SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 22
ANALISIS STRUKUTURAL CERPEN
 “CERMIN, API, CERMIN, SUNYI”
KARYA TRIANTO TRIWIKROMO




                      Oleh :
   1. Azmil Azizah             (122144202)

   2. Proborini Puspitasari    (122144203)

   3. Nofianita Wahyuni        (122144205)

   4. Sony Yanuar Wicaksono    (122144215)

   5. Nur Jelang Margadinata   (122144017)




   JURUSAN SASTRA INDONESIA

   FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

                                        2012



                           KATA PENGANTAR



       Segala puji syukur kepada Sang Maha Kuasa Allah SWT yang senantiasa
memberikan cahaya dalam setiap dentingan petang. Alhamdulillah atas segala
pelita yang diberikan-NYA dalam setiap liku kehidupan. Pun tak lupa, puji syukur
keharibaan sang Maha Hidup atas karunia rahmad yang tak pernah luput diberikan
tanpa diminta. Terima kasih atas segala nikmat berupa kesehatan jasmani dan
rohani, sehingga penulis tetap dapat menyelesaikan makalah analisis structural
cerpen ini.

       Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Haris
Supratno atas nasihat dan saran yang senantiasa diberikan sehingga penyusunan
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah yang berjudul “Teori
Analisis Struktural Terhadap Cerpen Cermin, Api, Cermin, Sunyi” berisi ulasan-
ulasan tentang hasil pembedahan unsure-unsur intrinsik dalam cerpen “Cermin,
Api, Cermin, Sunyi”.

       Tiada gading yang tak retak, pepatah ini agaknya berlaku juga pada
makalah ini, kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini
tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang kami lakukan. Maka dari itu, kami
memohon maaf yang seluas-luasnya atas segala kesalahan dan kekhilafan yang
terkandung dalam makalah ini. Kritik dan saran sangatlah diperlukan untuk
menambah setiap celah kesalahan dan kekhilafan dalam makalah ini. Oleh
karenanya, kami memohon agar pembaca yang budiman berkenan memberikan
kritik dan saran kepada kami atas makalah ini.
Surabaya, Oktober 2012




                                                Penulis




                             DAFTAR ISI



1. Halaman Judul               ……………………………………….......i

2. Kata Pengantar              ……………………………………….......ii

3. Daftar Isi                  ………………………………………...…iii

4. BAB I PENDAHULUAN

   A. Latar Belakang           …………………………………………...1

   B. Rumusan Masalah          ……………………………………….…..1

   C. Tujuan                   …………………………………….……..2

   D. Manfaat                  ………………………………….………..2

5. BAB II KAJIAN PUSTAKA

   A. Konsep Struktur          …………………….……………………..3

   B. Konsep Tema              ………………….………………………..3

   C. Konsep Alur              ……………….…………………………..4

   D. Konsep Latar             …………………………………………...5

   E. Konsep Penokohan         ……………………...……………………5

   F. Konsep Sudut Pandang     ………………………………………...…6
G. Konsep Gaya Bahasa           ………………………………………...…7

6. BAB III PEMBAHASAN

   A. Tema                         ………………………………..…………8

   B. Alur                         ...……………………………..……........8

   C. Latar                        ………………………………..….…….10

   D. Penokohan                    ………………………………….……...11

   E. Sudut Pandang                ………..………………………...…......13

   F. Gaya Bahasa                  ...…………………………………….…13

7. BAB IV SIMPULAN                 ...……………………………………….16

8. Daftar Pustaka                  ……………………………………...….17

9. Lampiran Cerpen                 …………………………………...…….18




                                    BAB I

                             PENDAHULUAN




A. Latar Belakang

           Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan
    manusiadengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan.
    (Najid,2009:7). Pendapat lain mengatakan bahwa sastra adalah rekaman isi
    jiwa pengarangnya; Sastra adalah bentuk yang memiliki keteraturan dan
    pola; dan Sastra adalah alat penghibur, memberi rasa senang dan puas pada
    pembaca, dan memberi manfaat pada pembaca.
Sastra dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu sastra
  imajinatif dan sastra nonimajinatif. Sastra imajinatif meliputi puisi, prosa
  fiksi, dan drama sedangkan sastra nonimajinatif meliputi esei, kritik, biografi,
  sejarah, memoar, catatan harian, dan surat-surat.(Najid, 2009:13-18).

         Dalam sebuah karya sastra terdapat berbagai pesan yang ingin
  disampaikan oleh sang pengarang kepada para pembaca, baik secara tersirat
  maupun tersurat. Pengajian karya tersebut perlu suatu pembedahan yang
  memerlukan pengetahuan mengenai unsur-unsur karya sastra tersebut. Untuk
  dapat mengaji suatu hasil karya sastra, seseorang harus terlebih dahulu
  memahami dengan mantap unsur-unsur dala sebuah karya sastra agar terjadi
  perbandingan yang baik dan kritis terhadap karya sastra tersebut.




B. Rumusan Masalah

  1. Apakah tema mayor dan tema minor dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin,
     Sunyi” karya Trianto Triwikromo ?

  2. Apakah alur atau plot yang digunakan dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin,
     Sunyi” karya Trianto Triwikromo ?

  3. Bagaimanakah latar dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya
     Trianto Triwikromo ?

  4. Bagaimanakah penokohan dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi”
     karya Trianto Triwikromo ?

  5. Sudut pandang apa yang digunakan dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin,
     Sunyi” karya Trianto Triwikromo ?

  6. Seperti apakah gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen“Cermin, Api,
     Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo ?




C. Tujuan
1. Mengetahui   tema mayor dan tema minor dalam cerpen“Cermin, Api,
     Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo.

  2. Menjelaskan alur atau plot yang digunakan dalam cerpen“Cermin, Api,
     Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo.

  3. Memaparkan latar dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya
     Trianto Triwikromo.

  4. Membedah penokohan yang ada dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin,
     Sunyi” karya Trianto Triwikromo.

  5. Menyingkap sudut pandang yang digunakan oleh Trianto Triwikromo
     dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi”.

  6. Menganalisis gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen“Cermin, Api,
     Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo.




D. Manfaat

       Memberikan pengertian dan penjelasan yang lebih mendalam atas
  kajian pemaparan teori struktural cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya
  Trianto Triwikromo.




                                 BAB II
KAJIAN PUSTAKA



A. Konsep Struktur

         Dalam sebuah prosa fiksi yang termasuk sastra imajinatif terdapat dua
   hal pokok yang kemudian oleh Wellek dan Warren (1989) disebut unsur
   internal dan unsur eksternal. Unsur internal ialah unsur-unsur yang secara
   factual saling berhubungan dalam sebuah karya sastra. Unsur-unsur tersebut
   adalah tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Unsur
   eksternal adalah unsur yang berasal dari luar karya sastra seperti politik,
   budaya, agama, sosial, filsafat, dan yang lain.

         Ada tiga unsur penting pada aspek internal dalam prosa fiksi. Ketiga
   unsur tersebut ialah fakta cerita, sarana cerita, serta tema dan amanat cerita.
   (Najid, 2009:23). Fakta cerita ialah hal-hal yang diceritakan dalam sebuah
   prosa fiksi yang meliputi alur, tokoh, dan latar. Sarana cerita adalah hal-hal
   yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan menata detail cerita
   meliputi judul, sudut pandang, gaya bahasa dan nada. Tema dan amanat cerita
   adalah makna yang tersirat maupun tersurat yang menjadi dominator dalam
   sebuah cerita yang fungsinya patut diteladani pembaca




B. Konsep Tema

         Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok. Pada hakikatnya tema
   ialah permasalahan pokok yang merupakan tittik tolak pengarang dalam
   menyusun cerita, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan
   pengarang melalui karyanya. (Najid, 2009:34). Sedangkan Tarigan(1986:163)
   mendiskripsikan tema sebagai suatu pernyataan mengenai hidup dan manusia,
   suatu observasi, suatu keputusan, suatu pengumuman. Dengan demikian tema
   adalah suatu rumusan permasalahan pokok yang digunakan pengarang untuk
   menceritakan kehidupan dan manusia melalui sebuah cerita.
Tema dipergunakan untuk memberi nama bagi suatu pernyataan atau
   pikiran mengenai sesuatu subyek, motif, atau topik. (Laverty [et al],
   1971:543). Tema terbagi menjadi dua jenis, yaitu tema mayor dan tema
   minor. Tema mayor adalah tema pokok, tema utama, yaitu permasalahan
   yang mendominasi keseluruhan isi cerita. Sedangkan tema minor atau tema
   sampingan adalah peristiwa-peristiwa kecil yang mendukung keberadaan
   tema mayor(Najid 2009 : 34).




C. Konsep Alur

         Istilah lain yang sama maknanya dengan alur atau plot ini adalah trap
   atau dramatic conflict. Keempat istilah ini bermakana “struktur gerak atau
   laku dalam suatu fiksi atau drama” (Brooks and Warren, 1979:686). Alur juga
   dapat diartikan sebagai runtutan peristiwa yang saling terhubung untuk
   membangun jalannya sebuah cerita.

         Berdasar atas proses penyusunan bagian-bagian alur, alur cerita dapat
   dibedakan menjadi alur lurus dan alur sorot balik (flashback). Sebuah cerita
   disebut beralur lurus apabila cerita tersebut disusun dari awal kejadian dan
   diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya secara linier. Apabila
   peristiwa dalam sebuah cerita tidak bergerak linier, cerita demikian disebut
   beralur sorot balik. (Najid, 2009:27).

         Tahapan alur dalam sebuah cerita dibagi atas lima tahapan, yaitu :

     1. Exposition : pengenalan para tokoh, pembukaan hubungan-hubungan,
         menata adegan, menciptakan suasana, penyajian sudut pandang.

     2. Complication : peristiwa permulaan yang menimbulkan beberapa
         masalah, pertentangan, kesukaran, atau perubahan.

     3. Rising    action    :   mempertinggi   atau   meningkatkan     perhatian
         kegembiraan, kehebohan, atau keterlibatan pada saat bertambahnya
         kesukaran-kesukaran atau kendala-kendala
4. Turning point : krisis atau klimaks, titik emosi, dan perhatian yang
         paling besar, serta mendebarkan, apabila kesukaran atau masalah
         dihadapi dan diselesaikan.

     5. Ending :penjelasan peristiwa-peristiwa, bagaimana caranya para tokoh
         itu dipengaruhi, dan apa yang terjadi atas diri mereka masing-masing.

   ( Aldestein and Pival, 1976: 470).




D. Konsep Latar

         Latar atau setting adalah hal-hal yang terjadi dalam sebuah cerita yang
   merujuk pada lingkungan fisik. Dalam pengertian lebih luas, latar mencakup
   tempat dalam waktu dan kondisi-kondisi psikologis dari semua yang terlibat
   dalam kegiatan itu. Latar kerapkali sangat penting dalam memberi sugesti
   akan ciri-ciri tokoh, dan dalam menciptakan suasana sesuatu karya sastra.
   Semua ini sering dikembangkan dengan pemerian atau deskripsi. (Laverty [et
   al], 1971: 541).

         Selain itu latar juga digunakan sebagai tempat pengambilan nilai-nilai
   yang diungkapkan pengarang melalui ceritanya. Latar sebenarnya memiliki
   dua tipe, yaitu fisikal(neutral) dan psikologis(spiritual). Latar fisikal
   umumnya berupa benda-benda konkret, seperti meja, ruang makan, negara,
   dan yang lain. Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi
   pembaca, maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis. (Najid,
   2009:30).




E. Konsep Penokohan

         Tokoh adalah pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu
   menjalin suatu cerita. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh disebut
   penokohan.(Najid,2009:27). Penokohan atau karakterisasi dalam pandangan
   Tarigan (1986:141) adalah proses yang dipergunakan oleh seseorang
pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya. Jadi dapat disimpulkan
   bahwa penokohan adalah hasil pengkarakterisasian tokoh oleh seorang
   pengarang.

        Dalam suatu karya sastra, khususnya prosa fiksi seorang pengarang
   biasanya mengelompokkan tokoh-tokoh fiksionalnya dalam tiga tipe, yaitu:

     1. Tokoh utama ; tokoh pusat ( central character)

     2. Tokoh penunjang ( supporting character )

     3. Tokoh latar belakang ( background character )

   (Tarigan,1986:143).

        Tokoh utama adalah tokoh yang terlibat dan umumnya menguasai
   serangkaian peristiwa yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Kadang-
   kadang, suatu karya tidak hanya mempunyai satu orang tokoh utama, tetapi
   beberapa orang tokoh utama. Tokoh latar belakang yaitu orang-orang yang
   mendiami karya-karya sastra untuk memberikan ilusi atau bayangan dunia
   nyata. Tokoh penunjang terdapat diantara tokoh utama dan tokoh latar
   belakang yang sedikit menunjang alur atau tokoh-tokoh lainnya. Tokoh
   penunjang dapat timbul muncul dalam seluruh adegan ataupun menghilang
   sesudah berperan dalam satu adegan.

        Ada tiga macam cara yang sering digunakan pengarang untuk
   menggambarkan tokoh ceritanya. Ketiga cara tersebut ialah secara langsung
   (analitik), secara tidak langsung (dramatik), dan campuran. Gambaran tokoh
   secara langsung terjadi apabila pengarang langsung menguraikan atau
   menggambarkan         keadaan    tokoh.   Sebaliknya,   apabila   pengarang
   memberitahukan keadaan tokoh secara samar maka pelukisan tokoh disebut
   tidak langsung(Najid,2009:29).




F. Konsep Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) adalah posisi fisik, tempat persona/
pembicara melihat dan menyajikan gagasan-gagasan atau peristiwa-peristiwa;
merupakan perspektif/ pemandangan fisik dalam ruang dan waktu yang
dipilih oleh sang penulis bagi personanya, serta mencakup kualitas-kualitas
emosional dan mental sang persona yang mengawasi sikap dan nada.
(Tarigan, 1986:130).

      Sudut pandang yang umum digunakan adalah :

  1. Sudut pandangan yang berpusat pada orang pertama (first person
     central point of view)

  2. Sudut pandangan yang berkisar sekeliling orang pertama (first person
     peripheral point of view)

  3. Sudut pandangan yang ketiga terbatas (limited third person point of
     view )

  4. Sudut pandangan orang ketiga yang serba tahu (third person omniscient
     point of view). (Laverty [et al], 1971: 337).

      Dalam sudut pandang yang berpusat pada orang pertama, sang
pencerita yang bertindak sebagai juru bicara menceritakan kisahnya dengan
menggunakan kata aku, saya. Dalam sudut pandang yang berkisar sekitar
orang pertama, sang pencerita          menceritakan suatu cerita dengan
mempergunakan kata aku, saya; tetapi cerita itu bukan ceritanya sendiri. Di
sini sang pencerita bukan merupakan tokoh utama. Dalam sudut pandang
orang ketiga terbatas ini, sang pencerita tidak mempergunakan kata ganti
saya atau aku tetapi menceritakan cerita yang hanya diketahui oleh satu atau
dua tokoh utama. Sudut pandang orang ketiga serba tahu sang pengarang
dalam penyajian bahannya benar-benar mengetahui segala sesuatu yang
pantas diketahui mengenai segala tokohnya dan segala keadaan gerak
tindakan atau emosi yang terlibat di dalamnya.
G. Konsep Gaya Bahasa

         Bahasa adalah suatu sarana interaksi sosial; fungsi utamanya adalah
   komunikasi; korelasi psikologis sesuatu bahasa adalah kompetensi atau
   kemamapuan komunikatif: kemampuan melaksanakan interaksi sosial dengan
   bantuan bahasa. (Dik, 1979:5).

         Gaya bahasa merupakan keterampilan sang pengarang dalam
   memanfaatkan bahasa untuk menciptakan nada dan suasana yang tepat
   sehingga dapat memukau para pembaca. (Tarigan, 1986:136). Tjahjono
   (2011:56) mengungkapkan bahwa majas (gaya bahasa) merupakan cara yang
   dipakai pembicara atau penulis untuk mendayagunakan potensi bahasa
   sedemikian rupa agar tercapai efek semantik dan estetik pada diri pendengar
   atau pembaca. Kesimpulannya gaya bahasa adalah cara yang dipakai oleh
   pengarang dengan memanfaatkan bahasa untuk menciptakan efek estetik pada
   tokoh dalam karya fiksi.

         Secara garis besar majas itu dibedakan menjadi empat ragam, yaitu: 1.
   Majas perbandingan, 2. Majas penegasan, 3. Majas sindiran, dan 4. Majas
   pertentangan.
BAB III

                             PEMBAHASAN



A. Tema

          Secara umum tema yang digunakan cerpen “Cermin, Api, Cermin,
  Sunyi” karya Triyanto Triwikromo ini adalah “Pemaksaan untuk mengakui
  hal-hal yang tidak dilakukan.” Gambaran umum tentang tema cerpen
  “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” dapat dilihat dalam kutipan berikut. “Akan
  tetapi, karena tidak gila, aku justru berhasrat menceritakan kegilaan para
  serdadu dan perawat serta dokter yang tidak pernah mau percaya pada
  kesehatan jiwaku. Bagaimana tidak gila jika mereka selalu memintaku
  menjadi orang lain? Bagaimana tidak gila jika aku dipaksa menjadi
  pembunuh untuk perbuatan yang tidak pernah kulakukan?” (Triwikromo,
  2012:4)



          Pada baris kedua terakhir, terdapat kalimat Bagaimana tidak gila jika
  aku dipaksa menjadi pembunuh untuk perbuatan yang tidak pernah
  kulakukan? Yang menjadi bukti bahwa tokoh aku selalu dipaksa untuk
  menjadi pembunuh; untuk mengakui bahwa dirinya telah membunuh. Karena
  permasalahan muncul dari awal hingga akhir cerita, maka dapat disimpulkan
  bahwa tema ini merupakan tema mayor.




B. Alur

          Dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto
  Triwikromo ini alur yang dipakai adalah alur flashback. Pada paragraf awal,
  tokoh aku ingin menceritakan sesuatu yang pernah ia alami kepada pembaca.
  Pada paragraph ketiga tokoh aku mulai menceritakan pengalaman yang
  pernah ia alami. Dapat disimpulkan bahwa cerpen “Cermin, Api, Cermin,
Sunyi” karya Triyanto Triwikromo terjadi sebuah ketidaklinieran peristiwa
dalam sebuah cerita seperti pada terdapat pada kutipan berikut.

      Apakah kau pernah dipenjara dan disalib di ranjang api? Tidak hanya
      di satu sel, tetapi di empat penjara dan satu rumah sakit jiwa pada
      kurun 1965-1971? Jika pernah, kau pasti tidak sanggup menceritakan
      kepadaku sekecil apapun peristiwa yang kau alami dengan getir dan
      mungkin penuh tekanan itu. Karena itu sesungguhnya aku tidak ingin
      membeberkan kisah konyolku kepadamu. Aku yakin siapa pun akan
      menganggapku membualkan dongeng nonsens. Aku juga percaya
      mereka, mungkin juga kau, akan menganggap apapun yang kukatakan
      sebagai ceracauan orang gila. (Triwikromo, 2012:4)


      Proses penyimpulan alur      flashback ini mengacu pada teori yang
dikemukakan oleh Najid pada rujukan kajian pustaka.

      Kutipan di atas juga merupakan tahapan alur berupa exposition karena
memuat pengenalan tokoh, penyajian sudut pandang, penciptaan suasana.

      Tahapan alur kedua adalah complication pada cerpen “Cermin, Api,
Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo permulaan pertentangan mulai
terlihat pada paragraf ketiga. Tokoh aku mulai dipaksa oleh interogator untuk
mengakui pembunuhan. Seperti pada kutipan berikut.          “Kau tidak akan
dieksekusi hari ini jika mau mengakui ikut membunuh para jenderal dan
segera minta ampun.” (Triwikromo, 2012:4)

      Tahapan alur selanjutnya adalah rising action yang terdapat dalam
kutipan berikut ini. “Hmm, aku tahu ini cara para serdadu rahasia Soeharto
membuat kami depresi. Mereka sungguh piawai memciptakan kepankan.
Mereka lebih tampil sebagai dokter rumah sakit jiwa yang mengerti seluruh
ceruk kejiwaan kami ketimbang sebagai tentara.”(Triwikromo, 2012:4).
Dalam kutipan tersebut mulai terdapat penambahan tekanan-tekanan yang
dilakukan oleh sipir yang membuat tokoh aku bertamabh depresi.

      Tahapan alur yang keempat adalah turning point yang terdapat dalam
cuplikan berikut.
Apa maksud mereka menghukumku dengan cermin pantul
        membingungkan ini? Mereka ingin membuatku gila? Mereka ingin
        menerorku dengan seakan-akan memunculkan begitu banyak orang
        yang menguntitku? Atau jangan-jangan mereka sengaja menakuti-
        nakuti aku dengan puluhan hantu dibalik cermin agar aku segera
        mengaku telah terlibat dalam pembunuhan yang tidak pernah
        kulakukan? (Triwikromo, 2012:4)


           Pada tahap ini tokoh aku menjadi semakin depresi dengan
   diletakkannya tokoh aku di ruangan penuh cermin agar dia segera mengaku
   bahwa dia melakukan sebuah pembunuhan.

           Ending pada cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto
   Triwikromo ini ketika tokoh aku tertidur untuk sementara waktu, tetapi masih
   mempunyai rasa was-was akan penyaliban dan pembakaran yang akan
   dilakukan terhadapnya yang terdapat dalam kutipan berikut ini. “Aku
   memang tertidur. Aku tidak tahu kapan akan bangun          lagi. Aku hanya
   merasakana ancaman penyaliban dan pembakaran tubuhku tak akan
   terhindarkan. Tentu saja aku tidak peduli. Saat ini aku hanya ingin tidur.
   Tidur. Tidur.tidur…. dan tak bangun lagi…” (Triwikromo, 2012:4)

           Proses penarikan tahapan alur ini merujuk pada teori yang terdapat
   dalam kajian pustaka yang dikemukakan oleh Aldestein dan Pival bahwa
   tahapan alur ada lima tahap yang tiap-tiap tahapannya telah dijelaskan
   sebelumnya.




C. Latar

           Latar tempat yang digunakan dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin,
   Sunyi” karya Triyanto Triwikromo terdapat dalam beberapa tempat. Latar
   tempat pertama adalah penjara dekat penjagalan sapi.        “Aku memang
   dipindah ke tiga penjara, tetapi semua berada di alas. Mula-mula mereka
   memindahkan aku di sebuah tempat yang memungkinkan aku memndengar
   sapi mengerang-erang kesakitan.” (Triwikromo, 2012:4)
Latar tempat yang kedua adalah sebuah ruangan berisi 15 cermin besar.
“Ketika kubuka mataku, aku berada di ruang serba cermin yang ditata
sedemikian rupa sehingga memantulkan begitu banyak tubuh. Kulihat 15
tubuhku di balik cermin itu.” (Triwikromo, 2012:4)

      Latar tempat yang ketiga adalah bangsal yang penuh dengan pasien.
“Begitu bangun aku melihat kaki dan tanganku diikat di ranjang. Di kanan-
kiriku juga ada ranjang-ranjang dan tubuh-tubuh lain. Rupa-rupanya sekarang
aku dikurung di bangsal.” (Triwikromo, 2012:4)

      Selain latar tempat juga terdapat latar waktu. Peristiwa dalam cerpen
“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo ini terjadi pada
tahun 1965-1971. “Apakah kau pernah dipenjara dan disalib di ranjang api?
Tidak hanya di satu sel, tetapi di empat penjara dan satu rumah sakit jiwa
pada kurun 1965-1971?” (Triwikromo, 2012:4)

      Suasana yang tergambar dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi”
karya Triyanto Triwikromo ini adalah menyedihkan, miris, karena terdapat
berbagai gejolak pemaksaan dan penekanan untuk mengakui pembunuhan
yang tidak dilakukan tokoh aku dan terdapat pula intimidasi terhadap tokoh
aku yang tidak mau mengakui bahwa ia telah terlibat dalam sebuah
pembunuhan para jenderal seperti yang tergambar dari cuplikan dialog
berikut.   “Tetapi mengapa sampean katakan tempat ini sebagai sebuah
neraka? Karena tempat ini sebentar lagi akan dibakar dan kalian akan hangus,
kata sipir itu dingin.” (Triwikromo, 2012:4)

      Latar fisikal dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya
Triyanto Triwikromo ini adalah penjara. “Akan tetapi mereka memindahkan
aku ke penjara lain. Dipindah ke penjara lain jelas merupakan berkah.” Selain
penjara ada juga cermin yang sekaligus berperan sebagai latar psikologis,
karena adanya cermin dalam cerpen ini mampu mempengaruhi emosi tokoh
utama sekaligus pembaca.       “Yang jelas, mula-mula kubiarkan mereka
mempermainkanku dengan cermin yang sangat menyebalkan itu. Akan tetapi,
ketika kepanikan mulai muncul, aku ingin menghancurkan cermin itu.”
(Triwikromo, 2012:4). Pembaca diajak untuk turut merasakan betapa
  tertekannya tokoh aku oleh cermin yang berada di sekelilingnya.




D. Penokohan

        Tokoh utama dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya
  Triyanto Triwikromo ini adalah tokoh aku, karena tokoh aku terlibat dalam
  semua peristiwa yang terjadi. Sedangkan tokoh latar belakang adalah para
  sipir, dan dokter. Tokoh penunjang dalam cerpen ini adalah Karna, karena ia
  melakukan tugas “perorangan” dalam cerpen ini. Yang dimaksud tugas
  perorangan adalah ketika Karna melakukan pengorekan informasi dari tokoh
  aku, seperti yang terlihat dalam kutipan berikut. “Kau tidak akan dieksekusi
  hari ini jika kau mau mengakui ikut membunuh para jenderal dan segera
  minta ampun, kata interogator cantik berkumis halus yang entah mengapa
  bernama Karna dan bukan Karina itu.” (Triwikromo, 2012:4).

        Perspektif penentuan kedududkan tokoh di atas berdasar atas teori
  tentang tokoh yang dikemukakan oleh Tarigan bahwa terdapat tiga tokoh
  friksional yang bisa dilihat dalam prosa fiksi.

        Karakter dari tokoh aku ialah berpendirian teguh seperti tergambar
  dalam kutipan ini.         “Aku masih terdiam. Kupikir lebih baik aku
  menghabiskan waktuku di tempat ini daripada mengakui hal-hal yang tidak
  kulakukuan untuk pada akhirnya ditembak oleh para serdadu di sembarang
  tempat.” (Triwikromo, 2012:4).

        Dalam hal ini pengarang melukiskan karakter tokoh melalui lukisan
  sikap dan perilaku tokoh dalam menanggapi kejadian atau peristiwa. Tokoh
  aku tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak mengakui turut ambil bagian
  dalam pembunuhan para jenderal.

        Karakter     Karna     sebagai     tokoh    penunjang   ialah   pintar.
  Pengkarakterisasian Karna sebagai seorang yang pintar dapat diihat dari cara
  tokoh aku melukiskan tanggapannya terhadap tokoh Karna. Perhatikan
kutipan berikut. “Akan tetapi, sungguh keliru menganggap Karna sebagai
  perempuan bodoh. Dia tahu aku tak sungguh-sungguh mencium dan
  menggigit bibirnya yang ranum itu.” (Triwikromo, 2012:4).

       Sedangkan untuk karakter para sipir adalah penindas, karakter dari para
  sipir dapat dilihat dari bagaimana tokoh aku memberikan gambaran mengenai
  para sipir tersebut. “Hmm, aku tahu ini cara para serdadu rahasia Soeharto
  membuat kami depresi. Mereka sungguh piawai memciptakan kepankan.
  Mereka lebih tampil sebagai dokter rumah sakit jiwa yang mengerti seluruh
  ceruk kejiwaan kami ketimbang sebagai tentara.”(Triwikromo, 2012:4).

       Karaker yang dimiliki dokter seperti yang digambarkan oleh tokoh aku
  adalah seorang yang lembut dan sabar. “Pria tampan ini dengan lembut
  kemudian membisikkan kata-kata yang juga lembut di telingaku, Aku dokter
  yang akan merawatmu. Kau jangan sekali-kali melarikan diri dari rumah sakit
  jiwa ini…” (Triwikromo, 2012:4).

       Pengambilan kesimpulan karakter dalam cerpen ini merujuk pada
  kajian pustaka bahwa cara pelukisan karakter tokoh dapat melalui 3 cara,
  langsung, tak langsung, dan campuran. Dalam cerpen ini khususnya
  pengarang melukiskan karakter para tokoh melalui tanggapan tokoh aku
  terhadap tokoh lain dan bagaiman tanggapan tokoh aku akan peristiwa yang
  terjadi yang kemudian keseluruhan tanggapan ini oleh Najid disebut
  pencitraan tak langsung(dramatik).




E. Sudut Pandang

       Trianto Triwikromo dalam cerpennya yang berjudul “Cermin, Api,
  Cermin, Sunyi” menunjuk tokoh utama sebagai juru bicara untuk
  menceritakan kisahnya dengan menggunakan subyek aku dan yang kemudian
  oleh Laverty disebut sudut pandangan tepusat pada orang pertama seperti
  dalam kutipan berikut ini.    “Akan tetapi, karena tidak gila, aku justru
  berhasrat menceritakan kegilaan para serdadu dan perawat serta dokter yang
tidak pernah mau percaya pada kesehatan jiwaku. Bagaimana tidak gila jika
  mereka selalu memintaku menjadi orang lain? Bagaimana tidak gila jika aku
  dipaksa menjadi pembunuh untuk perbuatan yang tidak pernah kulakukan?
  (Triwikromo, 2012:4).




F. Gaya Bahasa

       Terdapat beberapa majas atau gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen
  “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo, anatara lain :

    1. Majas Personifikasi

            Majas personifikasi adalah majas yang melukiskan bahwa benda
       yang sebernarnya mati, tidak bernyawa dapat berperilaku layaknya
       manusia. Perhatikan kutipan berikut. “Karna mengangguk. Napasnya
       memburu. Ada gairah menggelak ditahan.” (Triwikromo, 2012:4).
       Dalam     kalimat     Napasnya     memburu     Trianto    Triwikromo
       menggambarkan bahwa seolah-olah napas yang merupakan benda mati
       dapat memburu Karna yang seorang manusia.




    2. Majas Asosiasi

           Majas asosiasi adalah majas yang membandingkan suatu hal
       dengan hal lain dengan menggunakan kata bagai, seperti, bak, laksana,
       seumpama, dan sebagainya. “Kedua aku bisa terhindar dari ancaman
       eksekusi yang mengakibatkan perut seperti diaduk-aduk dan jantung
       berdetak lebih kencang.” (Triwikromo, 2012:4). Dalam kutipan di atas
       pengarang menggunakan kata seperti untuk membandingkan perasaan
       ancaman eksekusi dengan persaaan ketika perut sedang diaduk-aduk.

    3. Majas Hiperbola
Majas hiperbola ialah majas yang suatu hal atau keadaan dengan
     berlebihan. Contoh dari majas hiperbola dapat dilihat dalam kutipan
     cerpen berikut ini. “Dia benar-benar menyangka saat itu aku telanjang
     dan dengan rakus menganggap para jenderal sebagai makanan yang
     layak dilahap tanpa sisa, tanpa tulang-temulang.”(Triwikromo, 2012:4).

  4. Majas retoris

         Majas retoris adalah majas berupa kalimat Tanya yang tidak
     memerlukan jawaban. Perhatikan kutipan berikut. “Apakah kau pernah
     dipenjara dan disalib di ranjang api? Tidak hanya di satu sel, tetapi di
     empat penjara dan satu rumah sakit jiwa pada kurun 1965-1971?”
     (Triwikromo, 2012:4). Pertanyaan Apakah kau pernah dipenjara dan
     disalib di ranjang api? Tidak hanya di satu sel, tetapi di empat penjara
     dan satu rumah sakit jiwa pada kurun 1965-1971?merupakan
     pertanyaan retoris, karena jawabannya sudah jelas bahwa pada kurun
     waktu 1965-1971 terdapat pemenjaraan bahkan pembantaian orang-
     orang yang dituduh sebagai anggota komplotan PKI. Jadi sudah jelas
     pertanyaan tersebut sudah mempunyai jawaban.




     Majas-majas diatas secara umum dapat dikelompokkan dalam empat
kelompok majas yang sebelumnya sudah terdapat dalam kajian pustaka.
Majas personifikasi, majas asosiasi, majas hiperbola dikelompokkan ke dalam
majas perbandingan karena kelompok majas ini berusaha mengungkapkan
suatu hal dengan membandingkan dengan hal lain. Sedangkan majas retoris
termasuk dalam kelompok besar majas penegasan karena memberikan
penekanan terhadap pengertian suatu kata atau ungkapan.
BAB IV

                            SIMPULAN



1. Tema mayor dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto
   Triwikromo adalah “Pemaksaan untuk mengakui hal-hal yang tidak
   dilakukan.”

2. Alur yang digunakan dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya
   Triyanto Triwikromo adalah alur flashback.

3. Latar tempat yang digunakan dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi”
   karya Triyanto Triwikromo adalah di penjara, ruang serba cermin, dan
   bangsal penuh pasien. Latar waktu dalam cerpen adalah dalam kurun
   waktu 1965-1971. Latar fisikal cerpen adalah penjara, sedangkan latar
   psikologisnya adlah cermin.

4. Tokoh utama dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto
   Triwikromo adalah tokoh aku, tokoh latar belakang adalah para sipir dan
   dokter, sedangkan tokoh penunjangnya adalah Karna. Karakter tokoh aku
   adalah berpendirian teguh, watak para sipir adalah penindas, watak dokter
   lembut dan sabar, dan karakter Karna adalah pintar.

5. Sudut pandang yang digunakan Trianto Triwikromo dalam cerpen
   “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” adalah sudut pandang yang terpusat pada
   orang pertama.

6. Majas yang digunakan dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya
   Triyanto Triwikromo adalah majas pesonifikasi, majas asosiasi, majas
   hiperbola yang termasuk dalam kelompok majas perbandingan serta majas
   retoris yang termasuk dalam kelompok majas penegasan.
DAFTAR PUSTAKA


Aldestein, Michael E. and Jean G. Pival. 1976. The writing Comitment. New
       York: Harcourt Brace Javanovich, Inc.

Brook, Cleanth and Robert Penn Warren. 1979. Modern Rhetoric. New York:
      Harcourt Brace Javanovich, Inc.

Dik, Simon. 1979. Functional Grammar. Amsterdam: North Holland Publishing
       Company.

Laverty, Carrol D. [et al]. 1971. The Unity of English . New York: Harper& Row,
       Publisher.

Najid, Moh. 2009. Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University press.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa.
       Bandung : Angkasa.

Tjahjono, Tengsoe. 2011. Mendaki Gunung Puisi ke Arah Kegiatan Apresiasi.
       Malang: Bayumedia Publishing.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori kesusasteraan. Jakarta: Gramedia.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
ErFani RetNo
 
Materi Bahasa Indonesia kelas XII IPS Semester Genap ESAI
Materi Bahasa Indonesia kelas XII IPS Semester Genap ESAIMateri Bahasa Indonesia kelas XII IPS Semester Genap ESAI
Materi Bahasa Indonesia kelas XII IPS Semester Genap ESAI
Mutiara Laili Febriana
 

La actualidad más candente (16)

Cerpen Bahasa Indonesia kelas 11
Cerpen Bahasa Indonesia kelas 11Cerpen Bahasa Indonesia kelas 11
Cerpen Bahasa Indonesia kelas 11
 
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerpen Daster karya Andy Moe
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerpen Daster karya Andy MoeTugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerpen Daster karya Andy Moe
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerpen Daster karya Andy Moe
 
Karya ilmiah, bahasa indonesia, MEMAHAMI MAKNA DARI SEBUAH PUISI YANG DI BUAT...
Karya ilmiah, bahasa indonesia, MEMAHAMI MAKNA DARI SEBUAH PUISI YANG DI BUAT...Karya ilmiah, bahasa indonesia, MEMAHAMI MAKNA DARI SEBUAH PUISI YANG DI BUAT...
Karya ilmiah, bahasa indonesia, MEMAHAMI MAKNA DARI SEBUAH PUISI YANG DI BUAT...
 
Esai
EsaiEsai
Esai
 
Rangkuman materi bahasa indonesia kelas xii
Rangkuman materi bahasa indonesia kelas xiiRangkuman materi bahasa indonesia kelas xii
Rangkuman materi bahasa indonesia kelas xii
 
Tugas 4 tik makalah lisa 2 a
Tugas 4 tik makalah lisa 2 aTugas 4 tik makalah lisa 2 a
Tugas 4 tik makalah lisa 2 a
 
SEKILAS TENTANG CERPEN
SEKILAS TENTANG CERPENSEKILAS TENTANG CERPEN
SEKILAS TENTANG CERPEN
 
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
Lengkap lembar kerja mahasiswa 1
 
Materi Esai
Materi EsaiMateri Esai
Materi Esai
 
Dilaaaaa tik
Dilaaaaa tikDilaaaaa tik
Dilaaaaa tik
 
Materi Bahasa Indonesia kelas XII IPS Semester Genap ESAI
Materi Bahasa Indonesia kelas XII IPS Semester Genap ESAIMateri Bahasa Indonesia kelas XII IPS Semester Genap ESAI
Materi Bahasa Indonesia kelas XII IPS Semester Genap ESAI
 
MAKALAH analisis ayahku pulang.docx
MAKALAH analisis ayahku pulang.docxMAKALAH analisis ayahku pulang.docx
MAKALAH analisis ayahku pulang.docx
 
Makalah struktur batin puisi
Makalah struktur batin puisiMakalah struktur batin puisi
Makalah struktur batin puisi
 
Prinsip penulisan kritik
Prinsip penulisan kritikPrinsip penulisan kritik
Prinsip penulisan kritik
 
BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")
BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")
BAHASA INDONESIA (Cerita Pendek "Cerpen Juru Masak")
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
Unsur intrinsik dan ekstrinsik(1)
 

Destacado

Struktur dan analisis Cerpen B.Ind Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina - SMA 1 Sem...
Struktur dan analisis Cerpen B.Ind Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina - SMA 1 Sem...Struktur dan analisis Cerpen B.Ind Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina - SMA 1 Sem...
Struktur dan analisis Cerpen B.Ind Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina - SMA 1 Sem...
CHRISTOPHER WIDYANTA
 
Cerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulit
Cerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulitCerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulit
Cerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulit
daniasasqia
 

Destacado (6)

Sungai - SERSAN KASIM
Sungai - SERSAN KASIMSungai - SERSAN KASIM
Sungai - SERSAN KASIM
 
Struktur dan analisis Cerpen B.Ind Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina - SMA 1 Sem...
Struktur dan analisis Cerpen B.Ind Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina - SMA 1 Sem...Struktur dan analisis Cerpen B.Ind Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina - SMA 1 Sem...
Struktur dan analisis Cerpen B.Ind Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina - SMA 1 Sem...
 
Cerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulit
Cerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulitCerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulit
Cerpen Robohnya Surau Kami, strukturnya, majas dan kata-kata sulit
 
Cerpen Mawar Biru untuk Novia beserta unsur intrinsiknya
Cerpen Mawar Biru untuk Novia beserta unsur intrinsiknyaCerpen Mawar Biru untuk Novia beserta unsur intrinsiknya
Cerpen Mawar Biru untuk Novia beserta unsur intrinsiknya
 
Analisis Unsur Intrinsik dan ekstrinsik cerpen beserta contoh
Analisis Unsur Intrinsik dan ekstrinsik cerpen beserta contohAnalisis Unsur Intrinsik dan ekstrinsik cerpen beserta contoh
Analisis Unsur Intrinsik dan ekstrinsik cerpen beserta contoh
 
Materi Teks Cerpen Bahasa Indonesia Kelas XI
Materi Teks Cerpen Bahasa Indonesia Kelas XIMateri Teks Cerpen Bahasa Indonesia Kelas XI
Materi Teks Cerpen Bahasa Indonesia Kelas XI
 

Similar a Analisis strukutural cerpen cermin, api, cermin, sunyi karya trianito triwikromo

Analisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang JepunAnalisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Churifiani Eva
 
2. Tugas kelompok -Bab -2-Teks - Sejarah.pptx
2. Tugas kelompok -Bab -2-Teks - Sejarah.pptx2. Tugas kelompok -Bab -2-Teks - Sejarah.pptx
2. Tugas kelompok -Bab -2-Teks - Sejarah.pptx
YOSI729134
 

Similar a Analisis strukutural cerpen cermin, api, cermin, sunyi karya trianito triwikromo (20)

Analisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang JepunAnalisis Novel Perempuan Kembang Jepun
Analisis Novel Perempuan Kembang Jepun
 
Pengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis CerpenPengenalan Menganalisis Cerpen
Pengenalan Menganalisis Cerpen
 
MODUL IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORER
MODUL IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORERMODUL IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORER
MODUL IV SENI BUDAYA KB 3: NASKAH TEATER TRADISIONAL, MODERN, DAN KONTEMPORER
 
cerpen Kelompok 5
cerpen Kelompok  5   cerpen Kelompok  5
cerpen Kelompok 5
 
ppt kls 9 bab 3 cerpen.pptx
ppt kls 9 bab 3 cerpen.pptxppt kls 9 bab 3 cerpen.pptx
ppt kls 9 bab 3 cerpen.pptx
 
Jenis tulisan dan Kerangka Karangan (Bahasa Indonesia)
Jenis tulisan dan Kerangka Karangan (Bahasa Indonesia)Jenis tulisan dan Kerangka Karangan (Bahasa Indonesia)
Jenis tulisan dan Kerangka Karangan (Bahasa Indonesia)
 
Makalah Bahasa Indonesia - Novel 9 Summers 10 Autumns
Makalah Bahasa Indonesia - Novel 9 Summers 10 AutumnsMakalah Bahasa Indonesia - Novel 9 Summers 10 Autumns
Makalah Bahasa Indonesia - Novel 9 Summers 10 Autumns
 
2. Tugas kelompok -Bab -2-Teks - Sejarah.pptx
2. Tugas kelompok -Bab -2-Teks - Sejarah.pptx2. Tugas kelompok -Bab -2-Teks - Sejarah.pptx
2. Tugas kelompok -Bab -2-Teks - Sejarah.pptx
 
Makalah cerpen
Makalah cerpenMakalah cerpen
Makalah cerpen
 
Makalah cerpen
Makalah cerpenMakalah cerpen
Makalah cerpen
 
Bahan ajar kelas xi
Bahan ajar kelas xiBahan ajar kelas xi
Bahan ajar kelas xi
 
E-modul kesetaraan Paket B Kelas IX Modul 14 Unit 01
E-modul kesetaraan Paket B Kelas  IX Modul 14 Unit 01E-modul kesetaraan Paket B Kelas  IX Modul 14 Unit 01
E-modul kesetaraan Paket B Kelas IX Modul 14 Unit 01
 
Pengertian karya sastra
Pengertian karya sastraPengertian karya sastra
Pengertian karya sastra
 
Makalah cerpen
Makalah cerpenMakalah cerpen
Makalah cerpen
 
Makalah cerpen
Makalah cerpenMakalah cerpen
Makalah cerpen
 
ppt 3.5 4.5 cerpen.pptx
ppt 3.5 4.5 cerpen.pptxppt 3.5 4.5 cerpen.pptx
ppt 3.5 4.5 cerpen.pptx
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsikUnsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
 
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsikUnsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur intrinsik dan ekstrinsik
 
MATERI BAB III CERITA PENDEK
MATERI BAB III CERITA PENDEKMATERI BAB III CERITA PENDEK
MATERI BAB III CERITA PENDEK
 

Último

Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
RIMA685626
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Último (20)

E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 

Analisis strukutural cerpen cermin, api, cermin, sunyi karya trianito triwikromo

  • 1. ANALISIS STRUKUTURAL CERPEN “CERMIN, API, CERMIN, SUNYI” KARYA TRIANTO TRIWIKROMO Oleh : 1. Azmil Azizah (122144202) 2. Proborini Puspitasari (122144203) 3. Nofianita Wahyuni (122144205) 4. Sony Yanuar Wicaksono (122144215) 5. Nur Jelang Margadinata (122144017) JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI
  • 2. UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2012 KATA PENGANTAR Segala puji syukur kepada Sang Maha Kuasa Allah SWT yang senantiasa memberikan cahaya dalam setiap dentingan petang. Alhamdulillah atas segala pelita yang diberikan-NYA dalam setiap liku kehidupan. Pun tak lupa, puji syukur keharibaan sang Maha Hidup atas karunia rahmad yang tak pernah luput diberikan tanpa diminta. Terima kasih atas segala nikmat berupa kesehatan jasmani dan rohani, sehingga penulis tetap dapat menyelesaikan makalah analisis structural cerpen ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Haris Supratno atas nasihat dan saran yang senantiasa diberikan sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah yang berjudul “Teori Analisis Struktural Terhadap Cerpen Cermin, Api, Cermin, Sunyi” berisi ulasan- ulasan tentang hasil pembedahan unsure-unsur intrinsik dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi”. Tiada gading yang tak retak, pepatah ini agaknya berlaku juga pada makalah ini, kami sebagai penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang kami lakukan. Maka dari itu, kami memohon maaf yang seluas-luasnya atas segala kesalahan dan kekhilafan yang terkandung dalam makalah ini. Kritik dan saran sangatlah diperlukan untuk menambah setiap celah kesalahan dan kekhilafan dalam makalah ini. Oleh karenanya, kami memohon agar pembaca yang budiman berkenan memberikan kritik dan saran kepada kami atas makalah ini.
  • 3. Surabaya, Oktober 2012 Penulis DAFTAR ISI 1. Halaman Judul ……………………………………….......i 2. Kata Pengantar ……………………………………….......ii 3. Daftar Isi ………………………………………...…iii 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………...1 B. Rumusan Masalah ……………………………………….…..1 C. Tujuan …………………………………….……..2 D. Manfaat ………………………………….………..2 5. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Struktur …………………….……………………..3 B. Konsep Tema ………………….………………………..3 C. Konsep Alur ……………….…………………………..4 D. Konsep Latar …………………………………………...5 E. Konsep Penokohan ……………………...……………………5 F. Konsep Sudut Pandang ………………………………………...…6
  • 4. G. Konsep Gaya Bahasa ………………………………………...…7 6. BAB III PEMBAHASAN A. Tema ………………………………..…………8 B. Alur ...……………………………..……........8 C. Latar ………………………………..….…….10 D. Penokohan ………………………………….……...11 E. Sudut Pandang ………..………………………...…......13 F. Gaya Bahasa ...…………………………………….…13 7. BAB IV SIMPULAN ...……………………………………….16 8. Daftar Pustaka ……………………………………...….17 9. Lampiran Cerpen …………………………………...…….18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusiadengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan. (Najid,2009:7). Pendapat lain mengatakan bahwa sastra adalah rekaman isi jiwa pengarangnya; Sastra adalah bentuk yang memiliki keteraturan dan pola; dan Sastra adalah alat penghibur, memberi rasa senang dan puas pada pembaca, dan memberi manfaat pada pembaca.
  • 5. Sastra dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu sastra imajinatif dan sastra nonimajinatif. Sastra imajinatif meliputi puisi, prosa fiksi, dan drama sedangkan sastra nonimajinatif meliputi esei, kritik, biografi, sejarah, memoar, catatan harian, dan surat-surat.(Najid, 2009:13-18). Dalam sebuah karya sastra terdapat berbagai pesan yang ingin disampaikan oleh sang pengarang kepada para pembaca, baik secara tersirat maupun tersurat. Pengajian karya tersebut perlu suatu pembedahan yang memerlukan pengetahuan mengenai unsur-unsur karya sastra tersebut. Untuk dapat mengaji suatu hasil karya sastra, seseorang harus terlebih dahulu memahami dengan mantap unsur-unsur dala sebuah karya sastra agar terjadi perbandingan yang baik dan kritis terhadap karya sastra tersebut. B. Rumusan Masalah 1. Apakah tema mayor dan tema minor dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo ? 2. Apakah alur atau plot yang digunakan dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo ? 3. Bagaimanakah latar dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo ? 4. Bagaimanakah penokohan dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo ? 5. Sudut pandang apa yang digunakan dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo ? 6. Seperti apakah gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo ? C. Tujuan
  • 6. 1. Mengetahui tema mayor dan tema minor dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo. 2. Menjelaskan alur atau plot yang digunakan dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo. 3. Memaparkan latar dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo. 4. Membedah penokohan yang ada dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo. 5. Menyingkap sudut pandang yang digunakan oleh Trianto Triwikromo dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi”. 6. Menganalisis gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen“Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo. D. Manfaat Memberikan pengertian dan penjelasan yang lebih mendalam atas kajian pemaparan teori struktural cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Trianto Triwikromo. BAB II
  • 7. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Struktur Dalam sebuah prosa fiksi yang termasuk sastra imajinatif terdapat dua hal pokok yang kemudian oleh Wellek dan Warren (1989) disebut unsur internal dan unsur eksternal. Unsur internal ialah unsur-unsur yang secara factual saling berhubungan dalam sebuah karya sastra. Unsur-unsur tersebut adalah tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Unsur eksternal adalah unsur yang berasal dari luar karya sastra seperti politik, budaya, agama, sosial, filsafat, dan yang lain. Ada tiga unsur penting pada aspek internal dalam prosa fiksi. Ketiga unsur tersebut ialah fakta cerita, sarana cerita, serta tema dan amanat cerita. (Najid, 2009:23). Fakta cerita ialah hal-hal yang diceritakan dalam sebuah prosa fiksi yang meliputi alur, tokoh, dan latar. Sarana cerita adalah hal-hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan menata detail cerita meliputi judul, sudut pandang, gaya bahasa dan nada. Tema dan amanat cerita adalah makna yang tersirat maupun tersurat yang menjadi dominator dalam sebuah cerita yang fungsinya patut diteladani pembaca B. Konsep Tema Tema adalah gagasan utama atau pikiran pokok. Pada hakikatnya tema ialah permasalahan pokok yang merupakan tittik tolak pengarang dalam menyusun cerita, sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang melalui karyanya. (Najid, 2009:34). Sedangkan Tarigan(1986:163) mendiskripsikan tema sebagai suatu pernyataan mengenai hidup dan manusia, suatu observasi, suatu keputusan, suatu pengumuman. Dengan demikian tema adalah suatu rumusan permasalahan pokok yang digunakan pengarang untuk menceritakan kehidupan dan manusia melalui sebuah cerita.
  • 8. Tema dipergunakan untuk memberi nama bagi suatu pernyataan atau pikiran mengenai sesuatu subyek, motif, atau topik. (Laverty [et al], 1971:543). Tema terbagi menjadi dua jenis, yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah tema pokok, tema utama, yaitu permasalahan yang mendominasi keseluruhan isi cerita. Sedangkan tema minor atau tema sampingan adalah peristiwa-peristiwa kecil yang mendukung keberadaan tema mayor(Najid 2009 : 34). C. Konsep Alur Istilah lain yang sama maknanya dengan alur atau plot ini adalah trap atau dramatic conflict. Keempat istilah ini bermakana “struktur gerak atau laku dalam suatu fiksi atau drama” (Brooks and Warren, 1979:686). Alur juga dapat diartikan sebagai runtutan peristiwa yang saling terhubung untuk membangun jalannya sebuah cerita. Berdasar atas proses penyusunan bagian-bagian alur, alur cerita dapat dibedakan menjadi alur lurus dan alur sorot balik (flashback). Sebuah cerita disebut beralur lurus apabila cerita tersebut disusun dari awal kejadian dan diteruskan dengan kejadian-kejadian berikutnya secara linier. Apabila peristiwa dalam sebuah cerita tidak bergerak linier, cerita demikian disebut beralur sorot balik. (Najid, 2009:27). Tahapan alur dalam sebuah cerita dibagi atas lima tahapan, yaitu : 1. Exposition : pengenalan para tokoh, pembukaan hubungan-hubungan, menata adegan, menciptakan suasana, penyajian sudut pandang. 2. Complication : peristiwa permulaan yang menimbulkan beberapa masalah, pertentangan, kesukaran, atau perubahan. 3. Rising action : mempertinggi atau meningkatkan perhatian kegembiraan, kehebohan, atau keterlibatan pada saat bertambahnya kesukaran-kesukaran atau kendala-kendala
  • 9. 4. Turning point : krisis atau klimaks, titik emosi, dan perhatian yang paling besar, serta mendebarkan, apabila kesukaran atau masalah dihadapi dan diselesaikan. 5. Ending :penjelasan peristiwa-peristiwa, bagaimana caranya para tokoh itu dipengaruhi, dan apa yang terjadi atas diri mereka masing-masing. ( Aldestein and Pival, 1976: 470). D. Konsep Latar Latar atau setting adalah hal-hal yang terjadi dalam sebuah cerita yang merujuk pada lingkungan fisik. Dalam pengertian lebih luas, latar mencakup tempat dalam waktu dan kondisi-kondisi psikologis dari semua yang terlibat dalam kegiatan itu. Latar kerapkali sangat penting dalam memberi sugesti akan ciri-ciri tokoh, dan dalam menciptakan suasana sesuatu karya sastra. Semua ini sering dikembangkan dengan pemerian atau deskripsi. (Laverty [et al], 1971: 541). Selain itu latar juga digunakan sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang diungkapkan pengarang melalui ceritanya. Latar sebenarnya memiliki dua tipe, yaitu fisikal(neutral) dan psikologis(spiritual). Latar fisikal umumnya berupa benda-benda konkret, seperti meja, ruang makan, negara, dan yang lain. Apabila latar fisikal tersebut mampu menggerakkan emosi pembaca, maka latar tersebut juga berfungsi sebagai latar psikologis. (Najid, 2009:30). E. Konsep Penokohan Tokoh adalah pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu menjalin suatu cerita. Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh disebut penokohan.(Najid,2009:27). Penokohan atau karakterisasi dalam pandangan Tarigan (1986:141) adalah proses yang dipergunakan oleh seseorang
  • 10. pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah hasil pengkarakterisasian tokoh oleh seorang pengarang. Dalam suatu karya sastra, khususnya prosa fiksi seorang pengarang biasanya mengelompokkan tokoh-tokoh fiksionalnya dalam tiga tipe, yaitu: 1. Tokoh utama ; tokoh pusat ( central character) 2. Tokoh penunjang ( supporting character ) 3. Tokoh latar belakang ( background character ) (Tarigan,1986:143). Tokoh utama adalah tokoh yang terlibat dan umumnya menguasai serangkaian peristiwa yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Kadang- kadang, suatu karya tidak hanya mempunyai satu orang tokoh utama, tetapi beberapa orang tokoh utama. Tokoh latar belakang yaitu orang-orang yang mendiami karya-karya sastra untuk memberikan ilusi atau bayangan dunia nyata. Tokoh penunjang terdapat diantara tokoh utama dan tokoh latar belakang yang sedikit menunjang alur atau tokoh-tokoh lainnya. Tokoh penunjang dapat timbul muncul dalam seluruh adegan ataupun menghilang sesudah berperan dalam satu adegan. Ada tiga macam cara yang sering digunakan pengarang untuk menggambarkan tokoh ceritanya. Ketiga cara tersebut ialah secara langsung (analitik), secara tidak langsung (dramatik), dan campuran. Gambaran tokoh secara langsung terjadi apabila pengarang langsung menguraikan atau menggambarkan keadaan tokoh. Sebaliknya, apabila pengarang memberitahukan keadaan tokoh secara samar maka pelukisan tokoh disebut tidak langsung(Najid,2009:29). F. Konsep Sudut Pandang
  • 11. Sudut pandang (point of view) adalah posisi fisik, tempat persona/ pembicara melihat dan menyajikan gagasan-gagasan atau peristiwa-peristiwa; merupakan perspektif/ pemandangan fisik dalam ruang dan waktu yang dipilih oleh sang penulis bagi personanya, serta mencakup kualitas-kualitas emosional dan mental sang persona yang mengawasi sikap dan nada. (Tarigan, 1986:130). Sudut pandang yang umum digunakan adalah : 1. Sudut pandangan yang berpusat pada orang pertama (first person central point of view) 2. Sudut pandangan yang berkisar sekeliling orang pertama (first person peripheral point of view) 3. Sudut pandangan yang ketiga terbatas (limited third person point of view ) 4. Sudut pandangan orang ketiga yang serba tahu (third person omniscient point of view). (Laverty [et al], 1971: 337). Dalam sudut pandang yang berpusat pada orang pertama, sang pencerita yang bertindak sebagai juru bicara menceritakan kisahnya dengan menggunakan kata aku, saya. Dalam sudut pandang yang berkisar sekitar orang pertama, sang pencerita menceritakan suatu cerita dengan mempergunakan kata aku, saya; tetapi cerita itu bukan ceritanya sendiri. Di sini sang pencerita bukan merupakan tokoh utama. Dalam sudut pandang orang ketiga terbatas ini, sang pencerita tidak mempergunakan kata ganti saya atau aku tetapi menceritakan cerita yang hanya diketahui oleh satu atau dua tokoh utama. Sudut pandang orang ketiga serba tahu sang pengarang dalam penyajian bahannya benar-benar mengetahui segala sesuatu yang pantas diketahui mengenai segala tokohnya dan segala keadaan gerak tindakan atau emosi yang terlibat di dalamnya.
  • 12. G. Konsep Gaya Bahasa Bahasa adalah suatu sarana interaksi sosial; fungsi utamanya adalah komunikasi; korelasi psikologis sesuatu bahasa adalah kompetensi atau kemamapuan komunikatif: kemampuan melaksanakan interaksi sosial dengan bantuan bahasa. (Dik, 1979:5). Gaya bahasa merupakan keterampilan sang pengarang dalam memanfaatkan bahasa untuk menciptakan nada dan suasana yang tepat sehingga dapat memukau para pembaca. (Tarigan, 1986:136). Tjahjono (2011:56) mengungkapkan bahwa majas (gaya bahasa) merupakan cara yang dipakai pembicara atau penulis untuk mendayagunakan potensi bahasa sedemikian rupa agar tercapai efek semantik dan estetik pada diri pendengar atau pembaca. Kesimpulannya gaya bahasa adalah cara yang dipakai oleh pengarang dengan memanfaatkan bahasa untuk menciptakan efek estetik pada tokoh dalam karya fiksi. Secara garis besar majas itu dibedakan menjadi empat ragam, yaitu: 1. Majas perbandingan, 2. Majas penegasan, 3. Majas sindiran, dan 4. Majas pertentangan.
  • 13. BAB III PEMBAHASAN A. Tema Secara umum tema yang digunakan cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo ini adalah “Pemaksaan untuk mengakui hal-hal yang tidak dilakukan.” Gambaran umum tentang tema cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” dapat dilihat dalam kutipan berikut. “Akan tetapi, karena tidak gila, aku justru berhasrat menceritakan kegilaan para serdadu dan perawat serta dokter yang tidak pernah mau percaya pada kesehatan jiwaku. Bagaimana tidak gila jika mereka selalu memintaku menjadi orang lain? Bagaimana tidak gila jika aku dipaksa menjadi pembunuh untuk perbuatan yang tidak pernah kulakukan?” (Triwikromo, 2012:4) Pada baris kedua terakhir, terdapat kalimat Bagaimana tidak gila jika aku dipaksa menjadi pembunuh untuk perbuatan yang tidak pernah kulakukan? Yang menjadi bukti bahwa tokoh aku selalu dipaksa untuk menjadi pembunuh; untuk mengakui bahwa dirinya telah membunuh. Karena permasalahan muncul dari awal hingga akhir cerita, maka dapat disimpulkan bahwa tema ini merupakan tema mayor. B. Alur Dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo ini alur yang dipakai adalah alur flashback. Pada paragraf awal, tokoh aku ingin menceritakan sesuatu yang pernah ia alami kepada pembaca. Pada paragraph ketiga tokoh aku mulai menceritakan pengalaman yang pernah ia alami. Dapat disimpulkan bahwa cerpen “Cermin, Api, Cermin,
  • 14. Sunyi” karya Triyanto Triwikromo terjadi sebuah ketidaklinieran peristiwa dalam sebuah cerita seperti pada terdapat pada kutipan berikut. Apakah kau pernah dipenjara dan disalib di ranjang api? Tidak hanya di satu sel, tetapi di empat penjara dan satu rumah sakit jiwa pada kurun 1965-1971? Jika pernah, kau pasti tidak sanggup menceritakan kepadaku sekecil apapun peristiwa yang kau alami dengan getir dan mungkin penuh tekanan itu. Karena itu sesungguhnya aku tidak ingin membeberkan kisah konyolku kepadamu. Aku yakin siapa pun akan menganggapku membualkan dongeng nonsens. Aku juga percaya mereka, mungkin juga kau, akan menganggap apapun yang kukatakan sebagai ceracauan orang gila. (Triwikromo, 2012:4) Proses penyimpulan alur flashback ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Najid pada rujukan kajian pustaka. Kutipan di atas juga merupakan tahapan alur berupa exposition karena memuat pengenalan tokoh, penyajian sudut pandang, penciptaan suasana. Tahapan alur kedua adalah complication pada cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo permulaan pertentangan mulai terlihat pada paragraf ketiga. Tokoh aku mulai dipaksa oleh interogator untuk mengakui pembunuhan. Seperti pada kutipan berikut. “Kau tidak akan dieksekusi hari ini jika mau mengakui ikut membunuh para jenderal dan segera minta ampun.” (Triwikromo, 2012:4) Tahapan alur selanjutnya adalah rising action yang terdapat dalam kutipan berikut ini. “Hmm, aku tahu ini cara para serdadu rahasia Soeharto membuat kami depresi. Mereka sungguh piawai memciptakan kepankan. Mereka lebih tampil sebagai dokter rumah sakit jiwa yang mengerti seluruh ceruk kejiwaan kami ketimbang sebagai tentara.”(Triwikromo, 2012:4). Dalam kutipan tersebut mulai terdapat penambahan tekanan-tekanan yang dilakukan oleh sipir yang membuat tokoh aku bertamabh depresi. Tahapan alur yang keempat adalah turning point yang terdapat dalam cuplikan berikut.
  • 15. Apa maksud mereka menghukumku dengan cermin pantul membingungkan ini? Mereka ingin membuatku gila? Mereka ingin menerorku dengan seakan-akan memunculkan begitu banyak orang yang menguntitku? Atau jangan-jangan mereka sengaja menakuti- nakuti aku dengan puluhan hantu dibalik cermin agar aku segera mengaku telah terlibat dalam pembunuhan yang tidak pernah kulakukan? (Triwikromo, 2012:4) Pada tahap ini tokoh aku menjadi semakin depresi dengan diletakkannya tokoh aku di ruangan penuh cermin agar dia segera mengaku bahwa dia melakukan sebuah pembunuhan. Ending pada cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo ini ketika tokoh aku tertidur untuk sementara waktu, tetapi masih mempunyai rasa was-was akan penyaliban dan pembakaran yang akan dilakukan terhadapnya yang terdapat dalam kutipan berikut ini. “Aku memang tertidur. Aku tidak tahu kapan akan bangun lagi. Aku hanya merasakana ancaman penyaliban dan pembakaran tubuhku tak akan terhindarkan. Tentu saja aku tidak peduli. Saat ini aku hanya ingin tidur. Tidur. Tidur.tidur…. dan tak bangun lagi…” (Triwikromo, 2012:4) Proses penarikan tahapan alur ini merujuk pada teori yang terdapat dalam kajian pustaka yang dikemukakan oleh Aldestein dan Pival bahwa tahapan alur ada lima tahap yang tiap-tiap tahapannya telah dijelaskan sebelumnya. C. Latar Latar tempat yang digunakan dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo terdapat dalam beberapa tempat. Latar tempat pertama adalah penjara dekat penjagalan sapi. “Aku memang dipindah ke tiga penjara, tetapi semua berada di alas. Mula-mula mereka memindahkan aku di sebuah tempat yang memungkinkan aku memndengar sapi mengerang-erang kesakitan.” (Triwikromo, 2012:4)
  • 16. Latar tempat yang kedua adalah sebuah ruangan berisi 15 cermin besar. “Ketika kubuka mataku, aku berada di ruang serba cermin yang ditata sedemikian rupa sehingga memantulkan begitu banyak tubuh. Kulihat 15 tubuhku di balik cermin itu.” (Triwikromo, 2012:4) Latar tempat yang ketiga adalah bangsal yang penuh dengan pasien. “Begitu bangun aku melihat kaki dan tanganku diikat di ranjang. Di kanan- kiriku juga ada ranjang-ranjang dan tubuh-tubuh lain. Rupa-rupanya sekarang aku dikurung di bangsal.” (Triwikromo, 2012:4) Selain latar tempat juga terdapat latar waktu. Peristiwa dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo ini terjadi pada tahun 1965-1971. “Apakah kau pernah dipenjara dan disalib di ranjang api? Tidak hanya di satu sel, tetapi di empat penjara dan satu rumah sakit jiwa pada kurun 1965-1971?” (Triwikromo, 2012:4) Suasana yang tergambar dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo ini adalah menyedihkan, miris, karena terdapat berbagai gejolak pemaksaan dan penekanan untuk mengakui pembunuhan yang tidak dilakukan tokoh aku dan terdapat pula intimidasi terhadap tokoh aku yang tidak mau mengakui bahwa ia telah terlibat dalam sebuah pembunuhan para jenderal seperti yang tergambar dari cuplikan dialog berikut. “Tetapi mengapa sampean katakan tempat ini sebagai sebuah neraka? Karena tempat ini sebentar lagi akan dibakar dan kalian akan hangus, kata sipir itu dingin.” (Triwikromo, 2012:4) Latar fisikal dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo ini adalah penjara. “Akan tetapi mereka memindahkan aku ke penjara lain. Dipindah ke penjara lain jelas merupakan berkah.” Selain penjara ada juga cermin yang sekaligus berperan sebagai latar psikologis, karena adanya cermin dalam cerpen ini mampu mempengaruhi emosi tokoh utama sekaligus pembaca. “Yang jelas, mula-mula kubiarkan mereka mempermainkanku dengan cermin yang sangat menyebalkan itu. Akan tetapi, ketika kepanikan mulai muncul, aku ingin menghancurkan cermin itu.”
  • 17. (Triwikromo, 2012:4). Pembaca diajak untuk turut merasakan betapa tertekannya tokoh aku oleh cermin yang berada di sekelilingnya. D. Penokohan Tokoh utama dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo ini adalah tokoh aku, karena tokoh aku terlibat dalam semua peristiwa yang terjadi. Sedangkan tokoh latar belakang adalah para sipir, dan dokter. Tokoh penunjang dalam cerpen ini adalah Karna, karena ia melakukan tugas “perorangan” dalam cerpen ini. Yang dimaksud tugas perorangan adalah ketika Karna melakukan pengorekan informasi dari tokoh aku, seperti yang terlihat dalam kutipan berikut. “Kau tidak akan dieksekusi hari ini jika kau mau mengakui ikut membunuh para jenderal dan segera minta ampun, kata interogator cantik berkumis halus yang entah mengapa bernama Karna dan bukan Karina itu.” (Triwikromo, 2012:4). Perspektif penentuan kedududkan tokoh di atas berdasar atas teori tentang tokoh yang dikemukakan oleh Tarigan bahwa terdapat tiga tokoh friksional yang bisa dilihat dalam prosa fiksi. Karakter dari tokoh aku ialah berpendirian teguh seperti tergambar dalam kutipan ini. “Aku masih terdiam. Kupikir lebih baik aku menghabiskan waktuku di tempat ini daripada mengakui hal-hal yang tidak kulakukuan untuk pada akhirnya ditembak oleh para serdadu di sembarang tempat.” (Triwikromo, 2012:4). Dalam hal ini pengarang melukiskan karakter tokoh melalui lukisan sikap dan perilaku tokoh dalam menanggapi kejadian atau peristiwa. Tokoh aku tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak mengakui turut ambil bagian dalam pembunuhan para jenderal. Karakter Karna sebagai tokoh penunjang ialah pintar. Pengkarakterisasian Karna sebagai seorang yang pintar dapat diihat dari cara tokoh aku melukiskan tanggapannya terhadap tokoh Karna. Perhatikan
  • 18. kutipan berikut. “Akan tetapi, sungguh keliru menganggap Karna sebagai perempuan bodoh. Dia tahu aku tak sungguh-sungguh mencium dan menggigit bibirnya yang ranum itu.” (Triwikromo, 2012:4). Sedangkan untuk karakter para sipir adalah penindas, karakter dari para sipir dapat dilihat dari bagaimana tokoh aku memberikan gambaran mengenai para sipir tersebut. “Hmm, aku tahu ini cara para serdadu rahasia Soeharto membuat kami depresi. Mereka sungguh piawai memciptakan kepankan. Mereka lebih tampil sebagai dokter rumah sakit jiwa yang mengerti seluruh ceruk kejiwaan kami ketimbang sebagai tentara.”(Triwikromo, 2012:4). Karaker yang dimiliki dokter seperti yang digambarkan oleh tokoh aku adalah seorang yang lembut dan sabar. “Pria tampan ini dengan lembut kemudian membisikkan kata-kata yang juga lembut di telingaku, Aku dokter yang akan merawatmu. Kau jangan sekali-kali melarikan diri dari rumah sakit jiwa ini…” (Triwikromo, 2012:4). Pengambilan kesimpulan karakter dalam cerpen ini merujuk pada kajian pustaka bahwa cara pelukisan karakter tokoh dapat melalui 3 cara, langsung, tak langsung, dan campuran. Dalam cerpen ini khususnya pengarang melukiskan karakter para tokoh melalui tanggapan tokoh aku terhadap tokoh lain dan bagaiman tanggapan tokoh aku akan peristiwa yang terjadi yang kemudian keseluruhan tanggapan ini oleh Najid disebut pencitraan tak langsung(dramatik). E. Sudut Pandang Trianto Triwikromo dalam cerpennya yang berjudul “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” menunjuk tokoh utama sebagai juru bicara untuk menceritakan kisahnya dengan menggunakan subyek aku dan yang kemudian oleh Laverty disebut sudut pandangan tepusat pada orang pertama seperti dalam kutipan berikut ini. “Akan tetapi, karena tidak gila, aku justru berhasrat menceritakan kegilaan para serdadu dan perawat serta dokter yang
  • 19. tidak pernah mau percaya pada kesehatan jiwaku. Bagaimana tidak gila jika mereka selalu memintaku menjadi orang lain? Bagaimana tidak gila jika aku dipaksa menjadi pembunuh untuk perbuatan yang tidak pernah kulakukan? (Triwikromo, 2012:4). F. Gaya Bahasa Terdapat beberapa majas atau gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo, anatara lain : 1. Majas Personifikasi Majas personifikasi adalah majas yang melukiskan bahwa benda yang sebernarnya mati, tidak bernyawa dapat berperilaku layaknya manusia. Perhatikan kutipan berikut. “Karna mengangguk. Napasnya memburu. Ada gairah menggelak ditahan.” (Triwikromo, 2012:4). Dalam kalimat Napasnya memburu Trianto Triwikromo menggambarkan bahwa seolah-olah napas yang merupakan benda mati dapat memburu Karna yang seorang manusia. 2. Majas Asosiasi Majas asosiasi adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lain dengan menggunakan kata bagai, seperti, bak, laksana, seumpama, dan sebagainya. “Kedua aku bisa terhindar dari ancaman eksekusi yang mengakibatkan perut seperti diaduk-aduk dan jantung berdetak lebih kencang.” (Triwikromo, 2012:4). Dalam kutipan di atas pengarang menggunakan kata seperti untuk membandingkan perasaan ancaman eksekusi dengan persaaan ketika perut sedang diaduk-aduk. 3. Majas Hiperbola
  • 20. Majas hiperbola ialah majas yang suatu hal atau keadaan dengan berlebihan. Contoh dari majas hiperbola dapat dilihat dalam kutipan cerpen berikut ini. “Dia benar-benar menyangka saat itu aku telanjang dan dengan rakus menganggap para jenderal sebagai makanan yang layak dilahap tanpa sisa, tanpa tulang-temulang.”(Triwikromo, 2012:4). 4. Majas retoris Majas retoris adalah majas berupa kalimat Tanya yang tidak memerlukan jawaban. Perhatikan kutipan berikut. “Apakah kau pernah dipenjara dan disalib di ranjang api? Tidak hanya di satu sel, tetapi di empat penjara dan satu rumah sakit jiwa pada kurun 1965-1971?” (Triwikromo, 2012:4). Pertanyaan Apakah kau pernah dipenjara dan disalib di ranjang api? Tidak hanya di satu sel, tetapi di empat penjara dan satu rumah sakit jiwa pada kurun 1965-1971?merupakan pertanyaan retoris, karena jawabannya sudah jelas bahwa pada kurun waktu 1965-1971 terdapat pemenjaraan bahkan pembantaian orang- orang yang dituduh sebagai anggota komplotan PKI. Jadi sudah jelas pertanyaan tersebut sudah mempunyai jawaban. Majas-majas diatas secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok majas yang sebelumnya sudah terdapat dalam kajian pustaka. Majas personifikasi, majas asosiasi, majas hiperbola dikelompokkan ke dalam majas perbandingan karena kelompok majas ini berusaha mengungkapkan suatu hal dengan membandingkan dengan hal lain. Sedangkan majas retoris termasuk dalam kelompok besar majas penegasan karena memberikan penekanan terhadap pengertian suatu kata atau ungkapan.
  • 21. BAB IV SIMPULAN 1. Tema mayor dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo adalah “Pemaksaan untuk mengakui hal-hal yang tidak dilakukan.” 2. Alur yang digunakan dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo adalah alur flashback. 3. Latar tempat yang digunakan dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo adalah di penjara, ruang serba cermin, dan bangsal penuh pasien. Latar waktu dalam cerpen adalah dalam kurun waktu 1965-1971. Latar fisikal cerpen adalah penjara, sedangkan latar psikologisnya adlah cermin. 4. Tokoh utama dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo adalah tokoh aku, tokoh latar belakang adalah para sipir dan dokter, sedangkan tokoh penunjangnya adalah Karna. Karakter tokoh aku adalah berpendirian teguh, watak para sipir adalah penindas, watak dokter lembut dan sabar, dan karakter Karna adalah pintar. 5. Sudut pandang yang digunakan Trianto Triwikromo dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” adalah sudut pandang yang terpusat pada orang pertama. 6. Majas yang digunakan dalam cerpen “Cermin, Api, Cermin, Sunyi” karya Triyanto Triwikromo adalah majas pesonifikasi, majas asosiasi, majas hiperbola yang termasuk dalam kelompok majas perbandingan serta majas retoris yang termasuk dalam kelompok majas penegasan.
  • 22. DAFTAR PUSTAKA Aldestein, Michael E. and Jean G. Pival. 1976. The writing Comitment. New York: Harcourt Brace Javanovich, Inc. Brook, Cleanth and Robert Penn Warren. 1979. Modern Rhetoric. New York: Harcourt Brace Javanovich, Inc. Dik, Simon. 1979. Functional Grammar. Amsterdam: North Holland Publishing Company. Laverty, Carrol D. [et al]. 1971. The Unity of English . New York: Harper& Row, Publisher. Najid, Moh. 2009. Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University press. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung : Angkasa. Tjahjono, Tengsoe. 2011. Mendaki Gunung Puisi ke Arah Kegiatan Apresiasi. Malang: Bayumedia Publishing. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori kesusasteraan. Jakarta: Gramedia.