Erupsi alergi obat - Fixed Drug Eruption

1. SMF/LAB KULIT DAN KELAMIN
RS MUHAMMADIYAH SITI KHODIJAH SEPANJANG

2.  Obat
◦ Bahan kimia untuk pencegahan dan pengobatan
suatu penyakit atau gejala.
◦ Erupsi obat  mengenai organ antara lain paru,
ginjal, hati, dan sumsum tulang reaksi kulit
 Beberapa penelitian dilaporkan dari seluruh
kasus erupsi obat
◦ Pada RSCM 135 kasus erupsi obat terdapat kasus
Fixed drug eruption (FDE) sebanyak 16%
◦ Di RS Semarang 300 kasus erupsi obat, kasus Fixed
drug eruption (FDE) sebanyak 30%
(Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999)

3.  Fixed Drug Eruption (FDE)
 Eksantema fikstum, Fixed exanthema
◦ Reaksi alergi pada kulit atau daerah mukokutan
yang terjadi akibat pemakaian jenis obat-obatan
tertentu
◦ Karakteristik timbulnya lesi berulang
 Pada tempat yang sama
 Pemakaian obat yang sama
(Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999)

4. (C.H. Lee et al, 2012)

5.  Sistemik
◦ Enteral
 Oral
 Mukosa :Sublingual, buccal, nasal, vaginal, rektal
 Inhalasi (mulut, tenggorokan, rektum, vagina, urethra)
◦ Parenteral
 Injeksi : Intravena(i.v), intramuskuler(i.m), subkutan
(s.c), intraperitoneal (i.p), intraarterial,
 Topikal
◦ Dermal (kulit), mukosa (mata, hidung, vaginal,
rektal

6. Metabolisme
Ekskresi
Aktif
Pasif
SistemikAbsorbsi
Syarat difusi :
• larut lemak (lipid soluble)
• ukuran molekul kecil (BM < 1000)
• tidak bermuatan (non-ion)
Distribusi

7. Absorbsi
Metabolisme
Distribusi
Ekskresi
Fase I
Fase II
Fase III
Jantung , Ginjal ,
Otak
Kulit , Lemak
Reservoir
Obat terdistribusi ke organ /jaringan  konsent
obat di plasma <<  Vd >>
Obat terikat prot plasma >>  konsent obat di
plasma >>  Vd <<

8. Absorbsi
Metabolisme
Distribusi
Ekskresi
Berubah menjadi
tidak aktif
Lebih kuat (potent)
Metabolit toksik
Obat aktif 
tidak aktif
pro drug  drug
(aktif)
Drug  toxic
metabolite

9. Absorbsi
Metabolisme
Distribusi
Ekskresi
Oksidasi – Reduksi Konjugasi
Fase I Fase II
Metabolit toksik
Fase I Fase II
Detoksifikasi
Intoksikasi
Sitokrom P450
Preoksidasi jar.
PG sintesa
GST
NAT
Faktor yang mempengaruhi :
• Karakteristik molekul
• Imunogenetik
• Usia

10. (Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999)
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4
Imun
Reaktan
IgE IgG IgG Sel Th 1 Sel Th 2 CTL
Antigen Ag soluble Sel/matrix
mirip Ag
Ag
soluble
Ag
soluble
Ag
soluble
Sel mirip
Ag
Mekanisme
efektor
Aktivasi
mast cell
Sel FcR+
(fagositosis,
NK cells)
Sel FcR+
komplemen
Aktivasi
makrofag
Aktivasi
eosinofil
Sitotoksik
 Menurut Gell dan Coombs

11. 11
Capillary dilation
Pressure of
exudate
Release of
chemical
mediators :
Histamine
SRS-A
Kinins
Prostaglandins
Increased
Blood
Volume
Increased
Capillary
permebiality
Exudation of
Cell, fluid protein
Nerve
irritation
Constriction
of smooth
muscle
Antigen
Ingestants
Food
Drugs
Pollens
Dusts
Molds
Injectants
Drugs
Stings
Vaccines
Serum
Allergen
interacts
with
IgE on mast cell
Kausa
Mekanisme
Patofisiologi
Tipe Anafilaksis– Tipe I

12. 12
Respiratory tract
1. Upper “sinus headache”
itching of eyes
tearing, sneezing,
watery nasal discharge,
itching of nose,
throat irritation
2. Lungs wheezing, dyspnea,
dry cough, tightness in chest
Manifestations Diagnosis Klinis
Gastrointestinal
Glossitis, cardiospasm
Nausea, vomitting
Irritable bowel
Diarrhea, pruritus ani
Skin
Urticaria, pruritus,
Angioedema, weeping erthematosus vesico-papular lessions
Respiratory tract
1. Upper “sinus headache”
itching of eyes
tearing, sneezing,
watery nasal discharge,
itching of nose,
throat irritation
2. Lungs wheezing, dyspnea,
dry cough, tightness in chest
Conjunctivitis
Asthma
Food allergies
Atopic dermatitis
Urticaria
Allergic rhinitis

13. 13
Susceptability
to infections
Antigen
Transfusion
reaction
Erythroblastosis
fetalis
Drugs
Autoantibodies
Unknown
Antigen
interacts
with body
cell i.e :
•Erythrocyte
•Leucocyte
•Platelet
•Vascular
endothelium
Agranulocytosis
Thrombocytopenia Purpura
Vesicular
purpura
Vasculitis
Erytrhrocyte
hemolysis
Hemolytic
anemia
Reaction of IgG or
IgM antobody with
antigen on cell
Activates
complement
Tipe Sitotoksik – Tipe II
Kausa
Mekanisme
Patofisiologi
Diagnosis Klinis

14. 14
Tissue
destruction
Inflammation
Antigen and
antibody form
an immune
complex
Antigen
Autoantibodies
Drugs
Serum
Chemicals
Foreign antigen
Bacteria
Virus
Glomerulo-
nephritis
Vasculitis
Arthus reaction
Rheumatoid
diseases
Eritema
multiforme
Deposits on vessel walls
or basement membrane
Kausa
Mekanisme Patofisiologi
Diagnosis Klinis
Tipe Imunokompleks – Tipe III

15. 15
Kausa
Mekanisme
Patofisiologi Diagnosis Klinis
Release of :
Lymphokines
Migration inhibition
factor
Interferon
Killer cells
Transfer factor
Injury and
destruction of
target organ
Antigen
Tuberculin
Poison Ivy
Chemical
Fungi
Transplanted
organs
Virus
Contact
dermatitis
Graft vs host
reactions
Viral infection
Autoallergic
disease
Sensitized
Lymphocyte
reacts with
antigen
Tipe Lambat (delayed) – Tipe IV

16. Fixed drug eruption
Eritema Multiforme
Epidermal Necrolysis
Vesicobullous disease

17. (Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999),
(Wolff, 2008)
Hapten
Berikatan
sel basal
Ekskresi IL 15
ICAM 1

18. (Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999),
(Wolff, 2008)
CD8 +
Tcell
Aktif
CD3-TCR
complex
Aktivasi
sitolitik
Melawan NK
cell,
keratinosit
Aktivasi IFN γ
Non-proliferasi
Kerusakan
jaringan
kulit
Keratinosit
rusak
Aktivasi

19.  Disekitar lesi yang disertai
◦ Rasa terbakar,
◦ Malaise,
◦ Nyeri, rasa tidak nyaman, dan kadang gatal.
 Gejala sistemik
◦ Demam,
◦ Mual, diare, anorexia, dan disuria.
(Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999)

20.  Lesi bulat/oval, diameter 1cm atau lebih,
plakat eritema, hiperpigmentasi, dan dapat
disertai edema.
(Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999),
(Butler, 2015)

21. Prick test (+24%)
• 15 – 20 menit
• (+) alergen > kontrol
Intradermal test (+67%)
• 15 – 20 menit
• (+) bentol dan merah (flare dan wheal)
Patch test (+43%)
• 48 – 72jam
• (+) eritema & papul
Wolff , 2008

22.  Histopatologi
◦ Dyskeratosis,
◦ Basal vacuolization,
◦ Superficial perivascular
lymphocytic inflammation
(Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999),
(Butler, 2015)

23. S General bullous
FDE
Eritema
Multiforme
SJS/TEN
Gejala
prodormal
–
Rasa terbakar
sebelum lesi
timbul
–
Jika ada batuk,
rinitis, subfebris
+
Febris, nyeri
kepala, myalgia,
lesi mukokutan
Riw. Konsumsi
obat
+ – +
Gatal +/– +/– +
Hipersensitivitas Tipe IV Tipe III Tipe II
(Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999),
(Butler, 2015)

24. O General bullous FDE Eritema Multiforme SJS/TEN
Erupsi Muncul 30min,
6-18jam
Mendadak , simetris > FDE
4-10hari
Lesi - Muncul sama
dengan lesi
sebelumnya
-Lesi mukosa kadang
- Target lesion
- Makula eritema
-Vesikobulosa
-Lesi mukosa +/-
-Tidak ada lesi
awal
-Lesi mukosa +
(Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999),
(Butler, 2015)

25. P General bullous FDE Eritema Multiforme SJS/TEN
Lab Eosinofil >> LED>>, Leukositosis,
ALT>>
Tak seimbang
elektrolit - Alkalosis
Histo
PA
Dyskeratosis,
Basal vacuolization,
Superficial
perivascular limfosit
inflamasi
Vacuolar dermatitis
dengan epidermal
necrosis
Subepidermal bulla
formation
Epidermal nekrosis
Superficial
perivascular limfosit
inflamasi
Aggregasi dyskeratotic
keratinocytes
(Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999),
(Butler, 2015)

26. P General bullous FDE Eritema Multiforme SJS/TEN
Terapi Hindari obat
Atur cairan elektrolit
Kortikosteroid
-3 x 10 mg
prednisone PO
Lesi :
-Basah : Kompres PZ
-Kering :
Kortikosteroid
topikal
Kortikosteroid oral
- Prednison
3x10mg
Hindari obat
cairan elektrolit
Kortikosteroid
- Dexa 6x5mg iv
Antibiotik
-Siprofloxacin
2x400mg iv
- 2x600mg iv
Diet TP, rendah
Garam
(Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999),
(Butler, 2015)

27.  Kausal
 Sistemik
◦ Kortikosteroid
 Dosis dewasa ialah 3 x 10 mg prednisone sehari.
◦ Antihistamin
 Dapat juga diberikan, jika terdapat rasa gatal.
◦ Pengobatan topikal
 Basah dapat diberi kompres,
 Kering dapat diberi krim kortikosteroid,
(Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999),

28.  FDE akan menyembuh bila penyebabnya
dapat diketahui dan segera disingkirkan.
(Hamzah, 2009), (Djuanda, 1999),