1. Mutiara Ilmu & Hikmah
12/16/2013
Studio Putra Tidore
Marjan Ali
2. I
slam, sebagai agama yang sempurna, menempatkan wanita pada tempat yang
terhormat lagi mulia. Wanita adalah tiang negara. Kalau wanitanya rusak, rusak dan
binasa jugalah negara. Berbagai keutamaan didapatkan oleh wanita. Surga pun
berada di bawah telapak kaki ibu, yang notabene juga wanita.
Tidak mengherankan mengapa Rasulullah SAW sampai menjawab tiga kali, ibumu,
ibumu, ibumu, ketika salah seorang sahabat bertanya siapa yang paling utama untuk
dimuliakannya.
Dan ternyata, amalan-amalan yang dilakukan oleh wanita yang kelihatannya
sederhana menjadi jaminan baginya untuk masuk surga. Kalau wanita istiqamah dengan
amalan-amalan yang dianjurkan oleh agama, tepatlah jika dikatakan bahwa ternyata
wanita lebih mudah masuk surga.
Kriteria Calon Penghuni Surga
Berbagai kenikmatan diperuntukkan bagi penghuni surga, mulai dari suasana alam,
pelayanan para pelayan, sampai puncak kenikmatan yang tiada tandingannya, yaitu
perjumpaan ahli surga dengan Allah SWT. Agar bisa masuk surga dan merasakan
kenikmatan itu, seseorang ketika hidup di dunia harus beriman dan beramal shalih. Jika
ketika hidup di dunia seseorang menaati Allah dan Rasul-Nya dengan landasan yang
benar, ketaatannya itu akan dibalas dengan surga, yang penuh kenikmatan. Untuk
menjadi penghuni surga haruslah memenuhi kriteria-kriteria yang ditentukan oleh Allah
SWT dan Rasul-Nya.
Apabila seseorang menjelang akhir hayatnya mengucapkan kalimat “Laa ilaaha
illallaah”, di akhirat nanti akan dimasukkan ke dalam surga. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang pada akhir hayatnya keluar dari lidahnya kalimat Laa ilaaha illallaah,
ia masuk surga." (HR Abu Dawud dan Al-Hakim).
Apabila seseorang suka menyebarkan salam, bersedekah makanan, dan suka shalat
malam di waktu manusia-manusia sedang tidur, ia akan dimasukkan ke dalam surga.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Hai sekalian manusia, sebarkanlah salam,
berikanlah makanan, dan shalat malamlah di waktu manusia sedang tidur, niscaya kamu
masuk surga dengan selamat." (HR. At-Tirmidzi).
1
3. Apabila seseorang sering menangis karena rasa takutnya kepada Allah SWT, ia akan
dimasukkan ke dalam surga. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk ke dalam
neraka seseorang yang pernah menangis karena takut kepada Allah SWT." (HR. AtTirmidzi).
Apabila seorang wanita selalu taat kepada suami dan ajaran agama, kemudian ia
meninggal dan suaminya ridha atas kematiannya, di akhirat ia akan dimasukkan ke
dalam surga." (HRAl-Bukhari).
Seseorang yang tidak meninggalkan shalat fardhu, terutama shalat Subuh dan shalat
Ashar, akan masuk ke dalam surga. Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang tidak pernah
meninggalkan shalat Subuh dan Ash'ar, ia masuk surga." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Beriman dan Dibuktikan
Iman merupakan faktor pertama dan utama dalam upaya meraih surga. Tanpa iman,
tidak mungkin seorang dapat masuk ke dalam surga. Sebab imanlah yang menentukan
amal seseorang dapat diterima atau tidak. Adapun orang yang kafir, meskipun ia
melakukan berbagai kebajikan, karena tidak beriman kepada Allah SWT, amalnya akan
sia-sia, dan nerakalah tempat kembalinya di akhirat. Seseorang yang beriman kepada
Allah SWT tidak hanya cukup dengan mengatakan "Saya beriman dan mengakui adanya
Allah SWT, tetapi harus dibuktikan dengan mematuhi segala peraturan yang telah
ditentukan Allah SWT, dalam bentuk menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi
segala laranganNya. Itulah taqwa.
Taqwa pada dasarnya adalah ukuran kualitas keimanan seseorang melalui aplikasi
ibadah individual dan ibadah sosial dalam kehidupan nyata. Taqwa adalah perintah Allah
yang diamanatkan kepada seluruh manusia, baik orang-orang dahulu maupun generasi
mendatang, baik laki-laki maupun perempuan. Al-Qur'an banyak menyimpulkan sifatsifat orang yang bertaqwa. Dalam surah Al- Baqarah disebutkan, ciri-ciri orang yang
bertaqwa antara lain percaya kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan
sebagian rizqi yang telah diterima, percaya kepada Al-Qur'an dan kitab suci sebelumnya,
percaya kepada hari akhir.
Sedangkan dalam surah Ali Imran ditemukan sifat-sifat orang yang bertaqwa seperti
menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, mampu menahan amarah,
mudah memaafkan orang lain, segera memohon ampunan kepada Allah SWT jika
melakukan perbuatan dosa dan tidak akan melakukannya lagi.
2
4. Taat dan Menghormati Suami
Taat kepada suami adalah ciri wanita penghuni surga. Menjadi wanita yang taat
kepada suami merupakan jalan cepat menuju surga. Rasulullah SAW bersabda, "Jika
seorang istri mengerjakan shalat lima waktu, beipuasa di bulan Ramadhan, menjaga
kemaluannya, menaati suaminya, niscaya akan dikatakan kepadanya, 'Masuklah ke
surga". (HR. Ahmad).
Ketaatan kepada suami dan bersikap hormat kepadanya dapat meninggikan derajat
pahala seorang istri sampai derajat pahala orang- orang yang berjihad di jalan Allah
SWT. Sungguh menakjubkan. Sebagaimana hadits dari Abdullah Ibnu Abbas ra, seorang
wanita berkata,"Wahai Rasulullah, aku adalah utusan kaum wanita kepadamu."
Kemudian ia menyebutkan keuntungan yang diperolah kaum laki-laki dari berjihad dan
lainnya berupa pahala dan harta rampasan perang, lalu ia berkata, "Lalu apa yang kami
(perempuan) peroleh dari semua itu?"
R a s u l u l l a h S A W m e n j a w a b : "Sampaikanlah kepada setiap wanita yang
engkau jumpai bahwa ketaatan kepada suami dan mengakui haknya mengimbangi
pahala semua itu, tapi sedikit di antara kalian yang mampu melakukannya." (HR. AlBazzar dan Ath-Thabarani).
Ketaatan istri kepada suaminya juga merupakan ciri atau sifat wanita shalihah. Allah
SWT menyifati wanita shalihah melalui firman- Nya, ".... Maka perempuan-perempuan
yang shalihah adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya
tidak ada karena Allah telah menjaga mereka... " (OS An- Nisa: 34).
Dalam konteks kehidupan berumah tangga, ketaatan dan penghormatan istri
terhadap suaminya dapat diwujudkan dalam sikap-sikap berikut:
1. Tidak melanggar hak bathin suami. Hak ini merupakan hak khusus suami,
sebagaimana firman Allah SWT, "Istri-istrimu adalah ladang bagimu, maka
datangilah ladangmu itu kapcm saja dengan cara yang kamu sukai...." (QS AlBaqarah: 223). Jika seorang istri mempunyai rasa keengganan dalam menunaikan
hak ini, itu termasuk dosa besar yang dilakukan istri terhadap suaminya. Rasulullah
SAW telah menegaskan hal itu dalam sabdanya, "Jika seorang laki-laki mengajak
istrinya ke tempat tidurnya tetapi ia tidak memenuhi ajakan suaminya lalu suami
bermalam dalam keadaan marah kepadanya, niscaya malaikat melaknatnya
sampai pagi hari."
3
5. 2.
Tidak melakukan ibadah sunnah kecuali atas izin suami. Demikian juga jika seorang
istri hendak berpuasa sunnah, ia harus meminta izin kepada suaminya agar
kemaslahatan rumah tangga tetap terjaga utuh. Dalam sebuah hadits dari Abu
Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah seorang istri berpuasa sunnah
sedangkan suaminya berada di rumah, kecuali atas izinnya". (HR. AIBukhari). Bahkan
ketika suami memanggil istrinya yang sedang mengerjakan shalat sunnah, ia harus
membatalkan shalatnya demi memenuhi panggilan suaminya. Memenuhi panggilan
suami adalah wajib, dan ibadah wajib lebih didahulukan daripada ibadah sunnah.
3. Tidak mengizinkan orang lain masuk ke rumah tanpa izin suami. Islam
memerintahkan kepada suami dan istri untuk menjaga keharmonisan dan kemuliaan
rumah. Salah satunya, istri harus menunjukkan kesucian dirinya dengan tidak
mengizinkan orang lain masuk ke rumah tanpa kehadiran dan izin suaminya. Di
antara alasannya, kehadiran orang lain, khususnya laki-laki, dapat menimbulkan
fitnah dan memudarkan kehormatan rumah tangga. Hal tersebut sebagaimana
sabda Rasulullah SAW: “Tidak diperkenankan bagi seorang istri untuk berpuasa
sunnah sedangkan suaminya berada di rumah, kecuali atas izinnya, dan tidak
mengizinkan seseorang masuk ke dalam rumahnya kecuali atas izin suaminya". (HR.
Al Bukhari dan Muslim).
Mengikuti suami dalam hal tempat tinggal. Termasuk ketaatan dan penghormatan
kepada suami, istri mengikuti suami dalam hal tempat tinggal, dengan catatan
memenuhi syarat agama dan suami telah memenuhi hak-haknya secara baik. Kalau
suami sudah merasa mampu untuk menyediakan tempat tinggal, kemudian
mengajak istrinya untuk pindah dari rumah orang tuanya, wajib seorang istri
mengikuti ajakkan suaminya tersebut.
4.
Tidak keluar rumah tanpa izin suami. Ibnu Qudamah mengatakan, suami berhak
melarang istri keluar rumah sekalipun untuk suatu keperluan, baik berkunjung ke
rumah orang tuanya, menengoknya, maupun melihat jenazahnya.
Hal ini sebagaimana sebuah peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah SAW.
Dikisahkan, ada seorang istri yang mendapatkan amanah dari s u a m i n y a agar ia
t i d a k meninggalkan rumah untuk kepentingan apa pun hingga suaminya pulang
dari jihad atau perang. Beberapa hari setelah suaminya pergi jihad, datanglah
seorang u t u s a n y a n g mengatakan bahwa ia diminta ibunya untuk datang karena
4
6. ibunya sedang sakit. Namun wanita itu menolaknya, dengan alasan suaminya
melarang keluar rumah sampai ia pulang.
Hari berikutnya utusan itu datang lagi dan menyampaikan pesan bahwa sakit ibunya
bertambah parah dan ia diminta menengok ibunya itu. Namun wanita itu tetap
menolaknya dengan alasan yang sama.
Hari berikutnya utusan itu datang lagi dan menyampaikan kabar bahwa ibunya telah
meninggal dunia dan ia diminta untuk datang melihat jasad ibunya sebelum dikubur.
Tetapi wanita tersebut tetap menolaknya, ia tidak bisa pergi keluar rumah sampai
suaminya pulang berjihad.
Kejadian di atas kemudian dilaporkan kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah,
apakah wanita itu termasuk anak yang durhaka kepada orangtuanya?"
Rasulullah SAW menjawab, "Tidak. la melakukan hal tersebut, karena ingin menaati
perintah suaminya. Sedangkan ibunya sekarang diampuni oleh Allah SWT dan
dimasukkan ke dalam surga karena ketaatan anaknya itu kepada suaminya”.
Islam memberikan ketentuan kepada para istri agar tidak meninggalkan rumah
kecuali atas izin suaminya. Hal ini dimaksudkan supaya suami senantiasa mengetahui
keberadaan istrinya, sehingga ia tidak murka ketika membutuhkannya tapi sang istri
tidak ada di rumah. Rasulullah SAW bersabda: "Istri mana pun yang keluar dari
rumahnya tanpa izin suaminya, ia berada dalam murka Allah SWT sampai ia kembali ke
rumahnya atau suaminya meridhainya." (HRAt-Tirmidzi).
Selalu mendampingi suami dalam suka dan duka. Seorang wanita yang merindukan
surga tidak akan pernah meninggalkan suaminya pada saat sang suami sedang
mengalami permasalahan berat. Sebagaimana ia telah bersama-sama merasakan
kebahagiaan bersama sang suami, ia juga harus bersama-sama dalam keadaan susah,
tanpa disertai keluhan, apalagi marah.
Ikatan kasih dan sayang itulah yang membuat suami dan istri mampu melewati
berbagai rintangan dalam rumah tangga. Ikatan kasih sayang adalah ikatan bathin yang
tidak terpengaruh oleh kondisi fisik dan tampilan luar. Tidak menjadi istri pemalas,
pemarah, dan materialistis. Seorang wanita bisa saja dianugerahi berbagai keutamaan,
kecantikan, dan kepintaran, tetapi semua itu menjadi tidak berarti apa-apa jika ia
memiliki watak yang menyusahkan suaminya.
5
7. Termasuk watak istri yang dapat menyusahkan suaminya adalah mengajukan banyak
tuntutan yang tidak logis dan membebani s u a m i d e n g a n s e s u a t u y a n g d i l u a r
kemampuannya.
Di antara kisah yang sudah menjadi sejarah tentang keteladanan istri yang benarbenar mengerti dan memahami kondisi suami adalah kisah tentang Fathimah Az-Zahra,
putri Rasulullah SAW. Suatu ketika Fathimah dan suaminya Ali bin Abi Thalib, mengalami
kesulitan ekonomi yang mengakibatkan Fathimah kelaparan selama tiga hari.
Ketika melihat istrinya pucat dan letih, Ali bertanya, "Apa yang menimpa dirimu, wahai
Fathimah?"
Fathimah menjawab, "Sejak tiga hari yang lalu kita tidak menemukan sesuatu yang dapat
dimakan di rumah."
Lalu Ali bertanya lagi, "Mengapa engkau tidak memberitahukanku?"
Fathimah menjawab lagi, "Pada malam pertama kita dahulu, ayahku, Rasulullah SAW,
pernah berkata, 'Wahai Fathimah, jika Ali datang kepadamu dengan membawa sesuatu,
makanlah. Jika tidak, janganlah engkau memintanya."
Itulah kebesaran sifat Fathimah, yang tidak pernah menyusahkan suaminya.
6