SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 17
Sabda Rasulullah saw memang benar dan sunnah Allah telah menjadi kenyataan bagi
makhluk-Nya. Umat selalu terpecah belah sepeninggal rasul-Nya. Setelah datang ilmu
kepada mereka (namun mereka saling berlaku zalim) maka manusiapun berjalan mengikuti
hawa nafsunya. Mereka saling berbeda pendapat hingga timbullah berbagai mahdzab,
aliran, bid’ah dan berbagai pandangan. Mereka meninggalkan kitab Rabbnya dan sunnah
Nabi. Akibatnya mereka terlempar dalam jurang-jurang kesesatan, mereka lebih mengikuti
keinginannya daripada mengikuti petunjuk Allah dan Rasulullah.

Namun disela-sela itu semua, sebagai realisasi sunnah Allah seperti yang disabdakan Rasul-
Nya, ternyata bendera golongan yang selamat (Firqah an-Najiyah) tetap berkibar dengan
megahnya. Di bawah panji inilah bernaung orang-orang yang menginginkan keselamatan
dan perlindungan Allah dari segala ajaran sesat. Mereka inilah yang berpegang pada al-
jamaah, yaitu golongan yang senantiasa mengikuti jejak Rasul, para sahabat, dan generasi
setelah itu.

A. SEJARAH PENYIMPANGAN MANUSIA DARI JALAN YANG BENAR
   1. Amanat Allah bagi manusia
          Allah swt telah menciptakan manusia dalam kehidupan ini untuk tujuan dan
      tugas tertentu. Dia telah menundukkan semua yang ada di muka bumi, berupa
      lautan, sungai, angin, hujan, gunung, lembah, binatang, tumbuhan hingga makhluk
      Allah lainnya, semata-mata untuk kepentingan manusia. Allah juga telah
      memberikan ilham kepada manusia agar dapat menangkap sebagian hukum alam
      dan berbagai peraturan hidup hingga manusia dengan mudah dapat mencapai
      tujuan yang penting ini. Tujuannya besar, tugas dan amanatnya berat hingga langit,
      bumi, dan gunung merasa takut serta tidak berani memikulnya. Sebagaimana Allah
      berfirman:
          “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat* kepada langit, bumi, dan
            gunung-gunung, tapi semuanya enggan memikulnua karena khawatir akan
            mengkhianatinya. Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya
            manusia itu amat zhalim dan bodoh” (Al Ahzab 33:72)
          *Menurut Ibnu Abbas, amanat adalah ketaatan, sedangkan menurut Ibnu Katsir,
            amanat adalah taklif(tugas), menerima perintah dan larangan dengan
            bersyarat. Syaratnya adalah jika ia melakukan ketaatan, akan mendapat
            pahala, dan jika meninggalkannya, ia akan mendapat siksa. (Tafsir Ibnu Katsir
            6:477)
          Sesungguhnya tujuan besar, tugas dan amanat berat yang dipikul manusia ini
      tidak lain adalah sebagai khalifah Allah di bumi-Nya. Allah sebagai Rabb semua
      makhluk, Raja segala raja, serta Penguasa langit dan bumi telah menciptakan
      manusia sebagai khalifah di bumi dan menjadikannya agar bertanggung jawab
      kepada-Nya sehubungan dengan tugas kekhalifahannya.
Allah memberitahu para malaikat tentang tugas penting yang dibebankan
   kepada manusia, sebagaimana firman-Nya:
       “Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya
         Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Al Baqarah 2:30)
       Imam Ath Thabari menafsirkan ayat di atas dengan, “Sesungguhnya Aku hendak
   menjadikan seorang khalifah di muka bumi dari-Ku yang mewakili-Ku dalam
   memutuskan hukum di antara makhluk-Ku. Khalifah itu adalah Adam dan orang yang
   bersikap seperti dia dalam mentaati Allah serta memutuskan hukum dengan adil di
   antara makhluk-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir 1:70)
       Ibnu Katsir mengatakan, mereka memahami tentang khalifah, yakni orang yang
   memutuskan perselisihan di antara manusia dan mencegah melakukan perbuatan
   haram dan dosa. Demikian perkataan al-Qurthubi (Tafsir Ibnu Katsir 1:69).
   Selanjutnya Ibnu Katsir mengatakan, dengan ayat ini Al-Qurthubi dan yang lainnya
   menjadikan dalil atas wajibnya mengangkat seorang khalifah untuk memutuskan
   perselisihan di antara manusia, menolong orang yang teraniaya, dan dianiaya oleh
   orang zhalim, menegakkan hukum, mencegah perbuatan keji, melaksanakan perkara
   penting lainnya yang hanya bisa ditegakkan oleh seorang Imam.

2. Kekhalifahan manusia di bumi dan syarat-syaratnya
       Kekhalifahan manusia di bumi memiliki syarat tertentu, yakni selalu iltizam
   dengan ketaatannya terhadap Rabb yang memiliki perintah dan larangan. Manusia
   senantiasa dituntut melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
   larangan-Nya karena takut siksaan-Nya. Oleh karena itu, masalah khilafah manusia di
   bumi ini tidak lain adalah masalah ibadah manusia kepada Allah. Seperti dalam
   firman-Nya pada surat Adz Dzariyat ayat 56 “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan
   manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”

3. Perjanjian fithrah
       Allah mengetahui betapa besar amanat dan berat beban taklif yang diemban
   manusia, sehingga Allah tidak membebani seseorang kescuali dengan
   kemampuannya. Allah telah menciptakan manusia dengan tabiat mengenal Rabbnya,
   mentauhidkan-Nya, mentaati-Nya, serta beribadah hanya kepada-Nya dengan tidak
   mempersekutukan-Nya. Allah berfirman:
       “Dan (ingatlah) ketika Rabbmu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi
         mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
         berfirman): ‘Bukankah Aku ini Rabbmu?’ mereka menjawab: ‘Betul (Engkau
         Rabb kami), kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada
         hari kiamat kelak kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (bani Adam)
         adalah orang-orang yang lengah terhadap ini.’ Atau agar kamu tidak
         mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan
         Rabb sejak dahulu, sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang
(datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami
          karena perbuatan orang-orang sesat yang dahulu.’ Demikianlah Kami
          menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (Al A’raf
          7:172-174)
        Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, Nabi saw bersabda:
   “dikatalan pada salah seorang penghuni neraka pada kari kiamat, ‘Bagaimanan
   pendapatmu jika kamu mempunyai sesuatu di muka bumi ini, apakah kamu akan
   menebus dirimu dengannya?’ Orang tersebut menjawab, ‘Ya.’ Allah berfirman, ‘Aku
   telah menghendaki dirimu sesuatu yang lebih ringan daripada itu. Aku telah
   menyuruhmu berjanji di punggung Adam untuk tidak menyekutukan sesuatu pun
   dengan-Ku. Namun, kamu tetap mempersekutukan Aku’.” (HR Bukhari dan Muslim)
        Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Allah mengambil janji dari
   mereka agar beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-
   Nya. Diriwayatkan pula oleh Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Ahmad dalam musnad
   ayahnya, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir, dan Ibnu Mardawih bahwa Allah berfirman
   kepada mereka, “Aku jadikan ketujuh langit dan bumi serta bapak-bapakmu sebagai
   saksi agar kamu pada hari kiamat nanti tidak mengatakan, ‘Kami tidak mengetahui
   hal ini (eksistensi dan keesaan Allah).’ Ketahuilah bahwa tidak ada ilah selain Aku,
   tidak ada Rabb selain Aku, dan janganlah mempersekutukan Aku. Sesungguhnya Aku
   akan mengutur rasul kepadamu untuk mengingatkanmu akan janji-Ku dan Aku
   turunkan kitab-kitab-Ku kepadamu.” Mereka menjawab, ‘Kami bersaksi bahwa
   sesungguhnya Engkau adalah Rabb dan ilah kami, dan tiada Rabb bagi kami selain
   Engkau.’ Maka pada saat itu mereka menyatakan taat kepada-Nya. (Ma’arijul Qabul
   1:34 dan seterusnya).

4. Rahmat Allah : Allah tidak menyiksa seseorang, kecuali setelah ditegakkannya hujjah
   risalah
        Meskipun hujjah telah ditegakkan dan alasan telah dipathkan, namun sebagai
   rahmat dan karunia-Nya, Allah jelas tidak akan menyiksa bani Adam karena adanya
   perjanjian fithrah semata-mata. Dan Ia tidak akan meniksa seorangpun kecuali
   setelah ditegakkannya hujjah berupa risalah, sebagaimana firman-Nya:
        “...dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (Al
          Isra’ 17:15)
        Maka Allah mengutus rasul-Nya secara berkesinambungan untuk mengingatkan
   manusia akan janji mereka dan amanat besar yang dibebankan-Nya kepada mereka
   di bumi ini. Para rasul pun menyuruh manusia melaksanakan tugasnya sebagai
   khalifah di bumi dan menanggalkan alasan lain untuk membantah Allah sebagai Rabb
   mereka.
        Allah berfirman:
        “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi
          peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah
sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan Allah Mahaperkasa lagi
          Mahabijaksana.” (An Nisa’ 4:165)
        Menurut Ibnu Qayyim, dalam akal manusia tidak ada sesuatu yang lebih jelas
   dan terang kecuali mengenal kesempurnaan Sang Pencipta serta membersihkannya
   dari kejelekan dan kekurangan. Para rasul pun diutus untuk mengingatkan dan
   menjelaskannya. Begitu pula fithrah manusia, terdapat pengakuan akan kebahagiaan
   dan kesengsaraan jiwa serta balasan yang akan diterima di akhirat nanti. Penjelasan
   mengenai hal ini tidak dapat diketahui kecuali melalui para rasul. Karena itu, akal
   yang tegas sesuai dengan naql (nash) yang shahih. Dan syariat sesuai dengan fithrah.
   Keduanya tidak saling bertentangan (Syifa’ul ‘Alil 301-302)
        Ibnu Taimiyah mengatakan hujjah tidak akan dijatuhkan kepada mereka yang
   berbuat dosa karena kebodohannya sebelum mereka mengetahui bahwa hal
   tersebut merupakan perbuatan dosa, sebelum diutusnya seorang rasul kepada
   mereka, dan sebelum ditegakkannya hujjah atas mereka.
        Allah tidak membiarkan manusia sendirian, mereka senantiasa dibimbing ajaran
   nabi sejak nabi Adam as. Allah menjadikan risalah tersebut beserta akal dan
   fithrahnya dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terbesar di alam semesta.
   Namun, manusia ternyata berselisih pendapat mengenai rasul-rasul mereka.
   Sebagaimana firman Allah:
        “Tapi, kebanyakan manusia tidak mau, kecuali mengingkarinya.” (Al Isra’ 17:89)
        Dan berimanlah prang yang mau beriman, tapi jumlahnya sangat sedikit. Itulah
   sunnatullah yang berlaku pada makhluk-Nya.
        “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
        niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah...” (Al An’am 6:116)
        “...dan sekali-kali kamu tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.”
   (Al Ahzab 33:62)
        Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
        “Manusia itu umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah
        mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan,
        dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi
        keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
        Tidaklah berselisih mengenai Kitab itu, melainkan orang yang telah didatangkan
        kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-
        keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah
        memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal
        yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi
        petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Al Baqarah
        2:213)

5. Kerusakan fithrah
Ketika fithrah manusia mulai rusak, dan ketika ‘manusia menjadi makhluk yang
paling banyak membantah’ (Al Kahfi 18:54), maka saat itulah setan menghiasi amal
buruk manusia sehingga tampak bagus dan indah. Setan mencampuradukkan antara
yang hak dan yang batil serta mengilhami manusia dengan berbagai perilaku buruk
hingga manusia bertahan dengan kebatilannya.
“Tetapi orang-orang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian itu
mereka dapat melenyapkan yang hak.” (Al Kahfi 18:56)
     Lantas manusia akan melihat kebatilan sebagai kebenaran, dan sebaliknya
kebenaran menjadi kebatilan. Atau ia menyimpang sama sekali sehingga tak mampu
melihat mana yang hak dan mana yang batil. Seperti pada firman Allah:
“...maka Allah menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahakuasa serta
Mahabijaksana.” (Ibrahim 14:4)
“...Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk, dan
barangsiapa disesatkan-nya maka kamu tak aakan mendapatkan seorang pemimpin
pun yang mampu memberi petunjuk kepadanya.” (Al Kahfi 18:17)

    Kelompok-kelompok utama yang bertentangan dengan Dinul Islam ada enam,
yang masing-masing terpecah lagi menjadi beberapa golongan. Keenam golonagn
tersebut menurut tingkatannya, adalah:
       a) Golongan yang mengingkari adanya hakikat alam semesta. Golongan ini
          (oleh para mutakalimin) disebt kaum sofistis (sesat)
       b) Golongan yang mengakui adanya hakikat alam (dengan mengatakan
          sesungguhnya alam ini tetap ada) tetapi mereka tidak mengakui adanya
          pencipta dan pengaturnya.
       c) Golongan yang mengakui adanya hakikat alam dan berpendapat bahwa
          alam dan pengaturnya tetap ada.
       d) Golongan yang mengakui adanya hakikat alam. Sebagian dari mereka
          berpendapat bahwa sesungguhnya alam itu tetap ada, sebagian lain
          berpendapat bahwa alam mempunyai pengatur yang tetap ada dan lebih
          dari satu. Namun, mereka berselisih mengenai jumlahnya.
       e) Golongan yang mengakui adanya hakikat alam dan berpendapat bahwa
          alam itu diciptakan oleh satu pencipta. Namun, mereka mengingkari
          seluruh kenabian.
       f) Golongan yang mengakui adanya hakikat alam dan berpendapat bahwa
          alam itu diciptakan oleh satu pencipta. Namun, mereka berbeda dalam
          mengakui sebagian nabi-nabi dan mengingkari sebagiannya...(Al-Fashl Fil
          Milal wal Ahwa’ wan-Nihal 1:3)
    Adapun mengenai penganut Dinul Islam adalah mereka yang mengikuti ajaran
rasulnya. Sesungguhnya Allah mengutus seorang rasul pada setiap umat,
sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul pada setiap umat (untuk
        menyerukan): beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhilah thaghut...” (An
        Nahl 16:36)
        Setiap rasul menyeru kaumnya pada Din Allah yaitu Al-Islam, yang berarti
   menyerahkan diri secara total hanya kepada Allah. Firman-Nya:
        “Sesungguhnya din (yang diridhai) Allah hanyalah Islam...” (Al Imran 3: 19)
        “Barangsiapa mencari din selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
        (din tersebut) dan di akhirat kelak ia termasuk orang yang rugi.” (Al Imran 3: 85)
        Menurut Ibnu Taimiyah “Adapun kitab-kitab samawi yang mutawatir dari para
   nabi as semuanya memastikan bahwa Allah tidak menerima din dari seseorang,
   kecuali Din yang benar (hanif), yaitu Al-Islam, yakni berarti beribadah hanya kepada
   Allah Yang Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain, beriman kepada
   kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir.” (Al-Fatawa Al-Kubra 1:335)
        Firman Allah:
        “Katakanlah, ‘Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan.’ Dan (katakanlah),
        ‘Luruskan muka (diri)mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan
        mengikhlaskan ketaatanmu pada-Nya...” (Al A’raf 7:29)
        Yang dimaksud keadilan di sini adalah tauhid, yakni beribadah hanya kepada
   Allah, yang tiada sekutu bagi-Nya. Inilah dasar ad-din, sedangkan kebalikannya
   adalah dosa yang tak terampuni. Firman Allah:
        “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
        segala dosa selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya...” (An Nisa’
        4:48)
        Ibnu Taimiyah mengatakan, Islam sebagai Din Allah dibangun atas dua landasan.
   Pertama, mengabdi hanya kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya. Kedua,
   mengabdi kepada Allah dengan syariat yang ditetapkan-Nya melalui lisan rasul-Nya.
   Kedua landasan ini merrupakan hakikat syahadat. (Qa’idah Jalilah Fit Tawassul wal
   Wasilah: 162).
        Namun, setelah rasul meninggal dunia dan para sahabat berpencar-pencar,
   generasi datang silih berganti. Maka syubhat pun mulai timbul, hati pun menjadi
   keras, teladan mulai minim, sunnah mulai memudar, bid’ah makin merajalela, yang
   hak bercampur dengan yang batil. Kitab suci dan atsar nabawiyah bercampur dengan
   filsafat keberhalaan, dan keutamaan berpikir (bersih) terkalahkan oleh logika.
   Sehingga, umat yang bersatu di atas kebenaran, menjadi berselisih dan berpecah,
   sebagaimana firman Allah pada QS Yunus (10:19), QS Al Jatsiyah (45:17), QS Al
   Mu’minun (23:53), dan QS Al Baqarah (2:176).

6. Penutup para Nabi dan Rasul saw
      Setelah manusia berada dalam kesesatan dan larut dalam berbagai ikhtilaf, Allah
   hendak memberi petunjuk dan menempatkan mereka atas kebenaran. Allah
   menutup risalah-Nya kepada semua manusia dengan risalah nabi penutup,
Muhammad Ibnu Abdillah saw, maka diturunkan-Nya kepada beliau kitabullah, Al
   Qur’anul Karim, yang berlaku untuk semua manusia hingga Allah mewariskan bumi
   beserta isinya.
        Allah berfirman:
        “...Maka Allah memberi petunjuk orang-orang beriman kepada kebenaran
        tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya...” (Al Baqarah
        2:213)
        Allah azza wa jalla berjanji akan memelihara din ini dengan menjaga kitab-kitab-
   Nya hingga hari kiamat. Sebagaimana firman-Nya:
        “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan sungguh Kami benar-
        benar akan memeliharanya.” (Al Hijr 15:9)
        Allah memerintahkan rasul-Nya agar menjelaskan pada manusia –dengan
   sunnahnya- tentang Al Qur’anul Karim ini, sebagaimana firman allah pada QS An
   Nahl (16:44). Dan dengan risalah itu Allah membuka hati yang lupa dan telinga yang
   tuli, sebagaimana firman Allah pada QS Al Maidah (5:67). Rasullullah tidak wafat
   kecuali setelah kaumnya bersatu di atas jalan yang terang benderang. Malam
   bagaikan siang, terutama setelah Allah menurunkan firman-Nya QS Al Maidah (5:3).
   Rasulullah juga bersabda: “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama
   berpegang teguh kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat. Dua perkara itu
   adalah Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR Malik)

7. Allah menyuruh kaum muslimin bersatu dan melarang berpecah-belah
       Allah azza wa jalla menyuruh pengikut Dinul Islam ini agar bersatu di atas
   kebenaran serta memperingatkan mereka agar tidak berpecah belah dan berselisih
   seperti yang terjadi pada umat terdahulu. Sebagaimana firman Allah pada QS Al
   Imran (3:103,105) dan Al An’am (6:159). Sedangkan apabila ada manusia yang
   bergolong-golong atau berpecah mengikuti aliran-aliran dan hawa nafsu serta
   kesesatan, maka allah telah membebaskan tanggungjawab Rasulullah dari apa yang
   mereka perbuat (Mukhtashar Ibnu Katsir 2:637-638)

8. Perpecahan umat : semua masuk neraka, kecuali satu
       Kebanyakan manusia tetap berselisih dan berpecah belah kecuali yang diberi
   rahmat oleh Allah. mereka terpecah menjadi berbagai kelompok dan golongan,
   mereka menjadikan Al Qur’an terpilah-pilah*. Setelah datang ilmu dan keterangan
   yang jelas kepada mereka. Sebagaimana firman Allah pada QS Hud (11:118-119).
           *Ibnu Katsir menafsirkan ayat alladzina ja’alul Qur’aana ‘idlin (15:91), mereka
           memilah-milah semua kitab yang diturunkan kepada mereka. Maksudnya,
           sebagian diimani dan sebagian dikufuri. Menurutnya, Imam Bukhari
           meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang ayat tersebut, katanya: “Mereka
           adalah penganut Al-Kitab, tetapi mereka membagi-baginya dengan
mengimani sebagian dan mengkafiri sebagian.” (Mukhtashar Ibnu Katsir
           2:319)
        Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya pengikut kedua kitab (Yahudi dan
   Nashrani) dalam hal agama mereka- terpecah belah menjadi 72 aliran. Dan sungguh
   umat (Islam) ini pun akan terpecah menjadi 73 aliran. Semuanya masuk neraka
   kecuali satu, yaitu al-jama’ah.” (HR Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam
   catatan kakinya atas syarah Ath-Thahawiyah, hlm 578, Al-Maktabul Islami). Dalam
   suatu riwayat disebutkan: “Para sahabat bertanya: ‘Siapakah golongan yang selamat
   itu, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘yaitu orang yang mengikuti jalanku dan
   para sahabatku.” (HR Turmudzi)

9. Bendera sunnah tampak berkibar pada setiap masa dan generasi
       Ditengah-tengah perpecahan dan perselisihan, Allah menakdirkan ada orang-
   orang yang memelihara dan melaksanakan sebaik-baiknya din ini, sepeninggal
   Rasulullah saw. Dalam QS Al Ahzab (33:23) disebutkan bahwa mereka adalah ‘orang-
   orang yang menepati janji kepada Allah’.
       Rasulullah bersabda: “Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tampil
   (membela kebenaran) hingga datang keputusan Allah kepada mereka, sedang
   mereka dalam keadaan unggul.” (HR Bukhari)
       Golongan yang selamat berbeda dengan golongan yang lain dalam hal aqidah
   dan fiqih maupun dalam hal akhlak dan perilaku. Salah seorang ulama salaf
   mengatakan, ‘Ahli Sunnah dalam Islam (jika dibandingkan dengan golongan lainnya)
   bagaikan penganut Islam dengan penganut agama-agama lain.’

10. Keutamaan para sahabat Rasulullah saw.
         Pensyarah kitab Durratul Mudli’ah mengatakan, “Tidak ada umat Muhammad
    yang diunggulkan (karena keutamaannya) atas umat-umat lainnya, kecuali sahabat
    yang mulia. Mereka beruntung karena menjadi sahabat manusia terbaik (yakni
    Rasulullah saw). pendapat yang bisa dipertanggungjawabkan datangnya adri imam-
    imam sunnah yang menyebutkan bahwa semua sahabat berperilaku adil.
    Sebagaimana Allah berfirman pada QS Al Fath (48:29) “Muhammad adalah utusan
    Allah, dan orang-orang yang bersama dengannya keras terhadap orang kafir tetapi
    berkasih sayang sesama mereka.”
         Mengenai keutamaan sahabat dibanding dengan umat Muhammad lainnya,
    tersebut dalam dua hadits. Pertama, diriwayatkan dari Abi SA’id al-Khudri ra bahwa
    Rasulullah saw bersabda “Janganlah kamu mencaci maki sahabat-sahabatku, demi
    Allah yang diriku ada di tangan-Nya, seandainya salah seorang di antara kamu
    menginfakkan sebesar gunung Uhud, nilainya tidak mencapai satu mud yang
    diinfakkan mereka (para sahabat), bahkan setengahnya pun tidak.”. Kedua, hadits
    yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dari Ibnu Mughaffal ra. katanya, “Saya
    mendengar Rasulullah saw bersabda ‘Hendaklah yang hadir menyampaikan pada
yang tidak hadir. Takutlah pada Allah, takutlah pada Allah mengenai sahabat-
   sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran sepeninggalku
   nanti. Barangsiapa mencintai mereka, karena mencintai aku, maka aku mencintai
   mereka. Barangsiapa membenci mereka karena membenci aku, maka aku
   membenci mereka. Barangsiapa menyakiti mereka, ia menyakitiku, barangsiapa
   menyakitiku, ia menyakiti Allah. Barangsiapa menyakiti Allah, ia akan mendapat
   hukuman Allah. Dan barangsiapa dihukum Allah, ia tak akan lolos.’”.
        Dalam hal ketaatan terhadap hukum Allah dan Sunnah Nabi, tidak ada umat
   yang menyamai para sahabat. Merekalah yang paling konsekuen mengamalkan Al
   Qur’an dan sunnah nabi. Hal ini ditegaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh
   Imam Ahmad da’i Ibnu Mas’ud ra. “Barangsiapa hendak menjadikan teladan,
   teladanilahh para sahabat Rasulullah saw. Sebab, mereka itu paling baik hatinya,
   paling dalam ilmunya, paling sedikit takallufnya (tidak suka mengada-ada), paling
   lurus petunjuknya, dan paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang dipilih
   Allah untuk menemani Nabi-Nya dan menegakkan din-Nya. Karena itu, hendaklah
   kalian mengenali keutamaan jasa-jasa mereka dan ikutlah jejak mereka, sebab
   mereka senantiasa berada di atas jalan (Allah) yang lurus.”

11. Cara para sahabat menerima Al Qur’an dan As Sunnah
        Ibnu Qayyim mengatakan bahwa cara Nabi saw menyampaikan Al Qur’an
    kepada para sahabat adalah langsung dengan lafazh dan maknanya. Tidak ada
    penyampaian lain, kecuali dengan cara tersebut. Firman Allah: “...Dan tiada lain
    kewajiban Rasul itu kecuali menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (An Nur
    24:54)
        Ayat di atas mengandung maksud bahwa penyampaian makna merupakan
    tingkat penjelasan tertinggi. Para ahli ilmu dan iman mengakui apa yang dinyatakan
    Allah, para malaikat dan generasi terbaik (sahabat) bahwa nabi saw telah
    menyampaikan secara jelas dan pasti mengenai makna-makna Al Qur’an dan Sunnah
    berikut lafazh-lafazhnya. Bahkan, porsi penyampaian makna lebih besar daripada
    penyampaian lafazh. Sebab, lafazh-lafazh Al Qur’an dan Sunnah hanya dihafal oleh
    orang-orang tertentu, sedangkan makna disampaikan Nabi untuk umum dan khusus.
        Hubaib bin Abdullah al-Bajali dan Abdullah bin Umar berkata, “Kami belajar
    beriman, kemudian belajar Al Quran. Maka bertambahlah iman kami.”
        Demikianlah para sahabat mengambil lafazh-lafazh Al Qur’an dan maknanya dari
    Rasulullah saw, bahkan perhatian mereka lebih besar terhadap pengambilan makna
    daripada lafazh. Mereka terlebih dahulu mengambil makna, baru lafaazh, agar
    makna tersebut tetap terpelihara dan tidak lepas dari mereka.
        Dalam hal menerima hadits juga demikian. Para sahabat langsung
    mendengarnya dari nabi saw. Mereka telah banyak menyaksikan dan mengetahui
    dengan hati mengenai tujuan dan dakwah rasulullah saw. Maka tidaklah sama orang
yang mendengar, mengetahui, dan melihat langsung keadaan Nabi dengan yang
   hanya mendengar melalui perantara.
       Sehubungan dengan itu Imam Ahmad mengatakan bahwa prinsip sunnah
   berpegang pada apa yang dijalankan para sahabat Rasulullah saw dengan i’tikad
   bahwa golongan yang selamat (ahli sinnah) adalah golongan yang mengikuti
   Rasulullah dan para sahabatnya, sebagaiman Rasul bersabda: “Mereka adalah orang-
   orang yang mengikuti jalanku dan para sahabatku.”
       Maka jelaslah dalam menafsirkan Al Qur’an serta mentakwilkannya wajib
   merujuk pada sahabat Nabi. Dan telah diketahui bahwa generasi sesudah mereka
   mengikuti jejak mereka dengan baik, yaitu mengambil sesuatu (pengetahuan Al
   Qur’an dan Sunnah) tanpa menyimpang seperti yang diajarkan Nabi pada mereka.”
   (Mukhtashar ash-Shawa’iqul Mursilah 2:335 dst)

12. Hadits - hadits tentang perpecahan umat, golongan yang benar, dan kewajiban
    mengikuti jama’ah
    a. Riwayat dan alur hadits tentang perpecahan umat
         i. Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Kaum Yahudi
            terpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan.
            Kaum Nashrani terpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh
            dua golongan. Begitu pun umatku terpecah menjadi tujuh puluh tiga
            golongan.” (HR. Abu Daud, Turmudzi, al-Hakim, Ahmad, dll)
        ii. Dari Amir Abdullah bin Luhai. Ia berkata, “kami berangkat haji bersama
            Mu’awiyah bin Abi Sufya. Ketika sampai di Makkah, Mu’awiyah berdiri –saat
            akan menunaikan shalat dzuhur- dan berkata, sesungguhnya Rasulullah saw
            telah bersabda: “Sesungguhnya pengikut dua kitab (Yahudi dan Nashrani)
            terpecah mengenai agama mereka menjadi tujuh puluh dua aliran, dan umat
            (Islam) ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga aliran, yakni al-ahwa
            (mnegikuti hawa nafsu). Semuanya masuk neraka, kecuali satu, yaitu al-
            jama’ah. Sungguh akan muncul di kalangan umatku golongan-golongan
            yang akan diikuti oleh hawa nafsu seperti anjing kejar-kejaran bersama
            kawanannya. Tidak ada urat dan persendian yang tidak dimasukinya. Demi
            Allah, wahai bangsa Arab! Jika kalian tidak menegakkan ajaran Nabi kalian,
            maka bangsa lain lebih pantas untuk tidak menegakkannya.” (HR. Ahmad,
            Abu Daud, al-Hakim, dll, hadits dishahihkan oleh Al-Hakim, Adz-Dzahabi, Al-
            Iraqi, Ibnu Hajar, Ibnu taimiyah, dan Al-Albani).
       iii. Dari Abdullah bin Amr. Ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabd: “ Sungguh
            akan terjadi pada umatku apa yang pernah terjadi atas Bani Israil, bagaikan
            sepasang sandal. Jika di antara mereka ada yang menggauli ibunya secara
            terang-terangan, maka umatku pun akan ada orang yang berbuat demikian.
            Sesungguhnya Bani Israil telah terpecah menjadi tujuh puluh dua aliran.
            Semuanga akan masuk neraka kecuali satu. Dan umatku pun akan terpecah
menjadi tujuh puluh tiga aliran, semuanya akan masuk neraka kecuali satu.
        Para sahabat bertanya,’Siapakah golongan itu ya Rasulullah?’, Beliau
        menjawab, ‘Yakni mereka yang mengikuti jalan hidupku dan para
        sahabatku.’” (HR Turmudzi, Al-Ajuri, Al-Lalaka’i, dll). Hadits tsb hasan dengan
        syahid-syahidnya. Tirmudzi menilai hasan, sedangakn Al-Iraqi dan Ibnu
        Taimiyah menuki;nya dari Turmudzi serta menjadikannya hujjah.
    iv. Dari Auf bin Malik. Ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Kaum
        Yahudi terpecah menjadi 71 golongan. Yang satu akan masuk surga,
        sedangkan yang 70 akan masuk neraka. Dan kaum Nashrani terpecah
        menjadi 72 golongan. Yang 71 akan masuk neraka sedangkan yang satu
        masuk surga. Demi Allah, yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya,
        sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Yang satu masuk
        surga, sedangkan yang 72 masuk neraka. Para sahabat bertanya,’Wahai
        Rasulullah, siapakah mereka yang masuk surga itu?’, Beliau menjawab, ‘Al-
        Jama’ah.’” (HR Ibnu Majah, Al-Lalaka’i, dan Ibnu Abi ‘Ashim)
     v. Dari Anas bin Malik. Ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya
        Bani Israil terpecah menjadi 71 golongan, dan umatku akan terpecah
        menjadi 72 golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu yaitu al-
        jama’ah.” (HR Ibnu Majah, Ahmad, Al-Lalaka’i, dll)
    vi. Dari Abi Umamah, ia berkata: “Bani Israil terpecah menjadi 71 atau 72
        golongan, sedangkan umat (Islam) lebih satu golongan dari jum;ah ini
        (menjadi 73 golongan). Semuanya masuk neraka kecuali golongan mayoritas
        (as-sawadul a’zham). Lalu ada seorang laki-laki bertanya,’Wahai Abi
        Umamah, apakah ini pendapatmu sendiri atau engkau mendengarnya dari
        Rasulullah saw?’, dia menjawab,’Jika ini pendapatku sendiri, berarti aku
        orang yang terlalu berani. Aku mendengarnya dari Rasulullah saw bukan
        hanya satu, dua, atau tiga kali.’” (HR. Ibnu Abi Hashim, Al-Lalaka’i, dan
        Thabrani)
b. Hadis tentang golongan yang membela kebenaran
   i. Dari Mu’awiyah. Ia berkata, pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Akan
        senantiasa ada segolongan dari umatku yang menjalankan perintah Allah.
        mereka tak peduli akan orang-orang yang merendahkan dan menentang
        mereka, hingga datang keputusan Allah. Dan mereka lebih unggul dari yang
        lainnya.” (HR Muslim)
  ii. “Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, ia pun akan difaqihkannya
        dalam soal agama. Dan akan selalu ada segolongan dari kaum muslimin
        yang membela kebenaran dan selalu unggul dalam menghadapi musuh-
        musuhnya, hingga datang hari kiamat.” (HR Muslim)
 iii. “Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, ia pun akan difaqihkannya
        dalam soal agama. Sesungguhnya aku adalah pembagi, sedangkan Allah
pemberi. Urusan (agama) umat ini akan senantiasa lurus hingga datangnya
        hari kiamat atau datangnya keputusan Allah.” (HR Bukhari)
 iv.    “Kemudian berdiri Malik bin Yukhamir as-Saksaki dan berkata,’Wahai Amirul
        Mukminin, saya mendengar Mu’adz bin Jabal berkata, mereka adalah
        penduduk Syam.’ Lalu Mu’awiyah berkata dengan suara nyaring,’Inilah Malik
        yang mengaku bahwa ia mendengar Mu’adz berkata, mereka adalah
        penduduk Syam.’” (HR Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud ath-Thayalisi, dan Al-
        Lalaka’i)
  v.    Dari Mughirah bin Syu’bah, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Akan senantiasa
        ada segolongan dari umatku yang tampil membela kebenaran sehingga
        datang keputusan Allah kepada mereka dan mereka menang.” (HR Bukhari)
 vi.    “Akan senantiasa ada sekelompok manusia dari umatku yang berjuang
        membela kebenaran dan mereka unggul sehingga datang keputusan Allah
        Azza wa Jalla kepada mereka.” (HR Ahmad, Ad-Darimi, dan Al-Lalaka’i)
vii.    Dari Jabir bin Abdullah ra. ia berkata, “Aku mendengar Nabi saw bersabda:
        ‘Akan selalu ada segolongan dari umatku yang membela kebenaran dengan
        tegas hingga hari kiamat. Kemudian Isa putera Maryam ra turun. Lalu
        pemimpin mereka berkata,’Marilah shalat untuk kami (mengimami kami).’
        Isa menjawab,’Tidak. Sesungguhnya sebagian kamu adalah pemimpin
        sebagian lainnya. Itulah penghargaan Allah atas umat ini.’”
viii.   Dari Tsauban ra. ia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Akan
        senantiasa ada segolongan dari umatku yang tampil membela kebenaran.
        Mereka tidak peduli terhadap orang-orang yang merendahkan mereka,
        sehingga datang keputusan Allah, sedangkan mereka dalam keadaan seperti
        itu.” (HR Muslim)
 ix.    Dalam satu lafazh disebutkan: “Sesungguhnya Allah mengerutkan
        (menyempitkan) bumi untukku (atau beliau mengatakan: sesungguhnya
        Rabbku mengerutkan bumi untukku). Lalu aku melihat bagian timur dan
        baratnya dan kekuasaan umatku akan mencapai apa yang ditampakkan
        kepadaku. Aku diberi dua perbendaharaan: yang merah dan yang putih. Dan
        aku meminta kepada Rabbku –untuk umatku- agar Dia tidak membinasakan
        mereka dengan bahaya kelaparan dan tidak menjadikan mereka dikuasai
        musuh yang bukan dari kalangan mereka sendiri, yang merampas kekayaan
        mereka. Sesungguhnya Rabbku Azza wa Jalla telah berfirman, ‘Wahai
        Muhammad, sesungguhnya jika Aku sudah menetapkan suatu perkara, maka
        ketetapan-Ku tak dapat ditolak (dan berkata Yunus: tidak bisa ditolak). Aku
        berikan (janji) kepadamu –untuk umatmu- bahwa Aku tidak akan
        membinasakan mereka dengan bahaya kelaparan. Aku tidak akan
        menjadikan mereka dikuasai oleh musuh yang bukan dari kalangan mereka
        sendiri, meskipun musuh-musuh itu telah mengepung mereka, sehingga
        sebagian mereka menawan sebagian yang lain.’ Sesungguhnya yang aku
khawatirkan atas umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan. Jika
        telah diletakkan pedang pada umatku, maka ia tidak dapat diangkat lagi
        hingga hari kiamat. Dan tidaklah datang hari kiamat kecuali setelah ada
        beberapa golongan umatku yang berhadapan dengan orang-orang musyrik
        dan para penyembah berhala.”
        Selanjutnya beliau bersabda: “Sesungguhnya akan muncul tiga puluh orang
        pembohong di kalangan umatku yang masing-masing mendakwakan dirinya
        sebagai nabi, padahal akulah nabi terakhir. Tidak ada nabi lagi sesudahku.
        Dan akan senantiasa ada sekelompok umatku yang tampil membela
        kebenaran dan mereka selalu unggul (mendapat pertolongan Allah). mereka
        tak mempedulikan orang yang menentang mereka, hingga datang hari
        kiamat dan mereka tetap demikian.” (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Al-
        Hakim)
  x.    Dari Abdurrahman bin Syamasah al-Mahri. Ia berkata: “Aku sedang berada di
        sampingg Muslin bin Maklad dan di sebelahnya ada Abdullah bin Amr bin
        Ash. Lalu Abdullah berkata, ‘Tidak terjadi kiamat kecuali karena ulah jahat
        manusia. Mereka lebih jahat daripada orang jahiliah. Tidaklah mereka
        memohon sesuatu kepada Allah melainkan akan ditolaknya.’ (Ketika mereka
        sedang bercakap-cakap), tiba-tiba datang Uqbah bin Amir. Kemudian
        Maslamah berkata kepadanya, ‘Wahai Uqbah, dengarlah apa yang dikatakan
        Abdullah!’, Uqbah pun menjawab, ‘Dia lebih mengerti tapi aku pernah
        mendengar Rasulullah saw. bersabda: ‘Akan senantiasa ada segolongan dari
        umatku yang membela agama Allah dan mengalahkan musuh mereka.
        Mereka tak mempedulikan orang yang menentang mereka, sehingga datang
        hari kiamat, sedangkan mereka tetap dalam keadaan seperti itu.’ Lalu
        Abdullah berkata, ‘Benar! Kemudian Allah mengirim angin yang wangi bagai
        kesturi dan lembut bagaikan sutera. Maka Ia tak membiarkan jiwa seseorang
        yang di hatinya terdapat iman sebesar biji, melainkan dicabutnya, dan di atas
        mereka itulah terjadinya kiamat.’” (HR Muslim)
 xi.    Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra. Ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:
        “Akan selalu ada penduduk kawasan barat (ahlul-gharbi)yang tegak
        membela kebenaran hingga datangnya hari kiamat.” (HR Muslim)
xii.    Dari Qurrah al-Muzani ra. ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Jika
        penduduk Syam telah rusak, maka tiada lagi kebaikan pada kalian. Dan akan
        senantiasa ada orang-orang dari umatku yang mendapat pertolongan.
        Mereka tidak mempedulikan orang-orang yang mengecewakan mereka,
        hingga datangnya kiamat.” (HR Ahmad, Turmudzi, Ibnu Majah, dan Al-
        Lalaka’i)
xiii.   Dari Jabir bin samurah ra. ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Ad-
        Din (islam) ini akan senantiasa berdiri dan dibelaoleh segolongan dari kaum
        muslimin sehingga datangnya hari kiamat.” (HR Muslim)
xiv.    Dari Imran bin Hushai ra. ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Akan
        senantiasa ada segolongan dari umatku yang membela kebenaran dan
        mereka unggul atas musuh mereka, hingga orang terakhir dari mereka
        memerangi Al-masih Ad-Dajjal.” (HR Ahmad)
 xv. Dari Salamah bin Nufail al-Kindi ra. ia berkata, “Aku sedang duduk di samping
        Rasulullah saw. Tiba-tiba ada seorang laki-laki berkata, ‘Wahai Rasulullah,
        orang-orang telah menambatkan kuda dan meletakkan senjata, serta mereka
        mengatakan bahwa kini tidak ada lagi jihad karena perang telah usai.’ Maka
        Rasulullah saw. menoleh pada laki-laki itu seraya bersabda: ‘Mereka
        berdusta. Sekarang, sekarang ini sedang terjadi peperangan. Dan senantiasa
        ada segolongan dari umatku yang berjuang membela kebenaran serta Allah
        menundukkan hati kaum untuk mereka, memberi rizki pada mereka, hingga
        datang hari yang dijanjikan Allah (kiamat). Di punggung-punggung kuda
        terdapat kebaikan-hingga kiamat. Hal itu menandakan bahwa sebentar lagi
        aku akan wafat, dan kalian akan menyusul-ku sekelompok demi sekelompok.
        Sebagian kamu akan membunuh sebagian lainnya. Adapun tempat kaum
        mukmin adalah Syam.’” (HR Nasa’i)
c. Hadits yang mewajibkan umat agar komitmen (iltizam) dengan jama’ah dan
      mengikuti sunnah
    i. Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Barangsiapa tidak
        menyukai sesuatu dari pemimpinnya, hendaklah ia bersabar. Karena
        barangsiapa keluar sejengkal saja dari ketaatan pemimpinnya, maka ia pun
        mati dalam keadaan jahiliah,” (HR Bukhari)
   ii. Dalam satu lafazh disebutkan: “Barangsiapa yang melihat sesuatu yang tidak
        menyenangkan dari pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar. Karena
        barangsiapa meninggalkan jama’ah sejengkal saja, lantas ia mati, maka
        matinya itu dalam keadaan jahiliah.” (HR Bukhari Muslim)
  iii. Dari Abdullah bin Umar ra. Ia berkata bahwa Umar bin Khattan ra. pernah
        berkhutbah di Al-Jabiyah. Kata beliau, “Rasulullah saw. pernah berdiri di
        tempatku ini kemudian bersabda: ‘Perlakukanlah para sahabatku dengan
        baik, kemudian orang-orang sesudah mereka, dan sesudahnya lagi. Kelak
        akan tersiar kebohongan, hingga ada orang yang mulai memberi kesaksian
        sebelum diminta. Maka barangsiapa di antara kamu menghendaki tengah-
        tengah surga, hendaklah ia komitmen dengan jama’ah. Sesungguhnya setan
        menyertai orang yang menyendiri dan lebih menjauhi dua orang...” (HR
        Ahmad, Turmudzi, Hakim, dan Ibnu Abi ‘Ashim)
  iv. Dari Abu Hurairah ra. ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Shalat
        fardhu hingga shalat fardhu berikutnya merupakan tebusan bagi dosa-dosa
        di antara keudanya. Begitu pun shalat Jum’at hingga shalat Jum’at
        berikutnya, bulan Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya merupakan
        tebusan bagi dosa-dosa di antara keduanya.” Kemudian beliau bersabda,
“Kecuali tiga perkara. Tahukah kamu, apakah tiga perkara yang akan terjadi
        tersebut? Ketiga perkara itu adalah: mempersekutukan Allah, mengingkari
        jual beli, dan meninggalkan sunnah. Adapun mengingkari (meninggalkan)
        jual beli adalah engkau berbaiat kepada seseorang lalu engkau mengingkari
        dan memeranginya dengan pedangmu. Adapun meninggalkan Sunnah ialah
        keluar dari al-jama’ah.” (HR Ahmad dan al-Hakim)
  v.    Dari Samurah bin Jundub ra. ia berkata: “Amma ba’du, sesungguhnya Nabi
        saw. menamakan kuda-kuda kami sebagai kuda-kuda Allah jika kami merasa
        takut. Dan jika kami merasa takut (dalam peperangan). Rasulullah saw.
        menyuruh kami beriltizam pada jama’ah, bersabar, dan bersikap tenang
        apabila kami berperang.” (HR Abu Daud)
 vi.    Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tangan
        Allah bersama al-jama’ah.” (HR Turmudzi, Thabrani, Abi ‘Ashim)
vii.    Dari Ibnu Umar ra. ia berkata Rasulullah saw. bersabda: “Allah tidak
        menyatukan umat ini –atau umatku- di atas kesesatan.” (HR Turmudzi, Al-
        Hakim, Ibnu Abi ‘Ashim, At-Thabrani, dan Al-Lalaka’i)
viii.   Dalam suatu lafazh dan sesudahnya disebutkan: “Dan ikutilah golongan
        mayoritas, karena barangsiapa menyendiri, ia akan menyendiri pula dalam
        neraka.” (HR Al-Hakim)
 ix.    Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata Rasulullah saw. bersabda: “Tidak halal darah
        seorang muslim yang bersyahadat bahwa tidak ada ilah selain Allah dan
        bahwa aku Rasulullah, kecuali dengan salah satu dari tiga perkara, yaitu:
        jiwa dibalas dengan jiwa (membunuh), duda dan janda yang berzina, serta
        orang yang meninggalkan din dan al-jama’ah.” (HR Bukhari)
  x.    Dari Al Irbadl bin Sariyah ra. ia berkata: “Pada suatu hari ketika usai
        menunaikan shalat shubuh, Rasulullah saw menasihati kami dengan kata-
        kata yang sangat dalam dan mengesankan hingga kami meneteskan air mata
        serta hati kami merasa takut. Kemudian ada seorang lelaki berkata,
        ‘Sesungguhnya ini nasihat orang yang akan berpisah. Maka apakah yang
        engkau pesankan kepada kami, wahai Rasulullah?’, Beliau menjawab,
        “Kupesankan kepadamu agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan
        mentaati (pemimpinmu) sekalipun dari budak Habsyi. Karena barangsiapa
        yang masih hidup di antara kamu, ia akan melihat banyak perselisihan.
        Jauhkanlah dirimu dari perkara yang diada-adakan (bid’ah), karena yang
        demikian itu adalah kesesatan. Barangsiapa di antara kamu mengalami
        jaman seperti itu, maka hendaklah berpegang teguh pada Sunnahku dan
        Sunnah para Khalifah ar-Rasyidin. Peganglah Sunnah itu erat-erat.’” (HR
        Turmudzi, Abu Daud, dan Ahmad)
 xi.    Dari Jabir bin Abdullah ia berkata: “Jika Rasulullah saw berkhutbah, kedua
        matanya memerah, suaranya lantang, dan dengan nada penuh semangat,
        seakan beliau memberi peringatan kepada prajurit: awas ada musuh datang
pada saat pagi dan petang. ‘Aku diutus, sedangkan jarak antara diutusnya
       aku dengan hari kiamat seperti dua jari ini’, kata beliau sambil merapatkan
       jari telunjuk dan jari tengahnya. Kemudia beliau bersabda: ‘Amma ba’du.
       Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk
       adalah petunjuk Muhammad. Adapun sejelek-jelek perkara adalah yang
       diada-adakan (bid’ah), dan bid’ah adalah kesesatan.’ Kemudian beliau
       melanjutkan, ‘Aku lebih patut dicintai setiap mukmin daripada ia mencintai
       dirinya sendiri. Barangsiapa meninggalkan harta, maka keluarganyalah
       yang berhak memilikinya, dan barangsiapa meninggalkan hutang maka
       akulah yang mengurusi serta menanggungnya.’” (HR Muslim)
d. Hadits Hudzaifah ra
   Hudzaifah ra. berkata:
   “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang kebaikan, sedangkan aku
   bertanya tentang kejelekan karena khawatir hal ini akan menimpa diriku.
   Pertanyaanku, ‘Wahai Rasulullah, kami dahulu hidup pada jaman jahiliah yang
   penuh kejelekan, lalu Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah sesudah
   kebaikan ini akan ada kejelekan?’ Beliau menjawab, ‘Ya.’ Aku bertanya lagi,
   ‘Apakah sesudah kejelekan itu akan ada kebaikan lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ya
   tapi di dalamnya terdapat kotoran.’ Aku bertanya lagi, ‘Apakah kotorannya itu?’
   Beliau menjawab, ‘Kaum yang memberi petunjuk dengan selain petunjukku.
   Engkau mengenali mereka tapi mengingkarinya.’ Aku bertanya lagi, ‘Apakah
   sesudah kebaikan (yang terkena kekotoran itu) akan ada kejelekan lagi?’ Beliau
   menjawab, ‘Ya, yaitu orang-orang yang mengajak ke pintu Jahannam.
   Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, berarti ia telah dilemparkan ke neraka
   Jahannam.’ Aku bertanya lagi, ‘Ya Rasulullah terangkanlah kepada kami ciri-ciri
   mereka.’ Beliau menjawab, ‘Kulit mereka sama dengan kulit kita, bahasa mereka
   sama dengan bahasa kita.’ Aku bertanya, ‘Apakah yang engkau perintahkan jika
   aku mengalami jaman seperti itu?’ Beliau menjawab, ‘Beriltizamlah pada
   jama’ah muslim dan para Imam mereka.’ Aku bertanya lagi, ‘Bagaimana jika
   mereka tidak mempunyai jama’ah dan imam?’ Beliau menjawab, ‘Jauhilah
   semua golongan itu meskipun engkau harus mengigit akar pohon hingga engkau
   mati dalam keadaan seperti itu.’” (HR Bukhari dan Muslim)
B. DEFINISI PENTING
 1. Definisi Sunnah
          As-sunnah, menurut bahasa Arab adalah ath-thariqah, berarti metode,
    kebiasaan, perjalanan hidup, atau perilaku, baik terpuji maupun tercela. Dalam sebuah
    hadits disebutkan: “Barangsiapa melakukan sunnah yang baik dalam Islam, maka
    selain memperoleh pahala bagi dirinya, juga mendapat tambahan pahala dari orang
    yang mengamalkan sesudahnya, dengan tanpa mengurangi sedikit pun pahala
    mereka. Dan barangsiapa melakukan sunnah yang jelek dalam Islam, maka selain
    memperoleh dosa bagi dirinya, juga mendapat tambahan dosa dari orang yang
    melakukan sesudahnya, dengan tanpa mengurangi sedikit pun dosa mereka.” (HR
    Muslim)
          Sunnah dalam istilah syara’, menurut para ahli hadits, adalah segala sesuatu
    yang diriwayatkan dari Nabi saw, yang berupa perkataan, perbuatan, ketetapan,
    karakter, akhlak, ataupun perilaku, baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi
    nabi. Dalam hal ini, pengertian sunnah menurut sebagian dari mereka, sama dengan
    hadits (As Sunnah wa Makanatuha Fit-Tasyri’il Islami, Mushthafa as Siba’i, hlm 47)
          Menurut ahli ushul, sunnah adalah sesuatu yang dinukil dari Nabi saw. secara
    khusus. Ia tidak ada nashnya dalam Al Quran, tetapi dinyatakan oleh Nabi saw dan
    sekaligus penjelasan awal dari isi Al Qur’an. (Asy-Syatibi, Al-Muwafaqat 4:47)
          Menurut fuqaha, sunnah adalah ketetapan dari Nabi saw. yang bukan fardhu
    dan bukan wajib. (Asy-Syaukani, Irsyadul Fuhul, hlm 31). Sunnah digunakan sebagai
    lambang pembeda antara ahli sunnah dan ahli bid’ah. (al Muwafaqat 4:4)
          Menurut ulama hadits muta’akhirin, sunnah ibarat ungkapan yang dapat
    menyelamatkan dari keragu-raguan tentang aqidah, khususnya perkara iman kepada
    Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, takdir, dan
    masalah keutamaan para shahabat. Istilah sunnah menurut ulama hadits muta’akhirin,
    lebih ditekankan pada aspek aqidah, karena dianggap penting. Namun jika
    diperhatikan dengan seksama, lafazh ini lebih mengacu pada pengertian jalan hidup
    Nabi saw dan para sahabatnya ra., baik ilmu, amal, akhlak, ataupun segi kehidupan
    lain.
 2. Definisi Al-Jama’ah

 3. Definisi Ahli Hadits
 4. Definisi Salaf
 5. Definisi Golongan yang Mendapat Pertolongan

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Buku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdi
Buku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdiBuku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdi
Buku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdi
BMG Training Indonesia
 
Khalifah allah
Khalifah allahKhalifah allah
Khalifah allah
ancciran
 
Nikmat allah dalam qs. az zukhruf ayat 9-13
Nikmat allah dalam qs. az zukhruf ayat 9-13Nikmat allah dalam qs. az zukhruf ayat 9-13
Nikmat allah dalam qs. az zukhruf ayat 9-13
Thio Andhino
 
Beriman kepada malaikat edited 2
Beriman kepada malaikat edited 2Beriman kepada malaikat edited 2
Beriman kepada malaikat edited 2
Ay Ay
 
tanda-tanda kiamat : Dalil dan kronologi
tanda-tanda kiamat : Dalil dan kronologitanda-tanda kiamat : Dalil dan kronologi
tanda-tanda kiamat : Dalil dan kronologi
Noorfarah173
 

La actualidad más candente (20)

Allah mengabulkan doa setiap orang
Allah mengabulkan doa setiap orangAllah mengabulkan doa setiap orang
Allah mengabulkan doa setiap orang
 
Buku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdi
Buku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdiBuku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdi
Buku Harun Yahya : Hari akhir dan al_mahdi
 
Pelajaran Sekolah Sabat ke-5 Triwulan I 2020
Pelajaran Sekolah Sabat ke-5 Triwulan I 2020Pelajaran Sekolah Sabat ke-5 Triwulan I 2020
Pelajaran Sekolah Sabat ke-5 Triwulan I 2020
 
MANUSIA SEBELUM NABI ADAM ALAIHISSALAM
MANUSIA SEBELUM NABI ADAM ALAIHISSALAM MANUSIA SEBELUM NABI ADAM ALAIHISSALAM
MANUSIA SEBELUM NABI ADAM ALAIHISSALAM
 
Khalifah allah
Khalifah allahKhalifah allah
Khalifah allah
 
Iman kepada rasul allah swt
Iman  kepada  rasul  allah  swtIman  kepada  rasul  allah  swt
Iman kepada rasul allah swt
 
Nikmat allah dalam qs. az zukhruf ayat 9-13
Nikmat allah dalam qs. az zukhruf ayat 9-13Nikmat allah dalam qs. az zukhruf ayat 9-13
Nikmat allah dalam qs. az zukhruf ayat 9-13
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Dialog santai pdf
Dialog santai pdfDialog santai pdf
Dialog santai pdf
 
Perisai mukmin
Perisai mukminPerisai mukmin
Perisai mukmin
 
Beriman kepada malaikat edited 2
Beriman kepada malaikat edited 2Beriman kepada malaikat edited 2
Beriman kepada malaikat edited 2
 
Yunus masa kini
Yunus masa kiniYunus masa kini
Yunus masa kini
 
Membuka Pintu Pintu Rezeki 2003 Ii
Membuka Pintu Pintu Rezeki 2003 IiMembuka Pintu Pintu Rezeki 2003 Ii
Membuka Pintu Pintu Rezeki 2003 Ii
 
60 pintu pahala dan pelebur dosa
60 pintu pahala dan pelebur dosa60 pintu pahala dan pelebur dosa
60 pintu pahala dan pelebur dosa
 
Tafsir qs at tiin 'pahala yang tak pernah terputus'
Tafsir qs at tiin 'pahala yang tak pernah terputus'Tafsir qs at tiin 'pahala yang tak pernah terputus'
Tafsir qs at tiin 'pahala yang tak pernah terputus'
 
10 pintu rezeki
10 pintu rezeki10 pintu rezeki
10 pintu rezeki
 
15 sifat manusia dalam al Quran
15 sifat manusia dalam al Quran15 sifat manusia dalam al Quran
15 sifat manusia dalam al Quran
 
tanda-tanda kiamat : Dalil dan kronologi
tanda-tanda kiamat : Dalil dan kronologitanda-tanda kiamat : Dalil dan kronologi
tanda-tanda kiamat : Dalil dan kronologi
 
6 syukur dan seni kematian
6 syukur dan seni kematian 6 syukur dan seni kematian
6 syukur dan seni kematian
 
Beriman kepada hari akhir
Beriman kepada hari akhirBeriman kepada hari akhir
Beriman kepada hari akhir
 

Destacado

Living with crime
Living with crimeLiving with crime
Living with crime
jwright61
 
งานนำเสนออ.สุวรัส
งานนำเสนออ.สุวรัสงานนำเสนออ.สุวรัส
งานนำเสนออ.สุวรัส
maysupaporn
 
putusan_sidang_31 PHPU DEIYAI
putusan_sidang_31 PHPU DEIYAIputusan_sidang_31 PHPU DEIYAI
putusan_sidang_31 PHPU DEIYAI
cloudpapua29
 
Geo quest Monday
Geo quest MondayGeo quest Monday
Geo quest Monday
Anna Miller
 
Caadp cgiar alignment-sept_16th_ver3
Caadp cgiar alignment-sept_16th_ver3Caadp cgiar alignment-sept_16th_ver3
Caadp cgiar alignment-sept_16th_ver3
mcomanescu
 
논현동 원룸, 논현역 원룸 월세, 논현동 원룸전세, 논현역 풀옵션
논현동 원룸, 논현역 원룸 월세, 논현동 원룸전세, 논현역 풀옵션논현동 원룸, 논현역 원룸 월세, 논현동 원룸전세, 논현역 풀옵션
논현동 원룸, 논현역 원룸 월세, 논현동 원룸전세, 논현역 풀옵션
Minwoo Cho
 
наукове товариствот 2015 ... р.
наукове товариствот 2015 ... р.наукове товариствот 2015 ... р.
наукове товариствот 2015 ... р.
Helen Pisna
 

Destacado (13)

Cùng ohido nuôi heo đất hưởng ứng quỹ từ thiện “cơm có thịt” cho trẻ em vùng cao
Cùng ohido nuôi heo đất hưởng ứng quỹ từ thiện “cơm có thịt” cho trẻ em vùng caoCùng ohido nuôi heo đất hưởng ứng quỹ từ thiện “cơm có thịt” cho trẻ em vùng cao
Cùng ohido nuôi heo đất hưởng ứng quỹ từ thiện “cơm có thịt” cho trẻ em vùng cao
 
Living with crime
Living with crimeLiving with crime
Living with crime
 
About winter. For kids
About winter. For kidsAbout winter. For kids
About winter. For kids
 
Optimizing Facebook for Business: Solutions For an ROI Driven Success Strategy
Optimizing Facebook for Business: Solutions For an ROI Driven Success StrategyOptimizing Facebook for Business: Solutions For an ROI Driven Success Strategy
Optimizing Facebook for Business: Solutions For an ROI Driven Success Strategy
 
Język polski. Część 6
Język polski. Część 6Język polski. Część 6
Język polski. Część 6
 
งานนำเสนออ.สุวรัส
งานนำเสนออ.สุวรัสงานนำเสนออ.สุวรัส
งานนำเสนออ.สุวรัส
 
Kreativ historiefortelling 21.3.14
Kreativ historiefortelling 21.3.14Kreativ historiefortelling 21.3.14
Kreativ historiefortelling 21.3.14
 
putusan_sidang_31 PHPU DEIYAI
putusan_sidang_31 PHPU DEIYAIputusan_sidang_31 PHPU DEIYAI
putusan_sidang_31 PHPU DEIYAI
 
Geo quest Monday
Geo quest MondayGeo quest Monday
Geo quest Monday
 
Caadp cgiar alignment-sept_16th_ver3
Caadp cgiar alignment-sept_16th_ver3Caadp cgiar alignment-sept_16th_ver3
Caadp cgiar alignment-sept_16th_ver3
 
Modulus Brochure 2013
Modulus Brochure 2013Modulus Brochure 2013
Modulus Brochure 2013
 
논현동 원룸, 논현역 원룸 월세, 논현동 원룸전세, 논현역 풀옵션
논현동 원룸, 논현역 원룸 월세, 논현동 원룸전세, 논현역 풀옵션논현동 원룸, 논현역 원룸 월세, 논현동 원룸전세, 논현역 풀옵션
논현동 원룸, 논현역 원룸 월세, 논현동 원룸전세, 논현역 풀옵션
 
наукове товариствот 2015 ... р.
наукове товариствот 2015 ... р.наукове товариствот 2015 ... р.
наукове товариствот 2015 ... р.
 

Similar a Ahlussunnahwaljamaah

Hakikat Manusia Menurut Islam Document
Hakikat Manusia Menurut Islam DocumentHakikat Manusia Menurut Islam Document
Hakikat Manusia Menurut Islam Document
Ranihana Kun
 
Manusia Menurut Islam
Manusia Menurut IslamManusia Menurut Islam
Manusia Menurut Islam
Black Team
 

Similar a Ahlussunnahwaljamaah (20)

Hakikat Manusia Menurut Islam Document
Hakikat Manusia Menurut Islam DocumentHakikat Manusia Menurut Islam Document
Hakikat Manusia Menurut Islam Document
 
dahsyatnya hari Kiamat
dahsyatnya hari Kiamatdahsyatnya hari Kiamat
dahsyatnya hari Kiamat
 
Kisahriwayat nabi-adam-as
Kisahriwayat nabi-adam-asKisahriwayat nabi-adam-as
Kisahriwayat nabi-adam-as
 
Agama adalah fitrah
Agama adalah fitrahAgama adalah fitrah
Agama adalah fitrah
 
Rahasia dan Makna Surat As-Sajdah
Rahasia dan Makna Surat As-SajdahRahasia dan Makna Surat As-Sajdah
Rahasia dan Makna Surat As-Sajdah
 
Assosiation
AssosiationAssosiation
Assosiation
 
Makrifatullah
 Makrifatullah Makrifatullah
Makrifatullah
 
Bab 6 iman kepada rasul
Bab 6 iman kepada rasulBab 6 iman kepada rasul
Bab 6 iman kepada rasul
 
Manusia Menurut Islam
Manusia Menurut IslamManusia Menurut Islam
Manusia Menurut Islam
 
Ringkasan materi pai kelas 9 bab 3 iman kepada hari akhir
Ringkasan materi pai kelas 9 bab 3 iman kepada hari akhirRingkasan materi pai kelas 9 bab 3 iman kepada hari akhir
Ringkasan materi pai kelas 9 bab 3 iman kepada hari akhir
 
Agama ( IMAN KEPADA HARI AKHIR)
Agama ( IMAN KEPADA HARI AKHIR)Agama ( IMAN KEPADA HARI AKHIR)
Agama ( IMAN KEPADA HARI AKHIR)
 
Siapakah Manusisa? Menurut Islam
Siapakah Manusisa? Menurut IslamSiapakah Manusisa? Menurut Islam
Siapakah Manusisa? Menurut Islam
 
Pengantar studi keislaman
Pengantar studi keislamanPengantar studi keislaman
Pengantar studi keislaman
 
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdinBelajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
Belajar mudah tauhid uluhiyyah diterjemah oleh ust. ade nurdin
 
Tujuan hidup manusia
Tujuan hidup manusiaTujuan hidup manusia
Tujuan hidup manusia
 
Sirrul latif (rahasia - rahasia ) yang halus
Sirrul latif (rahasia - rahasia ) yang halusSirrul latif (rahasia - rahasia ) yang halus
Sirrul latif (rahasia - rahasia ) yang halus
 
Iman kepada rasul allah swt
Iman  kepada  rasul  allah  swtIman  kepada  rasul  allah  swt
Iman kepada rasul allah swt
 
Basyar
BasyarBasyar
Basyar
 
IMAN KEPADA RASUL
IMAN KEPADA RASULIMAN KEPADA RASUL
IMAN KEPADA RASUL
 
Menemukan Arah Kehidupan, Dari Mana..? Untuk Apa..? Mau Kemana..?
Menemukan Arah Kehidupan, Dari Mana..? Untuk Apa..? Mau Kemana..?Menemukan Arah Kehidupan, Dari Mana..? Untuk Apa..? Mau Kemana..?
Menemukan Arah Kehidupan, Dari Mana..? Untuk Apa..? Mau Kemana..?
 

Ahlussunnahwaljamaah

  • 1. Sabda Rasulullah saw memang benar dan sunnah Allah telah menjadi kenyataan bagi makhluk-Nya. Umat selalu terpecah belah sepeninggal rasul-Nya. Setelah datang ilmu kepada mereka (namun mereka saling berlaku zalim) maka manusiapun berjalan mengikuti hawa nafsunya. Mereka saling berbeda pendapat hingga timbullah berbagai mahdzab, aliran, bid’ah dan berbagai pandangan. Mereka meninggalkan kitab Rabbnya dan sunnah Nabi. Akibatnya mereka terlempar dalam jurang-jurang kesesatan, mereka lebih mengikuti keinginannya daripada mengikuti petunjuk Allah dan Rasulullah. Namun disela-sela itu semua, sebagai realisasi sunnah Allah seperti yang disabdakan Rasul- Nya, ternyata bendera golongan yang selamat (Firqah an-Najiyah) tetap berkibar dengan megahnya. Di bawah panji inilah bernaung orang-orang yang menginginkan keselamatan dan perlindungan Allah dari segala ajaran sesat. Mereka inilah yang berpegang pada al- jamaah, yaitu golongan yang senantiasa mengikuti jejak Rasul, para sahabat, dan generasi setelah itu. A. SEJARAH PENYIMPANGAN MANUSIA DARI JALAN YANG BENAR 1. Amanat Allah bagi manusia Allah swt telah menciptakan manusia dalam kehidupan ini untuk tujuan dan tugas tertentu. Dia telah menundukkan semua yang ada di muka bumi, berupa lautan, sungai, angin, hujan, gunung, lembah, binatang, tumbuhan hingga makhluk Allah lainnya, semata-mata untuk kepentingan manusia. Allah juga telah memberikan ilham kepada manusia agar dapat menangkap sebagian hukum alam dan berbagai peraturan hidup hingga manusia dengan mudah dapat mencapai tujuan yang penting ini. Tujuannya besar, tugas dan amanatnya berat hingga langit, bumi, dan gunung merasa takut serta tidak berani memikulnya. Sebagaimana Allah berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat* kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tapi semuanya enggan memikulnua karena khawatir akan mengkhianatinya. Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan bodoh” (Al Ahzab 33:72) *Menurut Ibnu Abbas, amanat adalah ketaatan, sedangkan menurut Ibnu Katsir, amanat adalah taklif(tugas), menerima perintah dan larangan dengan bersyarat. Syaratnya adalah jika ia melakukan ketaatan, akan mendapat pahala, dan jika meninggalkannya, ia akan mendapat siksa. (Tafsir Ibnu Katsir 6:477) Sesungguhnya tujuan besar, tugas dan amanat berat yang dipikul manusia ini tidak lain adalah sebagai khalifah Allah di bumi-Nya. Allah sebagai Rabb semua makhluk, Raja segala raja, serta Penguasa langit dan bumi telah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi dan menjadikannya agar bertanggung jawab kepada-Nya sehubungan dengan tugas kekhalifahannya.
  • 2. Allah memberitahu para malaikat tentang tugas penting yang dibebankan kepada manusia, sebagaimana firman-Nya: “Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Al Baqarah 2:30) Imam Ath Thabari menafsirkan ayat di atas dengan, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi dari-Ku yang mewakili-Ku dalam memutuskan hukum di antara makhluk-Ku. Khalifah itu adalah Adam dan orang yang bersikap seperti dia dalam mentaati Allah serta memutuskan hukum dengan adil di antara makhluk-Nya.” (Tafsir Ibnu Katsir 1:70) Ibnu Katsir mengatakan, mereka memahami tentang khalifah, yakni orang yang memutuskan perselisihan di antara manusia dan mencegah melakukan perbuatan haram dan dosa. Demikian perkataan al-Qurthubi (Tafsir Ibnu Katsir 1:69). Selanjutnya Ibnu Katsir mengatakan, dengan ayat ini Al-Qurthubi dan yang lainnya menjadikan dalil atas wajibnya mengangkat seorang khalifah untuk memutuskan perselisihan di antara manusia, menolong orang yang teraniaya, dan dianiaya oleh orang zhalim, menegakkan hukum, mencegah perbuatan keji, melaksanakan perkara penting lainnya yang hanya bisa ditegakkan oleh seorang Imam. 2. Kekhalifahan manusia di bumi dan syarat-syaratnya Kekhalifahan manusia di bumi memiliki syarat tertentu, yakni selalu iltizam dengan ketaatannya terhadap Rabb yang memiliki perintah dan larangan. Manusia senantiasa dituntut melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya karena takut siksaan-Nya. Oleh karena itu, masalah khilafah manusia di bumi ini tidak lain adalah masalah ibadah manusia kepada Allah. Seperti dalam firman-Nya pada surat Adz Dzariyat ayat 56 “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” 3. Perjanjian fithrah Allah mengetahui betapa besar amanat dan berat beban taklif yang diemban manusia, sehingga Allah tidak membebani seseorang kescuali dengan kemampuannya. Allah telah menciptakan manusia dengan tabiat mengenal Rabbnya, mentauhidkan-Nya, mentaati-Nya, serta beribadah hanya kepada-Nya dengan tidak mempersekutukan-Nya. Allah berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Rabbmu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Rabbmu?’ mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kelak kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini.’ Atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Rabb sejak dahulu, sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang
  • 3. (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang sesat yang dahulu.’ Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (Al A’raf 7:172-174) Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, Nabi saw bersabda: “dikatalan pada salah seorang penghuni neraka pada kari kiamat, ‘Bagaimanan pendapatmu jika kamu mempunyai sesuatu di muka bumi ini, apakah kamu akan menebus dirimu dengannya?’ Orang tersebut menjawab, ‘Ya.’ Allah berfirman, ‘Aku telah menghendaki dirimu sesuatu yang lebih ringan daripada itu. Aku telah menyuruhmu berjanji di punggung Adam untuk tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-Ku. Namun, kamu tetap mempersekutukan Aku’.” (HR Bukhari dan Muslim) Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Allah mengambil janji dari mereka agar beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan- Nya. Diriwayatkan pula oleh Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Ahmad dalam musnad ayahnya, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir, dan Ibnu Mardawih bahwa Allah berfirman kepada mereka, “Aku jadikan ketujuh langit dan bumi serta bapak-bapakmu sebagai saksi agar kamu pada hari kiamat nanti tidak mengatakan, ‘Kami tidak mengetahui hal ini (eksistensi dan keesaan Allah).’ Ketahuilah bahwa tidak ada ilah selain Aku, tidak ada Rabb selain Aku, dan janganlah mempersekutukan Aku. Sesungguhnya Aku akan mengutur rasul kepadamu untuk mengingatkanmu akan janji-Ku dan Aku turunkan kitab-kitab-Ku kepadamu.” Mereka menjawab, ‘Kami bersaksi bahwa sesungguhnya Engkau adalah Rabb dan ilah kami, dan tiada Rabb bagi kami selain Engkau.’ Maka pada saat itu mereka menyatakan taat kepada-Nya. (Ma’arijul Qabul 1:34 dan seterusnya). 4. Rahmat Allah : Allah tidak menyiksa seseorang, kecuali setelah ditegakkannya hujjah risalah Meskipun hujjah telah ditegakkan dan alasan telah dipathkan, namun sebagai rahmat dan karunia-Nya, Allah jelas tidak akan menyiksa bani Adam karena adanya perjanjian fithrah semata-mata. Dan Ia tidak akan meniksa seorangpun kecuali setelah ditegakkannya hujjah berupa risalah, sebagaimana firman-Nya: “...dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (Al Isra’ 17:15) Maka Allah mengutus rasul-Nya secara berkesinambungan untuk mengingatkan manusia akan janji mereka dan amanat besar yang dibebankan-Nya kepada mereka di bumi ini. Para rasul pun menyuruh manusia melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di bumi dan menanggalkan alasan lain untuk membantah Allah sebagai Rabb mereka. Allah berfirman: “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah
  • 4. sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (An Nisa’ 4:165) Menurut Ibnu Qayyim, dalam akal manusia tidak ada sesuatu yang lebih jelas dan terang kecuali mengenal kesempurnaan Sang Pencipta serta membersihkannya dari kejelekan dan kekurangan. Para rasul pun diutus untuk mengingatkan dan menjelaskannya. Begitu pula fithrah manusia, terdapat pengakuan akan kebahagiaan dan kesengsaraan jiwa serta balasan yang akan diterima di akhirat nanti. Penjelasan mengenai hal ini tidak dapat diketahui kecuali melalui para rasul. Karena itu, akal yang tegas sesuai dengan naql (nash) yang shahih. Dan syariat sesuai dengan fithrah. Keduanya tidak saling bertentangan (Syifa’ul ‘Alil 301-302) Ibnu Taimiyah mengatakan hujjah tidak akan dijatuhkan kepada mereka yang berbuat dosa karena kebodohannya sebelum mereka mengetahui bahwa hal tersebut merupakan perbuatan dosa, sebelum diutusnya seorang rasul kepada mereka, dan sebelum ditegakkannya hujjah atas mereka. Allah tidak membiarkan manusia sendirian, mereka senantiasa dibimbing ajaran nabi sejak nabi Adam as. Allah menjadikan risalah tersebut beserta akal dan fithrahnya dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terbesar di alam semesta. Namun, manusia ternyata berselisih pendapat mengenai rasul-rasul mereka. Sebagaimana firman Allah: “Tapi, kebanyakan manusia tidak mau, kecuali mengingkarinya.” (Al Isra’ 17:89) Dan berimanlah prang yang mau beriman, tapi jumlahnya sangat sedikit. Itulah sunnatullah yang berlaku pada makhluk-Nya. “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah...” (Al An’am 6:116) “...dan sekali-kali kamu tidak akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.” (Al Ahzab 33:62) Dalam ayat yang lain Allah berfirman: “Manusia itu umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih mengenai Kitab itu, melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan- keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Al Baqarah 2:213) 5. Kerusakan fithrah
  • 5. Ketika fithrah manusia mulai rusak, dan ketika ‘manusia menjadi makhluk yang paling banyak membantah’ (Al Kahfi 18:54), maka saat itulah setan menghiasi amal buruk manusia sehingga tampak bagus dan indah. Setan mencampuradukkan antara yang hak dan yang batil serta mengilhami manusia dengan berbagai perilaku buruk hingga manusia bertahan dengan kebatilannya. “Tetapi orang-orang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian itu mereka dapat melenyapkan yang hak.” (Al Kahfi 18:56) Lantas manusia akan melihat kebatilan sebagai kebenaran, dan sebaliknya kebenaran menjadi kebatilan. Atau ia menyimpang sama sekali sehingga tak mampu melihat mana yang hak dan mana yang batil. Seperti pada firman Allah: “...maka Allah menyesatkan siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Mahakuasa serta Mahabijaksana.” (Ibrahim 14:4) “...Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah maka dialah yang mendapat petunjuk, dan barangsiapa disesatkan-nya maka kamu tak aakan mendapatkan seorang pemimpin pun yang mampu memberi petunjuk kepadanya.” (Al Kahfi 18:17) Kelompok-kelompok utama yang bertentangan dengan Dinul Islam ada enam, yang masing-masing terpecah lagi menjadi beberapa golongan. Keenam golonagn tersebut menurut tingkatannya, adalah: a) Golongan yang mengingkari adanya hakikat alam semesta. Golongan ini (oleh para mutakalimin) disebt kaum sofistis (sesat) b) Golongan yang mengakui adanya hakikat alam (dengan mengatakan sesungguhnya alam ini tetap ada) tetapi mereka tidak mengakui adanya pencipta dan pengaturnya. c) Golongan yang mengakui adanya hakikat alam dan berpendapat bahwa alam dan pengaturnya tetap ada. d) Golongan yang mengakui adanya hakikat alam. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa sesungguhnya alam itu tetap ada, sebagian lain berpendapat bahwa alam mempunyai pengatur yang tetap ada dan lebih dari satu. Namun, mereka berselisih mengenai jumlahnya. e) Golongan yang mengakui adanya hakikat alam dan berpendapat bahwa alam itu diciptakan oleh satu pencipta. Namun, mereka mengingkari seluruh kenabian. f) Golongan yang mengakui adanya hakikat alam dan berpendapat bahwa alam itu diciptakan oleh satu pencipta. Namun, mereka berbeda dalam mengakui sebagian nabi-nabi dan mengingkari sebagiannya...(Al-Fashl Fil Milal wal Ahwa’ wan-Nihal 1:3) Adapun mengenai penganut Dinul Islam adalah mereka yang mengikuti ajaran rasulnya. Sesungguhnya Allah mengutus seorang rasul pada setiap umat, sebagaimana firman-Nya:
  • 6. “Sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul pada setiap umat (untuk menyerukan): beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhilah thaghut...” (An Nahl 16:36) Setiap rasul menyeru kaumnya pada Din Allah yaitu Al-Islam, yang berarti menyerahkan diri secara total hanya kepada Allah. Firman-Nya: “Sesungguhnya din (yang diridhai) Allah hanyalah Islam...” (Al Imran 3: 19) “Barangsiapa mencari din selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (din tersebut) dan di akhirat kelak ia termasuk orang yang rugi.” (Al Imran 3: 85) Menurut Ibnu Taimiyah “Adapun kitab-kitab samawi yang mutawatir dari para nabi as semuanya memastikan bahwa Allah tidak menerima din dari seseorang, kecuali Din yang benar (hanif), yaitu Al-Islam, yakni berarti beribadah hanya kepada Allah Yang Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain, beriman kepada kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir.” (Al-Fatawa Al-Kubra 1:335) Firman Allah: “Katakanlah, ‘Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan.’ Dan (katakanlah), ‘Luruskan muka (diri)mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu pada-Nya...” (Al A’raf 7:29) Yang dimaksud keadilan di sini adalah tauhid, yakni beribadah hanya kepada Allah, yang tiada sekutu bagi-Nya. Inilah dasar ad-din, sedangkan kebalikannya adalah dosa yang tak terampuni. Firman Allah: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya...” (An Nisa’ 4:48) Ibnu Taimiyah mengatakan, Islam sebagai Din Allah dibangun atas dua landasan. Pertama, mengabdi hanya kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya. Kedua, mengabdi kepada Allah dengan syariat yang ditetapkan-Nya melalui lisan rasul-Nya. Kedua landasan ini merrupakan hakikat syahadat. (Qa’idah Jalilah Fit Tawassul wal Wasilah: 162). Namun, setelah rasul meninggal dunia dan para sahabat berpencar-pencar, generasi datang silih berganti. Maka syubhat pun mulai timbul, hati pun menjadi keras, teladan mulai minim, sunnah mulai memudar, bid’ah makin merajalela, yang hak bercampur dengan yang batil. Kitab suci dan atsar nabawiyah bercampur dengan filsafat keberhalaan, dan keutamaan berpikir (bersih) terkalahkan oleh logika. Sehingga, umat yang bersatu di atas kebenaran, menjadi berselisih dan berpecah, sebagaimana firman Allah pada QS Yunus (10:19), QS Al Jatsiyah (45:17), QS Al Mu’minun (23:53), dan QS Al Baqarah (2:176). 6. Penutup para Nabi dan Rasul saw Setelah manusia berada dalam kesesatan dan larut dalam berbagai ikhtilaf, Allah hendak memberi petunjuk dan menempatkan mereka atas kebenaran. Allah menutup risalah-Nya kepada semua manusia dengan risalah nabi penutup,
  • 7. Muhammad Ibnu Abdillah saw, maka diturunkan-Nya kepada beliau kitabullah, Al Qur’anul Karim, yang berlaku untuk semua manusia hingga Allah mewariskan bumi beserta isinya. Allah berfirman: “...Maka Allah memberi petunjuk orang-orang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya...” (Al Baqarah 2:213) Allah azza wa jalla berjanji akan memelihara din ini dengan menjaga kitab-kitab- Nya hingga hari kiamat. Sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan sungguh Kami benar- benar akan memeliharanya.” (Al Hijr 15:9) Allah memerintahkan rasul-Nya agar menjelaskan pada manusia –dengan sunnahnya- tentang Al Qur’anul Karim ini, sebagaimana firman allah pada QS An Nahl (16:44). Dan dengan risalah itu Allah membuka hati yang lupa dan telinga yang tuli, sebagaimana firman Allah pada QS Al Maidah (5:67). Rasullullah tidak wafat kecuali setelah kaumnya bersatu di atas jalan yang terang benderang. Malam bagaikan siang, terutama setelah Allah menurunkan firman-Nya QS Al Maidah (5:3). Rasulullah juga bersabda: “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama berpegang teguh kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat. Dua perkara itu adalah Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR Malik) 7. Allah menyuruh kaum muslimin bersatu dan melarang berpecah-belah Allah azza wa jalla menyuruh pengikut Dinul Islam ini agar bersatu di atas kebenaran serta memperingatkan mereka agar tidak berpecah belah dan berselisih seperti yang terjadi pada umat terdahulu. Sebagaimana firman Allah pada QS Al Imran (3:103,105) dan Al An’am (6:159). Sedangkan apabila ada manusia yang bergolong-golong atau berpecah mengikuti aliran-aliran dan hawa nafsu serta kesesatan, maka allah telah membebaskan tanggungjawab Rasulullah dari apa yang mereka perbuat (Mukhtashar Ibnu Katsir 2:637-638) 8. Perpecahan umat : semua masuk neraka, kecuali satu Kebanyakan manusia tetap berselisih dan berpecah belah kecuali yang diberi rahmat oleh Allah. mereka terpecah menjadi berbagai kelompok dan golongan, mereka menjadikan Al Qur’an terpilah-pilah*. Setelah datang ilmu dan keterangan yang jelas kepada mereka. Sebagaimana firman Allah pada QS Hud (11:118-119). *Ibnu Katsir menafsirkan ayat alladzina ja’alul Qur’aana ‘idlin (15:91), mereka memilah-milah semua kitab yang diturunkan kepada mereka. Maksudnya, sebagian diimani dan sebagian dikufuri. Menurutnya, Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang ayat tersebut, katanya: “Mereka adalah penganut Al-Kitab, tetapi mereka membagi-baginya dengan
  • 8. mengimani sebagian dan mengkafiri sebagian.” (Mukhtashar Ibnu Katsir 2:319) Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya pengikut kedua kitab (Yahudi dan Nashrani) dalam hal agama mereka- terpecah belah menjadi 72 aliran. Dan sungguh umat (Islam) ini pun akan terpecah menjadi 73 aliran. Semuanya masuk neraka kecuali satu, yaitu al-jama’ah.” (HR Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam catatan kakinya atas syarah Ath-Thahawiyah, hlm 578, Al-Maktabul Islami). Dalam suatu riwayat disebutkan: “Para sahabat bertanya: ‘Siapakah golongan yang selamat itu, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘yaitu orang yang mengikuti jalanku dan para sahabatku.” (HR Turmudzi) 9. Bendera sunnah tampak berkibar pada setiap masa dan generasi Ditengah-tengah perpecahan dan perselisihan, Allah menakdirkan ada orang- orang yang memelihara dan melaksanakan sebaik-baiknya din ini, sepeninggal Rasulullah saw. Dalam QS Al Ahzab (33:23) disebutkan bahwa mereka adalah ‘orang- orang yang menepati janji kepada Allah’. Rasulullah bersabda: “Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tampil (membela kebenaran) hingga datang keputusan Allah kepada mereka, sedang mereka dalam keadaan unggul.” (HR Bukhari) Golongan yang selamat berbeda dengan golongan yang lain dalam hal aqidah dan fiqih maupun dalam hal akhlak dan perilaku. Salah seorang ulama salaf mengatakan, ‘Ahli Sunnah dalam Islam (jika dibandingkan dengan golongan lainnya) bagaikan penganut Islam dengan penganut agama-agama lain.’ 10. Keutamaan para sahabat Rasulullah saw. Pensyarah kitab Durratul Mudli’ah mengatakan, “Tidak ada umat Muhammad yang diunggulkan (karena keutamaannya) atas umat-umat lainnya, kecuali sahabat yang mulia. Mereka beruntung karena menjadi sahabat manusia terbaik (yakni Rasulullah saw). pendapat yang bisa dipertanggungjawabkan datangnya adri imam- imam sunnah yang menyebutkan bahwa semua sahabat berperilaku adil. Sebagaimana Allah berfirman pada QS Al Fath (48:29) “Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengannya keras terhadap orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka.” Mengenai keutamaan sahabat dibanding dengan umat Muhammad lainnya, tersebut dalam dua hadits. Pertama, diriwayatkan dari Abi SA’id al-Khudri ra bahwa Rasulullah saw bersabda “Janganlah kamu mencaci maki sahabat-sahabatku, demi Allah yang diriku ada di tangan-Nya, seandainya salah seorang di antara kamu menginfakkan sebesar gunung Uhud, nilainya tidak mencapai satu mud yang diinfakkan mereka (para sahabat), bahkan setengahnya pun tidak.”. Kedua, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dari Ibnu Mughaffal ra. katanya, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda ‘Hendaklah yang hadir menyampaikan pada
  • 9. yang tidak hadir. Takutlah pada Allah, takutlah pada Allah mengenai sahabat- sahabatku. Janganlah kamu menjadikan mereka sebagai sasaran sepeninggalku nanti. Barangsiapa mencintai mereka, karena mencintai aku, maka aku mencintai mereka. Barangsiapa membenci mereka karena membenci aku, maka aku membenci mereka. Barangsiapa menyakiti mereka, ia menyakitiku, barangsiapa menyakitiku, ia menyakiti Allah. Barangsiapa menyakiti Allah, ia akan mendapat hukuman Allah. Dan barangsiapa dihukum Allah, ia tak akan lolos.’”. Dalam hal ketaatan terhadap hukum Allah dan Sunnah Nabi, tidak ada umat yang menyamai para sahabat. Merekalah yang paling konsekuen mengamalkan Al Qur’an dan sunnah nabi. Hal ini ditegaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad da’i Ibnu Mas’ud ra. “Barangsiapa hendak menjadikan teladan, teladanilahh para sahabat Rasulullah saw. Sebab, mereka itu paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit takallufnya (tidak suka mengada-ada), paling lurus petunjuknya, dan paling baik keadaannya. Mereka adalah kaum yang dipilih Allah untuk menemani Nabi-Nya dan menegakkan din-Nya. Karena itu, hendaklah kalian mengenali keutamaan jasa-jasa mereka dan ikutlah jejak mereka, sebab mereka senantiasa berada di atas jalan (Allah) yang lurus.” 11. Cara para sahabat menerima Al Qur’an dan As Sunnah Ibnu Qayyim mengatakan bahwa cara Nabi saw menyampaikan Al Qur’an kepada para sahabat adalah langsung dengan lafazh dan maknanya. Tidak ada penyampaian lain, kecuali dengan cara tersebut. Firman Allah: “...Dan tiada lain kewajiban Rasul itu kecuali menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (An Nur 24:54) Ayat di atas mengandung maksud bahwa penyampaian makna merupakan tingkat penjelasan tertinggi. Para ahli ilmu dan iman mengakui apa yang dinyatakan Allah, para malaikat dan generasi terbaik (sahabat) bahwa nabi saw telah menyampaikan secara jelas dan pasti mengenai makna-makna Al Qur’an dan Sunnah berikut lafazh-lafazhnya. Bahkan, porsi penyampaian makna lebih besar daripada penyampaian lafazh. Sebab, lafazh-lafazh Al Qur’an dan Sunnah hanya dihafal oleh orang-orang tertentu, sedangkan makna disampaikan Nabi untuk umum dan khusus. Hubaib bin Abdullah al-Bajali dan Abdullah bin Umar berkata, “Kami belajar beriman, kemudian belajar Al Quran. Maka bertambahlah iman kami.” Demikianlah para sahabat mengambil lafazh-lafazh Al Qur’an dan maknanya dari Rasulullah saw, bahkan perhatian mereka lebih besar terhadap pengambilan makna daripada lafazh. Mereka terlebih dahulu mengambil makna, baru lafaazh, agar makna tersebut tetap terpelihara dan tidak lepas dari mereka. Dalam hal menerima hadits juga demikian. Para sahabat langsung mendengarnya dari nabi saw. Mereka telah banyak menyaksikan dan mengetahui dengan hati mengenai tujuan dan dakwah rasulullah saw. Maka tidaklah sama orang
  • 10. yang mendengar, mengetahui, dan melihat langsung keadaan Nabi dengan yang hanya mendengar melalui perantara. Sehubungan dengan itu Imam Ahmad mengatakan bahwa prinsip sunnah berpegang pada apa yang dijalankan para sahabat Rasulullah saw dengan i’tikad bahwa golongan yang selamat (ahli sinnah) adalah golongan yang mengikuti Rasulullah dan para sahabatnya, sebagaiman Rasul bersabda: “Mereka adalah orang- orang yang mengikuti jalanku dan para sahabatku.” Maka jelaslah dalam menafsirkan Al Qur’an serta mentakwilkannya wajib merujuk pada sahabat Nabi. Dan telah diketahui bahwa generasi sesudah mereka mengikuti jejak mereka dengan baik, yaitu mengambil sesuatu (pengetahuan Al Qur’an dan Sunnah) tanpa menyimpang seperti yang diajarkan Nabi pada mereka.” (Mukhtashar ash-Shawa’iqul Mursilah 2:335 dst) 12. Hadits - hadits tentang perpecahan umat, golongan yang benar, dan kewajiban mengikuti jama’ah a. Riwayat dan alur hadits tentang perpecahan umat i. Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Kaum Yahudi terpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan. Kaum Nashrani terpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan. Begitu pun umatku terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan.” (HR. Abu Daud, Turmudzi, al-Hakim, Ahmad, dll) ii. Dari Amir Abdullah bin Luhai. Ia berkata, “kami berangkat haji bersama Mu’awiyah bin Abi Sufya. Ketika sampai di Makkah, Mu’awiyah berdiri –saat akan menunaikan shalat dzuhur- dan berkata, sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda: “Sesungguhnya pengikut dua kitab (Yahudi dan Nashrani) terpecah mengenai agama mereka menjadi tujuh puluh dua aliran, dan umat (Islam) ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga aliran, yakni al-ahwa (mnegikuti hawa nafsu). Semuanya masuk neraka, kecuali satu, yaitu al- jama’ah. Sungguh akan muncul di kalangan umatku golongan-golongan yang akan diikuti oleh hawa nafsu seperti anjing kejar-kejaran bersama kawanannya. Tidak ada urat dan persendian yang tidak dimasukinya. Demi Allah, wahai bangsa Arab! Jika kalian tidak menegakkan ajaran Nabi kalian, maka bangsa lain lebih pantas untuk tidak menegakkannya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, al-Hakim, dll, hadits dishahihkan oleh Al-Hakim, Adz-Dzahabi, Al- Iraqi, Ibnu Hajar, Ibnu taimiyah, dan Al-Albani). iii. Dari Abdullah bin Amr. Ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabd: “ Sungguh akan terjadi pada umatku apa yang pernah terjadi atas Bani Israil, bagaikan sepasang sandal. Jika di antara mereka ada yang menggauli ibunya secara terang-terangan, maka umatku pun akan ada orang yang berbuat demikian. Sesungguhnya Bani Israil telah terpecah menjadi tujuh puluh dua aliran. Semuanga akan masuk neraka kecuali satu. Dan umatku pun akan terpecah
  • 11. menjadi tujuh puluh tiga aliran, semuanya akan masuk neraka kecuali satu. Para sahabat bertanya,’Siapakah golongan itu ya Rasulullah?’, Beliau menjawab, ‘Yakni mereka yang mengikuti jalan hidupku dan para sahabatku.’” (HR Turmudzi, Al-Ajuri, Al-Lalaka’i, dll). Hadits tsb hasan dengan syahid-syahidnya. Tirmudzi menilai hasan, sedangakn Al-Iraqi dan Ibnu Taimiyah menuki;nya dari Turmudzi serta menjadikannya hujjah. iv. Dari Auf bin Malik. Ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Kaum Yahudi terpecah menjadi 71 golongan. Yang satu akan masuk surga, sedangkan yang 70 akan masuk neraka. Dan kaum Nashrani terpecah menjadi 72 golongan. Yang 71 akan masuk neraka sedangkan yang satu masuk surga. Demi Allah, yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Yang satu masuk surga, sedangkan yang 72 masuk neraka. Para sahabat bertanya,’Wahai Rasulullah, siapakah mereka yang masuk surga itu?’, Beliau menjawab, ‘Al- Jama’ah.’” (HR Ibnu Majah, Al-Lalaka’i, dan Ibnu Abi ‘Ashim) v. Dari Anas bin Malik. Ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 71 golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 72 golongan. Semuanya masuk neraka, kecuali satu yaitu al- jama’ah.” (HR Ibnu Majah, Ahmad, Al-Lalaka’i, dll) vi. Dari Abi Umamah, ia berkata: “Bani Israil terpecah menjadi 71 atau 72 golongan, sedangkan umat (Islam) lebih satu golongan dari jum;ah ini (menjadi 73 golongan). Semuanya masuk neraka kecuali golongan mayoritas (as-sawadul a’zham). Lalu ada seorang laki-laki bertanya,’Wahai Abi Umamah, apakah ini pendapatmu sendiri atau engkau mendengarnya dari Rasulullah saw?’, dia menjawab,’Jika ini pendapatku sendiri, berarti aku orang yang terlalu berani. Aku mendengarnya dari Rasulullah saw bukan hanya satu, dua, atau tiga kali.’” (HR. Ibnu Abi Hashim, Al-Lalaka’i, dan Thabrani) b. Hadis tentang golongan yang membela kebenaran i. Dari Mu’awiyah. Ia berkata, pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang menjalankan perintah Allah. mereka tak peduli akan orang-orang yang merendahkan dan menentang mereka, hingga datang keputusan Allah. Dan mereka lebih unggul dari yang lainnya.” (HR Muslim) ii. “Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, ia pun akan difaqihkannya dalam soal agama. Dan akan selalu ada segolongan dari kaum muslimin yang membela kebenaran dan selalu unggul dalam menghadapi musuh- musuhnya, hingga datang hari kiamat.” (HR Muslim) iii. “Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, ia pun akan difaqihkannya dalam soal agama. Sesungguhnya aku adalah pembagi, sedangkan Allah
  • 12. pemberi. Urusan (agama) umat ini akan senantiasa lurus hingga datangnya hari kiamat atau datangnya keputusan Allah.” (HR Bukhari) iv. “Kemudian berdiri Malik bin Yukhamir as-Saksaki dan berkata,’Wahai Amirul Mukminin, saya mendengar Mu’adz bin Jabal berkata, mereka adalah penduduk Syam.’ Lalu Mu’awiyah berkata dengan suara nyaring,’Inilah Malik yang mengaku bahwa ia mendengar Mu’adz berkata, mereka adalah penduduk Syam.’” (HR Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud ath-Thayalisi, dan Al- Lalaka’i) v. Dari Mughirah bin Syu’bah, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tampil membela kebenaran sehingga datang keputusan Allah kepada mereka dan mereka menang.” (HR Bukhari) vi. “Akan senantiasa ada sekelompok manusia dari umatku yang berjuang membela kebenaran dan mereka unggul sehingga datang keputusan Allah Azza wa Jalla kepada mereka.” (HR Ahmad, Ad-Darimi, dan Al-Lalaka’i) vii. Dari Jabir bin Abdullah ra. ia berkata, “Aku mendengar Nabi saw bersabda: ‘Akan selalu ada segolongan dari umatku yang membela kebenaran dengan tegas hingga hari kiamat. Kemudian Isa putera Maryam ra turun. Lalu pemimpin mereka berkata,’Marilah shalat untuk kami (mengimami kami).’ Isa menjawab,’Tidak. Sesungguhnya sebagian kamu adalah pemimpin sebagian lainnya. Itulah penghargaan Allah atas umat ini.’” viii. Dari Tsauban ra. ia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tampil membela kebenaran. Mereka tidak peduli terhadap orang-orang yang merendahkan mereka, sehingga datang keputusan Allah, sedangkan mereka dalam keadaan seperti itu.” (HR Muslim) ix. Dalam satu lafazh disebutkan: “Sesungguhnya Allah mengerutkan (menyempitkan) bumi untukku (atau beliau mengatakan: sesungguhnya Rabbku mengerutkan bumi untukku). Lalu aku melihat bagian timur dan baratnya dan kekuasaan umatku akan mencapai apa yang ditampakkan kepadaku. Aku diberi dua perbendaharaan: yang merah dan yang putih. Dan aku meminta kepada Rabbku –untuk umatku- agar Dia tidak membinasakan mereka dengan bahaya kelaparan dan tidak menjadikan mereka dikuasai musuh yang bukan dari kalangan mereka sendiri, yang merampas kekayaan mereka. Sesungguhnya Rabbku Azza wa Jalla telah berfirman, ‘Wahai Muhammad, sesungguhnya jika Aku sudah menetapkan suatu perkara, maka ketetapan-Ku tak dapat ditolak (dan berkata Yunus: tidak bisa ditolak). Aku berikan (janji) kepadamu –untuk umatmu- bahwa Aku tidak akan membinasakan mereka dengan bahaya kelaparan. Aku tidak akan menjadikan mereka dikuasai oleh musuh yang bukan dari kalangan mereka sendiri, meskipun musuh-musuh itu telah mengepung mereka, sehingga sebagian mereka menawan sebagian yang lain.’ Sesungguhnya yang aku
  • 13. khawatirkan atas umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan. Jika telah diletakkan pedang pada umatku, maka ia tidak dapat diangkat lagi hingga hari kiamat. Dan tidaklah datang hari kiamat kecuali setelah ada beberapa golongan umatku yang berhadapan dengan orang-orang musyrik dan para penyembah berhala.” Selanjutnya beliau bersabda: “Sesungguhnya akan muncul tiga puluh orang pembohong di kalangan umatku yang masing-masing mendakwakan dirinya sebagai nabi, padahal akulah nabi terakhir. Tidak ada nabi lagi sesudahku. Dan akan senantiasa ada sekelompok umatku yang tampil membela kebenaran dan mereka selalu unggul (mendapat pertolongan Allah). mereka tak mempedulikan orang yang menentang mereka, hingga datang hari kiamat dan mereka tetap demikian.” (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Al- Hakim) x. Dari Abdurrahman bin Syamasah al-Mahri. Ia berkata: “Aku sedang berada di sampingg Muslin bin Maklad dan di sebelahnya ada Abdullah bin Amr bin Ash. Lalu Abdullah berkata, ‘Tidak terjadi kiamat kecuali karena ulah jahat manusia. Mereka lebih jahat daripada orang jahiliah. Tidaklah mereka memohon sesuatu kepada Allah melainkan akan ditolaknya.’ (Ketika mereka sedang bercakap-cakap), tiba-tiba datang Uqbah bin Amir. Kemudian Maslamah berkata kepadanya, ‘Wahai Uqbah, dengarlah apa yang dikatakan Abdullah!’, Uqbah pun menjawab, ‘Dia lebih mengerti tapi aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: ‘Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang membela agama Allah dan mengalahkan musuh mereka. Mereka tak mempedulikan orang yang menentang mereka, sehingga datang hari kiamat, sedangkan mereka tetap dalam keadaan seperti itu.’ Lalu Abdullah berkata, ‘Benar! Kemudian Allah mengirim angin yang wangi bagai kesturi dan lembut bagaikan sutera. Maka Ia tak membiarkan jiwa seseorang yang di hatinya terdapat iman sebesar biji, melainkan dicabutnya, dan di atas mereka itulah terjadinya kiamat.’” (HR Muslim) xi. Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ra. Ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Akan selalu ada penduduk kawasan barat (ahlul-gharbi)yang tegak membela kebenaran hingga datangnya hari kiamat.” (HR Muslim) xii. Dari Qurrah al-Muzani ra. ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Jika penduduk Syam telah rusak, maka tiada lagi kebaikan pada kalian. Dan akan senantiasa ada orang-orang dari umatku yang mendapat pertolongan. Mereka tidak mempedulikan orang-orang yang mengecewakan mereka, hingga datangnya kiamat.” (HR Ahmad, Turmudzi, Ibnu Majah, dan Al- Lalaka’i) xiii. Dari Jabir bin samurah ra. ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Ad- Din (islam) ini akan senantiasa berdiri dan dibelaoleh segolongan dari kaum muslimin sehingga datangnya hari kiamat.” (HR Muslim)
  • 14. xiv. Dari Imran bin Hushai ra. ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang membela kebenaran dan mereka unggul atas musuh mereka, hingga orang terakhir dari mereka memerangi Al-masih Ad-Dajjal.” (HR Ahmad) xv. Dari Salamah bin Nufail al-Kindi ra. ia berkata, “Aku sedang duduk di samping Rasulullah saw. Tiba-tiba ada seorang laki-laki berkata, ‘Wahai Rasulullah, orang-orang telah menambatkan kuda dan meletakkan senjata, serta mereka mengatakan bahwa kini tidak ada lagi jihad karena perang telah usai.’ Maka Rasulullah saw. menoleh pada laki-laki itu seraya bersabda: ‘Mereka berdusta. Sekarang, sekarang ini sedang terjadi peperangan. Dan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berjuang membela kebenaran serta Allah menundukkan hati kaum untuk mereka, memberi rizki pada mereka, hingga datang hari yang dijanjikan Allah (kiamat). Di punggung-punggung kuda terdapat kebaikan-hingga kiamat. Hal itu menandakan bahwa sebentar lagi aku akan wafat, dan kalian akan menyusul-ku sekelompok demi sekelompok. Sebagian kamu akan membunuh sebagian lainnya. Adapun tempat kaum mukmin adalah Syam.’” (HR Nasa’i) c. Hadits yang mewajibkan umat agar komitmen (iltizam) dengan jama’ah dan mengikuti sunnah i. Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Barangsiapa tidak menyukai sesuatu dari pemimpinnya, hendaklah ia bersabar. Karena barangsiapa keluar sejengkal saja dari ketaatan pemimpinnya, maka ia pun mati dalam keadaan jahiliah,” (HR Bukhari) ii. Dalam satu lafazh disebutkan: “Barangsiapa yang melihat sesuatu yang tidak menyenangkan dari pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar. Karena barangsiapa meninggalkan jama’ah sejengkal saja, lantas ia mati, maka matinya itu dalam keadaan jahiliah.” (HR Bukhari Muslim) iii. Dari Abdullah bin Umar ra. Ia berkata bahwa Umar bin Khattan ra. pernah berkhutbah di Al-Jabiyah. Kata beliau, “Rasulullah saw. pernah berdiri di tempatku ini kemudian bersabda: ‘Perlakukanlah para sahabatku dengan baik, kemudian orang-orang sesudah mereka, dan sesudahnya lagi. Kelak akan tersiar kebohongan, hingga ada orang yang mulai memberi kesaksian sebelum diminta. Maka barangsiapa di antara kamu menghendaki tengah- tengah surga, hendaklah ia komitmen dengan jama’ah. Sesungguhnya setan menyertai orang yang menyendiri dan lebih menjauhi dua orang...” (HR Ahmad, Turmudzi, Hakim, dan Ibnu Abi ‘Ashim) iv. Dari Abu Hurairah ra. ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Shalat fardhu hingga shalat fardhu berikutnya merupakan tebusan bagi dosa-dosa di antara keudanya. Begitu pun shalat Jum’at hingga shalat Jum’at berikutnya, bulan Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya merupakan tebusan bagi dosa-dosa di antara keduanya.” Kemudian beliau bersabda,
  • 15. “Kecuali tiga perkara. Tahukah kamu, apakah tiga perkara yang akan terjadi tersebut? Ketiga perkara itu adalah: mempersekutukan Allah, mengingkari jual beli, dan meninggalkan sunnah. Adapun mengingkari (meninggalkan) jual beli adalah engkau berbaiat kepada seseorang lalu engkau mengingkari dan memeranginya dengan pedangmu. Adapun meninggalkan Sunnah ialah keluar dari al-jama’ah.” (HR Ahmad dan al-Hakim) v. Dari Samurah bin Jundub ra. ia berkata: “Amma ba’du, sesungguhnya Nabi saw. menamakan kuda-kuda kami sebagai kuda-kuda Allah jika kami merasa takut. Dan jika kami merasa takut (dalam peperangan). Rasulullah saw. menyuruh kami beriltizam pada jama’ah, bersabar, dan bersikap tenang apabila kami berperang.” (HR Abu Daud) vi. Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Tangan Allah bersama al-jama’ah.” (HR Turmudzi, Thabrani, Abi ‘Ashim) vii. Dari Ibnu Umar ra. ia berkata Rasulullah saw. bersabda: “Allah tidak menyatukan umat ini –atau umatku- di atas kesesatan.” (HR Turmudzi, Al- Hakim, Ibnu Abi ‘Ashim, At-Thabrani, dan Al-Lalaka’i) viii. Dalam suatu lafazh dan sesudahnya disebutkan: “Dan ikutilah golongan mayoritas, karena barangsiapa menyendiri, ia akan menyendiri pula dalam neraka.” (HR Al-Hakim) ix. Dari Ibnu Mas’ud ra. ia berkata Rasulullah saw. bersabda: “Tidak halal darah seorang muslim yang bersyahadat bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa aku Rasulullah, kecuali dengan salah satu dari tiga perkara, yaitu: jiwa dibalas dengan jiwa (membunuh), duda dan janda yang berzina, serta orang yang meninggalkan din dan al-jama’ah.” (HR Bukhari) x. Dari Al Irbadl bin Sariyah ra. ia berkata: “Pada suatu hari ketika usai menunaikan shalat shubuh, Rasulullah saw menasihati kami dengan kata- kata yang sangat dalam dan mengesankan hingga kami meneteskan air mata serta hati kami merasa takut. Kemudian ada seorang lelaki berkata, ‘Sesungguhnya ini nasihat orang yang akan berpisah. Maka apakah yang engkau pesankan kepada kami, wahai Rasulullah?’, Beliau menjawab, “Kupesankan kepadamu agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan mentaati (pemimpinmu) sekalipun dari budak Habsyi. Karena barangsiapa yang masih hidup di antara kamu, ia akan melihat banyak perselisihan. Jauhkanlah dirimu dari perkara yang diada-adakan (bid’ah), karena yang demikian itu adalah kesesatan. Barangsiapa di antara kamu mengalami jaman seperti itu, maka hendaklah berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah para Khalifah ar-Rasyidin. Peganglah Sunnah itu erat-erat.’” (HR Turmudzi, Abu Daud, dan Ahmad) xi. Dari Jabir bin Abdullah ia berkata: “Jika Rasulullah saw berkhutbah, kedua matanya memerah, suaranya lantang, dan dengan nada penuh semangat, seakan beliau memberi peringatan kepada prajurit: awas ada musuh datang
  • 16. pada saat pagi dan petang. ‘Aku diutus, sedangkan jarak antara diutusnya aku dengan hari kiamat seperti dua jari ini’, kata beliau sambil merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Kemudia beliau bersabda: ‘Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Adapun sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid’ah), dan bid’ah adalah kesesatan.’ Kemudian beliau melanjutkan, ‘Aku lebih patut dicintai setiap mukmin daripada ia mencintai dirinya sendiri. Barangsiapa meninggalkan harta, maka keluarganyalah yang berhak memilikinya, dan barangsiapa meninggalkan hutang maka akulah yang mengurusi serta menanggungnya.’” (HR Muslim) d. Hadits Hudzaifah ra Hudzaifah ra. berkata: “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw. tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang kejelekan karena khawatir hal ini akan menimpa diriku. Pertanyaanku, ‘Wahai Rasulullah, kami dahulu hidup pada jaman jahiliah yang penuh kejelekan, lalu Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah sesudah kebaikan ini akan ada kejelekan?’ Beliau menjawab, ‘Ya.’ Aku bertanya lagi, ‘Apakah sesudah kejelekan itu akan ada kebaikan lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ya tapi di dalamnya terdapat kotoran.’ Aku bertanya lagi, ‘Apakah kotorannya itu?’ Beliau menjawab, ‘Kaum yang memberi petunjuk dengan selain petunjukku. Engkau mengenali mereka tapi mengingkarinya.’ Aku bertanya lagi, ‘Apakah sesudah kebaikan (yang terkena kekotoran itu) akan ada kejelekan lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ya, yaitu orang-orang yang mengajak ke pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, berarti ia telah dilemparkan ke neraka Jahannam.’ Aku bertanya lagi, ‘Ya Rasulullah terangkanlah kepada kami ciri-ciri mereka.’ Beliau menjawab, ‘Kulit mereka sama dengan kulit kita, bahasa mereka sama dengan bahasa kita.’ Aku bertanya, ‘Apakah yang engkau perintahkan jika aku mengalami jaman seperti itu?’ Beliau menjawab, ‘Beriltizamlah pada jama’ah muslim dan para Imam mereka.’ Aku bertanya lagi, ‘Bagaimana jika mereka tidak mempunyai jama’ah dan imam?’ Beliau menjawab, ‘Jauhilah semua golongan itu meskipun engkau harus mengigit akar pohon hingga engkau mati dalam keadaan seperti itu.’” (HR Bukhari dan Muslim)
  • 17. B. DEFINISI PENTING 1. Definisi Sunnah As-sunnah, menurut bahasa Arab adalah ath-thariqah, berarti metode, kebiasaan, perjalanan hidup, atau perilaku, baik terpuji maupun tercela. Dalam sebuah hadits disebutkan: “Barangsiapa melakukan sunnah yang baik dalam Islam, maka selain memperoleh pahala bagi dirinya, juga mendapat tambahan pahala dari orang yang mengamalkan sesudahnya, dengan tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka. Dan barangsiapa melakukan sunnah yang jelek dalam Islam, maka selain memperoleh dosa bagi dirinya, juga mendapat tambahan dosa dari orang yang melakukan sesudahnya, dengan tanpa mengurangi sedikit pun dosa mereka.” (HR Muslim) Sunnah dalam istilah syara’, menurut para ahli hadits, adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi saw, yang berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, karakter, akhlak, ataupun perilaku, baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi nabi. Dalam hal ini, pengertian sunnah menurut sebagian dari mereka, sama dengan hadits (As Sunnah wa Makanatuha Fit-Tasyri’il Islami, Mushthafa as Siba’i, hlm 47) Menurut ahli ushul, sunnah adalah sesuatu yang dinukil dari Nabi saw. secara khusus. Ia tidak ada nashnya dalam Al Quran, tetapi dinyatakan oleh Nabi saw dan sekaligus penjelasan awal dari isi Al Qur’an. (Asy-Syatibi, Al-Muwafaqat 4:47) Menurut fuqaha, sunnah adalah ketetapan dari Nabi saw. yang bukan fardhu dan bukan wajib. (Asy-Syaukani, Irsyadul Fuhul, hlm 31). Sunnah digunakan sebagai lambang pembeda antara ahli sunnah dan ahli bid’ah. (al Muwafaqat 4:4) Menurut ulama hadits muta’akhirin, sunnah ibarat ungkapan yang dapat menyelamatkan dari keragu-raguan tentang aqidah, khususnya perkara iman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, takdir, dan masalah keutamaan para shahabat. Istilah sunnah menurut ulama hadits muta’akhirin, lebih ditekankan pada aspek aqidah, karena dianggap penting. Namun jika diperhatikan dengan seksama, lafazh ini lebih mengacu pada pengertian jalan hidup Nabi saw dan para sahabatnya ra., baik ilmu, amal, akhlak, ataupun segi kehidupan lain. 2. Definisi Al-Jama’ah 3. Definisi Ahli Hadits 4. Definisi Salaf 5. Definisi Golongan yang Mendapat Pertolongan