3. Yunani eskhatos. Ajaran Alkitab tentang eskatologi (ajaran tentang Akhir Zaman) tidak hanya
mempedulikan nasib orang secara perseorangan, tapi juga sejarah manusia. Menurut Alkitab,
Allah tidak hanya menyatakan diri-Nya melalui orang-orang yang mendapat ilham, tapi juga
dalam dan melalui peristiwa-peristiwa yang membebaskan umat-Nya (bahasa Jerman
Heilsgeschichte), dan peristiwa yang terpenting dari semuanya ialah kedatangan Anak-Nya
Yesus Kristus. Selanjutnya, isi dari penyataan ini tidak terbatas pada kebenaran-kebenaran
mengenai sifat dan tujuan Allah, tapi mencakup juga tindakan-tindakan pelepasan umat-Nya dan
firman yang diilhamkan yang menafsirkan makna tindakan-tindakan tersebut. Karena Allah ialah
Tuhan atas segala peristiwa sejarah, maka penggenapan dari karya pelepasan oleh Allah
mencakup juga pelepasan manusia dari sejarah, artinya, perubahan tata tertib dunia ini menjadi
suatu dunia yang baru.
I. MASA DEPAN MENURUT PERJANJIAN LAMA (PL)
Para nabi Israel menatap ke depan, kepada saatnya Allah Israel yang telah berulang-ulang
mempedulikan umat-Nya dalam sejarah mereka, akan mengindahkan mereka untuk menghakimi
orang fasik, melepaskan orang benar dan untuk menyucikan bumi ini dari seluruh kejahatan.
Hari Tuhan, dengan ungkapan lain pada hari itu mengartikan kepedulian Allah ini, dan lebih
menekankan sifat kejadian itu daripada waktunya. Justru Hari Tuhan berarti baik kepeludian
Allah yang sudah terjadi dalam sejarah (Amsal 5:18; Yoel 1:15) maupun kepedulian terakhir dari
akhir zaman (Yoel 3:14,18; Zefanya 3:11, 16-17; Zakaria 14:9). Pada hari-hari yang terakhir
Allah akan datang untuk mendirikan Kerajaan-Nya (Yesaya 2:2-4; Hosea 3:5).
Beberapa pribadi bersifat mesianis tampil dalam rangka pengharapan Perjanjian Lama: seorang
Raja dari keturunan Daud, seorang Anak Manusia yang turun dari surga, seorang hamba yang
menderita; tapi kerap kali disebut bahwa Allah sendirilah yang akan datang untuk melepaskan
umat-Nya (Yesaya 26:21; Yoel 3:16; Zhakaria 14:5; Maleakhi 3:1-2)
II. MASA DEPAN MENURUT PERJANJIAN BARU (PB)
Dalam inkarnasi Yesus Kristus, Perjanjian Baru melihat sebagian pengharapan Perjanjian Lama
telah digenapi, dan dalam kedatangan-Nya yang kedua kali kelak penggenapan seutuhnya
pengharapan itu. Apa yang menurut pengharapan Perjanjian Lama akan terjadi dalam satu Hari,
menurut Perjanjian Baru digenapi dalam dua hari. Penggenapan pendahuluan dan penggenapan
purna adalah dua bagian dari hanya satu pekerjaan pelepasan. Walaupun nada penggenapan
sudah berkali-kali dicanangkan dalam Perjanjian Baru (Lukas 4:18-21; 10:23-24; Matius 11:4-5;
13:16-17) , namun penggenapan purna itu masih pada masa datang. Justru pekerjaan Yesus pada
kedatangan-Nya yang pertama kali berciri akhir zaman, dan berkat-berkat yang dikaruniakan-
Nya ialah berkat yang berciri akhir zaman. Dalam Perjanjian Baru ada unsur akhir zaman yang
sudah menjadi nyata (Inggris realized eschatology).
4. Hidup, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus memulai penggenapan zaman Mesias, walaupun
dalam bentuk yang belum pernah diharapkan. Menurut Ibrani 1:2 zaman akhir sudah di sini
sekarang, yaitu hari-hari yang akan melihat berdirinya Kerjaan Allah (Yesaya :2:2-4; Hosea
3:5) , sudah di sini sekarang (Ibrani 1:2) . Janji tentang pencurahan Roh Kudus yang akan terjadi
pada akhir zaman (Yoel 2:28; Yehezkiel 36:27) sekarang sudah terjadi. Tapi, zaman yang akan
datang masih tetap dianggap sebagai saat menerima hidup yang kekal (Markus 10:30), dan di
seluruh Perjanjian Baru Kerajaan Allah tetap merupakan pokok pengharapan (misalnya Matius
12:32; Lukas 20:35; Yohanes 12:25; Efesus 1:21), walaupun kekuasaannya dalam batas tertentu
dapat dialami kini (Ibrani 6:5). Hari penggenapan purna harus datang untuk membawa
kepenuhan berkat-berkat akhir zaman yang kini dikecap baru sebagian. Jadi peristiwa-peristiwa
yang menyertai kedatangan Yesus yang kedua kali tidaklah mengantarkan berkat yang sama
sekali baru. Apa yang dikerjakan Yesus pada saat kematian dan kebangkitan-Nya akan digenapi
tuntas seutuhnya pada saat Ia datang kelak dalam kemuliaan.
III. PERISTIWA-PERISTIWA YANG MENDAHULUI KEDATANGAN KRISTUS YANG
KEDUA KALI KELAK
Saat penggenapan pendahuluan sudah terjadi dalam dunia lama. Justru kita hidup dalam
ketegangan dan persengketaan antara dua zaman. Anak-anak Kerajaan (Matius 13:38 )masih
hidup dalam dunia jahat (Galatia 1:4) yang mengalami kegelapan, kefanaan dan kuasa Iblis
(Efesus 2:2-3). Sedang Allah yang berdaulat ialah Raja segala bangsa (Wahyu 15:3), Ia masih
membiarkan Iblis menjalankan pengaruh sehingga Iblis disebut ilah zaman ini (2 Korintus 4:4).
Walaupun Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya, telah mengalahkan kekuasaan Iblis
(Yohanes 12:31; Ibrani 2:14), namun selama dunia ini ada, Iblis akan terus menentang tujuan
pelepasan Allah dan menganiaya umat Allah. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah
zaman ini, mencerminkan perang rohani antara kejahatan Iblis dan Kerajaan Allah (Wahyu 12).
Umat Allah dalam zaman ini bersifat umat akhir zaman, sebab mereka sudah dipindahkan dari
kerajaan kegelapan ke dalam Kerajaan Anak Allah, yaitu Kristus (Kolose 1:13). Mereka telah
mengalami suatu kuasa yang mengubah, dan berdasarkan itu mereka tidak lagi dalam kekuasaan
dunia ini (Roma 12:2); mereka hidup dalam pengharapan yang mantap akan penggenapan purna
(Roma 5:2; 8:18; Efesus 4:4; Kolose 1:5,27). Kendati demikian, karena masih hidup dalam dunia
lama, pada dasarnya mereka senantiasa terbuka terhadap penganiayaan (Matius 13:21; Yohanes
16:33; Kisah 14:22; Roma 12:12) dan perlawanan dari pihak Iblis (2 Korintus 11:4; 12:7; Efesus
6:11-12; 1 Petrus 5:8 ).
Perlawanan Iblis yang sepanjang masa terhadap Kerajaan Allah akan memuncak dalam
penampilan suatu sosok pada akhir zaman, yang dilukiskan dengan berbagai istilah sebagai
pembinasa keji (Matius 24:15 bandingkan dengan Daniel 11:31; 12:11) manusia durhaka (2
5. Tesalonika 2:3), dan binatang (Wahyu 13:1). Ia akan diilhami dan diberi kuasa oleh Iblis untuk
melakukan tanda-tanda yang menakjubkan (2 Tesalonika 2:9; Wahyu 13:3,13) untuk memikat
kekaguman umat manusia. Dia akan merupakan penguasa politik yang akan memagai agama
demi tujuannya yang bersifat menghujat Allah, dengan menuntut manusia beribadah kepadanya
dan bukan kepada Allah (2 Tesalonika 2:4; Wahyu 13:8,12). Ia akan menuntut ketaatan mutlak -
baik berupa agama maupun politik dari warga negaranya, dan akan mengenakan sanksi ekonomi
untuk memaksakan kepatuhan.
Orang-orang yang tidak mau tunduk akan dianiaya dengan keji sekali oleh Antikristus (Matius
24:21; Wahyu 13:7). Begitu ganasnya siksaan dahsyat itu (Matius 24:21), sehingga Allah akan
campur tangan untuk mempersingkat hari-hari itu (Matius 24:22) demi keselamatan orang-orang
pilihan. Mereka yang tetap teguh pada iman mereka dalam Kristus, yang menolak untuk
menyembah binatang itu, akan menang terhadapnya, baik dalam kematian atau dalam maut
martir sekalipun (Wahyu 15:2).
Penampilan Antikristus dan penyiksaan orang-orang kudus merupakan serangan terakhir dari
Iblis terhadap umat Allah. Sebelum itu Antikristus dilukiskan dalam beberapa saat yang pelik
pada perjalanan sejarah umat Allah yang sedang ditebus: pada waktu penyiksaan di bawah
Antiokhus Epifanes pada tahun 169 sM; pada waktu keruntuhan negara Yahudi oleh Roma
(Daniel 9:26b; Lukas 21:20-24); pada waktu penyiksaan gereja perdana (Wahyu 13). Dapat
dikatakan, Antikristus adalah suatu gejala akhir zaman, yang tampak baik pada akhir zaman
maupun sepanjang sejarah manusia (1 Yohanes 2:18,22; 4:3). Hal ini - bahwa gejala-gejala akhir
zaman tampil sepanjang sejarah manusia - ialah ciri khas eskatologi Alkitab.
Masa penyiksaan ini akan menyaksikan pula permulaan penghakiman Allah atas Iblis dan
pengikutnya. Wahyu menerangkan penghakiman ini di bawah bentuk lambang, seperti tujuh
sangkakala (Wahyu pasal 8-9) dan tujuh cawan (Wahyu 16). Hukuman ini terdiri dari tulah dan
malapetaka yang menyatakan murka Allah (Wahyu 15:1,7; 16:19), ditujukan kepada binatang itu
dan para penyembahnya. Sebelum hukuman ini mulai diberlakukan, Allah akan memeteraikan
umat-Nya (Wahyu 7:1-8 ) yang akan dilindungi dari murka-Nya dan akan terlindung dalam
perjuangan yang mengerikan melawan kekuasaan Iblis, walau mengalami kematian sebagai
martir (Wahyu 7:9-17). Banyak ahli melihat dalam Wahyu 7 dua kelompok umat Allah yang
berlainan, yaitu keduabelas suku Israel dalam arti harfiah, dan orang banyak yang tidak terkira
dari Gereja Kristen. Tapi ahli yang lain, dengan alasan bahwa daftar kedua belas suku yang
disebut dalam Wahyu 7:1-8 tidak pernah muncul di tempat lain dalam Alkitab (dalam Wahyu 7
ini suku Dan tidak termasuk, walaupun tercakup dalam Yehezkiel 48:1, barangkali merupakan
latar belakang pemikiran penulis Wahyu) ,menafsirkan nas ini sebagai nubuat simbolis tentang
perlindungan secara rohani terhadap gereja, yaitu Israel sejati (bandingkan dengan Wahyu 2:9).
IV. KEDATANGAN KRISTUS YANG KEDUA KALI
6. Hari Tuhan akan mengakhiri pemerintahan Antikristus yang singkat itu (2 Tesalonika 2:2).
Dalam Perjanjian Baru Hari Tuhan ialah suatu ungkapan yang bersifat meraup pengertian semua
peristiwa, yang akan menyertai penggenapan purna. Ungkapan ini mempunyai berbagai bentuk:
Hari Tuhan (Kisah 2:20; 1 Tesalonika 5:2; 2 Tesalonika 2:2; 2 Petrus 3:10); Hari Tuhan Yesus (2
Korintus 1;14); Hari Tuhan kita Yesus Kristus (1 Korintus 1:8 ); Hari Kristus Yesus (Filipi 1:6);
Hari Kristus (Filipi 1:10; 2:16); Hari Allah (2 Petrus 3:12); hari itu atau hari terakhir (Matius
7:22; 24:36; 26:29; Lukas 10:12; 2 Tesalonika 1:10; 2 Timotius 1:18 dab); akhir zaman
(Yohanes 6:39,40,44,54; 11:24; 12:48 ).
Kedatangan Kristus kelak, yang juga dapat disebut kedatangan-Nya sekali lagi (Ibrani 9:28 )
digambarkan dalam Perjanjian Baru dengan berbagai kata yang penting. parousia, artinya
kehadiran atau ketibaan (1 Korintus 14:27; 2 Korintus 7:7), dalam percakapan Yunani dipakai
untuk mengartikan kunjungan seorang penguasa. Yesus Kristus yang sama, yang naik ke surga,
akan datang lagi ke bumi dalam kehadiran diri-Nya (Kisah 1:11) pada akhir zaman dalam
kekuasaan dan kemuliaan (Matius 24:27) untuk memusnahkan Antikristus dan kejahatan (2
Tesalonika 2:8 ), untuk membangkitkan orang-orang mati (1 Korintus 15:23), untuk
mengumpulkan orang-orang yang ditebus (Matius 24:31; 2 Tesalonika 2:1; bandingkan dengan
Matius 24:37, 39; 1 Tesalonika 2:19; 3:13; 4:15; 5:23; Yakobus 5:7-8; 2 Petrus 1:16; 1 Yohanes
2:28 ).
Kedatangan-Nya kelak akan merupakan juga suatu apokalipsis ( = pembukaan tabir) bilamana
kekuasaan dan kemuliaan yang sekarang sudah dimiliki-Nya berdasarkan peninggian-Nya di
surga (Filipi 2:9; Efesus 1:20-23; Ibrani 1:3; Ibrani 2:8 )akan dinyatakan kepada dunia ini (1
Petrus 4:13). Kristus memerintah sekarang sebagai Tuhan di sebelah kanan Allah, tapi
pemerintahan-Nya tidak kelihatan kepada dunia ini. Pemerintahan ini nanti akan dinyatakan
melalui apokalipsis = penyataan-Nya, 1 Korintus 1:7; 2 Tesalonika 1:7; 1 Petrus 1:7,13)). Jadi
kedatangan Kristus yang kedua kali kelak tidak dapat dipisahkan dari kenaikan-Nya ke surga dan
kedudukan-Nya di sebelah kanan Allah Bapa (Wahyu 3:21), sebab hal itu akan mengungkapkan
ke-Ilahi-an-Nya yang sekarang kepada dunia ini .
Kata ketika, yaitu epiphaneia (penampakan), berarti bahwa kedatangan-Nya itu akan kelihatan (2
Tesalonika 2:8; 1 Timotius 6:14; 2 Timotius 4:1,8; Titus 2:13).
V. KEBANGKITAN
Pada kedatangan Tuhan Yesus kelak, akan terjadi kebangkitan mereka yang mati dalam Kristus
(1 Tesalonika 4:16). Kebangkitan itu disebut dalam beberapa ayat Perjanjian Lama (Yesaya
25:8; 26:19; Daniel 12:2; Yehezkiel 37 juga mencerminkan kepercayaan akan kebangkitan).
Kepercayaan akan kebangkitan berakar pada keyakinan bahwa Allah ialah Allah yang hidup,
justru Ia tidak akan membiarkan umat-Nya menjadi mangsa maut (Matius 22:32). Perjanjian
Baru memang mengungkapkan kenyataan tentang kebangkitan semua orang (Yohanes 5:28-29;
Kisah 24:15; Wahyu 20:12-13), tapi inti penekanannya ialah kebangkitan sebagai buah
7. penebusan. Kehidupan sesudah kebangkitan merupakan berkat akhir zaman, yang dinikmati oleh
orang-orang yang ditebus (Kolose 2:12-13). Dengan kebangkitan-Nya Yesus telah mematahkan
kuasa maut, dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa. Kebangkitan Yesus bukan melulu
pemulihan badan yang mati menjadi hidup lagi; itu adalah tahapan pertama dari kebangkitan
pada akhir zaman. Kebangkitan-Nya adalah buah sulung atau permulaan dari tuaian pada akhir
zaman (1 Korintus 15:23). Karena kebangkitan sudah mulai, maka orang-orang percaya sekarang
mendapat bagian dalam hidup Yesus yang sudah bangkit itu (Efesus 2:5-6; Roma 6:4; Filipi
3:10; Kolose 3:1-3). Maka terjaminlah kebangkitan orang-orang yang sekarang ini hidup dalam
Yesus oleh kenyataan kebangkitan-Nya (1 Korintus 15:12-20), dan kebangkitan ini akan menjadi
tahapan kedua dari tuaian pada akhir zaman (1 Korintus 15:23).
Sifat tubuh surgawi atau rohaniah yang akan diberikan kepada mereka yang dibangkitkan,
dibicarakan dalam 1 Korintus 15:35-58. Tubuh itu melampaui pengalaman sekarang (ayat35-
37) , tapi benar-benar suatu tubuh (ayat 38-42) yang merupakan lanjutan tubuh duniawi, hanya
bukanlah terdiri dari daging dan darah (ayat 50). Paulus melukiskan tubuh rohaniah itu sebagai
tidak dapat binasa, mulia, kuat (ayat 42-43). Tubuh rohaniah (ayat 44) tidak berarti tubuh yang
terbuat dari roh, tapi tubuh yang seluruhnya diberi daya hidup dan diperbarui oleh Roh
kehidupan. Tubuh rohaniah itu tidak bergantung ke dalam tata hidup yang sama sekali berbeda
dari hidup yang sekarang; tubuh itu ialah tubuh yang sekarang yang dibebaskan (Roma 8:23)
tatkala yang fana ini ditelan oleh hidup (1 Korintus 5:4).
Orang-orang percaya yang masih hidup pada saat kedatangan Kristus akan diubah tanpa
menjalani maut (1 Korintus 15:51-52; 1 Tesalonika 4:17). Hal "diangkat menyongsong Tuhan di
angkasa" (1 Korintus 4:17) ialah cara Paulus untuk melukiskan pengalaman peralihan ini ke
dalam tata hidup baru dari mereka yang ditebus, tanpa menjalani maut lebih dulu.
VI. KEADAAN ORANG MATI
Menurut Alkitab manusia tidak terdiri dari tiga bagian yang terpisah-pisah, yaitu tubuh, jiwa, dan
roh. Lebih tepat, istilah-istilah ini mengacu kepada berbagai segi dari hanya satu diri yang
berdaya hidup. Jadi jika manusia akan dibangkitkan, itu berarti bahwa tubuhnya akan
dibangkitkan pula untuk hidup dalam dunia yang akan datang. Baik hidup maupun kematian
menggenggam manusia seluruhnya. Hal ini dilukiskan dengan ajaran tentang hidup yang kekal
dalam Alkitab. Hidup yang kekal atau immortalitas tidak berarti hidup yang takkan berakhir, tapi
hidup bebas dari maut (1 Korintus 15:33; 1 Timotius 6:16)dan kebusukan (Roma 2:7; 2 Timotius
1:10). Hanya Allah yang "tidak takluk kepada maut" (1 Timotius 6:16), tapi Yesus sudah
memenangkan hidup dan tubuh yang tak dapat binasa bagi manusia (2 Timotius 1:10), dan
mereka akan menggantikan tubuh yang dapat mati dengan yang tidak dapat mati pada hari
kebangkitan (1 Korintus 15:53-54).
Hanya sedikit yang dikatakan Alkitab mengenai keadaan orang mati. Dalam Perjanjian Lama
pun manusia yang mati bukan tidak berada lagi, tapi rohnya turun ke SYEOL (dunia orang mati).
8. Tempat ini digambarkan sebagai tempat yang paling bawah (Mazmur 86:13; Amsal 15:24;
Yehezkiel 26:20), suatu negeri yang gelap gulita (Ayub 10:22), daerah yang sunyi (Mazmur
88:12; 94:17; 115:17). Di sini diterimalah orang yang baru meninggal (Yesaya 14:9-10) oleh
orang mati, yang berkumpul menurut suku-sukunya (Yehezkiel 32:17-32).
SYEOL bukanlah terutama berarti tempat, tapi keadaan orang mati. Di situ eksistensi atau
keberadaan mereka bukan menjadi tiada, tapi juga mereka tidak hidup, sebab hidup dapat
dinikmati hanya di hadapan Allah:
SYEOL merupakan cara Perjanjian Lama menegaskan bahwa maut tidak mengakhiri eksistensi
manusia. Dalam satu dua tempat Allah memberikan penyataan tambahan (kemudian hari
ditambah lagi dalam Perjanjian Baru), bahwa karena Dia-lah Allah yang hidup, maka Ia takkan
meninggalkan umat-Nya dalam kuasa dunia orang mati, tapi akan membawa mereka ke hadirat-
Nya supaya mereka dapat menikmati hidup di situ (Mazmur 16:9-11; 49:15; 73:24; Ayub 19:25-
26). Henokh dan Elia naik ke surga ke hadirat Allah, tanpa melihat SYEOL lebih dulu (Kejadian
5:24; 2 Raja 2:11).
Dalam Perjanjian Baru istilah yang diterjemahkan dunia orang mati atau kerajaan maut ialah
hades (Matius 11:23; 16:16; Lukas 10:15 dab). Barangkali cerita orang kaya dan Lazarus, seperti
cerita tentang bendahara yang tidak jujur, adalah perumpamaan yang menggunakan jalan pikiran
Yahudi pada waktu itu, dan tidak dimaksudkan untuk mengajar kita mengenai keadaan orang
mati. Petrus membicarakan tentang orang-orang yang fasik yang mati sebagai roh-roh yang
dipenjara.
Penyataan bahwa maut tidak mengakhiri eksistensi manusia diperluas dalam Perjanjian Baru.
Kiasan mengenai tidur sering dipakai tentang orang mati (Matius 27:52; 1 Korintus 11:30; 1
Tesalonika 4:13), dan ada ahli melihat arti yang lebih dalam ketimbang melulu kiasan ini.
Kepada kita diberitahukan bahwa orang-orang yang sudah ditebus akan bersama Yesus bila
mereka mati (Lukas 23:43; Filipi 1:23) dan bahwa roh-roh mereka telah menjadi sempurna
(Ibrani 12:23). Paulus enggan melihat maut sebab nampak seperti suatu keadaan telanjang tanpa
tubuh (2 Korintus 5:3), sehingga ia merindukan tubuh rohaniah. Tapi keengganannya itu
dikalahkan oleh keyakinan, bahwa meninggalkan tubuh berarti berada bersama Tuhan Yesus,
maka walaupun ia tidak mempunyai pengetahuan tentang keadaan roh manusia sesudah mati, hal
itu lebih diingini ketimbang berlanjut dalam eksistensi hidup duniawi. Tujuan Allah ialah
menebus manusia seutuhnya, mencakup jiwa raganya. Ungkapan seperti keselamatan jiwamu (1
Petrus 1:9; Yakobus 1:21) tidak berarti bahwa jiwa diselamatkan tanpa tubuh, karena (seperti
dalam Matius 16:25)psukhê (nyawa) berarti hidup manusia yang nyata, tanpa singgungan khusus
pada soal apakah ia mempunyai tubuh atau tidak (bandingkan dengan Kisah 27:10).
VII. PENGHAKIMAN
"Manusia ditetapkan mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi" (Ibrani 9:27). Menurut
Alkitab, Allah ialah Penguasa manusia, Pemberi Hukum, dan Hakim Terakhir. Kadang-kadang
9. Allah disebut Hakim (Ibrani 12:23), kadang-kadang Kristus (2 Timotius 4:8; Kisah 10:42). Allah
"dengan adil akan menghakimi dunia oleh seseorang yang telah ditentukan-Nya" (Kisah 17:31).
Takhta pengadilan Allah dan takhta pengadilan Kristus (2 Korintus 5:10) adalah istilah-istilah
yang dapat dipertukarkan.
Kepedulian Alkitab ialah kenyatakan penghakiman, bukan jadwal penghakiman itu, sehingga
tidak mungkin dijabarkan sederet penghakiman yang berbeda-beda dan terpisah-pisah. Nubuat
Tuhan Yesus tentang penghakiman bangsa-bangsa dalam Matius 25 adalah kiasan yang meluas,
berdasarkan pengalaman sehari-hari tentang memisah-misahkan domba dari kambing karena
bercampur-baur. Yesus hendak mengutus murid-murid-Nya untuk mewakili-Nya (Matius 12:48-
50) ke dalam dunia, dan tujuan perjalanan akhir manusia akan ditentukan oleh cara mereka
menerima dan memperlakukan utusan-Nya itu. "Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut
Aku" (Matius 10:40). Perumpamaan ini tidak mengajarkan keselamatan berdasarkan perbuatan
baik, pun tidak menyelesaikan soal apakah akan ada jangka waktu 1.000 tahun antara kedatangan
Kristus dan Penghakiman terakhir.
Penghakiman terakhir akan didasarkan pada dua pokok persoalan, yaitu: perbuatan dan iman
kepada Kristus (Wahyu 20:13-15). Hukuman akan dijatuhkan selaras dengan penerangan rohani
yang diterima. Orang yang tidak mempunyai Taurat Musa akan dihakimi tanpa Taurat (Roma
2:12): mereka memiliki penerangan dari penyataan umum (Roma 1:20) dan isi hukum Taurat ada
tertulis dalam hati mereka (Roma 2:15). Mereka yang "dengan tekun berbuat baik, mencari
kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan" akan diberi pahala hidup yang kekal; mereka yang
tidak menaati kebenaran, tapi menaati kelaliman akan mendapat murka (Roma 2:6-8 ). Sekali
lagi, mereka yang mempunyai Taurat Musa akan dihakimi oleh Taurat (Roma 2:12). Dasar
utama dari penghakiman ialah keadilbenaran Allah (Kejadian 18:25; Roma 3:3-4).
Tapi manusia tidak hidup selaras dengan penerangan rohani yang diberikan kepadanya, justru
berada dalam kutukan. Orang non-Yahudi memutarbalikkan penerangan dari penyataan umum
(Roma 1:21) dan orang Yahudi gagal menaati Taurat (Galatia 3:10-12). Karena Allah telah
menyediakan jalan keselamatan melalui kerja penebusan Kristus, dasar terakhir untuk
penghakiman ialah hubungan seseorang dengan Dia. Inilah satu makna dari kitab kehidupan
(Wahyu 20:15; bandingkan dengan Lukas 20:20; Filipi 4:3; Wahyu 3:5; Wahyu 13:8 ).
Yesus mengajarkan bahwa ganjaran bagi manusia didasarkan pada sikap mereka terhadap diri-
Nya sendiri. Inilah inti pati dari Injil: keselamatan yang pertama-tama berkaitan dengan akhir
zaman dan yang mencakup jalan keluar dari hukuman Allah pada hari penghakiman, ialah
karunia Allah yang harus diterima melalui iman kepada Kristus dan penundukan diri kepada ke-
Tuhan-an-Nya.
Eskatologi yang sudah diujudkannya terlihat dalam hal, bahwa penghakiman yang termasuk
peristiwa-peristiwa akhir zaman, pada intinya terjadi dalam dunia ini. Orang yang tidak percaya
berada dalam hukuman; penghakiman sungguh sudah terjadi, walaupun hukumannya belum
10. diterapkan. Orang percaya takkan mengalami hukuman, sebab dia sudah pindah dari dalam maut
(yaitu hukuman) ke dalam hidup.
Ajaran Paulus mengenai pembenaran juga menekankan hal ini. Pembenaran adalah berkaitan
dengan akhir zaman: maksudnya ialah pembebasan dari hukuman dosa melalui keputusan yang
menguntungkan dari pihak Hakim pada Hari Terakhir. Lawan pembenaran ialah penghukuman
oleh Hakim itu. Tapi karena kematian Kristus, pembenaran terhadap orang-orang percaya sudah
terjadi. Berdasarkan pembenaran yang terjadi sekarang, pada hari penghakiman kita akan
diselamatkan dari murka.
Kendati demikian, penghakiman tetap merupakan sesuatu yang akan terjadi pada akhir zaman,
bahkan atas orang-orang percaya sekalipun. Keadilbenaran yang kita harapkan ialah pembebasan
pada saat penghakiman terakhir. "Kita semua harus menghadapi takhta pengadilan Kristus".
Namun karena penebusan dalam Kristus, kegentaran hari penghakiman itu sudah hilang bagi
orang yang sudah di dalam Dia.
VIII. KERAJAAN ALLAH
Kerajaan Allah pertama-tama berarti pemerintahan oleh Allah, dan kedua, daerah tempat
pemerintahan itu dialami. Tujuannya yang terakhir akan direalisasikan hanya dalam dunia yang
akan datang. Secara negatif, hal ini berarti pemusnahan musuh-musuh Allah, yaitu Iblis, dosa
dan maut (Wahyu 20:10,14,15). Secara positif, hal itu berarti bahwa orang-orang yang sudah
ditebus menikmati persekutuan yang sempurna dengan Allah dan berkat-berkat secara
sepenuhnya (Wahyu 21:3-8 ), yang disimpulkan dengan ungkapan hidup yang kekal. Dengan
demikian, hidup yang kekal dan Kerajaan Allah kadang-kadang merupakan ungkapan-ungkapan
yang dapat ditukar (Matius 25:34; Markus 10:17,24). Istilah Kerajaan Allahdalam Injil-injil
Sinoptis dan hidup yang kekal dalam Injil Yohanes adalah searti.
Kerajaan Allah tidak didirikan hanya melalui satu tindakan akhir zaman saja, saja, tapi dalam
paling sedikit dua, mungkin tiga, tahapan. Melalui penjelmaan-Nya Kristus mengikat (Matius
12:29) atau memusnahkan Iblis (Ibrani 2:14). Ia mematahkan kuasa maut dan mendatangkan
hidup yang tidak dapat binasa (2 Timotius 1:10). Kemenangan awal ini melawan Iblis dan maut
adalah pekerjaan Kerajaan Allah, pekerjaan pemerintahan penyelamatan oleh Allah dalam
Kristus. Dengan demikian Kerajaan Allah yang masih tetap di masa yang akan datang (Matius
13:43; 1 Korintus 6:9; Wahyu 12:10) dikatakan sudah dekat (Matius 4:17) atau sudah datang
(Matius 12:28 ), maka Kerajaan itu sudah mendampakkan wawasan berkat sekarang ini (Kolose
1:13). Kerajaan Allah datang dalam berbagai tindakan penebusan.
Penggenapan Kerajaan Allah secara final akan mencakup bumi yang diperbaharui. Dalam
Perjanjian Lama tata bumi yang baru itu kadang-kadang dilukiskan seolah-olah melanjutkan tata
bumi yang sekarang ini (Mikha 4:1-5; Yesaya 11:1-9), kadang-kadang timbul dari bencana alam
11. sebagai hukuman yang menimpa tata bumi lama (Yesaya 13:9-13). Dalam Yesaya 65:17, 66:22
tata bumi baru itu disebut "langit baru dan bumi baru", tapi dalam ciptaan baru ini masih tetap
ada suatu bumi.
Pengharapan ini dilanjutkan dalam Perjanjian Baru dan bersifat serupa dengan ajaran tentang
kebangkitan: ada baik hal-hal yang bersambungan maupun hal-hal yang tidak bersambungan
antara yang lama dan yang baru. Seluruh ciptaan akan turut mengambil bagian dalam kelepasan
manusia dari kutuk dosa (Roma 8:21). Hukuman Allah akan menimpa bumi yang terkutuk
karena dosa, dan tata bumi sekarang akan guncang (Matius 24:29; Wahyu 6:12-17) dan akan
lenyap (2 Petrus 3:10). Sesudah hukuman ini timbullah "langit baru dan bumi baru, di mana
terdapat kebenaran" (2 Petrus 3:13). Di bumi yang ditebus dan yang baru inilah akan tinggal
umat Allah dalam tubuh-tubuh yang ditebus (=baru) pula, yang akan menikmati persekutuan
yang sempurna dengan Allah (Wahyu 21:1-8 ). Pendamaian final pada waktu itu sudah genap
(Kolose 1:20; Efesus 1:10), sudah dikabulkan doa gereja "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah
kehendak-Mu di bumi, seperti di surga" (Matius 6:10)
IX. KERAJAAN SERIBU TAHUN
Kitab Wahyu melukiskan kemenangan Kerajaan Allah atas Iblis dalam dua tahap. Iblis, yang
sudah diikat oleh Kristus (Matius 12:29), selanjutnya akan dikekang lagi sebelum ia dibinasakan
tuntas pada kali yang terakhir dalam lautan api (Wahyu 20:14-15). Pada saat kedatangan Kristus,
Iblis akan diikat dan dilemparkan ke dalam jurang maut supaya ia jangan menyesatkan bangsa-
bangsa (Wahyu 20:1-3). Kristus akan memerintah bumi ini (Wahyu 5:10; bandingkan dengan
Matius 19:28; 2 Timotius 2:12) bersama orang-orang kudus-Nya yang sudah dibangkitkan-Nya
selama 1.000 tahun (Wahyu 20:4).
Pandangan bahwa 1.000 tahun harus ditafsirkan secara harfiah, disebut pramilenialisme. Istilah
khiliasme (dari kata Yunani khilias, seribu) mengartikan pandangan yang sama, tapi istilah ini
biasanya digunakan untuk pandangan-pandangan yang terlalu berat menekankan kenikmatan dan
kesenangan materialis yang diharapkan selama 1.000 tahun itu. Jika demikian cara
memahaminya, maka Kerajaan 1.000 tahun itu adalah lanjutan dari pemerintahan Kristus yang
sekarang. Pandangan ini ditopang oleh 1 Korintus 15:23-28, yang menyebut tiga tahap
kemenangan Kerajaan Allah, yaitu: kebangkitan Kristus, kedatangan-Nya yang kedua, dan telos
atau akhirnya.
Kristus sekarang ini ialah Tuhan, yang bertakhta di sebelah kanan Allah, tapi pemerintahan-Nya
belum dinyatakan kepada dunia ini. Zaman yang kekal tidak merupakan masa pemerintahan
Kristus, sebab Dia akan menyerahkan Kerajaan-Nya kepada Allah Bapa (1 Korintus 15:24-28 ).
Jika mau tegas, kita kiranya bisa membedakan Kerajaan Kristus (yaitu pada masa sekarang dan
selama jangka waktu 1.000 tahun nanti), dari Kerajaan Allah yang kekal, walaupun perbedaan ini
tidak ditopang oleh Alkitab, yang menyamakan Kerajaan Kristus dengan Kerajaan Allah.
12. Ada suatu bentuk pandangan pramilenialisme yang disebut dispensationalisme, yang seharusnya
jangan dikacaukan dengan yang pertama. Bentuk pandangan ini mengajarkan bahwa Kerajaan
Seribu Tahun bukanlah suatu tahapan dalam pekerjaan Kristus Penebus, tapi zaman penggenapan
janji-janji teokratis kepada bangsa Israel. Nubuat pemulihan Israel sebagai bangsa akan kembali
ke tanah pusakanya, akan digenapi, disertai takhta harfiah (takhta Daud), Bait Suci yang nyata,
dan sistem korban-korban secara harfiah.
Banyak penafsir merasa bahwa pengertian Kerajaan 1.000 tahun secara harfiah, tidak cocok
dengan ajaran Alkitab lainnya tentang hal-hal yang akan terjadi pada akhir zaman. Maka
pengikatan Iblis dalam Wahyu 20:1-4 dijabarkan dengan pengikatannya yang terjadi melalui
inkarnasi Kristus (Matius 12:28-29), dan kebangkitan pertama (Wahyu 20:5)serta pemerintahan
orang-orang kudus bersama Kristus berarti hidup baru dalam Kristus (Efesus 2:5; Yohanes
5:25) , atau kemenangan orang-orang kudus yang mati martir yang ada di surga. Dalam kedua
hal ini Kerajaan Seribu Tahun melambangkan zaman gereja. Menurut pandangan ini kedatangan
Kristus yang kedua akan membawa langsung Penghakiman terakhir beserta langit dan bumi yang
baru. Pandangan ini disebut amilenialisme.
Pandangan lain menganggap bahwa segala bahasa apokaliptis yang terdapat dalam Wahyu
melambangkan bekerjanya Allah dalam sejarah, dan bahwa Kerajaan Allah harus menjadi nyata
pada zaman ini melalui pemberitaan Injil. Tugas gereja untuk menyebarkan Injil mencakup
kerinduan supaya anggota masyarakat menjadi Kristen. Karena pandangan ini mengharapkan
kedatangan Kristus hanya sesudah suatu abad emas, maka hal itu disebut post-milenialisme (post
= sesudah).
X. KERAJAAN MAUT
Bagian akhir tujuan perjalanan orang-orang yang sudah ditebus ialah bumi baru, perjalanan akhir
orang-orang fasik ialah geena-gehenna (neraka), suatu istilah yang diturunkan dari kata Ibrani
ge-hinnom, artinya lemban bin-Hinom yang letaknya di luar Yerusalem, tempat pengorbanan
anak-anak dalam api kepada Molokh (2 Tawarikh 28:3; 33:6). Dalam tulisan nabi-nabi gehenna
menjadi lambang penghakiman (Yeremia 7:31-32), kemudian hari lambang penghukuman yang
terakhir. Allah berkuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka (Lukas 12:5; Matius 10:28;
bandingkan dengan Matius 5:29-30). Itulah tempat api yang tak terpadamkan (Markus 9:43) atau
api kekal (Matius 18:8 ).
Wahyu menggambarkan hukuman terakhir sebagai laut api dan belerang (Wahyu 20:10) yang
menjadi nasib dari binatang, Iblis, dan orang-orang yang tidak diselamatkan (Wahyu 20:15).
Bahwa ini merupakan bahasa kiasan terbukti dari hal bahwa maut dan kerajaan maut
dilemparkan ke dalam laut api itu. "Itulah kematian yang kedua" (Wahyu 20:14). Tuhan Yesus
13. membicarakan tentang hukuman terakhir dengan memakai kata api (Matius 13:42, 50; 25:41)
atau "kegelapan yang paling gelap" (Matius 8:12; 22:13; 25:30; bandingkan dengan 2 Petrus
2:17; Yudas 13). Kedua kata api dan kegelapan merupakan lambang hukuman, tapi keduanya
melukiskan suatu kenyataan yang menakutkan, jika seseorang dijauhkan dari hadirat dan berkat-
berkat Allah dalam Kristus (Matius 7:23; 25:41; 2 Tesalonika 1:9). Untuk berpendapat bahwa
akhirnya seluruh manusia akan diselamatkan, seperti banyak ahli modern, tidak dapat dibenarkan
Perjanjian Baru.
Sumber:
"The New Bible Dictionary", Inter-Varsity Press, England: 1988.
P Badham, Christian Beief about Life after Death, 1976
J Bailie, And the Life Everlasting
GR Beasley-Murry, Jesus and the Future
GE Ladd, Crucial Questions about the Kingdom of God
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 1, p 286-290