3. PANDUAN PRAKTIS SMK FULLDAY
Disarikan dari praktik terbaik SMK Indonesia
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Direktorat Pembinaan SMK
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
2017
5. Buku panduan SMK sistem Fulldayi
Syukur Alhamdulilah, buku panduan praktis Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
sistem fullday ini selesai disusun. Panduan disusun untuk memberikan kemudahan
bagi SMK untuk langkah mengembangkan diri dari SMK regular biasa menjadi SMK
dengan muatan lebih besar guna menjamin lulusan terserap di DUDI. Keberterimaan
(employability) lulusan SMK sampai saat ini masih menjadi permasalahan besar
bagi dunia pendidikan. Sehingga pemerintah dan masyarakat harus terus berupaya
mengambil langkah strategis untuk menjawab permasalahan ini. Panduan ini
sangat ringkas dan praktis. Untuk mempertajam pelaksanaan kegiatan dapat
dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.
Perkenankan kami menghaturkan terima kasih kepada:
1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
2. Direktur Pembinaan SMK Kemdikbud RI
3. Rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
4. Teman-teman dosen di Magister Pendidikan Vokasi Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta
5. Para tim perumus dan pembahas dengan segala kegigihan dan komitmennya
6. Para kepala-kepala sekolah yang terlibat dalam penelitian dan sekaligus menjadi
peserta aktif dalam FGD demi tersusunnya panduan ini.
Tidak ada gading yang tidak retak, panduan ini masih membutuhkan uluran ide,
saran dan perbaikan dari berbagai pihak untuk menghasilkan buku panduan yang
mudah diikuti. Sehingga tujuan SMK untuk menghasilkan lulusan yang siap bekerja
dapat terwujud dengan baik.
Penyusun
KATA PENGANTAR
6. Buku panduan SMK sistem Fullday ii
SMK sistem fullday disusun bukan saja untuk menambah jam belajar siswa di
SMK tetapi dirancang untuk lebih pada kebutuhan dan tuntutan pengguna lulusan
SMK. Kebekerjaan (employability) siswa SMK adalah muara dari semua proses
penyelenggaraan SMK dengan segenap daya dukung yang harus disiapkan.
Penajaman arah lulusan SMK untuk siap bekerja adalah mengembalikan filosofi
dasar berdirinya pendidikan kejuruan.
Dalam buku panduan ini ada 3 ranah yang akan dijadikan tujuan SMK sistem fullday.
Ranah pengetahuan, lulusan SMK bukan saja mencapai level mengevaluasi tetapi
sampai pada level mencipta produk. Pada ranah keterampilan level kompetensi
lulusannya mencapai level kompeten yang lebih tajam dan dan dalam. Dari dua
ranah itu diharapkan sikap lulusannya menjadi lebih unggul, siap kekerja, disiplin
tinggi dan mandiri. Sehingga buku ini terdiri atas panduan penguatan kualifikasi
kompetensi, panduan kompetensi penunjang karir dan bagaimana mengoptimalkan
daya dukung institusi sekolah. Kepada kepala sekolah SMK silahkan dapat
diterapkan buku ini di sekolah masing-masing tentu dengan menyesuaikan
kebutuhan dan kekuatan yang ada.
Dalam pengantar ini sebagai direktur PSMK mengucapkan terima kasih kepada
tim Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Ahmad Dahlan dan subdit
evaluasi yang tidak henti-hentinya untuk menyelesaikan buku panduan tepat waktu.
Tidak ada gading yang tidak retak, kami masih memerlukan kritik, sara dan masukan
dari berbagai pihak untuk menyempurnakan buku panduan ini. Terima kasih.
Direktur PSMK
Drs. M. Mustaghfirin Amin, MBA.
PENGANTAR DIREKTUR PSMK
7. Buku panduan SMK sistem Fulldayiii
Kata Pengantar………………………………………............................................. i
Pengantar Direktur PSMK........................................................... ....... ii
Daftar Isi............................................................................................. iii
Daftar Gambar.................................................................................... iv
Daftar Tabel........................................................................................ v
BAB I Sekilas Fullday School dan Employability Skill........................ 1
Fullday School ..................................................................... 2
Employability Skills ............................................................. 2
Menuju SMK sistem Fullday................................................. 3
BAB II Penguatan Kualifikasi Kompetensi ...................................... 7
Lomba Kompetensi Siswa (LKS mini).................................. 8
Revitalisasi Teaching Factory atau Unit Produksi
atau Bisnis Center................................................................ 9
Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti..................................... 11
Gerakan Literasi Sekolah..................................................... 14
Uji kompetensi dan Sertifikasi LSP P 1................................ 15
BAB III Kompetensi Penunjang Karir............................................... 21
SMK ber-KAIZEN ................................................................. 22
Ketarunaan/ke-smapta-an................................................... 25
Achievement Motivation Training........................................ 27
Pengembangan Karir model Adversity Quotient ................. 34
SMK Siaga Bencana............................................................. 35
Safety Health Environmental (SHE) ..................................... 36
BAB IV Daya Dukung Institusi.......................................................... 39
Workshop/Bengkel............................................................... 40
Guru...................................................................................... 40
Assessor............................................................................... 41
Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI)...................................... 42
Stakeholder Luar.................................................................. 42
BAB V Penutup ............................................................................... 45
Daftar Pustaka.................................................................................... 47
DAFTAR ISI
8. Buku panduan SMK sistem Fullday iv
Gambar 1. SMK sistem fullday....................................................... 4
Gambar 2. Model 1 Pembelajaran Teaching Factory..................... 9
Gambar 3. Model 2 Pembelajaran Teaching Factory..................... 10
Gambar 4. Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti............................. 11
Gambar 5. Uji Kompetensi Terpadu............................................... 18
Gambar 6. Arti Kaizen.................................................................... 22
Gambar 7. Program Kaizen............................................................ 23
Gambar 8. Milestone program SMK ber-Kaizen............................. 23
Gambar 9. Contoh Pelaksanaan Program SMK ber-Kaizen........... 25
DAFTAR GAMBAR
9. Buku panduan SMK sistem Fulldayv
Tabel 1. Tahapan pelaksanaan GLS di SMK...................................... 15
Tabel 2. Contoh Format Skill Passport Kompetensi Keahlian Teknik
Kendaraan Ringan............................................................... 19
Tabel 3. Struktur program SMK ber-Kaizen....................................... 24
Tabel 4. Pembagian tugas program SMK ber-Kaizen........................ 24
Tabel 5. Jadwal Achievement Motivation Training............................ 27
DAFTAR TABEL
10. Buku panduan SMK sistem Fullday 1
BAB I
FULLDAY SCHOOL DAN
EMPLOTABILITY SKILLS
11. Buku panduan SMK sistem Fullday2
Program fullday school pada hakekatnya tidak hanya upaya menambah waktu
dan memperbanyak materi pelajaran saja, namun untuk mengkondisikan siswa
agarmemilikipembiasaanhidupyangbaiksertapembinaankejiwaan,mentaldan
moral anak. Oleh karena itu sekolah dengan sistem ini harus dilengkapi dengan
program rekreatif dalam pembelajaran agar tidak timbul kebosanan dalam
menempuh studinya. Secara de facto banyak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
di Indonesia yang sudah menerapkan sistem fullday school. Penerapan sistem
ini didasarkan pada kebutuhan capaian pembelajaran di setiap kompetensi. SMK
sistem fullday dapat dilihat pada hampir semua pembelajaran kejuruan terutama
praktik sudah menggunakan sistem blok atau semi blok. Selain itu pembelajaran
di SMK dilaksanakan di dalam dan atau di luar sekolah dalam hal ini Dunia
Usaha dan Dunia Industri (DUDI) serta pembelajaran dilakukan di dalam jam
formal di luar jam formal. Bahkan di beberapa sekolah ada yang harus masuk
malam karena menyesuaikan dengan perilaku praktik yang dibutuhkan, misalnya
praktik pemijahan benih ikan harus dilakukan pada malam hari. Ada beberapa
definisi tentang fullday school. Menurut Baharudin (2009:231) fullday school
mempunyai beberapa keunggulan yaitu siswa akan mendapatkan pendidikan
umum dan pendidikan keIslaman serta dapat mengembangkan potensi siswa
melalui kegiatan ekstra kurikuler. Hasan (2006:111) menegaskan fullday school
bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi kepribadian siswa dengan
lebih seimbang. Sedangkan menurut Nur Asni Alfiana Alfiah (2014) menjelaskan
sekolah model fullday school dapat meningkatkan kecerdasan emosional dan
tingkat penyesuaian sosial. Sementara itu Budi Winarni (2015) menengarahi
adanya pengaruh antara penerapan fullday school terhadap kedisiplinan siswa.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa fullday school adalah
model sekolah yang menerapkan pendidikan yang dapat mengembangkan
seluruh potensi siswa dan meningkatkan kecerdasan emosional dan tingkat
penyesuaian sosial yang dilakukan sehari penuh.
Secara sederhana employability skills adalah ketrampilan yang dapat digunakan
untuk bekerja atau istilah populernya adalah kebekerjaan. Menurut Goodwin
(2012: 3) employability skill meliputi: non-technical skills, including generic
1. FULLDAY SCHOOL
2. EMPLOYABILITY SKILLS
BAB I
FULLDAY SCHOOL DAN EMPLOTABILITY SKILLS
12. Buku panduan SMK sistem Fullday 3
skills, essential skills, soft skills, key competencies, transferable skills, enterprise
skills and general capabilities. Employability skill diperoleh pada saat seseorang
mengikuti pembelajaran. Ketrampilan non teknik (non-technical skills) bukan saja
ketrampilan yang berhubungan dengan kemampuan bekerja secara langsung,
tetapi kemampuan yang secara luas yang berhubungan dengan kemasyarkatan,
seperti kewarganegaraan dan etika berperilaku. Kompetensi kunci (key
competencies) adalah kompetensi yang berkaitan dengan jenis pekerjaan.
Sedangkan transferable skills adalah ketrampilan mentranfer jika ditempat
pekerjaan ada perkembangan/perubahan ketrampilan kunci. Seseorang yang
memiliki employability skill yang baik akan mempunyai kinerja yang baik pula.
Goodwin (2012: 3) membuat kerangka kerja yang menghubungkan antara
employability skills, technical skills, dan ketrampilan inti dalam berbahasa
dan berhitung dikaitkan dengan kinerja. Kerangka kerja tersebut menunjukkan
bahwa kinerja sangat ditentukan oleh ketrampilan bekerja, ketrampilan teknik,
ketrampilan berbahasa dan berhitung. Employability skills adalah suatu
ketrampilan yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan
atau untuk dapat tetap bekerja, meliputi ketrampilan personal, ketrampilan
interpersonal, sikap kebiasaan, dan perilaku (Lankard, 1990). Employability skills
juga dimaknai sebagai sekumpulan ketrampilan non-teknis yang bersifat dapat
ditransfer yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja, untuk tetap bertahan
dan mengembangkan karir di tempat kerja, ataupun untuk pengembangan karir
di tempat kerja baru (Yorke, 2006). Dari beberapa pendapat diatas, employability
skills dapat disimpulkan sebagai ketrampilan teknis dan non teknis yang dapat
digunakan untuk bekerja.
SMK sistem fullday tidak lain bertujuan untuk mencapai tingkat employability
skills siswa yang tinggi. Tujuan ini sangat penting karena mengfokuskan lulusan
SMKyangsiapbekerja,baikuntukdirinyamaupunoranglain,adalaheratkaitannya
dengan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran di sekolah. Menambah
atau bahkan mengaburkan dengan tujuan lain bisa jadi akan memperburuk citra
SMK bahkan menurunkan kualitas lulusannya. Secara mudah bagaimana SMK
sistem fullday bekerja adalah seperti yang gambar di bawah ini.
3. MENUJU SMK SISTEM FULLDAY
13. Buku panduan SMK sistem Fullday4
Gambar di atas menunjukkan bahwa SMK sistem fullday memiliki konsekuensi
yang sangat luas. Pencapaian pengetahuan dan ketrampilan serta sikap siswa
harus memiliki nilai lebih dari SMK sistem reguler. Pengetahuan yang dicapai
harus sampai pada tahap mencipta, sementara ranah keterampilan SMK sistem
fullday harus mencapai level kompetensi yang lebih kuat dan tajam. Demikian juga
sikap siswa yang dihasilkan adalah lebih baik dari SMK lainnya. Guna menjamin
ketercapaian employability skills siswa yang tinggi, SMK harus memiliki dukungan
kuat dari dalam maupun luar institusi. Dari internal sekolah penguatan 8 Standar
Nasional Pendidikan (SNP) sudah harus memiliki kelebihan dan keunggulan. Dari
eksternal sekolah meliputi DUDI sebagai mitra wajib, asosiasi profesi dan LSP
sebagai tolok ukur ketercapaian setiap kompetensi siswa menjadi sangat penting.
Ketercapaian proses kualitas pelatian dapat terlihat dari berjalannya Praktek Kerja
Lapangan (PKL) minimal 6 bulan, magang minimal 8 bulan (khusus untuk SMK 4
tahun) dengan baik, berjalannya Teaching Factory atau Unit Produksi atau Bisnis
Center sampai menghasilkan profit.
Berdasarkan kebutuhan DUDI lulusan SMK selain dibutuhkan kualifikasi minimal
tamatan, tetapi juga dituntut memiliki kemampuan pengembangan karir sebagai
pekerja. Kualifikasi minimal tamatan, sekolah dapat dilakukan dengan dengan
penajaman kompetensi, pengelolaan Usaha Produk Kreatif, Revitalisasi Teaching
Factory atau Unit Produksi atau Bisnis Center, menumbuhkan Gerakan Budi Pekerti,
Gambar 1. SMK Sitem Fullday
14. Buku panduan SMK sistem Fullday 5
Gerakan Literasi Sekolah, Sinkronisasi Kurikulum DUDI dan sekolah, Uji kompetensi
dan sertifikasi minimal LSP P 1, Praktek Kerja Lapangan (PKL) 6 bulan, Magang 8
bulan (SMK 4 th) dan menguasai bahasa internasional selain English. Sementara
pengembangan karir siswa, sekolah dapat melakukan pramuka yang mendukung
kompetensi siswa, SMK ber-KAIZEN, mengembangkan ketarunaan/ke-smapta-
an, mengadakan kegiatan Achievement Motivation Training, pengembangan karir
pakai model Adversity Quotient, SMK siaga bencana dan kegiatan Safety Health
Environmental (SHE).
16. Buku panduan SMK sistem Fullday 7
BAB II
PENGUAT KUALIFIKASI
KOMPETENSI
17. Buku panduan SMK sistem Fullday8
Pengembangan SMK sistem fullday adalah bagaiamana mewujudkan kompetensi
siswa menjadi lebih kuat dan lebih tajam. Salah satu langkahnya adalah
mengadakan Lomba Kompetensi Siswa (LKS mini). LKS mini adalah kompetisi
yang dapat dilakukan dalam periode tertentu antar siswa sesuai bidang keahlian
yang diajarkan pada SMK. Kompetisi ini dititikberatkan pada bidang keterampilan
praktik yang didukung oleh pemahaman teori yang relevan dan sikap kerja dalam
menyelesaikan pekerjaan sesuai standar industri. Pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja yang dimaksud adalah manifestasi kemampuan yang
dilandasi oleh daya pikir, daya qolbu, dan daya fisik, untuk siap menjadi
tenaga kerja tingkat menengah yang handal dalam bidang masing-masing
sesuai tuntutan kebutuhan dunia kerja. LKS mini dapat dijadikan pembibitan awal
untuk menjadi wakil sekolah pada LKS tingkat di atasnya, baik tingkat kabupaten,
provinsi, nasional bahkan sampai pada tingkat dunia yaitu world skills international
competition (Kompetisi Keahlian tingkat Dunia). Bagaimana LKS mini sekolah
dijalankan dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS MINI)
Membentuk panitia tetap baik di tingkat jurusan maupun sekolah
Panitia membuat prosedur dan aturan kerja praktek sebelum kompetisi.
Panitia kompetisi menyiapkan fasilitas kompetisi sebisa mungkin seperti
suasana di DUDI
Pelaksanaan dapat dilakukan di dalam maupun di luar sekolah atau kombinasi
antar keduanya.
Penilaian kompetisi menentukan pola dan teknik penilaian, baik teori maupun
praktek
Dalam hal penjurian, sekolah dapat melibatkan pihak luar baik DUDI atau
asosiasi profesi atau yang lain yang lebih kompeten di bidangnya.
Guna meningkatkan motivasi lomba, sekolah dapat menyiapkan hadiah
sebagai stimulus.
Perekrutan peserta lomba dapat melalui penunjukkan langsung atau
pendaftaran secara sukarela.
Lomba sebaiknya dilakukan secara rutin dan berkala sehingga peserta dapat
mempersiapkan diri dengan baik.
Waktu lomba murni menggunakan sistem blok dengan durasi tertentu.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
BAB II
PENGUATAN KUALIFIKASI KOMPETENSI
18. Buku panduan SMK sistem Fullday 9
Model Pembelajaran Teaching Factory adalah Model Pembelajaran yang
memanfaatkan sarana prasarana yang dimiliki Sekolah dalam menciptakan
suasana industri di sekolah untuk mencapai kompetensi satu atau beberapa
mata pelajaran produktif. Siswa diberi pengalaman langsung suasana kerja
industri meskipun di sekolah dengan dihadapkan pada pekerjaan nyata sesuai
kompetensi yang harus dimiliki dari satu atau beberapa mata pelajaran produktif
baik yang bersifat produk maupun jasa. Sehingga kompetensi yang dicapai
sesuai dengan yang seharusnya dan tidak terjadi kesenjangan kemampuan/
kompetensi antara kebutuhan/tuntutan industri dengan kemampuan /
Teaching Factory ini dapat dilakukan kerjasama antara sekolah yang tidak
atau kurang memiliki alat untuk praktik dan industri yang memproduksi
produk yang dapat dikembangkan sesuai dengan program keahlian yang
dimiliki sekolah. Sekolah dipersyaratkan mempunyai lahan yang cukup
agar supaya industri dapat mendirikan site plan di sekolah. Dengan
demikian ada kerja sama yang saling menguntungkan antara sekolah
dengan industri. Pelaksanaannya siswa akan mendapatkan kompetensi
sesuai dengan kebutuhan industri, kurikulum berasal dari industri, sehingga
sebelumnya guru produktif akan mendapatkan pelatihan terlebih dahulu di
industri sampai merasa memiliki kompetensi yang akan ditularkan kepada
siswanya. Harapanya di dalam pembelajran guru dapat melatih siswa
dalam mencapai kompetensi yang diminta oleh industri yang bekerja sama
a.
Gambar 2. Model 1 Pembelajaran Teaching Factory
2. REVITALISASI TEACHING FACTORY / UNIT PRODUKSI ATAU BISNIS CENTER
19. Buku panduan SMK sistem Fullday10
Model Pembelajaran Teaching Factory ini, dapat dilaksanakan oleh sekolah
yang memiliki peralatan untuk praktik yang sama atau hampir sama yang
dimiliki di industri. Jadi sekolah mencukupi alat-alat atau sarana prasarana
yang memenuhi delapan standar pendidikan. Menurut Kuswantoro
(2014), teaching factory menjadi konsep pembelajaran dalam keadaan
yang sesungguhnya untuk menjembatani kesenjangan kompetensi antara
pengetahuan yang diberikan sekolah dan kebutuhan industri. Teaching
factory merupakan pengembangan dari unit produksi yakni penerapan
sistem industri mitra di unit produksi atau bisnis center yang telah ada
di SMK. Unit produksi atau bisnis center adalah pengembangan bidang
usaha sekolah selain untuk menambah penghasilan sekolah yang dapat
digunakan dalam upaya pemeliharaan peralatan, peningkatan SDM, dll
juga untuk memberikan pengalaman kerja yang benar-benar nyata pada
siswanya. Penerapan unit produksi sendiri memiliki landasan hukum yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 pasal 29 ayat 2 yaitu “Untuk
mempersiapkan siswa sekolah menengah kejuruan menjadi tenaga kerja,
pada sekolah menengah kejuruan dapat didirikan unit produksi yang
beroperasi secara profesional.”
Pembelajaran melalui teaching factory bertujuan untuk menumbuh-
kembangkan karakter dan etos kerja (disiplin, tanggung jawab, jujur,
kerjasama, kepemimpinan, dan lain-lain) yang dibutuhkan DU/DI serta
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dari sekedar membekali
kompetensi (competency based training) menuju ke pembelajaran yang
membekali kemampuan memproduksi barang/jasa (production based
training).
b.
Gambar 3. Model 2 Pembelajaran Teaching Factory
20. Buku panduan SMK sistem Fullday 11
Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti (GPBP) adalah kegiatan pembiasaan sikap
dan perilaku positif di sekolah yang dimulai sejak dari masa orientasi siswa
baru sampai dengan kelulusan. Seorang siswa tidak mungkin bisa berbudi
pekerti dalam waktu sekejap. Budi pekerti membutuhkan langkah panjang
dan pembiasaan-pembiasaan. Hal ini sesuai dengan Permendikbud No. 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekertimerupakan salah satu ikhtiar
menerjemahkan visi Kemendikbud 2014-2019.
Tujuan dilaksanakannya Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti di SMK sistem
fullday adalah sebagai berikut:
Membentuk insan dan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang
berkarakter.
Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan bagi warga
sekolah
Menumbuh-kembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan
karakter sejak di sekolah.
Menjadikan pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan pemerintah,
pemerintah daerah, masyarakat, dan keluarga.
Menumbuh-kembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara
sekolah, masyarakat, dan keluarga.
Sementara pembiasaan-pembiasaan yang dapat dikembangkan di SMK
meliputi pembiasaan umum, harian, mingguan, bulanan, tengah tahunan
dan tahunan. Lihat gambar berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
Gambar 4. Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti
3. GERAKAN PENUMBUHAN BUDI PEKERTI
21. Buku panduan SMK sistem Fullday12
a. Pembiasaan Umum
a. Pembiasaan Harian
Memberi salam, senyum, dan sapaan kepada setiap orang di komunitas
sekolah;
Membersihkan lingkungan sekolah dari limbah fisik dan visual
Santun dalam berbicara, bersikap, dan berperilaku;
Berpakaian sopan sesuai norma dan budaya nasional dan/atau lokal;
Menggunakan sumber daya sekolah (air, listrik, telpon, dsb.) secara efisien
untuk mencegah berbagai bentuk pemborosan;
Mengurangi penggunaan plastik/bahan lain yang tidak mudah terurai;
Mematikan lampu dan semua alat yang menggunakan listrik saat tidak
diperlukan;
Mematikan kran air saat tidak diperlukan;
Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan;
Membersihkan sanitasi seperti toilet, wastafel, kamar mandi, dan/atau
saluran air sekolah;
Menjaga ketertiban dan kenyamanan layanan sekolah;
Menyanyikan lagu-lagu bermuatan moral;
Setiap warga sekolah menjenguk warga sekolah lainnya yang mengalami
musibah, seperti sakit, kematian, dan sebagainya;
Siswa membiasakan membuat skala prioritas kebutuhan sesuai dengan
tingkat kepentingannya; dan
Siswa membiasakan diri untuk memiliki tabungan dalam berbagai bentuk
(misalnya bank, celengan, dan sejenisnya).
Siswa mencium tangan dan/atau memeluk orang tua/wali sebelum
berangkat ke sekolah;
Guru dan tenaga kependidikan datang lebih awal untuk menyambut
kedatangan siswa sesuai dengan tata nilai yang berlaku;
Siswa berbaris menjelang masuk kelas yang dipimpin oleh satu orang siswa
secara bergantian;
Secara bersama siswa mengucapkan salam hormat kepada guru sebelum
pembelajaran dimulai, dipimpin oleh seorang siswa secara bergantian;
Siswa berdoa bersama sebelum dan sesudah pembelajaran, dipimpin oleh
seorang siswa secara bergantian berdasarkan kesepakatan kelas;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
1.
2.
3.
4.
5.
22. Buku panduan SMK sistem Fullday 13
c. Pembiasaan Mingguan
Siswa dan warga sekolah harus membaca buku bacaan minimal 15 (lima
belas) menit setiap hari sebelum pembelajaran dimulai di sekolah;
Siswa membiasakan diri untuk bertanya kepada guru selama proses
pembelajaran dan/atau setelah selesai pembelajaran, dengan mengangkat
tangan untuk memohon ijin terlebih dahulu;
Siswa selalu merapikan bangku masing-masing sebelum meninggalkan
ruang kelas diakhir proses pembelajaran;
Warga sekolah menyanyikan lagu wajib nasional, lagu daerah, dan/ atau
lagu patriotik, seperti Bagimu Negeri, Halo-Halo Bandung, Pancasila Rumah
Kita, Kebyar– Kebyar, Bendera, Garuda di Dadaku, dan lain-lain;
Siswa melaksanakan piket kebersihan kelas secara beregu dan bergantian
regu;
Warga sekolah menunaikan ibadah bersama di sekolah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya; dan
Setiap siswa dapat menjadi pemimpin dalam setiap kegiatan bersama,
seperti berbaris menjelang masuk kelas, membaca doa sebelum dan
sesudah belajar, piket kelas, kerja bakti.
Pemeriksaan isi tas dan gawai (gadget) siswa secara acak;
Menyelenggarakan kantin yang memenuhi standar kesehatan; dan
Melaksanakan kegiatan bank sampah bekerja sama dengan dinas
kebersihan setempat.
Melaksanakan apel bendera setiap hari Senin dengan berpakaian seragam
sekolah;
Melaksanakan senam nasional bersama dan/atau senam yang diciptakan
oleh daerah masing-masing;
Pemeriksaan kebersihan pakaian, gigi, kuku, dan rambut oleh Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS);
Pembiasaan Bulanan
Menjaga dan merawat tanaman di lingkungan sekolah;
Melaksanakan kerja bakti;
Penataan ruang kelas sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kelas;
membuat buletin dan/atau majalah dinding;
Siswa melakukan diskusi kelompok dihadiri oleh guru dan tenaga
kependidikan; dan
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
23. Buku panduan SMK sistem Fullday14
d. Pembiasaan Tengah Tahunan
e. Pembiasaan Tahunan
Sekolah menyediakan ruang publik untuk berkreasi siswa secara bebas dan
bertanggung jawab.
Melaksanakan kerja bakti untuk lingkungan sekitar sekolah;
Melaksanakan berbagai jenis lomba antarkelas;
Menyelenggarakan forum diskusi siswa dengan narasumber berasal dari
siswa dihadiri oleh guru dan tenaga kependidikan;
Memelihara bangku kelas dan fasilitas sekolah lainnya agar selalu tetap
bersih dari coretan dalam bentuk apapun; dan
Siswa berlatih membuat produk kreatif yang dapat dijual.
Memperingati hari besar nasional dan keagamaan;
Melaksanakan kerja bakti bersama warga lingkungan sekitar sekolah;
Melaksanakan lomba kelas sehat secara berkelanjutan;
Mengikutsertakan perwakilan siswa dalam penyusunan tata tertib sekolah;
Melaksanakan pentas seni dan/atau pameran karya siswa; dan
Mengikuti kegiatan perlombaan dan festival di luar sekolah baik tingkat
sekolah, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi atau nasional.
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik SMK.
Membangun ekosistem literasi sekolah di SMK.
Menjadikan SMK sebagai organisasi pembelajaran (learning organization)
Mempraktikkan kegiatan pengelolaan pengetahuan (knowledge
management) di SMK.
Menjaga keberlanjutan budaya literasi di SMK.
12.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
a.
b.
c.
d.
e.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan
secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran
yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Tujuan Umum
GLS adalah menumbuh-kembangkan budi pekerti peserta didik melalui
pembudayaan ekosistem literasi agar mereka menjadi pembelajar sepanjang
hayat. Sementara tujuan khususnya meliputi:
4. GERAKAN LITERASI SEKOLAH
24. Buku panduan SMK sistem Fullday 15
Tabel 1. Tahapan pelaksanaan GLS di SMK
- 15 menit membaca
- Pembuatan jurnal
membaca siswa
- Penyiapan sarana
literasi (penyediaan area
baca, buku bacaan dan
akses internet)
- Menciptakan
lingkungan sosial dan
afektif yang nyaman
untuk membaca
- Pembimbingan
e-literasi secara
bertanggung jawab
- Memperkenalkan etika
perilaku dan hukum
dalam menggunakan
teknologi informasi dan
komunikasi
- Minat baca untuk
meningkatkan
kemampuan literasi
- 15 menit membaca
- Pembuatan respons
bacaan: graphic
organizers, peta cerita,
Penilaian non-akademik
- Pembuatan bahan kaya
teks oleh siswa
- Pembimbingan
penggunaan k omputer
dan internet untuk
kegiatan literasi
- Pengenalan
- Penggunaan berbagai
bahan referensi cetak
dan digital untuk
mencari informasi
- 15 menit membaca
- Pemanfaatan berbagai
strategi literasi dalam
pembelajaran
- Pengembangan
kemampuan e-literasi
dalam pembelajaran
bagi guru dan siswa
- Penilaian akademik
- Pengembangan
lingkungan fisik, sosial,
afektif, dan akademik
- Memilih cara dan
jenis e-literasi yang
tepat untuk proses
pembelajaran, produksi
pengetahuan, dan
menyebarkannya di
kalangan warga SMK
Pengembangan Standar Kompetensi
Dikembangkan berdasarkan paduan antara Standar Nasional/SNP
dan Standar Kompetensi Lulusan/SKL Kemendikbud dengan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
Disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi di industri
a.
1.
2.
Ujikompetensiadalahsuatuprosespengumpulanbuktikompetensiyangmenjadi
dasar untuk memutuskan seorang kompeten atau tidak kompeten. Dalam
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia/SKKNI menyebutkan bahwa
panduan penilaian praktik ketrampilan dasar dapat dinilai melalui pekerjaan
dan tidak melalui pekerjaan. Ini mengandung makna bahwa uji kompetensi
dapat dilakukan secara terpadu pada saat siswa SMK melaksanakan praktik
kerja industri dan dilakukan dengan metode melalui porto folio. Uji kompetensi
5. UJI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI LSP P 1.
TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3
25. Buku panduan SMK sistem Fullday16
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan Praktik Kerja Lapangan di Industri
Pengembangan Pembelajaran Praktik di SMK
Sinkronisasi kurikulum berupa identifikasi dan validasi kompetensi dan
kriteria unjuk kerjanya dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI)
dilakukan setiap tahun.
Disahkan dan ditandatangani oleh: Kepala SMK, asosiasi DUDI, Komite
Sekolah, Dinas Pendidikan Kota, dan Dinas Pendidikan Propinsi.
Siswa diarahkan memilih tempat praktik yang telah memiliki MoU
dengan Sekolah
Siswa melakukan observasi di tempat praktik dan menentukan pilihan
fokus pekerjaan dan harus disetujui oleh industri.
Guru wajib memiliki sertifikat kompetensi dan menjadi asesor teknik
dari lembaga independen sesuai dengan bidang kompetensi yang
diampunya.
Guru mengajar/mengampu pada kluster kompetensi tertentu.
Pelajaran teori kejuruan mendukung pelajaran praktik.
Model pembelajaran berbasis kompetensi/ competency-based training
(CBT).
Modul wajib digunakan dalam pembelajaran.
Siswa dibekali dengan soft skill (materi siswa SMK ber-Kaizen)
Siswa dibekali dengan skill passport sebagai panduan untuk mencapai
kompetensi.
Meskipun siswa belajar dalam kelompok kerja, setiap siswa
mempelajari job yang berbeda.
SMK memiliki Tempat Uji Kompetensi (TUK)
Sebelum melaksanakan uji kompetensi, siswa wajib melakukan uji
mandiri
Uji kompetensi dapat menyatu dengan pembelajaran.
Materi uji kompetensi meliputi aspek pengetahuan, sikap dan
ketrampilan
Materi uji kompetensi meliputi kluster kompetensi (mengacu pekerjaan
yang ada di industri).
Hasil uji kompetensi dicatat dalam skill passport.
b.
d.
c.
1.
2.
1.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
26. Buku panduan SMK sistem Fullday 17
Siswa bekerja berdasarkan pilihan fokus pekerjaannya dengan
dibimbing oleh pembimbing industri.
Bila pilihan pekerjaan pada saat itu tidak ada, siswa tetap bekerja pada
pekerjaan yang ada saat itu.
Skill passport menjadi acuan dalam belajar/bekerja
Uji kompetensi dilakukan melalui pekerjaan riil
Pembimbing industri menguji siswa.
Siswa dapat berpindah fokus pekerjaan yang lain setelah dinyatakan
lulus uji kompetensi.
Kompetensi yang telah dikuasai siswa dicatat dalam skill passport.
SMK memiliki Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1/LSPP-1.
LSPP-1 mengadakan uji kompetensi sesuai pilihan siswa dan
kemampuan TUK/LSPP-1
LSPP-1 memverifikasi kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki
siswa yang tertuang dalam skill passport.
Skill passport menjadi bukti dalam penentuan kompetensi yang telah
dimiliki oleh siswa.
Siswa yang belum dinyatakan kompeten pada saat prakerin dapat
mengikuti uji kompetensi dengan pola simulasi di TUK/LSPP-1 SMK.
Siswa yang telah memenuhi seluruh paket kompetensi (43 kompetensi)
akan mendapat sertifikat sebagai teknisi yunior kendaraan ringan
dan bagi yang belum memenuhi akan mendapat sertifikat sesuai
kompetensi yang telah dikuasai yang tertuang dalam skill passport.
Ada jaminan kompetensi bagi lulusan SMK.
Sertifikat kompetensi diterbitkan sesuai kompetensi yang telah dimiliki
siswa.
Skill Passport dan sertifikat kompetensi merupakan bagian yang tak
terpisahkan.
Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh BNSP/LSPP-1.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
Pengembangan Uji Kompetensi Terpadu
Out Put
e.
f.
27. Buku panduan SMK sistem Fullday18
Gambar 5. Uji Kompetensi Terpadu
Secara singkat model uji kompetensi terpadu dapat dilihat pada gambar berikut
Komponen uji kompetensi meliputi: skill passport, tempat uji kompetensi, dan
Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1/LSPP-1. Secara rinci komponen-komponen uji
kompetensi terpadu adalah:
Seluruh kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa SMK selama belajar di
SMK maupun di uspense diidentifikasi, dipilah per semester, dan diuraikan
kriteria unjuk kerjanya. Penyusunan skill passport melibatkan industri dan
setiap tahun harus di-update sesuai perkembangan ilmu dan teknologi.
Kompetensi dasar/basic competence dipelajari di SMK dan diuji oleh guru
dengan skor nilai 0-100. Kompetensi kerja/working competence dipelajari
di industri pada saat siswa melaksanakan praktik kerja industri /prakerin
dan diuji oleh pembimbing industri dengan acuan standar kompetensi di
uspense tempat siswa prakerin dan dengan skor “kompeten” atau “belum
kompeten”. Siswa yang sudah dinyatakan kompeten di industri, skill
passport-nya ditandatangani oleh pihak industri.
Skill Passporta.
28. Buku panduan SMK sistem Fullday 19
Conventional Engine
tune-up / OTO.
KR.02.001.03
Servis/ perbaikan
rem / OTO.
KR.04.003.03
Servis/ perbaikan
transmisi / OTO.
KR.03.004.03
Servis/ perbaikan
kopling/ OTO.
KR.03.002.03
Servis/ perbaikan
uspense/ OTO.
KR.04.014.03
• Prosedur engine tune-up diidentifikasi
• Engine tune-up pada mobil dilakukan
sesuai spesifikasi dan SOP
• Prosedur servis rem diidentifikasi
• Sistem rem pada mobil diservis dan
diperbaiki sesuai spesifikasi dan SOP
tanpa menyebabkan kerusakan
• Prosedur servis transmisi diidentifikasi
• Transmisi pada mobil diservis dan
diperbaiki sesuai spesifikasi dan SOP
tanpa menyebabkan kerusakan
• Prosedur servis kopling diidentifikasi
• Sistem kopling pada mobil diservis dan
diperbaiki sesuai spesifikasi dan SOP
tanpa menyebabkan kerusakan
• Prosedur servis suspense diidentifikasi
• Sistem uspense pada mobil diservis
dan diperbaiki sesuai spesifikasi dan SOP
tanpa menyebabkan kerusakan
STANDAR KOMPETENSI/
KODE SKKNI
KRITERIA UNTUK KERJA
UJI MANDIRI
SISWA
KOMPETEN
TGL TTD & CAP
Tabel 2. Contoh Format Skill Passport Kompetensi
Keahlian Teknik Kendaraan Ringan
Tempat Uji Kompetensi adalah tempat yang berdasarkan penilaian
dinyatakan layak dan mampu melaksanakan uji kompetensi. Tujuan TUK
adalah: untuk memfasilitasi pelaksanaan uji kompetensi bagi peserta didik
kursus dan satuan pendidikan nonformal lainnya serta warga masyarakat
yang belajar mandiri berdasarkan standar kompetensi yang ditetapkan.
Tempat Uji Kompetensi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Tempat Uji Kompetensi/TUKb.
29. Buku panduan SMK sistem Fullday20
Persyaratan administrasi
Persyaratan teknis:
Memiliki struktur organisasi.
Memiliki alamat sekretariat yang tetap.
Mengajukan proposal untuk menjadi tempat uji kompetensi.
Memiliki sarana dan prasarana untuk ujian teori dan praktik yang
memadai baik jumlah maupun kualitasnya.
Letak TUK strategis dan mudah dijangkau.
Memiliki ventilasi/pengatur udara yang baik dan penerangan
yang cukup untuk terlaksananya uji kompetensi yang lancar,
tertib, aman, dan nyaman.
Memiliki peralatan kantor yang memadai baik jumlah maupun
kualitasnya.
1.
2.
a.
b.
a.
b.
c.
d.
e.
Struktur Organisasi, TUK dipimpin oleh seorang ketua, dibantu
oleh seorang sekretaris, seorang bendahara, dan 2 (dua) orang
tenaga operasional atau sesuai kebutuhan. Tugas TUK adalah:
merencanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan, mengontrol,
serta mengevaluasi seluruh pelaksanaan kegiatan uji kompetensi.
LSPP-1 adalah lembaga sertifikasi profesi yang ada dalam lembaga
pendidikan kejuruan seperti SMK, yang mempunyai kewenangan untuk
melakukan uji kompetensi/sertifkasi kepada para siswanya. Kebijakan,
prosedur, dan administrasi lembaga sertifikasi harus terkait dengan
kriteria sertifikasi, harus jujur dan wajar terhadap seluruh calon dan harus
memenuhi semua persyaratan dan peraturan Lembaga Pendidikan dan
Pelatihan Profesinya serta perundang-undangan yang berlaku. LSPP-1
tidak boleh menggunakan prosedur yang menghambat dan menghalangi
akses oleh asesi dan calon, kecuali yang ditetapkan dalam pedoman BNSP
nomor 217 tahun 2009.
LSPP-1 dibentuk oleh SMK dengan mengajukan kepada Badan Nasional
Sertifikasi Profesi/BNSP, yang minimal terdiri dari minimal terdiri atas
ketua, bagian administrasi, manajemen teknis sertifikasi dan manajemen
mutu.
Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama /LSPP-1c.
30. Buku panduan SMK sistem Fullday 21
BAB III
kompetensi penunjang karir
31. Buku panduan SMK sistem Fullday22
SMK sistem fullday dapat diisi dengan SMK ber-KAIZEN. Salah satu tujuannya
adalah upaya membangun karakter ‘problem solving’ menuju Indonesia yang
lebih baik. Persaingan usaha dan tenaga kerja yang semakin ketat seiring dengan
terbukanya pasar bebas. Profil daya serap tenaga kerja dan pengangguran terbuka
gapnya terlalu besar. Institusi pendidikan memiliki peran strategis dan perlu
menyiapkan lulusan yang memiliki daya saing untuk memenangkan persaingan ke
depan. Maka perlu diupayakan generasi yang siap bersaing di dunia bisnis yang
memiliki karakter problem solving (Kaizen). Kaizen berasal dari bahasa Jepang
yang artinya seperti gambar berikut.
Kaizen bisa dilakukan oleh siapa saja baik karyawan, manager, direktur, pemilik,
siswa bahkan ibu rumah tangga sekalipun dengan biaya yang diperlukan relatif
murah. Secara umum program Kaizen dapat digambarkan seperti Gambar 7.
1. SMK BER-KAIZEN
Gambar 6. Arti Kaizen
BAB III
KOMPETENSI PENUNJANG KARIR
32. Buku panduan SMK sistem Fullday 23
Sumber: Star Consulting Kaizen
Gambar 7. Program Kaizen
Gambar 8. Milestone program SMK ber-Kaizen
Adapun materi program SMK ber-Kaizen meliputi:
Kaizen dan pilarnya
Manfaat program
Skema problem solving
Metode Pengajaran
Materi Ajar 06
On the Job Training
Peran dan Fungsi
Milestone
Tools
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
33. Buku panduan SMK sistem Fullday24
Tabel 3. Struktur program SMK ber-Kaizen
(2 jam per pekan dalam 6 bulan)
Tabel 4. Pembagian tugas program SMK ber-Kaizen
Materi On the Job Training antara lain:
Praktik 5 R di kelas
Praktik Kaizen di rumah
Praktik Kaizen di lingkungan sekolah
Kerja praktik di tempat kerja aktual (bengkel, pabrik, dll)
a.
b.
c.
d.
1
2
3
4
5
6
Pengertian & Pilar Kaizen
Problem Solving
Tool problem solving
Perangkat-perangkat ‘Kaizen’ - Gugus Kendali Mutu (QCC)
Ide Berkonsep
On the Job Training/OJT
TOTAL
2 JP
10 JP
6 JP
4 JP
4 JP
6 JP
32 JP
NO KEGIATAN JUMLAH JAM
- Menyiapkan Guru
- Mempromosikan Program
ke siswa
- Menyediakan Tempat
Belajar dan Praktek
- Menentukan tempat On the
Job Training
- Mengontrol seluruh Proses
Belajar
- Membuat Materi Ajar (Buku
Pelajaran dan Alat Peraga)
- Mengajar Trainer (Guru)
- Memberi Konsultasi Teknis
- Sertifikasi
- Publikasi & promosi program &
outputnya
- Memiliki Buku
Pelajaran program
Kaizen
- Belajar seluruh teori
pelajaran & lulus ujian
- Melaksanakan On the
Job Training
- Menerima sertifikat
SMK KONSULTAN KAIZEN SISWA SMK
34. Buku panduan SMK sistem Fullday 25
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam program SMK ber-Kaizen adalah
sebagi berikut:
Berikut adalah salah satu contoh bukti pelaksanaan program SMK ber-Kaizen
Melakukan MoU dengan Konsultan Kaizen.
Melaksanakan Training of Trainer/ToT bagi guru.
Malaksanakan pembelajaran bagi siswa.
Melaksanakan On the Job Training bagi siswa.
Melakukan penilaian program SMK ber-Kaizen bagi siswa.
Menerbitkan sertifikat bagi siswa yang lulus.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Gambar 9. Contoh Pelaksanaan Program SMK ber-Kaizen
Ketarunaan/ke-smapta-an adalah sistem pendidikan semi militer yang diterapkan di
beberapa sekolah baik Perguruan tinggi, SMA, maupun SMK. Ketarunaan diartikan
sebagai sistem pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip militer yang bertujuan
untuk membentuk karakter siswa. Prinsip militer yang diterapkan bukanlah militer
murni, tetapi menganut pada sebagiannya guna mencetak disipin dan karakter
siswa yang kuat. Ada tiga hal dalam pembentukan karakter yang berlangsung
secara terpadu. Pertama, siswa mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan
apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua,
siswa mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk.
Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya,
2. KETARUNAAN/KE-SMAPTA-AN
35. Buku panduan SMK sistem Fullday26
anak tidak mau mencuri, karena tahu mencuri itu buruk, ia tidak mau melakukannya
karena mencintai kebajikan. Ketiga, siswa mampu melakukan kebajikan dan
sekaligus terbiasa melakukannya. Ranah pengembangan ketarunaan meliputi:
Materi ketarunaan/ke-smapta-an dapat meliputi: wasawasan kebangsaan, etika,
nilai-nilai sejarah perjuangan bangsa dan pelestarian nilai 45, kesadaran nasional,
disiplin nasional, wawasan nusantara, ketahanan nasional dan pembangunan
nasional. Namun demikian dapat dilakukan penambahan sesuai dengan kebutuhan
sekolah misalnya peraturan Baris-berbaris, tata upacara, pembinaan jasmani, peduli
lingkungan, atau ketangkasan individu dan kelompok. Bagaimana langkah-langkah
menerapkan ketarunaan/ke-smapta-an adalah sebagai berikut:
Latihan Dasar Ketarunaan
Mental Dan Daya Tahan
Kedisiplinan
Keagamaan
Latihan Dasar Ketarunaan dilaksanakan untuk memberi landasan dasar-
dasar untuk menjadi sang taruna sejati. Latihan ini sangat keras atau lebih
dikenal dengan semi militer sehingga akan mendapatkan fisik yang sangat
kuat. Latihan ini diterapkan dengan melibatkan militer asli atau turunannya.
Daya tahan atau daya banting diajarkan untuk menjadi orang yang mentalnya
kuat dan tahan terhadap segala cobaan dan rintangan. Setiap pagi akan di
gembleng, bangun pagi sekali untuk melakukan sholat subuh, selesai lari
pagi atau joging. Hal ini diterapkan untuk melatih mental dan daya tahan
dalam kedisiplinan dalam mengatur waktu.
Disiplin dalam sistem ketarunaan adalah mutlak dan tidak boleh ada yang
melanggar kalau tidak kena sanksi hukuman. Contoh kegiatan makan harus
mengikuti tata tertib dan nilai kesopanan. Termasuk datang ke sekolah dan
mengikuti segala kegiatan sekolah harus selalu tiba tepat waktu. Berpakaian
Sikap dan perilaku keagamaan adalah tiang dan akhlak seorang taruna yang
sejati. Kalau dalam Islam terutama dalam sholat jamaah dan baca alqur’an.
Siswa dengan agama lain akan menyesuaikan sendiri sesuai keyakinannya.
a.
c.
b.
d.
36. Buku panduan SMK sistem Fullday 27
Sekolah membentuk komite/satgas/gugus ketarunaan/ke-smapta-an SMK
Komite/satgas/gugus menyusun prosedur dan aturan baku ketarunaan/ke-
smapta-an SMK.
Komite/satgas/gugus dapat diketuai oleh komandan taruna.
Komite/satgas/gugus dapat melakukkan kerja sama dengan militer atau
turunanya untuk memulai awal program.
Sekolah menyiapkan anggaran khusus, sarana dan prasarananya secara
representatif
Guna menjamin ketarunaan/ke-smapta-an berjalan dengan baik, sekolah
dapat mengalokasikan pelatihan secara rutin dengan sistem blok setiap
minggu dengan durasi sehari penuh atau sesuai kebutuhan.
Sistem ketarunaan/ke-smapta-an dapat diintegrasikan ke semua kegiatan
proses belajar mengajar baik praktek maupun teori.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Achievement Motivation Training adalah serangkaian kegiatan yang pada intinya
memberikan kesadaran pada siswa untuk mengetahui potensi yang dimilikinya
serta menyuntikkan semangat siswa untuk berprestasi semaksimal mungkin.
Tujuan Achievement Motivation Training ini bukan menilai kepribadian siswa, tetapi
untuk membantu mengembangkan potensi siswa melalui usaha pencapaian tujuan
yang bersifat prestatif (achieving).
Contoh pelaksanaan Achievement Motivation Training dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
3. ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING
Tabel 5. Jadwal Achievement Motivation Training
SESI 1
09.00-09.15 • Kertas gambar
• Spidol
• Double tape
PermainanPerkenalan antar
Peserta
berprestasi”
Membangun
kedekatan dan
Supaya saling
mengenal satu sama
lain dan merasa ada
hubungan dengan
pelaksana
WAKTU ALATMETODEACARA TUJUAN
37. Buku panduan SMK sistem Fullday28
09.15-09.30
09.30-09.40
09.40-12.00
12.00-12.30
12.30-12.45
12.45-13.15
13.15-13.30
• Laptop
• LCD proyektor
• Lembar informed
consent
• Laptop
• LCD proyektor
Ceramah
Ceramah, video
tugas, presentasi
dan game terkait
materi
Tanya jawab
Role play
Menjelaskan
Manfaat dan
Tujuan pelatihan
“Pelatihan motivasi
berprestasi”
Informed Consent
Materi “Who am I”
Sesi Tanya Jawab
Relaksasi
- Mereview Kembali
Materi Yang Sudah
Diberikan
- Refleksi
Penutup
Peserta mengetahui
manfaat yang akan
didapatkan jika
mengikuti pelatihan
“Motivasi Berpestasi”
Meminta persetujuan
dari peserta dan
meminta kesedian
peserta untuk
mengikuti pelatihan
ini dari awal hingga
akhir.
Peserta mengetahui
tentang siapa
diri mereka dan
menemukan potensi
yang ada dalam diri.
Peserta
mengeksplorasi
materi yang diberikan
Merefresh pikiran
Peserta lebih paham
tentang point-poin
penting didalam
materi yang sudah
disampaikan
38. Buku panduan SMK sistem Fullday 29
SESI 2
09.00-09.15
09.15-09.25
09.25-11.30
11.30-12.00
12.00-12.45
Ceramah
Permainan
Ceramah, video
penugasan kelas,
presentasi dan
game terkait materi
Role play
Role play
Mereview Materi
Yang Diberikan Hari
Pertama
Ice Breaking
Materi 2:
Motivasi Diri (Self
Motivation)
Relaksasi
Praktek Stimulasi
Mengingatkan
kembali kepada
peserta tentang
materi 1
Mencairkan suasana
dan memompa
semangat peserta
Peserta dapat
mengenal
kemampuan diri,
menanamkan
dorongan positif
di dalam diri,
membangun dan
memelihara motivasi
untuk terus meraih
prestasi terbaik
sesuai dengan usaha
yang dilakukan, serta
sikap mental terhadap
diri sendiri
Membuat diri rileks
dan santai
Peserta lebih paham
tentang poin-poin
penting didalam
materi yang sudah
disampaikan
39. Buku panduan SMK sistem Fullday30
12.45-13.30
13.30-13.45
SESI 3
08.00-08.30
08.30-09.00
09.00-09.30
09.00-09.30
Lembar identifikasi
• Kertas plano
• Spidol
• Lembar diskusi
Tugas
Ceramah
Permainan
Pemberian Tugas
Kepada Peserta
Dalam Memotivasi
Diri
Penutup
Mereview Materi
Yang Diberikan Hari
Kedua
Ice Breaking
Mendiskusikan
Tugas
Mendiskusikan
Tugas
Peserta sudah
mulai belajar
mengidentifikasi
kemampuan diri,
menanamkan
dorongan positif, dan
memelihara motivasi
untuk terus meraih
prestasi
Mengingatkan
kembali kepada
peserta tentang
materi 2,
Mencairkan suasana
dan memompa
semangat peserta
Pembicara
mengetahui
mengidentifikasi
kemampuan diri,
menanamkan
dorongan positif, dan
memelihara motivasi
untuk terus meraih
prestasi
40. Buku panduan SMK sistem Fullday 31
09.30-12.00
12.00-12.15
12.15-12.45
12.45-13.00
SESI 4
09.00-09.15
09.15-09.25
09.25-10.30
• Laptop
• LCD proyektor
Role play Praktek
langsung dan
diskusi
Permainan
Ceramah
Permainan
Ceramah dan
diskusi
Materi 3:
Pendukung
Motivasi dan
Hambatan Motivasi
Ice Breaking
Mereview Materi 3
Penutup
Mereview materi
yang diberikan hari
ketiga
Ice Breaking
Materi 4:
Menumbuhkan
Motivasi
Peserta dapat
mengidentifikasi
pendukung dan
hambatan motivasi
Mencairkan suasana
dan memompa
semangat peserta
Peserta lebih paham
tentang point2
penting didalam
materi yang sudah
disampaikan
Mengingatkan
kembali kepada
peserta tentang
materi 3,
Mencairkan suasana
dan memompa
semangat peserta
Peserta mengetahui
pentingnya
membentuk
lingkungan anak
dengan mengajak
anggota keluarga
maupun masyarakat
untuk memberikan
stimulus secara
menyeluruh.
41. Buku panduan SMK sistem Fullday32
10.30-10.40
10.40-11.00
11.00-11.45
11.45-12.00
SESI 5
08.00-08.15
08.15-08.30
• Kertas plano
• Spidol
• Kertas plano
• Spidol
Mencairkan
suasana dan
memompa
Ceramah dan
Diskusi
Ceramah
Permainan
Ice Breaking
Mereview Materi 4
Pemaknaan semua
materi yang ada
Penutup
Mereview materi
yang diberikan hari
keempat
Ice Breaking
Mencairkan suasana
dan memompa
semangat peserta
Peserta lebih paham
tentang point2
penting di dalam
materi yang sudah
disampaikan
Peserta mampu
memaknai arti
pentingnya
menumbuhkan rasa
motivasi prestasi
dalam diri
Mengingatkan
kembali kepada
peserta tentang
materi 4
Mencairkan suasana
dan memompa
semangat peserta
42. Buku panduan SMK sistem Fullday 33
08.30-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
12.30-13.00
13.00-13.15
SESI 6
08.00-08.15
08.15-08.25
• Laptop
• LCD proyektor
• Kertas plano
• Spidol
• Kertas plano
• Spidol
Ceramah, video
penugasan kelas,
dan game terkait
materi
Role play
Ceramah dan
Diskusi
Ceramah
Permainan
Materi 5: Goal
Setting dan
Achievement
Planning
Relaksasi
Meriview Materi 5
Refleksi /
pemaknaan semua
materi yang ada
Penutup
Meriview materi
yang diberikan hari
kelima
Ice Breaking
Peserta mampu
mencapai tujuan
yang telah ditetapkan
dengan asupan materi
pencapaian prestasi
kecil demi prestasi
kecil dan prestasi
bersama
Membuat diri rileks
dan santai
Peserta menuliskan
tujuan hidup dan
membuat rencana
berprestasi dalam
bentuk mind map
Peserta mampu
memaknai arti
pentingnya
pencapaian tujuan
tersebut
Mengingatkan
kembali kepada
peserta tentang
materi 5
Mencairkan suasana
dan memompa
semangat peserta
43. Buku panduan SMK sistem Fullday34
08.25-11.00
11.00-11.15
11.15-12.00
12.00-12.30
• Laptop
• LCD proyektor
• Kertas plano
• Spidol
Ceramah, diskusi
kasus tanya jawab
Role play
Kasus Video
Role Play
Materi 5: Problem
Solving disertai
Kasus dan Simulasi
Relaksasi
Refleksi diri
Penutup
Melalui kasus dan
simulasi dengan
menerapkan materi
cara menumbuhkan
motivasi dan
bagaimana menjadi
problem solver yang
handal
Meregangkan otot
dan ketegangan tubuh
agar merasai santai
dan nyaman
Pemaknaan materi
terhadap diri peserta
Konsep tentang kecerdasan adversity atau adversity intelligence (AI) dibangun
berdasarkan hasil studi empirik yang dilakukan oleh banyak ilmuwan serta lebih
dari lima ratus kajian di seluruh dunia, dengan memanfaatkan tiga disiplin ilmu
pengetahuan, yaitu psikologi kognitif, psikoneuroimunologi, dan neurofisiologi.
Kecerdasan adversity memasukkan dua komponen penting dari setiap konsep
praktis, yaitu teori ilmiah dan aplikasinya dalam dunia nyata. Konsep kecerdasan
adversity pertama kali digagas oleh Paul G. Stoltz (Jaffar, 2003). Menurut Stoltz
(2005), pengertian kecerdasan adversity tertuang ke dalam tiga bentuk, yaitu:
pertama, kecerdasan adversity sebagai suatu kerangka kerja konseptual yang baru
yang digunakan untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan.
Kedua, kecerdasan adversity sebagai suatu ukuran untuk mengetahui reaksi
seseorang terhadap kesulitan yang dihadapinya. Ketiga, kecerdasan adversity
sebagai seperangkat peralatan yang memiliki landasan ilmiah untuk merekonstruksi
reaksi terhadap kesulitan.
4. PENGEMBANGAN KARIR MODEL ADVERSITY QUOTIENT
44. Buku panduan SMK sistem Fullday 35
Menurut Stoltz (2005), merumuskan bahwa Adversity Quotient merupakan
penjumlahan dari CO2RE (C+Ow+Or+R+E). C (Control) : kendali, O2 (Ow + Or) Origin
& Ownership kependekan dari “Origin” (asal usul) dan “Ownership” (Pengakuan). O2
mempertanyakan dua hal: Siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan? Dan
sampai sejauh mana saya mengakui akibat-akibat kesulitan ini? Reach berkaitan
dengan pertanyaan sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian
lain dalam kehidupan saya? Endurance mempertanyakan dua hal penting yaitu:
Berapa lama kesulitan akan berlangsung dan berapa lama penyebab kesulitan
itu akan berlangsung? Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam program
pengembangan karir model Adversity Quotient adalah sebagi berikut:
SMK Sekolah Siaga Bencana (SSB) adalah program berbasis sekolah dalam rangka
membangun kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana di Indonesia.
Program ini bertujuan menggugah kesadaran seluruh unsur, baik individu maupun
kolektif, di sekolah dan lingkungan sekolah agar memahami dan siap menghadapi
bencana yang mungkin terjadi. Sekolah Siaga Bencana dicanangkan secara
nasional oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana terkait tingginya
frekuensi bencana dan banyaknya potensi bencana di Indonesia.
Ada beberapa syarat minimal untuk dapat menjalankan program sekolah siaga
bencana di Indonesia. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
Melakukan MoU dengan Konsultan Adversity Quotient.
Melaksanakan Training of Trainer/ToT tentang Adversity Quotient bagi guru.
Malaksanakan Training tentang Adversity Quotient bagi siswa.
Melaksanakan On the Job Training bagi siswa.
Melakukan penilaian Training tentang Adversity Quotient bagi siswa.
Menerbitkan sertifikat bagi siswa yang lulus.
Memiliki komitmen dari kepala sekolah dan komunitas sekolah.
Didukung oleh dinas pendidikan di wilayahnya.
Memiliki dukungan dari organisasi terkait pengurangan risiko bencana.
Melakukan penguatan kapasitas pengetahuan dan keterampilan bagi guru
dan siswa sekolah.
Melakukan latihan berkala yang jelas dan terukur.
Melibatkan dukungan terus-menerus dari dinas pendidikan dan organisasi
terkait Penanggulangan Risiko Bencana (PRB), termasuk dalam proses
pemantauan dan evaluasi sekolah.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
5. SMK SIAGA BENCANA
45. Buku panduan SMK sistem Fullday36
Safety Health Environmental (SHE) dalam SMK sistem fullday dapat dilaksanakan
dibawah koordinasi wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana. Tujuan SHE
adalah untuk memastikan program kesehatan dan keselamatan kerja dalam
kampus sekolah teridentifikasi dan berjalan secara sistemik. Tujuan lainnya
aadalah terlaksananya kesehatan kerja dan keselamatan kerja sesuai peraturan
yang berlaku. Bagaimana SHE dijalankan dapat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
Tahapan menuju SMK SSB dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Membentuk komite/satgas kesehatan dan keselamatan kerja di sekolah
Membuat prosedur dan aturan baku kesehatan dan keselamatan kerja di
setiap pekerjaan terutama praktek.
Membentuk petugas reaksi cepat untuk kondisi darurat.
Menyiapkan tim investigasi terhadap cedera dan merujuknya ke lembaga lain
dengan tepat dan cepat
Memeriksa bangunan, tempat kerja, peralatan keselamatan dan Kesehatan
Kerja Secara rutin
Mengadakan pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja bagi guru dan siswa.
Menyediakan pertolongan pertama untuk penghuni dan pengunjung sekolah
Mengidentifikasi, menghilangkan, mengendalikan tindakan dan kondisi yang
tidak aman
Sekolah membentuk komite/satgas/gugus SMK SSB
Komite/satgas/gugus menyusun prosedur dan aturan baku kesehatan dan
keselamatan kerja di setiap pekerjaan terutama praktek.
Membentuk petugas tetap reaksi cepat untuk kondisi darurat.
komite/satgas menetapkan SOP langkah-langkah Pra Bencana, Saat Bencana
maupun Setelah Bencana
Kalau diperlukan membentuk satgas sesuai dengan bentuk bencana, mulai
dari kebakaran, tanah longsor, gempa bumi, tsunami dan lain-lain
Sekolah menyiapkan anggaran khusus, sarana dan prasarananya secara
representatif
GunamenjaminSMKSSBberjalandenganbaik,sekolahdapatmengalokasikan
pelatihan secara rutin setiap bulan dengan durasi 2 X 30 menit atau sesuai
kebutuhan.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
6. SAFETY HEALTH ENVIRONMENTAL (SHE)
46. Buku panduan SMK sistem Fullday 37
Menyediakan untuk pencegahan kebakaran dan keselamatan semua
bangunan
Memastikan bahwa kontraktor melakukan tugas mereka dengan cara yang
aman dan bertanggung jawab
Memberi nasihat dan arahan ke semua lini dan unit kerja untuk mematuhi
kesehatan dan keselamatan kerja
Mengadakan advokasi pada peristiwa kesehatan dan keselamatan kerja
Guna menjamin SHE berjalan dengan baik, sekolah dapat mengalokasikan
pelatihan secara rutin setiap minggu dengan durasi 2 X 30 menit atau sesuai
kebutuhan.
i.
j.
k.
l.
m.
49. Buku panduan SMK sistem Fullday40
Prasyarat minimal SMK sistem fullday berjalan efektif adalah terpenuhinya daya
dukung institusi SMK sebagaimana ketentuan pada Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan serta ketentuan yang lebih detil
sebagaimana tercantum dalam Peraturan-Peraturan Menteri yang mengatur tentang
standar sarana-prasarana serta standar kompetensi guru. Daya dukung minimal SMK
sistem fullday meliputi tersedianya DUDI itu sendiri sebagai pasangan utama sekolah,
Workshop/Bengkel yang memadai, adanya pendidik yang memenuhi persyaratan
kualitas dan kuantitas, adanya assesor, dan tersedianya dukungan institusi luar baik
langsung maupun tidak langsung. Berikut adalah penjelasannya.
Sebagaimana model yang telah dijelaskan di bagian awal buku ini, implementasi
SMK sistem fullday akan efektif apabila kualitas dan manajemen bengkel SMK
tidak hanya memenuhi standar sarana-prasarana sebagaimana termuat dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008 tentang Standar
Sarana dan Prasarana SMK dan MAK, namun juga tersertifikasi oleh Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP). Artinya adalah kualitas dan manajemen bengkel SMK
juga harus memenuhi syarat untuk menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK). Jangka
waktu berlakunya bengkel sebagai TUK yang hanya tiga tahun menjadi tantangan
tersendiri bagi SMK, sebab mereka harus menjaga kualitas bengkel yang dimiki
agar setelah masa aktif sertifikat habis dan bengkel tetap memenuhi syarat jika
diakreditasi oleh LSP. Tantangan terberat adalah dalam hal menjamin bahwa
peralatan bengkel masih memenuhi syarat disaat re-kalibrasi ulang serta memenuhi
perkembangan teknologi yang berjalan cepat. Ketentuan tentang bengkel SMK
untuk dapat menjadi Tempat Uji Kompetensi dapat dilihat pada Pedoman BNSP
Nomor 206 dan Nomor 214 Tahun 2014.
Guru produktif di SMK sistem fullday dituntut untuk memiliki pengetahuan dan
kompetensi dalam mengelola Competence-based Training (CBT), Project-based
Training (PBT), Work-based Training (WBT) serta Production-based Training.
1. WORKSHOP/BENGKEL
2. GURU
BAB IV
DAYA DUKUNG INSTITUSI
50. Buku panduan SMK sistem Fullday 41
SMK berkewajiban untuk membangun pengetahuan dan kompetensi guru dalam
empat bidang di atas baik melalui in service training di internal SMK maupun
mengirimkan ke provider lain, misalnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Badan
Usaha Milik Negara atau Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Kementerian tersebut telah terikat dengan Memorandum of Understanding (MoU)
untuk peningkatan link and match pendidikan vokasi. Termasuk dalam butir
kesepakatan untuk peningkatan kapasitas guru SMK. MoU tersebut merupakan
kelanjutan dari Instruksi Presiden Nomor No 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi
Sekolah Menengah Kejuruan.
Implementasi SMK sistem fullday mensyaratkan terpenuhinya jumlah guru
produktif yang memiliki sertifikat kompetensi serta sertifikat sebagai asesor
menurut Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)-BNSP. Kondisi saat ini menunjukkan
bahwa jumlah guru SMK yang bersertifikat kompeten menurut LSP masih sedikit,
apalagi yang memiliki sertifikat asesor. Sementara kebutuhan akan guru yang
memiliki dua jenis sertifikat di atas tinggi. Terlebih lagi pada SMK yang memiliki
jumlah rombongan belajar yang besar. Model yang ditawarkan dalam panduan
ini menuntut siswa SMK mendapatkan sertifikat kompetensi pada saat lulus.
Sementara praktik sertifikasi kompetensi melarang guru untuk mensertifikasi
muridnya sendiri. Konsekuensinya adalah pemenuhan kualifikasi guru sebagai
asesor dilakukan secara parallel oleh SMK-SMK dalam kabupaten/kota yang
berdekatan atau oleh SMK-SMK dalam satu provinsi. Sehingga memungkinkan
silang asesor antara satu SMK dengan SMK lainnya.
SMK sistem fullday harus menyiapkan guru dengan pelatihan khusus agar guru
siap dalam sertifikasi kompetensi. Langkah kedua yang harus disiapkan adalah
melatih guru untuk menjadi asesor sertifikasi. Apabila dirasa guru telah siap untuk
mengikuti dua sertifikasi di atas, maka SMK perlu mempersiapkan biaya untuk
sertifikasi kompetensi guru lewat TUK dan LSP yang terjangkau. Apabila semua
guru produktif telah mendapatkan dua jenis sertifikasi di atas, maka kompetensi
mereka dianggap telah teruji serta memenuhi syarat untuk menjadi asesor bagi
siswa SMK. Ketentuan sertifikasi asesor untuk guru SMK dapat dilihat secara lebih
jelas pada Pedoman BNSP Nomor 203 dan 204 Tahun 2007 serta nomor 218 Tahun
2013.
3. ASSESOR
51. Buku panduan SMK sistem Fullday42
Guna mengimplementasikan SMK sistem fullday, SMK dituntut untuk memiliki
kerjasama yang kuat dengan DUDI. Sebab jika SMK ingin menjalankan sistem
ganda secara konsekuen, maka dibutuhkan mitra kerjasama yang kuat karena
siswa akan menjalankan pekerjaaan di industri dengan alokasi waktu yang
mencapai sekitar 50%. Tanpa dukungan kerjasama yang kuat tentu tidak mudah
untuk mendapatkan DUDI yang bersedia menerima siswa SMK dalam paket ideal
dual sistem sebagaimana telah dijalankan dengan kuat di Jerman, misalnya. Dalam
menggandeng DUDI, SMK harus melibatkannya sejak awal siswa masuk, proses
PBM sampai mengantarkannya ke dunia kerja. Di awal siswa masuk DUDI dapat
diminta mengelaborasi kompetensi dasar da kompetensi tambahan apa yang
dibutuhkan. Pada proses PBM, DUDI dapat dilibatkan dalam menyusun kurikulum
dan capaian pembelajaran mulai pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
ingin dicapai. Sementara pada akhir lulusan, DUDI bisa langsung menerima atau
menyalurkannya sesuai dengan kompetensi yang telah dicapai di sekolah.
Secara langsung SMK sistem fullday dituntut menjalin lembaga dukung luar
institusi seperti asosiasi-asosiasi profesi sejenis, para pakar yang kompeten di
bidangnya, komite sekolah sebagai pemakai langsung jasa sekolah dan perguruan
tinggi sebagai pengembangan keilmuan tolok ukur kekuatan utama sekolah yaitu
sumber daya manusia. Namun demikian SMK sistem fullday didorong untuk
memiliki jaringan luas dalam penyediaan alternatif sumber pendanaan, penyedia
paket pelatihan untuk guru dan siswa, serta sumber daya lain yang penting bagi
implementasi dual system, teaching factory serta sertifikasi kompetensi. Cukup
banyak SMK yang telah memanfaatkan sumber pendanaan pendidikan dari
Corporate Social Responsibility (CSR) korporasi. Non Government Organisation
(NGO) yang bekerja pada sektor pendidikan kejuruan juga memiliki banyak
paket pelatihan untuk guru SMK. Stakeholder lain yang bisa dimobilisasi untuk
implementasi SMK sistem fullday tersedia cukup banyak di dalam negeri serta
dari luar negeri. Dibutuhkan kreativitas serta daya jelajah kerjasama yang kuat
untuk dapat mengakses stakeholders yang potensial untuk mengimplementasikan
FDS. Payung MoU yang disebutkan di depan membuka peluang bagi SMK untuk
bekerjasama saling menguntungkan dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang berada di bawah koordinasi Kementerian BUMN.
4. DUNIA USAHA DUNIA INDUSTRI (DUDI)
5. STAKEHOLDER LUAR
52. Buku panduan SMK sistem Fullday 43
Implementasi SMK sistem fullday secara ideal mensyaratkan SMK untuk
secara sengaja membangun kerjasama dengan banyak pihak di luar sekolah.
Kerjasama tersebut akan menjadi solusi dari keterbatasan internal SMK serta
internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam penyediaan dana dan
sarana prasarana untuk SMK. Kemampuan Kepala Sekolah atau unit lain yang
bertanggung jawab dalam hal kerjasama akan menjadi kunci keberhasilan SMK
dalam mengimplementasikan SMK sistem fullday agar employability skills siswa
SMK optimal.
55. Buku panduan SMK sistem Fullday46
Melaksanakan SMK sistem fullday adalah memastikan semua proses yang telah
disepakati dapat berjalan secara konsisten, sistemik dan terus menerus mengalami
perbaikan-perbaikan. Kepala sekolah dan guru sebagai garda terdepan dalam
mengawal terlaksananya SMK sistem fullday menjadi faktor kunci keberhasilan sistem
ini. Dukungan dan bimbingan dari luar sistem sekolah juga tidak bisa diabaikan begitu
saja. Pemerintah sebagai pembina dan penjamin mutu SMK sistem fullday memiliki
peran yang sangat strategis untuk selalu memberi arah dan memberikan penguatan
di setiap lini proses di sekolah.
Panduan praktis yang tersusun ini merupakan panduan global bagi sekolah untuk
mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi SMK sistem fullday. Walaupun tidak
sempurnadansedetailsepertiyangdiharapkan,panduanpraktisdapatdisempurnakan
sesuai dengan kekhususan sekolah masing-masing. Prasyarat dan kondisi dasar yang
dibutuhkan dalam melaksanakannya adalah sangat bergantung dari kesadaran dan
kepedulian semua pelaku, pemerhati, orang tua akan pentingnya menyiapkan masa
depan anak bangsa menjadi manusia yang produktif dan kompetitif. Semoga panduan
ini adalah menjadi bagian kepedulian masa depan bangsa ini, bangsa Indonesia.
BAB V
PENUTUP
56. Buku panduan SMK sistem Fullday 47
Dikmenjur. (1999). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda
pada Sekolah Menengah Kejuruan.
Goodwin, Sue et.al. (2012). Employability skill framework, stage 1. Departement
Education, Employment and Workplace Relations.
Hildebrand,Charlene.(2010).Effectofallday,andhalf-daykindergartenprogramming
on reading, writing, math and classroom social behaviors.National FORUM Journal
University of Nebraska-Kearney.
James Bisset etc. (2014). A review of the literature on current practice in the
development of employability skills. The Society of College, National and University
Libraries (SCONUL). www.sconul.ac.uk
Lankard, B. A. (1990). Employability the fifth basic skill. ERIC Digest No. 104.
Columbus: Center on Education and Training for Employment. The Ohio State
University.
National Council for Vocational Education (NCVE). (1996). The Concept of
pendidikan sistem ganda in Vocational Secondary School in Indonesia. Jakarta.
OECD. (2015), OECD Skills Outlook 2015: Youth, Skills and Employability, OECD
Publishing.http://dx.doi.org/ 10.1787/9789264234178-en
Prosser, C. A. & Quigley, T. H. (1949). Vocational Education in a Democracy. American
Technical Society, Chicago, Illinois, 1949.
Santosa, Budi. (2014). Pengembangan Model Uji Kompetensi Terpadu di Sekolah
Menengah Kejuruan Bidang Otomotif. Yogyakarta, Disertasi, UNY.
Santosa, Budi. (2016). Skill Passport Bidang Teknik Kendaraan Ringan di Sekolah
Menengah Kejuruan. Program Pascasarjana Universitas Ahmad Dahlan, Magister
Pendidikan Vokasi.
Supriyadi, Dedi. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan.
Yorke, M. (2006). Employability in higher education: what it is - what it is not Learning
and Employability Series: Higher Education Academy.
DAFTAR PUSTAKA