Buku ini berisi 18 kisah tentang berbagai fenomena dan tantangan dalam tarbiyah yang rumit. Kisah-kisah itu antara lain membahas ketidakcocokan calon menantu, KDRT oleh seorang ikhwan terhadap istrinya, dan anak-anak aktifis dakwah yang menjadi pemberontak karena orangtuanya sibuk dakwah. Namun juga ada kisah yang mengajarkan nilai ukhuwah antara para ikhwan dalam mer
2. Intisari Buku Tarbiyah Madal Hayah
Tarbiyah Madal Hayah
Judul Buku : Tarbiyah Madal Hayah
Penulis : Asri Widiarti
Penerbit : Era Adicitra Intermedia, Solo
Cetakan Ke : 1
Tahun Terbit : Jumadil Ula 1431 H/April 2010
Tebal Buku : xxii + 170 halaman
"Kalau saja selingkuh itu ada obatnya, aku yakin, pasti akan
laris manis di pasaran. Banyak yang membutuhkan dan mau
membayar banyak untuk mendapatkannya. Sebagai seorang
ibu, aku pun akan menyimpannya di rumah, kutaruh di dalam
stoples, kujaga hati-hati. Kalau ada yang datang dan
membutuhkannya aku akan membaginya secara gratis agar
mereka mendapatkan ketenangan usai mereka bertemu dan
masuk ke rumahku."
Demikian paragraf awal dari salah satu kisah dalam buku
Tarbiyah Madal Hayah yang diberi judul "Penyakit itu
Bernama Selingkuh".
Buku Tarbiyah Madal Hayah ini adalah buku keenam dari
100 buku pengokohan tarbiyah. Berbeda dari kelima buku
sebelumnya, buku ini berisi kisah-kisah tarbiyah tanpa
diuraikan hikmahnya. Pembacalah yang harus memetik
hikmahnya sendiri. Persis seperti Chicken Soup. Dan ia
memang dinamakan Chicken Soup for Tarbiyah. Demikian
tertera di bawah judul pada cover buku ini. Hanya saja, di
dalam buku ini dipakai beberapa nama samaran dan penulis
(Asri Widiarti) berpesan dalam kata pengantar: "Naskah yang
Bersama Dakwah
3. Intisari Buku Tarbiyah Madal Hayah
penulis tulis ini anggap saja sebuah kumpulan kisah
imajinatif yang (semoga saja) bisa diambil 'ibrah (pelajaran).
Tak usah dicari-cari siapa tokohnya, kapan kejadiannya, di
mana tempat terjadinya..."
Ada 18 kisah yang dibagi menjadi 3 bagian dalam buku ini.
Bagian pertama bertajuk "Allah Sayang Kamu". Bagian
kedua bertajuk "Bunda, Allah Mendengar Doamu". Dan
terkahir "Allah tak Pernah Meninggalkanmu".
Melalui kisah-kisah ini kita (tepatnya sebagian dari kita yang
belum pernah mengalami atau menjumpai) akan disadarkan
betapa fenomena di lapangan tarbiyah begitu rumit dengan
beragam permasalahan yang manusiawi.
Ada fenomena "ketidakcocokan" seorang bunda kepada calon
menantunya. Dan ternyata keraguannya itu benar. Calon
menantunya ternyata tidak jujur. Untung ia belum menyetujui
pernikahan itu. Bagaimana strategi ibu memastikan ganjalan
dalam hatinya terhadap calon menantunya itu secara lengkap
bisa kita baca di kisah pertama: Ganjalan Hati yang
Menjagai.
Kita juga akan disadarkan bahwa masuk dalam lingkaran
tarbiyah bukanlah jaminan keshalihan bagi seorang ikhwan.
Ada ikhwan yang begitu susah kita bayangkan bisa
melakukan KDRT bahkan mengancam murabbinya dengan
senjata tajam. Tapi itulah yang ada dalam kisah kedua:
Samudra Maaf Milik Sang Istri. Sang Istri di akhir cerita
meminta doa kita. Ia tengah menunggui suaminya itu yang
kini sakit...
Bersama Dakwah
4. Intisari Buku Tarbiyah Madal Hayah
"Surat Cinta Muthi buat Ummu dan Abi" lain lagi. Ia adalah
kisah yang mengingatkan kita betapapun sibuknya kita dalam
dakwah ini, semoga tidak pernah melupakan buah hati. Harus
ada keseimbangan. Harus ada waktu, perhatian, dan kasih
sayang. Idealnya adalah taurits tarbawi "pewarisan tarbiyah".
Bukan makin banyaknya kesimpulan anak: "Saya benci
aktifitas seperti ini karena membuat anak-anak ditelantarkan
orangtuanya". Akhirnya anak-anak aktifis dakwah justru
menjadi "pemberontak" melalui kenakalannya,
penyimpangannya...
Tidak semua kisah dalam buku ini membuat kita merasa
"kecolongan". Kalaupun pada kisah pertama dan kedua kita
belajar tentang ketidaksempurnaan yang harus diperbaiki
dalam tarbiyah, dan itu tantangan bagi setiap murabbi dan
aktifisnya, kita pun perlu dikuatkan dengan nilai-nilai
kebaikan yang sudah mengakar. Agar ia tidak goyah, agar ia
tidak berkurang. Siapapun kita, apapun peran kita...
Kisah kedelapan mengajarkan salah satu nilai itu. Dalam
judul Harta tak Ternilai yang Disebut Ukhuwah, Yayuk
merasakan nikmatnya ukhuwah itu. Saat ia sakit, para ikhwah
yang merawatnya, bergantian. Mulai membawanya ke rumah
sakit, sampai mengurus segala hal yang dibutuhkannya. Di
akhir cerita ia mengakhiri dengan ungkapan indah ini:
"Adakah orang yang tak ingin menghabiskan sisa umur
hidupnya untuk isiqamah di jalan dakwah? Bukankah Allah
sudah menyediakan balasannya di dunia, dan kelak di akhirat
ada lagi balasan yang tidak terkirakan indra. Masihkah
engkau ragu-ragu?"
Bersama Dakwah
5. Intisari Buku Tarbiyah Madal Hayah
Keseluruhan kisah dalam buku ini akhirnya membawa kita
pada kesimpulan bahwa kita perlu belajar dari segala hal
yang kita alami, segala hal yang kita dengar, kita baca, kita
lihat... dan itulah tarbiyah madal hayah; tarbiyah sepanjang
hidup.
Buku ini hanyalah salah satu stimulan untuk memantik
kembali kepekaan kita sekaligus membangkitkan kembali
kesadaran kita akan beragam fenomena yang terjadi dalam
kehidupan nyata, yang boleh jadi belum pernah kita
bayangkan sebelumnya. Sesuai judulnya, Tarbiyah Madal
Hayah. Semoga kita pun menjadi pembelajar seumur hidup
kita, termasuk dari buku ini.
Bersama Dakwah