1. MEDIAKOM
Kementerian Kesehatan RI Info Sehat untuk Semua
ISSN1978-3523
EDISI37ISEPTEMBERI2012
Birokrasi LeletBirokrasi Lelet
Pangkas
Pejabat baru
Kementerian Kesehatan RI
Sulteng
mendunia dengan lindu
2.
3. ETALASE
SUSUNAN REDAKSI PENANGGUNG JAWAB: drg. Murti Utami, MPH, I REDAKTUR:
Dra. Hikmandari A, M.Ed, Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS I EDITOR/PENYUNTING Mulyadi,
SKM, M.Kes, Busroni S.IP, Prawito, SKM, MM, M.Rijadi, SKM, MSc.PH, Mety Setyowati, SKM, Aji
Muhawarman, ST, Resti Kiantini, SKM, M.Kes I DESAIN GRAFIS dan FOTOGRAFER: Drg. Anitasari
S.M, Dewi Indah Sari, SE, MM, Giri Inayah, S.Sos, Sumardiono, SE, Sri Wahyuni, S.Sos, MM, Wayang
MasJendra,S.Sn,Lu’ay,S.Sos,DodiSukmana,S.I.KomISEKRETARIAT:WaspodoPurwanto,Endang
Retnowaty, drg. Ria Purwanti, M.Kes, Dwi Handriyani, S.Sos, Dessyana Fa’as, SE, Sekar Indrawati,
S.Sos, Awallokita Mayangsari, SKM, Delta Fitriana, SE, Iriyadi, Zahrudin. IALAMAT REDAKSI: Pusat
Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI Blok A, Ruang 109, JL. HR. Rasuna Said
Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950 I TELEPON: 021-5201590; 021-52907416-9 I FAKS: 021-5223002;
021-52960661 I EMAIL: info@depkes.go.id, kontak@depkes.go.id I CALL CENTER: 021-500567
REDAKSI MENERIMA NASKAH DARI PEMBACA, DAPAT DIKIRIM KE ALAMAT EMAIL kontak@depkes.go.id
R
eformasi Birokrasi (RB), seringkali menimbulkan
salah persepsi dari sebagian karyawan. Diantaranya,
berkomentar , gara-gara“ RB”, jadi “Ribet”, sepadan
dengan ungkapan repot dan sulit. Sebab, setiap
karyawan, harus datang dan pergi tepat waktu. Tak
boleh terlambat datang dan pulang cepat sebelum waktu.
Akibatnya, berangkat lebih pagi dari biasanya dan pulang lebih
sore. Belum lagi, absen dengan menggunakan fingger print, tak
bisa nitip atau rapel.
Tidak cukup sampai disitu, keribetan terus berlangsung. Setelah
di kantor, kemudian mengerjakan apa. Adakah produk yang
dihasilkan atau hanya kejar absen semata. Ternyata, penerapan
RB yang benar, tidak cukup dengan absensi tepat waktu, tapi
harus dilengkapi dengan kinerja yang baik dan terdokumentasi.
Dokumentasi kinerja inilah yang juga harus dilakukan setiap hari
dalam catatan harian.
Di Kementerian Kesehatan, ada beberapa karyawan membuat
catatan harian secara mandiri. Catatan ini untuk memonitor, telah
mengerjakan apa saja selama di kantor. Kemudian catatan itu
diperiksa oleh atasan dan membubuhkan tanda tangan sebagai
persetujuan. Bahkan di Poltekkes Surabaya, institusi berinisiatif
memberikan buku catatan itu kepada setiap karyawan. Bagaimana
hasilnya. Belum berjalan seperti yang diharapkan. Ribet....!.
Mengapa ? belum terbiasa. Bisa, karena biasa. Jadi harus ada
pembiasaan. Sebagai contoh; biasa memberi pelayanan perizinan
tanpa batas waktu penyelesaian, sehingga sampai berbulan-bulan.
Kemudian dibiasakan dengan SOP yang disepakati, ternyata P2T
(Pusat Pelayan Terpadu) Provinsi Jatim di Surabaya dapat melayani
hanya butuh waktu 15 menit. Luar biasa...!
Hiruk pikuk mengenai pelaksanaan RB ini, kami ketengahkan
dalam rubrik media utama.
Selain itu, juga ada berita ringan tentang arus mudik,
penganugerahan kepada tenaga kesehatan teladan, pelantikan
pejabat Kemenkes, pertemuan Menkes Asian, Sail Morotai dan
berbagai artikel menarik lainnya. Tak ketinggalan rubrik lentera di
ujung perjalanan akhir mediakom. Selamat Menikmati.
Redaksi.
Ribet...!drg. Murti Utami, MPH
MEDIAKOM
Kementerian Kesehatan RI Info Sehat untuk Semua
ISSN1978-3523
EDISI37ISEPTEMBERI2012
Birokrasi Lelet
Pangkas
Pejabat Baru
Kementerian Kesehatan RI
5 Fakta
tentang Sulawesi Tengah
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 3
4. 58
Nadia
Hutagalung
SULTENG
Mendunia
dengan Lindu
34
PERTANYAAN:
Orang tua saya, Insya Allah akan menunaikan ibadah haji
pada tahun ini (1433), saya ingin menanyakan dimana
dapat diberikan suntikan imunisasi meningitis bagi Calon
Jemaah Haji dan apakah membayar untuk imunisasi
tersebut? Saya tinggal di Jakarta. Mohon informasinya.
Terima kasih.
JAWAB:
Imunisasi atau vaksinasi meningitis meningokokus sangat
penting diberikan kepada Calon Jemaah Haji Indonesia yang
akan berangkat keTanah Suci untuk mencegah penyakit
radang otak (meningitis meningokokus) yang sering
terjadi di Arab Saudi. Untuk Jamaah Haji biasa (reguler)
di Jakarta akan dilakukan secara kelompok (kolektif)
bersama-sama di Puskesmas Kecamatan yang ditunjuk
di DKI Jakarta sekaligus dengan pemeriksaan kesehatan
untuk mendapatkan Buku Kesehatan Jamaah Haji (BKJH
warna hijau). Sedangkan untuk Calon Jemaah Haji dengan
ONH Plus biasanya akan dikoordinir oleh Biro Perjalanan
(travel) yang mengelolanya. Namun bila Biro Perjalanan
yang mengelola tidak mengurusnya, Calon Jemaah Haji
secara mandiri melakukan pemeriksaan kesehatan sekaligus
vaksinasi meningitis di Puskesmas Kecamatan di DKI Jakarta
dimana bertempat tinggal. Ada beberapa Calon Jemaah
yang disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
rujukan ke rumah sakit yang ditunjuk.
Vaksin meningitis meningokokus disediakan tanpa
dipungut biaya (gratis) untuk Calon Jemaah Haji Indonesia
oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Kesehatan.
Vaksin yang disediakan adalah vaksin halal, sehingga Calon
Jemaah Haji tidak perlu kuatir kehalalannya.
Namun untuk pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk
Calon Jemaah Haji Indonesia akan dikenakan biaya sesuai
dengan Peraturan Daerah setempat untuk tarif retribusi
pelayanan kesehatan yang berlaku di fasilitas kesehatan
setempat seperti Puskesmas maupun Rumah Sakit. Ada
beberapa daerah yang menggratiskan biaya pemeriksaan
kesehatan, tetapi banyak daerah yang mengenakan tarif
retribusi pemeriksaan kesehatan.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi PusatTanggap
dan Respon Cepat (PTRC) pada nomor (kode lokal) 500567
atau ke Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan
Ri pada nomor (021) 5201590 pesawat 84701 atau ke
Puskesmas Kecamatan dimana bertempat tinggal.
SURAT
PEMBACA
Demi Kemenkes yang
lebih baik
18
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM4
5. DAFTAR ISI
INFO SEHAT
Kebiasaan ngemil berlebihan
Makanan sumber kesehatan
sekaligus penyakit
Olahraga penunjang kesehatan
Gaya Hidup menentukan kesehatan
STOP PRESS
Kemenkes dukung Sail Morotai
Napak Tilas Keluarga besar
di Kemenkes RI
Pejabat baru Kemenkes RI
Mengenang Jasa
Alm. Soewardjono Soerjaningrat
Sayangi pendengaran kita
sejak dini
Pesan Menkes untuk pemudik
lebaran 2012
The 5th Asean Plus Three Health
Ministers Meeting
MEDIA UTAMA
Demi Kemenkes yang lebih baik
Setiap produk izin 15 menit “kelar”
RB untuk birokrasi bersih,
kompeten dan melayani
Menemukan kejujuran
Pangkas birokrasi lelet
Zona Korupsi:
Dulu, kini dan masa mendatang
Bekerja itu kehormatan
Poltekkes bersih dan bermartabat
Kejujuran investasi bangsa
6-8
9-17
18-35
36-49
40-45
46-57
58-60
62-63
64-67
68-71
RAGAM
Malaria berdampak multidimensi
Desa dan keluarga siaga aktif
mempermudah layanan kesehatan
RPP Tembakau melindungi
kesehatan masyarakat
KOLOM
Sehat dan geobudaya Indonesia
Benang kusut
kasus pabrik vaksin flu burung
DAERAH
SULTENG:
Mendunia dengan Lindu
5 fakta tentang Sulawesi Tengah
Palu Gada di pusat Sulawesi
Eksis dengan UPT
Dicari pasukan pawang malaria
Dari Donggala untuk Schisto
SIAPA DIA
RESENSI
POTRET
Kultur Masyarakat Papua
sudah lebih baik
LENTERA
Ujian Tesis di Halte UI
Galau
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 5
6. INFO SEHAT
K
ebiasaan ngemil adalah gaya hidup hidup modern yang
kurang baik. Sebagian orang mengemil dengan niat
mendapatkan makanan tambahan di sela-sela waktu
makan kita. Tapi, sebenarnya tubuh tak membutuhkan
cemilan seperti ini. Kebiasaan ngemil ini menjadi
pendukung tidak sehatnya tubuh kita karena jenis makanan yang
kita konsumsi adalah makanan yang tidak menyehatkan dan kita
makan makanan tersebut dalam porsi yang berlebihan.
Contoh makanan yang biasa kita makan sebagai cemilan adalah
makanan ringan seperti snack yang banyak mengandung
penyedap rasa, pewarna dan pemanis buatan serta bahan
pengawet.
Memang dirasakan makanan ini sangat enak. Dan kebiasaan
ngemil kita menjadi tak terasa bahwa kita telah makan dalam
porsi yang banyak karena kebiasaan ngemil ini kita lakukan sambil
melakukan aktivitas kita yang lain seperti sambil menonton TV,
membaca buku atau browsing di internet.
Kebiasaan ngemil ini memang tidak menyehatkan tubuh kita.
Itulah beberapa hal tentang kebiasaan makan kita yang biasa
kita lakukan. Hal-hal tersebut sangatlah bertentangan dengan
pengertian pola hidup sehat yang seharusnya kita terapkan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa kita terapkan menjadi
kebiasaan makan kita yang sesuai dengan pengertian pola hidup
sehat :
1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi tinggi dan
nutrisi yang bervariasi
2. Tidak gemar makan di luar rumah atau jajan. Lebih baik
memasak makanan sendiri sehingga kita dapat mencermati
dan mengawasi bahan-bahan apa yang dimasukkan
dalam makanan kita. Jika kita tak memiliki kegemaran atau
kemampuan untuk memasak, kita dapat meminta seseorang
atau ibu kita untuk memasakan makanan untuk kita.
3. Jika kita memang gemar untuk ngemil maka kita ngemil
makanan yang bergizi seperti buah-buahan atau kue yang
mengandung nilai lemak yang rendah.
4. Mengisi lemari es kita dengan aneka makanan yang
bergizi dan mengandung cukup nutrisi untuk tubuh. Hal
ini dimaksudkan jika ada keinginan untuk ngemil atau
memasak makanan maka bahan-bahan yang kita butuhkan
dan tersimpan di dalam lemari es kita adalah bahan-
bahan yang menyehatkan. Maka mau tak mau kita akan
menggunakan bahan-bahan tersebut.
Empat hal di atas adalah beberapa contoh dalam kebiasaan
makan yang menerapkan pengertian pola hidup sehat. Kita bisa
menambahkan hal-hal lain yang biasa kita temui di keseharian
kita.
Kebiasaan
ngemilberlebihan
Pola hidup sehati sudah menjadi
kebutuhan pada zaman sekarang.
Sebab, tanpa menerapkan pola
hidup sehat, seseorang akan
hidup lebih singkat dibandingkan
dengan orang lain yang
menerapkan pola hidup sehat.
Artinya, umurnya akan berada di
bawah rata-rata orang Indonesia.
Tapi seperti apa pola hidup sehat
itu?
Pola hidup sehat itu sudah
menjadi gaya hidup. Jadi, pola
hidup sehat adalah gaya hidup
dengan memperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhi
kesehatan tubuhnya secara
langsung maupun tidak
langsung, antara lainmemilih
makanan sehat dan olahraga
secara teratur. Gaya pola hidup
sehat ini dapat kita terapkan
dalam kehidupan kita sehari-hari.
Jadi, dari pengertian di atas,
terlihat bahwa pola hidup sehat
berkaitan dengan suatu pola atau
gaya hidup yang diterapkan oleh
seseorang dalam kehidupannya.
Karena disebut sebagai pola
hidup sehat maka pola hidup ini
mengutamakan aspek kesehatan
dalam segala hal yang dimakan
atau dilakukan oleh yang
menerapkannya.
Bisa dikatakan bahwa gaya hidup
seseorang akan mempengaruhi
tingkat kesehatannya. Atau,
kesehatan seseorang 100% akan
tergantung pada gaya hidupnya.
Misalnya, jika seseorang suka
merokok atau minum-minuman
keras, tentu saja itu bukan pola
hidup sehat, dan orang itu
berpotensi terserang penyakit
dari efek buruk merekok dan
mnuman keras.
Pola hidup sehat erat
kaitannya dengan hal-hal
yang menyebabkan tubuh kita
menjadi sehat. Hal ini berkenaan
dengan makanan yang kita
konsumsi, olah raga yang
harusnya rutin kita lakukan, serta
gaya hidup lain yang menunjang
tubuh kita untuk menjadi sehat
dan bugar
Pengertian pola hidup sehat
6 EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM
7. F
akta menunjukkan bahwa orang yang hidup di zaman
dulu memiliki tubuh yang sehat. Padahal, waktu itu
belum ada teori mengenai pengertian pola hidupsehat
. Anehnya, mereka justru jarang terkena penyakit dan
berusia relatif lebih panjang ketimbang manusia masa
kini.
Sebaliknya, di zaman modern seperti sekarang ini, banyak orang
meninggal di usia muda dengan perbagai komplikasi penyakit.
Menurut data WHO, tujuh puluh persen kematian dini disebabkan
oleh penyakit jantung stroke, kanker, dan diabetes. Separuh dari
jumlah tersebut terkait dengan pola makan yang buruk.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jika tidak menerapkan pola hidup
sehat –terutama dalam pola makan modern-- merupakan pemicu
utama timbulnya penyakit degeneratif seperti kanker, serangan
jantung, stroke, dan sebagainya. Beberapa pola makan modern
yang tidak sesuai dengan pengertian pola hidup sehat antara lain:
Terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat dan lemak serta kurang
mengonsumsi serat. Beberapa jenis makanan yang ada kadang
memang tidak mencukupi nilai gizi dan nutrisi yang dibutuhkan
tubuh kita. Terlebih kebanyakan dari kita tidak memiliki
pengetahuan dan informasi yang cukup tentang aneka makanan
dengan kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh kita.
Karena makanan pokok masyarakat Indonesia adalah nasi maka
kebanyakan dari kita sudah merasa“kenyang”bila makan nasi.
Sedangkan nasi adalah sumber makanan yang mengandung
karbohidrat. Sehingga penduduk Indonesia memiliki potensi akan
“kelebihan”karbohidrat jika terlalu banyak mengkonsumsi nasi.
Anggota masyarakat kita juga terlalu banyak menelan makananan
yang mengandung lemak.Bagi sebagian warga memang
jenis makanan berlemak ini memiliki rasa yang lebih enak
dibandingkan dengan jenis-jenis makanan lain.
Selain berlemak, kita masyarakat Indonesia juga menyukai
makanan yang berminyak atau yang dimasak dengan cara
digoreng. Jenis makanan ini jika kita konsumsi secara berlebihan
tentu akan memberikan dampak buruk kepada tubuh kita.
Dengan makan makanan yang banyak mengandung lemak dan
berminyak maka akan memicu darah kita untuk mengandung
banyak kolesterol. Kolesterol yang berlebihan akan sangat
berbahaya karena akan menghambat aliran darah.
Sering menyantap fast food (makanan cepat saji) yang banyak
mengandung pengawet, penyedap rasa, lemak, dan kalori
kosong. Saat ini banyak bermunculan jenis makanan cepat saji.
Bahkan makan makanan seperti ini telah menjadi sebuah tren
dalam masyarakat kita. Beberapa jenis makanan cepat saji yang
biasa kita temui antara lain seperti mie instant, burger, pizza, atau
yang lainnya.
Walaupun makanan cepat saji ini dinilai praktis untuk dimakan
dan lebih terasa enak namun sejatinya makanan seperti ini tidak
mengandung nilai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Juga tidak
mengandung kalori yang cukup yang dibutuhkan tubuh untuk
melakukan aktivitasnya.
Selain makanan cepat saji, banyak sekali jenis makanan yang
mengandung bahan-bahan berbahaya seperti bahan pengawet,
penyedap rasa atau pun pemanis buatan. Bahan-bahan ini
digunakan baik secara legal atau pun illegal sebagai pencampur
dalam makanan kita.
Bahan-bahan ini memang akan memberikan rasa yang lebih lezat
pada makanan yang kita makan atau akan membuat makanan
dapat bertahan lebih lama. Namun jika penggunaannya melebihi
ambang batas nilai kebolehannya atau digunakan secara
sembarangan tentu akan merusak kesehatan tubuh kita.
Makanan,
sumber kesehatan
sekaligus penyakit
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 7
8. INFO SEHAT
Pengertian pola hidup
sehat kita juga tercermin
dalam gaya hidup yang
kita miliki. Gaya hidup
juga menentukan tingkat
kesehatan anda. Beberapa
gaya hidup yang dapat
merusak kesehatan Anda:
Merokok, konon, ada
4000 macam racun
yang terkandung dalam
sebatang rokok. Racun-
racun yang utama adalah
zat kimia, nikotin, tar,
timah hitam, dan gas
karbonmonoksida.
Minum Minuman
Keras,mengonsumsi
minuman keras dapat
menimbulkan gangguan
kesehatan.
Dampak negatif minuman
beralkohol bahkan
mengalahka n dampak
negatif narkoba, segudang
efek buruk mengonsumsi
mengkonsumsi
minuman keras, berupa
gangguan tenggorokan
dari mulai radang,
pendarahan, hingga yang
terburuk adalah kanker
tenggorokan.
Selain itu, minuman
beralkohol juga
mengakibatkan radang
pankreas, wasir, liver,
gangguan pencernaan,
gangguan pernafasan,
serta berbagai penyakit
lain yang berujung pada
kematian.
S
etelah makanan,
olahraga juga
menentukan tingkat
kesehatan kita.
Olahraga menjadi salah
satu ciri dalam pengertian
pola hidup sehat kitayang
selanjutnya. Orang yang gemar
berolahraga akan memiliki
daya tahan tubuh yang lebih
baik, sehingga jarang terkena
serangan penyakit.
Di samping itu, ada beberapa
manfaat olahraga yang
lain yang sesuai dengan
pengertian pola hidup sehat,
yaitu:
1. Aktivitas olahraga dapat
memperlancar aliran
darah ke otak. Ini diyakini
akan meningkatkan
daya pikir serta
menghindarkan diri dari
lemot (lemah otak).
2. Dengan berolahraga
secara teratur,
metabolisme ginjal-
dan-saluran-kemih, dan
regenerasi sel-sel tubuh
kita akan terjadi lebih
cepat, sehingga kita jadi
awet muda.
3. Olahraga teratur dengan
cara yang tepat akan
menjaga postur tubuh
kita tetap langsing dan
terhindar dari tumpukan
lemak sumber penyakit.
4. Wajah awet muda dan
tubuh langsing karena
rajin berolahraga
membuat rasa percaya
diri kita meningkat.
Olahraga
penunjang kesehatan
Gaya hidup
menentukan
kesehatan
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM8
9. STOP PRESS
Kemenkes
Dukung Sail Morotai
S
etelah sukses dengan Sail Bunaken (2009), Sail Banda
(2010) dan Sail Wakatobi- Belitong (2011), tahun
ini diselenggarakan Sail Morotai. Seperti tahun-
tahun sebelumnya, Kemenkes berpartisipasi dalam
mendukung kegiatan ini. Kemenkes bekerjasama dengan TNI-AL
menyelenggaraan Bakti Sosial Operasi Surya Baskara Jaya (SBJ).
Selasa (28/8), Menteri Kesehatan RI diwakili Dirjen Bina Upaya
Kesehatan dr. Supriyantoro mendampingi Menko Kesra HR. Agung
Laksono melepas Tim Ekspedisi Kesejahteraan Rakyat Nusantara
(EKN) dan Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari (LNRPB)
di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Kegiatan ini dilakukan dalam
rangka mendukung Sail Morotai tahun 2012, di Provinsi Maluku.
Bentuk dukungan Kemenkes pada Sail Morotai 2012 adalah
dengan mengirimkan 2 ton MP-ASI dan bahan-bahan penyuluhan
dalam kegiatan EKN. MP-ASI tersebut akan diberikan saat bakti
sosial kepada masyarakat di 7 pulau yang akan dilalui, yaitu P.
Maumere, P. Lembata, P. Buru, P. Morotai, P. Marampit, P. Marore,
dan P. Balabalakang.
Kemenkes menyertakan 8 tenaga medis yang akan memberi
penyuluhan selama 30 hari berlayar dalam kegiatan LNRPB.
Penyuluhan yang akan disampaikan antara lain tentang HIV/AIDS,
pencegahan penyakit menular seperti DBD dan Flu Burung, dan
bahaya rokok. Tidak hanya dari Indonesia, kegiatan LNRPB juga
diikuti 26 remaja dari luar negeri seperti Jepang, Australia, Timor
Leste, Amerika dan negara-negara ASEAN. Adapun rute yang akan
dilalui dalam LNRPB adalah Jakarta, Ambon, Sorong, Rajaampat,
Morotai, Ternate, Makassar, Jakarta.
Untuk mendukung kegiatan bakti sosial SBJ, Kemenkes
mengirimkan 2 unit RS Bergerak, 3 unit ambulans, 1 unit
Puskesmas keliling (Pusling) perairan, 2 unit alat gawat
darurat, 3 unit Pusling roda empat, 4 unit alat kesehatan, 1
unit USG, 90 unit velbed, 3 tenda pelayanan kesehatan, obat-
obatan, 2 ton MP-ASI melalui KRI Soeharso, dll.
Kemenkes juga memberikan dukungan berupa asistensi
gawat darurat, pengiriman dokter ahli serta perawat mahir,
sosialisasi masalah kesehatan, kegiatan survey vektor dan
penyuluhan pengendalian penyakit menular dan penyehatan
lingkungan, pemberdayaan masyarakat, pelayanan kesehatan
di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK).
Pada kesempatan itu juga dilakukan pelayanan kesehatan
yang diisi dengan pelayanan KB, pelayanan kesehatan gizi
bagi ibu hamil, bayi dan Balita, pelayanan penyakit (TBC,
Malaria, Diare, Kecacingan), dan operasi (katarak, bibir
sumbing, dan operasi elektif yang mungkin).
Selain pengobatan dan penyuluhan, Kemenkes juga
melakukan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui
pelatihan kader, pemantauan kesehatan oleh kader dan
penggerakan masyarakat melalui desa siaga yang telah ada.
Puncak acara Sail Morotai berlangsung tanggal 15 September
2012 yang diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono. Adapun tema acara sail tahun 2012 ini adalah
“Menuju Era Baru Ekonomi Regional Pasifik”.
(Pra, Desy)
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 9
10. STOP PRESS
S
enin sore yang cerah, 23 Juli 2012, Kementerian
Kesehatan yang diwakili oleh Bapak Broto Wasisto
dan Ibu Dyah dari Pusat Komunikasi Publik, menerima
kunjungan anak dan cucu Prof. DR. GA. Siwabessy yang
bermukim di Amerika Serikat yang sedang melakukan
napak tilas. Memang hampir semua dari 6 putera-puteri Prof.
DR. GA. Siwabessy, yaitu Amakora Siwabessy, Bara L. Siwabessy.
Gerhard S. Siwabessy, Inagama G. Siwabessy, Latino P. Siwabessy
dan Dwinatuni Siwabessy; melanjutkan studi di luar negeri dan
kemudian berkeluarga di sana.
Bagi Prof. DR. GA. Siwabessy, pendidikan setinggi-tingginya
adalah nomor satu. Beliau sangat percaya bahwa pendidikan
adalah satu-satunya alat yang ampuh untuk merubah suatu
tatanan masyarakat yang lebih baik. Itu sebabnya saat menjabat
sebagai Menteri Tenaga Atom Nasional dan Menteri Kesehatan,
beliau banyak mengirim putera-puteri bangsa untuk belajar di
luar negeri dan kembali untuk membangun bangsa Indonesia.
Sejak muda beliau sendiri juga sudah berjuang meninggalkan
kampung halaman di desa Ulath di Kepulauan Maluku untuk
menuntut pendidikan tinggi ke tanah Jawa, bahkan sampai ke
luar negeri. “Pendidikan tinggi bagi banyak pemuda pada masa
penjajahan tidak mungkin diikuti tanpa beasiswa … Beta termasuk
salah seorang yang pernah menerima beasiswa pemerintahan
Hindia Belanda karena memenuhi syarat-syarat tersebut …” begitu
tulis Prof. DR. GA. Siwabessy dalam memoarnya yang berjudul
“Upuleru”. Lewat pendidikan, beliau bukan hanya berhasil
menjadi seorang dokter yang terhormat, tetapi Prof. DR. GA.
Siwabessy yang visioner juga berhasil membangun tatanan
masyarakat baru Indonesia yang lebih bermartabat.
Tahun 1962 Presiden Sukarno meresmikan berdirinya Badan
Tenaga Atom Nasional (BATAN) yang berada langsung di bawah
Presiden. Prof. DR. GA. Siwabessy sebagai Direktur Jenderal
BATAN pertama kemudian diangkat sebagai Menteri Tenaga
Atom Nasional pada 1965. Untuk jasa-jasanya yang sangat luar
biasa memajukan tenaga atom di Indonesia, seperti membangun
reaktor nuklir dan banyak penelitian penting lainnya, Prof. DR. GA.
Siwabessy - yang sering disebut sebagai Bapak Atom Indonesia-
dianugerahi Bintang Mahaputera Utama pada 5 Desember
1968 oleh Presiden Soeharto. Nama beliau juga diabadikan
oleh negara pada sebuah reaktor nuklir terbesar di Asia Tenggara
berkekuatan 30 MW yaitu Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy
(RSG GAS), berlokasi di Serpong, Tangerang, Jawa Barat, yang
diresmikan Presiden Soeharto pada 20 Agustus 1987.
NAPAK TILAS
Atas permintaan Presiden Sukarno, Siwabessy kemudian
menjabat Menteri Kesehatan pada 1966 dan tugas ini diembannya
hingga 29 Maret 1978 semasa pemerintahan Presiden Soeharto.
Selama menjabat sebagai Menteri Kesehatan (periode thn 1973
– 1978), Prof. DR. GA. Siwabessy juga merangkap sebagai Ketua
Tim Dokter Pribadi Presiden. Pada masa itu banyak sekali program
konkret yang telah beliau lakukan dalam lingkup kesehatan.
Dalam buku “Sejarah Pembangunan Kesehatan Indonesia”,
dituliskan bahwa Prof. DR. GA. Siwabessy adalah peletak fondasi
pembangunan kesehatan nasional.
Dengan melakukan kerjasama lintas multidisplin ilmu dan lintas
departemen, Prof. DR. GA. Siwabessy banyak sekali melakukan
terobosan di bidang kesehatan sehingga mendapatkan banyak
penghargaan dari dalam dan luar negeri. Kerja keras ini tentunya
tidak terlepas dari keluwesan diplomasi Prof. DR. GA. Siwabessy
dengan para sahabatnya yang berada di luar negeri dan juga
dengan berbagai organisasi Internasional; baik organisasi yang
tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) seperti
World Health Organization (WHO), United Nations Children’s
Fund (UNICEF), United Nations Development Programme
(UNDP), maupun yang lainnya seperti United States Agency for
International Development (USAID) dan Medicare (menyangkut
perawatan kesehatan), lembaga-lembaga yang banyak
memberikan bantuan teknis maupun keuangan. Untuk jasa-
jasanya di bidang kesehatan, Prof. DR. GA. Siwabessy dianugerahi
Bintang Mahaputera Adipradana pada 10 Maret 1973 oleh
Presiden Soeharto.
Kunjungan napak tilas keluarga besar Prof. DR. GA. Siwabessy
bukan hanya berguna bagi para cucu beliau yang lahir dan
besar di Amerika Serikat, namun juga bagi bangsa Indonesia
untuk meneruskan perjuangan beliau memajukan kesehatan di
Republik Indonesia.
Dra. Mutiara Siwabessy MBA.
(Salah satu cucu)
PROF. DR. GERRIT AUGUSTINUS SIWABESSY
Keluarga besar Di Kementerian Kesehatan RI
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM10
11. M
enteri Kesehatan, dr.
Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH,
melantik 18 pejabat Eselon
II baru di lingkungan kerja
Kementerian Kesehatan di
Jakarta (29/8). Hadir dalam acara tersebut
para pejabat Eselon I dan Eselon II di
lingkungan Kementerian Kesehatan, para
pejabat yang sudah purna tugas serta
para istri dan suami dari pejabat yang baru
dilantik.
Para pejabat yang dilantik adalah dr.
Donald Pardede, MPPM sebagai Kepala
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
Kesehatan, Badan PPSDM Kesehatan;
dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes sebagai
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
I Medan, Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
yang dilantik adalah dr. Alida Lienawati,
M.Kes (MMR) sebagai Direktur Utama
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten; dr.
Stephani maria Nainggolan, M.Kes sebagai
Direktur Keuangan RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta; Syamsudin Angkat, SH, SE
sebagai Direktur Umum dan Operasional
Pejabat Baru
Kemenkes RIRSUP H. Adam Malik Medan; dr. Rita
Rogayah, Sp. P sebagai Direktur Medik
dan Keperawatan RSPI Prof. Dr. Sulianti
Saroso Jakarta; dr. Hikmat Wangsaatmadja,
Sp.M, M.Kes, MM sebagai Direktur Utana
Rumah Sakit Cicendo Bandung; Drs.
Amir Hamzah Mauzzy, Apt. MM. MARS
sebagai Direktur Keuangan Rumah Sakit
Jantung dan Pembuluh Darah Harapan
Kita Jakarta; dr. Tri Wisesa Soetisna,
Sp.B(K) BTKV sebagai Direktur Medik dan
Keperawatan Rumah Sakit Jantung dan
Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta;
dr. Kamal Ali Parengrengi, M.Kes sebagai
Direktur Utama Rumah Sakit Dr. Tadjuddin
Chalid Makassar; Dr. dr. H. Heriyadi Manan,
Sp.OG(K) sebagai Direktur Utama Rumah
Sakit Kusta Dr. Rivai Abdullah Palembang;
drg. Liliana Lazuardy, M.Kes sebagai
Direktur Utama Rumah Sakit Kusta Dr.
Sitanala Tangerang.
Pada Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak dilantik dr.
Kuwat Sri Hudoyo, MS sebagai Sekretris
DIrektorat Jenderal Bina Gizi dan dan
Kesehatan Ibu dan Anak serta dr. Asjikin
Iman Hidayat Dachlan, MHA sebagagi
Direktur Bina Kesehatan Kerja dan
Olahraga.
Direktorat Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan dilantik Drs. Bayu Teja
Muliawan, Apt., M.Pharm, MM sebagai
Direktur Bina obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan; Dra Engko Sosialine
Magdalene, Apt., M.Bio Med sebagai
Direktur Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian; Dra. R. Dettie Yuliati, Apt.,
M.Si sebagai Direktur Bina Pelayanan
Kefarmasian; dan drg. Arianti Anaya,
MKM sebagai Direktur Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan. ( Pra, Desy)
Menkes dr. Nafsiah Mboi, Sp.A., MPH berfoto bersama dengan pejabat yang baru dilantik, September 2012
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 11
12. STOP PRESS
M
enkes dua periode (1978-
1988) Soewardjono
Soerjaningrat, wafat pada
21 Agustus 2012 dalam
usia 89 tahun. Almarhum
yang lahir di Purwodadi tanggal 3 Mei
1923, merupakan kerabat kraton Paku
Alam. Almarhum dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta (21/8)
Almarhum Soewardjono dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
(21/8) secara militer. Suasana haru pun
menyelimuti upacara pemakaman yang
dipimpin langsung Menkes dr. Nafsiah
Mengenang Jasa
Alm. SOEWARDJONO SOERJANINGRAT
Mboi. Hadir pada upacara tersebut Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Linda Gumelar, BJ.
Habiebie, keluarga almarhum, teman, dan
para pejabat tinggi negara lainnya.
Berbagai catatan sejarah keberhasilan
pembangunan kesehatan berhasil
ditelurkan almarhum semasa hidupnya.
Sebagian program kerjanya (1978–1983)
adalah melanjutkan kebijakan Menteri
sebelumnya seperti merealisasikan
rencana pembentukan Puskesmas di
seluruh kecamatan dan melanjutkan
pembangunan infrastruktur kesehatan
nasional. Almarhum Soewardjono
menggabungkan berbagai pos pelayanan
kesehatan di desa menjadi posyandu
(Pos Pelayanan Terpadu) sehingga
memudahkan koordinasi dan mencegah
tumpang-tindih program kerja antarpos
pelayanan kesehatan yang ada di desa-
desa. Ia juga mendirikan lembaga PKMD
(Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa) yang difungsikan sebagai penggerak
utama program berperilaku sehat.
Sejumlah kerja sama lintas sektoral juga
diciptakan almarhum Soewardjono
untuk menyukseskan program imunisasi
Prosesi pemakaman almarhum Soewadjono Soerjaningrat diTaman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta.
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM12
13. kesatuan upaya kesehatan untuk seluruh
penduduk dengan peran serta masyarakat
yang mencakup upaya peningkatan
(promotif), pencegahan (preventif),
penyembuhan (kuratif), dan pemulihan
(rehabilitatif), yang bersifat menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan.
Kinerja Soewardjono selama memimpin
Departemen Kesehatan dipandang
baik oleh Presiden Soeharto sehingga
ia diangkat kembali sebagai Menteri
Kesehatan dalam Kabinet Pembangunan
IV periode berikutnya. Pada masa
jabatan kedua (1983-1988), Almarhum
Soewardjono memulai gerakan antirokok.
Kebijakan itu, tentu saja, ditentang
produsen rokok dan petani tembakau
serta berbagai pihak yang memperoleh
keuntungan dari perdagangan rokok.
Secara terbuka, ia mengampanyekan
gerakan antirokok karena dapat
merugikan kesehatan.
Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran,
almarhum Soewardjono berkarier
sebagai anggota TNI-AD (Tentara
Nasional Indonesia Angkatan Darat). Pada
1946, mengepalai Bagian Organisasi/
Perencanaan Resimen VI Cikampek /
Divisi Siliwangi Jawa Barat. Empat tahun
kemudian almarhum bertugas sebagai
staf medis RSPAD (Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat) di Jakarta. Soewardjono
bertugas di RSPAD selama 8 tahun.
Pada 1958 dokter ahli kebidanan dan
penyakit kandungan ini diangkat menjadi
Kepala Bagian Kebidanan dan Penyakit
Kandungan Rumah Sakit Dustira di Cimahi,
Jawa Barat. Tiga tahun kemudian diangkat
sebagai Kepala BKKBN (Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional), suatu
lembaga pemerintah nondepartemen
nasional untuk TBC paru, campak,
radang tenggorokan dan polio. Untuk
melestarikan hasil imunisasi tersebut,
Almarhum mendorong masyarakat
menciptakan pola hidup sehat.
Pada 1980, Almarhum Soewardjono
Soerjaningrat menggagas perlunya
merumuskan Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) yang menjadi falsafah dasar dan
dapat memberi arah pembangunan
kesehatan di Indonesia. Melalui SKN,
upaya kesehatan yang semula berupa
penyembuhan penderita, secara
berangsur-angsur berkembang ke arah
yang bertugas melaksanakan program
keluarga berencana yang dirintis PKBI
(Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia) sejak 1957.
Pada 1968 Presiden Soeharto
memerintahkan Menteri Kesejahteraan
Rakyat untuk merumuskan kembali
rencana pembentukan keluarga
berencana sesuai dengan deklarasi PBB
mengenai kependudukan dunia. Menteri
Kesejahteraan Rakyat segera membentuk
LKBN (Lembaga Keluarga Berncana
Nasional) diketuai Ny. H. Roesiah Sardjono,
SH. Presiden Soeharto membubarkan
LKBN dan membentuk BKKBN dan
menunjuk almarhum Soewardjono
sebagai Kepala BKKBN yang pertama
selama dua belas tahun.
Sejak 1978 jabatan Kepala BKKBN
dirangkapnya dengan jabatan Sekretaris
Jenderal Departemen Kesehatan
maupun kemudian sebagai Menteri
Kesehatan. Ia melepaskan Kepala BKKBN
pada 1982, setahun menjelang Kabinet
Pembangunan III berakhir. Di bawah
pimpinan Soewardjono, program Keluarga
Berencana mengalami kemajuan pesat
sehingga pemerintah Indonesia dinilai
sangat berhasil dalam mengendalikan
jumlah pertambahan penduduknya.
Dua bintang penghargaan dianugerahkan
oleh pemerintah Republik Indonesia
kepada almarhum, yakni Bintang
Mahaputera Utama III pada 1977 dan
Bintang Mahaputera Adipradana II pada
1982. Tiga tahun kemudian memperoleh
penghargaan dari President World Health
Assembly WHO di Jenewa, Swiss. Pada
1986 ia diangkat menjadi President World
Health Assembly. ( Pra, Desy)
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 13
14. STOP PRESSSTOP PRESS
Pos pelayanan kesehatan
arus mudik
di lebak bulus jakarta
Pada arus balik Lebaran 2012, terminal Lebak Bulus
Jakarta sudah menyediakan pos kesehatan di bawah
koordinasi Puskesmas setempat. Satu unit ambulans
juga disiagakan untuk mengantisipasi adanya kasus
rujukan agar dapat segera dikirim ke rumah sakit
terdekat. Demikian pernyataan Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Prof. Tjandra Aditama saat pantau arus balik di terminal
Lebak Bulus Jakarta.
ProfTjandra Aditama (baju coklat dan bertopi) ketika memantau arus balik lebaran.
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM14
15. S
elain pos kesehatan, mulai tahun ini,
terminal lebak bulus menyediakan
ruangan khusus ibu menyusui.
Namun diharapkan agar di luar
musim lebaran, ruangan ibu
menyusui ini tetap dapat dibuka, ujar Prof.
Tjandra.
Dalam musim lebaran, dilakukan pemeriksaan
bagi supir dan pemeriksaan kebersihan,
meliputi ruang tunggu, pelataran parkir
kendaraan,toilet dengan air yang mengalir di
terminal Lebak Bulus Jakarta (23/8).
Arus mudik di terminal Lebak Bulus pada
2012 mengalami peningkatan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Pada puncak
arus mudik, terminal Lebak Bulus
memberangkatkan 27.112 penumpang
(2012), sedangkan pada tahun sebelumnya
memberangkatkan 26.034 penumpang (2011).
Berdasarkan data Posko Mudik Lebaran Ditjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kemenkes RI, hingga 23
Agustus 2012 pukul 07.00 WIB, tercatat 4.631
kunjungan masyarakat yang memanfaatkan
Pos Kesehatan (Poskes) Dinas Kesehatan
dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di
sepanjang jalur mudik.
Prof. Tjandra
menyampaikan lima
pesan kesehatan
menghadapi arus balik,
yaitu:
1) Persiapkan diri dengan
baik, istirahat dan tidur
yang cukup diperlukan
sebelum mengemudi.
2) Siapkan makanan dan
minuman untuk di
perjalanan. Bila ingin
membeli di jalan, maka
perhatikan kebersihannya.
Ingatlah bahwa diare dan
sakit perut merupakan
salah satu keluhan dari
para pemudik.
3) ISPA merupakan salah
satu penyakit utama pada
arus mudik tahun ini.
Karenanya, tutuplah mulut
ketika batuk di tempat
keramaian (pelabuhan/
stasiun misalnya). Selain
itu, juga sedapat mungkin
jangan tertular dari mereka
yang sedang terinfeksi
batuk-pilek.
4) Cek kendaraan agar aman
di jalan. Kecelakaan lalu
lintas dapat terjadi karena
4 hal yaitu Pengemudi
yang lelah, mengantuk,
tidak mematuhi rambu;
Kendaraan karena kondisi
tidak baik; Situasi jalan; dan
Keadaan cuaca
5) Kembali mengatur pola
makan agar sehat dan
seimbang; lakukan olah
raga secara teratur;
bila perlu lakukan cek
kesehatan/laboratorium,
untuk melihat
kemungkinan dampak
kelelahan mudik & balik
serta pola makan beberapa
hari ini yang tidak
terkontrol baik. (pra, desy)
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 15
16. K
epada seluruh pemudik, Menkes
menganjurkan untuk memeriksa
kesehatan sebelum melakukan
perjalanan agar fisik tetap prima,
mempersiapkan makanan
dan minuman yang bersih dan sehat
secukupnya, dan beristirahat yang cukup
saat melakukan perjalanan.
“Bagi para pengemudi khususnya,
jangan lupa siapkan obat-obatan untuk
pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K) dan beristirahat setiap 4 jam sekali.
Selain itu, patuhi rambu-rambu lalu lintas,
hati-hati mengemudi saat cuaca buruk,
dan hindari penggunaan obat keras dan
minuman beralkohol”, ujar Menkes.
Menkes juga mengingatkan para pemudik
untuk tetap berperilaku hidup bersih dan
PESAN MENKES
UNTUK PEMUDIK
LEBARAN 2012
sehat (PHBS) dalam perjalanan, misalnya
selalu mencuci tangan pakai sabun (CTPS)
sebelum makan/minum, tidak buang
sampah sembarangan, tidak buang air
kecil/besar sembarangan, tidak meludah
sembarangan, gunakan masker untuk
melindungi diri dari debu, asap dan polusi,
serta jangan merokok di tempat umum.
Bagi para pemudik yang sakit di
perjalanan, untuk memanfaatkan pos-
Mudik lebaran merupakan tradisi
masyarakat Indonesia tiap kali
menjelang Hari Raya tiba. Dalam
menghadapi arus mudik lebaran,
Menteri Kesehatan RI, dr. Nafsiah
Mboi, Sp.A, MPH berpesan
kepada seluruh pemudik
di seluruh Indonesia agar
mempersiapkan secara matang
dan mengantisipasi segala risiko
yang bisa datang mengancam,
terutama risiko kesehatan dan
kecelakaan (10/8).
pos kesehatan di sepanjang jalur mudik
atau fasilitas kesehatan terdekat, tambah
Menkes.
Di samping itu, maraknya pembiusan
yang mengancam para penumpang
di perjalanan, Menkes menegaskan
agar para pemudik hendaknya tetap
waspada dengan menghindari pemberian
makanan/minuman dari orang yang tidak
dikenal.
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM16
17. S
aat ini, Indonesia sudah
memiliki perangkat peraturan
atau Undang-Undang tentang
Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) dan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Dalam upaya persiapan implementasinya,
Indonesia memiliki berbagai tantangan
yang dihadapi, antara lain luasnya
wilayah; besarnya jumlah penduduk;
penyatuan berbagai skema jaminan
sosial masyarakat yang telah ada; dan
penekanan kepada pentingnya upaya
promotif dan preventif.
Demikian disampaikan Menteri
Kesehatan RI, dr. Nafsiah Mboi Sp.A,
MPH, didampingi Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (PP dan PL), Prof. dr.
Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS,
DTM&H, DTCE saat mengikuti round
table discussion meeting ASEAN plus three
(China, Jepang dan Korea Selatan), pada
hari ketiga rangkaian ASEAN Health
Ministers Meeting (AHMM) ke-11 di
Phuket, Thailand, Jumat pagi (6/7).
Pada kesempatan tersebut selain
membicarakan tentang kerjasama
kesehatan negara ASEAN + 3, dibahas
pula dalam round table discussion
mengenai Universal Health Coverage
(UHC), jelas Prof. dr. Tjandra dalam surat
elektroniknya kepada Pusat Komunikasi
Publik Kemenkes RI.
“Dua hal yang cukup banyak dibahas
mengenai topik UHC ini, yaitu bagaimana
memobilisasi sumber daya dalam negeri,
dan bagaimana melakukan monitoring
pelaksanaan UHC di negara-negara
ASEAN”, ujar Prof. dr. Tjandra.
Usai kegiatan tersebut, dalam acara
makan siang Menkes RI, Malaysia,
Myanmar dan Thailand bersama
Partnership for Safe Medicine (PSM),
diskusi berlanjut mengenai counterfeit
medicine di kawasan ASEAN.(desy)
THE 5TH
ASEAN PLUS
THREE HEALTH
MINISTERS MEETING
D
ata World Health Organization
(WHO) menunjukkan 250
juta (4,2%) penduduk
dunia menderita gangguan
pendengaran. Indonesia
menempati peringkat keempat negara
ASEAN (Association of Southeast Asian
Nations ) dengan jumlah ketulian yang
cukup tinggi, yaitu mencapai 4.6% dan
paling tinggi pada usia 7-18 tahun.
“Penyebab gangguan pendengaran
adalah penyakit telinga luar (6,8%),
kotoran telinga (3,6%), Otitis Media
Supuratif Kronik (OMSK) (3,1%), gangguan
pendengaran pada lanjut usia (2,6%),
tuli akibat obat ototosik (0,3%), serta tuli
sejak lahir (0,1%)”, ujar Direktur Bina Upaya
Kesehatan Dasar, Kemenkes RI, dr. H. R.
Dedi Kuswenda, M. Kes, pada temu media
di Jakarta (7/7).
Dampak dari gangguan pendengaran
dan ketulian cukup luas dan dapat
mengganggu perkembangan kognitif,
psikologi, dan sosial; mengalami
gangguan komunikasi, seperti
perkembangan bahasa dan prestasi
dibangku sekolah, serta kurang mampu
dalam bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar, tambah dr. Dedi.
Dalam pertemuan tersebut, ketua Komnas
Penanggulangan Gangguan Pendengaran
dan Ketulian (PGPKT), dr. Damayanti
Soetjipto Sp.THT menyebutkan tempat
hiburan adalah salah satu penyebab
gangguan pendengaran dan ketulian di
Indonesia. Berdasarkan hasil monitoring
tempat hiburan yang dilakukan oleh
Komisi Nasional PGPKT di 16 kota besar,
bising mencapai 94,4-128 dB, jauh dari
batas aman yaitu 80 dB.
dr. Damayanti menjelaskan, Gangguan
Pendengaran dan Ketulian (GPKT) terbagi
menjadi dua, GPKT unilateral yaitu gangguan
SAYANGI
PENDENGARAN
KITA SEJAK DINI
pendengaran hanya pada satu sisi sehingga
sulit menentukan lokasi suara dan sulit
mengerti pembicaraan di tempat ramai. GPKT
berat/total yaitu gangguan pendengaran
pada kedua sisi yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami gangguan emosi,
physical, dan socialwell-being; gangguan
kesehatan; dan merasa dikucilkan sehingga
menghindari aktivitas sosial.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan
indera pendengaran guna mewujudkan
manusia Indonesia yang berkualitas,
Kemenkes mengeluarkan KEPMENKES RI
No.879/2006 mengenai rencana strategi
nasional penanggulangan gangguan
pendengaran dan ketulian untuk
mencapai sound hearing 2030. Sasaran
dari kebijakan adalah seluruh lapisan
masyarakat dengan tujuan khususnya
adalah semua tenaga kesehatan.
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 17
19. Demi Kemenkes yang
Lebih
BaikBersakit-sakit dahulu, bersenang-
senang kemudian. Pepatah lawas ini,
sangat tepat menggambarkan, betapa
berat menegakkan reformasi birokrasi
di Kementerian Kesehatan. Untuk itu
perlu kekuatan yang lebih besar, guna
mendorongnya. Apalagi, pada tahap
awal, para pelaku reformasi birokrasi,
harus meninggalkan kebiasaan lama
yang tidak baik. Seperti perjalanan
fiktif, menerima gratifikasi dan perilaku
menyimpang lainnya. Sementera, pada
waktu yang sama belum mendapat
gaji remunerasi. Jadi, masa transisi
ini, memang terasa sangat berat
dan menyakitkan. Sebab itu, perlu
ketulusan, kegigihan dan kesabaran
bagi para pelaku, demi Kementerian
Kesehatan yang lebih baik.
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 19
20. MEDIA UTAMA
S
ebegitu beratnya, sampai .
Menkes dr. Nafsiah Mboi, Sp.A,
MPH secara khusus menyatakan,
“Saya instruksikan kepada
seluruh aparatur kesehatan, baik
yang bekerja di tingkat Pusat maupun
Daerah, untuk bersama-sama membangun
integritas individu dan integritas
organisasi di lingkungan kerja kita masing-
masing, sehingga ke depan, Kemenkes
menjadi bersih dan terbebas dari tindakan
yang koruptif, kolutif dan nepotisme.”
Kementerian Kesehatan terus berupaya
mencapai laporan keuangan yang wajar
tanpa pengecualian. Pencanangan
zona integritas dan wilayah bebas
korupsi di bawah pengawasan Komisi
Pemberantasan Korupsi, Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, serta Ombudsman
diharapkan akan mempercepat
pencapaian target tersebut.
Tahun 2009 dan 2010, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) memberi predikat
disclaimer (menolak memberikan
pendapat) pada laporan keuangan
Kemenkes. Hal ini menandakan pemeriksa
tidak mendapatkan bukti yang dibutuhkan
untuk dapat menyatakan kebenaran dan
kewajaran laporan.
Tahun 2011 ada perbaikan dengan
berubahnya opini BPK menjadi wajar
dengan pengecualian. Artinya, laporan
keuangan wajar, tetapi masih ada
beberapa yang belum sesuai dengan tata
cara dan pelaporan keuangan negara.
Inspektur Jenderal Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) Yudhi Prayudha
Ishak Djuarsa, dalam temu media (13/7)
menyatakan, beberapa masalah dalam
pengelolaan dan pelaporan keuangan
ialah masih ada kegiatan di luar aturan
sistem pemerintahan, pekerjaan terlambat
sehingga pembayaran melampaui tahun
anggaran, dan ada satuan kerja yang
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM20
21. masih menggunakan penerimaan negara
bukan pajak.
Sejumlah kegiatan juga rawan
penyimpangan, seperti pengadaan
alat kesehatan dan pembangunan
infrastruktur. ”Harga alat kesehatan
rentangnya besar. Dilemanya, kalau
membeli yang lebih murah, kualitas
buruk. Tetapi, untuk membeli yang bagus
kemahalan,”ujarnya.
Menurut Kepala Biro Keuangan Kemenkes
Achmad Djohari untuk mencegah
penggelembungan anggaran di tempat
rawan, seperti pengadaan barang dan
jasa, maka penyelenggaraannya dilakukan
melalui sistem elektronik unit layanan
pengadaan. ”Dulu pengadaan tersebar,
sekarang terkoordinasi di Sekretariat
Jenderal sehingga pengawasan lebih
mudah,”katanya.
Guna mencegah penyimpangan,
Kemenkes selajutnya mencanangkan
zona integritas (ZI) menuju wilayah bebas
korupsi (WBK). Zona integritas merupakan
predikat bagi kementerian yang pimpinan
dan jajarannya berniat dan berkomitmen
menciptakan birokrasi bersih dan
melayani.
Pada 18 Juli 2012, Menteri Kesehatan RI, dr.
Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, menandatangani
Pakta Integritas pada pencanangan Zona
Integritas (ZI) sebagai komitmen untuk
mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi (WBK)
di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Penandatanganan disaksikan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara &
Reformasi Birokrasi, Azwar Abu Bakar;
Wakil Ketua Ombudsman, Hj. Azlaini Agus;
Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Ali
Ghufron Mukti, M.Sc, PhD; para Pejabat
Eselon I dan II Kementerian Kesehatan dan
15 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Vertikal
Kemenkes di 15 Provinsi di Indonesia.
Menuju Perubahan yang Lebih Baik
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan opiniWajar Dengan Pengecualian (WDP) atas laporan
keuangan Kemenkes tahun 2011. Sebelumnya pada 2009 dan 2010, BPK memberikan opiniTidak
Memberikan Pendapat (TMP) atau disclaimer.
Kemenpan dan RB memberikan nilai CC atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian
Kesehatan tahun 2010. Nilai tersebut sama dengan tahun sebelumnya, namun nominalnya meningkat
dari 58,09 menjadi 63,08.
Pada tahun 2011, Survei Integritas yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
menempatkan Kemenkes pada urutan terbaik kedua dari seluruh Instansi Pusat dan nomor urut
sembilan dari seluruh Instansi Pusat dan Daerah yang disurvei oleh KPK.
Selanjutnya, sejak tahun 2010, Kemenkes telah memberlakukan sistem Layanan Pengadaan Barang dan
Jasa Secara Elektronik (LPSE) dan mulai tahun 2012 telah dibentuk Unit Layanan Pengadaan (ULP) pada
setiap unit utama.
Selain itu, Kemenkes telah membentuk Unit LayananTerpadu (ULT), yang memberikan pelayanan
atas: (a) Perizinan Sarana Produksi dan Distribusi Alkes; (b) Registrasi Alkes dan PKRT; (c) Rekomendasi
Sekolah Kesehatan; (d) Ethical Clearance Peneliti Kesehatan; (e) Informasi Registrasi Dokter/Dokter
Gigi; (f) Rekomendasi PengobatanTradisional Asing; (g) Perizinan dan Akreditasi Rumah Sakit; dan (h)
Pengaduan Masyarakat melalui Hot Line Service dan Email (PusatTanggap dan Respon Cepat).
Registrasi on line dalam seleksi CPNS & dokter/dokter gigi/bidan PTT telah diberlakukan sejak tahun
2007. Begitu pula dengan seleksi on line bagi Petugas Kesehatan Haji telah dilaksanakan sejak tahun
2010.
Kemenkes telah memberlakukan persyaratan wajib Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
(LHKPN) bagi pejabat Eselon I dan II serta Kuasa Pemegang Anggaran (KPA), Penyelenggara Kegatan (PK)
dan Bendahara.
Kemenkes juga telah membentuk Unit Pengelola Gratifikasi yang dituangkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan dan telah memiliki Road Map Reformasi Birokrasi yang dalam waktu tidak lama lagi akan
dilakukan penilaian oleh Kantor Kemenpan dan RB.
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 21
22. “Saya berharap ini merupakan langkah awal dalam
mewujudkan aparatur Kementerian Kesehatan
yang bersih dan melayani. Mewujudkan Wilayah
Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi
Bersih dan Melayani (WBBM) bukanlah pekerjaan
mudah,”ujar Menkes.
Menurut Menkes, dalam pelaksanaannya
diperlukan perencanaan yang baik, terstruktur dan
tersistem, serta harus in line dengan sistem yang
dikembangkan dan dilaksanakan secara Nasional
oleh Pemerintah Pusat.
“Di samping itu, keberhasilan pembangunan Zona
Integritas, sangat ditentukan oleh kapasitas dan
kualitas integritas masing-masing individu dan
integritas dari organisasi. Kapasitas dan kualitas
integritas dari individu sangat menentukan
kapasitas dan kualitas integritas dari organisasi
dimana individu itu berada dan melakukan
kegiatannya,”jelas Menkes.
Integritas individu adalah sikap mental, pikiran,
dan tindakan yang selaras dengan nilai-nilai baik
serta diyakini bermanfaat bagi dirinya sendiri
dan organisasi. Dalam integritas ini terkandung
nilai-nilai kejujuran, loyalitas, komitmen, dan nilai
perbaikan, untuk selanjutnya diimplementasikan
dalam bentuk tindakan yang konkrit. Sementara
integritas organisasi adalah kesatuan dari
integritas individu-individu yang ada di dalam
organisasi tersebut. (pra, gi)
Pakta Integritas
Penandatanganan pakta integritas merupakan langkah awal dalam pembangunan zona
integritas menuju wilayah bebas dari korupsi. Dalam hal ini, ada beberapa indikator mutlak
yang harus dipenuhi oleh setiap instansi, antara lain minimal harusWDP, nilai LAKIP CC, telah
melaksanakan program anti korupsi dan lain-lain.Dengan sejumlah indikator yang telah dimiliki,
Kementerian Kesehatan bisa menjadi wilayah bebas dari korupsi dalam waktu yang tidak terlalu
lama. Namun tentunya membutuhkan berbagai langkah yang konsisten dari segenap jajaran
aparatur Kemenkes, terutama dari pimpinan.
Saya mengapresiasi berbagai langkah yang telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, seperti
pemberlakuan sistem LPSE, dan tahun ini telah dibentuk UKP pada setiap unit utama.(Menteri
PAN dan RB - Azwar Abubakar).
Pencanangan Pembangunan Zona Integritas yang dilaksanakan saat ini merupakan langkah
awal yang diharapkan dapat menjadi momentum untuk meneguhkan kembali semangat dan
komitmen seluruh jajaran Kementerian Kesehatan dalam mewujudkan Wilayah Bebas dari
Korupsi dan diharapkan dalam tempo yang tidak terlalu lama akan berkembang menjadiWilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani. (Sekretaris Inspektorat Jenderal Kemenkes - Mustikowati)
Pencanangan ZonaIntegritas menujuWilayah Bebas dari Korupsi (WBK) adalah langkah awal
yang baik sekali.Namun harus ditindaklanjuti dengan sosialisasi dan penjabaran lebih jelas agar
lebih membumi.Jangan sampai ZI menujuWBK hanya menyentuh tingkat pejabat saja, tetapi
idealnya semua aparatur negara. Berharap ZI menujuWBK bukan sebatas seremonial, namun
menjadi nilai dan spirit setiap PNS Kemenkes. Dan komitmen ini dapat terlaksana dengan baik
jika disertai sistem remunerasi dan reward yang adil. (Kasubbag Humas Ditjen BUK – Anjari)
Saya melihat banyak aspek positif dari pencanangan ZI/WBK. Pertama, sebagai momentum yang
baik dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada kami, aparatur negara yang mampu
bekerja dengan integritas, professional, efektif dan efisien. Yang kedua, bagi saya pribadi bahwa
pendapatan yang saya terima yang merupakan rizki yang berkah dan hallalanToyyibah. (Staf
Puskom Publik Kemenkes -Temmy)
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM22
23. P
roduk izin bidang kesehatan
mencapai 80% dari total
pelayanan, di Unit Pelayanan
Perizinan Terpadu ( P2T), Provinsi
Jawa Timur. Setiap tahun unit ini
melayani rata-rata 25 ribu orang dari 17
sektor layanan, satu di antaranya sektor
kesehatan. P2T ini, telah memulai karyanya
tahun 2005, sebelum terbitnya UU No.25
tahun 2008, tentang Pelayanan Publik.
Pemda Jawa Timur, telah menempuh
kebijakan menyatukan seluruh perizinan
dalam satu unit, yang dipimpin kepala
UPT. Saat ini, UPT melayani 179 produk
perizinan. Setiap pelanggan cukup
mengambil kartu antrian, kemudian
mendapat panggilan pelayanan, kurang
lebih 15 menit selesai. Untuk memberi
pelayanan yang optimal, UPT hanya
melayani rata-rata 250 pelanggan, melalui
pembatasan loket antrian.
Seluruh pelayanan sudah menggunakan
teknologi elektronik, demikian juga dalam
penyimpanan dokumen. Praktis, cepat,
Setiap Produk
Izin 15 Menit “Kelar”
mudah, dan nyaman. Tak ada pungutan,
selain yang telah ditetapkan dalam
ketentuan restribusi.
Menurut Kepala UPT Jawa Timur, Pung
Karnantohadi, guna meningkatkan
kualitas dan jangkauan pelayanan, unitnya
melakukan jemput bola ke berbagai
kabupaten di Jatim, bekerjasama dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten dan Majelis
Tenaga Kesehatan Indonesia ( MTKI)
setempat.
“Awalnya, proses pelayanan satu produk,
membutuhkan waktu berbulan-bulan
baru selesai, sekarang hanya hitungan
menit, selesai. Kami memangkas birokrasi,
tanpa mengurangi kualitas produk, yakni
mengganti tanda tangan basah dengan
tanda tangan elektronik, untuk semua
perijinan,”ujar Pung.
Menurut Pung, kecepatan pelayanan ini,
merupakan pilihan gubernur. Setelah
berdiskusi, ternyata gubernur memilih
tanda tangan elektronik. Sehingga seluruh
pelayanan izin, menggunakan tanda
tangan elektronik.
Khusus perizinan kesehatan, terdapat 26
jenis pelayanan. Mulai dari izin tenaga
kesehatan, rekomendasi perijinan rumah
sakit pemerintah, swasta, PMA dan PMDN,
serta izin produksi kosmetika, sertifikasi
produksi alat kesehatan, dll.
Ke depan, seluruh proses perizinan
akan didekatkan kepada masyarakat,
khususnya di Kabupaten/Kota. Unit
P2T akan membuat kerjasama dengan
unit terkait untuk melaksanakan
pelayanan masyarakat di daerah. Untuk
menjembatani kesulitan bertemu, rapat
rutin, akan diterapkan dengan video
conferens.
“Setiap produk izin sudah menggunakan
barkode, sehingga untuk meng-update
data berikutnya, cukup memanfaatkan
barkode, kemudian menambah data yang
diperlukan. Semua sudah tersimpan secara
elektronik”, jelas Pung ( pra).
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 23
24. MEDIA UTAMA
I
nstruksi Presiden nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi belum dapat dilaksanakan secara
optimal oleh seluruh Instansi Pemerintah di pusat dan
daerah. Salah satu instruksi yang minim implementasinya
adalah kepada seluruh pimpinan instansi pemerintah pusat dan
daerah untuk melaksanakan program wilayah bebas dari korupsi
(WBK). Komitmen pemberantasan korupsi tersebut diwujudkan
dalam bentuk Zona Integritas (ZI) dalam lingkup K/L/Pemda,
yang dicirikan dengan adanya program pencegahan korupsi
yang konkrit sebagai bagian dari upaya percepatan RB dan
peningkatan pelayanan publik disertai dengan sosialisasi dan
upaya penerapan program tersebut secara konsisten.
Pada saat ini kita telah memasuki tahun ke-tiga pelaksanaan
RPJMN II tahun 2010-2014, di mana Reformasi Birokrasi ditetapkan
sebagai prioritas pertama dari 11 prioritas pembangunan dalam
RPJMN II. Penempatan Reformasi Birokrasi sebagai prioritas
pertama mengandung makna bahwa keberhasilan 10 program
RB untuk Birokrasi Bersih,
Kompeten dan Melayani
Menciptakan zona kerja bebas dari KKN, birokrasi bersih, kompeten dan melayani,
merupakan bagian integral dari Reformasi Birokrasi (RB). Saat ini Kementerian/
lembaga sedang demam dengan RB. Nah, bagiamanakah implementasi RB di
Kementerian Kesehatan?
pembangunan lainnya sangat tergantung kepada keberhasilan
program Reformasi Birokrasi, yang bertujuan mewujudkan
birokrasi yang bersih, profesional, berintegritas tinggi, akuntabel,
dan melayani. Makna tersebut seyogyanya sangat mudah
dipahami, karena harus diakui bahwa peran birokrasi dalam
implementasi berbagai sektor pembangunan memang sangat
besar.
Melalui implementasi Reformasi Birokrasi, diharapkan terjadi
perubahan-perubahan yang positif dalam bidang kelembagaan,
SDM aparatur, tata laksana, pengawasan, akuntabilitas aparatur,
pelayanan publik dan budaya kerja bersamaan dengan penataan
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah
birokrasi.
Untuk mempercepat pencapaian tujuan reformasi birokrasi,
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi telah menyusun 9 (sembilan) program percepatan
Inspektur Jendral Kementrian Kesehatan dr.Yudhi Prayudha Ishak Djuarsa, MPH bersama pejabat Kementrian PAN dan RB.
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM24
25. reformasi birokrasi, meliputi: (1) Penataan Struktur Birokrasi; (2)
Penataan Jumlah dan Distribusi PNS; (3) Sistem Seleksi CPNS
dan Promosi PNS Secara Terbuka; (4) Profesionalisasi PNS; (5)
Pengembangan Sistem Elektronik Pemerintahan (e-goverment); (6)
Peningkatan Pelayanan Publik; (7) Peningkatan Transparansi dan
Akuntabilitas Aparatur; (8) Peningkatan Kesejahteraan Pegawai
Negeri; (9) Efisiensi Penggunaan Fasilitas, Sarana dan Prasarana
Kerja PNS.
Pembangunan ZI Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi merupakan
bagian dari salah satu Program Percepatan RB, yaitu; peningkatan
transparansi dan akuntabilitas aparatur sebagai upaya
mewujudkan Birokrasi berintegritas tinggi.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (kementerian PAN dan RB) menyusun Pedoman
Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
dengan melibatkan pihak terkait yaitu Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dan Ombudsman RI (ORI); yang tertuang dalam
Permenpan dan RB nomor 20 tahun 2012 tentang Pedoman
Umum Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas
dari Korupsi. Diharapkan, terbentuknya WBK pada berbagai K/L/
Pemda akan mendorong percepatan pemberantasan korupsi
melalui upaya yang bersifat pencegahan. Upaya ini diperlukan
untuk mempercepat pencapaian Indeks Persepsi Korupsi
(IPK) Indonesia sehingga mencapai nilai 5,0 pada tahun 2014
sebagaimana ditetapkan dalam RPJMN II.
PENGERTIAN
1. ZONA INTEGRITAS (ZI) adalah sebutan atau predikat yang
diberikan kepada suatu K/L/Prov/Kab/Kota yang pimpinannya
dan jajarannya mempunyai niat (komitmen) untuk mewujudkan
birokrasi yang bersih dan melayani;
2. WILAYAH BEBAS dari KORUPSI (WBK) adalah sebutan atau
predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja pada ZI
yang memenuhi syarat indikator mutlak dan memperoleh hasil
penilaian indikator operasional di antara 80 dan 90;
3. WILAYAH BIROKRASI BERSIH, KOMPETEN dan MELAYANI
(WBBKM) adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada
suatu unit kerja pada ZI yang memenuhi syarat indikator
mutlak dan memperoleh hasil penilaian indikator operasional 90
atau lebih;
KENAPA PERLU ZI, WBK DAN WBBM ?
1. Pemberantasan korupsi harus dilakukan melalui
PENINDAKAN dan PENCEGAHAN èSINERGIS
2. Keberhasilan upaya pencegahan korupsi selama ini kurang
optimal. Salah satu di antaranya adalah Program Wilayah
Bebas dari Korupsi (WBK) sebagai bagian dari Inpres Nomor
5 Tahun 2004 yang minim sekali implementasinya.
3. Untuk mewujudkan WBK, perlu lebih dahulu dilakukan
pembangunan Zona Integritas (ZI), yang didahului dengan
pernyataan komitmen bersama untuk tidak melakukan
tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme melalui
penandatanganan dokumen pakta integritas.
4. Pembangunan Unit Kerja Zona Integritas (ZI) diharapkan
dapat menjadi model pencegahan korupsi yang lebih
efektif, karena pada Unit Kerja ZI inilah dilakukan berbagai
upaya pencegahan korupsi secara konkrit dan terpadu.
Pada tanggal 18 Juli 2012 Kementerian Kesehatan melakukan
Pencangan Pembangunan ZI menuju WBK, yang merupakan
tindaklanjut dari penandatangan Dokumen Pakta Integritas yang
sebelumnya telah dilaksanakan dan merupakan implementasi
Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 20 Tahun 2012 tentang
Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi di
Lingkungan Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.
Sampai saat ini sudah 27 Instansi yang telah melakukan
pencanangan ZI , Kemkes adalah instansi ke-28.
Integritas yang bermakna satunya kata dan perbuatan, sangat
dipengaruhi oleh penerapan prinsip akuntabilitas dan
transparansi sebagai bagian dari prinsip-prinsip tata kelola
pemerintahan yang baik. Tidak ada integritas tanpa akuntabilitas
dan transparansi, dan selanjutnya tidak ada pemerintahan yang
bersih, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme tanpa integritas.
Untuk membangun Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari
Korupsi dalam rangka mencapai Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani dalam upaya mewujudkan Negara Indonesia yang
bersih, berintegritas dan bermartabat diperlukan komitmen para
pimpinan dan kerjasama di semua jajaran Kemenkes.
Konsep Pemberantasan Korupsi adalah: “Harus dimulai dari diri
kita sendiri, mulai dari yang termudah dan dimulai sekarang”.
Motonya adalah:”Kalau bukan sekarang, kapan lagi. Kalau bukan
kita, siapa lagi”. (Dyah)
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 25
26. MEDIA UTAMA
A
khir Juli 2012, terjadi pertemuan membahas panduan
pelaksanaan jaminan kesehatan. Seorang teman,
setelah mengamati laptop saya dari ujung ke ujung,
berkata,“Sampean ini terlalu jujur.”
Disebut terlalu jujur, saya kaget. Kemudian saya bertanya kepada
teman tersebut dengan perasaan heran,”Ada apa tiba-tiba Anda
berkata bahwa saya terlalu jujur?”
Kemudian teman itu menunjuk stiker barang milik negara yang
menempel pada pinggir layar monitor laptop.“Tempel saja stiker
itu di bawah, jadi nggak mencolok,”kata teman itu, mengakhiri
obrolan ringan sebelum acara dimulai.
Untuk menjelaskan komentar teman di atas, tentang stiker
barang milik negara, kemudian pemakainya diberi predikat
Menemukan
terlalu jujur, tentu tidak tepat. Mengapa? Ada beberapa argumen.
Pertama; saya juga manusia biasa yang banyak khilaf dan salah.
Kadang juga berdusta, dengan kadar tertentu, sengaja atau tidak
sengaja.
Kedua; stiker“barang milik negara”pada layar laptop, sudah
ada sejak sebelum laptop saya pegang. Jadi, saya hanya
menggunakan laptop itu apa adanya. Saya juga merasa tak
harus memindahkan atau membuang stiker tersebut. Jadi,
kalau dikatakan terlalu jujur, tentu orang yang menempel stiker
tersebut yang pantas disebut terlalu jujur. Bukan saya.
Ketiga; menggunakan istilah terlalu jujur, sepertinya ada gradasi
jujur. Mulai dari tidak jujur, kurang jujur, kadang-kadang jujur,
selalu jujur, dan terlalu jujur. Jadi menurut gradasi kejujuran
Kejujuran
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM26
27. ini, terlalu jujur mempunyai tingkatan paling tinggi. Nah, yang
menjadi soal adalah bagaimana mengukur gradasi jujur ini. pasti
sulit mengukur dan membedakannya.
Keempat; menurut sudut pandang dialog kejujuran di atas,
sifat jujur seseorang dapat terlihat dari perilaku sehari-hari
yang sederhana. Mulai dari tutur kata, sikap, dan tindakan.
Keberanian menempel stiker barang milik negara pada barang
yang digunakan, merupakan ciri dari sebagian perilaku jujur. Juga
keberanian menempel kendaraan dinas dengan stiker“Kendaraan
ini tidak menggunakan BBM bersubsidi”.
Jujur, merupakan nilai universal. Siapapun mencintai perilaku
jujur, apalagi diperlakukan dengan jujur. Walaupun seseorang
tersebut, dirinya sulit berlaku jujur. Ia tetap mencintai perilaku
jujur. Berkaca dari kenyataan ini, sifat jujur dapat disemai dan
ditumbuh-suburkan dalam diri seseorang atau komunitas
tertentu. Sekali pun seseorang atau komunitas tersebut sudah
terbiasa tidak jujur, bahkan bangga dengan ketidakjujurannya.
Sebab, tidak jujur itu membohongi diri sendiri. Sebarapa kuat
seseorang akan bertahan untuk terus berbohong kepada dirinya
sendiri?
Memang, menyemai sifat jujur itu sulit, bahkan sesulit
meneggakkan benah basah. Karena sulit itulah, maka tidak boleh
merasa bosan, apalagi berhenti menyemai benih-benih kejujuran.
Kita harus menyemai banyak benih kejujuran dalam lahan yang
gembur dan subur. Mungkin, walau lahannya sudah subur,
tetap sedikit yang tumbuh, karena terlalu banyak hama yang
mengerogoti benih kejujuran itu.
Agar benih tetap tumbuh dan subur, maka tugas utamanya
ada tiga. Pertama; menyiapkan benih dan lahan yang subur
dan gembur. Jujur, adalah sebaik-baik benih nilai universal.
Sebab, jujur akan menjadi pintu pembuka bagi banyak kebaikan
berikutnya. Sebaliknya, tanpa kejujuran, akan metutup semua
pintu kebaikan. Kemudian yang akan terjadi, keburukan dan
keburukan.
Sementara lahan yang subur, yakni kesiapan mental untuk
menanggung risiko dari sifat jujur. Sebab, risiko jujur ada yang
positif dan negatif. Risiko positif, orang akan mengapresiasi
kejujurannya. Sedangkan risiko negatif, sebagian orang yang
dirugikan akan membenci, bahkan memusuhi. Bagi yang berlahan
subur, Ia akan tetap sabar menghadapi seluruh caci maki dan
tidak lupa diri ketika dipuji.
Kedua; mengenali hama yang mengancam sifat jujur, yakni
tidak ikhlas. Kemudian merambat pada keinginan untuk
memperoleh puja-puji, harta, tahta, wanita, dan popularitas.
Keinginan yang kuat untuk mendapat ini semua, akan
mendorong seseorang bekerja keras, untuk memperolehnya.
Tapi, jika hilang keikhlasanya, ia akan menggunakan segala cara
untuk memperolehnya. Untuk itu, sifat ikhlas harus mendasari
seluruh kegiatan dari awal sampai akhir, sehingga tidak terjadi
penyimpangan dari tujuan maupun cara.
Ketiga; merawat, memupuk, dan memagari benih kejujuran yang
sedang tumbuh dari berbagai gulma di sekitarnya. Bagimana
caranya?. Sirami, pupuk, rawat, dan pagari benih dengan
nasehat, sehingga tumbuh subur dan semakin kuat. Untuk itu
berinteraksilah dengan siapa saja yang bersedia memberi nasehat.
Sehingga saling menguatkan dalam kejujuran dan kebaikan.
Bila demikian, maka tak disadari jujur akan menjadi kebiasaan
yang mudah dan menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari,
baik sendiri maupun dalam komunitas. Sehingga, jujur menjadi
nilai bersama yang terstandar, untuk siapa saja dan kapan saja.
Pertanyaannya, sudahkah menemukan kejujuran bersemayam
dalam diri kita? (Pra)
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 27
28. T
anda tangan elektronik pejabat berwenang
menyebabkan birokrasi sangat ringkas. Pelayanan publik
menjadi mudah, murah, dan cepat. Bukti ini telah dialami
Pusat Pelayanan Terpadu Pemda Provinsi Jawa Timur.
Awalanya, mengurus izin memakan waktu penyelesaian bulanan,
kini setelah berkas lengkap hanya 15 menit, selesai. Indah benar!
Ada setumpuk pekerjaan rumah untuk mewujudkan reformasi
birokrasi di Kementerian dan Lembaga, yakni“Birokrasi yang
birokratis”. Sejatinya, birokrasi disusun untuk memudahkan dan
mempercepat pelayanan publik. Tapi, fakta di lapangan justru
sebaliknya. Lelet!
Untuk itu, di antara keberhasilan reformasi birokrasi adalah bila
masyarakat mendapat pelayanan yang mudah dan cepat. Nah,
apa faktor yang menjadi penghambat penyelesaian administrasi
ini? Di antaranya; tanda tangan basah pejabat berwenang. Hal ini
diakui sendiri oleh Bambang Wahyudi, SKM,MM Kepala Balai Besar
Teknik Kesling dan PPM (BTKL) Surabaya, awal September 2012
lalu.
Menurut Bambang Wahyudi, proses pemeriksaan dan perizinan,
sudah sesuai dengan SOP, apalagi pemeriksaan sampel, dari
segi waktu tidak boleh meleset sedikit pun. Semua sudah ada
ketentuannya. Sebab kalau tidak sesuai dengan waktu yang
ditentukan, hasil pemeriksaan menjadi tidak valid. Hal ini juga
diakui oleh para pekerja di Lab BTKL tersebut.
Masalahnya, setelah hasil pemeriksaan selesai, dan hasil juga
sudah diperoleh, masih ada kewajiban: yaitu menyalin angka-
angka hasil pemeriksaan ke dalam format tertentu. Setelah itu
dilakukan verifikasi dan penandatangan pejabat berwenang. Lalu,
dokumen perizinan tadi disampaikan kepada masyarakat atau
pelanggan yang membutuhkan.
Proses menyalin, verifikasi, dan tanda tangan ini jauh lebih lama
dari proses pemeriksaan sampel. Mungkin, bisa 2 atau 3 kali lipat
waktu pemeriksaan. Jadi, lamanya waktu yang dibutuhkan izin
keluar semata karena faktor administrasi, bukan faktor teknis.
Nah, birokrasi, seharusnya dibuat untuk meringkas proses yang
panjang dan berbelit ini.
Karena proses menyalin, verifikasi dan tanda tangan tidak akan
mengubah validitas hasil pemeriksaan, mengakibatkan birokrasi
cenderung santai. Tidak berusaha untuk segera menyelesaikan
dalam tempo secepat-cepatnya. Banyak alasan klasik yang
dikemukakan seperti; SDM terbatas, sarana kurang memadai, dan
banyaknya pelanggan yang harus dilayani.
Khusus pejabat berwenang yang menandatangani, lain lagi
alasannya:“pokoknya”harus tanda tangan basah dari pejabat
yang bersangkutan. Sementara pejabat birokrasi, tidak dapat
dipastikan keberadaannya di kantor pelayanan publik. Bahkan
sering ke luar kota untuk acara pertemuan, pelatihan, dan
memberi arahan pada acara tertentu. Bila ini terjadi, maka urusan
tanda tangan basah ini dapat menanti berhari-hari, bahkan
mingguan, baru selesai.
Ketika diajukan usulan agar tanda tangan basah diganti dengan
tanda tangan elektronik, banyak alasan penolakan yang
dikemukakan. Dan alasan yang paling akhir“pokoknya”. Padahal,
badan publik dapat belajar seperti yang dilakukan P2T Jawa
Timur.“Kami, menerapkan seluruh perizinan tanda tangan pejabat
berwenang menggunakan tanda tangan elektronik, seperti
halnya di pelayanan publik Samsat. Begitu kemamuan gubernur
dalam pelayanan publik,”ujar Pung Karnantohadi, Kepala P2T
Jawa Timur.
Birokrasi“lelet”, memang masih menjadi pegangan, meski tak lagi
populer. Tapi, itu harus segera direformasi sebagaimana semangat
reformasi birokrasi di berbagai kementerian dan lembaga.
Bagimana caranya? Pertama; pangkas!. Pemangkasan ini dapat
menggunakan teknologi dalam pelayanan. Semua produk serba
elektronik. Mulai dari kirim dokumen, verifikasi, dan tanda tangan.
Bila ini dapat ditegakkan, maka pelayanan akan lebih ringkas,
mudah, cepat dan akurat.
Kedua; penguatan SDM dengan melatih sebagai pelayan yang
baik. Peduli kepada pelanggan, mengutamakan kepuasan
pelanggan, dengan berbagai cara sesuai SOP yang telah
ditetapkan. Di samping menguasai product knowledge, juga harus
mampu melayani pelanggan secara baik pula.
Ketiga; penguatan sarana dan prasarana. Baik perangkat lunak
maupun perangkat keras. Sebab, kemampuan SDM harus diikuti
sarana dan prasana yang mencukupi. Sehingga dapat memberi
pelayanan yang optimal. (Pra)
Pangkas
Lelet
Birokrasi
MEDIA UTAMA
BambangWahyudi, SKM,MM
Kepala Balai BesarTeknik Kesling
dan PPM (BTKL) Surabaya
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM28
29. Ya...Allah, tunjukkan kepada kami yang benar itu
benar, dan berikan kekuatan untuk melaksanakan.
Tunjukkan pada kami yang salah itu salah, dan
beri kekuatan untuk menghindarinya. Ya...Allah
yang maha Kuasa, berikan kekuatan kepada kami
untuk mampu mengatakan tidak pada Korupsi.
B
egitulah kira-kira doa yang akan saya baca dalam
pertemuan nasional kesehatan, 7 tahun yang lalu, di
Yogyakarta. Hanya saja, sebelum waktu membacakan
doa, panitia meminta teks doa tersebut. Dengan rasa
kaget panitia, mengatakan“ wah jangan begini doanya,
ada kata korupsi segala”,ujarnya. Kemudian panitia mengedit
naskah doa yang ada kata-kata korupsi.
Ada rasa sedih, malu dan merasa tak berdaya untuk menegakkan
kebenaran, integritas dan kejujuran, walau hanya melalui doa.
Pada waktu berikutnya, saya tak pernah membuat teks doa,
bila diminta untuk memimpin doa. Untuk apa ? agar tidak perlu
ada yang diedit. Bila ada pendengar yang tertarik dengan doa
yang saya sampaikan, setelah doa, Ia meminta naskahnya. Saya
katakan, hanya coretan beberapa kata.“ Ini naskahnya bila
berminat. Mereka berkata; bukankah tadi doanya panjang ? Ya..
betul, tapi tidak saya tulis, langsung diucapkan saja, jawabku.
Itu dulu.....!, ketika belum mengenal istilah zona integritas (ZI),
reformasi birokrasi, KPK, Pengadilan Tipikor, ICW dan lembaga
pendukung pemberantas KKN lainnya.
Bagaimana sekarang ?
Zaman memang telah berubah, manusia juga terus belajar,
memahami dan bergerak ke arah yang lebih baik. Ketika itu,
orang jujur, tidak manipulatif dan berusaha tidak korupsi,
dianggap mahluk aneh“sok bersih, suci”dan seabrek predikat
miring. Kemudian orang-orang“aneh”ini dikucilkan dari berbagai
kegiatan yang“aneh-aneh”. Sekali lagi, itu dulu, ketika masih zona
korupsi (ZK) lebih dominan.
Sekarang, zona korupsi telah mulai terkikis pelan-pelan. Sebagian
sudah berganti dengan zona integritas (ZI), yakni sebuah
Kementerian/lembaga , yang para pemimpimnya“berniat”tidak
melakukan korupsi. Tentu, sulit melihat kesungguhan niat ini.
Tapi paling tidak, aura kearah lebih baik terlihat dari komitmen
menandatangani fakta integritas. Secara kasat mata terlihat
gairah untuk tidak melakukan korupsi. Walau penandatangan ini
juga belum jaminan tidak melakukan korupsi, dikemudian hari.
Tapi, saat ini sebaiknya tetap optimis dan tak perlu buruk sangka
terhadap upaya membentuk ZI.
Zona integritas, menjadi pintu masuk membentuk wilayah bebas
korupsi (WBK). Apa WBK itu ? Yakni satuan kerja dalam zona
integritas tidak ada korupsi. Baik korupsi anggaran, waktu dan
barang milik negara. Terbebas dari perilaku manipulatif, gratifikasi
“hadiah, uang lelah, jasa, dll”dari pihak lain yang terikat langsung
atau tidak langsung dengan pekerjaan satuan kerja yang
bersangkutan. Mungkinkah...?
WBK sangat mungkin lahir dalam salah satu zona integritas,
asalkan ada kemauan pimpinan untuk mewujudkannya dan
berkelanjutan. Pemimpin memimpin sendiri upaya tersebut. Ia
menjadi lokomotif dan sekaligus teladan membentuk individu–
individu berintegritas. Secara bertahap Ia menanamkan sikap
mental, pikiran dan tindakan yang selaras dengan nilai-nilai baik,
yang diyakini bermanfaat bagi dirinya sendiri dan organisasi.
Dalam integritas ini terkandung nilai-nilai kejujuran,
loyalitas, komitmen dan nilai perbaikan, untuk selanjutnya
diimplementasikan dalam tindakan nyata di lingkungan kerja.
Sementara integritas organisasi adalah kesatuan dari integritas
individu-individu yang ada dalam lingkungan organisasi tersebut.
Masa mendatang
ZI, WBK dan gelombang reformasi birokrasi, tampaknya akan
terus bergerak menuju arah yang dicita-citakan. Mengapa ?, selain
tuntutan publik yang sangat kuat akan hadirnya birokrasi yang
bersih dan melayani, juga tabiat manusia yang ingin berubah
menjadi lebih baik. Hidup tenang, produktif dan melayani. Hah...
melayani ? Ya....!
Budaya melayani akan menjadi trend masa depan. Pemimpin
adalah pelayanan. Siapa yang mau jadi pemimpin, Ia telah
teruji melayani terlebih dahulu. Masyarakat akan mengangkat
secara formal atau non formal, siapa saja yang mampu memberi
pelayanan dengan baik. Bila tidak kompeten memberi pelayanan
akan mendapat tekanan berat dari publik.
Jadi, bersih dan melayani itu kebutuhan, bukan tugas, kewajiban
atau tanggung jawab. Bersih dan melayani akan menjadi dua sisi
dari mata uang. Ia tak terpisahkan. Kedepan, orang yang bersih
dan melayani sudah biasa. Mereka akan berperan besar dalam
birokrasi, sebab sebagian besar orang-orangnya bersih dan
melayani. Sementara orang“kotor”akan tersisih dan tidak dipakai
dalam birokrasi. Sebab, zona korupsi telah berganti dengan zona
integritas dan wilayah bebas korupsi. Wallau’alam.
ZONA KORUPSI:
Dulu, Kini dan Masa MendatangOleh: Prawito
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 29
30. Bekerja itu kehormatan. Maka, kehormatan itu harus
dijaga, demi kehormatan diri dan keluarga. Selain itu,
bekerja bukan semata-mata mencari uang, tapi bagian
dari ibadah, sehingga dalam bekerja ada aturan, etika,
dan moralitas yang harus selalu dijunjung tinggi.
MEDIA UTAMA
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM30
31. H
imbauan soal memahami hakekat bekerja ini menjadi
bagian dari upaya membentuk zona integritas di Dinas
Kesehatan Jatim.
“Bayangkan...! Para pekerja yang menjadi kader posnyandu.
Mereka terus bekerja untuk masyarakat. Tak ada gaji, apalagi
kenaikan gaji berkala dan instensif. Tapi mereka tetap bekerja
dengan suka hati,”begitu ajakan Kadinkes Jatim, dr.Budi Rahaju
kepada seluruh karyawannya, untuk memaknai kerja sebagai PNS.
Salah satu upaya menjaga kehormatan para pekerja, Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, telah melakukan kerjasama
dengan BPKP. Dua lembaga ini telah bergerak dari hulu melakukan
pencegahan. Kami tidak ingin seperti“pemadam kebakaran”, yang
bergerak setelah ada kasus. Tapi, kami ingin sebelum ada kasus,
kami sudah melakukan pencegahan. Sehingga, dalam segala hal
tidak menimbulkan penyimpangan di kemudian hari, seperti KKN.
Bahkan, saat ini kami sudah melakukan kerjasama dengan Kejati
untuk memberi pendampingan dalam bidang perdata. Begitu
diucapkan dr Budi Rahaju di Surabaya.
Lebih lanjut dr. Budi menjelaskan, dengan kerjasama dua
lembaga ini, kami dapat melakukan konsultasi terkait regulasi
dan berbagai persoalan tentang kebijakan dengan Biro Hukum
dan Badan Pengelola Anggaran Daerah (BPKAD).“Kami sangat
intens melakukan pertemuan dengan banyak UPT, sehingga
tidak terjadi persepsi yang salah dalam implementasi kebijakan
atau ketentuan yang berlaku. Sebagai unit teknis kesehatan,
terkadang kurang memahami bahasa hukum atau keuangan.
Dengan adanya konsultasi ini dapat memberi kepastian dalam
implementasinya,”ujar dr.Budi.
Menurut Kadinkes, saat ini mereka sedang membentuk Sistem
Pengawasan Internal (SPI). Khusus, terkait dengan pelayanan
publik, Gubernur mempunyai kebijakan memadukan seluruh
pelayanan publik dalam satu atap dalam Pusat Pelayanan Terpadu
(P2T). Unit teknis hanya memberikan persyaratan dan biaya yang
dikeluarkan masyarakat.“Melalui pelayanan terpadu ini, proses
perizinan tenaga kesehatan lebih cepat, mudah, dan ringkas.
Masyarakat dapat secara pasti mengetahui kapan selesai dan
berapa besar biaya yang dikeluarkan sejak awal secara transparan,”
kata Kadinkes Provinsi Jatim ini.
Untuk izin-izin yang dikeluarkan oleh Daerah, maka prosesnya
cukup di P2T saja, selesai. Demikian juga bila terkait dengan
rekomendasi izin yang akan di bawa ke pusat, semua proses
dikerjakan secara cepat.
“Khusus pelayanan publik kesehatan seperti yang dilaksanakan
rumah sakit, secara struktur, langsung di bawah gubernur. Seperti
RS Sutomo, RS Syaiful Anwar, RS Haji, RS Sudono dan RS Jiwa
Menur. Mereka telah menerapkan sistem pelayanan publik dan
keuangan yang baik. Dengan penerapan sistem tersebut, Provinsi
Jawa Timur mendapat predikat opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) dua kali berturut-turut,”ujar dr. Budi.
Sebenarnya, Dinas Kesehatan sudah mendapat sertifikat ISO:
9001: 2008. Tapi, ISO itu hanya bersifat administrasi. Padahal,
banyak program kesehatan yang tidak dapat diselesaikan dengan
adminitrasi. Untuk itu, harus menggunakan instrumen-instrumen
manajemen program kesehatan. Dalam hal pengawasan program
ini, Gubernur mempunyai forum ajang“wadul”melalui siaran
TVRI. Masyarakat bebas memberi masukan dan bertanya tentang
program apa saja. Kemudian Gubernur atau pejabat SKPD (Satuan
Kerja Pemerintah Daerah) terkait akan memberi jawaban.
“Ada juga ngopi bareng gubernur yang disiarkan melalui SCTV,
yang diberi nama ngobrol pinter. Gubernur memberi pengantar
pada acara tersebut, kemudian dilanjutkan oleh SKPD tertentu
untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Dialog ini tidak hanya
terbatas pada satu topik, tapi banyak topik,”ujar Kadines.
Menurut Kadinkes, ke depan akan lebih tegas lagi, sesuai
denga SOP, baik yang terkait teknis atau administratif. Secara
kedisiplinan, kita sudah melaksanakan apel pagi dan sore, dengan
tingkat kehadiran 95%. Memang masih ada kelemahan, walau
pagi-sore apel, tapi ditengahnya agak sulit mengontrolnya. Kami
tetap kami memberi pembinaan dan pengarahan saat apel. (Pra)
dr. Budi Rahaju
Bekerja itu
kehormatan
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 31
32. MEDIA UTAMAMEDIA UTAMA
F
aktanya, siapa pun yang mati
tak akan membawa harta
ke akhirat. Banyak orang tua
berharta, begitu meninggal, anak
bertengkar berebut harta. Ternyata, harta
bisa membawa malapetaka. Sebagai
direktur yang tak lagi muda, saya ingin
mengabdikan diri, sebesar-besarnya agar
bermanfaat bagi banyak orang. Terhindar
dari perbuatan menyimpang. Amanah ini
sangat berat pertanggung jawabannya,
dunia-akhirat. Maka, saya selalu berdoa,
agar diberi kekuatan, kesabaran, dan
bimbingan, agar tetap berjalan, mengalir
istiqomah pada jalan yang benar, serta
menjadikan Poltekkes Surabaya bersih dan
bermartabat.
Kalimat di atas adalah ungkapan dan
harapan penuh makna dari Bambang
Guruh Irianto, Direktur Politeknik
Kesehatan ( Poltekkes) Surabaya kepada
mediakom, 12 September 2012.
Keinginan besar itu, Ia tuangkan dalam
Motto: PAS di poltekkes. Profesional
modalku, Anda puas tujuanku, dan
sejahtera tekadku. Untuk mewujudkan
motto tersebut, Poltekkes telah menyusun
SOP pelayanan kepada mahasiswa dan
melaksanakan ISO 9001: 2008 untuk
manajemen pelayanan publik dan IWA-
2:2007 untuk proses belajar mengajar.
PoltekkesBersih
Bermartabat& Keduanya mulai dilaksanakan sejak tahun
2011, ujar Bambang.
“Dengan adanya sertifikasi IWA ini, kami
memastikan setiap mahasiswa mendapat
pelayanan dosen wali secara efektif.
Meraka akan mendapat bimbingan dosen
lebih sering. Bukan hanya saat mengambil
KRS (Kartu kridit semester) saja. Tapi,
terkait dengan hambatan akademis dan
administrasi, dapat terdeteksi lebih awal.
Dengan demikian, mahasiswa segera
dapat solusinya,”tambah Direktur.
Menurut Hadi Suryanto, selaku Pembantu
Direktur II, untuk mendisiplinkan
karyawan, pihaknya telah melakukan
absensi dengan fingger print ketika
masuk pukul 07.30 dan pulang pukul
15.30. Apabila ada karyawan yang datang
dan pulang tidak tepat waktu, maka
waktu keterlambatan akan diakumulasi.
Bila mencapai 7,5 jam, dianggap tidak
masuk kerja satu hari. Bila ini terjadi,
maka yang bersangkutan akan dipotong
uang makannya Rp 25.000,-/hari.
“Ternyata, pemotongan uang makan,
akibat keterlambatan masuk kerja, telah
mendorong karyawan lebih disiplin masuk
kerja,”ujar Hadi.
“Dengan penerapan kebijakan ini,
awalnya ada resistensi dari sebagian
karyawan, sampai mengirim surat kaleng.
Tapi, seiring dengan perjalanan waktu,
sosialisasi yang berkelanjutan, karyawan
menjadi semakin paham. Sehingga
karyawan menjadi semakin tepat datang
dan tepat pulang,”tutur Hadi
Poltekkes Surabaya, memiliki 13 program
studi yang tersebar di seluruh wilayah
Jawa Timur. Memang, dengan kondisi yang
berjauhan tempatnya, agak berpengaruh
pada mobilitas dosen. Apalagi
kendala kemacetan Surabaya juga ikut
mempengaruhi. Belum lagi finger print
belum terkoneksi secara online di seluruh
jurusan. Sehingga, dosen yang berabsen
di rektorat di jalan Menur, bila harus
mengajar di jurusan lain di luar komplek
jalan menur, tidak sempat melakukan
absensi terlebih dahulu.“Solusinya,
para dosen memberitahu kepada pihak
admin, bahwa pagi-pagi tersebut yang
bersangkutan mengajar di luar. Hal ini juga
diperkuat dengan menyerahkan jadwal
mengajar kepada petugas absen, pada
awal ajaran baru,”ujar Hadi.
Untuk memantau kedisiplinan
karyawan, sejak Juni 2012, institusi telah
membagikan buku catatan harian. Jadi,
karyawan setiap hari kerja harus menulis
apa yang dikerjakan. Melalui catatan
tersebut, institusi dapat mengetahui apa
Direktur Poltekkes Surabaya Bambang Guruh Irianto
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM32
33. yang dikerjakan setiap harinya.“Hal ini
dilakukan untuk membiasakan karyawan
mencatat kinerjanya sendiri. Sebab,
ke depan, remunerasi akan diberikan
berdasarkan kinerjanya. Oleh sebab itu,
kinerja harus terdokumentasi. Rencana,
evaluasi catatan harian ini akan dievaluasi
setiap tiga bulan,”ujar Pudir II ini.
Menurut Hadi, khusus, pengadaan barang
dan jasa di atas Rp100 juta, poltekkes
selalu menyelenggarakan lelang.
Bahkan melalui LPSE. Hal ini dilakukan
guna memenuhi azas keterbukaan dan
akuntabilitas publik.“Kami sangat berhati-
hati dalam pengadaan barang dan jasa ini.
Tidak ingin ada kesalahan dalam masalah
teknis maupun administrasi. Sehingga,
pengadaan betul-betul, tepat aturan, tepat
guna dan tepat harga yang kompetitif ,”
kata Hadi menegaskan.
Menurut Bambang, guna menjamin
kesinambungan mutu pelayanan,
Poltekkes telah melakukan 2 kali audit
internal dan 1 kali audit eksternal.
Berdasarkan hasil evaluasi, setelah
menerapkan ISO dan IWA, telah
mendongkrak indek prestasi mahasiswa
(IPM) rata-rata 2,75 di atas rata-rata
minimal 2,50. Di samping itu, juga
telah mendorong kinerja dosen untuk
mendapatkan sertifikasi dosen. Saat ini
sudah mencapai 75% dosen bersertifikasi.
Bagi dosen yang sudah bersertifikasi akan
mendapatkan tunjangan sertifikasi dosen,
besarannya 1 kali gaji pokok/ bulan.
Kepuasan pelanggan
Berdasarkan hasil survey kepuasan
pelanggan, Desember 2011 oleh tim
survey dari PT Galore Indonesia menurut
pelanggan internal: mutu pelayanan
Baik, dengan nilai 67,651. Dari seluruh
unsur penilaian, keaman pelayanan
mempunyai nilai tertinggi dan prosedur
pelayanan mempunyai nilai terendah,
mungkin masih birokratis, belum tepat
waktu. Sedangkan menurut pelanggan
eksternal: mutu pelayanan Baik, dengan
nilai 76,858. Dari seluruh unsur penilaian,
kejujuran mendapat nilai tertinggi, sedang
kemampuan inisiatif/prakarsa mendapat
nilai terendah.
Sampel pelanggan internal terdiri dari
mahasiswa semua jurusan 60%, dosen
20% dan karyawan 20%. Sedangkan
pelanggan eksternal, ditetapkan 130
responden terpilih dari jumlah populasi
pengguna lulusan yang tersebar di 63
instansi, 14 kota di Jawa Timur, baik
instansi pemerintah maupun swasta.
Harapan ke depan
Menurut Direktur, Poltekkes menadapat
opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP), yang sebenarnya. Bukan
hanya sertifikatnya, tapi WTP yang
terimplementasi di lapangan dan terasa
perbaikannya bagi pelanggan. Hal ini
dimulai dari mengubah cara berfikir
SDM-nya. Memiliki layanan tarif yang
terintegrasi secara on line satu pintu.
Mahasiswa membayar melalui bank,
kemudian dapat melihat di web. Semua
transparan, tidak ada pungutan-pungutan,
kecuali yang sudah tertera dalam webside
Poltekkes.
Sekarang, seluruh pengadaan, pembuatan
jaket, pengadaan makan mahasiswa,
semua satu pintu, yakni lelang melalui
LPSE. Terus terang, tahun 2012, merupakan
tahun terberat. Karena jurusan, tidak
mendapatkan kewenangan yang selama
ini dikerjakan. Tapi, dalam rangka
menuju bebas KKN, ketetapan ini harus
ditegakkan.
Berhubung, Poltekkes ini sudah menjadi
Badan Layanan Umum ( BLU), yang
mempunyai fungsi mensejahterakan
karyawan, insya Allah akan ada waktunya.
Sabar, menunggu proses berikutnya.
Sebagai perbandingan, Bina Upaya
Kesehatan dengan Rumah sakit sebagai
BLU, dapat menggunakan 40% dari
pendapatannya untuk kesejahteraan
dan pengembangan pelayanan. Untuk
itu, kami berharap Badan PPSDM segera
membuat pedomannya, sebagai payung
hukum BLU.
Dengan demikian, kita dapat menuju
Wilayah Bebas Korupsi dan melayani
pelanggan dengan sepenuh hati.
Karyawan senang dan sejahtera,
pelanggan merasa puas dengan
pelayanannya.“Sungguh, kebahagiaan
dan kepuasan tersendiri, bila seluruh
lulusan poltekkes bekerja, berkarya
untuk masyarakat. Bahkan, saat ini
70% karyawan RS Sutomo, berasal dari
poltekkes,”ujar Direktur.
Poltekkes yang memiliki 12 program studi/
jurusan ini, terus mengeliat memperbaiki
diri, untuk mencapai cita-cita tertinggi,
yakni“semua lulusan poltekkes Surabaya
dapat bekerja, berkarya untuk kesehatan
masyarakat Indonesia. Bagi saya, prestasi
ini lebih membahagiakan dan tak ternilai
harganya,”kata doktor lulusan S.3 Ilmu
Kedokteran Unair Surabaya ini, mengakhiri
pembicaraan. ( pra)
Hadi Suryanto, Pembantu Direktur II, Poltekkes, Surabaya.
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 33
34. MEDIA UTAMA
Nasir, guru SMA Swasta di Jakarta,
pusing tujuh keliling. Amran, anak
pertama yang masih duduk kelas
tiga SD terbiasa mengambil uang
miliknya. Mulut sudah berbusa
memberi nasehat, tapi kejadian
berulang tetap terjadi. Uang dalam
dompet, kantong celana, baju atau
tas sekolah, selalu berkurang. Walau,
dari segi jumlah tidak banyak, masih
dibawah lima ribu rupiah.“ Bukan
besarannya, yang jadi masalah, tapi
kebiasaan buruk itu yang meresahkan”
ujarnya dengan nada sedih.
Untuk menghentikan kebiasaan
buruk Amran, Nasir mengajak anaknya
naik sepeda motor, kurang lebih lima
kilometer, kemudian di tinggal ditempat
itu.Ternyata, Amran pulang sendiri jalan
kaki, menuju rumah dengan raut wajah
dingin.“ Amran, tidak tampak sedih atau
marah, seperti tak ada masalah”, kata
Nasir menceritakan hasil pengamatan dari
kejauhan.
Setelah itu, Nasir semakin bingung,
karena kebiasaan buruk tidak berkurang.
Repotnya, semua perbuatan mengambil
uang itu, dibantah. Walau jelas-jelas ada
bukti dan ketangkap tangan. Amran, tetap
mengatakan tidak mengambil, dengan
berbagai alasan yang tak masuk akal.
Dengan cara hukuman, tak mendapat
hasil. Nasir merubah pembinaannya
dengan cara yang lembut. Ketika,
kehilangan, Ia memanggil anaknya baik-
baik. Mengobrol santai. Memberikan
pujian dan menghadiahkan dengan
barang atau makanan yang menjadi
kesukaan Amran. Setelah suasana
Kejujuran
Bangsa
ngobrol nyaman, Nasir dengan nada
datar, apakah Amran pernah mengambil
uang ayah ? Bila mau berkata jujur, nanti
akan ditambah lagi hadiahnya.“Ternyata,
Amran dengan penuh semangat
menjelaskan sebagian besar peristiwa
mengambil uang milik ayah, ibu dan
keluarga dirumahnya”, ujar Nasir.
Menurut Nasir, fase berikutnya, Dia
benar-benar menambah hadiah untuk
Amran apa yang telah dijanjikan atas
kejujurannya. Kemudian, Nasir terus
menambah kedekatan interaksi dengan
sesering mungkin ngobrol. Saat itulah
masuk nasehat, apresiasi dan penjelasan
bahayanya bila tidak jujur. Bahkan
mengingatkan, bila berhenti mengambil
uang tanpa izin, akan menambah
hadiahnya lagi.
Seiring berjalannya waktu, setelah dua
tahun lebih melakukan pembinaan, Amran
tak lagi mengambil uang tanpa izin. Ia
selalu berterus terang meminta uang
kepada orang tua, bila membutuhkan
untuk keperluan tertentu.“ Saya benar-
benar bersyukur, atas bimbinganNya,
Amran dapat berhenti dari kebiasaan
buruk mengambil uang tanpa izin.
Bahkan bukan hanya urusan uang, tapi
masalah lainpun juga mau jujur”, ujar Nasir
bergembira.
Sekolah kejujuran
Koran Buana Mandiri (KBM),
menyampaikan dari 617 kantin kejujuran
di Kota Bekasi yang diresmikan Wakil
Jaksa Agung Muchtar Arifin pada Oktober
2008, tinggal 20 persen yang tetap eksis.
Sebanyak 80 persen tutup akibat bangkrut
karena ketidakjujuran pembeli.
KANTIN KEJUJURAN
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM34
35. Kini, kantin itu tinggal sebagian saja.
Padahal sejak diresmikan hingga sekarang,
belum ada evaluasi terhadap peningkatan
kantin kejujuran pada setiap sekolah.
Program itu bagus dan baik, tapi kalau
tidak ada tindak lanjut percuma, buang-
buang tenaga dan biaya. Selayaknya ada
evaluasi, sejauh mana kemajuan dan
kejujuran para anak didik.
Program kantin kejujuran, diterapkan di
masing-masing satuan pendidikan dari SD
hingga pendidikan menengah, awalnya
menggebu-gebu. Tetapi berselang 3-6
bulan, tutup alias bangkrut, karena siswa
kurang kejujuran atau ketidakmengertian,
sebab awalnya tidak ada sosialisasi
khususnya di kalangan murid sekolah
dasar. Akhirnya, pengelola lebih baik
mentutup kantin daripada bangkrut.
Alasannya, murid-murid asal main ambil
saja dan tidak bayar.
Belajar dari kasus di atas, pelajaran
menanamkan kejujuran pada anak, sangat
sulit. Perlu proses yang panjang, program
yang bagus dan berkesinambungan.
Menanamkan kejujuran, memang lebih
sulit daripada memahamkan anak baca,
tulis dan hitung. Untuk itu, menanamkan
kejujuran pada anak, tidak bisa instan,
langsung kelihatan hasilnya.
Kesulitan, sudah menjadi risiko dalam
menanamkan nilai kejujuran. Tapi,
kesulitan yang menghadang tidak boleh
menjadi putus asa, kapok, takut rugi atau
bangkrut. Semua kerugian sudah harus
diperhitungkan dan dianggap sebagai
biaya yang harus dikeluarkan, bagi upaya
menanamkan kejujuran. Jangan dianggap
sebagai kerugian.
Berapapun biaya yang sudah keluar, bila
anak-anak didik kemudian tertanam nilai
kejujuran, tentu kejujuran anak-anak
tersebut lebih berharga, dibanding biaya
yang dikeluarkan.
Menanamkan kejujuran melalui kantin
kejujuran, belum tentu menjadikan
anak jujur. Sebab, masih ada pengaruh
lain seperti kebiasaan dikeluarga dan
teman sepermainan. Kedua hal tersebut
juga harus mendukung, menanamkan
kejujuran dalam perilaku hidup sehari-
hari. Bila semua mendukung, sepertinya
tumbuhnya nilai kejujuran pada anak akan
lebih mudah.
Jujur, pintu masuk seluruh kebaikan,
termasuk integritas dan profesionalitas.
Tanpa kejujuran, maka tak ada integritas
dan kebaikan lainnya. Menanamkan
kejujuran pada anak, merupakan
investasi keluarga dan bangsa. Sebab itu,
menanamkan kejujuran pada anak, harus
diawali dari keluarga, kemudian sekolah,
perguruan tinggi dan dunia kerja.
Jadi, menanamkan kejujuran tak cukup
sesaat. Benih kejujuran juga harus
dirawat, perlu disiram dan dipupuk
yang berkelanjutan. Sehingga nilai jujur
itu semakin kuat dan kokoh tertanam
dalam sikap dan tindakan. Bahkan, dapat
menguatkan kejujuran orang-orang
disekelilingnya. Semoga...!
KEJUJURAN
KANTIN KEJUJURAN
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 35
36. RAGAM
Dampak terhadap produktivitas
dan economic loss
Berdasarkan Riskesdas 2010 angka kasus
baru malaria sebesar 22,9 per 1.000
penduduk. Hasil Sensus Penduduk 2010,
Indonesia berpenduduk 237.641.326
jiwa, maka diperkirakan kasus baru
malaria sebesar 5,4 juta. Berdasar BPS 72
% penduduk pada usia produktif (BPS,
2009), maka kehilangan kesempatan
pendapatan (72 % x 5,4 juta kasus) : 3,8
juta x 5 hari tidak bekerja x Rp.50.000
(rata-rata upah harian) = Rp.950 milyard,
hampir 1 triliun rupiah kesempatan
pendapatan yang hilang. Ditambah biaya
berobat, transportasi dan biaya perawatan
termasuk penunggu kalau penderita
dirawat.
Malaria tropika (Plasmodium falciparum)
dapat menginfeksi semua stadium eritrosit
sampai 10 – 40 % eritrosit (Nugoro, 2000).
Sedangkan malaria tertiana (Plasmodium
vivax) dapat menginfeksi sel darah merah
muda yang mencapai 2 % (Depkes RI,
2008). Dengan terinfeksi malaria akan
MALARIA
BERDAMPAK
MULTIDIMENSIOleh DR. Lukman Hakim *)
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2007 proporsi malaria
dibanding semua penyakit pada semua umur, menduduki tempat ke 6. Malaria sebagai
penyebab kematian pada balita menduduki tempat ke 9, penyebab kematian pada
usia 5 – 14 tahun menduduki tempat ke 3, penyebab kematian pada usia 15 – 44 tahun
menduduki tempat ke 4 (Depkes RI, 2008).
mengakibatkan anemi pada penderita,
yang mempengaruhi kesehatannya
dan berdampak terhadap produktivitas
kerjanya.
Mengapa malaria berkaitan
dengan SDM di masa depan ?
Infeksi Plasmodium falciparum selama
kehamilan sering menyebabkan anemi
maternal, aborsi, lahir mati, persalinan
prematur, bayi berat lahir rendah, dan
kematian maternal (Tambayong, 2000).
Lebih 50 juta ibu hamil menderita malaria
per tahun. Malaria dalam kehamilan di
daerah endemik menyebabkan 2-15%
anemia berat pada ibu, 5-14% bayi berat
lahir rendah, dan 3-5% kematian neonatal
(Nurdiati, 2006).
Imunitas terhadap malaria timbulnya
lambat, baru didapat setelah dewasa dan
setelah terinfeksi parasit berulang-ulang,
karena itu hanya didapat pada penduduk
didaerah endemis stabil dimana hampir
tiap hari terpapar dengan parasit (Nugoro,
2000). Fenomena ini menggambarkan
pada daerah endemis malaria usia
sekolah merupakan usia yang rentan
tertular malaria. Pada saat gejala malaria
muncul, dingin menggigil, demam, dan
berkeringat, kemungkinan anak tersebut
tidak sekolah. Apalagi malaria termasuk
penyakit seasonal, karena nyamuk
Anopheles sp dipengaruhi lingkungan
habitatnya, akibatnya terjadinya absensi
massal anak sekolah pada musim
penularan malaria.
Dampak terhadap Dunia Wisata
Secara kumulatif (Januari – Desember)
2009, jumlah wisatawan mancanegara
(wisman) 6,32 juta orang. Perkiraan devisa
yang masuk dari wisman tahun 2009
mencapai US$.6.3 miliar (Website BPS,
2010). Kunjungan wisman ke Bali 2009
menembus angka 2,1 juta orang atau
melampaui target 1,8 juta orang (www.
solopos.com). Berarti per wisman rata-rata
mengeluarkan dana sekitar Rp.9 juta.
Apabila terjadi Kejadian Luar Biasa
malaria di Bali dan wisman memindahkan
kunjungan ke negara lain, maka : 2,1 juta
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM36
37. wisman x Rp.9 juta akibatnya potensi
kehilangan devisa Rp.18,9 triliun.
Bandingkan APBN 2009 Sektor Kesehatan
sebesar 2,8 % dari Rp.986,7 triliun yang
sebesar Rp.27,6 triliun (www.inilah.com.).
Jadi malaria akan berdampak terhadap
penurunan devisa yang akan masuk dari
wisman, apabila daerah tujuan wisata
terjadi Kejadian Luar Biasa malaria.
Apa yang Harus Kita Perbuat ?
Berdasar SK Menkes RI No. 293/MENKES/
SK/IV/2009 tentang Eliminasi Malaria di
Indonesia, Menteri Kesehatan RI pada
peringatan Hari Malaria Sedunia 25 April
2009 telah mencanangkan eliminasi
malaria. Dalam SK tersebut disebutkan
indikator suatu kabupaten/kota, provinsi,
dan pulau dinyatakan sebagai daerah
tereliminasi bila tidak ditemukan lagi kasus
penularan setempat (indigenous) selama 3
tahun berturut-turut serta dijamin dengan
kemampuan pelaksanaan surveilans yang
baik.
Pokok kegiatan untuk mencapai
eliminasi meliputi penemuan dan
tatalaksana penderita, pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko, surveilans
epidemiologi dan penanggulangan
wabah, peningkatan komunikasi, informasi
dan edukasi (KIE), dan peningkatan
sumber daya manusia. Eliminasi malaria
dilaksanakan bertahap, tahun 2010
meliputi Kepulauan Seribu (Provinsi DKI
Jakarta, Pulau Bali, dan Pulau Batam. Tahun
2015 meliputi Pulau Jawa, Provinsi Aceh,
dan Provinsi Kepulauan Riau. Tahun 2020
meliputi Pulau Sumatera (kecuali Provinsi
Aceh, dan Provinsi Kepulauan Riau),
Provinsi NTB, Pulau Kalimantan, dan Pulau
Sulawesi. Tahun 2030 meliputi Provinsi
Papua, Provinsi Papua Barat, Provinsi NTT,
Provinsi Maluku, dan Provinsi Maluku
Utara.
Penutup
Kesimpulannya dampak malaria beraspek
luas, dari kesehatan masyarakat,
produktivitas kerja, sumber daya manusia,
sampai sektor wisata. Untuk mengatasinya
perlu kegiatan eliminasi yang terencana,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
yang baik.
Agar mempunyai hasil optimal perlu
kerjasama dengan seluruh lintas program,
lintas sektor, dunia usaha, organisasi non
pemerintah, sampai masyarakat itu sendiri
termasuk dunia perguruan tinggi.
*) Penulis, seorang Doktor dengan
Disertasi“Sistem Informasi Lingkungan
dalam Pengembangan Sistem
Kewaspadaan Dini Malaria”.
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM 37
38. RAGAM
D
esa dan Kelurahan siaga aktif,
memberikan kemudahan bagi
penduduk, untuk mengakses
pelayanan kesehatan dasar,
khususnya Poskesdes/
Pustu/sarana kesehatan lainnya.
Disamping, mengembangkan UKBM
dan melaksanakan survilens berbasis
masyarakat, serta penyehatan lingkungan.
Sehingga masyarakat menerapkan
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi,
bersama Menteri Pembangunan Daerah
Tertinggal, Helmy Faisal Jalil, bertatap
muka dengan lebih dari 400 peserta Temu
Karya Nasional dalam rangka Perlombaan
Desa dan Kelurahan Tingkat Nasional
yang diselenggarakan pada tanggal 15
DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF
MEMPERMUDAH LAYANAN KESEHATAN
Agustus 2012 di Jakarta. Peserta terdiri
dari Kepala Desa, Lurah, Ketua Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa
dan Kelurahan, Ketua Tim Penggerak PKK
Desa dan Kelurahan. Perlombaan ini untuk
memilih juara Camat Lokasi Desa dan
Kelurahan serta Perwakilan Pemerintah
Daerah Lokasi Desa dan Kelurahan.
Perlombaan Desa dan Kelurahan Tingkat
Nasional merupakan kegiatan rutin
yang diselenggarakan setiap tahun oleh
Kementerian Dalam Negeri
Dalam acara ini Menkes menyampaikan
tentang visi Pembangunan Kesehatan
untuk tahun 2010-2014 yaitu masyarakat
sehat yang mandiri dan berkeadilan,
dengan misi 1) Meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, melalui
pemberdayaan masyarakat, termasuk
swasta dan masyarakat madani, (2)
Melindungi kesehatan masyarakat dengan
menjamin tersedianya upaya kesehatan
yang paripurna, merata, bermutu, dan
berkeadilan, (3) Menjamin ketersediaan
dan pemerataan sumberdaya kesehatan,
dan (4) menciptakan tata kelola
kepemerintahan yang baik.
Di tingkat Desa dan Kelurahan
dikembangkan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif. Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif merupakan salah satu indikator
dalam standar pelayanan minimal
bidang kesehatan di Kabupaten dan
Kota. Hal tersebut telah di atur dalam
Permenkes No. 741 Tahun 2008 dan
Kepmenkes No. 828 Tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
Kesehatan Kab/Kota yang menyebutkan,
EDISI 37 I SEPTEMBER I 2012 MEDIAKOM38