Modul ini membahas epidemiologi dan proses keperawatan komunitas. Topik utama meliputi pengertian epidemiologi, tujuan penelitian epidemiologi, metode epidemiologi seperti studi deskriptif dan studi analitis, serta konsep sehat, sakit, dan penyakit. Modul ini bertujuan membantu mahasiswa memahami aspek-aspek epidemiologi dalam konteks keperawatan komunitas."
1. ii
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Australia Indonesia Partnership
for Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
KEPERAWAATAN
Nur Halimah
KOMUNITAS I
MODUL
SEMESTER 6
Proses Keperawatan Komunitas
KEGIATAN BELAJAR 3
EPIDEMIOLOGI
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
2
Kegiatan
Belajar 3 EPIDEMIOLOGI
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari isi modul ini, saudara diharapkan dapat memahami tentang
epidemiologi
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelahmempelajarimodulini, merujukpadatujuanumumsaudara diharapkanmampu:
1. Mendefinisikanpengertianepidemiologi
2. Menjelaskan tujuanpenelitianepidemiologi
3. Menjelaskankepentinganepidemiologi
4. Menjelaskanmetodeepidemiologi
5. Menjelaskan konsepsehat
6. Menjelaskankonsepsakit
7. Menjelaskan konseppenyakit
8. Menjelaskanpencegahanpenyakit
9. Menjelaskanmekanismetransmisi
10. Menjelaskanukuranepidemiologi
11. Menjelaskanpengamatanepidemiologi
Pokok-Pokok Materi
Berikut pokok-pokok materi yang dapat saudara pelajari didalam modul inimeliputi-
Pengertianepidemiologi, tujuanpenelitianepidemiologi, kepentinganepidemiologi,
metodeepidemiologi, konsepsehat, onsepsakit, konseppenyakit, encegahanpenyakit,
mekanismetransmisi, ukuranepidemiologidanpengamatanepidemiologi.
3. 3
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Uraian
Materi
Saudara tentu pernah mengalami beberapa
kondisi yang menyebabkan saudara
mengalami masalah kesehatan atau menderita
sakit. Berkaitan dengan perjalanan penyakit
ada cabang ilmu yang mempelajari yaitu
epidemiologi. Epidemiologi tidak hanya
mempelajari penyakit menular tetapi juga
penyakit tidak menular. Untuk memahami
tentang epidemiologi maka berikut ini akan
diuraikan materinya dibawah ini
Gambar : obat-obatan
1. Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi adalah Ilmu yang berhubungan dengan studi faktor-faktor yang menentukan
dan/atau mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, cedera, dan keadaan-keadaan
lain yang berhubungan dengan kesehatan beserta penyebab-penyebabnya dalam suatu
populasi manusia, dengan tujuan menyusun program-program untuk mencegah dan
mengendalikan perluasan dan penyebarannya.
Ilmu yang mempelajari pola penyakit, kesehatan dan tingkah laku manusia.
Pusat perhatian dari epidemiologi pada : tingkat kesakitan (morbiditas) dan tingkat kematian
(mortalitas) suatu penyakit dalam hubungannya dengan faktor-faktor/ variabel kesehatan,
demografi dan sosial ekonomi
2. Tujuan Penelitian Epidemiologi
a. Menggambarkan status kesehatan sekelompok masyarakat / populasi yang
mempunyai penyakit tertentu dengan cara menghitung banyaknya kejadian penyakit
tersebut, mendapatkan tingkat kejadian dalam setiap kelompok dalam populasi
tersebut, serta mendapatkan pola kecenderungan tertentu yang menonjol.
b. Menjelaskan penyebab penyakit dengan cara menentukan faktor yang menjadi
penyebab penyakit atau kecenderungan penyakit dengan menemukan cara
penyebaran penyakit.
c. Meramalkan besarnya / jumlah kejadian penyakit dan distribusinya dalam populasi
d. Mengontrol penyebaran penyakit dalam populasi dengan cara mencegah kejadian-
kejadian baru, membasmi penyakit yang masih ada, mencegah kematian dan
memperpanjang hidup (meskipun mungkin penyakit tersebu penderit t masih ada
dalam diri penderita), serta meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup a.
3. Kepentingan epidemiologi
1. Menyediakan data yang diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan
2. Identifikasi faktor-faktor yang menentukan dan mempengaruhi penyakit, untuk
tindakan pencegahan.
3. Evaluasi metode-metode yang digunakan dalam pengendalian penyakit
4. Deskripsi perjalanan alami suatu penyakit
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
5. Klasifikasi penyakit
Teknik-teknik epidemiologi selain dapat digunakan untuk meneliti penyakit, dapat juga
diaplikasikan pada studi-studi distribusi karakteristik biologis, seperti berat badan,
golongan darah, tekanan darah dan hal-hal lain sebagainya, untuk mendapatkan sebaran
karakterstik umum atau batasan yang normal dalam populasi.
4. Metode epidemiologi
a. Studi deskriptif
Studi untuk menentukan frekuensi suatu penyakit, jenis atau karakteristik orang-orang
yang menderita penyakit tersebut, di suatu daerah tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Informasi dianalisis untuk menunjukkan distribusi atribut (data kualitatif/karakter tetap,
misalnya jenis kelamin) serta distribusi variabel (data kuantitatif/karakter bervariasi,
misalnya umur).
Studi deskriptif menggambarkan hasil pengamatan dalam suatu jangka waktu tertentu
(transversal/cross-sectional).
Dalam perkembangannya, observasi terhadap populasi dapat diulangi dan/atau
diteruskan untuk memperoleh pola perluasan dan penyebaran (studi longitudinal).
Surveilance, observasi terus-menerus terhadap suatu penyakit untuk deteksi wabah,
termasuk dalam studi ini.
b. Studi analitik observasional/ non-eksperimental
Studi untuk menguji hipotesis terhadap etiologi atau faktor-faktor determinan, di mana
seorang dapat terserang suatu penyakit tertentu sementara orang lain tidak. Pengujian
dilakukan melalui observasi terhadap hal-hal yang dicurigai mempengaruhi perjalanan
penyakit, meliputi cause (penyebab, misalnya konsumsi makanan tertentu) dan/atau
state (keadaan, misalnya tinggal di daerah dingin/lembab).
Pendekatan untuk studi analitik observasional meliputi studi case-control (kelompok yang
mengalami keadaan sakit dibandingkan dengan kelompok normal, untuk menunjukkan
bahwa faktor determinan ditemukan lebih banyak pada kelompok yang sakit), dan
studi cohort (kelompok yang terpapar dengan faktor determinan dibandingkan dengan
kelompok yang tidak terpapar, untuk menunjukkan bahwa lebih banyak individu dari
kelompok yang terpapar yang menjadi sakit daripada dari kelompok tidak terpapar).
c. Studi analitik eksperimental
Studi untuk menguji hipotesis terhadap etiologi atau faktor-faktor determinan, dengan
cara eksperimental. Namun pada prakteknya studi eksperimental dalam epidemiologi
hanya digunakan dalam konteks pencegahan dan pengobatan, misalnya pada penelitian
vaksin, dan tidak digunakan untuk meneliti etiologi/determinan penyakit dengan cara
paparan.
Studideskriptifmemberikaninformasimasalahuntukperencanaanpelayanankesehatan,
serta informasi klasifikasi penyakit dan perjalanan alamiah penyakit. Informasi etiologi
/ faktor determinan dalam studi deskriptif hanya mencapai tingkat hipotesis, yang diuji
kemudian dalam studi analitik. Pengaruh intervensi terhadap penyebaran dan perjalanan
penyakit, dalam hal ini tindakan pencegahan dan pengobatan, dipelajari pada studi
analitik eksperimental.
5. Konsep Sehat
Kemajuan teknologi pengobatan dan ditemukan berbagai macam obat memiliki
kecendrungan yang mendorong orang untuk mempertahankan kesehatannya dengan
5. 5
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
menggantungkan diri pada obat hingga pola hidup sehat cendrung untuk dilupakan. Baru
setelah usai perang dunia kedua konsep sehat mendapat perhatian dan dikembangkan
hingga saat ini.
Pengertian sehat banyak definisi yang dikenal, antara lain :
a. Perkin (1938) : sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk
dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.
b. WHO (1947) : sehat adalah sustu keadaan sejahtera sempurna dari jasmani, rohani
dan sosial, jadi tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan saja.
c. WHO (1957) : Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang
berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki
d. White (1977) : Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa
tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan
kelainan.
6. Konsep Sakit
Walaupun secara umum konsep sakit lebih mudah ditentukan, tetapi dalam hal-hal
tertentu akan sama sulitnya dengan penentuan batasan sehat, karena itu sampai
sekarang konsep sakit masih menjadi perdebatan dan belum terdapat batasan yang
baku.
Seperti halnya konsep sehat maka konsep sakit pun merupakan proses yang dinamis dan
bersifat relatif. Proses dinamis ini diibaratkan sebagai bandul lonceng yang senantiasa
bergerak berayun-ayun tiada hentinya. Demikian dengan kesehatan seseorang, hari ini
sehat, mungkin besok sakit kemudian sehat kembali dan seterusnya sampai meninggal.
Sakit merupakan proses yang bersifat relatif dan dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Seseorang (A) yang pada gambar EKG menunjukkan adanya kelainan, tetapi seumur
hidupnya tidak ada keluhan dan tidak membutuhkan pengobatan tanpa adanya
pembatasan aktifitas sehari-hari, sebaliknya (B) dengan gambaran EKG yang sama
dengan A, tetapi menimbulkan gejala dan membutuhkan pengobatan.
2. Duaorangmendapatinfeksiyangsama,seorangdapatmenjadisakitdanmenimbulkan
gejala serta membutuhkan pengobatan, tetapi yang seseorang lagi tidak menjadi sakit.
Dari kedua contoh diatas timbul pertanyaan apakah orang yang menunjukkan kelainan
EKG dan terinfeksi sudah dianggap sakit walaupun tidak menunjukkan gejala-gejala
dan tidak menunjukkan pembatasan aktifitas sehari-hari atau harus timbul gejala baru
dianggap sakit ?. Sampai saat ini masih terjadi perbedaan pendapat dan belum ada
jawaban yang baku.
7. Konsep Penyakit
Penyakit adalah suatu manifestasi dari timbulnya gangguan atau kelainan pada diri
seseorang yang sehat. Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara
agen atau faktor penyebab penyakit, manusia sebagai pejamu atau host dan faktor
lingkungan yang mendukung.
a. Pejamu (host) adalah adalah faktor yang terdapat pada diri manusia yang
mempengaruhi timbulnya penyakit. Faktor tersebut banyak macamnya, antara lain faktor
keturunan, mekanisme pertahanan tubuh yang dimuliki (umum dan khusus), umur, jenis
kelamin, ras, status perkawinan, macam pekerjaan dan kebiasaan hidup
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
b. Bibit penyakit (agen) adalah sustu substansi atau elemen yang hadir atau
ketidakhadirannya dapat menyebabkan atau menggerakan timbulnya penyakit.
Substansi atau elemen yang dimaksud dapat dibedakan atas dua macam yaitu
benda-benda biotis serta benda-benda nonbiotis.
c. Lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar
yang mempengaruhi kehidupandan perkembangan suatu organisme, ke dalamnya
termasuk tidak hanya lingkungan fisik, tetapi juga lingkungan non fisik seperti
sosial dan budaya.
Proses interaksi ketiga faktor ini terjadi karena adanya agen penyabab penyakit kontak
dengan manusia sebagai pejamu yang rentan dan didukung oleh keadaan lingkungan.
Proses interaksi ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Pejamu Agen
Lingkungan
Prosesinteraksiinidapatterjadisecaraindividuataukelompok,misalnyaprosesterjadinya
penyakit TBC karena adanya mikrobakterium tuberkulosis yang kontak dengan manusia
sebagai pejamu yang rentan, daya tahan tubuh yang rendah dan perubahan yang tidak
sehat sebagai faktor lingkungan yang menunjang.
Faktor Agen
Agen sebagai faktor penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup dan mati yang terdapat
dalam jumlah yang berlebih atau kekurangan.
Agen dapat berupa unsur :
Unsur hidup : virus, bakteri, jamur, parasit, protozoa, dan metazoa.
Unsur mati : fisika (sinar radioaktif), kimia (CO, obat-obatan, peptisida, Hg,
Cadmium, Arsen), Fisika (benturan atau tekanan).
Unsurpokokkehidupan : air, danudara
Keadaanfisiologis : kehamilan, persalinan
Kebiasaan hidup : merokok, alcohol, narkotika dan lain-lain
Kelainan genitika : down syndrome
Faktor Pejamu
Pejamu adalah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor resiko
untuk terjadinya penyakit. Faktor ini disebut juga faktor intrinsik.
Faktor pejamu yang merupakan faktor resiko untuk timbulnya penyakit adalah sebagai
berikut.
• Genetik, misalnya penyakit heriditer, seperti hemophilia, sickle cell anemia dan
gangguan 6 phosfatase
• Umur, misalnya usia lanjut mempunyai resiko terkena karsinoma, penyakit jantung,
dll.
7. 7
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
• Jenis kelamin, misalnya penyakit gondok, kolesistitis, rheumatoid artritis, diabetes
mellitus (cenderung terjadi pada wanita) penyakit jantung dan hipertensi (
menyerang laki-laki).
• Keadaan fisiologi. Kehamilan dan persalinan memudahkan terjadi berbagai
penyakit, seperti keracunan kehamilan, anemia dan psikosis pascapartum.
• Kekebalan. Orang –orang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap suatu
penyakit akan mudah terserang penyakit tersebut.
• Penyakit yang pernah diderita sebelumnya, misalnya rheumatoid artritis yang
mudah kambuh.
• Sifat-sifat manusia. Higiene perseorangan yang jelek akan mudah terserang
penyakit infeksi. Misalnya Balanitis, karsinoma penis bagi orang yang tidak sirkumsisi.
Faktor Lingkungan
Lingkungan merupatakan faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit. Faktor ini
disebut faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan
biologis dan lingkungan sosial ekonomi.
a. Lingkungan fisik.
Yang termasuk dalam lingkungan fisik antara lain geografik dan keadaan musim.
Misalnya negara yang berlingkungan tropis mempunyai pola penyakit yang berbeda
dengan negara yang beriklim dingin atau subtropis. Demikian pula antara negara
maju dengan negara berkembang. Dalam satu negara pun dapat terjadi perbedaan
pola penyakit, misalnya daerah pantai daan daerah pegunungan atau antara kota dan
desa.
b. Lingkungan biologis.
Lingkungan biologis ialah semua mahluk hidup yang berada disekitar manusia
yaitu flora dan fauna, termasuk manusia. Misalnya dengan flora yang berbeda akan
mempunyai penyakit yang berbeda. Faktor lingkungan biologis ini selain bakteri dan
virus patogen, ulah manusia yang mempunyai peran yang penting dalam terjadinya
penyakit, bahkan dapat dikatakan penyakit timbul karena ulah manusia.
c. Lingkungan sosial ekonomi
Yangtermasukdalamfaktorsosialekonomiadalahpekerjaan,urbanisasi,perkembangan
ekonomi dan bencana alam.
• Perkerjaan. Pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia seperti peptisida atau
zat fisika seperti zat radioaktif atau zat yang mengandung karsinogen seperti
asbes akan memudahkan terkena penyakit akibat pemaparan terhadap zat-zat
tersebut.
• Urbanisasi. Urbanisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sosial seperti
kepadatan penduduk dan timbulnya daerah kumuh, perumahan, pendidikan
dan sampah dan tinja yang akan mencemari air minum dan lingkungan. Lingkungan
demikian merupakan penunjang terjadinya berbagai penyakit infeksi.
• Perkembangan ekonomi. Peningkatan ekonomi rakyat akan mengubah pola
konsumsi yang cendrung memakan makanan yang mengandung banyak
kolesterol. Keadaan ini memudahkan timbulnya penyakit hipertensi dan penyakit
jantung sebagai akibat kadar kolesterol darah yang meningkat.
• Bencana alam. Terjadinya bencana alam akan mengubah sistem ekologi yang
dapat diramalkan sebelumnya. Misalnya gempa bumi, banjir, meletus gunung
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
berapi akan menyebabkan kehidupan penduduk yang terkena bencana menjadi
tidak teratur. Keadaan ini mudah menimbulkan berbagai penyakit infeksi.
Sifat-sifat mikroorganisme sebagai agen penyebab penyakit juga merupakan faktor
penting dalam proses timbulnya penyakit infeksi. Sifat-sifat mikroorganisme tersebut
antara lain :
Patogenitas
Yang dimaksud dengan patogenesis adalah kemampuan mikrorganisme untuk
menimbulkan penyakit pada pejamu. Dalam rumus dapat dituliskan sebagai berikut.
Jumlah kasus penyakit tertentu
Patogenitas = ------------------------------------------
Jumlah orang yang terinfeksi
Virulensi
Virulensi ialah kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit yang berat
atau fatal. Ini berarti jumlah sustu penyakit dengan kasus yang berat dan fatal dibagi
dengan jumlah semua kasus penyakit tersebut. Rumusnya adalah
Jumlah kasus berat dan fatal
Virulensi = --------------------------------------------
Jumlah semua kasus penyakit tertentu
Tropisme
Tropisme ialah pemilihan jaringan atau organ yang diserang. Penyerangan terhadap
jaringan atau organ yang vital seperti otak atau jantung akan menimbulkan penyakit
yang berat dibandingkan dengan penyerangan terhadap jaringan atau organ saluran
pernapasan atau saluran pencernaan atau kulit
Penjamu yang Diserang
Bila suatu mikroorganisme hanya menyerang manusia, dikatakan bahwa mikroorganisme
tersebut mempunyai rentang yang pendek, seperti salmonella typhi parathyphi,
sebaliknya bila mikrorganisme selain menyerang manusia juga menyerang hewan dapat
dikatakan bahwa mikroorganisme yang cukup banyak.
Kecepatan Berkembang Biak
Mikroorganisme yang mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat akan
cepat menimbulkan penyakit. Hal ini disebabkan untuk menimbulkan gejala penyakit
dibutuhkan jumlah mikroorganisme yang cukup banyak.
Kemampuan Menembus Jaringan, Memproduksi Toksin dan Mekanisme Kekebalan
Kemampuan yang tinggi dari suatu mikroorganisme untuk menembus jaringan akan
makin cepat menimbulkan gejala penyakit. Demikian pula dengan mikroorganisme
yang memproduksi toksin baik endotoksin maupun eksotoksin akan lebih mudah
menimbulkan penyakit. Sebaliknya mikroorganisme yang dapat menimbulkan kekebalan
kepada manusia maka kekebalan yang dimiliki orang tersebut dapat menjadi penghalang
mikroorganisme untuk menembus jaringan atau organ yang berarti menyulitkan
mikroorganisme tersebut untuk menimbulkan penyakit.
9. 9
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Masa Tunas (Masa Inkubasi)
Masa tunas adalah interval waktu antara pejamu (orang) yang terinfeksi oleh agen
penyebab penyakit sampai timbulnya gejala.
Setiap mikroorganisme mempunyai masa tunas yang berbeda tergantung pada :
1. Kecepatan berkembang biak. Makin cepat suatu mikroorganisme berkembang
biak, makin pendek pula masa tunas dan makin cepat menimbulkan gejala.
2. Jumlah mikroorganisme. Salah satu faktor yang mempengaruhi lamanya masa
tunas adalah jumlah mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh sebagai pejamu
yang rentan. Makin banyak jumlah mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh,
makin cepat masa tunas.
3. Tempat masuknya mikroorganisme. Bila mikroorganisme masuk ke dalam
jaringan vital seperti otak atau jantung, akan makin cepat menimbulkan gejala
dibandingkan jaringan atau organ lain.
4. Derajat kekebalan. Bila pejamu memiliki kekebalan terhadap sustu penyakit
tertentu maka mikroorganisme patogen akan mengalami kesulitan untuk
menimbulkan gejala hingga masa tunas menjadi panjang atau sama sekali tidak
menimbulkan gejala.
Reservoir
Mikroorganisme patogen membutuhkan tempat bersarang dan berkembang biak untuk
dapat menularkan penyakit. Pada pejamu, tempat tersebut dinamakan reservoir. Jadi
reservoir adalah tempat hidup dan berkembang biaknya agen penyebab penyakit. Yang
bertindak reservoir adalah : 1. manusia, 2. hewan, dan 3 artropoda dan lain-lain.
a. Siklus penenularan penyakit dengan manusia sebagai reservoir dapat terjadi secara
langsung dan tidak langsung.
b. Siklus penularan langsung.
Siklus penularan langsung adalah penularan dari seseorang sebagai reservoir pada
orang lain yang tentan. Misalnya penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri streptococus
dan staphylococus antara lain : difteri, penyakit kelamin, parotitis, tifus abdomenalis
dan amobiasis.
c. Siklus penularan tidak langsung
Pada siklus ini manusia bertindak sebagai reservoir tidak menularkan pada manusia
lain secara langsung, tetapi penularan melalui artropoda seperti melalui gigitan
nyamuk yang menularkan manusia yang rentan, misalnya malaria dan penyakit
demam berdarah.
Karier
Manusia sebagai reservoir dapat berupa penderita atau sebagai pembawa penyakit
(karier).Bilasebagaipenderita,berartisudahmenunjukkangejalaklinisdanmembutuhkan
pengobatan. Sedangkan karier ialah orang yang bersangkutan walaupun telah terinfeksi,
tetapi tanpa gejala klinis dan merupakan sumber penularan yang potensial. Karier dapat
terjadi pada :
1. Masa tunas, misalnya penyakit hepatitis, morbili, varicela
2. Penyakit tanpa gejala, misalnya poliomielitis, infeksi meningokokus dan hepatitis.
3. Masa pemulihan, misalnya difteri, hepatitis B, variola, morbili dan salmonelosis
4. penyakit kronis, misalnya salmonela tifosa dan hepatitis.
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
Perjalanan Penyakit Alamiah
Setiap orang yang menderita penyakit mempunyai perjalanan riwayat perjalanan
penyakitnya, terutama yang menderita penyakit kronis. Riwayat perjalanan penyakit
alamiah merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa adanya intervensi yang
dilakukan oleh manusia. Perjalanan penyakit alamiah merupakan suatu eksperimen
dengan intervensi yang dilakukan oleh alam. Ekseperimen alamiah ini dapat berupa
patogenik dan patogersif.
Patogenik
Pada keadaan patogenik ini seseorang yang awalnya sehat menjadi sakit karena intervensi
yangdilakukanolehalamatauorangyangbersangkutansecarasengajaatautidaksengaja.
Intervensi alam dapat berupa banjir, gempa bumi dan letusan gunung berapi. Intervensi
yang bersangkutan, misalnya secara sengaja melalui kebiasaan merokok,minum alkohol
dan secara tidak sengaja misalnya termakan terminum atau termakan makanan atau
minuman yang tercemar oleh bakteri atau zat-zat lain.
Patogresif
Keadaan awal patogresif adalah orang tersebut sakit dan menunjukkan gejala-gejala klinis
yang diikuti perkembangannya. Level dan Clark menggambarkan perjalanan penyakit
sebagai berikut :
1. Prapatogenesis
Menggambarkan periode dimana sesorang mulai terinfeksi tanpa gejala klinis. Pada
penyakit infeksi periode ini disebut masa tunas. Periode ini berbeda setiap penyakit
tergantung pada sifat bakteri (patogenitas, virulensi, tropisme, jumlah bakteri dan lain-
lain) dan manusia yang diserang.
2. Patogenesis
Adalah periode yang pada awalnya seseorang yang telah sakit dan timbul gejala yang
mengikuti. Dari gejala itu dapat diketahui kemungkinan yang terjadi. Yaitu penyakit itu
akan sembuh atau menjadi kronis atau sembuh dengan menimbulkan gejala sisa atu
cacat, atau meninggal dunia. Pada bagan Level dan Clark tidak dijelaskan kondisi sebelum
terinfeksi tetapi memiliki resiko untuk terkena suatu penyakit.
Untuk melengkapi perjalanan suatu penyakit akan dijelaskan melalui tahap-tahap sebagai
kerikut :
Tahap peka
Tahap ini seseorang yang sehat memiliki faktor resiko atau predisposisi terkena penyakit.
Diantaranya faktor resiko tersebut adalah :
1. Genetika/etnik : sickle cell anemia
2. Kondisi fisik : kondisi fisik yang lemah, misalnya lelah, kurang tidur dan kurang gizi
mempunyai resiko penyakit infeksi.
3. Jenis kelamin : wanita lebih tinggi resikonya terkena penyakit diabetes mellitus
dan reumatoid artritis dibandingkan pria. Sebaliknya pria lebih tinggi terkena
penyakit jantung dan hipertensi.
4. Umur : bayi dan balita masih rentan terhadap perubahan lingkungan yang memiliki
resiko terkena penyakit infeksi, sedangkan usia lanjut memiliki resiko terkena
penyakit jantung dan kanker.
5. Sosial ekonomi : Tingkat sosial ekonomi rendah mempunyai resiko
timbulnya penyakit infeksi, sedangkan tingkat sosial ekonomi tinggi memiliki resiko
11. 11
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
penyakit hipertensi, penyakit jantung koroner dan penyakit kardiovaskuler.
6. Kebiasaan hidup : seseorang yang merokok memiliki resiko terkena penyakit
jantung dan karsinoma paru.
Tahap Pragejala (Sub-klinis)
Pada tahap ini telah terjadi infeksi, tetapi belum menunjukkan gejala dan masih belum
terjadi gangguan fungsi organ. Tahap pragejala ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Perubahan akibat infeksi atau pemaparan agen penyebab penyakit masih belum
tampak.
2. Pada penyakit infeksi terjadi perkembangbiakan mikroorganisme patogen.
3. Pada penyakit non infeksi merupakan periode perubahan anatomi dan histologi,
misalnya terjadi aterosklerotik pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan
penyempitan pembuluh darah.
Pada tahap ini sulit untuk didiagnosa secara klinis.
Tahap klinis
Pada tahap ini merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang
terkena dan menimbulkan gejala. Untuk menemukan penderita pada tahap ini relatif
tidak sulitm, terutama pada penyakit-penyakit yang menimbulkan gejala. Kesulitan utama
untuk mendiagnosa penyakit tahap ini adalah karena tidak semua penyakit menimbulkan
gejala yang jelas, bahkan setiap penyakit tidak selalu menimbulkan gejala.
Manifestasi klinis pada tahap ini sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan dan
tidak spesifik sampai dengan yang sangat berat atau meninggal dunia. Variasi ini disebut
Spektrum penyakit. Spektrum penyakit dapat digambarkan sebagai berikut.
Infeksi
Tidak
tampak
ringan sedang berat berat sekali mati
Subklinis Klinis
Tahap Ketidakmampuan
Tahap ini merupakan tahap ketika telah terjadi pembatan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari. Misalnya, gejala sisa sebagai akibat penyakit kardiovaskuler atau ruda paksa.
Ketidakmampuan ini sifatnya bermacam-macam dan berdasarkan lama dan sifatnya
dapat dibagi menjadi :
1. Gangguan fungsi somatis atau psikis
2. Bersifat sementara atau menetap dan
3. Terjadinya lama atau singkat.
Pada penyakit akut biasanya terjadi pembatasan aktifitas dalam waktu yang singkat dan
bersifat sementara, sedangkan pada penyakit kronis biasanya berlangsung lama atau
menetap.
8. Pencegahan Penyakit
Dalam epidemiologi, pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan
perjalanan penyakit, yaitu :
1. pencegahan primer
2. pencegahan sekunder
3. pencegahan tersier
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar,
upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan pencegahan khusus.
Pencegahan umum dimaksudkan untuk mengadakan pencegahan kepada masyarakat
umum, misalnya pendidikan kesehatan masyarakat dan kebersihan lingkungan.
Pencegahan khusus ditujukan pada orang-orang yang mempunyai resiko dengan
melakukan imunisasi, misalnya imunisasi terhadap : tuberkulosis,difteri pertusis,tetanus
,poliomielitis,morbili,hepatitis,sanitasi lingkungan yang kurang sehat dan kecelakaan dan
keselamatan kerja
Pencegahan sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang
telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindari komplikasi
dan mengurangi ketidakmampuan.
Pencegahan sekunder ini dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini
dan pengadaan pengobatan yang capat dan tepat. Deteksi penyakit secara dini dapat
dilakukan cara :
1. penyaringan
2. pengamatan epidemiologis
3. survei epidemiologis dan
4. memberi pelayanan kesehatan sebaik-baiknya pada sarana pelayanan umum atau
praktik dokter.
Mengadakan pengobatan penyakit menular yang terdapat di masyarakat seperti penyakit
akibat hubungan seksual dapat melindungi orang lain terkena penyakit tersebut. Dengan
cara demikian, kita mengadakan pencegahan sekunder bagi penderita dan pencegahan
primer bagi orang yang beresiko terkena penyakit.
Pencegahan sekunder banyak dilakukan pada tahap kronis seperti hipertensi dan
diabetes mellitus. Hal ini karena kesulitan untuk mengadakan pencegahan primer.
Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi. Untuk pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan :
1. Memaksimalkan fungsi organ yang cacat
2. Membuat protesa ekstremitas akibat amputasi dan
3. Mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medik
Pencegahan penyakit ini terus diupayakan selama orang yang menderita belum
meninggal dunia.
9. Mekanisme Transmisi
Proses mikroorganisme patogen dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan mengadakan
interaksi serta berkembang biak memiliki suatu mekanisme yang dikenal dengan
mekanisme transmisi. Mekanisme transmisi terdiri dari keluarnya mikroorganisme dari
reservoir dan mencapai serta masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh manusia
sebagai penjamu yang rentan.
Setelah mikroorganisme masuk ke dalam tubuh manusia, terjadi berbagai rangkaian
interaksi sampai menimbulkan gejala klinis. Rangkaian interaksi tersebut adalah :
13. 13
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
a. Kolonisasi, tempat mikroorganisme berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi
pada pejamu. Misalnya staphylococcus aurius yang terdapat di mukosa hidung.
b. Infeksi subklinis, tempat mikroorganisme selain berkembang biak juga
menimbulkan reaksi, tetapi belum menimbulkan gejala hingga secara klinis belum
tampak.
c. Infeksi klinis, hal ini terjadi bila mikroorganisme berkembang biak menimbulkan
reaksi dan menimbulkan gejala.
Terjadinya Infeksi
Infeksi pada manusia dapat terjadi dengan berbagai cara yang secara garis besar dapat
ditinjau dari sumbernya, perjalanannya dan cara mencapai manusia.
1. Sumber infeksi dapat berupa :
a. penderita : gonococcal opthalmia neonatorum
b. karier : hepatitis
c. geografi : antraks
d. Vektor : malaria, demam berdarah
e. Zoonosis : arbovirus
2. Berdasarkan perjalanannya, mikroorganisme dapat menimbulkan infeksi pada
manusia melalui :
a. udara : berupa droplet, debu (streptokokus)
b. makanan : seafood;
c. luka : tetanus
d. luka gigit : rabies;
e. konjungtiva : trakoma
f. plasenta : sifilis
3. Berdasarkan cara masukannya, mikroorganisme dapat secara langsung dan tidak
langsung.
Secara langsung dapat berupa :
a. bersin, batuk, kontak seksual
b. pemaparan jaringan oleh jamur, parasit atau bakteri
Secara tidak langsung dapat :
a. melalui udara, makanan, benda-benda, vektor.
Transmisi melalui vektor dapat terjadi secara :
a. mekanis : mikroorganisme tidak berkembang biak dalam tubuh vektor, seperti
pada infeksi usus melalui lalat.
b. biologis mikroorganisme berkembang biak mempunyai siklus kehidupan dalam
tubuh vektor, misalnya malaria dan demam berdarah.
10. Ukuran Epidemiologi
Rasio, Proporsi dan Angka
Agar data morbiditas dan mortalitas dapat digunakan untuk membandingkan maka data
absolut diubah menjadi data relatif. Dalam epidemiologiyang banyak digunakan dalam
menentukan morbiditas dan mortalitas adalah angka, rasio dan porposi.
Rasio
Rasio merupakan nilai relatif yang dihasilkan dari pembandingan dua nilai kuantitatif yang
pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut. Misalnya sebuah nilai kuantitatif A
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
dan nilai kuantitatif lain adalah B maka rasio kedua nilai tersebut adalah A/B.
Proporsi
Proporsi ialah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian
dari penyebut. Proporsi, perbandingan menjadi : A/(A + B).
Angka
Angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus- perbandingan antara pembilang dan
penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu.
Insidensi merupakan kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu. Ini merupakan cara terbaik untuk menentukan resiko timbulnya penyakit.
Incidence Rate
Incidence rate dari suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus baru yang terjadi di
kalangan pendudukalah proporsi kelompok individu yang terdapat dalam penduduk
selama periode waktu tertentu.
Jumlah kasus baru suatu penyakit selama periode tertentu
Incidence rate = --------------------------------------------------------- X 1000
Populasi yang mempunyai resiko
Prevalence rate
Prevalence rate mengukur jumlah orang di kalangan penduduk yang menderita sustu
penyakit pada satu titik waktu tertentu. Untuk prevalensi terdapat dua ukuran, yaitu
point prevalence (prevalensi sesaat) dan periode prevalence (prevalensi periode).
Jumlah semua kasus penyakit yang ada
Pada suatu titik waktu
Prevalence Rate = ------------------------------------------- 1000
Jumlah penduduk seluruhnya
Jumlah semua kasus penyakit yang
Selama periode
Periode Prevalence = ------------------------------------------- 1000
Jumlah penduduk rata-rata dari periode tersebut.
Attack Rate
Jumlah kasus selama epidemi
Periode Prevalence = ------------------------------------------- 1000
Populasi yang mempunyai resiko-resiko
Indeks kesehatan
Indekskesehatanyangdapatdigunakanbanyaksekali,tetapiyangakandibahashanyaindeks
yang banyakdigunakandalamepidemiologiyaitu :
1. Indeksfertilitas
2. Indeksmorbiditasdan
3. Indeksmortalitas
IndeksFertilitas
15. 15
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Ukuran yang banyakdigunakandalamkesehatandanepidemiologiadalah :
1. Angkakelahirankasar (Crude birth rate/CBR)
Angkakelahirankasarialahsemuakelahiranhidup yang
dicatatdalamsatutahundibagidalamjumlahpendudukpadapertengahantahun yang
samadandikalikan 1000.
Jumlahkelahiranhidup
Yang dicatat
AngkaKelahiranKasar = ----------------------------------------------- X 1000
Jumlahpendudukpadapertengahan
Tahun yang sama
2. Angkafertilitasmenurutgolonganumur (age specific fertility rate/ASFR)
Angkafertilitasmenurutgolonganumur (age specific fertility rate/ASFR)
ialahjumlahkelahiranhidupolehibupadagolonganumurtertentupadatahun yang sama.
Jumlahlahirhidupolehibugolonganumur
Tertentu yang dicatat selama 1 tahun
Angka Fertilitas = ------------------------------------------------------
Jumlah penduduk wanita golongan umur
Tertentu pada pertengahan tahun yang sama
3. Angkafertilitas total (Total Fertility Rate/TFR)
Angkafertilitas total (AFT) merupakanjumlahangkafertilitasmenurutgolonganumur yang
dicatatselamasatutahun
AngkaFertilitasTotal =Jumlahangkafertilitasmenurutgolonganumur X k
IndeksMortalitasdanMorbiditas
1. Angkakematiankasar(Crude death rate= CDR)
Jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun
AKK = -------------------------------------------------------------------------- X 1000
Jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama
2. Angka kematian berhubungan dengan umur
a. Angkakematianmenurutgolonganumur(age specific death rate/ASDR)
Jumlah kematian yg dicatat selama
satu tahun pada penduduk gol umur X
Angka kematian ---------------------------------------------
Menurut gol umur Jumlah penduduk pertengahan tahun pada
Golongan umur X
b. Angkakematianbayi(infant mortality rate/IMR)
Jumlah kematian umur 0-1 tahun yg dicatat selama 1 tahun
AKI = -----------------------------------------------------------------X 1000
Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama
c. Angka kematian neonatal (neonatal mortality rate/NMR)
Jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari
AKN = -----------------------------------------------------------------X 1000
Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
16
d. Angka kematian perinatal (perinatal mortality rate/PMR)
Jumlah kematian janin yang dilahirkan pada kelahiran 28
Minggu atau lebih + jumlah kematian bayi umur kurang
Dari 7 hari yang dicatat selama 1 tahun
AKN = -----------------------------------------------------------------X k
Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama
e. Angkakematianbalita (under five mortality rate/NMR)
Jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari
AKN = -----------------------------------------------------------------X 1000
Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama
f. Angkakematiankarenasebabtertentu
Jumlah kematian karena sebab tertentu
yang dicatat selama1 tahun
Angka kematian = --------------------------------------------X 100.000
Karena sebab tertentu Jumlah penduduk pertengahan
pada tahun yang sama
g. Case fatality ratio (CFR)
Jumlah kematian karena penyakit tertentu
CFR = ------------------------------------------------------------
Jumlahseluruhpenderitapenyakittersebut
h. Angkakematianibu(maternal mortality rate/MMR)
Jumlah kematian ibu hamil, persalinan,
Dan nifas yang dicatat selama 1 tahun
Angka kematian Ibu = ------------------------------------------------X 1000
Jumlah lahir hidup pada tahun yang sama
3. Angka Morbiditas
Jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun
Angka morbiditas = --------------------------------------------------------X 1000
Jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama
Pengukuran Resiko
Berbagai resiko kita hadapi sejak lahir. Resiko dapat diartikan sebagai suatu derajat
ketidakpastian yang biasanya terletak antara 0 dan 1. Ketidakpastian ialah orang yang
mempunyai resiko belum tentu akan terkena, tetapi sebaliknya orang tidak mempunyai
resiko dapat menderita. Kita resiko sama dengan nol bila terdapat kepastian bahwa suatu
peristiwa tidak akan terjadi dan resiko sama dengan satu bila sustu peristiwa secara
pasti terjadi. Keadaan ekstrem ini dalam praktik hampir tidak terjadi. Yang dialami dalam
praktik, besar resiko terletak antara 0 dan 1 atau 100 %.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh pemaparan terhadap timbulnya penyakit dapat
dilakukan dengan membandingkan besarnya resiko antara kelompok terpajan dengan
kelompok tidak terpajan. Perbandingan tersebut dapat dilakukan secara terpisah dengan
menghitung besarnya resiko masing-masing kelompok.
Contoh :
1. Misalnya dari 1000 orang perokok, insidensi penyakit jantung koroner sebanyak 50
17. 17
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
orang. Besarnya resiko perokok untuk terkena penyakit jantung koroner akibat merokok
adalah : 50/1000 = 0,05 (5 %).
2. Misalnya dari 1000 orang bukan perokok, insiden penyakit jantung koroner sebanyak
20 orang. Besar resiko bukan perokok untuk terkena penyakit jantung koroner adalah :
20/1000 = 0,02 ( 2 %).
Resiko Atribut
Besarnya resiko atribut dapat diperoleh dengan menghitung selisih angka insidensi
kelompok terpajan dengan angka insidensi kelompok tidak terpajan dan hasilnya
dianggap sebagai akibat pemaparan oleh faktor penyebab penyakit (atribut).
Angka insidensi kelompok terpajan – Angka insidensi kelompok tidak terpajan
Contoh :
Hubungan antara rokok dengan karsiono paru-paru
1. Dari 100 orang perokok berat ditemukan sebanyak 5 orang yang menderita
karsinoma paru-paru maka besar resiko = 0,05
2. Dari 100 orang bukan perokok ditemukan sebanyak 2 orang yang menderita
karsinoma paru-paru maka besarnya resiko = 0,02
Resiko atribut = 0,05 – 0,02 = 0,03
Maka resiko atribut diatas dapat dinyatakan bahwa 3 % insidensi karsinoma paru-paru
disebabkan karena rokok.
Resiko atribut bermanfaat untuk memperkirakan besarnya resiko yang dapat
dihindarkan bila ” atribut ” yang dianggap sebagai faktor penyebab penyakit dihindarkan.
Hal ini sangat penting untuk memberikan penerangan kepada masyarakat tentang
manfaat yang diperoleh bila faktor penyebab penyakit dihindarkan dan berguna juga
untuk menyusun rencana pencegahan penyakit.
Resiko Relatif
Bila angka insidensi kelompok terpajan dengan angka insidensi kelompok tidak terpajan
dibandingkan dengan cara menghitung rasio antara kedua kelompok tersebut dinamakan
resiko relatif atau risk ratio.
Rate insidensi kelompok terpapar
Resiko Relatif (RR) = --------------------------------------------------
Rate insidensi kelompok tidak terpapar
Uji Tapis (Screening test)
Uji tapis ialah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu
tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara
orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.
Uji tapis tidak dimaksudkan untuk mendiagnosis sehingga pada hasil tes uji tapis yang
positif harus dilakukan pemeriksaan yang lebih intensif untuk menemukan apakah
yang bersangkutan memang sakit atau tidak, kemudian bagi yang didiagnosisnya
positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak membahayakan bagi dirinya maupun
lingkungannya, khususnya bagi penyakit-penyakit menular.
Mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini dan menemukan penyakit sebelum
menimbulkan gejala dapat dilakukan cara berikut :
1. Deteksi tanda dan gejala dini
18. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
18
Untuk dapat mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini dibutuhkan pengetahuan
tentang tanda dan gejala yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat.
Dengan demikian bila timbulnya kasus baru dapat segera diketahui dan diberikan
pengobatan. Biasanya penderita datang untuk mencari pengobatan setelah penyakit
menimbulkan gejala dan gangguan kegiatan sehari-hari yang berarti penyakit telah
berada dalam stadium lanjut. Hal ini disebabkan ketidakhuan dan ketidakmampuan
penderita
2. Penemuan kasus sebelum menimbulkan gejala
Penemuan kasus ini dapat dilakukan dengan mengadakan uji tapis terhadap-
orang-orang yang tampaknya sehat, tetapi mungkin menderita penyakit. Diagnosis dan
pengobatan penyakit yang diperoleh dari penderita yang datang mencari pengobatan
setelah timbul gejala relatif sedikit sekali dibandingkan dengan penderita tanpa gejala.
Proses pelaksanaan uji tapis
Proses uji tapis terdiri dari dua tahap, dimana pada tahap pertamanya dilakukan
pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang mempunyai resiko tinggi menderita
penyakit. Bila hasil tes negatif maka dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit.
Bila hasil tes positif maka dilakukan pemeriksaan tahap kedua yaitu pemeriksaan
diagnostik yang hasilnya positif maka dianggap sakit. Bagi hasil pemeriksaan yang negatif
dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik. Ini berarti bahwa proses uji tapis adalah
pemeriksaan pada tahap pertama.
Kelompok orang
Yang tampak sehat
Tes
Hasil tes negatif Hasil tes positif
Pemeriksaan diagnostik
Hasil tes positif hasil tes negatif
Pengobatan intesif
Pemeriksaanyangbiasadigunakanuntukujitapisdapatberupapemeriksaanlaboratorium
atau radiologis, misalnya : pemeriksaan gula darah dan pemeriksaan radiologis dan iji
tapis penyakit TBC
Pemeriksaantersebutharusdapatdilakukan:dengancepatdapatmemilahsasaranuntuk
pemeriksaan lebih lanjut (pemeriksaan diagnostik),tidak mahal,mudah dilakukan oleh
petugas kesehatan dan tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa
Dasar Pemikiran
Dasar pemikiran dilakukan uji tapis adalah :
1. Yang diketahui gambaran spektrum penyakit hanya merupakan sebagaian
kecil saja sehingga dapat diumpamakan sebagai puncak gunuing es, sedangkan
sebagaian besar masih tersamar.
19. 19
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
2. Didiagnosis dini dan pengobatan secara tuntas memudahkan kesembuhan
3. Biasanya penderita datang mencari pengobatan setelah timbul gejala atau
penyakit telah berada dalam stadium lanjut hingga pengobatan menjadi sulit atau
penyakit menjadi kronis atau bahkan tidak disembuhkan lagi
4. Penderita tanpa gejala mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.
Tujuan
Adapun tujuan dari uji tapis adalah :
1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tidak khas terhadap orang-
orang yang tampak sehat, tetapi mungkin menderita penyakit yaitu orang
mempunyai resiko tinggi untuk terkena penyakit.
2. Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan
secara tuntas hingga mudah disembuhkan dan tidak membahayakan dirinya
maupun lingkungannya dan tidak menjadi sumber penularan hingga epidemi
dapat dihindari.
Sasaran
Sasaran utama dalam uji tapis adalah penyakit kronis seperti :
1. Infeksi bakteri (lepra, TBC, dll)
2. Infeksi virus (hepatitis)
3. penyakit non – infeksi antara lain :hipertensi,diabetes mellitus,penyakit
jantung,karsionoma serviks, prostat dan glaukoma
4. AIDS
Uji tapis dapat dilakukan secara masal dan selektif. Uji tapis secara masal dapat dilakukan
pada penyakit TBC tanpa mempertimbangkan population at risk. Cara ini dimaksudkan
menjaring sebanyak mungkin kasus tanpa gejala karena saat ini di Indonesia, TBC masih
merupakan masalah serius. Uji tapis secara spesifik dilakukan terhadap orang-orang yang
mempunyai resiko terkena seperti hipertensi yang dapat meningkatkan resiko penyakit
jantung koroner.
Lokasi Uji tapis
Uji tapis dapat dilaksanakan di lapangan, rumah sakit umum, rumah sakit khusus, pusat
pelayanan khusus, dan lain-lain.
11. Pengamatan Epidemiologis (Surveilans)
Pengamatan epidemiologis penyakit menular ialah kegiatan yang teratur mengumpulkan,
meringkas dan analisis data tentang insidensi penyakit menular untuk mengidentifikasi
kelompok penduduk resiko tinggi, memahami cara penyebaran dan mengurangi atau
memberantas penyebarannya.
Setiap kasus harus dilaporkan dengan jelas dan lengkap meliputi diagnosis, mulai
timbulnya gejala, dan variabel demografi seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat dan
asal data (dokter, rumah sakit, puskesmas, sekolah, tempat kerja dan lain-lain). Dengan
mengadakan analisis secara teratur, kita dapat memperoleh berbagai informasi tentang
penyakit musiman atau kecendrungan jangka panjang, perubahan daerah penyebaran,
kelompok resiko tinggi yang dirinci menurut umur, jenis kelamin, suku, agama, sosial
ekonomi dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Pengamatan epidemiologis
secara garis besar dapat dilakukan secara akitif dan pasif.
Surveilans aktif ialah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung untuk
mempelajari penyakit tertentu dalam waktu yang relatif singkat dan dilakukan oleh
20. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
20
petugas kesehatan secara teratur semiggu sekali atau dua minggu sekali untuk mencatat
ada atau tidaknya kasus baru penyakit tertentu.
Surveilans pasif ialah pengumpulan data yang diperoleh dari laporan bulanan sarana
pelayanan di daerah. Dari data yang diperoleh dapat diketahui distribusi geografis
tentang berbagai penyakit menular, penyakit rakyat, perubahan-perubahan yang terjadi
dan kebutuhan tentang penelitian sebagai tindak lanjut.
Pencatatan meliputi variabel demografis, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial
ekonomi, saat waktu timbul gejala, pola makanan, tempat kejadian yang berkaitan dengan
penyakit tertentu dan pecatatan tetap dilakukan walaupun tidak ditemukan kasus baru.
Pengamatan aktif dilakukan bila :
1. ditemukan penyakit baru
2. penelitian tentang cara penyebaran yang baru suatu penyakit tertentu
3. resiko tinggi terjadinya penyakit musiman dan
4. penyakit tertentu yang timbul didaerah baru atau akan menimbulkan
pengaruh pada kelompok penduduk tertentu atau penyakit dengan insidensi yang
rendah mendadak terjadi peningkatan.
21. 21
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Rangkuman
Selamat saudara telah menyelesaikan kegiatan belajar 3 : Epidemiologi, berikut hal-hal yang
harus saudara perhatikan saat mempelajariepidemiologi adalah sebagai berikut :
• Epidemiologi adalah Ilmu yang berhubungan dengan studi faktor-faktor yang
menentukan dan/atau mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, cedera,
dan keadaan-keadaan lain yang berhubungan dengan kesehatan beserta penyebab-
penyebabnya dalam suatu populasi manusia.
• Proses terjadi penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen atau faktor
penyebab penyakit, manusia dan faktor lingkungan. Proses interaksi ketiga faktor ini
terjadi karena adanya agen penyebab penyakit kontak dengan manusia sebagai
pejamu yang rentan dan didukung oleh keadaan lingkungan.
• Dalam epidemiologi, pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan
perjalanan penyakit yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan
tersier.
22. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
22
Evaluasi
Formatif
1. Kemampuanmikrorganismeuntukmenimbulkanpenyakitpadapenjamudisebutse
bagai….
A. Virulensi
B. Patogenitas
C. Tropisme
D. Patologis
E. Seranganpadapenjamu
2. Deteksiterhadappenyakitkankerrahimpadawanita, merupakan bentuk
pencegahan……
A. Primer
B. Sekunder
C. Tersier
D. Mandiri
E. Komperhensif
3. Jumlahkematianbayiberumurkurangdari 28 hari yang dicatatselamasatutahun per
1000 kelahiranhiduppadatahun yang samadisebut….
A. NMR
B. IMR
C. MMR
D. PMR
E. CDR
4. Padasaatkejadianluarbiasakeracunanmakananterdapat 32 orang penderitadan 12
orang diantaranyaanak-anakmakarasioanakterhadap orang dewasaadalah….
A. 0,5
B. 0,6
C. 0, 12
D. 0,24
E. 1
5. Penderitapenyakitmenahun yang berfungsisebagai reservoir danmempunyaipoten
siuntukmenularkanpenyakitadalahpenderita…….
A. Poliomeilitis
B. Hepatitis B
C. Morbilli
D. Varicela
E. Difteri
23. 23
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Tugas
Mandiri
Saudarasebagaiperawat yang bekerja di pelayanankesehatan.
1. Cobaidentifikasiberdasarkanlaporan yang ada. 10
penyakitterbesardalamsatutahunterakhir.
2. Upaya-upayapencegahanapa yang sudahdilakukanterhadappenyakittersebut di
wilayahkerjanya.
3. Cobajugaidentifikasikejadianluarbiasa yang pernahterjadidalamwilayahkerjasaudara.
4. Cobaidentifikasiterkait data angka : IMR, NMR, PMR dan MMR di wilayahkerjasaudara.
Kunci Jawaban
1.
2.
3. A
4. B
5. B
24. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
24
ACUAN PUSTAKA
Allender, J.N., & Spredley, B.W. (2001). Community health nursing : concept and practice.
Philadelphia : Lippincot.
Anderson, E.T. & McFarlane, J. (2000). Community as partner: Theory and practice in
nursing. Philadelphia : Lippincot.
BadanPemberdayaanMasyarakatProvinsiDKIJakarta.(2004).Manajemenpemberdayaan
masyarakat. Pemda Provinsi DKI Jakarta :Jakarta.
Departemen Kesehatan RI .(2003). Kemitraan menuju Indonesia sehat 2010. Jakarta :
Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI.
Ervin, N.E. (2002). Advanced community health nursing practice : population focused
care. New Jersey : Pearson Education,Inc.
Green, L.W & Kreuteur, M.W. (1991). Health promotion planning : An educational and
environmental approach. London : Mayfield Publishing Company.
Helvie, C.O. (1998). Advanced practice nursing in the community. California: SAGE
Publication Inc.
Hitchcock, J.E., Scubert, P.E., & Thomas, S.A. (1999). Community health nursing: Caring in
action. USA: Delmar Publishers.
McMurray, A. (2003). Community health and wellness : a socioecological approach.
Toronto: Mosby.
Neuman, B. (1995). The Neuman systems model ( 3 ed.). Norwalk, CT: Appleton-Lange.
O’Connor F.M.L; & Parker, E. (2001). Health promotion: Principles and practice in the
Australian Context. Australia: Agency Limited (CAL) under the Act.
Stanhope, M, & Lancaster,J. (2000). Community and public health nursing. The Mosby
Tear Book: St.Louis.
25. 25
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS)
2015