Modul 4 kb1 pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatal
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jakarta 2015
Sekarang kita masuki
Kegiatan Belajar I.
Kegiatan Belajar ini akan
membahas tentang
pemberdayaan
masyarakat dalam siaga
maternal-neonatal.
Pemberdayaan
masyarakat merupakan
proses pembangunan
dimana masyarakat
berinisiatif untuk memulai
proses kegiatan sosial
untuk perbaikan situasi
dan konsidi diri sendiri.
MODUL 4Mata Kuliah: Asuhan Kebidanan Komunitas
Penulis : Rahayu Budi Utami
Kegiatan Belajar 1
“PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM
SIAGA MATERNAL DAN NEONATAL“
Prodi: D3 Keperawatan
Semester: 05
4. A p a i t u
Penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat?
5. adalah suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
dalam rangka menumbuhkan motivasi pada masyarakat untuk
ikut terlibat secara aktif dalam menemukan, merencanakan dan
memecahkan masalah, menggunakan sumber daya atau potensi
yang mereka miliki dalam upaya ke arah perubahan yang positif
terhadap kesehatan ibu dan anak.
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
7. Jika penggerakan dan pemberdayaan masyarakat ini berhasil
dilakukan maka kemandirian masyarakat dan keluarga dalam
bidang kesehatan akan meningkat sehingga masyarakat dapat
memberikan andil dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu
dan anak.
8. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut ada beberapa tujuan
khusus yang harus dicapai, yaitu:
14. Siaga maternal dan neonatal adalah suatu kesiapsiagaan bidan
dalam memberdayakan masyarakat untuk mengatasi masalah–
masalah kegawatdaruratan pada ibu dan anak. Siaga meliputi :
suami siaga, warga siaga, dan bidan siaga.
16. Adapun tujuan siaga maternal dan neonatal ini adalah untuk
menjaga kesehatan masyarakat terutama untuk mencegah
kematian ibu dan bayi dengan mengutamakan kebutuhan,
kepentingan dan tindakan yang didasarkan atas pilihan dan
kemampuan masyarakat sendiri.
19. Prinsip–prinsip :
1 a) Bertolak dari kebutuhan masyarakat.
b) Menumbuhkembangkan sumberdaya / kemampuan yang ada di
masyarakat.
c) Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat
dalam kesehatan ibu dan anak.
20. Prinsip–prinsip :
1 d) Mengembangkan semangat gotong–royong dalam pembangunan
kesehatan ibu dan anak.
e) Bekerja bersama masyarakat.
f) Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan
yang ada di masyarakat.
g) Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat.
21. Ciri–ciri
2 (a) Upaya yang berlandaskan pada penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat.
22. Ciri–ciri
2 (b) Adanya kemampuan/kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri (tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dana
masyarakat, sarana dan materi, pengetahuan, teknologi dan
pengambilan keputusan).
26. 2
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfatkan fasilitas
pelayanan kesehatan maternal–neonatal yang telah disediakan
oleh pemerintah.
27. 3
Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan
memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat untuk
pembangunan kesehatan maternal–neonatal.
28. 4
Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan
kesehatan maternal–neonatal yang sesuai dengan kultur budaya
masyarakat setempat.
32. Pokok–pokok kegiatan.
1Untuk kegiatan di tingkat desa, penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat dapat dilakukan dengan Pendekatan Pembangunan
Masyarakat Desa (PKMD) yang berbasis kesehatan maternal–neonatal
33. Pokok–pokok kegiatan.
1 Penyamaan persepsi tentang permasalahan kesehatan maternal–
neonatal yang ada di masyarakat dan perencanaan kegiatan untuk
pemecahan masalah.
34. Pokok–pokok kegiatan.
1b) Pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan bersama dilakukan
semaksimal mungkin oleh masyarakat setempat dengan
menggunakan sumber daya yang ada di masyarakat, sedangkan
bantuan dari pihak luar hanya bersifat rangsangan atau pelengkap.
35. Pokok–pokok kegiatan.
1c) Pembinaan dan pengembangan kegiatan di tingkat desa dilakukan
oleh tokoh–tokoh masyarakat seperti kepala desa, kepala dusun,
ketua RT/RW, ketua PKK, tokoh agama, dan sebagainya.
36. Langkah–langkah kegiatan
2Pembinaan peran serta masyarakat tingkat desa merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang berurutan, berkesinambungan dan saling terkait.
Langkah–langkah kegiatan penggerakan dan pemberdayaan siaga
maternal–neonatal meliputi :
37. Langkah–langkah kegiatan
2 Pertemuan tingkat desa merupakan langkah awal dari kegiatan
pembinaan yang didakan dengan tujuan menyiapkan tokoh
masyarakat dalam menyamakan persepsi tentang masalah–masalah
kesehatan maternal–neonatal,
38. Langkah–langkah kegiatan
2 Langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
Diatur berdasarkan petunjuk dan hasil pertemuan tingkat desa.
Pertemuan dibuka oleh kepala desa.
Bidan desa sebagai pembicara untuk menjelaskan masalah– masalah
siaga maternal–neonatal.
Diskusi bersama tentang langkah kegiatan survey mawas diri (SMD).
39. Langkah–langkah kegiatan
2 Survey Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan
pengkajian masalah maternal–neonatal oleh tokoh masyarakat dan
kader setempat di bawah bimbingan bidan desa.
40. Langkah–langkah kegiatan
2 Tujuan dilaksanakannya SMD ini adalah agar masyarakat melakukan SMD
sehingga timbul minat dan kesadaran mayarakat untuk mengetahui
masalah maternal–neonatal.
41. Langkah–langkah kegiatan
2 Berikut dijelaskan cara pelaksanaan SMD:
Bidan di desa dan kader yang ditugaskan melaksanakan SMD meliputi:
• Penentuan sasaran, jumlah kepala keluarga dan lokasi.
• Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan
dikumpulkan.
• Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan.
• Pembuatan instrumen/alat untuk memperoleh informasi kesehatan.
42. Langkah–langkah kegiatan
2 Berikut dijelaskan cara pelaksanaan SMD:
Kelompok pelaksana SMD dengan bimbingan bidan desa
mengumpulkan informasi masalah kesehatan maternal–neonatal
sesuai dengan yang telah direncanakan.
43. Langkah–langkah kegiatan
2 Berikut dijelaskan cara pelaksanaan SMD:
(3) Kelompok pelaksana SMD dengan bimbingan bidan desa mengolah
informasi masalah kesehatan maternal–neonatal yang telah
dikumpulkan, sehingga diperoleh perumusan prioritas masalah
kesehatan maternal–neonatal di wilayah desa.
44. Langkah–langkah kegiatan
2 c) Musyawah Masyarakat Desa adalah pertemuan seluruh warga desa
untuk membahas hasil SMD dan merencanakan penanggulangan
masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD
45. Langkah–langkah kegiatan
2 Tujuan :
• Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.
• Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan ibu
dan anak melalui pelaksanaan siaga maternal– neonatal.
• Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah
kesehatan ibu dan anak dan melaksanakan siaga maternal–neonatal.
49. Langkah–langkah kegiatan
2 Cara pelaksanaan
• Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin
oleh kepala desa.
• Pengenalan masalah kesehatan ibu dan anak oleh masyarakat sendiri
melalui curah pendapat dengan mempergunakan alat peraga, poster
dan lain–lain dipimpin oleh bidan desa.
• Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD.
50. Langkah–langkah kegiatan
2 Cara pelaksanaan
• Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan ibu dan anak
atas dasar pengenalan masalah dari hasil curah pendapat dan
penyajian hasil SMD.
• Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan ibu dan
anak dipimpin oleh kepala desa.
• Penutup.
52. Pengamatan epidemiologi sederhana
1 kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus–menerus terhadap
masalah–masalah maternal–neonatal serta kondisi yang mempengaruhi
masalah–masalah tersebut dan dapat melakukan penanggulangan secara
efektif dan efisien melalui pengumpulan, pengolahan data dan
penyebaran informasi pada penyelengggara program kesehatan
maternal–neonatal.
53. Pengamatan epidemiologi sederhana
1 Langkah–langkah surveilans epidemiologi maternal–neonatal:
a) Persiapan
1) Internal (pelatihan surveilans bagi petugas)
2) Eksternal (Masyarakat)
3) Survey Mawas Diri
4) Pembentukan kelompok kerja surveilans tingkat desa.
5) Perencanaan kegiatan
54. Pengamatan epidemiologi sederhana
1 tahap membuat perencanaan kegiatan, meliputi:
(a) Rencana pelatihan kelompok kerja surveilans oleh petugas kesehatan
(b) Penentuan jenis surveilans masalah dan faktor risiko kesehatan ibu
dan anak yang dipantau
(c) Lokasi pengamatan dan pemantauan
55. Pengamatan epidemiologi sederhana
1 tahap membuat perencanaan kegiatan, meliputi:
(d) Frekuensi pemantauan
(e) Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab lokasi pemantauan
(f) Waktu pemantauan
(g) Rencana sosialisasi kepada warga masyarakat
56. Pengamatan epidemiologi sederhana
1 Langkah–langkah surveilans epidemiologi maternal–neonatal:
b) Tahap pelaksanaan surveilans di tingkat desa
1) Pelaksanaan Surveilans oleh kelompok kerja surveilans desa
Surveilans masalah kesehatan ibu dan anak oleh kelompok kerja
surveilans desa dilakukan melalui kegiatan pengamatan dan
pemantauan masalah, faktor risiko dan kemungkinan terjadinya
kegawatdaruratan maternal–neonatal.
57. Pengamatan epidemiologi sederhana
1 Langkah–langkah surveilans epidemiologi maternal–neonatal:
Tahap pelaksanaan surveilans di tingkat desa
Pelaksanaan Surveilans oleh petugas
Kegiatan surveilans di tingkat desa tidak terlepas dari peran aktif
petugas kesehatan (bidan). Kegiatan surveilans yang dilakukan
petugas kesehatan adalah:
58. Pengamatan epidemiologi sederhana
1 (a) Melakukan pengumpulan data masalah kesehatan ibu dan anak dari
hasil kunjungan dan hasil laporan warga
(b) Membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA dengan
menggunakan data yang ada dalam bentuk data mingguan/bulanan.
PWS merupakan bagian dari sistem kewaspadaan dini terhadap
kegawatdaruratan maternal– neonatal.
59. Pengamatan epidemiologi sederhana
1 Menyampaikan laporan/data kesehatan ibu dan anak secara berkala
ke puskesmas (mingguan/bulanan).
Membuat pemetaan penyebaran masalah, faktor risiko kesehatan
maternal–neonatal.
60. Pengamatan epidemiologi sederhana
1 Memberikan informasi/rekomendasi secara berkala kepada kepala
desa tentang masalah dan faktor risiko kesehatan maternal–neonatal
pada pertemuan musyawarah masyarakat desa untuk mendapatkan
solusi permasalahan yang dihadapi.
61. Pengamatan epidemiologi sederhana
1 Memberikan respon cepat terhadap adanya kasus kegawatdaruratan.
Bersama masyarakat secara berkala dan terjadwal melakukan upaya
preventif dan promotif.
62. Pengamatan epidemiologi sederhana
1 Surveilans epidemiologi maternal–neonatal adalah kegiatan
pengamatan masalah kesehatan maternal–neonatal secara terus
menerus dengan memperhatikan faktor risiko yang ada
63. Promosi Kesehatan Maternal–neonatal
2 Promosi kesehatan maternal–neonatal adalah upaya meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri
serta dapat mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai dengan sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan maternal– neonatal.
64. Promosi Kesehatan Maternal–neonatal
2 Kebijakan nasional promosi kesehatan maternal–neonatal telah
menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan maternal–neonatal
yaitu;
65. Promosi Kesehatan Maternal–neonatal
2 (a) Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat ; proses pemberian
informasi dan berkesinambungan mengikuti perkembangan serta
proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak
tahu menjadi tahu atau sadar (knowledge), dari tahu menjadi mau
(attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (practice).
66. Promosi Kesehatan Maternal–neonatal
2 (b) Bina Suasana Adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial
yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan
perilaku yang diperkenalkan dalam status kesehatan maternal–
neonatal.
67. Promosi Kesehatan Maternal–neonatal
2 (c) Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana
untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak– pihak yang
terkait dalam rangka pelaksanaan siaga maternal.
68. Promosi Kesehatan Maternal–neonatal
2 (1) Tahapan–tahapan yang umumnya berlangsung pada diri sasaran
advokasi masalah kesehatan maternal–neonatal adalah :
• Mengetahui atau menyadari adanya masalah
• Tertarik untuk ikut mengatasi masalah
69. Promosi Kesehatan Maternal–neonatal
2 • Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan maternal–neonatal
• Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah
• Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
70. Promosi Kesehatan Maternal–neonatal
2 (2) Bahan–bahan advokasi yang harus disiapkan dalam pelaksanaan siaga
maternal–neonatal yaitu:
• Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
• Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
• Memuat peran serta saran dalam pemecahan masalah
71. Promosi Kesehatan Maternal–neonatal
2 • Berdasarkan kepada fakta atau evidence based
• Dikemas secara menarik dan jelas
• Sesuai dengan waktu yang tersedia
72. Promosi Kesehatan Maternal–neonatal
2 (d) Kemitraan dalam pelaksanaan siaga maternal–neonatal harus digalang
baik dalam rangka penggerakan dan pemberdayaan maupun bina
suasana dan advokasi.
73. Promosi Kesehatan Maternal–neonatal
2 Kemitraan yang digalang dalam pelaksanaan siaga maternal– neonatal
harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar :
1) Kesetaraan
2) Keterbukaan
3) Saling menguntungkan
74. Promosi kesehatan maternal–neonatal adalah upaya kesehatan agar
perilaku masyarakat menjadi lebih baik, dari masyarakat tidak tahu
menjadi tahu, dari tahu menjadi mau dan dari mampu dalam
pemeliharaan kesehatan maternal–neonatal
76. Unsur peningkatan pengetahuan masyarakat
Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang SIAGA maternal–neonatal
dapat dilakukan dengan memberikan informasi melalui pertemuan–
pertemuan di masyarakat dengan melibatkan berbagai pihak sesuai
dengan langkah–langkah penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
melalui promosi kesehatan.
77. Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan
maternal– neonatal
Kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal–neonatal
dapat dilakukan dengan cara mendorong warga agar SIAGA
78. Dalam hal ini kegiatannya meliputi:
1) Pencatatan ibu hamil di lingkungannya
2) Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat– daruratan
3) Mempersiapkan kelompok donor darah
4) Mempersiapkan transportasi menuju tempat persalinan dan
penanganan kegawatdaruratan (Ambulan Desa).
5) Forum komunikasi
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
79. 1) Pencatatan ibu hamil di lingkungannya
Sistem pencatatan dan pemberian tanda yang dikembangkan oleh warga
untuk memberi informasi kepada warga tentang keberadaan dan kondisi
ibu hamil di lingkungan mereka, disebut dengan sistem notifikasi
(penandaan).
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
80. 2) Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat–
daruratan
a) Tabungan Ibu Bersalin (TABULIN) adalah upaya menyisihkan uang atau
barang berharga oleh ibu hamil yang disimpan oleh bidan atau pihak
yang ditunjuk oleh masyarakat yang sewaktu–waktu dapat digunakan
untuk biaya persalinan.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
81. Tahapan pembentukan tabulin adalah sebagai berikut:
1) Ibu yang sudah mengetahui kehamilannya diminta untuk mulai
menabung untuk persalinannya.
2) Tabulin adalah juga tabungan keluarga, bukan hanya ibu tetapi suami
juga bertanggung jawab menyisihkan uang untuk persalinan ibu.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
2) Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat–
daruratan
82. Tahapan pembentukan tabulin adalah sebagai berikut:
3) Jika ibu hamil mengalami kesulitan untuk menyampaikan masalah ini
kepada suaminya, maka anggota Siap Antar Jaga lain perlu membantu
membicarakannya dengan para suami.
4) Waktu kelahiran biasanya sudah dapat diperhitungkan, jadi pasangan
juga sudah dapat memperhitungkan kapan dana itu dibutuhkan.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
2) Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat–
daruratan
83. Tahapan pembentukan tabulin adalah sebagai berikut:
5) Tabulin dalam bentuk uang dapat disimpan di rumah, bank, atau pada
ibu bidan.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
2) Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat–
daruratan
84. b) Dana Sosial Bersalin (DASOLIN)
upaya untuk mengumpulkan uang atau barang yang dapat
dirupiahkan dari anggota masyarakat sebagai dana bantuan bagi ibu
bersalin yang kurang mampu. Masyarakat akan menunjuk pengurus
dasolin untuk mengelola dasolin.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
2) Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat–
daruratan
85. Tahapan pembentukan tabulin adalah sebagai berikut:
• Buat pertemuan dengan masyarakat untuk mengidentifikasi potensi–
potensi di desa yang dapat dijadikan dana cadangan masyarakat.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
2) Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat–
daruratan
86. Tahapan pembentukan tabulin adalah sebagai berikut:
• Dasolin dapat pula berupa uang yang dikumpulkan langsung dari
warganya, jika mereka memang mampu mengumpulkan uang untuk
ibu hamil secara rutin.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
2) Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat–
daruratan
87. Tahapan pembentukan tabulin adalah sebagai berikut:
• Jika dasolin dikumpulkan dalam bentuk barang, maka perlu
dibicarakan mengenai pendataannya, siap menyumbang apa dan
berapa tafsiran harganya.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
2) Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat–
daruratan
88. Tahapan pembentukan tabulin adalah sebagai berikut:
• Warga diminta memilih penanggung jawab dasolin ini. Sebaiknya
penanggung jawab dasolin tidak dipegang oleh satu orang saja tetapi
oleh tim kecil yang mampu mengelola dasolin.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
2) Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat–
daruratan
89. 3) Mempersiapkan kelompok donor darah
Sistem donor darah adalah pranata untuk menjamin ketersediaan darah
yang dikelola oleh masyarakat. Bagi ibu hamil donor ini bahkan bernilai
lebih, karena tidak hanya satu nyawa yang mungkin terancam bahaya
melainkan dua, nyawa ibu dan bayi.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
90. 3) Mempersiapkan kelompok donor darah
Tahapan pembentukan kelompok donor darah:
• Fasilitasi warga untuk menyepakati pentingnya mengetahui golongan
darah.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
91. 3) Mempersiapkan kelompok donor darah
Tahapan pembentukan kelompok donor darah:
• Jika warga belum mengetahui golongan darahnya, maka perlu
dilakukan pemeriksaan golongan darah bagi seluruh warga yang
memenuhi syarat untuk menjadi donor darah.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
92. 3) Mempersiapkan kelompok donor darah
Tahapan pembentukan kelompok donor darah:
• Hubungi pihak puskesmas untuk menyelenggarakan pemeriksaan
darah.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
93. 3) Mempersiapkan kelompok donor darah
Tahapan pembentukan kelompok donor darah:
• Buatlah daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir,
kumpulkan nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama
dengan ibu hamil.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
94. 3) Mempersiapkan kelompok donor darah
Tahapan pembentukan kelompok donor darah:
• Usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang
sesuai dengan golongan darahnya.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
95. 3) Mempersiapkan kelompok donor darah
Tahapan pembentukan kelompok donor darah:
• Buatlah kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap
24 jam, sewaktu–waktu ibu hamil memerlukan transfusi.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
96. 3) Mempersiapkan kelompok donor darah
Tahapan pembentukan kelompok donor darah:
• Buat kesepakatan dengan Unit Transfusi Darah (UTD), agar para warga
yang telah bersedia menjadi pendonor darah diprioritaskan untuk
diambil darahnya, terutama transfusi bagi ibu bersalin yang
membutuhkannya.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
97. 4) Mempersiapkan transportasi menuju tempat persalinan dan
penanganan kegawatdaruratan (Ambulan Desa)
Ambulan desa adalah suatu alat transpotasi yang dapat digunakan
untuk mengantarkan ibu hamil yang akan bersalin ke tempat
pelayanan kesehatan, terutama jika ibu mengalami komplikasi yang
memerlukan penanganan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
98. 5) Forum komunikasi
Forum komunikasi merupakan suatu wadah di tingkat masyarakat untuk
bertukar informasi dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
desa siaga khususnya siaga maternal–neonatal.
Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal– neonatal
99. Unsur Penunjang pelayanan kesehatan Maternal–neonatal
Unsur penunjang pelayanan adalah wujud tekad pemerintah dalam
bidang kesehatan dalam bentuk sarana prasarana dan kebijakan
pemerintah daerah maupun desa dalam sistem pengelolaan dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
100. Bentuk dukungan tersebut bisa berupa :
1) Komitmen dari pemerintah
(a) Kebijakan pemerintah yang berpihak pada masyarakat sebagai
pengguna sarana kesehatan
(b) Peraturan pemerintah daerah untuk menyediakan prasarana
kesehatan, minimal satu polindes untuk setiap desa, satu bidan untuk
setiap desa.
Unsur Penunjang pelayanan kesehatan Maternal–neonatal
101. Bentuk dukungan tersebut bisa berupa :
2) Dukungan dari masyarakat
(a) Tokoh masyarakat dan tokoh agama
(b) Suami ibu hamil
(c) Kepala desa diharapkan memiliki komitmen untuk membantu
fasilitator desa dan masyarakat dalam melaksanakan SIAGA maternal
dan neonatal.
Unsur Penunjang pelayanan kesehatan Maternal–neonatal
102. Bentuk dukungan tersebut bisa berupa :
2) Dukungan dari masyarakat
(d) Masyarakat harus membantu ibu hamil yang memerlukan bantuan
(e) Pengurus desa harus berkomitmen untuk mengumpulkan iuran
dasolin secara rutin
(f) Media massa seperti radio, koran, maupun media tradisional seperti
kesenian rakyat dapat membantu menyebarluaskan SIAGA maternal–
neonatal.
Unsur Penunjang pelayanan kesehatan Maternal–neonatal
105. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut
dengan nama lain atau kelurahan, yang :
a. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan
dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut
106. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut
dengan nama lain atau kelurahan, yang :
b. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans
berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu
dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan
penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
108. Pelayanan Kesehatan Dasar
Pelayanan kesehatan dasar berupa :
(1) Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil,
(2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui,
(3) Pelayanan kesehatan untuk anak, serta
(4) Penemuan dan penanganan penderita penyakit.
109. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
Kegiatan-kegiatannya berupa:
(1) Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu
dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan masyarakat,
(2) Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan
untuk respon cepat,
(3) Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah
kesehatan, serta
(4) Pelaporan kematian.
110. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui pengembangan
UKBM yang ada di desa. Kegiatan difokuskan kepada upaya surveilans
berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan
bencana serta penyehatan lingkungan.
111. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
Surveilans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan
penyakit yang diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh
tenaga kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari
Kementerian Kesehatan
112. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
Prinsip pemberdayaan masyarakat:
1. Menumbuhkembangkan kemampuan atau potensi masyarakat
2. Menumbuhkembangkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan
3. Mengembangkan semangat gotong royong dalam pembangunan
kesehatan
4. Bekerja sama masyarakat
5. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan
6. Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat
113. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
Prinsip pemberdayaan masyarakat:
1. Menumbuhkembangkan kemampuan atau potensi masyarakat
2. Menumbuhkembangkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan
3. Mengembangkan semangat gotong royong dalam pembangunan
kesehatan
4. Bekerja sama masyarakat
5. Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan
6. Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat
114. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upayaupaya
yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana
dan kedaruratan kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis
dari Kementerian Kesehatan.
115. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
Kegiatan-kegiatannya berupa:
(1) Bimbingan dalam pencarian tempat yang aman untuk mengungsi,
(2) Promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi masalah kesehatan
akibat bencana dan mencegah faktor-faktor penyebab masalah,
(3) Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air
bersih, jamban, pembuangan sampah/limbah, dan lain-lain) di tempat
pengungsian,
(4) Penyediaan relawan yang bersedia menjadi donor darah, dan
(5) Pelayanan kesehatan bagi pengungsi.
116. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
Penyehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh
masyarakat untuk menciptakan dan memelihara lingkungan
desa/kelurahan dan permukiman agar terhindar dari penyakit dan
masalah kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari
Kementerian Kesehatan.
117. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
Kegiatan-kegiatannya berupa:
(1) Promosi tentang pentingnya sanitasi dasar,
(2) Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air
bersih, jamban, pembuangan sampah dan limbah, dan lain-lain), dan
(3) Bantuan/fasilitasi upaya pencegahan pencemaran lingkungan.
119. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
Tahap-Tahap siklus pemecahan masalah meliputi:
1. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang
dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternative pemecahan
masalah dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak,
merencanakan dan melaksanakannya
4. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya
yang telah dilakukan
120. Yang menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif adalah PHBS yang dipraktikkan di tatanan
rumah tangga.
121. (1) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
(2) memberi ASI eksklusif kepada bayi,
(3) menimbang berat badan balita,
(4) menggunakan air bersih,
(5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
10 perilaku yang merupakan indicator keberhasilan pembinaan
PHBS di Rumah Tangga
122. (6) menggunakan jamban sehat,
(7) memberantas jentik nyamuk,
(8) mengonsumsi sayur dan buah setiap hari,
(9) melakukan aktivitas fisik setiap hari,
(10) tidak merokok di dalam rumah
10 perilaku yang merupakan indicator keberhasilan pembinaan
PHBS di Rumah Tangga
125. Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknnologi, dan
pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat
yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber
daya manusia sejak dini -Nasrul Effendi dalam Runjati (2011)-
126. a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak
b. Meningkatkan pelayanan kesahatan ibu untuk menurunkan Angka
kematian Bayi
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat
Tujuan pokok pelayanan Posyandu adalah untuk :
127. d. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
penduduk berdasarkan letak geografi
e. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka
alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat
Tujuan pokok pelayanan Posyandu adalah untuk :
128. a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun
b. Anak balita, usia 1 sampai 5 tahun
c. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas
d. Wanita usia subur/ pasangan usia subur
Sasaran pokok pelayanan kesehatan di posyandu adalah:
129. a) Dalam penduduk Rukun Warga (RW) tersebut paling sedikit terdapat
100 orang balita.
b) Terdiri dari 120 Kepala Keluarga.
c) Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa).
Persyaratan Pembentukan Posyandu:
130. d. Jarak antara kelompok rumah dan jumlah kepala keluarga dalam 1
tempat atau kelompok tidak terlalu jauh.
e. Lokasi/ letaknya :
1) Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
3) Dapat merupakan local tersendiri
4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk,
balai rakyat, pos RT/ RW atau pos lainnya.
Persyaratan Pembentukan Posyandu:
132. Tahap Penyelenggaraan Posyandu
Perencanan
1) Merencanakan Kegiatan
Kegiatan ini direncanakan bersama dengan kepala desa,
LKMD (seksi KB-Kes dan PKK) dengan bimbingan tim
Pembina LKMD tingkat kecamatan
133. Tahap Penyelenggaraan Posyandu
Perencanan
1) Merencanakan Kegiatan
• Perencanaan kegiatan meliputi hal-hal sebagai berikut
• Penyusunan tenaga pelaksana dan tugasnya
• Penyusunan jadwal kegiatan
• Penyusunan tempat kegiatan
• Cakupan keluarga dan sasaran
• Perlengkapan yang diperlukan
135. Tahap Penyelenggaraan Posyandu
Perencanan
3) Kader mengajak kelompok sasaran untuk datang ke
posyandu dengan cara pendekatan kelompok dengan
perorangan melalui tokoh-tokoh masyarakat dan alat
pemberitahuan lainnya
136. Tahap Penyelenggaraan Posyandu
Pelaksanaan
1) Mempersiapkan pelaksanaan
• Sehari sebelum pelaksanaan kegiatan di posyandu:
• Kader kembali memberitahu tahu kepada sasaran
• Kader menyediakan alat yang diperlukan
• Kader membagi tugas di antara mereka sendiri
137. Tahap Penyelenggaraan Posyandu
Pelaksanaan
1) Mempersiapkan pelaksanaan
Pada hari pelaksanaan, satu jam sebelum dimulai kader telah
menyiapkan semua alat-alat dan keperluan posyandu.
138. Tahap Penyelenggaraan Posyandu
Pelaksanaan
2) Melaksanakan kegiatan posyandu: penyuluhan kelompok,
pendaftaran sasaran, penimbangan bayi dan anak balita,
pemeriksaan ibu hamil, pemeriksaan ibu menyusui, dan
pasangan usia subur
139. Tahap Penyelenggaraan Posyandu
Pelaksanaan
Pasien (Ibu dan Anak)
Datang
MEJA 1MEJA 2MEJA 3MEJA 4MEJA 5
Pendaftaran,
pencatatan
sasaran
Pencatatan,
Pengisian KMS
Penimbangan
bayi dan balita
PenyuluhanPemberian
Tindakan
140. Perkembangan Posyandu
Posyandu pratama. Posyandu paratama adalah posyandu yang
belum mantap yang frekuensi penimbangannya kurang dari 8
kali per tahun. Kader aktifnya kurang dari 5 orang, pencapaian
cakupan 5 program < 50%, tidak ada program tambahan, serta
belum ada dana sehat
141. Perkembangan Posyandu
Posyandu madya. Posyandu pada tingkat madya sudah dapat
melaksanakan kegiatannya lebih dari 8 kali per tahun dengan
rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih, pencapaian cakupan 5
program <50%, belum ada program tambahan, serta belum ada
dana sehat
142. Perkembangan Posyandu
Posyandu purnama. Posyandu tingkat purnama adalah posyandu
yang frekuensi penimbangannya lebih dari 8 kali per tahun,
jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, pencapaian 5 program
>50%, sudah ada program tambahan, sudah ada dana sehat
<50% kepala keluarga
143. Selamat, Saudara telah selesai mempelajari kegiatan belajar 1
Modul Asuhan Kebidanan Komunitas
. Apakah Saudara telah mengerti dan memahami materi yang telah
dipelajari?
Jika sudah maka Saudara dapat melanjutkan Belajar Ke Kegiatan
Belajar Selanjutnya
Namun jika belum, pelajarilah kembali pada materi yang menurut
Saudara belum Saudara kuasai