3. Ontologi
• Setiap posisi teoritik (yang meng-kerangkai
setiap proyek penelitian) didasarkan pada suatu
posisi filsafat dasar, suatu ontologi
– Suatu teori ttg eksistensi
– Suatu pemahaman ttg apa yg nyata terjadi.
• Ontologi adalah ilmu tentang “being”
(berasal dari bahasa Yunani yang berarti
existence/keberadaan).
– Apakah realita tentang dunia memang ada
dan bersifat independent ?
4. Epistemologi
• teori ttg bagaimana memperoleh pengetahuan
ttg dunia. Kita perlu epistemologi (teori ttg
pengetahuan).
– Semua proyek penelitian didasarkan pada posisi
epistemologis dasar.
– Epistemologi membimbing perumusan masalah,
penilaian teori, pemilihan teknik yang tepat untuk
penelitian empirik, dan terutama, interpretasi
hasilpenelitian.
5. Epistemologi
• posisi epistemology mencerminkan cara pandang peneliti tentang apa yang dapat
diketahui tentang dunia dan bagaimana kita dapat mengetahuinya. Epistemologi
adalah teori tentang ilmu pengetahuan (knowledge).
• Terdapat dua pertanyaan mendasar. Dapatkah seorang peneliti mengidentifikasi
hubungan-hubungan „obyektif‟ atau „real‟ antara fenomena social ? Jika dapat,
bagaimana caranya ? Pertanyaan pertama akan dijawab secara berbeda oleh
peneliti fondationalist dan anti foundationalis.
• Anti fondationalis akan menjawab bahwa tidak ada dunia yang „real‟ yang dapat eksis
secara independent dari pemaknaan actor yang melekat dalam setiap tindakannya
dalam mengungkap pengetahuan tersebut. Menurut anti foundationalist, tidak ada
peneliti yang dapat bersifat „obyektif‟ karena peneliti tersebut hidup dalam dunia
social dan ikut dipengaruhi oleh konstruksi social tentang „relitas‟.
• Pendapat ini sering disebut double hermeneutic. Double hermeunetic berpendapat
bahwa dunia itu dinterpretasikan oleh actor (hermeunetic level pertama), dan
kemudian interpretasi tersebut diinterpretasikan lagi oleh peneliti yang lain
(hermeunetic level kedua).
6. Epistemologi
• Sekarang kita beranjak pada pertanyaan kedua. Jika seorang
peneliti dapat mengidentifikasi hubungan-hubungan „obyektif‟ atau
„real‟ antara fenomena social, bagaimana caranya ? Apakah
peneliti dapat melakukan observasi secara langsung ? Atau ia
mengakui bahwa hubungan-hubungan dalam fenomena social
tersebut memamng „real‟ tetapi tidak dapat diobservasi secara
langsung ? Jawaban-jawaban tentang cara mengetahui ini
menentukan posisi epistemologis seorang peneliti.
• Posisi epistemologis tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu cara scientific (sering disebut positivis) dan cara hermeunetic
(interpretist).
7. Methodology
• Epistemology : teori umum tentang bagaimana
mencari pengetahuan.
• Agar bisa diterapkan dalam penelitian, suatu
epistemology harus dirumuskan secara konkret
(plan of action, research design)
methodology
• Methodology memberi aturan ttg bgmn
penelitian dilakukan kalau ingin dianggap valid.
– Ini memungkinkan hasil penelitian utk dinilai atau
diulang oleh peneliti lain.
8. Metodologi
• Menurut Sarantakos, metodologi dapat didefinisikan dengan dua
cara.
• Pertama, dalam pengertian yang praktis metodologi dapat
didefinisikan sebagai sebuah model penelitian.
• Dalam hal ini metodologi identik dengan sebuah model penelitian
yang digunakan oleh seorang peneliti dalam sebuah penelitian
tertentu, yang didalamnya mencakup pengetahuan dasar terkait
dengan subyek dan metode penelitian yang digunakan, serta
kerangka kerja yang digunakan dalam sebuah konteks yang
partikular.
• Dalam definisi ini, ragam metodologi bisa jadi sama jumlahnya
dengan jumlah penelitian yang ada.
9. Metodologi
• Kedua, dalam pengertian yang lebih abstrak filosofis, metodologi
dapat didefinisikan sebagai prinsip-prinsip penelitian yang
diturunkan dari pilihan paradigma yang digunakan.
• Metodologi dalam definisi seperti ini dipandang sebagai prinsip-
prinsip penelitian yang terkait erat dengan paradigma yang
digunakan dan diterjemahkan sebagai panduan dalam praktek
penelitian.
• Di antara kedua kutub ekstrim tersebut, rmuncul pula berbagai
definisi metodologi yang lain : muncul istilah „metodologi feminis‟,
„metodologi Marxist‟ dan sebagainya. (Sarantakos, 1993, p. 32)
10. Method & Technique
• Dalam setiap methodology ada banyak method yg bisa diterapkan.
– Dalam method ada aturan, resep ttg bgmn kumpulkan, analisis &
sajikan data.
• Suatu method terdiri dari berbagai technique tentang bagaimana
melakukannya
– Contoh: Metode penelitian kualitatif menerapkan berbagai
technique pengumpulan data.
• Setiap technique atau method yg dipakai harus disesuaikan dg
masalah penelitian & konteks yg diteliti.
• Seringkali perlu method triangulation - kombinasi beberapa
metode penelitian.
12. Ontology: Two Positions
OBJECTIVIST SUBJECTIVIST
• Observers: • Observers
– Disinterested – Partisan-participant
– Dispassionate – No neutral vantage
• The external reality point from which the
political can be viewed
exists independently objectively.
of the observers‟
conception of it • The observers‟ ideas
influence their
behavior and the
political context
13. Ontology/ Ontological position
Epistemology
Tabel Posisi Ontologis, Epistemologis, dan Metodologis
Posisi Ontologis
Foundationalisme Anti-Foundationalisme
Posisi Epistemologis
Interpretivism/
Positivism Realism
Hermeneutika
Posisi Metodologis
Post
Positivis Strukturalis Interpretif
strukturalis