1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah bau badan dapat dialami oleh setiap orang dan dapat disebabkan oleh
beberapa hal, seperti faktor genetik, kondisi kejiwaan, faktor makanan, faktor kegemukan dan
bahan pakaian yang dipakai. Keringat yang dikeluarkan seseorang sangat terlibat dalam
proses timbulnya bau badan, dimana kelenjar apokrin yang menghasilkannya telah terinfeksi
oleh bakteri yang berperan dalam proses pembusukan.1 Beberapa bakteri yang diduga
menjadi penyebab bau badan tersebut diantaranya ialah Staphylococcus epidermidis,
Corynebacterium acne, Pseudomonas aeruginosa dan Streptococcus pyogenes.2 Penggunaan
antibiotik yang tidak benar biasanya akan membuat bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap
memperbanyak diri dalam inangnya. Bakteri S. epidermidis umumnya telah resisten terhadap
antibiotik penisilin dan metisilin, sehingga perlu diketahui bahan alternatif yang dapat
membasmi atau menghambat pertumbuhan bakteri tersebut.3
Seseorang membeli deodorant atau antiperspirant bertujuan untuk mengurangi atau
menutupi bau badan yang tidak enak.4Meningkatnya penggunaan antiperspirant dan
deodorant disebabkan pergaulan modern, sehingga dirasa perlu untuk mengurangi atau
menghilangkan bau badan, yang disebabkan perubahan kimia keringat oleh bakteri.
Perkembangannya tidak disangsikan lagi setelah disajikan bentuk deodorant aerosol, yang
penggunaannya mudah cepat mengering dikulit.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah :
a. Apa yang dimaksud dengan antiperspirant ?
b. Bagaimana formulasi dalam pembuatan antiperspirant ?
c. Bagaimana pembuatan sediaan antiperspirant ?
d. Bagaimana evaluasi sediaan antiperspirant ?
2. 2
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
a. Mengetahui dan memahami mengenai antiperspirant;
b. Mengetahui dan memahami formulasi antiperspirant;
c. Mengetahui cara pembuatan sediaan antiperspirant;
d. Mengetahui evaluasi sediaan antiperspirant.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan makalah penulis menggunakan literatur dari jurnal, skripsi, internet
sebagai sumber makalah.
3. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Kulit
Gambar 2.1 Anatomi Kulit
Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi
utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi
perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan
tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi
dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin
untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan perasa,
serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar. Selain itu, kulit merupakan suatu
kelenjar holokrin yang besar.
Luas kulit pada manusia rata-rata ± 2 m2, dengan berat 10 kg jika dengan lemaknya
atau 4 kg jika tanpa lemak. Kulit terbagi atas 2 lapisan utama yaitu:
a. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar.
b. Dermis (korium, kutis, kulit jangat).
Di bawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit. Para ahli histologi
membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam menjadi 5 lapisan, yakni:
a. Lapisan Tanduk (Stratum corneum), sebagai lapisan paling atas.
4. 4
b. Lapisan Jernih (Stratum lucidum), disebut juga “lapisan barrier”
c. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum).
d. Lapisan Malpighi (stratum spinosum) yang selnya seperti berduri.
e. Lapisan Basal (Stratum germinativum) yang hanya tersusun oleh satu lapis sel-sel
basal.
1. Epidermis
Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena
kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis kosmetik yang digunakan
sampai ke dermis, namun tetap penampilan epidermis yang menjadi tujuan utama. Dengan
kemajuan teknolohi, dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medik.
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal
berukuran 1mm, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan lapisan yang tipis
0,1mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Sel-sel epidermis ini disebut
keratosit.
a. Lapisan Tanduk (Stratum corneum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami
proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini
sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat
resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk
memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah mati
dipermukaan kulit akan melepaskan diri untuk bergenerasi. Permukaan stratum
corneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam,
disebut mantel asam kulit.
b. Lapisan jernih (Stratum lucidum)
Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakn lapisan yang tipis, jernih,
mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang
disebut rein’s barrier (szakali) yang tidak bisa ditembus (impermeable).
c. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti
mengkerut. Stoughton menemukan bahwa di dalam butir keratohyalin itu terdapat
bahan logam, khususnya tembaga yang katalisator proses pertandukan kulit.
5. 5
d. Lapisan malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer)
Memliki sel yang berbentuk kubus dan seoerti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap
sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih
ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini.
e. Lapisan basal (stratum germinativum atau membran basalis)
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel-
sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya
membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui
dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit melayani sekitar 36 sel keratinosit. Kesatuan
ini diberi nama unit melanin epidermal (Quevedo et al, 1974).
2. Dermis
Berbeda dengan epidermis yang tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan
keadaan, dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin, yang berada di
dalam substansi dasar yang bersidat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida. Serabut
kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak.
Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut,
kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebase, otot penegak rambut, ujung pembuluh
darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah
kulit (subkutis/hipodermis).
3. Kelenjar Keringat dan Perspirasi
Ada dua jenis kelenjar keringat, yaitu:
a. Kelenjar keringat ekrin mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95
-97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida,
granula minyak, glusida, dan sampingan dari metabolisme seluler. Kelenjar ini
terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai kulit
kepala. Jumlahnya diseluruh badan sekitar 2 juta, menghasilkan 4liter keringat dalam
waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuknya langsing, bergulung-gulung dan
salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
b. Kelenjar keringat aprokin lebih besar daripada ekrin, hanya terdapat di daerah-daerah
ketiak, puting susu, daerah kelamin, dan manghasilkan cairan yang agak kental serta
berbau khas pada setiap orang. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea
6. 6
pada saluran folikel rambut. Kelnjar keringat aprokin jumlahnya tidak terlalu banyak
dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini.
2.2 Penyebab Bau Badan
Mengeluarkan keringat merupakan cara yang alami untuk mendinginkan tubuh.
Dengan berkeringat maka akan terbentuk lingkungan yang sempurna bagi pertumbuhan
bakteri karena bakteri berkembang dengan baik di lingkungan panas dan lembab seperti
ketiak manusia. Pada dasarnya, keringat hanya terdiri dari air dan garam, sehingga tidak
mempunyai bau yang istimewa. Bau dari badan kita sebenarnya disebabkan oleh bakteri yang
menguraikan keringat dengan melepaskan asam 3-methyl-2-hexenoic, yang mempunyai bau
yang sangat kuat.4
Masalah bau badan dapat dialami oleh setiap orang dan dapat disebabkan oleh
beberapa hal, seperti faktor genetik, kondisi kejiwaan, faktor makanan, faktor kegemukan dan
bahan pakaian yang dipakai. Keringat yang dikeluarkan seseorang sangat terlibat dalam
proses timbulnya bau badan, dimana kelenjar apokrin yang menghasilkannya telah terinfeksi
oleh bakteri yang berperan dalam proses pembusukan.1 Beberapa bakteri yang diduga
menjadi penyebab bau badan tersebut diantaranya ialah Staphylococcus epidermidis,
Corynebacterium acne, Pseudomonas aeruginosa dan Streptococcus pyogenes.2 Penggunaan
antibiotik yang tidak benar biasanya akan membuat bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap
memperbanyak diri dalam inangnya. Bakteri S. epidermidis umumnya telah resisten terhadap
antibiotik penisilin dan metisilin, sehingga perlu diketahui bahan alternatif yang dapat
membasmi atau menghambat pertumbuhan bakteri tersebut.3 Bau badan muncul karena
penguraian lemak sebum pada kulit menjadi asam lemak bebas.2
2.3 Kelenjar Keringat dan Fungsinya
Kelenjar yang menghasilkan keringat adalah kelenjar apokrin dan ekrin, keduanya
mempunyai beberapa perbedaan:
1. Kelenjar ekrin adalah kelenjar tubular, yang mempunyai saluran sekresi yang
langsung ke permukaan kulit. Kelenjar apokrin strukturnya mirip dengan kelenjar
ekrin tetapi ukurannya lebih besar dan pembuluh sekresinya berakhir pada folikel
rambut.
2. Jumlah dan distribusi kedua kelenjar tersebut juga berada. Kelenjar ekrin praktis
terdapat hamper diseluruh permukaan kulit kecuali bibir dan alat genital.
Diperkirakan jumlahnya lebih dari dua juta kelenjar terutama pada kulit telapak
7. 7
tangan, kaki dan kepala. Kelenjar apokrin terdapat di ketiak, sekitar puting sus, daerah
anal dan genital. Perbedaan lain kedua kelenjar ini meliputi fungsi, jumlah dan
susunan kimia sekresinya.
3. Kelenjar ekrin sudah ada sejak lahir, berfungsi mengatur suhu tubuh. Jika suhu kamar
naik, keringat akan keluar,suhu badan akan kembali normal akibat penguapan
keringat tersebut. Pada orang sehat kejadian ini berlangsung secara otomatis. Kelenjar
ekrin berfungsi melengkapi ginjal.
Kelenjar apokrin dianggap mempunyai sifat seksual sekunder. Meskipun telah ada
sejak lahir, tapi perkembang lambat padaa masa anak-anak, mulai berfungsi setelah
meningkat remaja. Perkeembangannya lebih cepat wanita daripada pria,
danaktifitasnya mencapai puncak jika kehidupan seks telah matang, kemudian
menurun setelah menopause (putus haid).
4. Kelenjar ekrin dianggap berperan kontinyu, sedangkan kelenjar apokrin makin lama
perannya makin lambat.
Untuk mengontrol bau badan ditempuh dengan dua cara, yaitu:
1. Penggunaan sediaan topical yang mengandung antiseptikum yang cocok, untuk
mencegah peruraian keringat oleh bakteri misalnya dengan menggunakan deodorant.
2. Penggunaan sediaan topical yang mengandung adstringen yang cocok untuk
mengurangi keluarnya keringat, misalnya dengan menggunakan antiperspirant.
2.4 Antiperspirant
Gambar 2.2 Sediaan Antiperspirant
8. 8
Antiperspirant adalah bahan astringent yang digunakan pada kulit untuk mengurangi
keringat. Sedangkan Deodorant adalah zat yang digunakan pada tubuh terutama untuk
mengurangi bau badan yang disebabkan oleh bakteri pengurai. Deodorant digunakan pada
tubuh untuk mengurangi bau badan yang disebabkan oleh bakteri pengurai keringat. Food
Drug Administration (FDA) menggolongkan dan mengatur deodorant sebagai Kosmetik OTC
(Over-The-Counter).4
Sedangkan antiperspirant Deodorant digunakan pada tubuh untuk mengurangi bau
badan yang disebabkan oleh bakteri pengurai keringat. Food Drug Administration (FDA)
menggolongkan dan mengatur deodorant sebagai Kosmetik OTC (Over-The-Counter).4
Sedangkan antiperspirant adalah bahan astringent yang digunakan pada kulit untuk
mengurangi keringat. Di Amerika (FDA), antiperspirant dikategorikan sebagai obat sebab
cara kerjanya mempengaruhi fungsi tubuh yaitu kelenjar keringat.4
Antiperspirants biasanya dipakai pada ketiak, sementara deodorant dapat juga
digunakan pada kaki dan daerah lain dalam bentuk semprot tapi seiring dengan
perkembangan jaman, saat ini antiperspirant juga digunakan pada kaki untuk mengurangi
keringat berlebih di daerah kaki.4
2.5 Mekanisme Kerja Antiperspirant
Antiperspirant bekerja dengan cara membatasi jumlah sekresi kelenjar keringat yang
dikirim ke permukaan kulit melalui pembentukan halangan atau sumbatan pada saluran
keringat. Sebagai akibatnya, mekanisme kerjanya akan mengurangi produksi keringat pada
kelenjar keringat.Berdasarkan pengurangan jumlah keringat,perubahan serangan bakteri
sehingga bau badan dapat dicegah. Penggunaan garam aluminium saja dapat dianggap
mempunyai efek antibakteri karena menghasilkan pH asam dari proses hidrolisis. Kulit
dengan pH asam dianggap merupakan pertahanan natural terhadap infeksi bakteri dan jamur.
Sediaan antiperspiran harus berdasarkan hidrolisa garam logam, karena mempunyai efek
menghambat bakteri kulit. Pengamatan terhadap efek aluminium sulfat, aluminium
klorhidroksida, dan dapar aluminium klorida dengan urea 5%, ternyata mempunyai efek
bakterisida dan bakteriostatik yang sangat kuat. Efek deodorant garam aluminium terjadi
dengan dua cara :
1. Aktivitas hambat bakteri yang disebabkan pH yang relative rendah.
2. Netralisasi bau dengan kombinasi kimia.
Penggunaan aluminium klorida atau krim topical yang mengandung aluminium
klorida dan surfaktan dapat mengurangi keluarnya keringat dan bau ketiak. Antiperspirant
9. 9
yang mengandung garam aluminium mempunyai aktivitas tidak langsung pada kelenjar
keringat, atau memblokade pori dengan koagulasi protein oleh ion polivalen sehingga
mengurangi keluarnya keringat. Disamping itu antiperspirant dapat menyebabkan reaksi
inflamasi disekitar lapisan pembuluh dan lubang keringat dan adanya kontraksi dapat
mengurangi keluarnya kringat ke permukaan kulit.
Garam aluminium dapat mengakibatkan keratinisasi abnormal sehingga terjadi
blokade pada muara kelenjar keringat sehingga aliran keringat terhambat. Aktivitas
antiperspirant diuji berdasarkan histologi dengan menggunakan garam aliminium, AlCl3,
ternyata dapat mengubah pembuluh epidermal sehingga menyebabkan sebagian besar
keringat tertumpah ke sekitar jaringan. Aluminium klorida dapat menyebabkan anindrosis
dengan mengubah permeabilitas atau fungsi resobsi pembuluh ekrin bagian epidermal.
Aktivitas garam aluminium dalam antiperspirant belum seluruhnya jelas, adstringen garam
alumiuim mempunyai efek antiperspirant 20%. Antiperspirant mengandung perfumedan
bahan kimia yangmenghambat atau menyumbat pori-pori untuk menghentikan pengeluaran
keringat.
2.6 Macam-macam Sediaan Antiperspirant
Antiperspirant dapat berbentuk aerosol, bedak kompak, emulsi, krim, larutan, atau
stik.
a. Antiperspirant aerosol
b. Antiperspirant bedak kompak
c. Antiperspirant emulsi, merupakan larutan yang mengandung emulgator. Untuk larutan
yang mengandung kadar elektrolit tinggi diperlukan ketelitian dalam memilih
emulgator, agar tidak mudah rusak.
d. Antiperspirant krim
e. Antiperspirant larutan
f. Antiperpirant stik, dibuat menggunakan garam kompleks dengan penambahan laktat
ke dalam aluminium klorhidrat. Garam kompleks natrium aluminium
klorhidroksilaktat dapat campur dengan Natrium Stearatatau sabun lain, karena
ionisasi Aluminium dapat ditekan jika pH larutan meningkat menjadi 8-8, 5,
menyebabkan sangat mudah campur.
10. 10
2.7 Komponen Sediaan Antiperspirant
Formulasi sediaan antiperspirant terdiri dari komponen sebagai berikut :
a. Zat Aktif, biasanya merupakan Alumunium Klorhidroksida atau garam-garam serupa;
b. Sistem cair untuk melarutkan zat aktif atau untuk mensuspensikan zat aktif atau
bagian dari emulsi air dalam minyak;
c. Zat tambahan, seperti talk;
d. Parfum;
e. Bahan pensuspensi.5
2.8 Bahan-bahan Antiperspirant
Beberapa bahan antiperspirant yang biasa digunakan dalam sediaan kosmetik
diantaranya yaitu:
a. Aluminium chlorohydrate
Adalah kelompok garam yang mempunyai rumus umum AlnCl(3n-m)(OH)m, biasa
digunakan dalam deodorant dan antiperspirant serta flokulan pada pemurnian air.
Aluminium chlorohydrate digunakan dalam antiperspirant dan pada treatment
hyperhidrosis yaitu kondisi yang ditandai oleh meningkatnya keringat,secara tidak
normal lebih dari yang diperlukan untuk pengaturan suhu tubuh.
b. Aluminium sulphate (Tawas)
Tawas adalah semacam batu putih agak bening yang bisa digunakan untuk
membeningkan air. Selain manfaatnya untuk menjernihkan air, ternyata tawas juga
dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan khususnya didaerah ketiak. Tawas
merupakan salah satu bahan aktif dari antiperspirant, walaupun demikian, awal tahun
2005 US Food and Drug Administration tidak lagi mengakuinya sebagai pengurang
keringat.
c. Potasium aluminium sulphate (Potasium alum)
Potassium aluminum sulfate adalah bahan kimia yang sesuai dengan rumus kimia
KAl(SO4)2. 12H2O, juga dikenal sebagai Aluminum potassium sulfate. Potasium alum
adalah astringent dan antiseptic, oleh karena itu Potasium alum dapat digunakan
sebagai deodorant dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau
badan sekaligus mengurangi keluarnya keringat.
11. 11
d. Aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly
Anhydrous aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly atau sinonimnya Aluminum
zirconium chloride hydroxide; Aluminum zirconium tetrachlorohydrate; Aluminum
zirconium chlorhydrate; mempunyai dua fungsi utama sebagai antiperspirant yaitu:
1. Ion aluminium dan zirconium membentuk gel yang menyumbat pori-pori pada
kulit, sumbatan yang mencegah keluarnya keringat dari pori-pori. Kemampuan
menyumbat ini biasa terjadi pada antiperspirant berbasis aluminium.
2. Anhydrous aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly bersifat higroskopik
sehingga menyerap keringat yang dihasilkan pori-pori yang tidak tersumbat pada
tempat pertama.
Kedua fungsi inilah yang dapat mengurangi keringat sehingga aluminium
zirconium tetrachlorohyderx gly dikatakan dapat mengurangi bau badan. Dalam
Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.42.1018 Tahun 2008, penggunaan
Aluminium zirconium tetrachlorohyderx gly dalam kosmetik dibatasi 20% sebagai
anhydrous alumnium zirconium chloride hydroxide atau 5.4% sebagai zirconium serta
mencantumkan peringatan “Jangan digunakan pada kulit yang teriritasi/luka”.4
2.9 Metode Pembuatan Sediaan Antiperspirant
Produk kosmetika dalam bentuk gel dapat berkisar mulai dari lotion yang kental
seperti misalnya roll-ballantiperspirant sampai ke gel thiksotropik yang sangat kental dan
tidak bisa mengalir, yang dapat digunakan sebagai kosmetika hairdressing dan hair setting.
Lotion kental lebih mudah dibuatnya, yaitu dengan menambahkan sedikit demi sedikit
gellant padat ke dalam fase cair yang diaduk terus menerus dengan cepat memakai
propeller yang digerakkan turbin.
Gel kental yang tidak bisa mengalir cara pembuatannya lebih sulit, karena pada
produk akhirnya udara tidak bisa melarikan diri dari dalamnya seperti pada lotion
kental. Gel kental harus dibuat dalam ruang tanpa udara atau perlu diadakan proses
pembuangan udara yang rumit. Pemakaian carboxyvinyl polymers (misalnya
karbopol) mempermudah pengeluaran udara dari dalam gel.
Deodorant stik. Agak berbeda cara pembuatannya daripadalipstik karena merupakan
gel sabun dan pembuatannya mirip dengan pembuatan emulsi, suatu fase minyak
(fatty acid) diadukkan ke dalam suatu fase larutan dalam air pada suhu sekitar 70oC.
12. 12
Gel panas yang terbentuk diisikan ke dalam cetakan pada suhu sekitar 60-65oC dan
dibiarkan memadat.5
2.10 Evaluasi Efektifitas Sediaan Antiperspirant
Evaluasi efektivitas antiperspirant dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode
yaitu:
1. Metode Noda (Semi kuantitatif terbaik)
Berbagai metode noda telah dilakukan untuk mendeteksi dan mengukur jumlah
keringat yang keluar di permukaan kulit. Pada pemeriksaan klinik dilakukan metode
berdasarkan reaksi Iodum Pati. Di samping itu metode yang sangat sederhana dan cepat
berdasarkan reaksi biru Bromfenol yang disuspensikan ke dalam minyak silikon, akan
memberikan noda kebiruan pada permulaan keluarnya keringat, yang dapat diamati pada tiap
terbukanya pembuluh keringat melalui lapisan transparan larutan indikator.
Dengan mengkombinasikan kedua metode tersebut di atas diperoleh catatan permanen
noda hitam biru pada kertas toilet yang telah mengabsorpsi keringat. Kemudian dapat diulang
dengan meletakkan pada ketiak bola pingpong yang disalut dengan campuran serbuk Biru
Bromfenol yang dibalut dengan kain kassa. Salutan berubah menjadi biru dengan sedikit
keringat, kepekatan warna yang dihasilkan menunjukkan kecepatan sekresi ketiak.
2. Metode Pencatatan Kontinyu dan Gravitasi
Metode Pencatatan Kontinyu
Metode ini paling teliti karena menggunakan higrometer elektronik. Prinsip yang
digunakan adalah sama, yakni dengan membuang terus menerus uap lembab yang dihasilkan
oleh bagian kulit yang tertutup dengan menggunakan aliran udara kering.
Tiap metode mempunyai perbedaan dalam menggunakan tipe detektor uap lembab.
Beberapa metode menggunakan Higrometer resistan dan kapasitan, lainnya ada yang
menggunakan analisa gas infra merah, dan analisa air elektrolit.
Detektor analisa air elektrolit terdiri dari ukuran aliran dan gulungan salisan
fosforpentoksida. Sewaktu gas kering dialirkan melalui gulungan air yang dibebaskan
diabsorbsi oleh fosforpentoksida. Arus yang melalui gulungan diukur terus menerus dan
harus sesuai dengan jumlah air yang diabsorbsi oleh gulungan.6
13. 13
Metode Gravitasi
Metode ini lebih baik untuk mengevaluasi efektivitas antiperspirant. Dalam metode
ini bahan absorben yang telah mengabsorbsi keringat ditimbang, sebagai bahan absorben
digunakan kain kassa yang telah ditara.
14. 14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Formulasi
Bahan Fungsi F1 F2 F3 F4 F
Aluminium chlorhydrate Zat Aktif 3,5% 3,5% 3,%% 4,5% 4,5%
Isopropil myrisate Emolien 6% 3,7% 3,7%
Fumed silica Suspending Agent 0,5% 0,15% 0,15%
Perfume Pengharum
(corigen odoris)
0,38% 0,2% 0,2% 0,5% q.s
Propellants Zat tambahan
(gas pendorong)
ad
100%
90% 93,5%
Ad
100%
Cab – O – Sil Subligan 0,3% 0,3%
Talc Zat Tambahan 1%
Suspending oil Suspending Agent 1,5%
Propilen Glikol (UCON
50-HB-660)
Kopolimer etilena dan
Propilena Oksida
4,77%
Pluronic L64D Suspending Agent 1,5%
3.2 Metode Pembuatan
Metode pembuatan sediaan antiperspirant adalah sebagai berikut :
1. Disiapkan alat dan ditimbang bahan yang akan digunakan.
2. Alumunium Klorida ditambahkan fumed silica ad homogen.
3. Dimasukkan isopropil myrisate, ditambahkan sebagian propellant ad homogen.
4. Tambahkan parfum dan sisa propellant ad 100 ml.
5. Dimasukkan kedalam wadah dan diberi label/etiket.
3.3 Evaluasi Sediaan Antiperspirant
A. Uji organoleptik
1. Deodorant roll-on dilakukan terhadap homogenitas, antara 3,6 (agak homogen)-
4,07 (sangat homogen)
2. kelembutan, antara 3,9 (agak lembut)-4 (sangat lembut).
3. kesan lengket dikulit dan penerimaan panelis terhadap produk3,07 (agak lengket)-
3,53 (tidak lengket).
15. 15
4. Nilai rata-rata tingkat homogenitas produk yang dinilai oleh panelis berkisar
5. Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap produk berkisar antara 3,33
(biasalnetral)-3,5 (suka).
B. Uji stabilitas
1. Dilakukan terhadap pH
2. dan viskositas dengan pengarnatan setiap tujuh hari sekali selama 35 hari.
3. Laju perubahan pH relatif terhadap kondisi .
4. Laju perubahan viskositas relatif terhadap kondisi awal
C. Uji Iritasi
1. Iritasi kulit
2. Ketebalan pada kulit
D. Uji Kosmomikrobiologi
1. Kosmetika peka terhadap mikroba
2. Rusak , berubah warna, dan encer
3. Kontaminasi selama prose pembuatan
4. Kontaminasi selama proses penyimpanan
5. Kontaminasi saat pemakaian
6. Nilai batas cemaran
E. Uji Pengawetan
1. Bahan pengawet yang digunakan
2. Ketahanan dari pengawet
3. Reaksi pengawet apabila dicampur dengan bahan lain.
F. Evaluasi Efektivitas
1. Penilaian intensitas bau (secara olfaktori/penggunaan osmometer), lalu hasil
dievaluasi secara statistik dibandingkan dengan pembanding.
2. Penentuan angka mikroba sebelum dan sesudah penggunaan deodorant , hasil tes
dikultur pada media agar.
16. 16
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Formulasi Yang Di Pakai
Bahan Fungsi F
Aluminium chlorhydrate Zat Aktif 4,5%
Isopropil myrisate Emolien 3,7%
Fumed silica Suspending Agent 0,15%
Perfume Pengharum
(corigen odoris)
q.s
Propelan Zat tambahan
(gas pendorong)
Ad 100%
Data Praformulasi
1. Alumunium Chlorohidrate
Sinonim : Aliuminio chloridas heksahidratas; Alumínium-klorid-hexahidrát.
Rumus Molekul : AlCl3.6H2O
Berat molekul : 241,4
Pemerian : Putih atau agak kekuningan, serbuk kristal atua kristal tidak
bewarna.
Kelarutan : larut dalam 1: 0,9 air, dan 4 bagian air, larut dalam glyserol
Fungsi : sebagai zat aktif yang berfungsi sebagai antiperspirant dan pada
treatment hyperhidrosis yaitu kondisi yang ditandai oleh
meningkatnya keringat,secara tidak normal lebih dari yang
diperlukan untuk pengaturan suhu tubuh.aluminium mempunyai
kemampuan untuk menghambat sekresi keringat hingga 20%.
2. Isopropil Mirisate
Sinonim : Isopropil Alkohol (isopropanol) dan asam miristat.
Rumus Molekul : C17H34O2
Fungsi : Dalam kosmetika dan sediaan obat topikal dimana penyerapan
yang baik melalui kulit diinginkan. Ester meristat ini digunakan
sebagai pestisida-bebas perlakuan untuk melawan kutu yang
17. 17
bekerja dengan melarutkan lilin yang menutupi eksoskeleton kutu
kepala, membunuh mereka dengan dehidrasi.
3. Fumed Silica
Fungsi : Berfungsi sebagai suspending agent yaitu senyawa yang
membantu terbentuknya suspense. Dengan penambahan
suspensing agent ini, bahan-bahan akan tercampur dengan
bahan yang lain dan akan membentuk suspensi yang homogeny
kadarnya.
4. Parfume
Fungsi : Parfum berfungsi sebagai corigen odoris. Parfum akan
memperbaiki bau sehingga selain keringat jadi sedikit
disekresikan juga akan memberikan bau harum.
5. Propelan
Merupakan gas pendorong yang berfungsi untuk mengdorong cairan sehingga
terbentuk aerosol.
4.2 Metode Pembuatan
1. Disiapkan alat dan ditimbang bahan yang akan digunakan.
2. Alumunium Klorida ditambahkan fumed silica ad homogen.
3. Dimasukkan isopropil myrisate, ditambahkan sebagian propellant ad homogen.
4. Tambahkan parfum dan sisa propellant ad 100 ml.
5. Dimasukkan kedalam wadah dan diberi label/etiket.
18. 18
BAB V
KESIMPULAN
1. Kebanyakan formulasi aerosol antipirespiran mengadung komponen-komponen berikut :
a. Bahan aktif, biasanya alumunium chlohydroxide atau serupa garam
b. Sistem cairan yang berfungsi baik untuk melarutkan atau menangguhkan aktif bahan
atau merupakan bagian dari emulsi ar dalam minyak
c. Bahan aditif lain-lain seperti sebagai bedak, parfum, agen menangguhkan dan propelan.
d. Beberapa produk berdasarkan sistem solusi telah dipasarkan, tetapi belum terlalu
sukses.
2. Karakteristik sediaan antiperspirant secara umum :
a. Dapat menghilangkan keringat berlebih
b. Tidak merangsang kulit atau tidak iritasi pada kulit
c. Dapat membunuh atau mengurangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungkan
d. Tidak beracun
3. Metode yang digunakan :
a. Metode Noda (Semi kuantitatif terbaik)
b. Metode Pencatatan Kontinyu dan Gravitasi
c. Metode Gravitasi
4. Evaluasi Sediaan Antiperspirant :
a. Uji organoleptik
b.Uji stabilitas
c. Uji Iritasi
d.Uji Kosmomikrobiologi
e. Uji Pengawetan
f. Evaluasi Efektivitas
5. Karakteristik sediaan antiperspirant kelompok :
a. Efektif Mampu memberi perlindungan sehari penuh hingga lebih dari 24 jam terhadap
bau keringat dan bau badan.
b. Tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Cocok untuk semua jenis kulit.
c. Mudah digunakan, nyaman, tidak meninggalkan bekas, tidak lengket, tidak bertaburan
seperti bedak, dan tidak merubah / mengurangi aroma parfum
d. Mudah Disimpan.
19. 19
6. Keunggulan sediaan antiperspirant yang dibuat :
a. Dapat mengurangi produksi keringat berlebih
b. Mudah digunakan dan lebih stabil dalam penyimpanan
c. Dapat memperbaiki bau badan karena mengandung pewangi dan antibakteri.