SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 17
BAB I
                                     PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
         Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra–KL) adalah dokumen
perencanaan Kementerian/Lembaga jangka menengah (5 tahun) yang memuat visi,
misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai
dengan     tugas   dan   fungsi   Kementerian/Lembaga,         yang   disusun    dengan
menyesuaikan kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM–
Nasional) dan bersifat indikatif. Dikarenakan adanya penataan organisasi di
lingkungan DJA, maka disusunlah revisi Renstra Direktorat Jenderal Anggaran
(DJA) Tahun 2005–2009 untuk mengakomodir perubahan organisasi di lingkungan
DJA.
         Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 15 ayat (1) dan pasal 19 ayat (2),
setiap      kementerian/lembaga        wajib      menyusun       Rencana        Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra–KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta menjamin
tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan. Di samping itu, sesuai dengan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Diktum Kedua, setiap instansi pemerintah
sampai tingkat Eselon II wajib menyusun Rencana Strategis untuk melaksanakan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban
kinerja instansi pemerintah.
         Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memuat
berbagai    perubahan    mendasar      dalam     pendekatan    penyusunan    anggaran.
Perubahan    mendasar    tersebut,    meliputi   aspek-aspek   penerapan    pendekatan
penganggaran dengan perspektif jangka menengah (medium term expenditure
framework/MTEF), penerapan penganggaran secara terpadu (unified budget), dan
penerapan penganggaran berdasarkan kinerja (performance based budgeting).
Dengan mengacu kepada perubahan mendasar dalam pendekatan penyusunan
anggaran tersebut, akan lebih menjamin peningkatan keterkaitan antara proses
perencanaan dan penganggaran.
         Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tersebut,
khususnya pasal 12 ayat (2) telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 20


                                            1
Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan pasal 14 ayat (6) telah
diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA–KL). Dalam pasal 1 butir
9 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 dan pasal 2 ayat (1) beserta
penjelasannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tersebut di atas
disebutkan bahwa rencana kerja kementerian negara/lembaga periode 1 (satu)
tahun yang dituangkan dalam RKA–KL merupakan penjabaran dari RKP dan
Renstra–KL. Dengan demikian dalam tahap implementasinya fungsi Renstra–KL
menjadi sangat penting, karena digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan
dokumen perencanaan jangka pendek (1 tahun), yaitu Rencana Kerja Kementerian
Negara/Lembaga       (Renja–KL),   dan    Rencana    Kerja   Anggaran   Kementerian
Negara/Lembaga (RKA–KL) sebagai lampiran Nota Keuangan dalam rangka
mengantarkan RUU APBN.


B. Tugas dan Fungsi DJA
       Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2007 tentang Perubahan
Ketujuh Atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia dan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Keuangan, di lingkungan Departemen Keuangan telah dibentuk kembali Direktorat
Jenderal Anggaran (DJA).
      Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan tersebut, DJA mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
penganggaran sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
       Selanjutnya      berdasarkan      Peraturan    Menteri   Keuangan     Nomor
100/PMK.01/2008 tersebut, DJA menyelenggarakan fungsi :
a. penyiapan  perumusan        kebijakan       Departemen    Keuangan   di   bidang
   penganggaran;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran;
c. perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang
   penganggaran;
d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penganggaran;
e. pelaksanaan administrasi direktorat jenderal.




                                           2
C. Struktur Organisasi
         Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan, susunan organisasi DJA terdiri
dari :
1. Sekretariat Direktorat Jenderal;
2. Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
3. Direktorat Anggaran I;
4. Direktorat Anggaran II;
5. Direktorat Anggaran III;
6. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak.
7. Direktorat Sistem Penganggaran
         Struktur organisasi Direktorat Jenderal Anggaran nampak pada bagan
berikut:




                                       3
BAGAN ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN




                                   Direktorat Jenderal
                                        Anggaran




                                                          Sekretariat Direktorat
                                                                Jenderal




   Direktorat    Direktorat
  Penyusunan                                                             Direktorat   Direktorat Sistem
                 Anggaran I     Direktorat        Direktorat                           Penganggaran
   Anggaran                                                             Penerimaan
Pendapatan dan                 Anggaran II       Anggaran III
                                                                       Negara Bukan
Belanja Negara                                                             Pajak




                                             4
D. Profil Sumber Daya Manusia
       Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pelaksanaan
kegiatan DJA. Jumlah pegawai Direktorat Jenderal Anggaran per 28 Februari 2009
sebanyak 712 orang (termasuk pegawai yang diperbantukan/dipekerjakan pada
instansi di luar DJA) dengan klasifikaksi sebagai berikut :
I. Berdasarkan golongan
 No.          Golongan                2007                2008         2009
 1.    Golongan I                       2                      1        1
 2.    Golongan II                    146                     150      150
 3.    Golongan III                   503                     502      503
 4.    Golongan IV                     54                     59       58
 TOTAL                                705                 712          712



II. Berdasarkan Pendidikan
 No.          Pendidikan               2007                    2008      2009
 1.    SD                                2                         2         2
 2.    SLTP                              2                         1         1
 3.    SLTA                            124                     134          134
 4.    Sarjana Muda/DIII               134                     107          84
 5.    Sarjana (S1)                    289                     284          304
 6.    Master (S2)                     149                     179          180
 7.    Doktor (S3)                       5                         5         5
 TOTAL                                 705                     712          712




                                             5
E. Sarana dan Prasarana
       Direktorat Jenderal Anggaran sebagai salah satu organisasi Departemen
Keuangan menempati gedung kantor yang terletak di Jl. Senen Raya Gedung
Sutikno Slamet Jakarta Pusat.




                                     6
BAB II
                                       VISI DAN MISI


A. Visi
          Visi DJA   adalah menjadi unit organisasi yang profesional, kredibel,
transparan dan akuntabel dalam perumusan dan pengelolaan kebijakan di
bidang penganggaran.


B. Misi
          Sebagai sebuah institusi pemerintah, DJA mengemban dan melaksanakan
tugas sesuai dengan visi yang telah ditetapkan agar tujuan organisasi dapat
terlaksana dan berhasil dengan baik.
          Agar pelaksanaan tugas dan fungsi dapat mencapai hasil yang optimal
sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, DJA menetapkan misi sebagai berikut :
1. Mewujudkan        perencanaan   kebijakan    APBN    yang    sehat,    kredibel,   dan
   sustainable;
2. Mewujudkan efektivitas dan efisiensi pengeluaran negara serta pengamanan
   keuangan negara untuk menjaga kesinambungan fiskal berdasarkan prinsip
   transparansi dan akuntabilitas;
3. Mewujudkan        peningkatan   penerimaan      negara      bukan     pajak   dengan
   mempertimbangkan         perkembangan       dunia   usaha    dan      aspek   keadilan
   masyarakat;
4. Meningkatkan kualitas unsur pendukung.




                                           7
BAB III
                           IDENTIFIKASI PERMASALAHAN


       Secara spesifik identifikasi permasalahan dan kendala yang dihadapi DJA
adalah sebagai berikut :
I. Penerimaan Negara Bukan Pajak
       Optimalisasi PNBP sebagai sumber penerimaan dalam negeri menghadapi
   kendala :
   1. Adanya kecenderungan penurunan produksi minyak dan gas bumi yang
      disebabkan terutama oleh faktor alam dan kurangnya investasi baru di
      bidang eksplorasi potensi PNBP Sumber Daya Alam (SDA) minyak dan gas
      bumi;
   2. Masih    terdapat     tunggakan    terhadap    kewajiban     PNBP    oleh     usaha
      pertambangan sehingga penerimaan SDA pertambangan umum menjadi
      kurang optimal;
   3. Masih    tingginya    kegiatan    pembalakan     liar   (illegal   logging)   yang
      mengakibatkan penurunan potensi PNBP kehutanan;
   4. Risiko tidak tercapainya penerimaan atas laba BUMN terutama karena faktor
      kinerja BUMN dan makro ekonomi;
   5. Belum akuratnya penetapan target dan penyuunan pagu penggunaan PNBP
      oleh Kementerian Negara/Lembaga;
   6. Masih terdapat Kementerian Negara/Lembaga yang memungut PNBP tanpa
      ada dasar hukumnya (belum dituangkan atau ditetapkan dalam Peraturan
      Pemerintah);
   7. Penetapan    target    dan   pelaporan   realisasi   PNBP    belum    sepenuhnya
      dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
   8. Penggunaan dana PNBP belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan
      penggunaan PNBP, sehingga menimbulkan inefisiensi dalam penggunaan
      PNBP;
   9. Kurang tegasnya sanksi di bidang PNBP;
   10. Kurangnya koordinasi dalam penetapan target PNBP dan pagu anggaran
      serta revisinya sehingga menimbulkan keterlambatan proses penyusunan
      target maupun pagu penggunaannya dikarenakan banyaknya Satuan Kerja.




                                           8
II.   Belanja Pemerintah Pusat
            Efisiensi dan tepat sasaran merupakan kata kunci dalam pengelolaan
      pengeluaran negara baik belanja pusat maupun belanja transfer ke daerah.
      Identifikasi permasalahan terhadap pengeluaran negara sebagai berikut :
      1. Komposisi dan struktur belanja negara yang belum sehat dimana ruang
         gerak fiskal pemerintah yang sangat terbatas, diantaranya seperti :
         a. Pemenuhan      amanat     konstitusi         20%     APBN     untuk     anggaran
            pendidikan;
         b. Besarnya belanja wajib yang harus dialokasikan Pemerintah (non
            discretionary) yang antara lain meliputi belanja pegawai, subsidi, dan
            pembayaran bunga utang yang menyebabkan alokasi untuk belanja
            yang bersifat investasi menjadi sangat terbatas.
         c. Penetapan      jumlah     belanja        (terutama        belanja       wajib/non
            discretionary) masih banyak bersifat incremental.
         d. Belanja yang belum sepenuhnya direncanakan secara terprogram
            untuk kesinambungan pembangunan.


      2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
         sebagai salah satu produk dari Reformasi Pengelolaan Keuangan
         Negara,    diharapkan   dapat     menjawab        berbagai      kelemahan     sistem
         penganggaran     yang    meliputi      anggaran       terpadu   (unified    budget),
         anggaran     berbasis   kinerja       (performance      based    budgeting),    dan
         kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure
         framework). Akan tetapi penerapan sistem tersebut masih mengalami
         kendala, diantaranya dalam bidang penganggaran yaitu :
         a. Sistem informasi penganggaran yang terpadu dan komprehensif
            belum sepenuhnya terbangun;
         b. Kurangnya      pemahaman           tentang    proses      penganggaran       dan
            keterlambatan Kementerian/Lembaga dalam menyampaikan RKA-KL
            dan data dukungnya mengakibatkan sempitnya waktu penelaahan
            RKA-KL;
         c. Masih terdapat usulan penyediaan dana yang bersifat sangat segera
            untuk dialokasikan tanpa melalui proses penelaahan terlebih dahulu
            serta kurang/belum dilengkapi dengan data dukung yang diperlukan
            sehingga dikhawatirkan akan menjadi temuan BPK;


                                           9
d. Belum adanya ketentuan khusus yang mengatur pemanfaatan pos
        pengeluaran Negara yang berasal dari Bagian Anggaran Perhitungan
        dan Pembiayaan (BAPP) sehingga pembebanan anggaran untuk
        kegiatan tertentu dalam suatu pos sulit untuk dicari pembenarannya
        serta kurangnya pemahaman pengguna dana BAPP atas kewabjiban
        pembuatan laporan keuangan BAPP.


3.   Subsidi yang belum tepat sasaran, diantaranya seperti :
     a. Masih terdapat penyalahgunaan penyaluran subsidi;
     b. Masih terdapat subsidi yang diterima oleh pihak-pihak yang tidak
        seharusnya menerima;
     c. Koordinasi antara instansi terkait yang menangani kebijakan subsidi
        belum sepenuhnya terbangun;
     d. Semakin besarnya jumlah subsidi BBM akibat melonjaknya harga
        minyak    mentah    dunia,     sehingga   mengurangi   kemampuan
        pemerintah untuk melakukan pembangunan dan pelayanan kepada
        masyarakat;
     e. Perubahan harga minyak mentah dunia tidak dapat diprediksi,
        sehingga sulit memperkirakan besarnya alokasi subsidi BBM secara
        tepat dan akurat.




                                  10
BAB IV
                                 STRATEGI DAN KEBIJAKAN


       Sesuai dengan RPJM Nasional Tahun 2004-2009 dalam kerangka stabilitas
ekonomi makro, sasaran pembangunan nasional adalah terpeliharanya stabilitas
ekonomi makro akan mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi dan berkualitas, serta meningkatkan kemampuan pendanaan pembangunan
nasional, baik pendanaan yang bersumber dari pemerintah maupun swasta.


A. Fokus Strategi
  1. Fokus strategi di bidang pendapatan negara pada prinsipnya diarahkan pada
     peningkatan pendapatan negara melalui peningkatan penerimaan negara
     bukan pajak (PNBP) sesuai dengan perkembangan perekonomian dengan
     melakukan perbaikan regulasi. Penyempurnaan regulasi PNBP tidak hanya
     dilakukan terhadap pola penetapan tarif dan pemberian insentif lainnya,
     tetapi    juga     dari     sisi    pengelolaan       dan     pelaporan.     Oleh   karena    itu,
     pengembangan               IT      dan    penyempurnaan         sistem     administrasi   mutlak
     diperlukan.
  2. Fokus strategi di bidang belanja negara diarahkan pada peningkatan
     efektivitas dan efisisiensi belanja negara agar tercapai alokasi belanja yang
     tepat sasaran dan berkeadilan sosial, yaitu melalui :


     a.   Penetapan kebijakan belanja yang ekonomis, efektif dan efisien
          Pencapaian efisiensi                besar artinya bagi upaya perluasan jangkauan
     alokasi belanja pemerintah dalam membiayai keperluan pemberian layanan
     publik. Dengan peningkatan/perluasan capaian target ini, upaya percepatan
     peningkatan        pertumbuhan,            penguatan        stabilitas   perekonomian,       serta
     peningkatan pemerataan pendapatan dapat tercapai.
              Dari    sisi     administrasi,      upaya     efisiensi    belanja     juga   dilakukan
     melakukan pemantapan pelaksanaan unifikasi anggaran (unified budget),
     penerapan        sistem     penganggaran           berbasis    kinerja   (performance     based
     budgeting)       dan      penerapan         alokasi    belanja     negara     dalam    kerangka
     pengeluaran             jangka           menengah       (Medium          Term       Expenditure
     Framework/MTEF).




                                                   11
b. Perencanaan dan alokasi anggaran yang tepat sasaran dan adil
        Perencanaan dan alokasi anggaran dilakukan berdasarkan prioritas
program pembangunan pemerintah yang mengacu kepada rencana kerja
pemerintah (RKP), seperti alokasi dana untuk pendidikan dan kesehatan.
Perencanaan dan alokasi anggaran, khususnya belanja Pemerintah Pusat,
disusun dalam kerangka penyusunan penganggaran terpadu (unified budget)
secara konsisten.
        Perencanaan      dan    alokasi    anggaran       diawali   dengan      penyusunan
perhitungan dasar anggaran (baseline budget) sesuai dengan kebutuhan
belanja pemerintah pusat yang rasional. Untuk itu, akurasi, kelengkapan,
dan komprehensitas data dan model perencanaan dan alokasi anggaran yang
kredibel menjadi faktor yang turut menentukan keberhasilan perencanaan
dan     alokasi   anggaran     secara     tepat   dan     adil.   Selanjutnya,    dilakukan
penyusunan        langkah-langkah          kebijakan      (policy     measure)      dengan
memperhitungkan dampak fiskalnya terhadap belanja Pemerintah Pusat
secara keseluruhan, defisit, dan pembiayaan anggaran.
        Langkah-langkah dalam kaitannya dengan penajaman prioritas alokasi
anggaran yang tepat sasaran dan adil meliputi penetapan kebijakan :
(i)    perbaikan kesejahteraan aparatur negara dalam batas kemampuan
       keuangan negara;
(ii) peningkatan efisiensi belanja barang dan jasa; dan
(iii) pengurangan secara bertahap subsidi yang tidak langsung menyentuh
       kepentingan rakyat miskin.
        Khusus     terkait   dengan     mekanisme        perhitungan    dasar     anggaran
(baseline budget) berkenaan dengan perencanaan dan alokasi anggaran
untuk keperluan pemerintah daerah, penajaman prioritas dilakukan melalui :
(i)    pengembangan dan peningkatan kualitas database; dan
(ii) penetapan       besaran     alokasi       dengan    mempertimbangkan         besaran-
       besaran pendapatan dalam negeri sesuai ketentuan yang berlaku.


B. Pengembangan Sumber Daya
      1. Sumber Daya Manusia
        Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kinerja suatu
organisasi adalah tersedianya SDM yang potensial yang memiliki komitmen,
kompetensi,       karakter     dan   keberanian         dalam     pelaksanaan    tugasnya.


                                          12
Keberhasilan pencapaian kinerja tidak hanya ditentukan oleh penguasaan
pengetahuan yang mendalam (hardskill), tetapi juga sangat dipengaruhi oleh
sikap perilaku yang dimiliki oleh pegawai dalam menghadapi pekerjaan
(softskill). Karena itu, pengembangan kualitas pegawai memegang peranan
yang penting dalam pengelolaan organisasi yang diwujudkan dalam bentuk
pendidikan dan pelatihan pegawai.
      Sejalan dengan berkembangnya suatu organisasi, pegawai merupakan
faktor utama dan penentu yang menjadi subyek pelaku perubahan (agent of
change)   sekaligus   sebagai   obyek   yang   harus   dikelola   secara   benar,
terencana, dan komprehensif. Faktor manusia tidak hanya dituntut untuk
memproses perubahan, tetapi harus juga turut berproses dalam perubahan.
      Sebagai agent of change, SDM dituntut memiliki kemampuan yang
memadai, baik dari segi ilmu pengetahuan, keterampilan dan keahlian,
maupun profesionalitas. Faktor kemampuan tersebut dibutuhkan setiap
bidang tugas guna mendukung terwujudnya peran DJA sebagai pelaksana
sebagian tugas Departemen Keuangan di bidang perencanaan anggaran.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan organisasi perlu dilakukan proses
penyiapan SDM yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan (kemampuan,
keterampilan, keahlian, dan profesionalitas). Langkah yang perlu dilakukan
untuk menyiapkan SDM yang berkualitas adalah dengan menyandingkan
peta kompetensi SDM yang ada dengan kebutuhan yang diinginkan.
      Untuk meningkatkan kedisplinan SDM di lingkungan DJA, telah
dilakukan otomasi absensi yaitu dengan penggunaan handkey untuk para
pejabat dan pegawai di lingkungan DJA serta telah disusun Kode Etik bagi
para pejabat dan pegawai di lingkungan DJA, sehingga diharapkan dengan
adanya kedua alat tersebut kedisiplinan pegawai di lingkungan DJA dapat
meningkat sehingga akan mendukung pencapaian sasaran yang diharapkan.


   2. Sumber Daya Informasi
      Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah pemanfaatan teknologi
informasi sebagai penunjang dalam pelaksanaan tugas DJA. Informasi
anggaran memiliki peran strategis dalam rangka mendukung perumusan
kebijakan fiskal. Kendala yang dihadapi DJA dalam pengembangan teknologi
informasi adalah :




                                   13
1. belum      adanya    sistem   informasi      penganggaran    yang    terpadu    dan
     komprehensif;
2. belum adanya database anggaran yang handal dan up to date;
3. belum sempurnanya penyajian informasi anggaran yang sistemik dan
     berkelanjutan.
        Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka menjawab tantangan
agar    teknologi   informasi    DJA    dapat    dikembangkan    untuk    menunjang
pelaksanaan tugas DJA. Upaya yang telah dan sedang dilaksanakan adalah
pengembangan Sistem Informasi Manajemen APBN, pengembangan sistem
informasi kepegawaian, dan sistem informasi persuratan serta pembangunan
SIM yang akan menunjang pelaksanaan tugas DJA.


     3. Sumber Daya Organisasi
        DJA sebagai sebuah unit organisasi yang melaksanakan sebagian
tugas Departemen Keuangan, terus melakukan evaluasi internal yang
ditujukan kepada upaya perubahan menuju perbaikan agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Organisasi DJA dibangun berdasarkan 4
(empat) komponen utama yaitu budaya kerja, model kepemimpinan,
keselarasan tugas dan fungsi, dan pola diseminasi pengetahuan dalam
organisasi.
       Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja organisasi, DJA sebagai unit
organisasi yang melaksanakan sebagian tugas Departemen Keuangan telah
melakukan      berbagai    perubahan     untuk    mendukung     program      reformasi
birokrasi yang dijalankan oleh Departemen Keuangan, yaitu dengan cara :
1.     Melakukan      reorganisasi     dengan     membentuk     Direktorat      Sistem
       Penganggaran       yang    melaksanakan       tugas     dan     fungsi     untuk
       pengembangan sistem penganggaran.
2.     Menyusun dan mengevaluasi Uraian Jabatan (Urjab) dan melakukan Job
       Analysis untuk menentukan grading masing-masing jabatan serta
       menyusun dan mengevaluasi Standard Operating Procedure (SOP).
       Sampai saat ini sejak digulirkannya Reformasi Birokrasi, DJA telah
       menyusun 235 SOP yang dijadikan acuan dalam melaksanakan tugas
       dan fungsinya. Dari 235 SOP yang disusun, ditetapkan 5 (lima) SOP
       unggulan (quick win) DJA, yaitu :




                                        14
a. Pelayanan penyelesaian lampiran Perpres tentang Anggaran Belanja
        Pemerintah Pusat;
     b. Pelayanan penyelesaian revisi SAPSK (APBN-P);
     c. Pelayanan penyelesaian Standar Biaya Khusus;
     d. Penyusunan     target    dan    pagu    penggunaan      PNBP     pada
        Kementerian/Lembaga untuk RAPBN Tahun Anggaran yang akan
        datang atau Revisi target dan pagu penggunaan PNBP untuk APBN-P
        Tahun Anggaran Berjalan;
     a. Penyusunan konsep RPP tentang Jenis dan Tarif PNBP atau Revisi
        yang berlaku pada Kementerian/Lembaga.
3.   Selain itu, untuk mendukung upaya reformasi telah disusun Balance
     Scored Card (BSC) sebagai penjabaran dari BSC Departemen Keuangan
     sampai tingkat eselon II, dan akan dilanjutkan untuk tingkat eselon III.




                                   15
BAB V
                        PROGRAM DAN KEGIATAN POKOK DJA
          Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang telah ditetapkan untuk
jangka menengah (2005-2009), DJA menetapkan Program DJA sebanyak 5 (lima)
program, yaitu :
I.     Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Negara.
         Program ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dengan
mempertimbangkan perkembangan dunia usaha dan aspek keadilan masyarakat
dengan kegiatan pokok :
1. Pengkajian kebijakan/analisis tentang tarif, obyek dan subyek atas bea PNBP
2. Pembinaan/koordinasi/evaluasi dan pelaporan di bidang PNBP
II.    Program Peningkatan Efektivitas Pengeluaran Negara
         Program ini bertujuan untuk mendukung langkah konsolidasi fiskal dalam
rangka     menjaga   kesinambungan   fiskal,    termasuk    di   dalamnya    pengelolaan
kekayaan negara dengan kegiatan pokok :
1. Pengelolaan dan pengendalian anggaran;
2. Peningkatan perencanaan kebijakan APBN;
3. Pengkajian kebijakan/analisis di bidang belanja negara.
III.     Program Pemantapan Pelaksanaan Sistem Penganggaran
         Program ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
sistem penganggaran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang          Keuangan        Negara,           dengan         kegiatan        pokok
penyusunan/penyempurnaan/pengkajian peraturan perundang-undangan di bidang
penganggaran.
IV. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik dengan kegiatan
       pokok :
1. Pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan;
2. Pemeliharaan operasional dan perkantoran;
3. Pembinaan/penyusunan program , rencana kerja dan anggaran;
4. Pengadaan peralatan dan perlengkapan gedung;
5. Penyelenggaraan sosialisasi/diseminasi/seminar/workshop/publikasi;
6. Rehabilitasi/peningkatan/renovasi gedung/laboratorium/perpustakaan.
V. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia dengan kegiatan pokok :
      1. Pengembangan SDM;
      2. Administrasi kepegawaian.


                                           16
09 04-28  renstra-ditjenanggaran05-09

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Permenpan29 2010 kinerja
Permenpan29 2010 kinerjaPermenpan29 2010 kinerja
Permenpan29 2010 kinerja
ratnawatibanepa
 
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraUu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Adi Kuntarto
 
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipa
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipaPermenkeu171 pmk-02-2013 dipa
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipa
yunussetyawan07
 
Bahan presentasi dirjen pk dengan menkeu ttg pengalihan
Bahan presentasi dirjen pk dengan menkeu ttg pengalihanBahan presentasi dirjen pk dengan menkeu ttg pengalihan
Bahan presentasi dirjen pk dengan menkeu ttg pengalihan
Beta Uliansyah
 
Sbu 2013 1355357977
Sbu 2013 1355357977Sbu 2013 1355357977
Sbu 2013 1355357977
haszazi
 
Kemenkeu djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdagangan
Kemenkeu   djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdaganganKemenkeu   djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdagangan
Kemenkeu djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdagangan
Operator Warnet Vast Raha
 
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
Kementerian Dalam Negeri
 

La actualidad más candente (20)

Permenpan29 2010 kinerja
Permenpan29 2010 kinerjaPermenpan29 2010 kinerja
Permenpan29 2010 kinerja
 
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negaraUu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
Uu no.17 thn 2003 tentang keuangan negara
 
DAK dan BOS 2012
DAK dan BOS 2012DAK dan BOS 2012
DAK dan BOS 2012
 
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipa
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipaPermenkeu171 pmk-02-2013 dipa
Permenkeu171 pmk-02-2013 dipa
 
06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negara06 pengelolaan-keuangan-negara
06 pengelolaan-keuangan-negara
 
Bahan presentasi dirjen pk dengan menkeu ttg pengalihan
Bahan presentasi dirjen pk dengan menkeu ttg pengalihanBahan presentasi dirjen pk dengan menkeu ttg pengalihan
Bahan presentasi dirjen pk dengan menkeu ttg pengalihan
 
Sbu 2013 1355357977
Sbu 2013 1355357977Sbu 2013 1355357977
Sbu 2013 1355357977
 
Pmk 257 2014 revisi dipa ta 2015
Pmk 257 2014 revisi dipa ta 2015Pmk 257 2014 revisi dipa ta 2015
Pmk 257 2014 revisi dipa ta 2015
 
Kemenkeu djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdagangan
Kemenkeu   djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdaganganKemenkeu   djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdagangan
Kemenkeu djpk - bahan presentasi sosialisasi dak - perdagangan
 
Bagan alirsiklus permen_13_2006
Bagan alirsiklus permen_13_2006Bagan alirsiklus permen_13_2006
Bagan alirsiklus permen_13_2006
 
Salinan perpres nomor 93 tahun 2021
Salinan perpres nomor 93 tahun 2021Salinan perpres nomor 93 tahun 2021
Salinan perpres nomor 93 tahun 2021
 
Pedoman Pengelolan Keuangan daerah
Pedoman Pengelolan Keuangan daerah Pedoman Pengelolan Keuangan daerah
Pedoman Pengelolan Keuangan daerah
 
Profil BLU-BLUD, Asumsi Mikro dan Makro, Analisis Kinerja Tahun Berjalan_ Mat...
Profil BLU-BLUD, Asumsi Mikro dan Makro, Analisis Kinerja Tahun Berjalan_ Mat...Profil BLU-BLUD, Asumsi Mikro dan Makro, Analisis Kinerja Tahun Berjalan_ Mat...
Profil BLU-BLUD, Asumsi Mikro dan Makro, Analisis Kinerja Tahun Berjalan_ Mat...
 
Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara Landasan Hukum Keuangan Negara
Landasan Hukum Keuangan Negara
 
sambutan menteri ppn sosialisasi dak 2022
sambutan menteri ppn sosialisasi dak 2022sambutan menteri ppn sosialisasi dak 2022
sambutan menteri ppn sosialisasi dak 2022
 
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 tentang Penyusunan Rencana Kerja Dan A...
 
Dirjen keuda kemendagri dak bappenas 2021
Dirjen keuda kemendagri dak bappenas 2021Dirjen keuda kemendagri dak bappenas 2021
Dirjen keuda kemendagri dak bappenas 2021
 
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
 
Pmk 50-2012
Pmk 50-2012Pmk 50-2012
Pmk 50-2012
 
Pengelolaan keuangan
Pengelolaan keuanganPengelolaan keuangan
Pengelolaan keuangan
 

Destacado (9)

Diseño interior tienda de ropa Lepreg
Diseño interior tienda de ropa LepregDiseño interior tienda de ropa Lepreg
Diseño interior tienda de ropa Lepreg
 
Leticia e alessandro 2 d
Leticia e alessandro 2 dLeticia e alessandro 2 d
Leticia e alessandro 2 d
 
Qprgs
QprgsQprgs
Qprgs
 
Telecamere a1
Telecamere a1Telecamere a1
Telecamere a1
 
Osteocardix: Брошура на продукта
Osteocardix: Брошура на продуктаOsteocardix: Брошура на продукта
Osteocardix: Брошура на продукта
 
Presentatie Brabantse beleidsmedewerkers VVE 18-10-2011
Presentatie Brabantse beleidsmedewerkers VVE 18-10-2011Presentatie Brabantse beleidsmedewerkers VVE 18-10-2011
Presentatie Brabantse beleidsmedewerkers VVE 18-10-2011
 
Helgeland Sparebank regnskapspresentasjon 3. kvartal 2011
Helgeland Sparebank regnskapspresentasjon 3. kvartal 2011Helgeland Sparebank regnskapspresentasjon 3. kvartal 2011
Helgeland Sparebank regnskapspresentasjon 3. kvartal 2011
 
First World
First WorldFirst World
First World
 
Newcom research & consultancy Vertrouwensindex 2011
Newcom research & consultancy   Vertrouwensindex 2011Newcom research & consultancy   Vertrouwensindex 2011
Newcom research & consultancy Vertrouwensindex 2011
 

Similar a 09 04-28 renstra-ditjenanggaran05-09

paparan-pp-90-2010-kemenkeu-111017032134-phpapp02.pdf
paparan-pp-90-2010-kemenkeu-111017032134-phpapp02.pdfpaparan-pp-90-2010-kemenkeu-111017032134-phpapp02.pdf
paparan-pp-90-2010-kemenkeu-111017032134-phpapp02.pdf
kurniawansantoso6
 
Modul_Akuntansi_Keuangan_Pemerintah.pdf
Modul_Akuntansi_Keuangan_Pemerintah.pdfModul_Akuntansi_Keuangan_Pemerintah.pdf
Modul_Akuntansi_Keuangan_Pemerintah.pdf
Najwaputry
 
Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.
Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.
Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.
Susi Yanti
 
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
Ade Suerani
 
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAANKEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
Tri Damri
 
1. Pokok-pokok penambahan AA 2_edit160622.pdf
1. Pokok-pokok penambahan AA 2_edit160622.pdf1. Pokok-pokok penambahan AA 2_edit160622.pdf
1. Pokok-pokok penambahan AA 2_edit160622.pdf
FloridaNumbery
 

Similar a 09 04-28 renstra-ditjenanggaran05-09 (20)

3 Paparan Direktur Sistem Pengangga.pdf
3 Paparan Direktur Sistem Pengangga.pdf3 Paparan Direktur Sistem Pengangga.pdf
3 Paparan Direktur Sistem Pengangga.pdf
 
paparan-pp-90-2010-kemenkeu-111017032134-phpapp02.pdf
paparan-pp-90-2010-kemenkeu-111017032134-phpapp02.pdfpaparan-pp-90-2010-kemenkeu-111017032134-phpapp02.pdf
paparan-pp-90-2010-kemenkeu-111017032134-phpapp02.pdf
 
Perencanaan anggaran negara
Perencanaan anggaran negara Perencanaan anggaran negara
Perencanaan anggaran negara
 
Modul_Akuntansi_Keuangan_Pemerintah.pdf
Modul_Akuntansi_Keuangan_Pemerintah.pdfModul_Akuntansi_Keuangan_Pemerintah.pdf
Modul_Akuntansi_Keuangan_Pemerintah.pdf
 
Petunjuk penyusunan renja 2013
Petunjuk penyusunan renja 2013Petunjuk penyusunan renja 2013
Petunjuk penyusunan renja 2013
 
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaRedesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
 
Pmk 257 2014_tata_cara_revisi_2015
Pmk 257 2014_tata_cara_revisi_2015Pmk 257 2014_tata_cara_revisi_2015
Pmk 257 2014_tata_cara_revisi_2015
 
Kemenkeu
KemenkeuKemenkeu
Kemenkeu
 
Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.
Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.
Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.
 
Redesign sistem penganggaran pemerintah
Redesign sistem penganggaran pemerintahRedesign sistem penganggaran pemerintah
Redesign sistem penganggaran pemerintah
 
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
DRAF REKOMENDASI DPRD SULTRA ATAS LKPJ 2009
 
Sosialisasi Standar Biaya 2014
Sosialisasi Standar Biaya 2014Sosialisasi Standar Biaya 2014
Sosialisasi Standar Biaya 2014
 
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAANKEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
KEBIJAKAN PENGANGGARAN DI BIDANG ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN
 
Pelaksanaan anggaran
Pelaksanaan anggaranPelaksanaan anggaran
Pelaksanaan anggaran
 
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL 2014
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL 2014Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL 2014
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL 2014
 
PPAS Tahun 2017
PPAS Tahun 2017PPAS Tahun 2017
PPAS Tahun 2017
 
1. Pokok-pokok penambahan AA 2_edit160622.pdf
1. Pokok-pokok penambahan AA 2_edit160622.pdf1. Pokok-pokok penambahan AA 2_edit160622.pdf
1. Pokok-pokok penambahan AA 2_edit160622.pdf
 
Lakip jakarta 2003
Lakip jakarta 2003Lakip jakarta 2003
Lakip jakarta 2003
 
Permen PU Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilita...
Permen PU Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilita...Permen PU Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilita...
Permen PU Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilita...
 
Keterkaitan Dokumen Perencanaan
Keterkaitan Dokumen PerencanaanKeterkaitan Dokumen Perencanaan
Keterkaitan Dokumen Perencanaan
 

09 04-28 renstra-ditjenanggaran05-09

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra–KL) adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga jangka menengah (5 tahun) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, yang disusun dengan menyesuaikan kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM– Nasional) dan bersifat indikatif. Dikarenakan adanya penataan organisasi di lingkungan DJA, maka disusunlah revisi Renstra Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Tahun 2005–2009 untuk mengakomodir perubahan organisasi di lingkungan DJA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 15 ayat (1) dan pasal 19 ayat (2), setiap kementerian/lembaga wajib menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra–KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Di samping itu, sesuai dengan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Diktum Kedua, setiap instansi pemerintah sampai tingkat Eselon II wajib menyusun Rencana Strategis untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penyusunan anggaran. Perubahan mendasar tersebut, meliputi aspek-aspek penerapan pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka menengah (medium term expenditure framework/MTEF), penerapan penganggaran secara terpadu (unified budget), dan penerapan penganggaran berdasarkan kinerja (performance based budgeting). Dengan mengacu kepada perubahan mendasar dalam pendekatan penyusunan anggaran tersebut, akan lebih menjamin peningkatan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran. Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tersebut, khususnya pasal 12 ayat (2) telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 1
  • 2. Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan pasal 14 ayat (6) telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA–KL). Dalam pasal 1 butir 9 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 dan pasal 2 ayat (1) beserta penjelasannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tersebut di atas disebutkan bahwa rencana kerja kementerian negara/lembaga periode 1 (satu) tahun yang dituangkan dalam RKA–KL merupakan penjabaran dari RKP dan Renstra–KL. Dengan demikian dalam tahap implementasinya fungsi Renstra–KL menjadi sangat penting, karena digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan dokumen perencanaan jangka pendek (1 tahun), yaitu Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja–KL), dan Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA–KL) sebagai lampiran Nota Keuangan dalam rangka mengantarkan RUU APBN. B. Tugas dan Fungsi DJA Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan, di lingkungan Departemen Keuangan telah dibentuk kembali Direktorat Jenderal Anggaran (DJA). Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan tersebut, DJA mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penganggaran sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tersebut, DJA menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang penganggaran; b. pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran; c. perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penganggaran; d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penganggaran; e. pelaksanaan administrasi direktorat jenderal. 2
  • 3. C. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan, susunan organisasi DJA terdiri dari : 1. Sekretariat Direktorat Jenderal; 2. Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 3. Direktorat Anggaran I; 4. Direktorat Anggaran II; 5. Direktorat Anggaran III; 6. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak. 7. Direktorat Sistem Penganggaran Struktur organisasi Direktorat Jenderal Anggaran nampak pada bagan berikut: 3
  • 4. BAGAN ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN Direktorat Jenderal Anggaran Sekretariat Direktorat Jenderal Direktorat Direktorat Penyusunan Direktorat Direktorat Sistem Anggaran I Direktorat Direktorat Penganggaran Anggaran Penerimaan Pendapatan dan Anggaran II Anggaran III Negara Bukan Belanja Negara Pajak 4
  • 5. D. Profil Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan DJA. Jumlah pegawai Direktorat Jenderal Anggaran per 28 Februari 2009 sebanyak 712 orang (termasuk pegawai yang diperbantukan/dipekerjakan pada instansi di luar DJA) dengan klasifikaksi sebagai berikut : I. Berdasarkan golongan No. Golongan 2007 2008 2009 1. Golongan I 2 1 1 2. Golongan II 146 150 150 3. Golongan III 503 502 503 4. Golongan IV 54 59 58 TOTAL 705 712 712 II. Berdasarkan Pendidikan No. Pendidikan 2007 2008 2009 1. SD 2 2 2 2. SLTP 2 1 1 3. SLTA 124 134 134 4. Sarjana Muda/DIII 134 107 84 5. Sarjana (S1) 289 284 304 6. Master (S2) 149 179 180 7. Doktor (S3) 5 5 5 TOTAL 705 712 712 5
  • 6. E. Sarana dan Prasarana Direktorat Jenderal Anggaran sebagai salah satu organisasi Departemen Keuangan menempati gedung kantor yang terletak di Jl. Senen Raya Gedung Sutikno Slamet Jakarta Pusat. 6
  • 7. BAB II VISI DAN MISI A. Visi Visi DJA adalah menjadi unit organisasi yang profesional, kredibel, transparan dan akuntabel dalam perumusan dan pengelolaan kebijakan di bidang penganggaran. B. Misi Sebagai sebuah institusi pemerintah, DJA mengemban dan melaksanakan tugas sesuai dengan visi yang telah ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Agar pelaksanaan tugas dan fungsi dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, DJA menetapkan misi sebagai berikut : 1. Mewujudkan perencanaan kebijakan APBN yang sehat, kredibel, dan sustainable; 2. Mewujudkan efektivitas dan efisiensi pengeluaran negara serta pengamanan keuangan negara untuk menjaga kesinambungan fiskal berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas; 3. Mewujudkan peningkatan penerimaan negara bukan pajak dengan mempertimbangkan perkembangan dunia usaha dan aspek keadilan masyarakat; 4. Meningkatkan kualitas unsur pendukung. 7
  • 8. BAB III IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Secara spesifik identifikasi permasalahan dan kendala yang dihadapi DJA adalah sebagai berikut : I. Penerimaan Negara Bukan Pajak Optimalisasi PNBP sebagai sumber penerimaan dalam negeri menghadapi kendala : 1. Adanya kecenderungan penurunan produksi minyak dan gas bumi yang disebabkan terutama oleh faktor alam dan kurangnya investasi baru di bidang eksplorasi potensi PNBP Sumber Daya Alam (SDA) minyak dan gas bumi; 2. Masih terdapat tunggakan terhadap kewajiban PNBP oleh usaha pertambangan sehingga penerimaan SDA pertambangan umum menjadi kurang optimal; 3. Masih tingginya kegiatan pembalakan liar (illegal logging) yang mengakibatkan penurunan potensi PNBP kehutanan; 4. Risiko tidak tercapainya penerimaan atas laba BUMN terutama karena faktor kinerja BUMN dan makro ekonomi; 5. Belum akuratnya penetapan target dan penyuunan pagu penggunaan PNBP oleh Kementerian Negara/Lembaga; 6. Masih terdapat Kementerian Negara/Lembaga yang memungut PNBP tanpa ada dasar hukumnya (belum dituangkan atau ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah); 7. Penetapan target dan pelaporan realisasi PNBP belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 8. Penggunaan dana PNBP belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan penggunaan PNBP, sehingga menimbulkan inefisiensi dalam penggunaan PNBP; 9. Kurang tegasnya sanksi di bidang PNBP; 10. Kurangnya koordinasi dalam penetapan target PNBP dan pagu anggaran serta revisinya sehingga menimbulkan keterlambatan proses penyusunan target maupun pagu penggunaannya dikarenakan banyaknya Satuan Kerja. 8
  • 9. II. Belanja Pemerintah Pusat Efisiensi dan tepat sasaran merupakan kata kunci dalam pengelolaan pengeluaran negara baik belanja pusat maupun belanja transfer ke daerah. Identifikasi permasalahan terhadap pengeluaran negara sebagai berikut : 1. Komposisi dan struktur belanja negara yang belum sehat dimana ruang gerak fiskal pemerintah yang sangat terbatas, diantaranya seperti : a. Pemenuhan amanat konstitusi 20% APBN untuk anggaran pendidikan; b. Besarnya belanja wajib yang harus dialokasikan Pemerintah (non discretionary) yang antara lain meliputi belanja pegawai, subsidi, dan pembayaran bunga utang yang menyebabkan alokasi untuk belanja yang bersifat investasi menjadi sangat terbatas. c. Penetapan jumlah belanja (terutama belanja wajib/non discretionary) masih banyak bersifat incremental. d. Belanja yang belum sepenuhnya direncanakan secara terprogram untuk kesinambungan pembangunan. 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara sebagai salah satu produk dari Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara, diharapkan dapat menjawab berbagai kelemahan sistem penganggaran yang meliputi anggaran terpadu (unified budget), anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting), dan kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure framework). Akan tetapi penerapan sistem tersebut masih mengalami kendala, diantaranya dalam bidang penganggaran yaitu : a. Sistem informasi penganggaran yang terpadu dan komprehensif belum sepenuhnya terbangun; b. Kurangnya pemahaman tentang proses penganggaran dan keterlambatan Kementerian/Lembaga dalam menyampaikan RKA-KL dan data dukungnya mengakibatkan sempitnya waktu penelaahan RKA-KL; c. Masih terdapat usulan penyediaan dana yang bersifat sangat segera untuk dialokasikan tanpa melalui proses penelaahan terlebih dahulu serta kurang/belum dilengkapi dengan data dukung yang diperlukan sehingga dikhawatirkan akan menjadi temuan BPK; 9
  • 10. d. Belum adanya ketentuan khusus yang mengatur pemanfaatan pos pengeluaran Negara yang berasal dari Bagian Anggaran Perhitungan dan Pembiayaan (BAPP) sehingga pembebanan anggaran untuk kegiatan tertentu dalam suatu pos sulit untuk dicari pembenarannya serta kurangnya pemahaman pengguna dana BAPP atas kewabjiban pembuatan laporan keuangan BAPP. 3. Subsidi yang belum tepat sasaran, diantaranya seperti : a. Masih terdapat penyalahgunaan penyaluran subsidi; b. Masih terdapat subsidi yang diterima oleh pihak-pihak yang tidak seharusnya menerima; c. Koordinasi antara instansi terkait yang menangani kebijakan subsidi belum sepenuhnya terbangun; d. Semakin besarnya jumlah subsidi BBM akibat melonjaknya harga minyak mentah dunia, sehingga mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat; e. Perubahan harga minyak mentah dunia tidak dapat diprediksi, sehingga sulit memperkirakan besarnya alokasi subsidi BBM secara tepat dan akurat. 10
  • 11. BAB IV STRATEGI DAN KEBIJAKAN Sesuai dengan RPJM Nasional Tahun 2004-2009 dalam kerangka stabilitas ekonomi makro, sasaran pembangunan nasional adalah terpeliharanya stabilitas ekonomi makro akan mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkualitas, serta meningkatkan kemampuan pendanaan pembangunan nasional, baik pendanaan yang bersumber dari pemerintah maupun swasta. A. Fokus Strategi 1. Fokus strategi di bidang pendapatan negara pada prinsipnya diarahkan pada peningkatan pendapatan negara melalui peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sesuai dengan perkembangan perekonomian dengan melakukan perbaikan regulasi. Penyempurnaan regulasi PNBP tidak hanya dilakukan terhadap pola penetapan tarif dan pemberian insentif lainnya, tetapi juga dari sisi pengelolaan dan pelaporan. Oleh karena itu, pengembangan IT dan penyempurnaan sistem administrasi mutlak diperlukan. 2. Fokus strategi di bidang belanja negara diarahkan pada peningkatan efektivitas dan efisisiensi belanja negara agar tercapai alokasi belanja yang tepat sasaran dan berkeadilan sosial, yaitu melalui : a. Penetapan kebijakan belanja yang ekonomis, efektif dan efisien Pencapaian efisiensi besar artinya bagi upaya perluasan jangkauan alokasi belanja pemerintah dalam membiayai keperluan pemberian layanan publik. Dengan peningkatan/perluasan capaian target ini, upaya percepatan peningkatan pertumbuhan, penguatan stabilitas perekonomian, serta peningkatan pemerataan pendapatan dapat tercapai. Dari sisi administrasi, upaya efisiensi belanja juga dilakukan melakukan pemantapan pelaksanaan unifikasi anggaran (unified budget), penerapan sistem penganggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) dan penerapan alokasi belanja negara dalam kerangka pengeluaran jangka menengah (Medium Term Expenditure Framework/MTEF). 11
  • 12. b. Perencanaan dan alokasi anggaran yang tepat sasaran dan adil Perencanaan dan alokasi anggaran dilakukan berdasarkan prioritas program pembangunan pemerintah yang mengacu kepada rencana kerja pemerintah (RKP), seperti alokasi dana untuk pendidikan dan kesehatan. Perencanaan dan alokasi anggaran, khususnya belanja Pemerintah Pusat, disusun dalam kerangka penyusunan penganggaran terpadu (unified budget) secara konsisten. Perencanaan dan alokasi anggaran diawali dengan penyusunan perhitungan dasar anggaran (baseline budget) sesuai dengan kebutuhan belanja pemerintah pusat yang rasional. Untuk itu, akurasi, kelengkapan, dan komprehensitas data dan model perencanaan dan alokasi anggaran yang kredibel menjadi faktor yang turut menentukan keberhasilan perencanaan dan alokasi anggaran secara tepat dan adil. Selanjutnya, dilakukan penyusunan langkah-langkah kebijakan (policy measure) dengan memperhitungkan dampak fiskalnya terhadap belanja Pemerintah Pusat secara keseluruhan, defisit, dan pembiayaan anggaran. Langkah-langkah dalam kaitannya dengan penajaman prioritas alokasi anggaran yang tepat sasaran dan adil meliputi penetapan kebijakan : (i) perbaikan kesejahteraan aparatur negara dalam batas kemampuan keuangan negara; (ii) peningkatan efisiensi belanja barang dan jasa; dan (iii) pengurangan secara bertahap subsidi yang tidak langsung menyentuh kepentingan rakyat miskin. Khusus terkait dengan mekanisme perhitungan dasar anggaran (baseline budget) berkenaan dengan perencanaan dan alokasi anggaran untuk keperluan pemerintah daerah, penajaman prioritas dilakukan melalui : (i) pengembangan dan peningkatan kualitas database; dan (ii) penetapan besaran alokasi dengan mempertimbangkan besaran- besaran pendapatan dalam negeri sesuai ketentuan yang berlaku. B. Pengembangan Sumber Daya 1. Sumber Daya Manusia Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kinerja suatu organisasi adalah tersedianya SDM yang potensial yang memiliki komitmen, kompetensi, karakter dan keberanian dalam pelaksanaan tugasnya. 12
  • 13. Keberhasilan pencapaian kinerja tidak hanya ditentukan oleh penguasaan pengetahuan yang mendalam (hardskill), tetapi juga sangat dipengaruhi oleh sikap perilaku yang dimiliki oleh pegawai dalam menghadapi pekerjaan (softskill). Karena itu, pengembangan kualitas pegawai memegang peranan yang penting dalam pengelolaan organisasi yang diwujudkan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan pegawai. Sejalan dengan berkembangnya suatu organisasi, pegawai merupakan faktor utama dan penentu yang menjadi subyek pelaku perubahan (agent of change) sekaligus sebagai obyek yang harus dikelola secara benar, terencana, dan komprehensif. Faktor manusia tidak hanya dituntut untuk memproses perubahan, tetapi harus juga turut berproses dalam perubahan. Sebagai agent of change, SDM dituntut memiliki kemampuan yang memadai, baik dari segi ilmu pengetahuan, keterampilan dan keahlian, maupun profesionalitas. Faktor kemampuan tersebut dibutuhkan setiap bidang tugas guna mendukung terwujudnya peran DJA sebagai pelaksana sebagian tugas Departemen Keuangan di bidang perencanaan anggaran. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan organisasi perlu dilakukan proses penyiapan SDM yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan (kemampuan, keterampilan, keahlian, dan profesionalitas). Langkah yang perlu dilakukan untuk menyiapkan SDM yang berkualitas adalah dengan menyandingkan peta kompetensi SDM yang ada dengan kebutuhan yang diinginkan. Untuk meningkatkan kedisplinan SDM di lingkungan DJA, telah dilakukan otomasi absensi yaitu dengan penggunaan handkey untuk para pejabat dan pegawai di lingkungan DJA serta telah disusun Kode Etik bagi para pejabat dan pegawai di lingkungan DJA, sehingga diharapkan dengan adanya kedua alat tersebut kedisiplinan pegawai di lingkungan DJA dapat meningkat sehingga akan mendukung pencapaian sasaran yang diharapkan. 2. Sumber Daya Informasi Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah pemanfaatan teknologi informasi sebagai penunjang dalam pelaksanaan tugas DJA. Informasi anggaran memiliki peran strategis dalam rangka mendukung perumusan kebijakan fiskal. Kendala yang dihadapi DJA dalam pengembangan teknologi informasi adalah : 13
  • 14. 1. belum adanya sistem informasi penganggaran yang terpadu dan komprehensif; 2. belum adanya database anggaran yang handal dan up to date; 3. belum sempurnanya penyajian informasi anggaran yang sistemik dan berkelanjutan. Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka menjawab tantangan agar teknologi informasi DJA dapat dikembangkan untuk menunjang pelaksanaan tugas DJA. Upaya yang telah dan sedang dilaksanakan adalah pengembangan Sistem Informasi Manajemen APBN, pengembangan sistem informasi kepegawaian, dan sistem informasi persuratan serta pembangunan SIM yang akan menunjang pelaksanaan tugas DJA. 3. Sumber Daya Organisasi DJA sebagai sebuah unit organisasi yang melaksanakan sebagian tugas Departemen Keuangan, terus melakukan evaluasi internal yang ditujukan kepada upaya perubahan menuju perbaikan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Organisasi DJA dibangun berdasarkan 4 (empat) komponen utama yaitu budaya kerja, model kepemimpinan, keselarasan tugas dan fungsi, dan pola diseminasi pengetahuan dalam organisasi. Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja organisasi, DJA sebagai unit organisasi yang melaksanakan sebagian tugas Departemen Keuangan telah melakukan berbagai perubahan untuk mendukung program reformasi birokrasi yang dijalankan oleh Departemen Keuangan, yaitu dengan cara : 1. Melakukan reorganisasi dengan membentuk Direktorat Sistem Penganggaran yang melaksanakan tugas dan fungsi untuk pengembangan sistem penganggaran. 2. Menyusun dan mengevaluasi Uraian Jabatan (Urjab) dan melakukan Job Analysis untuk menentukan grading masing-masing jabatan serta menyusun dan mengevaluasi Standard Operating Procedure (SOP). Sampai saat ini sejak digulirkannya Reformasi Birokrasi, DJA telah menyusun 235 SOP yang dijadikan acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Dari 235 SOP yang disusun, ditetapkan 5 (lima) SOP unggulan (quick win) DJA, yaitu : 14
  • 15. a. Pelayanan penyelesaian lampiran Perpres tentang Anggaran Belanja Pemerintah Pusat; b. Pelayanan penyelesaian revisi SAPSK (APBN-P); c. Pelayanan penyelesaian Standar Biaya Khusus; d. Penyusunan target dan pagu penggunaan PNBP pada Kementerian/Lembaga untuk RAPBN Tahun Anggaran yang akan datang atau Revisi target dan pagu penggunaan PNBP untuk APBN-P Tahun Anggaran Berjalan; a. Penyusunan konsep RPP tentang Jenis dan Tarif PNBP atau Revisi yang berlaku pada Kementerian/Lembaga. 3. Selain itu, untuk mendukung upaya reformasi telah disusun Balance Scored Card (BSC) sebagai penjabaran dari BSC Departemen Keuangan sampai tingkat eselon II, dan akan dilanjutkan untuk tingkat eselon III. 15
  • 16. BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN POKOK DJA Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang telah ditetapkan untuk jangka menengah (2005-2009), DJA menetapkan Program DJA sebanyak 5 (lima) program, yaitu : I. Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Negara. Program ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dengan mempertimbangkan perkembangan dunia usaha dan aspek keadilan masyarakat dengan kegiatan pokok : 1. Pengkajian kebijakan/analisis tentang tarif, obyek dan subyek atas bea PNBP 2. Pembinaan/koordinasi/evaluasi dan pelaporan di bidang PNBP II. Program Peningkatan Efektivitas Pengeluaran Negara Program ini bertujuan untuk mendukung langkah konsolidasi fiskal dalam rangka menjaga kesinambungan fiskal, termasuk di dalamnya pengelolaan kekayaan negara dengan kegiatan pokok : 1. Pengelolaan dan pengendalian anggaran; 2. Peningkatan perencanaan kebijakan APBN; 3. Pengkajian kebijakan/analisis di bidang belanja negara. III. Program Pemantapan Pelaksanaan Sistem Penganggaran Program ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas sistem penganggaran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dengan kegiatan pokok penyusunan/penyempurnaan/pengkajian peraturan perundang-undangan di bidang penganggaran. IV. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik dengan kegiatan pokok : 1. Pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan; 2. Pemeliharaan operasional dan perkantoran; 3. Pembinaan/penyusunan program , rencana kerja dan anggaran; 4. Pengadaan peralatan dan perlengkapan gedung; 5. Penyelenggaraan sosialisasi/diseminasi/seminar/workshop/publikasi; 6. Rehabilitasi/peningkatan/renovasi gedung/laboratorium/perpustakaan. V. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia dengan kegiatan pokok : 1. Pengembangan SDM; 2. Administrasi kepegawaian. 16