1. DIGITAL NE WS PA PER
MUKJIZAT HAJI
LAHIR TANPA
DOKTER
hal
Spirit Baru Jawa Timur
surabaya.tribunnews.com
surya.co.id
2
| KAMIS, 7 NOVEMBER 2013 | Terbit 2 halaman
edisi pagi
Penetapan UMK
UPAH BURUH TERUS
MELONJAK
SURYA Online - Penetapan
Upah Minimum Kabupaten/
Kota (UMK) tiap tahun
terus bergolak. Buruh terus
menuntut kenaikan upah
seiring dengan kenaikan harga
yang juga terus melonjak.
Sementara Pemerintah belum
pernah memiliki formulasi jitu
untuk mengatasi pengupahan
ini, meski sudah membentuk
Dewan Pengupahan sebagai
meja musyawarah.
Akibatnya, setiap akhir
tahun, dimana penetapan UMK
harus dilakukan, selalu terjadi
demo buruh yang setiap tahun
terlihat semakin meningkat,
terutama jumlah pesertanya
dan dampak negatifnya. Tahun
2013 bahkan lebih miris lagi,
dengan ancaman mogok buruh
nasional. Duh, Gusti. Semakin
burukkah kondisi Negara kita?
Pemerintah, dalam hal ini
Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi mestinya
meluangkan sedikit waktunya
untuk memikirkan pengupahan nasional ini, agar situasi
yang mengerikan ini tidak
terus berlangsung setiap
tahun. Karena sejatinya
buruh juga manusia, yang
bisa diajak bicara, mengerti
dan punya perasaan. Karena
dampak dari situasi ini
sangat luas, terutama bagi
kelangsungan perekonomian
nasional, terutama dalam
upaya perbaikan ekonomi
nasional, menggaet investor,
baik dalam negeri dan laur
negeri. Padahal Bangsa
Indonesia diwarisi kekayaan
alam yang melimpah ruah.
Bisa dibayangkan bagaimana
jika sampai terjadi mogok
buruh secara nasional, maka
ekonomi Indonesia akan
lumpuh. Belum lagi kerawanan
sosial yang timbul akibat
join facebook.com/suryaonline
tindakan tersebut.
Untuk mengatasi hal ini,
Pemerintah, organisasiorganisasi buruh dan elemenelemen buruh sendiri juga
harus diajak berfikir dengan
penuh kesadaran terhadap
kelangsungan hidup berbangsa
dan bernegara.
Perlu dibuat mekanisme
pengupahan yang melibatkan
Pemerintah, Buruh dan Organiasi Buruh untuk merumuskan
formulasi bagaimana jalan
yang terbaik. Pemerintah harus
serius dengan menyiapkan formulasi dengan ditunjang data
kondisi riiil ekonomi, organisasi buruh juga harus menjadi
penengah yang bijaksana, tidak
hanya menjadi motor untuk
menggerakkan buruh saja.
Sementara buruh juga harus
menyadari kemampuan diri
masing-masing untuk mematok
harga kepintaran yang dimiliki
terhadap bidang kerja yang
diterima.
Kalau upah sebanding
dengan skill yang memadai
tentu tidak masalah karena
setiap sen adalah rupiah.
Bila upah yang harus dibayar
pengusaha untuk buruh dan
akhirnya buruh tersebut cuma
bermalas-malasan menuntut
gaji lebih besar tanpa didukung
kerja yang optimal dan sering
demo, bukan tidak mungkin
pengusaha mencari buruh lain,
ganti dengan mesin atau bahkan pergi dari Indonesia untuk
berinvestasi di negara lain.
Jika gaji buruh naik terus,
bukan tidak ada implikasi negatifnya karena suatu saat pada
titik nadirnya, maka pemuda
Indonesia akan berfikir dua kali
untuk melanjutkan sekolah keperguruan tinggi. Karena untuk
apa sekolah tinggi-tinggi, kalau
buruh gajinya lebih tinggi.
Tuntutan gaji tinggi bolehboleh saja asal diikuti dengan
peningkatan produktifitas
pekerja. Padahal kenyataan
tidak demikian adanya. Buruh
Indonesia produktifitasnya
kalah jauh dibanding dengan
buruh di Vietnam atau China.
Kecenderungan buruh akan
malas setelah diangkat
menjadi pegawai tetap, itulah
yang menjadi budaya Bangsa
Indonesia saat ini.
Kesadaran inilah yang harus
menjadi introspeksi buruh
Indonesia, sedang Pemerintah juga harus memangkas
ekonomi biaya tinggi seperti
banyaknya pungli serta memperbaiki infrastruktur sehingga
biaya-biaya dapat ditekan.
Pengusaha juga harus peka
terhadap buruh dan tidak pelit
untuk meningkatkan gaji buruh
lebih layak lagi sesuai harapan.
(wahjoe harjanto)
follow @portalsurya
2. 2
KAMIS, 7 NOVEMBER 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com
Mukjizat Haji 2013
MARWAH
LAHIR TANPA
DOKTER
SURYA Online - Ika Binti
Abdurrohman (43) lega, ibadah
hajinya telah selesai dan tidak
lama lagi dirinya akan kembali
ke Tanah Air. Aman, pikirnya,
hingga menjelang kepulangan
tidak ada yang mengetahui
kehamilannya.
Ia bisa pulang ke Bogor dengan membawa predikat hajjah
yang diidamkannya sekaligus
menanti kelahiran anak keempatnya yang diprediksi dokter
akan lahir Desember 2013.
Namun manusia berencana,
Tuhan yang menentukan.
Sehari sebelum jadwal kepulangannya ke Tanah Air, Sabtu
(26/10/2013), Ika melahirkan.
Karena takut, sebab sejak
awal baik petugas maupun
jemaah lainnya tidak ada yang
menyadari kehamilannya, Ika
memutuskan melahirkan di
kamarnya didampingi suami,
Jaman Bin Mismin (50).
Ketika kaki bayi itu nongol,
dengan percaya diri, mungkin
karena berpengalaman
melahirkan tiga anak sebelumnya, Ika meminta suaminya
untuk menarik keluar kaki
kecil itu. Untunglah sang suami
tidak berani. Normalnya, bayi
lahir keluar kepalanya dulu,
bukan kakinya. Bayi kecil itu
lahir sungsang. Maka gegerlah
pemondokan 610 Sektor 6 di
Misfalah, Makkah. Tidak ada
yang berani membantu persa-
join facebook.com/suryaonline
linan tersebut sebelum seorang
jemaah yang kebetulan adalah
dukun bayi bersedia membantu
dengan peralatan seadanya.
Tali pusar bayi, yang ternyata perempuan, itu dipotong
dengan gunting bekas tahalul
(memotong rambut setelah
berihram). Meski sungsang,
proses persalinan Ika, yang
terbilang tidak muda lagi dan
terakhir kali melahirkan 22
tahun lalu, dapat dikatakan
sangat lancar.
“Sejak awal sampai melahirkan sehat, tidak pernah
bersentuhan dengan masalah
kedokteran sehingga tidak terdeteksi juga kalau dia hamil.
Ketika proses lahir, kebetulan
dalam kloter itu ada dukun
bayi,” kata Kepala Sektor 6 Ali
Zakiyudin.
Ali menjelaskan, sejak awal
pihak sektor maupun kloternya
(Kloter JKS-14 Jakarta-Bekasi)
tidak tahu jika ada jemaahnya
yang sedang hamil. Kabar kelahiran bayi jemaah haji itu segera
menyebar, termasuk ke Balai
Pengobatan Haji Indonesia (BPHI)
yang kemudian mengambil ibu
dan anaknya itu untuk diperiksa
kesehatannya dan dirawat.
Marwah
Bayi mungil yang saat lahir
beratnya tidak sampai tiga
kilogram itu dinamai Makkiyah
Marwah. “Saya sendiri yang
memberi nama,” kata Ika
saat ditemui di BPHI Mekkah
sepekan setelah melahirkan.
Semula, katanya, anaknya
akan ia beri nama Siti Marwah.
Nama Marwah tercetus saat ia
beristirahat karena kelelahan
sai di Bukit Marwah. “Ternyata lahirnya di Mekkah, ya
sekalian saja dinamai Makkiyah
Marwah,” kata ibu empat anak
yang sudah memiliki cucu itu.
Makkiyah menggenapi
kebahagiaan Ika dan Jaman
yang sudah dikarunia tiga
anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Yang tertua berusia
28 tahun dan yang termuda
22 tahun. Sayangnya ketiga
kakak Makkiyah itu tidak bisa
segera bertemu adik mereka
karena terganjal dokumen
pemulangan. Subhanallah,
kelahiran Makkiyah Marwah
yang secara akal sehat ini tidak
mungkin terjadi, namun karena
kebesaran Yang Maha Kuasa,
maka semua bisa terjadi atas
kehendakNya. (antara)
follow @portalsurya