SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 18
GINEKOLOGI
MODUL
Infeksi Organ Genitalia
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
DEBBIYANTINA
JULI OKTALIA
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 4
KEGIATAN BELAJAR I
Radang Genitalia Eksterna
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
Kata
Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang
Mahaesa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat
menyelesaikan MODUL TIGA dari EMPAT MODUL dalam Mata Kuliah
Ginekologi yang berjudul : “Infeksi Organ Genitalia dan Penyakit
Menular Seksual”.
Modul Ginekologi ini disusun dalam rangka membantu proses
pembelajaran program Diploma III kebidanan dengan system
pembelajaran jarak jauh yang disusun bagi mahasiswa dengan
latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit untuk
ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan.
Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada segenap
pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya modul ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
a.	 Menteri Kesehatan Republik Indonesia
b.	Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
c.	 Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
d.	 Australian Government Overseas Aid Program (AusAID)
e.	 Tim editor modul
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan.
Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat kami harapkan.
Demikian,semogamodulinidapatbermanfaatmeningkatkankualitas
pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang menggunakan
system jarak jauh.
								Jakarta, Juli 2013
							
								PENULIS
Gambar : Female Reproduction Anatomy
ii
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Daftar Isi
Cover								
Kata pengantar										i
Daftar Isi											ii
Pendahuluan										1	
				
Kegiatan Belajar 1 : RADANG GENITALIA EKSTERNA					 2
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
Pendahuluan
SELAMAT BERJUMPA mahasiswa peserta didik D-3 Kebidanan dalam MODUL KETIGA
untuk mata kuliah ginekologi.
Modul ini adalah modul ketiga dari empat modul dalam mata kuliah Ginekologi. Sebe-
lum mempelajari modul ini diharapkan Anda sudah selesai mempelajari modul kesatu
dan kedua dari modul ginekologi. Kami ingatkan kembali untuk dapat memahami gine-
kologi dasar untuk Bidan secara utuh Anda harus menyelesaikan empat modul gine-
kologi ini secara tuntas.
Setelah mempelajari modul ketiga Mata Kuliah ginekologi yang berjudul radang dan
beberapa penyakit lain pada alat genital Anda diharapkan dapat :
1.	 Menjelaskan tentang radang pada vulva dan vagina
2.	 Menjelaskan tentang radang pada alat genitalia interna
3.	 Menjelaskan tentang beberapa penyakit lain dan infeksi khusus terkait alat genital
Modul ini dikemas dalam empat kegiatan belajar. Masing-masing kegiatan belajar diber-
ikan alokasi waktu sekitar dua jam. Empat kegiatan belajar tersebut disusun dengan
urutan sebagai berikut :
Kegiatan Belajar 1	 : radang pada vulva dan vagina
Kegiatan Belajar 2	 : radang pada alat genitalia interna
Kegiatan Belajar 3	 : beberapa penyakit lain dan infeksi khusus terkait alat genital
Proses pembelajaran untuk modul ini dapat berjalan lancar apabila Anda mengikuti
langkah belajar sebagai berikut :
1)	 Pahami dulu berbagai kegiatan penting dalam modul mulai tahap awal sampai
tahap akhir
2)	 Bacalah kegiatan belajar secara seksama dan kerjakan soal – soal yang ada tanpa
melihat kunci jawaban
3)	 Lakukan kajian refleksi kasus – kasus yang ada dalam modul ini dengan kasus-ka-
sus yang mungkin Anda temui saat Anda nanti bertemu dengan pasien langsung
di lahan praktik.
4)	 Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam modul sangat tergantung kepada
kesungguhan Anda dalam membaca materi dan mengerjakan latihan. Untuk itu
berdiskusilah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat
5)	 Bila Anda menemui kesulitan, silahkan hubungan instruktur / pembimbing yang
mengajar pada modul ini.
Baiklah saudara, selamat belajar, semoga Anda sukses memahami pengetahuan yang
diuraikan dalam modul ini sehingga dapat menjadi bekal bermanfaat untuk menjadi
bidan yang handal.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2
Kegiatan
Belajar 1
Tujuan Pembelajaran Umum
Waktu 120 menit
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar satu pada modul tiga ini diharapkan Anda dapat
mencapai kemampuan untuk menjelaskan tentang macam-macam radang genitalia ek-
sterna yang terjadi pada vulva dan vagina
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar satu Anda akan mencapai kemampuan untuk:
1.	 Menjelaskan tentang radang pada vulva (Pedikulosis pubis, skabies dan molus-
kum kontagiosum
2.	 Menjelaskan tentang radang pada vagina (vaginosis bakterial, trikomonas, Vagini-
tis candida dan bartolinitis)
1.	 Radang pada Vulva
a.	 Pedikulosis pubis
b.	Skabies
c.	 Moluskum kontagiosum
2.	 Radang pada vagina
a.	 Vaginosis bakterial
b.	Trikomoniasis
c.	 Vaginitis Candida
d.	Bartholinitis
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok - Pokok Materi
RADANG GENITALIA EKSTERNA
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
3
Uraian
Materi
1.	 RADANG PADA VULVA
1.1 PEDIKULOSIS PUBIS
Pedikulosis pubis adalah radang yang disebabkan infeksi parasit dan jenis yang
paling sering dijumpai. Radang ini adalah termasuk salah satu penyakit menular
yang disebabkan oleh kutu Pthirus Pubis.
Kutu Pthirus pubis ini ditularkan melalui kontak dekat (seksual atau non seksual),
pemakaian handuk, sprei atau celana secara bersama-sama.
Kutu pthirus menaruh telur di dasar folikel rambut. Setelah telur pecah dan de-
wasa, parasit ini menghisap darah manusia dan bergerak dengan pelan.
Keluhan pada kasus ini berupa gatal yang hebat dan menetap didaerah pubis
disertai lesi makulopapuler di vulva.
Ketika bidan mencurigai adanya infeksi parasit ini sebaiknya dilakukan konsultasi
untuk pemeriksaan lanjutan. Biasanya dokter spesialis akan meminta identifikasi
mikroskopik kutu dengan minyak sehingga tampilannya tampak seperti ketam.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
4
Setelah ditegakkan diagnosis prinsip terapi adalah memberikan obat yang dapat
mematikan kutu dewasa sekaligus dengan telur kutunya hingga tidak tersisa
sama sekali. Biasanya dokter akan meresepkan krim khusus namun krim ini bi-
asanya kontra indikasi untuk ibu hamil dan menyusui.
Untuk mencegah terjadi infeksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah
digunakan oleh penderita juga harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur
dan disetrika dengan baik. Selain penderita yang diobati, pasangannya juga harus
dilakukan pemeriksaan untuk mencegah infeksi berulang.
1.2	SKABIES
SKABIES sama dengan pedikulosis pubis adalah radang yang disebabkan infeksi
parasit dan jenis yang paling sering dijumpai. SKABIES adalah salah satu penyakit
menular yang disebabkan oleh Tungau Sarcoptes Scabei var Hominis
Tungau Sarcoptes Scabei var Hominis ini ditularkan melalui kontak dekat (sek-
sual atau non seksual), pemakaian handuk, sprei atau celana secara bersama-sa-
ma.
Tungau Sarcoptes Scabei var Hominis jenis betina dewasa menaruh telur
dibawah kulit serta bergerak cepat melewati kulit.
Tunggu ini dapat menyebabkan infeksi pada setiap bagian tubuh, seringkali dan
terutama pada genitalia eksterna, fleksural siku, payudara, bokong dan perge-
langan tangan. Keluhan pada kasus ini berupa gatal yang hebat tetapi sebentar
– bentar (beda dengan pedikulosis pubis yang menetap). Namun pada banyak
kasus infeksi tungau ini dirasakan adanya gatal yang hebat di malam hari.
Kelainan kulit yang disebabkan oleh Tungau Sarcoptes Scabei var Hominis
dapat berupa papula, vesikula dan liang.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
5
Ketika bidan mencurigai adanya infeksi Tungau Sarcoptes Scabei var Hominis
ini sebaiknya dilakukan konsultasi untuk pemeriksaan lanjutan. Biasanya dokter
spesialis akan meminta identifikasi mikroskopik garutan kulit dengan minyak.
Setelah ditegakkan diagnosis prinsip terapi adalah memberikan obat yang dapat
mematikan tungau dewasa sekaligus dengan telur kutunya hingga tidak tersisa
sama sekali. Biasanya dokter akan meresepkan krim khusus namun krim ini bi-
asanya kontra indikasi untuk ibu hamil dan menyusui.
Sama dengan pedikulosis pubis, pada kasus scabies untuk mencegah terjadi in-
feksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah digunakan oleh penderita
juga harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur dan disetrika dengan baik.
Selain penderita yang diobati, pasangannya juga harus dilakukan pemeriksaan
untuk mencegah infeksi berulang.
1.3	MOLUSKUM KONTAGIOSUM
Moluskum Kontagiosum berbeda dengan pedikulosis dan scabies. Moluskum
Kontagiosum adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui
kontak dekat (seksual ataupun non seksual). Infeksi ini memiliki masa inkubasi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan.
Penderita dengan infeksi MOLUSKUM KONTAGIOSUM akan mengalami keluhan
papulan berkubah dengan lekukan pada pusatnya. Diameter papula berkisar 1 –
5 mm. Pada satu saat dapat timbul sampai 20 lesi.
Ketika bidan mencurigai adanya Moluskum Kontagiousum ini sebaiknya dilaku-
kan konsultasi untuk pemeriksaan lanjutan. Biasanya untuk menegakkan diagno-
sis dokter spesialis akan melakukan inspeksi kasat mata atau jika tidak jelas akan
meminta identifikasi mikroskopik material putih yang ada pada tengah modul.
Untuk terapi biasanya dokter akan mengeluarkan material putih, eksisi nodul
dengan kuret dermal dan mengobati dasar luka dengan cairan tertentu.
Sama dengan pedikulosis pubis dan kasus scabies untuk mencegah terjadi in-
feksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah digunakan oleh penderita
juga harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur dan disetrika dengan baik.
Selain penderita yang diobati, keluarga yang kontak dekat juga harus dilakukan
pemeriksaan untuk mencegah infeksi berulang.
2.	 RADANG PADA VAGINA
Untuk mengetahui adanya peradangan pada vagina sebelumnya sebaiknya kita ingat
kembali vagina yang seperti apa yang dikatakan normal. Dalam vagina normal didi-
ami oleh beberapa mikroorganisme (flora normal) seperti lactobacillus acidophilus,
difteriod, candida dan flora yang lain. PH normal vagina adalah 4,0. Kadar PH ini
dapat menghambat tumbuhnya bakteri pathogen.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
6
Pada vagina seringjuga terjadi keputihan yang terjadi fisiologis. KEPUTIHAN FISIOL-
OGIS terdiri dari flora bakteri, air, elektrolit dan epitel vagina serta serviks. Ciri khas
keputihan fisiologis adalah warnanya putih, halus, tidak berbau. Penegakkan diagno-
sis terjadi keputihan patologik biasanya dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
Dibawah ini adalah beberapa kondisi radang pada vagina :
2.1	VAGINOSIS BAKTERIAL
Infeksi vaginosis bacterial adalah infeksi yang paling sering dijumpai. Infeksi ini
tidak termasuk kedalam infeksi menular yang disebabkan hubungan seksual.
Vaginosis bacterial (VB) tidak disebabkan oleh infeksi bakteri spesifik. Vaginosis
bacterial disebabkan oleh pergeseran flora normal vagina Dengan peningkatan
bakteri an-aerob sampai 10x dan kenaikan konsentrasi bakteri gardnella vagi-
nalis. Ketika terjadi peningkatan bakteri pathogen tersebut, terjadi penurunan
bakteri baik seperti lactobacillus.
Kondisi penderita yang mengalami (VB) dapat meningkatkan risiko terkenanya
infeksi HIV, IMS dan penyakit radang panggul (PRP / PID). Khususnya pada ibu
hamil, infeksi VB akan meningkatkan risiko terkenanya clamidia (dua kali), gono-
rea (6 kali) dan risiko persalinan preterm.
Perbedaan keputihan yang disebabkan oleh (VB) dengan keputihan fisiologis
adalah pada pada jenis lendirnya. Pada infeksi (VB) lendirnya tipis, homogeny,
warna putih abu-abu dan berbau amis. Jumlahnya bisa banyak sekali. Pada kasus
(VB) biasanya tidak terjadi eritema vulva dan vagina.
Ketika bidan mencurigai adanya infeksi (VB) ini sebaiknya melakukan konsultasi
atau kolaborasi untuk pemeriksaan lanjutan. Biasanya untuk menegakkan diag-
nosis dokter spesialis akan melakukan identifikasi mikroskopik dari secret kepu-
tihan untuk memastikan penyebabnya.
Untuk terapi biasanya dokter akan memberikan metronidazol oral dan pervagi-
nam dan krim antibiotic golongan tertentu.
2.2	TRIKOMONIASIS
Infeksi TRIKOMONAS adalah infeksi yang disebabkan sejenis PROTOZOA yang
dikenal dengan TRIKOMONAS VAGINALIS. Tidak seperti vaginosis bacterial, infek-
si trikomonas ditularkan melalui hubungan seksual.
Protozoa Trikomonas vaginalis adalah organism yang tahan dan mampu hidup
dalam lingkungan seperti handuk basah dan daerah lembab. Masa inkubasinya
antara 4 hari sampai satu bulan.
Kondisi penderita yang mengalami Trikomonas seringkali mengeluhkan adanya
pengeluaran cairan vagina yang berbuih, tipis, berbau tidak enak dan jumlahn-
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
7
ya banyak. Pada kasus trikomonas biasanya ada eritema pada vulva dan vagina.
Pada pemeriksaan inspekulo serviks juga tampak rapuh dan mengalami eritema.
Ketika bidan mencurigai adanya infeksi trikomonas sebaiknya melakukan kon-
sultasi atau kolaborasi untuk pemeriksaan lanjutan. Biasanya untuk menegakkan
diagnosis dokter spesialis akan melakukan identifikasi mikroskopik.
Untuk terapi biasanya dokter akan memberikan antibiotic pervaginam. Untuk
mencegah terjadi infeksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah digu-
nakan oleh penderita juga harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur dan
disetrika dengan baik. Selain penderita yang diobati, suami atau pasangan yang
melakukan kontak dekat juga harus dilakukan pemeriksaan dan pengobatan un-
tuk mencegah infeksi berulang.
2.3	VAGINITIS CANDIDA
Infeksi Vaginitis Candida adalah infeksi yang disebabkan oleh peningkatan ka-
dar flora normal CANDIDA. Infeksi ini tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
Jenis candida yang sering menyebabkan infeksi adalah Candida Albicans (pada
kasus kandidiasis vulvovaginalis), Candida Glabrata dan Candida Tropicalis.
Penyebab flora normal CANDIDA menjadi pathogen biasanya karena adanya pen-
derita mengalami imunosupresi, diabetes mellitus, perubahan hormonal, terapi
antibiotic spectrum luas, dan obesitas.
Kondisi penderita yang mengalami Vaginitis Candida seringkali mengeluhkan
adanya pruritus (gatak), vagina agak perih (iritasi) dan disuria (urinenya ada da-
rah). Pada kasus infeksi candida, penderita mengalami keputihan seperti susu
yang bergumpal dan tidak berbau. Membutuhkan pemeriksaan mikroskopik un-
tuk menegakkan diagnose.
Ketika bidan mencurigai adanya infeksi vaginitis candida sebaiknya melakukan
konsultasi atau kolaborasi untuk pemeriksaan lanjutan sehingga dapat diketahui
penyebab pasti.
Untuk terapi biasanya dokter akan memberikan antibiotic oral atau pervaginamm
atau krim anti jamur. Pengobatan agak lama dibandingkan yang infeksi lain dan
harus dilakukan dengan tuntas.
Untuk mencegah terjadi infeksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah
digunakan oleh penderita juga harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur
dan disetrika dengan baik. Selain penderita yang diobati, suami atau pasangan
yang melakukan kontak dekat juga harus dilakukan pemeriksaan dan pengo-
batan untuk mencegah infeksi berulang.
2.4	BARTOLINITIS
Fungsi kelenjar bartholin adalah kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
8
vagina. Infeksi pada kelenjar bartholin atau dikenal dengan Bartolinitis dise-
babkan oleh infeksi kuman atau bakteri yang menyerang kelenjar bartolin yang
terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Biasanya kuman atau bakteri yang
menyerang adalah chlamydia, gonorrhea, dan sebagainya. Kuman ini menyerang
dan menyebabkan infeksi pada kelenjar bartholin sehingga terjadi penyumbatan
pada mulut kelenjar bartholin. Lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelen-
jar sehingga disebut sebagai kista (kantong berisi cairan).
Gejala yang dialami penderita yang mengalami infeksi kelenjar bartholin biasanya
adalah pembengkakan pada alat kelamin luar. Biasanya juga diserta pembeng-
kakan dengan rasa nyeri hebat dan demam. Biasanya penderita akan datang
ke petugas kesehatan dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat ber-
hubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di
sekitar alat kelamin.
Jika Anda sebagai bidan melakukan inspeksi maka biasanya pada vulva akan terli-
hat perubahan warna kulit vulva menjadi merah, membengkak, timbunan nanah
dalam kelenjar, dan jika dilakukan palpasi ada nyeri tekan pada bagian yang ter-
dapat kelenjar bartholin. Kadang kala petugas kesehatan juga menemukan cairan
mukoid berbau dan bercampur dengan darah.
Infeksi kelenjar bartholin dapat dicegah dengan beberapa hal seperti mengupay-
akan pola hidup sehat dan makan makanan yang bergizi, menghindari kegemu-
kan sehingga bida mencegah gesekan antara paha, mencegah kelembababan
pada organ genital, hindari penggunaan celana ketat.
Untuk penanganan yang cepat dan tepat sebaiknya bidan memberikan informasi
dan pendidikan kesehatan kepada perempuan kepada perempuan untuk tidak
perlu malu datang ke petugas kesehatan saat merasakan ada keluhan sekitar or-
gan genital. Karena penanganan yang dilakukan sedini mungkin akan mencegah
terjadinya infeksi yang lebih berat.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
9
Selain informasi tersebut dibawah ini terdapat beberapa kegiatan yang dapat
membantu mencegah infeksi organ genital :
•	 Lakukan pola hidup sehat untuk meningkatkan pertahan tubuh pada kondisi
prima
•	 Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan mem-
basuh dari depan ke belakang.
•	 Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
•	 Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan seringka-
li salah kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya bersih. Pada-
hal penggunaan pantyliner dapat meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar
vagina.
•	 Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman
yang merugikan kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina yang
banyak diperdagangkan sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika digu-
nakan berlebihan bisa berbahaya.
•	 Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat, kuman
juga bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda berganti-ganti pasangan, tak
gampang mendeteksi sumber penularan bakteri. Peradangan berhubungan
erat dengan penyakit menular seksual dan pola seksual bebas.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
10
Rangkuman
1.	 Infeksi yang terjadi pada vulva bisa disebabkan oleh mikroorganisme spesifik
atau non spesifik. Kasus infeksi vulva yang sering terjadi adalah Pedikulosis
pubis, skabies dan moluskum kontagiosum. Infeksi ini sebagain besar adalah
infeksi non seksual
2.	 Infeksi yang paling sering terjadi pada vagina adalah vaginosis bakterial, triko-
monas, Vaginitis candida dan bartolinitis. Beberapa infeksi pada vagina (vagi-
nitis) dapat ditularkan melalui hubungan seksual
3.	 Untuk mengobat infeksi pada vulva dan vagina dibutuhkan pemeriksaan
penunjang untuk menentukan penyebab pasti dari infeksi yang terjadi sehing-
ga dapat dilakukan pengobatan yang tepat.
4.	 Untuk penanganan yang cepat dan tepat sebaiknya bidan memberikan infor-
masi dan pendidikan kesehatan kepada perempuan kepada perempuan untuk
tidak perlu malu datang ke petugas kesehatan saat merasakan ada keluhan
sekitar organ genital. Karena penanganan yang dilakukan sedini mungkin akan
mencegah terjadinya infeksi yang lebih berat.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
11
Evaluasi
Formatif
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat !!
1.	 Seorang perempuan mengalami keluhan gatal pada genitalia eksterna. Gatal bersi-
fat menetap disertai lesi makulopapuler di vulva. Kondisi ini dapat dicurigai adanya
infeksi yang disebabkan oleh …
a.	 Pedikulosis pubis
b.	Skabies
c.	 Moluskum kontagiosum
d.	 Vaginosis bakterial
2.	 Skabies adalah infeksi parasit yang disebabkan Tungau Sarcoptes Scabei var Homi-
nis. Parasit ini menaruh telur dan menginfeksi tubuh manusia melalui …
a.	Kulit
b.	 Rambut kemaluan
c.	 Saluran kemih
d.	 Dinding vagina
3.	 Seorang perempuan mengalami keluhan gatal pada genitalia eksterna. Gatal ber-
sifat sebentar-sebentar dan menjadi lebih hebat di malam hari. Kondisi ini dapat
dicurigai adanya infeksi yang disebut dengan …
a.	 Pedikulosis pubis
b.	Skabies
c.	 Moluskum kontagiosum
d.	 Vaginosis bakterial
4.	 Seorang perempuan terkena infeksi virus. Bidan menemukan adanya papulan
berkubah dengan lekkukan datar pada pusatnya. Diameter papula 1 -5 mm. Kondisi
ini dapat dicurigai adanya infeksi yang disebut dengan …
a.	Skabies
b.	Trikomoniasis
c.	 Moluskum kontagiosum
d.	 Vaginosis bakterial
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
12
5.	 Seorang perempuan mengalami penurunan daya tahan tubuh. Dia mengeluh kepu-
tihan. Bidan melakukan inspeksi dan menemukan keputihan yang lendirnya tipis,
homogen, warna putih abu-abu dan berbau amis dan tidak terjadi eritema vulva
dan vagina. Kondisi ini dapat dicurigai adanya infeksi yang disebut dengan …
a.	 Vaginosis bakterial
b.	Trikomoniasis
c.	 Vaginitis Candida
d.	Bartholinitis
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
13
1. A
2. A
3. B
4. C
5. A
Kunci Jawaban Evaluasi Formatif
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
14
DAFTAR PUSTAKA
Rabe, Thomas. 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta: Hipokrates
Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2011. Ilmu Kandungan edisi ketiga. Jakarta: 	
		 Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS)
2015

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

KB 1 Tumor Jinak Alat Reproduksi
KB 1 Tumor Jinak Alat ReproduksiKB 1 Tumor Jinak Alat Reproduksi
KB 1 Tumor Jinak Alat Reproduksipjj_kemenkes
 
KB 3 Penyakit Menular Seksual
KB 3 Penyakit Menular SeksualKB 3 Penyakit Menular Seksual
KB 3 Penyakit Menular Seksualpjj_kemenkes
 
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilHetty Astri
 
Pembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMPembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMAffiZakiyya
 
Pengembangan Karir Bidan
Pengembangan Karir BidanPengembangan Karir Bidan
Pengembangan Karir Bidanpjj_kemenkes
 
Dokumentasi asuhan kebidanan
Dokumentasi asuhan kebidananDokumentasi asuhan kebidanan
Dokumentasi asuhan kebidananIrfa Kartini
 
Kelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,pptKelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,pptmartaagustinasirait
 
Standar Kompetensi dan Standar Pelayanan Kebidanan
Standar Kompetensi dan Standar Pelayanan KebidananStandar Kompetensi dan Standar Pelayanan Kebidanan
Standar Kompetensi dan Standar Pelayanan KebidananUFDK
 
Macam macam asuhan kebidanan
Macam macam asuhan kebidananMacam macam asuhan kebidanan
Macam macam asuhan kebidananVia Dewi Syahara
 
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidananIsu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidananAl-Ikhlas14
 
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksipjj_kemenkes
 
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamilHetty Astri
 
1. pengantar ginekologi
1. pengantar ginekologi1. pengantar ginekologi
1. pengantar ginekologiJoko Wiwied
 
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriWarnet Raha
 

La actualidad más candente (20)

KB 1 Tumor Jinak Alat Reproduksi
KB 1 Tumor Jinak Alat ReproduksiKB 1 Tumor Jinak Alat Reproduksi
KB 1 Tumor Jinak Alat Reproduksi
 
KB 3 Penyakit Menular Seksual
KB 3 Penyakit Menular SeksualKB 3 Penyakit Menular Seksual
KB 3 Penyakit Menular Seksual
 
Komplikasi masa nifas
Komplikasi masa nifasKomplikasi masa nifas
Komplikasi masa nifas
 
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi psikologis pada ibu hamil
 
Standar praktik kebidanan
Standar praktik kebidananStandar praktik kebidanan
Standar praktik kebidanan
 
Pembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMPembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOM
 
Pengembangan Karir Bidan
Pengembangan Karir BidanPengembangan Karir Bidan
Pengembangan Karir Bidan
 
Dokumentasi asuhan kebidanan
Dokumentasi asuhan kebidananDokumentasi asuhan kebidanan
Dokumentasi asuhan kebidanan
 
Soal etikolegal
Soal etikolegalSoal etikolegal
Soal etikolegal
 
Kelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,pptKelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
Kelompok 4 neonatus perbaikan,ppt
 
Kebutuhan dasar ibu masa nifas
Kebutuhan dasar ibu masa nifasKebutuhan dasar ibu masa nifas
Kebutuhan dasar ibu masa nifas
 
Standar Kompetensi dan Standar Pelayanan Kebidanan
Standar Kompetensi dan Standar Pelayanan KebidananStandar Kompetensi dan Standar Pelayanan Kebidanan
Standar Kompetensi dan Standar Pelayanan Kebidanan
 
Macam macam asuhan kebidanan
Macam macam asuhan kebidananMacam macam asuhan kebidanan
Macam macam asuhan kebidanan
 
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidananIsu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
 
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
 
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamilPerubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
Perubahan dan adaptasi fisiologis pada ibu hamil
 
1. pengantar ginekologi
1. pengantar ginekologi1. pengantar ginekologi
1. pengantar ginekologi
 
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
 
Kelompok 4 komite etik
Kelompok 4 komite etikKelompok 4 komite etik
Kelompok 4 komite etik
 
Atonia uteri
Atonia uteriAtonia uteri
Atonia uteri
 

Destacado (7)

Ginekologi Jenis-jenis penyakit kandungan
Ginekologi Jenis-jenis penyakit kandunganGinekologi Jenis-jenis penyakit kandungan
Ginekologi Jenis-jenis penyakit kandungan
 
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
 
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
 
Materi obstetri
Materi obstetriMateri obstetri
Materi obstetri
 
Materi obstetri
Materi obstetriMateri obstetri
Materi obstetri
 
Makalah obstetri
Makalah obstetriMakalah obstetri
Makalah obstetri
 
Obstetri dan ginekologi
Obstetri dan ginekologiObstetri dan ginekologi
Obstetri dan ginekologi
 

Similar a KB 1 Radang Genitalia Eksterna

KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi KehamilanKB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilanpjj_kemenkes
 
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
Makalah vaginitis
Makalah vaginitisMakalah vaginitis
Makalah vaginitisRahmad Bayu
 
Asuhan myometritis
Asuhan myometritisAsuhan myometritis
Asuhan myometritisanitasintia
 
KB 3 Penyakit Payudara
KB 3 Penyakit PayudaraKB 3 Penyakit Payudara
KB 3 Penyakit Payudarapjj_kemenkes
 
373735241 ap-job-sheet-dan-daftar-tilik-pemberian-imunisasi-campak-pada-bayi
373735241 ap-job-sheet-dan-daftar-tilik-pemberian-imunisasi-campak-pada-bayi373735241 ap-job-sheet-dan-daftar-tilik-pemberian-imunisasi-campak-pada-bayi
373735241 ap-job-sheet-dan-daftar-tilik-pemberian-imunisasi-campak-pada-bayiFa'i Achmad
 
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaanKb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaanpjj_kemenkes
 
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasiKb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasipjj_kemenkes
 

Similar a KB 1 Radang Genitalia Eksterna (20)

KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi KehamilanKB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
KB 3 Penyakit dan Kelainan yang Mempengaruhi dan Dipengaruhi Kehamilan
 
Tugas konkeb
Tugas konkebTugas konkeb
Tugas konkeb
 
Tugas konkeb
Tugas konkebTugas konkeb
Tugas konkeb
 
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Modul 6 kb 5
Modul 6   kb 5Modul 6   kb 5
Modul 6 kb 5
 
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb1 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Makalah vaginitis
Makalah vaginitisMakalah vaginitis
Makalah vaginitis
 
Asuhan myometritis
Asuhan myometritisAsuhan myometritis
Asuhan myometritis
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
KB 3 Penyakit Payudara
KB 3 Penyakit PayudaraKB 3 Penyakit Payudara
KB 3 Penyakit Payudara
 
373735241 ap-job-sheet-dan-daftar-tilik-pemberian-imunisasi-campak-pada-bayi
373735241 ap-job-sheet-dan-daftar-tilik-pemberian-imunisasi-campak-pada-bayi373735241 ap-job-sheet-dan-daftar-tilik-pemberian-imunisasi-campak-pada-bayi
373735241 ap-job-sheet-dan-daftar-tilik-pemberian-imunisasi-campak-pada-bayi
 
Kata pengant12
Kata pengant12Kata pengant12
Kata pengant12
 
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaanKb 3 pertolongan pertama kecelakaan
Kb 3 pertolongan pertama kecelakaan
 
Makalah furunkel
Makalah furunkelMakalah furunkel
Makalah furunkel
 
MAKALAH METRITIS.docx
MAKALAH METRITIS.docxMAKALAH METRITIS.docx
MAKALAH METRITIS.docx
 
Pneumococcus
PneumococcusPneumococcus
Pneumococcus
 
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasiKb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
Kb 1 asuhan kebidanan dengan imunisasi
 

Más de pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 

Más de pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Último

IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanB117IsnurJannah
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxkemenaghajids83
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAkompilasikuliahd3TLM
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasariSatya2
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiRizalMalik9
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxPoliJantung
 

Último (20)

IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 

KB 1 Radang Genitalia Eksterna

  • 1. GINEKOLOGI MODUL Infeksi Organ Genitalia Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 DEBBIYANTINA JULI OKTALIA Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) SEMESTER 4 KEGIATAN BELAJAR I Radang Genitalia Eksterna
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan i Kata Pengantar Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Mahaesa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan MODUL TIGA dari EMPAT MODUL dalam Mata Kuliah Ginekologi yang berjudul : “Infeksi Organ Genitalia dan Penyakit Menular Seksual”. Modul Ginekologi ini disusun dalam rangka membantu proses pembelajaran program Diploma III kebidanan dengan system pembelajaran jarak jauh yang disusun bagi mahasiswa dengan latar belakang pekerjaan bidan pada lokasi – lokasi yang sulit untuk ditinggalkan seperti daerah perbatasan dan kepulauan. Ucapan terima kasih tak terhingga kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah membantu kami hingga terselesaikannya modul ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat : a. Menteri Kesehatan Republik Indonesia b. Kepala Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia c. Kepala Pusdiklatnakes Badan PPSDMK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia d. Australian Government Overseas Aid Program (AusAID) e. Tim editor modul Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kesempurnaan. Masukan untuk penyempurnaan modul ini sangat kami harapkan. Demikian,semogamodulinidapatbermanfaatmeningkatkankualitas pembelajaran pendidikan Diploma III Kebidanan yang menggunakan system jarak jauh. Jakarta, Juli 2013 PENULIS Gambar : Female Reproduction Anatomy
  • 3. ii Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Daftar Isi Cover Kata pengantar i Daftar Isi ii Pendahuluan 1 Kegiatan Belajar 1 : RADANG GENITALIA EKSTERNA 2
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 1 Pendahuluan SELAMAT BERJUMPA mahasiswa peserta didik D-3 Kebidanan dalam MODUL KETIGA untuk mata kuliah ginekologi. Modul ini adalah modul ketiga dari empat modul dalam mata kuliah Ginekologi. Sebe- lum mempelajari modul ini diharapkan Anda sudah selesai mempelajari modul kesatu dan kedua dari modul ginekologi. Kami ingatkan kembali untuk dapat memahami gine- kologi dasar untuk Bidan secara utuh Anda harus menyelesaikan empat modul gine- kologi ini secara tuntas. Setelah mempelajari modul ketiga Mata Kuliah ginekologi yang berjudul radang dan beberapa penyakit lain pada alat genital Anda diharapkan dapat : 1. Menjelaskan tentang radang pada vulva dan vagina 2. Menjelaskan tentang radang pada alat genitalia interna 3. Menjelaskan tentang beberapa penyakit lain dan infeksi khusus terkait alat genital Modul ini dikemas dalam empat kegiatan belajar. Masing-masing kegiatan belajar diber- ikan alokasi waktu sekitar dua jam. Empat kegiatan belajar tersebut disusun dengan urutan sebagai berikut : Kegiatan Belajar 1 : radang pada vulva dan vagina Kegiatan Belajar 2 : radang pada alat genitalia interna Kegiatan Belajar 3 : beberapa penyakit lain dan infeksi khusus terkait alat genital Proses pembelajaran untuk modul ini dapat berjalan lancar apabila Anda mengikuti langkah belajar sebagai berikut : 1) Pahami dulu berbagai kegiatan penting dalam modul mulai tahap awal sampai tahap akhir 2) Bacalah kegiatan belajar secara seksama dan kerjakan soal – soal yang ada tanpa melihat kunci jawaban 3) Lakukan kajian refleksi kasus – kasus yang ada dalam modul ini dengan kasus-ka- sus yang mungkin Anda temui saat Anda nanti bertemu dengan pasien langsung di lahan praktik. 4) Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam modul sangat tergantung kepada kesungguhan Anda dalam membaca materi dan mengerjakan latihan. Untuk itu berdiskusilah secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat 5) Bila Anda menemui kesulitan, silahkan hubungan instruktur / pembimbing yang mengajar pada modul ini. Baiklah saudara, selamat belajar, semoga Anda sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sehingga dapat menjadi bekal bermanfaat untuk menjadi bidan yang handal.
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 2 Kegiatan Belajar 1 Tujuan Pembelajaran Umum Waktu 120 menit Setelah menyelesaikan kegiatan belajar satu pada modul tiga ini diharapkan Anda dapat mencapai kemampuan untuk menjelaskan tentang macam-macam radang genitalia ek- sterna yang terjadi pada vulva dan vagina Setelah menyelesaikan kegiatan belajar satu Anda akan mencapai kemampuan untuk: 1. Menjelaskan tentang radang pada vulva (Pedikulosis pubis, skabies dan molus- kum kontagiosum 2. Menjelaskan tentang radang pada vagina (vaginosis bakterial, trikomonas, Vagini- tis candida dan bartolinitis) 1. Radang pada Vulva a. Pedikulosis pubis b. Skabies c. Moluskum kontagiosum 2. Radang pada vagina a. Vaginosis bakterial b. Trikomoniasis c. Vaginitis Candida d. Bartholinitis Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok - Pokok Materi RADANG GENITALIA EKSTERNA
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 3 Uraian Materi 1. RADANG PADA VULVA 1.1 PEDIKULOSIS PUBIS Pedikulosis pubis adalah radang yang disebabkan infeksi parasit dan jenis yang paling sering dijumpai. Radang ini adalah termasuk salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh kutu Pthirus Pubis. Kutu Pthirus pubis ini ditularkan melalui kontak dekat (seksual atau non seksual), pemakaian handuk, sprei atau celana secara bersama-sama. Kutu pthirus menaruh telur di dasar folikel rambut. Setelah telur pecah dan de- wasa, parasit ini menghisap darah manusia dan bergerak dengan pelan. Keluhan pada kasus ini berupa gatal yang hebat dan menetap didaerah pubis disertai lesi makulopapuler di vulva. Ketika bidan mencurigai adanya infeksi parasit ini sebaiknya dilakukan konsultasi untuk pemeriksaan lanjutan. Biasanya dokter spesialis akan meminta identifikasi mikroskopik kutu dengan minyak sehingga tampilannya tampak seperti ketam.
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 4 Setelah ditegakkan diagnosis prinsip terapi adalah memberikan obat yang dapat mematikan kutu dewasa sekaligus dengan telur kutunya hingga tidak tersisa sama sekali. Biasanya dokter akan meresepkan krim khusus namun krim ini bi- asanya kontra indikasi untuk ibu hamil dan menyusui. Untuk mencegah terjadi infeksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah digunakan oleh penderita juga harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur dan disetrika dengan baik. Selain penderita yang diobati, pasangannya juga harus dilakukan pemeriksaan untuk mencegah infeksi berulang. 1.2 SKABIES SKABIES sama dengan pedikulosis pubis adalah radang yang disebabkan infeksi parasit dan jenis yang paling sering dijumpai. SKABIES adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh Tungau Sarcoptes Scabei var Hominis Tungau Sarcoptes Scabei var Hominis ini ditularkan melalui kontak dekat (sek- sual atau non seksual), pemakaian handuk, sprei atau celana secara bersama-sa- ma. Tungau Sarcoptes Scabei var Hominis jenis betina dewasa menaruh telur dibawah kulit serta bergerak cepat melewati kulit. Tunggu ini dapat menyebabkan infeksi pada setiap bagian tubuh, seringkali dan terutama pada genitalia eksterna, fleksural siku, payudara, bokong dan perge- langan tangan. Keluhan pada kasus ini berupa gatal yang hebat tetapi sebentar – bentar (beda dengan pedikulosis pubis yang menetap). Namun pada banyak kasus infeksi tungau ini dirasakan adanya gatal yang hebat di malam hari. Kelainan kulit yang disebabkan oleh Tungau Sarcoptes Scabei var Hominis dapat berupa papula, vesikula dan liang.
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 5 Ketika bidan mencurigai adanya infeksi Tungau Sarcoptes Scabei var Hominis ini sebaiknya dilakukan konsultasi untuk pemeriksaan lanjutan. Biasanya dokter spesialis akan meminta identifikasi mikroskopik garutan kulit dengan minyak. Setelah ditegakkan diagnosis prinsip terapi adalah memberikan obat yang dapat mematikan tungau dewasa sekaligus dengan telur kutunya hingga tidak tersisa sama sekali. Biasanya dokter akan meresepkan krim khusus namun krim ini bi- asanya kontra indikasi untuk ibu hamil dan menyusui. Sama dengan pedikulosis pubis, pada kasus scabies untuk mencegah terjadi in- feksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah digunakan oleh penderita juga harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur dan disetrika dengan baik. Selain penderita yang diobati, pasangannya juga harus dilakukan pemeriksaan untuk mencegah infeksi berulang. 1.3 MOLUSKUM KONTAGIOSUM Moluskum Kontagiosum berbeda dengan pedikulosis dan scabies. Moluskum Kontagiosum adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui kontak dekat (seksual ataupun non seksual). Infeksi ini memiliki masa inkubasi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Penderita dengan infeksi MOLUSKUM KONTAGIOSUM akan mengalami keluhan papulan berkubah dengan lekukan pada pusatnya. Diameter papula berkisar 1 – 5 mm. Pada satu saat dapat timbul sampai 20 lesi. Ketika bidan mencurigai adanya Moluskum Kontagiousum ini sebaiknya dilaku- kan konsultasi untuk pemeriksaan lanjutan. Biasanya untuk menegakkan diagno- sis dokter spesialis akan melakukan inspeksi kasat mata atau jika tidak jelas akan meminta identifikasi mikroskopik material putih yang ada pada tengah modul. Untuk terapi biasanya dokter akan mengeluarkan material putih, eksisi nodul dengan kuret dermal dan mengobati dasar luka dengan cairan tertentu. Sama dengan pedikulosis pubis dan kasus scabies untuk mencegah terjadi in- feksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah digunakan oleh penderita juga harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur dan disetrika dengan baik. Selain penderita yang diobati, keluarga yang kontak dekat juga harus dilakukan pemeriksaan untuk mencegah infeksi berulang. 2. RADANG PADA VAGINA Untuk mengetahui adanya peradangan pada vagina sebelumnya sebaiknya kita ingat kembali vagina yang seperti apa yang dikatakan normal. Dalam vagina normal didi- ami oleh beberapa mikroorganisme (flora normal) seperti lactobacillus acidophilus, difteriod, candida dan flora yang lain. PH normal vagina adalah 4,0. Kadar PH ini dapat menghambat tumbuhnya bakteri pathogen.
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 6 Pada vagina seringjuga terjadi keputihan yang terjadi fisiologis. KEPUTIHAN FISIOL- OGIS terdiri dari flora bakteri, air, elektrolit dan epitel vagina serta serviks. Ciri khas keputihan fisiologis adalah warnanya putih, halus, tidak berbau. Penegakkan diagno- sis terjadi keputihan patologik biasanya dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis. Dibawah ini adalah beberapa kondisi radang pada vagina : 2.1 VAGINOSIS BAKTERIAL Infeksi vaginosis bacterial adalah infeksi yang paling sering dijumpai. Infeksi ini tidak termasuk kedalam infeksi menular yang disebabkan hubungan seksual. Vaginosis bacterial (VB) tidak disebabkan oleh infeksi bakteri spesifik. Vaginosis bacterial disebabkan oleh pergeseran flora normal vagina Dengan peningkatan bakteri an-aerob sampai 10x dan kenaikan konsentrasi bakteri gardnella vagi- nalis. Ketika terjadi peningkatan bakteri pathogen tersebut, terjadi penurunan bakteri baik seperti lactobacillus. Kondisi penderita yang mengalami (VB) dapat meningkatkan risiko terkenanya infeksi HIV, IMS dan penyakit radang panggul (PRP / PID). Khususnya pada ibu hamil, infeksi VB akan meningkatkan risiko terkenanya clamidia (dua kali), gono- rea (6 kali) dan risiko persalinan preterm. Perbedaan keputihan yang disebabkan oleh (VB) dengan keputihan fisiologis adalah pada pada jenis lendirnya. Pada infeksi (VB) lendirnya tipis, homogeny, warna putih abu-abu dan berbau amis. Jumlahnya bisa banyak sekali. Pada kasus (VB) biasanya tidak terjadi eritema vulva dan vagina. Ketika bidan mencurigai adanya infeksi (VB) ini sebaiknya melakukan konsultasi atau kolaborasi untuk pemeriksaan lanjutan. Biasanya untuk menegakkan diag- nosis dokter spesialis akan melakukan identifikasi mikroskopik dari secret kepu- tihan untuk memastikan penyebabnya. Untuk terapi biasanya dokter akan memberikan metronidazol oral dan pervagi- nam dan krim antibiotic golongan tertentu. 2.2 TRIKOMONIASIS Infeksi TRIKOMONAS adalah infeksi yang disebabkan sejenis PROTOZOA yang dikenal dengan TRIKOMONAS VAGINALIS. Tidak seperti vaginosis bacterial, infek- si trikomonas ditularkan melalui hubungan seksual. Protozoa Trikomonas vaginalis adalah organism yang tahan dan mampu hidup dalam lingkungan seperti handuk basah dan daerah lembab. Masa inkubasinya antara 4 hari sampai satu bulan. Kondisi penderita yang mengalami Trikomonas seringkali mengeluhkan adanya pengeluaran cairan vagina yang berbuih, tipis, berbau tidak enak dan jumlahn-
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 7 ya banyak. Pada kasus trikomonas biasanya ada eritema pada vulva dan vagina. Pada pemeriksaan inspekulo serviks juga tampak rapuh dan mengalami eritema. Ketika bidan mencurigai adanya infeksi trikomonas sebaiknya melakukan kon- sultasi atau kolaborasi untuk pemeriksaan lanjutan. Biasanya untuk menegakkan diagnosis dokter spesialis akan melakukan identifikasi mikroskopik. Untuk terapi biasanya dokter akan memberikan antibiotic pervaginam. Untuk mencegah terjadi infeksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah digu- nakan oleh penderita juga harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur dan disetrika dengan baik. Selain penderita yang diobati, suami atau pasangan yang melakukan kontak dekat juga harus dilakukan pemeriksaan dan pengobatan un- tuk mencegah infeksi berulang. 2.3 VAGINITIS CANDIDA Infeksi Vaginitis Candida adalah infeksi yang disebabkan oleh peningkatan ka- dar flora normal CANDIDA. Infeksi ini tidak ditularkan melalui hubungan seksual. Jenis candida yang sering menyebabkan infeksi adalah Candida Albicans (pada kasus kandidiasis vulvovaginalis), Candida Glabrata dan Candida Tropicalis. Penyebab flora normal CANDIDA menjadi pathogen biasanya karena adanya pen- derita mengalami imunosupresi, diabetes mellitus, perubahan hormonal, terapi antibiotic spectrum luas, dan obesitas. Kondisi penderita yang mengalami Vaginitis Candida seringkali mengeluhkan adanya pruritus (gatak), vagina agak perih (iritasi) dan disuria (urinenya ada da- rah). Pada kasus infeksi candida, penderita mengalami keputihan seperti susu yang bergumpal dan tidak berbau. Membutuhkan pemeriksaan mikroskopik un- tuk menegakkan diagnose. Ketika bidan mencurigai adanya infeksi vaginitis candida sebaiknya melakukan konsultasi atau kolaborasi untuk pemeriksaan lanjutan sehingga dapat diketahui penyebab pasti. Untuk terapi biasanya dokter akan memberikan antibiotic oral atau pervaginamm atau krim anti jamur. Pengobatan agak lama dibandingkan yang infeksi lain dan harus dilakukan dengan tuntas. Untuk mencegah terjadi infeksi berulang, handuk, pakaian, seprei yang pernah digunakan oleh penderita juga harus dibersihkan dengan air panas dan dijemur dan disetrika dengan baik. Selain penderita yang diobati, suami atau pasangan yang melakukan kontak dekat juga harus dilakukan pemeriksaan dan pengo- batan untuk mencegah infeksi berulang. 2.4 BARTOLINITIS Fungsi kelenjar bartholin adalah kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 8 vagina. Infeksi pada kelenjar bartholin atau dikenal dengan Bartolinitis dise- babkan oleh infeksi kuman atau bakteri yang menyerang kelenjar bartolin yang terletak di bagian dalam vagina agak keluar. Biasanya kuman atau bakteri yang menyerang adalah chlamydia, gonorrhea, dan sebagainya. Kuman ini menyerang dan menyebabkan infeksi pada kelenjar bartholin sehingga terjadi penyumbatan pada mulut kelenjar bartholin. Lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelen- jar sehingga disebut sebagai kista (kantong berisi cairan). Gejala yang dialami penderita yang mengalami infeksi kelenjar bartholin biasanya adalah pembengkakan pada alat kelamin luar. Biasanya juga diserta pembeng- kakan dengan rasa nyeri hebat dan demam. Biasanya penderita akan datang ke petugas kesehatan dengan keluhan keputihan dan gatal, rasa sakit saat ber- hubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin. Jika Anda sebagai bidan melakukan inspeksi maka biasanya pada vulva akan terli- hat perubahan warna kulit vulva menjadi merah, membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar, dan jika dilakukan palpasi ada nyeri tekan pada bagian yang ter- dapat kelenjar bartholin. Kadang kala petugas kesehatan juga menemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah. Infeksi kelenjar bartholin dapat dicegah dengan beberapa hal seperti mengupay- akan pola hidup sehat dan makan makanan yang bergizi, menghindari kegemu- kan sehingga bida mencegah gesekan antara paha, mencegah kelembababan pada organ genital, hindari penggunaan celana ketat. Untuk penanganan yang cepat dan tepat sebaiknya bidan memberikan informasi dan pendidikan kesehatan kepada perempuan kepada perempuan untuk tidak perlu malu datang ke petugas kesehatan saat merasakan ada keluhan sekitar or- gan genital. Karena penanganan yang dilakukan sedini mungkin akan mencegah terjadinya infeksi yang lebih berat.
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 9 Selain informasi tersebut dibawah ini terdapat beberapa kegiatan yang dapat membantu mencegah infeksi organ genital : • Lakukan pola hidup sehat untuk meningkatkan pertahan tubuh pada kondisi prima • Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan mem- basuh dari depan ke belakang. • Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual. • Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan seringka- li salah kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya bersih. Pada- hal penggunaan pantyliner dapat meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar vagina. • Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman yang merugikan kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina yang banyak diperdagangkan sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika digu- nakan berlebihan bisa berbahaya. • Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat, kuman juga bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda berganti-ganti pasangan, tak gampang mendeteksi sumber penularan bakteri. Peradangan berhubungan erat dengan penyakit menular seksual dan pola seksual bebas.
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 10 Rangkuman 1. Infeksi yang terjadi pada vulva bisa disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau non spesifik. Kasus infeksi vulva yang sering terjadi adalah Pedikulosis pubis, skabies dan moluskum kontagiosum. Infeksi ini sebagain besar adalah infeksi non seksual 2. Infeksi yang paling sering terjadi pada vagina adalah vaginosis bakterial, triko- monas, Vaginitis candida dan bartolinitis. Beberapa infeksi pada vagina (vagi- nitis) dapat ditularkan melalui hubungan seksual 3. Untuk mengobat infeksi pada vulva dan vagina dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk menentukan penyebab pasti dari infeksi yang terjadi sehing- ga dapat dilakukan pengobatan yang tepat. 4. Untuk penanganan yang cepat dan tepat sebaiknya bidan memberikan infor- masi dan pendidikan kesehatan kepada perempuan kepada perempuan untuk tidak perlu malu datang ke petugas kesehatan saat merasakan ada keluhan sekitar organ genital. Karena penanganan yang dilakukan sedini mungkin akan mencegah terjadinya infeksi yang lebih berat.
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 11 Evaluasi Formatif Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat !! 1. Seorang perempuan mengalami keluhan gatal pada genitalia eksterna. Gatal bersi- fat menetap disertai lesi makulopapuler di vulva. Kondisi ini dapat dicurigai adanya infeksi yang disebabkan oleh … a. Pedikulosis pubis b. Skabies c. Moluskum kontagiosum d. Vaginosis bakterial 2. Skabies adalah infeksi parasit yang disebabkan Tungau Sarcoptes Scabei var Homi- nis. Parasit ini menaruh telur dan menginfeksi tubuh manusia melalui … a. Kulit b. Rambut kemaluan c. Saluran kemih d. Dinding vagina 3. Seorang perempuan mengalami keluhan gatal pada genitalia eksterna. Gatal ber- sifat sebentar-sebentar dan menjadi lebih hebat di malam hari. Kondisi ini dapat dicurigai adanya infeksi yang disebut dengan … a. Pedikulosis pubis b. Skabies c. Moluskum kontagiosum d. Vaginosis bakterial 4. Seorang perempuan terkena infeksi virus. Bidan menemukan adanya papulan berkubah dengan lekkukan datar pada pusatnya. Diameter papula 1 -5 mm. Kondisi ini dapat dicurigai adanya infeksi yang disebut dengan … a. Skabies b. Trikomoniasis c. Moluskum kontagiosum d. Vaginosis bakterial
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 12 5. Seorang perempuan mengalami penurunan daya tahan tubuh. Dia mengeluh kepu- tihan. Bidan melakukan inspeksi dan menemukan keputihan yang lendirnya tipis, homogen, warna putih abu-abu dan berbau amis dan tidak terjadi eritema vulva dan vagina. Kondisi ini dapat dicurigai adanya infeksi yang disebut dengan … a. Vaginosis bakterial b. Trikomoniasis c. Vaginitis Candida d. Bartholinitis
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 13 1. A 2. A 3. B 4. C 5. A Kunci Jawaban Evaluasi Formatif
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 14 DAFTAR PUSTAKA Rabe, Thomas. 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta: Hipokrates Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2011. Ilmu Kandungan edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
  • 18. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS) 2015