat peta, merancang desain interior, arsitektur, dsb;
(4) kecerdasan kinestetik-jasmani, terutama ditunjukkan lewat kemampuan olah tubuh/otot
dan ketangkasan fisik seperti yang didemonstrasikan oleh para penari, atlet renang, lari,
bela diri, sepeda, dsb;
(5) kecerdasan musikal-ritmik, terutama ditandai oleh kepekaan terhadap bunvibunyian, pola
nada dan irama, yang antara lain dimiliki oleh musisi, penyany_ i, dan pekerja musik
lainnya;
(6) kecerdasan intrapersonal, terutama berhubungan dengan pengetahuan diri, intuisi,
kesadaran diri, refleksi, sebagaimana patut diduga dimiliki oleh ahli filsafat, rohaniwan,
psikiater, dsb;
(7) kecerdasan interpersonal atau "sosial", terutama berhubungan dengan kemampuan
bergaul dengan banyak orang, memahami dan berempati atau berkomunikasi dengan
orang lain, seperti yang mungkin dimiliki oleh politisi, pemasar/ penjual, dsb;
(8) kecerdasan naturalis, yakni kemampuan membedakan atau mengelompokkan jenis-jenis
flora dan fauna serta bangunbangun alam dan awan, seperti yang dimilik ahli biologi,
zoology dan pawang
Sedangkan menurut Goleman kecerdasan atau kecakapan terbagi dari dua yakni kecapan pribadi
dan kecakapan sosial.
Kecakapan pribadi terdiri dari tiga unsur:
Pertama, kesadaran diri-mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumber daya, dan
intuisi. Orang yang memiliki kesadaran diri tinggi adalah mereka yang memiliki (a) kesadaran
emosi, mengenal emosi diri sendiri dan efeknya; (b) penilaian diri secara teliti, mengetahui
kekuatan dan batas-batas diri sendiri; (c) percaya diri, memiliki keyakinan tentang harga diri dan
kemampuan sendiri;
Kedua, pengaturan diri-mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya diri sendiri.
Kemampuan mengatur diri ini terutama ditandai oleh (a) pengendalian diri, mengelola emosi-
emosi dan desakandesakan hati yang merusak; (b) sifat dapat dipercaya, memelihara norma
kejujuran dan integritas; (c) kewaspadaan, bertanggung jawab atas kinerja pribadi;
La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd./Belajar dan Pembelajaran
6
(d) adaptabilitas, keluwesan dalam menghadapi perubahan; dan (e) inovasi, mudah
menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasiinformasi baru;
Ketiga, motivasi-kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan proses
pencapaian sasaran. Motivasi mencakup (a) dorongan prestasi, yakni dorongan untuk menjadi
lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan; (b) komitmen, menvesuaikan diri dengan
sasaran kelompok atau perusahaan; (c) inisiatif, yakni kesiapan untuk memanfaatkan
kesempatan/peluang; dan (d) optimisme, kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati
ada halangan dan kegagalan.
Sementara apa yang disebut Goleman sebagai kecakapan sosial terdiri dari dua unsur
lainnya, yakni:
Pertama, empati-kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain.
Empati mencakup (a) memahami orang lain, mengindra perasaan dan perspektif orang
lain, dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka; (b) orientasi pelayanan,
mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan; (c)
mengembangkan orang lain, merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan
berusaha menumbuhkan kemampuan mereka; (d) mengatasi keragaman, menumbuhkan
peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang; dan (e) kesadaran politis,
mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan
kekuasaan.
Kedua, keterampilan sosial-kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki
pada orang lain. Keterampilan sosial ini mencakup (a) pengaruh, taktiktaktik untuk
meyakWkan orang; (b) komunikasi, mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan; (c)
kepemimpinan, membangkitkan inspirasi clan memandu kelompok dan orang lain; (d)
katalisator perubahan, memulai clan mengelola perubahan; (e) manajemen konflik,
negosiasi dan pemecahan silang pendapat; (f) kolaborasi dan kooperasi, kerja sama dengan
orang lain demi tujuan bersama; dan (g) kemampuan tim, menciptakan sinergi keiompok
dalam memperjuangkan tujuan bersama.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Prinsip-Prinsip Belajar & Implikasinya
Prinsip-Prinsip Belajar & ImplikasinyaPrinsip-Prinsip Belajar & Implikasinya
Prinsip-Prinsip Belajar & Implikasinya
Diar Dee
 
Belajar dan pembelajaran penjas
Belajar dan pembelajaran penjasBelajar dan pembelajaran penjas
Belajar dan pembelajaran penjas
ikka sukana
 
Pembelajaran penjas
Pembelajaran penjasPembelajaran penjas
Pembelajaran penjas
istana walet
 
Prinsip dan asas belajar dan pembelajran
Prinsip dan asas belajar dan pembelajranPrinsip dan asas belajar dan pembelajran
Prinsip dan asas belajar dan pembelajran
Mha AMha Aathifah
 
Prinsip prinsip belajar teori pembelajaran
Prinsip prinsip belajar teori pembelajaranPrinsip prinsip belajar teori pembelajaran
Prinsip prinsip belajar teori pembelajaran
heri sulistiowati
 
MATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas Pembelajaran
MATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas PembelajaranMATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas Pembelajaran
MATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas Pembelajaran
STKIP Bina Bangsa Getsempena
 

La actualidad más candente (20)

konsep dan prinsip dasar belajar
konsep dan prinsip dasar belajarkonsep dan prinsip dasar belajar
konsep dan prinsip dasar belajar
 
Tugas observasi
Tugas observasiTugas observasi
Tugas observasi
 
Prinsip-Prinsip Belajar & Implikasinya
Prinsip-Prinsip Belajar & ImplikasinyaPrinsip-Prinsip Belajar & Implikasinya
Prinsip-Prinsip Belajar & Implikasinya
 
Belajar dan pembelajaran penjas
Belajar dan pembelajaran penjasBelajar dan pembelajaran penjas
Belajar dan pembelajaran penjas
 
Teori Belajar Sosial dan Humanistik PPT.
Teori Belajar Sosial dan Humanistik PPT.Teori Belajar Sosial dan Humanistik PPT.
Teori Belajar Sosial dan Humanistik PPT.
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdfTEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
TEORI BELAJAR SOSIAL.pdf
 
Pembelajaran penjas
Pembelajaran penjasPembelajaran penjas
Pembelajaran penjas
 
teori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistikteori belajar sosial dan humanistik
teori belajar sosial dan humanistik
 
Prinsip - prinsip Belajar
Prinsip - prinsip BelajarPrinsip - prinsip Belajar
Prinsip - prinsip Belajar
 
Prinsip dan asas belajar dan pembelajran
Prinsip dan asas belajar dan pembelajranPrinsip dan asas belajar dan pembelajran
Prinsip dan asas belajar dan pembelajran
 
TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR  DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARANTEORI BELAJAR  DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
 
KB 4 Teori Belajar Humanistik
KB 4 Teori Belajar HumanistikKB 4 Teori Belajar Humanistik
KB 4 Teori Belajar Humanistik
 
Prinsip prinsip pembelajaran
Prinsip prinsip pembelajaranPrinsip prinsip pembelajaran
Prinsip prinsip pembelajaran
 
Makalah Teori belajar
Makalah Teori belajarMakalah Teori belajar
Makalah Teori belajar
 
Hakikat pembelajaran
Hakikat pembelajaranHakikat pembelajaran
Hakikat pembelajaran
 
Prinsip prinsip belajar teori pembelajaran
Prinsip prinsip belajar teori pembelajaranPrinsip prinsip belajar teori pembelajaran
Prinsip prinsip belajar teori pembelajaran
 
Teori pembelajaran
Teori pembelajaranTeori pembelajaran
Teori pembelajaran
 
MATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas Pembelajaran
MATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas PembelajaranMATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas Pembelajaran
MATERI 3 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas-Asas Pembelajaran
 
Jenis - Jenis & Prinsip Belajar
Jenis - Jenis & Prinsip BelajarJenis - Jenis & Prinsip Belajar
Jenis - Jenis & Prinsip Belajar
 

Destacado

Pembelajaran inkuiri
Pembelajaran inkuiriPembelajaran inkuiri
Pembelajaran inkuiri
Sapiah Asri
 
P&P Inkuiri Penemuan
P&P Inkuiri PenemuanP&P Inkuiri Penemuan
P&P Inkuiri Penemuan
thongsewkim
 
Teori Pembelajaran Kognitif
Teori Pembelajaran KognitifTeori Pembelajaran Kognitif
Teori Pembelajaran Kognitif
adeendra
 

Destacado (16)

Easy Excersice Tips
Easy Excersice Tips Easy Excersice Tips
Easy Excersice Tips
 
Teori belajar dan penerapannya dalam pembelajaran
Teori belajar dan penerapannya dalam pembelajaranTeori belajar dan penerapannya dalam pembelajaran
Teori belajar dan penerapannya dalam pembelajaran
 
Kliring
KliringKliring
Kliring
 
Pembelajaran inkuiri
Pembelajaran inkuiriPembelajaran inkuiri
Pembelajaran inkuiri
 
P&P Inkuiri Penemuan
P&P Inkuiri PenemuanP&P Inkuiri Penemuan
P&P Inkuiri Penemuan
 
Teori belajar kognitif
Teori belajar kognitifTeori belajar kognitif
Teori belajar kognitif
 
Produk dan Jasa Bank
Produk dan Jasa BankProduk dan Jasa Bank
Produk dan Jasa Bank
 
Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi Pembelajaran InkuiriStrategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi Pembelajaran Inkuiri
 
Bank, Sistem Pembayaran, dan Konsep Manajemen
Bank, Sistem Pembayaran, dan Konsep ManajemenBank, Sistem Pembayaran, dan Konsep Manajemen
Bank, Sistem Pembayaran, dan Konsep Manajemen
 
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRIMODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
 
Teori Pemprosesan Maklumat
Teori Pemprosesan MaklumatTeori Pemprosesan Maklumat
Teori Pemprosesan Maklumat
 
IBSE (Pembelajaran Sains Secara Inkuiri)
IBSE (Pembelajaran Sains Secara Inkuiri)IBSE (Pembelajaran Sains Secara Inkuiri)
IBSE (Pembelajaran Sains Secara Inkuiri)
 
Teori Pembelajaran Kognitif
Teori Pembelajaran KognitifTeori Pembelajaran Kognitif
Teori Pembelajaran Kognitif
 
Model Pembelajaran Inquiry
Model Pembelajaran InquiryModel Pembelajaran Inquiry
Model Pembelajaran Inquiry
 
Sistem pembayaran ppt
Sistem pembayaran pptSistem pembayaran ppt
Sistem pembayaran ppt
 
Pendekatan inkuiri penemuan
Pendekatan inkuiri penemuanPendekatan inkuiri penemuan
Pendekatan inkuiri penemuan
 

Similar a Gaya dan Pendekatan Belajar = Kecerdasan

4. tujuan pendidikan
4. tujuan pendidikan4. tujuan pendidikan
4. tujuan pendidikan
FAS DC
 
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelasGAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
dayuprasanda
 
Sosioantropologi
SosioantropologiSosioantropologi
Sosioantropologi
fikry_
 
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Rery Novio
 
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Zufa Fauzia
 

Similar a Gaya dan Pendekatan Belajar = Kecerdasan (20)

Makalah Perbedaan individu dalam belajar
Makalah Perbedaan individu dalam  belajarMakalah Perbedaan individu dalam  belajar
Makalah Perbedaan individu dalam belajar
 
Angket gaya belajar
Angket gaya belajarAngket gaya belajar
Angket gaya belajar
 
Tugas rangkuman ilmu pendidikan ibu titin
Tugas rangkuman ilmu pendidikan ibu titinTugas rangkuman ilmu pendidikan ibu titin
Tugas rangkuman ilmu pendidikan ibu titin
 
PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
PENDIDIKAN SEPANJANG HAYATPENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT
 
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan KhususMakalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
 
Bab 2 interaksi dan pembelajaran
Bab 2 interaksi dan pembelajaranBab 2 interaksi dan pembelajaran
Bab 2 interaksi dan pembelajaran
 
4. tujuan pendidikan
4. tujuan pendidikan4. tujuan pendidikan
4. tujuan pendidikan
 
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelasGAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
GAYA_BELAJAR siswa dalam proses pembelajaran di kelas
 
Gaya belajar visual
Gaya belajar visualGaya belajar visual
Gaya belajar visual
 
Sosioantropologi
SosioantropologiSosioantropologi
Sosioantropologi
 
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
 
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
 
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
 
Konsep POD
Konsep PODKonsep POD
Konsep POD
 
Sosialisasi
SosialisasiSosialisasi
Sosialisasi
 
Sosialisasi
SosialisasiSosialisasi
Sosialisasi
 
Pembelajaran di sekolah dasar
Pembelajaran di sekolah dasarPembelajaran di sekolah dasar
Pembelajaran di sekolah dasar
 
Training 4.0 Medhica Edwarlien
Training 4.0 Medhica EdwarlienTraining 4.0 Medhica Edwarlien
Training 4.0 Medhica Edwarlien
 
Anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khususAnak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus
 
Andragogy Pedagogy.pptx
Andragogy Pedagogy.pptxAndragogy Pedagogy.pptx
Andragogy Pedagogy.pptx
 

Último

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Último (20)

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 

Gaya dan Pendekatan Belajar = Kecerdasan

  • 1. La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd./Belajar dan Pembelajaran 1 GAYA DAN PENDEKATAN BELAJAR = KECERDASAN 1. MENGENALI GAYA BELAJAR Orang suka bicara soal life style, gaya atau cara hidup, tetapi sangat jarang membicarakan gaya atau cara belajar, learning style. Dalam perspektif pembelajaran, karena hidup adalah belajar, maka gaya hidup yang dominan dalam sebuah masyarakat kiranya dapat dipahami sebagai pencerminan gaya belajar masyarakat tersebut. Masyarakat Indonesia, misalnya. Pragmatisme, materialisme, dan konsumerisme yang begitu kasat mata telah membuat sebagian besar anggota masyarakat hanya belajar kalau akan dapat "hadiah" atau karena "dipaksa" oleh kenyataan hidup. Belajar untuk dapat "hadiah" adalah gaya belajar "sarimin", si topeng monyet yang mau disuruh menari ke sana kemari agar diberi kacang kesukaannya; atau gaya belajar lumba-lumba, yang bersedia menyundul bola dan menerobos lingkaran api agar diberi makanan oleh pelatihnya seperti di Taman-Taman pusat kota; atau gaya belajar kekanakkanakan, yang harus dibujuk dengan permen atau mainan supaya mau mengerjakan PR sekolahnya. Celakanya, gaya belajar model "sarimin", "lumba-lumba", dan "kekanak-kanakan" itu masih dianut oleh sebagian besar anggota masyarakat usia dewasa, bahkan kaum elite yang bercokol di pumcak-puncak kekuasaan negeri ini. Kalau tidak diiming-imingi sesuatu, entah itu uang, jabatan, atau popularitas, banyak orang tidak mau helajar sungguh- sungguh, tidak terus-menerus menambah pengetahuan, tidak meningkatkan keterampilan secara berkesinambungan, tidak berusaha menarik sebanyak mungkin pelajaran dari pengalaman hidup sehari-hari, dan tidak berupaya mempurbaiki kinerja-prestasi atau pe ytotnmicc-nya secara serius. Di samping gaya belajar "sarimin" dan "lumba-lumba", gaya belajar kedua yang do- minan dalam masyarakat pragmatis dan materialistis adalah gaya belajar "kepepet" atau "terpaksa". Kalau sudah dipaksa oleh keadaan, orang baru mulai belajar. Paksaan itu bisa datang dari orangtua, pengajar atau atasan, tetahi juga bisa dari peristiwa yang tidak menyenangkan seperti di-PHK atau dipensiundinikan secara tiba-tiba, dirampok karena terlalu sering memamerkan kekavaan secara mencolok ketika masyarakat sedang susah, ditinggal mati oleh penopang hidup keluarga, dilanda musibah kebakaran atau banjir yang menelan hasil kerja bertahun-tahun dalam sekejap mata, clan sebogainya. Singkatnva, banvak orang baru sadar bahwa ia masih perlu banyak belajar kalau ia sudah kepepet oleh keadaan, kalau sudah dipaksa untuk berubah, kalau pilihannya sudah ekstrem seperti "belajar/berubah atau mati". Gaya belajar "sarimin" atau gava belajar kepepet" di atas lebih merupakan dramatisasi dari kenyataan vang menunjukkan bahwa masyarakat kita didominasi oleh orang-orang yang "susah belajar" (kata lain dari "antibelajar"). Ibarat orang yang masih dalam taraf "susah hidup" tidak sempat memikirkan "gaya hidup", maka demikianlah orang
  • 2. La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd./Belajar dan Pembelajaran 2 yang "susah belajar" tidak sempat memikirkan soal gaya belajarnya. Belajar saja susah, apalagi memikirkan soal gaya". Umumnya dapat dikatakan bahwa orang yang tidak tahu gaya belajarnya adalah mereka yang masih sangat bergantung kepada "orang lain" dalam soal belajar. Mereka menanti dicekoki, diberi tahu, dilatih, entah oleh orangtua, atasan, pengajar, atau pelatihnya. Tidak ada pengetahuan diri yang cukup memadai dan kurang sekali inisiatif unhtk belajar secara mandiri, tanpa disuruh-suruh, tanpa ditunggui, tanpa diawasi, tanpa diiming-imingi "hadiah". Kalau orang yang belum mampu belajar secara mandiri ini menjadi pejabat/manajer, maka ia akan menjadi pejabat/manajer yang selalu menunggu petunjuk dari bos/atasannya, atau yang sekadar Asal Bapak Senang (ABS). Hemat saya, soal gaya belajar ini perlu dikenali oleh setiap orang yang ingin menjadi pembelajar mandiri (independent learner), yang ingin menjadi "manusia bebas" dalam arti terbebas dari lingkungan pengajar clan pelatili formalnya (entah di sekolah, universitas, ataupun di perusahaan dan dunia kerja lainnva). Sebab dengan mengetahui gaya belajarnya, seseorang dapat mengambil inisiatif mempelajari sesuatu yang sesuai dengan minat, bakat, potensi, dan talentanya. Dengan demikian, ia dapat mengembangkan dirinya terus-menerus, baik ketika masih duduk di bangku sekolah formal, terutama dalam kehidupan sehari-hari di luar lembaga-lembaga pengajaran dan pelatihan itu. Singkatnya, mengenali gaya belajar pribadi merupakan sesuatu yang perlu, meski belum mencukupi untuk dapat memanusiawikan diri sendiri secara terus menerus. kita dapat mengenali sedikitnya ada tiga gaya belajar, yakni: (1) gaya visual, yakni pembelajar yang dapat belajar secara lebih efektif jika mempergunakan penglihatan fisiknya, misalnya dengan membaca, mengamati, menonton video/film, dan segala cara yang melibatkan indra penglihatannva; (2) gaya auditori, yakni pembelajar yang lebih cepat belajar dengan cara berbicara dan mendengarkan (termasuk membaca dengan bersuara keras), atau berdialog dengan orang lain (termasuk wawancara), dan cara lain yang intinya melibatkan telinga secara aktif; (3) gaya kinestetik, yakni pembelajar yang belajar dengan cara menggerakkan tubuhnya, mengalami secara langsung, aktif secara fisik, terjun ke lapangan, mencicipi dan merasakan, dsb. (4) gaya belajar intelektual, belajar dengan berpikir dan membayangkan, menciptakan model mental, merenung, dan sebagainya. Honey dan Mumford dalam The Manual of Learning Style (1986) menawarkan empat gaya belajar yang patut diduga dikaitkan dengan empat bentuk dasar kepribadian manusia (sanguin, flegmatik, kolerik, dan melankolik), yakni: (1) gaya belajar aktivis yang ditandai dengan keterbukaan pikiran dan antusiasme yang tinggi; (2) gaya belajar pragmatis yang mengutamakan pemecahan masalah secara "membumi";
  • 3. La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd./Belajar dan Pembelajaran 3 (3) gaya belajar teoretis yang mengutamakan logika dan analisis; serta (4) gaya belajar reflektif, suka memerhatikan, menyimak, dan mengamati untuk direnung- renungkan. Untuk lebih memantapkan efektifnya gaya belajar maka seharus para pembelajar juga harus memilih atau mencari waktu yang tepat dan tempat yang menyenangkan untuk menerapkan gaya belajar yang menjadi favorit. SmartorKids mengidentifikasi tujuh gaya atau pendekatan belajar yang berguna bagi orangtua maupun pengajar sckolah, yakni: (1) pendekatan dengan sentuhan fisik. Pada intinya gaya belajar model ini sangat mengandalkan gerak tubuh. Orang atau anak-anak yang suka bermain sambil belajar, menggerakkan anggota tubuhnya, tak bisa duduk diam adalah mereka memiliki gaya belajar ini. Kelak mereka mungkin lebih baik memilih karier yang dalam praktiknya memerlukan gerak tubuh seperti penari, olahragawan/wati, dan dunia seni rupa. (2) pendekatan intrapersonal. Orang atau anak-anak yang memiliki kecenderungan belajar intrapersonal umumnya lebih suka menyendiri, meski mereka tidak antisosial. Mereka bisa berhubungan dengan orang lain, hanya saja dalam soal belajar mereka lebih suka menyendiri. Mereka cenderung memecahkan persoalamya secara mandiri, tanpa melibatkan orang lain. (3) pendekatan interpersonal. Orang atau anak-anak yang suka berkelompok, memecahkan masalah temannva bersamasama, adalah mereka yang belajar dengan cara ini. Pendekatan belajarnya adalah kooperatif. Kelak anak-anak yang senang belajar dengan cara interpersonal ini dimungkinkan untuk berhasil dalam karier sebagai konsultan, pengajar, politisi, pelatih, pengelola bisnis, dan entertainer. (4) pendekatan bahasa. Orang atau anakanak yang sangat menyukai kegiatan membaca buku dan menulis menunjukkan gaya belajar. Dongeng, cerita, penjelasan verbal sangat mereka sukai. Kelak mereka mungkin akan sangat berhasil dalam karier sebagai jurnalis, penyunting, dosen, atau penulis naskah. (5) pendekatan matematis. Orang atau anak-anak yang menyukai segala sesuatu yang memerlukan perhitungan, angka, garis, dan logika, adalah mereka yang belajar dengan cara ini. (6) pendekatan musik. Orang atau anak anak yang belajar dengan cara ini menunjukkan respons spontan bila mendengarki, suara musik atau iwanvian. Mereka menyukai suasana riang. (7) pendekatan visual. Orang atau anakanak vang belajar dengan cara ini menyukai tampilan dalam bentuk gambar, tontonan, yang tampak secara visual. Pemahaman mengenai gaya belajar secara langsung dihubungkan dengan potensi pembelajar itu sendiri. Karena itu gaya belajar jangan dipaksakan, tetapi harus dikenali agar dapat dikembangkan secara baik. Dari penjelasan mengenai bermacam-macam gaya belajar di atas,
  • 4. La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd./Belajar dan Pembelajaran 4 secara umum dapat dikatakan bahwa gaya belajar seseorang sangit dipengaruhi oleh kepekaan indranva (rnata, telinga, kulit, lidah, hidung), corak kepribadian yang mencakup minat dan bakatnya, juga aspirasi atau cita-cita hidupnya, serta persepsinya tentang makna belajar. Sementara dalam konteks masyarakat, gaya belajar "kolektif" yang dominan boleh jadi sangat ditentukan oleh kebudayaan, sistem sosial politik, serta struktur sosial ekonomi yang ada (model "sarimin" dan "kepepet" adalah contohnya yang negatif). Saya kira setiap orang bisa belajar dengan berbagai macam gaya tersebut, namun salah satu atau beberapa gaya akan lebih dominan ketimbang lainnya. Orang lain atau teman, misalnya, lebih mudah belajar dengan pendekatan auditorikinestetik atau gaya pragmatis, sementara sebagian orang lebih suka visual-auditori dan aktivis-reflektif. Atau adik kita, lebih awal menun- jukkan kecenderungan untuk belajar dengan pendekatan sentuhan fisik-musik-interpersonal; sementara adiknya lebih cenderung intrapersonal-matematis-bahasa. Pada titik ini mungkin perlu ditegaskan pula bahwa tidak ada gaya yang lebih baik di antara semua gaya itu. Semua gaya belajar itu pada dasarnya baik. Yang penting, si pembelajar memahami gaya belajarnya masing- masing sehingga dapat belajar secara lebih efektif dan lebih sesuai dengan keunikan dirinya sebagai anak. 2. Kecerdasan Sama seperti "belajar" memiliki begitu banyak pengertian dan definisi yang ditawarkan, demikian juga halnya dengan kecerdasan atau intelligence. Di antaranya adalah: Cerdas berarti sempurna perkembangan akal budinya (pandai, tajam pikiran, dsb.); sempurna pertumbuhan tubuhnya (seperti sehat, kuat, dsb.).WJS Poerwadnrmintn Kecerdasan adalah kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda dari kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman individual. Encyclopedia Britannica Kecerdasan adalah kekuatan dari persepsi, pembelajaran (learning), pengertian, dan pengetahuan; suatu kemampuan mental. -A.S. Hornby Kecerdasan adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan masalah-masalah baru; tingkat kecerdasan diukur berdasarkan. Donald Stcrncr Kecerdasan adalah kemampuan untuk melakukan pemikiran abstrak. Lewis M. errnnn Kecerdasan adalah kualitas bawaan sejak lahir, sebagai hal yang berbeda dari kemampuan yang diperoleh melalui proses belajar. -Herbert Spencor Kecerdasan adalah kecakapan untuk bertindak secara sengaja, berpikir secara rasional, dan berhubungan secara efektif dengan lingkungan. -D. Weclvsler Kecerdasan adalah kemampuan untuk menghadapi masalah dengan sikap yang tak terprogram (kreatif). -Stephen J. Gould Kecerdasan adalah kemampuan untuk mengambil sikap yang tepat dalam menghadapi situasi lingkungan.-Robert Franklin
  • 5. La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd./Belajar dan Pembelajaran 5 Tujuh jenis kecerdasan, dalam buku Intelligence Refrntrud (1999) : (1) kecerdasan verbal-linguistik, terutama berhubungan dengan bahasa, aktivitas membaca dan menulis. Kita menyaksikan jenis kecerdasan ini pada penulis, penyair, dramawan, ahli pidato, dsb; (2) kecerdasan matematis-logis, terutama diasosiasikan dengan kemampuan berpikir "ilmiah", logis, dan runtut, sebagaimana didemonstrasikan antara lain oleh mereka yang menekuni profesi sebagai ilmuwan, akuntan, bankir, ahli hukum, ahli matematika, dsb; (3) kecerdasan visual-spasial, terutama berhubungan dengan seni-seni visual seperti melukis, menggambar, memahat, membuat peta, merancang desain interior, arsitektur, dsb; (4) kecerdasan kinestetik-jasmani, terutama ditunjukkan lewat kemampuan olah tubuh/otot dan ketangkasan fisik seperti yang didemonstrasikan oleh para penari, atlet renang, lari, bela diri, sepeda, dsb; (5) kecerdasan musikal-ritmik, terutama ditandai oleh kepekaan terhadap bunvibunyian, pola nada dan irama, yang antara lain dimiliki oleh musisi, penyany_ i, dan pekerja musik lainnya; (6) kecerdasan intrapersonal, terutama berhubungan dengan pengetahuan diri, intuisi, kesadaran diri, refleksi, sebagaimana patut diduga dimiliki oleh ahli filsafat, rohaniwan, psikiater, dsb; (7) kecerdasan interpersonal atau "sosial", terutama berhubungan dengan kemampuan bergaul dengan banyak orang, memahami dan berempati atau berkomunikasi dengan orang lain, seperti yang mungkin dimiliki oleh politisi, pemasar/ penjual, dsb; (8) kecerdasan naturalis, yakni kemampuan membedakan atau mengelompokkan jenis-jenis flora dan fauna serta bangunbangun alam dan awan, seperti yang dimilik ahli biologi, zoology dan pawang Sedangkan menurut Goleman kecerdasan atau kecakapan terbagi dari dua yakni kecapan pribadi dan kecakapan sosial. Kecakapan pribadi terdiri dari tiga unsur: Pertama, kesadaran diri-mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumber daya, dan intuisi. Orang yang memiliki kesadaran diri tinggi adalah mereka yang memiliki (a) kesadaran emosi, mengenal emosi diri sendiri dan efeknya; (b) penilaian diri secara teliti, mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri; (c) percaya diri, memiliki keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri; Kedua, pengaturan diri-mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya diri sendiri. Kemampuan mengatur diri ini terutama ditandai oleh (a) pengendalian diri, mengelola emosi- emosi dan desakandesakan hati yang merusak; (b) sifat dapat dipercaya, memelihara norma kejujuran dan integritas; (c) kewaspadaan, bertanggung jawab atas kinerja pribadi;
  • 6. La Ode Supardi, S.Pd., M.Pd./Belajar dan Pembelajaran 6 (d) adaptabilitas, keluwesan dalam menghadapi perubahan; dan (e) inovasi, mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasiinformasi baru; Ketiga, motivasi-kecenderungan emosi yang mengantar atau memudahkan proses pencapaian sasaran. Motivasi mencakup (a) dorongan prestasi, yakni dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan; (b) komitmen, menvesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau perusahaan; (c) inisiatif, yakni kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan/peluang; dan (d) optimisme, kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan. Sementara apa yang disebut Goleman sebagai kecakapan sosial terdiri dari dua unsur lainnya, yakni: Pertama, empati-kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain. Empati mencakup (a) memahami orang lain, mengindra perasaan dan perspektif orang lain, dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka; (b) orientasi pelayanan, mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan; (c) mengembangkan orang lain, merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka; (d) mengatasi keragaman, menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang; dan (e) kesadaran politis, mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan. Kedua, keterampilan sosial-kepintaran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain. Keterampilan sosial ini mencakup (a) pengaruh, taktiktaktik untuk meyakWkan orang; (b) komunikasi, mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan; (c) kepemimpinan, membangkitkan inspirasi clan memandu kelompok dan orang lain; (d) katalisator perubahan, memulai clan mengelola perubahan; (e) manajemen konflik, negosiasi dan pemecahan silang pendapat; (f) kolaborasi dan kooperasi, kerja sama dengan orang lain demi tujuan bersama; dan (g) kemampuan tim, menciptakan sinergi keiompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.