SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 21
Jihad Fiisabilillah
1
MUKADDIMAH
Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT Sang Peninggi derajat, Pencipta bumi dan langit,
Pencipta manusia dan jin, penumbuh berbagai tumbuhan. Bagi_Nya segala pujian di dunia dan
di akhirat. Bagi_Nya segala rasa syukur yang tiada terkira. Dialah Sang Maha Pengampun dan
Maha Pengasih. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang besar kepada
hambanya berupa kemauan dan kesempatan untuk menyusun makalah ini. Dengan menyebut
asma Allah kami selaku penyusun makalah, berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penyusun pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Kami sampaikan shalwat serta salam atas manusia yang diutus sebagai rahmat bagi
sekalian alam, junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dan juga atas keluarga beliau dan para
sahabat serta orang-orang yang mengikuti jejak beliau sampai hari kiamat.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mengikuti
mata kuliah “HADIST II”, dibawah bimmbingan dosen kami. Yang selanjutnya akan dijadikan
bahan diskusi pada mata kuliah tersebut di Universitas Islam Jakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangannya, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik,saran, dan tanggapan dari para pembaca, sehingga kami dapat
memperbaiki makalah kami selanjutnya.
Jakarta, Desember 2010
Penulis
Jihad Fiisabilillah
2
DAFTAR ISI
Mukadimah …………………………………………………………………………………………………………. 1
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………… 5
A. Pengertian Jihad Fiisabilillah ………………………………………………………. 7
B. Sasaran Jihad Fiisabilillah …………………………………………………………… 9
C. Dalil Tentang Sasaran Inti Jihad ………………………………………………….. 11
D. Sasaran-Sasaran Jihad Lainnya ……………………………………………………. 13
E. Manfaat Jihad di Jalan Allah ……………………………………………………….. 16
F. Tujuan Jihad Fiisabilillah ………………………………………………………….... 19
BAB III KESIMPULAN …………………………………………………………………………….. 20
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………………………… 21
Jihad Fiisabilillah
3
BAB I
PENDAHULUAN
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa
mati, sedang ia tidak pernah berjihad dan tidak mempunyai keinginan untuk jihad, ia mati
dalam satu cabang kemunafikan." (HR. Muttafaq Alaihi)”
“Dari Anas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Berjihadlah melawan kaum
musyrikin dengan hartamu, jiwamu dan lidahmu." (Riwayat Ahmad dan Nasa'i. Hadits shahih
menurut Hakim)”
Allah ta'ala berfirman:
‫ال‬
‫ال‬
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;
sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan
dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS al Anfal:60)
Meskipun begitu, tidak dapat diingkari bahwa jihad dapat pula mengambil bentuk
peperangan, tetapi jihad di dalam pengertian ini bersifat kondisional, bukan pengertian satu-
satunya. Yang jelas bahwa jihad sebagai cara untuk memelihara dan mempertahankan ajaran
Islam dalam kehidupan masyarakat harus dilaksanakan secara terus-menerus. Karena itu pula
maka jihad dalam pelaksanaannya harus bermotifkan tekad yang bulat untuk mencari ridha
Allah. Di dalam hal ini, Al-Qur‟an menya-takan bahwa pengerahan tenaga, pikiran, dan harta
benda secara optimal tidak boleh menyim-pang dari jalan yang diridhai oleh Allah, seperti
diisyaratkan di dalam beberapa ayat; misalnya QS. Al-Baqarah [2]: 218, QS. Al-Mâ‟idah [5]: 35
dan 54, QS. Al-Anfâl [8]: 72 dan 74, QS. At-Taubah [9]: 19, 24, dan 41, QS. Al-Hajj [22]: 78,
QS. Al-Hujurât [49]: 15, dan QS. Ash-Shaff [61]: 11.
Jihad Fiisabilillah
4
Ayat-ayat tersebut memberi petunjuk bahwa orang yang mengerahkan tenaga, pikiran, dan
harta bendanya akan memperoleh ridha Allah bila mereka berjuang dengan ikhlas pada jalan
yang diridhai Allah.
Di samping jihad dengan harta, juga disebutkan bersama-sama jihad dengan anfus
( ), yang dapat berarti „hati, jenis, nyawa, dan totalitas manusia‟. Maka, ketika Al-Qur‟an
memerintahkan berjihad dengan anfus, ia dapat mencakup jihad dengan nyawa, emosi, penge-
tahuan, tenaga, dan pikiran, bahkan juga waktu dan tempat.
Perintah berjihad dengan menggunakan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki
manusia disebutkan pula di dalam QS. Al-Hajj [22]: 78. Hal itu berarti bahwa jihad merupakan
puncak dari segala aktivitas.
Pengertian umum bahwa jihad fisabilillah adalah dengan berperang di jalan Allah,
perang membela agama Allah dan kalau gugur mendapatkan titel sebagai syuhada. Jadi ketika
pengertian ini diterapkan maka hanya orang-orang tertentu lah yang bisa mendapatkan
kehormatan sebagai syuhada. Wah, enak temen ya para pejuang Islam di jaman dulu, mati dan
berpredikat syuhada.
Memaknai “jihad” janganlah dipandang dari unsur “perang”. Atau mencontoh Amrozi
CS dengan bom Bali nya. Kalau hanya dimaknai perang mengangat senjata, kita-kita ini jelas
tidak kebagian jatah karena kebetulan saja tempat kita jauh dari lokasi perang itu sendiri.
Jihad fisabilillah yang paling berat adalah berjuang memerangi hawa nafsu, bagaimana
kita memerangi syetan yang ada dalam tubuh ini. Justru nafsu inilah yang sangat sulit untuk
diperangi karena teramat halusnya syetan ini bersemayam dan lalu menghembuskan bisikan-
bisikan manis tetapi penuh racun. Nafsu kesombongan, amarah, merasa dirinya mampu,
merasa lebih pintar, merasa lebih kaya, merasa lebih khusyuk. Perang melawan hawa nafsu
inilah perang yang sangat besar dalam sejarah manusia, karena perang ini hanya berakhir ketika
ruh ini lepas dari tubuh yang fana ini.
Dan kami pemakalah akan membahas permasalahan jihad ini lebih memfokuskan
kepada sasaran yang dimaksud dengan jihad itu sendiri. Jadi kami lebih mengambil segi
pendidikan yang tersembunyi di balik jihad fiisabilillah ini.
Jihad Fiisabilillah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jihad Fiisabilillah
Istilah jihâd di dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 41 kali di dalam Al-
Qur‟an. Kata jihâd yang berasal dari kata juhd ( ) dan jahd ( ), berarti „kekuatan,
kemampuan, kesulitan, dan kelelahan‟. Dari pengertian itu dipahami bahwa jihad
membutuhkan kekuatan, baik tenaga, pikiran maupun harta. Pada sisi lain, dipahami bahwa
jihad pada umumnya mengandung risiko kesulitan dan kelelahan di dalam pelaksanaannya.
Kata al-juhd hanya dijumpai sekali di dalam Al-Qur‟an, yakni QS. At-Taubah [9]: 79.
Ayat ini berbicara mengenai sikap dan penghinaan orang munafik terhadap orang-orang
beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela, sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Adapun kata al-jahd ditemukan lima kali di dalam Al-Qur‟an, masing-masing di
dalam QS. Al-Mâ‟idah [5]: 53, QS. Al-An„âm [6]: 109, QS. An-Nahl [16]: 38, QS. An-Nûr
[24]: 53, dan QS. Fâthir [35]: 42, semuanya berbicara di dalam konteks sumpah, baik sumpah
yang benar maupun sumpah yang bohong. Akan tetapi, ayat-ayat tersebut cukup memberikan
petunjuk tentang kesungguhan pelakunya di dalam bersumpah walaupun belum tentu benar.
Di dalam terminologi Islam, kata jihâd diartikan sebagai „perjuangan secara sungguh-
sungguh mengerahkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan‟,
khususnya di dalam melawan musuh atau di dalam mempertahankan kebenaran, kebaikan,
dan keluhuran.
Meskipun begitu, istilah jihad yang dijumpai dalam Al-Qur‟an tidak semuanya berarti
berjuang di jalan Allah karena ada juga ayat yang menggunakan kata jihad untuk pengertian
„berjuang dan berusaha seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan‟, walaupun tujuan yang
dimaksud belum tentu benar. Hal seperti ini dijumpai di dalam QS. Al-„Ankabût [29]: 8 dan
QS. Luqmân [31]: 15. Kedua ayat tersebut berbicara di dalam konteks hubungan antara anak
yang beriman dan orang tuanya yang kafir.
Kata jihâd yang mengandung pengertian „berjuang di jalan Allah‟, ditemukan pada 33
ayat: 13 kali di dalam bentuk fi„l mâdhi ( = kata kerja bentuk lampau), lima kali di
dalam bentuk fi„l mudhâri„ ( i= kata kerja bentuk sekarang atau yang akan datang),
tujuh kali di dalam bentuk fi„l amr ( i= kata kerja perintah), empat kali di dalam bentuk
mashdar, dan empat kali di dalam bentuk ism fâ„il ( i= kata benda yang menunjukkan
pelaku).
Jihad Fiisabilillah
6
Ayat-ayat tersebut memberikan indikasi bahwa jihâd mengandung pengertian yang luas,
yakni perjuangan secara total yang meliputi seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalamnya
perang fisik atau mengangkat senjata terhadap para pembangkang atau terhadap musuh.
Dengan begitu, istilah jihâd tidak selalu berkonotasi perang fisik, bahkan terdapat
beberapa ayat yang berbicara tentang jihâd, tetapi tidak berkonotasi perang, khususnya ayat-ayat
Makkiyah seperti QS. Al-„Ankabût [29]: 6 dan 69. Ayat-ayat tersebut memberikan indikasi
bahwa jihâd yang dimaksudkan adalah mencurahkan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk
mencapai ridha Allah. Karena itu, orang yang berjihad di jalan Allah tidak mengenal putus asa,
menyerah, atau berkeluh kesah. Bahkan, QS. Al-Furqân [25]: 52 yang juga termasuk ayat
Makkiyah, secara tegas memerintahkan berjihad terhadap orang-orang kafir dengan jihâd yang
besar. Akan tetapi, ayat ini pun tidak dapat dipahami sebagai jihâd di dalam bentuk kontak
senjata, mengingat bahwa selama Nabi saw. mengembangkan misi kerasulannya di Mekkah,
beliau tidak pernah melakukan kontak senjata dengan orang-orang kafir. Padahal, ayat-ayat ini
secara jelas dan tegas memerintahkan agar menghadapi orang-orang kafir dengan jihad yang
besar. Bahkan, ketika orang-orang musyrik mengadakan tekanan dan penyiksaan terhadap
umat Islam, terdapat indikasi bahwa kaum Muslim berupaya menghadapi kekejaman tersebut
tidak dengan berperang, tetapi beliau menyatakan kepada sahabatnya, “Ishbirû fa innî lam
u‟mar bil-qitâli” ( = bersabarlah kalian karena aku belum mendapat
perintah untuk berperang). Dengan begitu, perintah berjihad di dalam QS. Al-Furqân [25]: 52
di atas bukanlah perintah berperang. Perintah berjihad terhadap orang-orang kafir adalah
dengan menggunakan Al-Qur‟an, yakni menyampaikan ajaran Al-Qur‟an dengan informasi
rasional atau pendekatan-pendekatan lainnya yang dapat menarik perhatian mereka kepada
Islam. Terbukti bahwa banyak orang kafir yang tertarik kepada Islam karena pendekatan yang
lunak dan simpatik.
Di samping itu, QS. At-Taubah [9]: 73 dan QS. At-Tahrîm [66]: 9, secara tegas
memerintahkan berjihad terhadap orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Terhadap orang
kafir, jihad di dalam bentuk kontak senjata telah dilaksanakan oleh Nabi, tetapi terhadap orang-
orang munafik, Nabi tidak melakukannya. Ini pun memberikan kesan bahwa jihad terhadap
orang-orang munafik bukanlah jihad dalam bentuk mengangkat senjata sebab secara formal
mereka adalah umat Islam; mereka juga tidak secara terang-terangan mengadakan aksi untuk
menghancurkan Islam. Karena itu, usaha maksimal yang dapat dilakukan untuk menghadapi
mereka adalah membendung pengaruh buruk yang ditimbulkan mereka.
Meskipun begitu, tidak dapat diingkari bahwa jihad dapat pula mengambil bentuk
peperangan, tetapi jihad di dalam pengertian ini bersifat kondisional, bukan pengertian satu-
satunya.
Jihad Fiisabilillah
7
Yang jelas bahwa jihad sebagai cara untuk memelihara dan mempertahankan ajaran
Islam dalam kehidupan masyarakat harus dilaksanakan secara terus-menerus. Karena itu pula
maka jihad dalam pelaksanaannya harus bermotifkan tekad yang bulat untuk mencari ridha
Allah. Di dalam hal ini, Al-Qur‟an menya-takan bahwa pengerahan tenaga, pikiran, dan harta
benda secara optimal tidak boleh menyim-pang dari jalan yang diridhai oleh Allah, seperti
diisyaratkan di dalam beberapa ayat; misalnya QS. Al-Baqarah [2]: 218, QS. Al-Mâ‟idah [5]: 35
dan 54, QS. Al-Anfâl [8]: 72 dan 74, QS. At-Taubah [9]: 19, 24, dan 41, QS. Al-Hajj [22]: 78,
QS. Al-Hujurât [49]: 15, dan QS. Ash-Shaff [61]: 11. Ayat-ayat tersebut memberi petunjuk
bahwa orang yang mengerahkan tenaga, pikiran, dan harta bendanya akan memperoleh ridha
Allah bila mereka berjuang dengan ikhlas pada jalan yang diridhai Allah.
Mengenai luasnya ruang lingkup dan cakupan jihad di jalan Allah, seperti yang
ditunjukkan di dalam Al-Qur‟an, meliputi jihad dengan diri dan jihad dengan harta, seperti
disebutkan dalam beberapa ayat, misalnya: QS. Al-Anfâl [8]: 72, QS. At-Taubah [9]: 20, 41,
dan 88, QS. An-Nisâ‟ [4]: 95, QS. Al-Hujurât [49]: 15, serta QS. Ash-Shaff [61]: 11. Istilah
jihad di dalam ayat-ayat tersebut dikaitkan dengan alat yang digunakan untuk berjihad, yaitu
harta dan diri. Hal ini dapat dimaklumi karena jihad tidak dapat dilaksanakan tanpa modal dan
karena itu maka jihad disesuaikan dengan modal serta tujuan yang ingin dicapai. Sebelum
tujuan tercapai dan selama modal masih ada di tangan, selama itu pula jihad masih tetap
dituntut.
Di samping jihad dengan harta, juga disebutkan bersama-sama jihad dengan anfus
( ), yang dapat berarti „hati, jenis, nyawa, dan totalitas manusia‟. Maka, ketika Al-Qur‟an
memerintahkan berjihad dengan anfus, ia dapat mencakup jihad dengan nyawa, emosi, penge-
tahuan, tenaga, dan pikiran, bahkan juga waktu dan tempat.
Perintah berjihad dengan menggunakan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki
manusia disebutkan pula di dalam QS. Al-Hajj [22]: 78. Hal itu berarti bahwa jihad merupakan
puncak dari segala aktivitas.
Jihad Fiisabilillah
8
B. Sasaran Jihad Fiisabilillah
Jihad mempunyai ketentuan hukum yang pasti serta saran yang jelas, sebab syariat jihad
itu datang dari dzat yang Maha Mengetahui. Karena itu sesalam yang memerintah itu yang
Maha Bijaksana, tentu hikmah dan kemaslahatannya itu pasti ada dan benar.
Hikmah dan maslahat yang berkenaan dengan sasaran jihad, mengharuskan kita
kembali kepada kitab Allah serta sunnah Rosul-Nya.
Sasaran pokok jihad adalah agar manusia mengabdikan diri kepada Allah dan
mengeluarkan mereka dari system pengabdian kepada manusia menuju pengabdian kepada
tuhan yang pantas diabdi, serta menyingkirkan para penantang hukum Allah dimuka bumi ini
dan menghilangkan dari dunia ini segala bentuk kerusakan dan kejahatan.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis qudsi :
“Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hambaKu sebagai orang-orang hanif (cenderung
kepada kebenaran) seluruhnya. Aku datangkan kepada mereka berupa syaitan-syaitan yang
menagguhkan mereka dari dien mereka. Syetan pulalah yang mengharamkan terhadap mereka
apa-apa yang Aku halalkan atas mereka, dan yang memerintahkan mereka agar
mempersekutukanKu dengan sesuatu yang tak ada kekuasaan sedikitpun dariKu” (HR.
Muslim)
Berkata Sayyid Quthb dalam kitab tafsirnya “Fii Zhilalil Qur‟an”, “Sesungguhnya
motivasi jihad dalam agama islamyang sebenarnya harus dicari dalam tabiat islam, sebagai
seorang muslim pertama-tama harus mewujudkan manhaj islam agar terbukti pada diri kita
sendiri. Sebab rukun islam yang pertama adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah,
artinya mengEsakan Allah didalam pengabdian dan tidak mempersekutukan dengan siapapun
dari makhlukNya dalam sifat apapun.
Hak Allah yang mutlak adalah berkuasa hukum bagi makhluknya dalam segala aspek
kehidupan. Maka syahadah suatau kesaksian yang tidak ada artinya jika tidak diiringi drngan
pengakuan bahwa Allah berhak mengatur manhaj kehidupan mereka.
Jihad Fiisabilillah
9
Kita wajib menegakkan manhaj itu dikarenakan adanya beberapa sebab dalam manhaj
itu sendiri. Hanya manhaj islam yang dapat menjamin kemuliaan manusia dan memberikannya
kemerdekaan yang hakiki, serta melepaskannya dari system perbudakan antar manusia, sebab
yang menciptakannya adalah Zat yang Maha Kuasa dan menginginkan kebaikkan-kebaikkan
bagi manuisa itu sendiri.
C. Dalil Tentang Sasaran Inti Jihad
Sasaran inti jihad adalah agar manusia mengabdi kepada Allah semata dan
mengeluarkan manusia dari penyembahan terhadap manusia lain, termasuk menghilangkan
segala tindak kerusakan dan kejahatan dari muka bumi.
Dalil yang menunjukan sasaran tersebut diantaranya adalah :
‫ال‬
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada lagi fitnah (sehingga) agama itu hanya milik
Allah saja, jika mereka berhenti dari memusuhimu, maka tidak ada permusuhan lagi kecuali
terhadap orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Baqarah : 193)
Berkata As-Syaukani : “Maksud dari pada perangilah mereka supaya tidak ada fitnah
adalah perintah untuk memerangi kaum musyrikin sehingga tidak lagi terjadi fitnah”.
Maka siapa yang masuk ke agama islam dan meninggalkan kemusyrikan, ia tidak boleh
diperangi atau dibunuh.
Rasulullah SAW bersabda :
“Barang siapa yang berperang untuk menjadikan kalimat Allah tinggi menjulang, maka ia
berperang di jalan Allah” (HR. Muslim)
Sesungguhnys menegakkan kalimatullah itu ialah kewajiban semua muslim, karena
itulah yang diperintahkan dalam ajaran islam, bahwasanya islam itu adalah agama proklamasi
bagi kemerdekaan manusia dimuka bumi, yaitu pembebasan manusia atas hawa nafsunya. Ini
berarti penolakan sempurna terhadap segala bentuk dan system hukum ciptaan manusia.
Jihad Fiisabilillah
10
Proklamasi rububiyah Allah ini berarati mengembalikan kekuasaan Allah yang dirampas, serta
menghalau para perampasnya yang menghukumi manusia dengan syari‟at-syari‟at mereka
sendiri. Sehingga mereka menempati kedudukan sebagai Tuhan-tuhan. Padahal sebenarnay
hukum-hukum itu hanyalah milik Allah SWT. Sebagaimana Firmannya :
“Hukum itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah
selain Dia, itulah agama yang benar” (QS. Yusuf : 40).
Kerajaan Allah di muka bumi berdiri dengan berdaulatnya syari‟at Allah dan
kembalinya segala urusan kepada Allah sesuai dengan syari‟at yang telah ditetapkan.
Bahwasanya proklamasi tentang kemerdekaan manusia dari segala kekuasaan yang bukan
kekuasaan Allah itu bukanlah proklamasi yang teoritis, falsafi dan pasifakan tetapi ia adalah
proklamasi yang dinamis, realistis dan aktif. Karena itu, maka proklamasi ini harus mengambil
bentuk gerakan untuk menghadapi relitas manusia dengan segala aspeknya.
Realitas manusia, kemarin, sekarang dan esok denagn segala hambatan konsep
ideologis dan material harus dihadapi oleh agama islam.dakwah dan harokah menghadapi
realita manusia secara total dengan sarana yang dimilikinya. Keduanya harus ada untuk
melancarkan proklamasi kemerdekaan manusia dibumi dengan jalan menghapuskan “realita”
yang bertentanagan dengan proklamasi ini dan mengupas kekuatan-kekuatan politik yang
memperhambakan manusia kepada selain Allah SWT.
Di zaman ini banyak pemimpin yang menjadi usahawan atau konglomerat, sehingga
menguasai sumber-sumber penghasilan dengan mengumpan orang-orang miskin bahkan ada
pula yang mengaku dialah sebagai tuhan. Mereka memaksa orang lain untuk tunduk kepada
perintahnya, sambil berkata :
“Akula Rabbmu yang paling tinggi” (QS. An Nazi‟at : 24)
Mereka juga mengucapkan berbagai macam ungkapan kesombongan dan dakwaan
keuhanan mereka dengan lantang dan menantang.
Dari apa yang telah disebutkan itu, jelaslah bahwa ajaran islam melarang menyekutukan
Allah, setiap kali Nabi diutus untuk menyeru kepada manusia :
Jihad Fiisabilillah
11
“Wahai kaumku, sembahlah Allah. Sekali-kali tidak ada Tuhan kecuali Hanya Dia” (QS. Al-
A‟raf : 59)
Dakwah jihad Nabi bukan hanya sekedar keterangan, tapi merupakan seruan kepada
revolusi sosial yang universal. Islam adalah satu-satunya system kebaikkan yang dapat
menyelamatkan manusia dari penyakit kejahatan dan kedurhakaan dan membawa
kesejahteraan dunia dan akhirat. Setiap orang yang beriman dan beramal shaleh, maka dia
termasuk jamaah muslimin Hizb Islam. Hizb ini dibentuk untuk mencapai tujuan, yaitu
menegakkan system kebenaran dengan Jihad sebagai jalannya.
Sebagaimana firman Allah SWT :
“Kamu adalah umat terbaik yang telah dilahirkan untuk manusia. Kamu menyeru kepada yang
ma‟ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah” (QS. Al-Imran : 10).
Dalam Hizb ini sejak pertama bertujuan menghapus sumber-sumber kejahatandan
kezaliman di muka bumi serta menahan kendali tuhan-tuhan palsu yang berlaku sombogn di
muka bumi dengan cara yang tidak benar. Serta menggantikannya dengan dengan system
pemerintahan yang ada dan benar.
Allah SWT mengisyaratkan dalam Al-Qur‟an :
‫ال‬
“Dan perangilah mereka, agar jangan ada fitnah dan agar agama itu semata-mata bagi Allah”
(QS. Al-Anfaal : 39)
Maka telah jelas bahwa salah satu tujuan jihad dalam islam adalah menumbangkan
bangunan system-sistem yang bertentangan dengan perinsip-perinsip dan kaidah-kaidah islam.
Sesungguhnya kebenaranlah yang menolak batas-batas geografis dan tidak dapat menerima
untuk dibatasi pada batas-batas yang diciptakan dan diistilahkan oleh manusia.
Jihad Fiisabilillah
12
D. Sasaran-sasaran Jihad Lainnya
Sasaran-sasaran jihad dan hukum-hukum jihad haruslah mengikuti sasaran yang inti,
antara lain :
1. Melawan orang-orang kafir yang memerangi kaum muslimin, dengan menghindari cara-
cara yang melampaui batas. Dalam firman-Nya :
‫ال‬
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah
kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas” (QS. Al-Baqarah : 190)
2. Menghilangkan fitnah dari umat manusia, sehingga mereka mau mendengarkan dalil-
dalil tauhid tanpa ada penghalang siapapun.
Fitnah terbagi menjadi tiga macam :
a. Fitnah berarti gangguan dan penindasan yan dilakukan orang-orang kafir terhadap
kaum muslimin.
b. Fitnah berarti system kemusyrikan yang menimbulkan kerusakan dalam berbagai
segi kehidupan termasuk pengertiannya adalah tunduknya ahli dzimmah terhadap
hukum-hukum islam, seperti menghilangkan perbuatan zina, riba dan lain
sebagainya.
c. Fitnah berarti penolakan orang-otang kafir untuk mendengarkan kebenaran islam.
Itu disebabkan system penguasa syirik tegak berdiri sebagai penghalang sampainya
kebenaran kepada manusia sehingga mereka umbuh diatas kerendahan dan kehinaan
serta tejadilah penghambaan manusia atas manusia tanpa memperdulikan penciptanya.
System yang demikian tidak mampu membawa manusia kepada kedudukan yang
mulia.
3. Melindungi negeri-negeri adri kejahatan orang-oarang kafir.
Sayyid sabiq dalam fiqhus sunnah mengatakan bahwa islam menganjurkan agar
perlindungan daerah strategis itu dijaga dengan jalan menyiapkan pasukan. Dengan
begitu negeri-negeri islam tetap kaut dan terlindungi.
Para ulama sependapat bahwa penjagaan terhadap daerah strategis ini lebih
utama dari pada tetap tinggal di kota Mekkah. Dalam hal ini Allah berfirman :
Jihad Fiisabilillah
13
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu beruntung” (QS. Ali Imran : 200)
Dalil diatas merupakan suatu pertanda, bahwa perlindungan terhadap Negara islam,
merupakan sasaran jihad yang benar.
4. Membunuh orang orang kafir, mencelakakan dan membinasakan mereka.
Membunuh orang-orang kafir dlakukan karena kekufuran mereka, di ibaratkan
seperti penyakit kangker, ia ganas serta membahayakan jiwa. Jika orang mau tidak mau
tunduk, tidak mau mematuhi hukum islam tentu kita harus memusnahkannya.
Firman Allah :
“Dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan
memusnahkan orang-orang kafir” (QS. Al Anfaal : 7)
5. Membuat orang-orang kafir ketakutan, hina dan marah.
Firman Allah SWT :
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah dan musuhmu” (QS. Al Anfaal : 60)
Ayat tersebut melegitimasi, bahwa salah satu tujuan jihad adalah agar musuh
menjadi takut dan gentar.
Ibnu Qayyim berkata : “Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah dari pada
orang yang mencari perlindungan (dari kejahatan) musuhnya yang membuat mereka
murka kepadanya”
Umat islam dituntut agar mau melaksanakan tujuan jihad ini sebagai
pengejawantahan kesempurnaan penghambaannya kepada Allah SWT.
Jihad Fiisabilillah
14
E. Manfaat Jihad di Jalan Allah
Dalam jihad terdapat manfaat dan sasaran yang ingin dicapai. Ini harus terwujud bagi
setiap muslim. Diantara manfaatnya adalah :
1. Tersingkapnya kaum munafiq.
Adalah kenyataan, bahwa sifat munafiq, rakus, material oriented yang destruktif
terhadap tegaknya kalimat Allah terhadap diantara kaum muslimin.
Jihad merupakan salah satu alat untuk menyingkap kedok mereka. Sebab
didalam jihad terdapat pengorbanan yang sangat besar, artinya menyangkut segala
sesuatu yang menjadi potensi manusia, bahkan nyawa sekalipun dapat dikorbankan.
Orang munafik tidak akan mau memberikan potensinya, kecuali untuk menyelamatkan
nyawanya dan memperoleh kenikmatan dunia. Terbukti ketika ada seruan untuk
berjihad, dimana sebagai taruhannya adalah nyawa, niscaya mereka menolak. Hal ini
disinyalir dalam firman Allah SWT :
“Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?"
Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya
(perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya
memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan
kecelakaanlah bagi mereka” (QS. Muhammad : 20)
Kenalnya orang-orang mukmin terhadap orang-orang munafik mempunyai
manfaat yang sangat banyak. Mereka ini sesungguhnya musuh dalam selimut dan sangat
berbahaya dari musuh eksternal.
Jika identitas mereka diketahui, mereka bisa dicegah untuk bergabung dengan
kaum muslimin dalam berjihad. Sebab mereka selalu menyebarkan berita-berita
bohong dan enggan (berlambat-lambat) melakukan perintah. Hendaknya orang-orang
mukmin berjihad menghadapi mereka sesuai dengan perintah Allah SWT.
Jihad Fiisabilillah
15
Hal ini tertera dalam firman_Nya :
“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan
bersikap keraslah terhadap mereka” (QS. At Taubah : 73)
2. Membersihkan Orang-orang mukmin dari dosa-dosa mereka.
Sesungguhnya bagi orang mukmin berjihad dengan niat ikhlas karena Allah
semata. Kemudian dimedan perang dia membunuh orang-orang kafir, maka baginya
pahala yang besar
Sebagaimana Hadist Nabi :
“orang kafir dan orang yang membunuhnya tidak akan pernah disatukan dalam neraka”
Jika hatinya disertai rasa takut kepada Allah dalam berjihad dijalannya,
berguguranlah kesalahan-kesalahannya itu dari sisinya. Dan jiak ia gugur di tangan-
tangan orang-orang kafir, maka baginya setinggi-tingginya kesuksesan, yakni Syahid.
Rosulullah SAW bersabda :
”Tak seorangpun yang masuk surga menyukai untuk kembali kedunia lagi. Sekalipun
tidak memiliki sesuatu kekayaan apapun di dunia kecuali orang mati syahid. Ia
menghendaki kembali ke dunia agar dapat terbunuh sampai sepuluh kali dalam
berjihad dijalan Allah. Sebab ia telah menyaksikan balasab penghormatan kepadanya
(pahala berjihad)” (HR. Bukhari).
Maksudnya adalah bahwa syahid dijalan Allah serta tertebusnya dosa-dosa itu
merupakan sasaran yang tinggi dan mengandung banyak manfaat yang patut diberikan
kepada kaum muslimin atas jihad merka.
Jihad Fiisabilillah
16
3. Mendidik orang-orang beriman kepada kesabaran, keteguhan, ketaatan dan pemurah.
Sesungguhnya sikap santai dan tidak siap menghadapi berbagai kesulitanakan
mengantarkan seorang beriman kepada kehinaan, kemanjaan dan ketergantungan
kepada kehidupan dunia. Sedang pergolakan dalam kancah jihad untuk memperoleh
ridho Allah akan mengasah dan mendidik jiwa menjadi sabar, berani, kuat, semangat
dan mempunyai rasa persaudaraan, serta sifat-sifat terfuji lainnya. Disisi lain akan
menghilangkan sifat-sifat tercela, seperti egoisme, pengecut dan lain sebagainya.
4. Memperoleh harta rampasan dan tawanan perang.
Nabi SAW memberiakn hak prajurit yang membunuh guna memperoleh harta
rampasan dari yang dibunuhnya. Nabi juga memberi bagian dari ghonimah (harta
rampasan) kepada sebagian kaum muslimin yang turut berperang sesuai dengan
kemampuan mereka.
Nabi SAW bersabda kepada sebagian sahabatnya ketika sampai berita tentang
kafilah Abu Sofyan. Kaflah ini merupakan kafilah yang kuat dan lengkap perbekalannya
yang baru datang dari negeri Syam. Yang artinya :
“Ini kafir Quraisy yang padanya terdapat harat mereka. Sebab itu keluarlah kalian
kepadanya. Semoga Allah memberikan karunia kepada kalian untuk memperolehnya”
(Kitab Al Bidayah Wan Nihayah, Ibnu Katsir)
Ghonimah merupakan salah satu diantara sekian sasaran jihad. Akan tetapi
bukan sasaran inti, melainkan saasran tambahan. Sedang bagi orang-orang yang berjihad
semata-mata untuk mendapatkan Ghonimah, maka tidak ada nilai jihad baginya.
Jihad Fiisabilillah
17
F. Tujuan Jihad Fiisabilillah
Adalah merupakan tujuan utama dari pada jihad seandainya seluruh penduduk
dunia menganut agama Islam.
Bagi ahli kitab dan majusi, jika mereka menolak masuk islam, mereka harus
membayar jizyah (Upeti). Seandainya menolak, tidak ada pilihan lain kecuali masuk islam
dan tunduk pada hukum-hukumnya.
Jihad islam tidak akan pernah padam selama-lamanya, sebab syetan terus-menerus
menyesatkan umat islam. Sesungguhnya pertarungan antara hak dan batil tidak akan
pernah selesai hingga akhir zaman.
Dari Jubair bin Nafir, bahwa Salmah bin Nafil membritahukan kepada para
sahabat, bahwasanya ia telah mendatangi Nabi SAW, lalu berkata : “Aku bosan
menunggang kuda dan perang telah berhenti dan tidak ada peperangan lagi. Maka Nabi
SAW bersabda : “sekarang ini datang waktu perang. Tak ada henti-hentinya akan datang
sekelompok dari umatku yang gigih membela kebenaran atas umat manusia. Allah
membuat angkuh hati suatu kaum, sehingga mereka (kelompok itu) bangkit memeranginya.
Allah berkenan member rejeki kepada mereka dari kaum tersebut, sampai datang
keputusan Allah, sedang mereka tetap gigih membela kebenaran”. (Musnad Ahmad bin
Hanbal).
Berkata Imam Bukhari didalam kitab shohihnya, Rasulullah SAW bersabda :
“Pada kuda yang terlambat, pada tambatannya terdapat kebaikannya hingga hari kiamat”
Menurut interpretasi Ibnu Hajar dalam kitab syarahnya mengemukakan, bahwa
perkataan “Kebaikkan yang ada pada kuda yang tertambat hingga hari kiamat”, artinya
adalah mendapatkan pahala dan ghonimah (Harta rampasan). Pahala dan ghonimah yang
didapat itu hanya jika kuda tersebut digunakan untuk bejihad.
Dengan demikian jelaslah, bahwa kontinuitas dalam berjihad adalah hingga
datangnya hari kiamat. Hukum perintah dalam berjihad melawan orang-orang kafir tidak
akan hilang hingga mereka komitmen dan mau menyatakan ke islamannya atau membayar
jizyah bagi ahli kitab dan majusi.
Jihad Fiisabilillah
18
Mengenai penentuan yang diharuskan membayar jizyah diantara golongan kafir,
para Ulama berlainan pendapat. Namun mereka sepakat, bahwa Yahudi dan Nasrani dari
luar Arab (yang bukan orang Arab), jika mereka menolak membayar jizyah wajib untuk
diperangi. Adapun untuk golongan kafir selain mereka, maka disini terdapat perbedaan
pendapat.
Pendapat para ulama tersebut dibagi kepada empat kelompok :
a. Pendapat Imam Syafi‟I, Imam Ahmad Abu Tsauri dan pengikutnya, berpendapat
bahwa jizyah orang musyrik (selain ahli kitab) tidak boleh diterima. Orang musyrik
hany mempunyai dua pilihan, masuk islam atau dibunuh.
Sebagaimana sabda Nabi SAW : “Aku diutus untuk memerangi manusia sehingga
mereka bersaksi, bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT”
Masih banyak dalil dan hadits lain yang menegaskan, bahwa tujuan jihad adalah agar
manusia masuk islam, kecuali untuk ahli kitabdan majusi. Jika mereka menolak, maka
bagi mereka harus membayar jizyah.
b. Pendapat Imam Hanafi, bahwa Rasulullah SAW melarang jizyah dipungut dari orang
Arab tetapi dipungut dari orang kafir.
c. Pendapat Imam Malik, bahwa jizyah tidak bisa diterima dari orang Quraisy, namun
dapat diterima dari orang kafir selain mereka.
d. Bahwa jizyah diterima dari setiap orang kafir yang ada di muka bumi, tanpa terkecuali.
Hal ini diriwayatkan dari Imam Malik dan Auza‟I, serta Ibnu Qayyim, dan juga
disepakati oleh ulama masa kini.
Kalau ada orang lebih cenderung kepada pendapat yang pertama, dimana jizyah
tidak dapat dipungut dari orang musyrik, itu dikarenakan mengartikan lafadz “musyrik”
dalam hadits muslim diatas, dengan ahli kitab.
Allah SWT berfirman :
“Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al
Masih itu putra Allah".” (QS. At Taubah : 30)
Jihad Fiisabilillah
19
Kami melihat, pendapat yang paling kuat diantara yang empat diatas adalah
pendapat yang pertama, yaitu tidak diterima jizyah dari orang-orang musyrik kecuali
ahli kitab dan majusi. Karena orang musyrik hanya punya dua alternative, masuk islam
atau diperangi.
Adapun mengenai ketentuan, bahwa selama Ahli kitab berdomosili di areal
islam harus dipungut jizyah. Itu dikarenakan khawatir berdampak negative bagi kaum
muslimin, sebagaiman yang terjadi pada akhir masa kejayaan dinasti Abbasiyah, dimana
sebagian Khalifahnya terbiasa memaafkan Ahli Kitab, yaitu dengan tidak memungut
jizyah kepada mereka.
Dalam hal ini Ibnu Qayyim memberikan komentar mengenai diharuskannya
membayar jizyah bagi Ahli Kitab dan Majusi didalam wilayah Islam, dengan
menyebutkan, bahwa didalamnya terdapay beberapa hikmah, yaitu: “Agar kekufuran
dan kemusyrikan hilang dimuka bumi dan menjadikan Dienullah sebagai satu-satunya
Dien, seperti firman Allah SWT :
“Dan Perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah dan agar Dien itu
seluruhnya milik Allah SWT”.
Demikianlah akhir dari pada tujuan dan sasaran jihad yang harus ditegakkan di
muka bumi ini dengan keadilan dan kebenaran.
Jihad Fiisabilillah
20
BAB III
KESIMPULAN
Setelah melakukan pembahsan Makalah kami Jihad Fiisabilillah yang memfokuskan
pada tujuan dan Sasaran jihad yang terjadi pada zaman Rasulullah, sehingga kita bisa
mengambil Ibrah dan maksud tujuan jihad uang sebenarnya yang terjadi pada zaman Rasul.
Dan akhirnya sampailah kepada kesimpulan sebagai berikut :
 Jihad mempunyai sasaran yang esensial, yaitu menuntut manusia untuk mengabdikan
diri hanya kepada Allah SWT semata dan manafikan kepada selain-Nya.
 Jihad sebagai salah satu media untuk menyingkap oaring-orang munafik dengan segala
bentuk propagandanya.
 Mengislamkan manusia seluruh dunia merupakan dasar dari pada tujuan jihad.
 Kita dituntut untuk senantiasa menegakkan dan menjadikan jihad sebagai salah satu
upaya mensyi‟arkan Islam yang tidak boleh berhenti hingga tiba hari Kiamat.
Jihad Fiisabilillah
21
DAFTAR PUSTAKA
 Al-Qur‟an Al-Kariim.
 Fahmi Abu, Marjan Ibnu , Tujuan dan Sasaran Jihad, Dar al-Fikr, Beirut, 1411 H.
 Dr. Ali bin Nafayyi‟ al-„Alyani, Ahdaf Al- Jihad Wa Ghayatuhu,
 Al-Hafizh Ibnu hajar Al-Asqalani, Terjemah Bulughul Maram dan Penjelasannya,
Pustaka Amani, Jakarta, 2000 M.
 Imam Nawawi, Ringkasan Syarah Arba‟in An-Nawawi & Terjemah Riyadhus Shalihin,
Pustaka Amani, Jakarta, 1999 M.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Kontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadKontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadMuhsin Hariyanto
 
husnudzon, ukhuwah, mawas diri
husnudzon, ukhuwah, mawas dirihusnudzon, ukhuwah, mawas diri
husnudzon, ukhuwah, mawas diriYoga Fachruddin
 
Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Kontrol Diri, Prasangka Baik dan Persaudaraan.
Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Kontrol Diri, Prasangka Baik dan Persaudaraan.Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Kontrol Diri, Prasangka Baik dan Persaudaraan.
Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Kontrol Diri, Prasangka Baik dan Persaudaraan.Juaria Muin
 
Urgensi perang dalam islam
Urgensi perang dalam islamUrgensi perang dalam islam
Urgensi perang dalam islamAgung Budiono
 
DAHULUKAN AKHLAK DI ATAS FIQIH -- JALALUDDIN RAKHMAT
DAHULUKAN AKHLAK DI ATAS FIQIH -- JALALUDDIN RAKHMATDAHULUKAN AKHLAK DI ATAS FIQIH -- JALALUDDIN RAKHMAT
DAHULUKAN AKHLAK DI ATAS FIQIH -- JALALUDDIN RAKHMATprimagraphology consulting
 
Fiqh jihad
Fiqh jihadFiqh jihad
Fiqh jihadelhamidi
 
Baiat sunnah vs bid'ah
Baiat sunnah vs bid'ahBaiat sunnah vs bid'ah
Baiat sunnah vs bid'ahpebriyanti
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaMuhsin Hariyanto
 
Persentasi ukhuwah dalam perfektif al quran hadist
Persentasi ukhuwah dalam perfektif al quran hadistPersentasi ukhuwah dalam perfektif al quran hadist
Persentasi ukhuwah dalam perfektif al quran hadistYunus Muzakki
 
Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi XIV
Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi XIVBuletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi XIV
Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi XIVLAZNas Chevron
 
tugas tafsir resume
tugas tafsir resumetugas tafsir resume
tugas tafsir resumeYuli Yanti
 
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)35255466
 

La actualidad más candente (19)

Kontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadKontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihad
 
husnudzon, ukhuwah, mawas diri
husnudzon, ukhuwah, mawas dirihusnudzon, ukhuwah, mawas diri
husnudzon, ukhuwah, mawas diri
 
TUGAS RESUME HADIS TEMATIK. SRI YUWATI. SM V MD-C FDK UINSU 2019
TUGAS RESUME HADIS TEMATIK. SRI YUWATI. SM V MD-C FDK UINSU 2019TUGAS RESUME HADIS TEMATIK. SRI YUWATI. SM V MD-C FDK UINSU 2019
TUGAS RESUME HADIS TEMATIK. SRI YUWATI. SM V MD-C FDK UINSU 2019
 
Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Kontrol Diri, Prasangka Baik dan Persaudaraan.
Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Kontrol Diri, Prasangka Baik dan Persaudaraan.Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Kontrol Diri, Prasangka Baik dan Persaudaraan.
Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Kontrol Diri, Prasangka Baik dan Persaudaraan.
 
Jihad
JihadJihad
Jihad
 
Urgensi perang dalam islam
Urgensi perang dalam islamUrgensi perang dalam islam
Urgensi perang dalam islam
 
DAHULUKAN AKHLAK DI ATAS FIQIH -- JALALUDDIN RAKHMAT
DAHULUKAN AKHLAK DI ATAS FIQIH -- JALALUDDIN RAKHMATDAHULUKAN AKHLAK DI ATAS FIQIH -- JALALUDDIN RAKHMAT
DAHULUKAN AKHLAK DI ATAS FIQIH -- JALALUDDIN RAKHMAT
 
Sabar menghadapi musuh
Sabar menghadapi musuhSabar menghadapi musuh
Sabar menghadapi musuh
 
Fiqh jihad
Fiqh jihadFiqh jihad
Fiqh jihad
 
Baiat sunnah vs bid'ah
Baiat sunnah vs bid'ahBaiat sunnah vs bid'ah
Baiat sunnah vs bid'ah
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta makna
 
Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01
 
Himpunan 50 hadits_pilihan
Himpunan 50 hadits_pilihanHimpunan 50 hadits_pilihan
Himpunan 50 hadits_pilihan
 
Persentasi ukhuwah dalam perfektif al quran hadist
Persentasi ukhuwah dalam perfektif al quran hadistPersentasi ukhuwah dalam perfektif al quran hadist
Persentasi ukhuwah dalam perfektif al quran hadist
 
Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi XIV
Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi XIVBuletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi XIV
Buletin Jumat LAZNas Chevron Rumbai Edisi XIV
 
tugas tafsir resume
tugas tafsir resumetugas tafsir resume
tugas tafsir resume
 
Keotentikan al qur'an
Keotentikan al qur'anKeotentikan al qur'an
Keotentikan al qur'an
 
Tafsir surat al 'ashr
Tafsir surat al 'ashrTafsir surat al 'ashr
Tafsir surat al 'ashr
 
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
 

Similar a Makalah hadits ii

Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4 ay...
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4   ay...Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4   ay...
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4 ay...Muhsin Hariyanto
 
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4 ay...
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4   ay...Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4   ay...
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4 ay...Muhsin Hariyanto
 
Tafsir QS. An nisaa' ayat 95
Tafsir QS. An nisaa' ayat 95Tafsir QS. An nisaa' ayat 95
Tafsir QS. An nisaa' ayat 95Aas Firdausy
 
Kontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadKontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadMuhsin Hariyanto
 
Modul pembelajaran pai kelas x
Modul pembelajaran pai kelas xModul pembelajaran pai kelas x
Modul pembelajaran pai kelas xMoezzt Licha
 
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptxPentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptxAgussoleh17
 
Memahami Kandungan Surat Al-Humazah, Al-Asr dan Menghormati Orang tua
Memahami Kandungan Surat Al-Humazah, Al-Asr dan Menghormati Orang tuaMemahami Kandungan Surat Al-Humazah, Al-Asr dan Menghormati Orang tua
Memahami Kandungan Surat Al-Humazah, Al-Asr dan Menghormati Orang tuaQueenDaresa
 
Agama Kelompok Moenica
Agama Kelompok MoenicaAgama Kelompok Moenica
Agama Kelompok MoenicaMoenica
 
Kewajiban menuntut ilmu (quran hadits)
Kewajiban menuntut ilmu (quran hadits)Kewajiban menuntut ilmu (quran hadits)
Kewajiban menuntut ilmu (quran hadits)Resti Amin
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptxSitiJubaidah16
 
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadzmentari senja
 
Ilmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docx
Ilmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docxIlmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docx
Ilmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docxneniliana1
 

Similar a Makalah hadits ii (20)

Jihad
JihadJihad
Jihad
 
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4 ay...
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4   ay...Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4   ay...
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4 ay...
 
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4 ay...
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4   ay...Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4   ay...
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4 ay...
 
Fiqh dan Etika Jihad
Fiqh dan Etika JihadFiqh dan Etika Jihad
Fiqh dan Etika Jihad
 
TUGAS HADIS TEMATIK Eka darmawan. SM V MD-E FDK UINSU 2019
TUGAS HADIS TEMATIK Eka darmawan. SM V MD-E FDK UINSU 2019TUGAS HADIS TEMATIK Eka darmawan. SM V MD-E FDK UINSU 2019
TUGAS HADIS TEMATIK Eka darmawan. SM V MD-E FDK UINSU 2019
 
Tafsir QS. An nisaa' ayat 95
Tafsir QS. An nisaa' ayat 95Tafsir QS. An nisaa' ayat 95
Tafsir QS. An nisaa' ayat 95
 
Kontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihadKontekstualisasi konsep jihad
Kontekstualisasi konsep jihad
 
Modul pembelajaran pai kelas x
Modul pembelajaran pai kelas xModul pembelajaran pai kelas x
Modul pembelajaran pai kelas x
 
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptxPentingnya Niat yang Benar.pptx
Pentingnya Niat yang Benar.pptx
 
Memahami Kandungan Surat Al-Humazah, Al-Asr dan Menghormati Orang tua
Memahami Kandungan Surat Al-Humazah, Al-Asr dan Menghormati Orang tuaMemahami Kandungan Surat Al-Humazah, Al-Asr dan Menghormati Orang tua
Memahami Kandungan Surat Al-Humazah, Al-Asr dan Menghormati Orang tua
 
Agama Kelompok Moenica
Agama Kelompok MoenicaAgama Kelompok Moenica
Agama Kelompok Moenica
 
Kewajiban menuntut ilmu (quran hadits)
Kewajiban menuntut ilmu (quran hadits)Kewajiban menuntut ilmu (quran hadits)
Kewajiban menuntut ilmu (quran hadits)
 
Ayat Ayat Fitna (Quraish Shihab)
Ayat Ayat Fitna (Quraish Shihab)Ayat Ayat Fitna (Quraish Shihab)
Ayat Ayat Fitna (Quraish Shihab)
 
TUGAS HADIS TEMATIK MAIHAMZANI PUTRA PULUNGAN SM V MD-E FDK UINSU 2019
TUGAS HADIS TEMATIK MAIHAMZANI PUTRA PULUNGAN SM V MD-E FDK UINSU 2019TUGAS HADIS TEMATIK MAIHAMZANI PUTRA PULUNGAN SM V MD-E FDK UINSU 2019
TUGAS HADIS TEMATIK MAIHAMZANI PUTRA PULUNGAN SM V MD-E FDK UINSU 2019
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
01 Pentingnya Niat yang Benar - Nasihat Ustadz.pptx
 
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz01 pentingnya niat yang benar   nasihat ustadz
01 pentingnya niat yang benar nasihat ustadz
 
Ilmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docx
Ilmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docxIlmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docx
Ilmu tajwid menurut bahasa berasal dari jawwada.docx
 
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
Tuntunan Mujahadah dan Acara-acara Wahidiyah (April 2014)
 
Makalah tafsir
Makalah tafsirMakalah tafsir
Makalah tafsir
 

Más de Qye Ducky

Tes tertulis tentor sd dan smp
Tes tertulis tentor sd dan smpTes tertulis tentor sd dan smp
Tes tertulis tentor sd dan smpQye Ducky
 
Bab v bahan ajar komputer
Bab v bahan ajar komputerBab v bahan ajar komputer
Bab v bahan ajar komputerQye Ducky
 
Arti seorang ibu
Arti seorang ibuArti seorang ibu
Arti seorang ibuQye Ducky
 
Model model pembelajran
Model model pembelajranModel model pembelajran
Model model pembelajranQye Ducky
 
Kelas 1 ipa p kn se
Kelas 1 ipa p kn seKelas 1 ipa p kn se
Kelas 1 ipa p kn seQye Ducky
 
Teknk derbicara di depan umum masduki 2
Teknk derbicara di depan umum masduki 2Teknk derbicara di depan umum masduki 2
Teknk derbicara di depan umum masduki 2Qye Ducky
 
Teknik berbicara di depan umum masduki 1
Teknik berbicara di depan umum masduki 1Teknik berbicara di depan umum masduki 1
Teknik berbicara di depan umum masduki 1Qye Ducky
 
Proposal tahun baru islam 1435 H
Proposal tahun baru islam 1435 HProposal tahun baru islam 1435 H
Proposal tahun baru islam 1435 HQye Ducky
 
PP Profesionalisme Guru dan Hubungannya Dengan Pembentukan Karakter Siswa
PP Profesionalisme Guru dan Hubungannya Dengan Pembentukan Karakter SiswaPP Profesionalisme Guru dan Hubungannya Dengan Pembentukan Karakter Siswa
PP Profesionalisme Guru dan Hubungannya Dengan Pembentukan Karakter SiswaQye Ducky
 
Proposal wakaf-istana-yatim
Proposal wakaf-istana-yatimProposal wakaf-istana-yatim
Proposal wakaf-istana-yatimQye Ducky
 
Buletin PRISMA 1 (al qowiyyu)
Buletin PRISMA 1 (al qowiyyu)Buletin PRISMA 1 (al qowiyyu)
Buletin PRISMA 1 (al qowiyyu)Qye Ducky
 

Más de Qye Ducky (12)

Tes tertulis tentor sd dan smp
Tes tertulis tentor sd dan smpTes tertulis tentor sd dan smp
Tes tertulis tentor sd dan smp
 
Bab v bahan ajar komputer
Bab v bahan ajar komputerBab v bahan ajar komputer
Bab v bahan ajar komputer
 
Arti seorang ibu
Arti seorang ibuArti seorang ibu
Arti seorang ibu
 
Jarimatika
JarimatikaJarimatika
Jarimatika
 
Model model pembelajran
Model model pembelajranModel model pembelajran
Model model pembelajran
 
Kelas 1 ipa p kn se
Kelas 1 ipa p kn seKelas 1 ipa p kn se
Kelas 1 ipa p kn se
 
Teknk derbicara di depan umum masduki 2
Teknk derbicara di depan umum masduki 2Teknk derbicara di depan umum masduki 2
Teknk derbicara di depan umum masduki 2
 
Teknik berbicara di depan umum masduki 1
Teknik berbicara di depan umum masduki 1Teknik berbicara di depan umum masduki 1
Teknik berbicara di depan umum masduki 1
 
Proposal tahun baru islam 1435 H
Proposal tahun baru islam 1435 HProposal tahun baru islam 1435 H
Proposal tahun baru islam 1435 H
 
PP Profesionalisme Guru dan Hubungannya Dengan Pembentukan Karakter Siswa
PP Profesionalisme Guru dan Hubungannya Dengan Pembentukan Karakter SiswaPP Profesionalisme Guru dan Hubungannya Dengan Pembentukan Karakter Siswa
PP Profesionalisme Guru dan Hubungannya Dengan Pembentukan Karakter Siswa
 
Proposal wakaf-istana-yatim
Proposal wakaf-istana-yatimProposal wakaf-istana-yatim
Proposal wakaf-istana-yatim
 
Buletin PRISMA 1 (al qowiyyu)
Buletin PRISMA 1 (al qowiyyu)Buletin PRISMA 1 (al qowiyyu)
Buletin PRISMA 1 (al qowiyyu)
 

Makalah hadits ii

  • 1. Jihad Fiisabilillah 1 MUKADDIMAH Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT Sang Peninggi derajat, Pencipta bumi dan langit, Pencipta manusia dan jin, penumbuh berbagai tumbuhan. Bagi_Nya segala pujian di dunia dan di akhirat. Bagi_Nya segala rasa syukur yang tiada terkira. Dialah Sang Maha Pengampun dan Maha Pengasih. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang besar kepada hambanya berupa kemauan dan kesempatan untuk menyusun makalah ini. Dengan menyebut asma Allah kami selaku penyusun makalah, berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Kami sampaikan shalwat serta salam atas manusia yang diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam, junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dan juga atas keluarga beliau dan para sahabat serta orang-orang yang mengikuti jejak beliau sampai hari kiamat. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk mengikuti mata kuliah “HADIST II”, dibawah bimmbingan dosen kami. Yang selanjutnya akan dijadikan bahan diskusi pada mata kuliah tersebut di Universitas Islam Jakarta. Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik,saran, dan tanggapan dari para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki makalah kami selanjutnya. Jakarta, Desember 2010 Penulis
  • 2. Jihad Fiisabilillah 2 DAFTAR ISI Mukadimah …………………………………………………………………………………………………………. 1 Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………… 2 BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………… 4 BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………… 5 A. Pengertian Jihad Fiisabilillah ………………………………………………………. 7 B. Sasaran Jihad Fiisabilillah …………………………………………………………… 9 C. Dalil Tentang Sasaran Inti Jihad ………………………………………………….. 11 D. Sasaran-Sasaran Jihad Lainnya ……………………………………………………. 13 E. Manfaat Jihad di Jalan Allah ……………………………………………………….. 16 F. Tujuan Jihad Fiisabilillah ………………………………………………………….... 19 BAB III KESIMPULAN …………………………………………………………………………….. 20 Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………………………… 21
  • 3. Jihad Fiisabilillah 3 BAB I PENDAHULUAN “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa mati, sedang ia tidak pernah berjihad dan tidak mempunyai keinginan untuk jihad, ia mati dalam satu cabang kemunafikan." (HR. Muttafaq Alaihi)” “Dari Anas bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Berjihadlah melawan kaum musyrikin dengan hartamu, jiwamu dan lidahmu." (Riwayat Ahmad dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim)” Allah ta'ala berfirman: ‫ال‬ ‫ال‬ “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS al Anfal:60) Meskipun begitu, tidak dapat diingkari bahwa jihad dapat pula mengambil bentuk peperangan, tetapi jihad di dalam pengertian ini bersifat kondisional, bukan pengertian satu- satunya. Yang jelas bahwa jihad sebagai cara untuk memelihara dan mempertahankan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat harus dilaksanakan secara terus-menerus. Karena itu pula maka jihad dalam pelaksanaannya harus bermotifkan tekad yang bulat untuk mencari ridha Allah. Di dalam hal ini, Al-Qur‟an menya-takan bahwa pengerahan tenaga, pikiran, dan harta benda secara optimal tidak boleh menyim-pang dari jalan yang diridhai oleh Allah, seperti diisyaratkan di dalam beberapa ayat; misalnya QS. Al-Baqarah [2]: 218, QS. Al-Mâ‟idah [5]: 35 dan 54, QS. Al-Anfâl [8]: 72 dan 74, QS. At-Taubah [9]: 19, 24, dan 41, QS. Al-Hajj [22]: 78, QS. Al-Hujurât [49]: 15, dan QS. Ash-Shaff [61]: 11.
  • 4. Jihad Fiisabilillah 4 Ayat-ayat tersebut memberi petunjuk bahwa orang yang mengerahkan tenaga, pikiran, dan harta bendanya akan memperoleh ridha Allah bila mereka berjuang dengan ikhlas pada jalan yang diridhai Allah. Di samping jihad dengan harta, juga disebutkan bersama-sama jihad dengan anfus ( ), yang dapat berarti „hati, jenis, nyawa, dan totalitas manusia‟. Maka, ketika Al-Qur‟an memerintahkan berjihad dengan anfus, ia dapat mencakup jihad dengan nyawa, emosi, penge- tahuan, tenaga, dan pikiran, bahkan juga waktu dan tempat. Perintah berjihad dengan menggunakan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki manusia disebutkan pula di dalam QS. Al-Hajj [22]: 78. Hal itu berarti bahwa jihad merupakan puncak dari segala aktivitas. Pengertian umum bahwa jihad fisabilillah adalah dengan berperang di jalan Allah, perang membela agama Allah dan kalau gugur mendapatkan titel sebagai syuhada. Jadi ketika pengertian ini diterapkan maka hanya orang-orang tertentu lah yang bisa mendapatkan kehormatan sebagai syuhada. Wah, enak temen ya para pejuang Islam di jaman dulu, mati dan berpredikat syuhada. Memaknai “jihad” janganlah dipandang dari unsur “perang”. Atau mencontoh Amrozi CS dengan bom Bali nya. Kalau hanya dimaknai perang mengangat senjata, kita-kita ini jelas tidak kebagian jatah karena kebetulan saja tempat kita jauh dari lokasi perang itu sendiri. Jihad fisabilillah yang paling berat adalah berjuang memerangi hawa nafsu, bagaimana kita memerangi syetan yang ada dalam tubuh ini. Justru nafsu inilah yang sangat sulit untuk diperangi karena teramat halusnya syetan ini bersemayam dan lalu menghembuskan bisikan- bisikan manis tetapi penuh racun. Nafsu kesombongan, amarah, merasa dirinya mampu, merasa lebih pintar, merasa lebih kaya, merasa lebih khusyuk. Perang melawan hawa nafsu inilah perang yang sangat besar dalam sejarah manusia, karena perang ini hanya berakhir ketika ruh ini lepas dari tubuh yang fana ini. Dan kami pemakalah akan membahas permasalahan jihad ini lebih memfokuskan kepada sasaran yang dimaksud dengan jihad itu sendiri. Jadi kami lebih mengambil segi pendidikan yang tersembunyi di balik jihad fiisabilillah ini.
  • 5. Jihad Fiisabilillah 5 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Jihad Fiisabilillah Istilah jihâd di dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 41 kali di dalam Al- Qur‟an. Kata jihâd yang berasal dari kata juhd ( ) dan jahd ( ), berarti „kekuatan, kemampuan, kesulitan, dan kelelahan‟. Dari pengertian itu dipahami bahwa jihad membutuhkan kekuatan, baik tenaga, pikiran maupun harta. Pada sisi lain, dipahami bahwa jihad pada umumnya mengandung risiko kesulitan dan kelelahan di dalam pelaksanaannya. Kata al-juhd hanya dijumpai sekali di dalam Al-Qur‟an, yakni QS. At-Taubah [9]: 79. Ayat ini berbicara mengenai sikap dan penghinaan orang munafik terhadap orang-orang beriman yang memberikan sedekah dengan sukarela, sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Adapun kata al-jahd ditemukan lima kali di dalam Al-Qur‟an, masing-masing di dalam QS. Al-Mâ‟idah [5]: 53, QS. Al-An„âm [6]: 109, QS. An-Nahl [16]: 38, QS. An-Nûr [24]: 53, dan QS. Fâthir [35]: 42, semuanya berbicara di dalam konteks sumpah, baik sumpah yang benar maupun sumpah yang bohong. Akan tetapi, ayat-ayat tersebut cukup memberikan petunjuk tentang kesungguhan pelakunya di dalam bersumpah walaupun belum tentu benar. Di dalam terminologi Islam, kata jihâd diartikan sebagai „perjuangan secara sungguh- sungguh mengerahkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan‟, khususnya di dalam melawan musuh atau di dalam mempertahankan kebenaran, kebaikan, dan keluhuran. Meskipun begitu, istilah jihad yang dijumpai dalam Al-Qur‟an tidak semuanya berarti berjuang di jalan Allah karena ada juga ayat yang menggunakan kata jihad untuk pengertian „berjuang dan berusaha seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan‟, walaupun tujuan yang dimaksud belum tentu benar. Hal seperti ini dijumpai di dalam QS. Al-„Ankabût [29]: 8 dan QS. Luqmân [31]: 15. Kedua ayat tersebut berbicara di dalam konteks hubungan antara anak yang beriman dan orang tuanya yang kafir. Kata jihâd yang mengandung pengertian „berjuang di jalan Allah‟, ditemukan pada 33 ayat: 13 kali di dalam bentuk fi„l mâdhi ( = kata kerja bentuk lampau), lima kali di dalam bentuk fi„l mudhâri„ ( i= kata kerja bentuk sekarang atau yang akan datang), tujuh kali di dalam bentuk fi„l amr ( i= kata kerja perintah), empat kali di dalam bentuk mashdar, dan empat kali di dalam bentuk ism fâ„il ( i= kata benda yang menunjukkan pelaku).
  • 6. Jihad Fiisabilillah 6 Ayat-ayat tersebut memberikan indikasi bahwa jihâd mengandung pengertian yang luas, yakni perjuangan secara total yang meliputi seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalamnya perang fisik atau mengangkat senjata terhadap para pembangkang atau terhadap musuh. Dengan begitu, istilah jihâd tidak selalu berkonotasi perang fisik, bahkan terdapat beberapa ayat yang berbicara tentang jihâd, tetapi tidak berkonotasi perang, khususnya ayat-ayat Makkiyah seperti QS. Al-„Ankabût [29]: 6 dan 69. Ayat-ayat tersebut memberikan indikasi bahwa jihâd yang dimaksudkan adalah mencurahkan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk mencapai ridha Allah. Karena itu, orang yang berjihad di jalan Allah tidak mengenal putus asa, menyerah, atau berkeluh kesah. Bahkan, QS. Al-Furqân [25]: 52 yang juga termasuk ayat Makkiyah, secara tegas memerintahkan berjihad terhadap orang-orang kafir dengan jihâd yang besar. Akan tetapi, ayat ini pun tidak dapat dipahami sebagai jihâd di dalam bentuk kontak senjata, mengingat bahwa selama Nabi saw. mengembangkan misi kerasulannya di Mekkah, beliau tidak pernah melakukan kontak senjata dengan orang-orang kafir. Padahal, ayat-ayat ini secara jelas dan tegas memerintahkan agar menghadapi orang-orang kafir dengan jihad yang besar. Bahkan, ketika orang-orang musyrik mengadakan tekanan dan penyiksaan terhadap umat Islam, terdapat indikasi bahwa kaum Muslim berupaya menghadapi kekejaman tersebut tidak dengan berperang, tetapi beliau menyatakan kepada sahabatnya, “Ishbirû fa innî lam u‟mar bil-qitâli” ( = bersabarlah kalian karena aku belum mendapat perintah untuk berperang). Dengan begitu, perintah berjihad di dalam QS. Al-Furqân [25]: 52 di atas bukanlah perintah berperang. Perintah berjihad terhadap orang-orang kafir adalah dengan menggunakan Al-Qur‟an, yakni menyampaikan ajaran Al-Qur‟an dengan informasi rasional atau pendekatan-pendekatan lainnya yang dapat menarik perhatian mereka kepada Islam. Terbukti bahwa banyak orang kafir yang tertarik kepada Islam karena pendekatan yang lunak dan simpatik. Di samping itu, QS. At-Taubah [9]: 73 dan QS. At-Tahrîm [66]: 9, secara tegas memerintahkan berjihad terhadap orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Terhadap orang kafir, jihad di dalam bentuk kontak senjata telah dilaksanakan oleh Nabi, tetapi terhadap orang- orang munafik, Nabi tidak melakukannya. Ini pun memberikan kesan bahwa jihad terhadap orang-orang munafik bukanlah jihad dalam bentuk mengangkat senjata sebab secara formal mereka adalah umat Islam; mereka juga tidak secara terang-terangan mengadakan aksi untuk menghancurkan Islam. Karena itu, usaha maksimal yang dapat dilakukan untuk menghadapi mereka adalah membendung pengaruh buruk yang ditimbulkan mereka. Meskipun begitu, tidak dapat diingkari bahwa jihad dapat pula mengambil bentuk peperangan, tetapi jihad di dalam pengertian ini bersifat kondisional, bukan pengertian satu- satunya.
  • 7. Jihad Fiisabilillah 7 Yang jelas bahwa jihad sebagai cara untuk memelihara dan mempertahankan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat harus dilaksanakan secara terus-menerus. Karena itu pula maka jihad dalam pelaksanaannya harus bermotifkan tekad yang bulat untuk mencari ridha Allah. Di dalam hal ini, Al-Qur‟an menya-takan bahwa pengerahan tenaga, pikiran, dan harta benda secara optimal tidak boleh menyim-pang dari jalan yang diridhai oleh Allah, seperti diisyaratkan di dalam beberapa ayat; misalnya QS. Al-Baqarah [2]: 218, QS. Al-Mâ‟idah [5]: 35 dan 54, QS. Al-Anfâl [8]: 72 dan 74, QS. At-Taubah [9]: 19, 24, dan 41, QS. Al-Hajj [22]: 78, QS. Al-Hujurât [49]: 15, dan QS. Ash-Shaff [61]: 11. Ayat-ayat tersebut memberi petunjuk bahwa orang yang mengerahkan tenaga, pikiran, dan harta bendanya akan memperoleh ridha Allah bila mereka berjuang dengan ikhlas pada jalan yang diridhai Allah. Mengenai luasnya ruang lingkup dan cakupan jihad di jalan Allah, seperti yang ditunjukkan di dalam Al-Qur‟an, meliputi jihad dengan diri dan jihad dengan harta, seperti disebutkan dalam beberapa ayat, misalnya: QS. Al-Anfâl [8]: 72, QS. At-Taubah [9]: 20, 41, dan 88, QS. An-Nisâ‟ [4]: 95, QS. Al-Hujurât [49]: 15, serta QS. Ash-Shaff [61]: 11. Istilah jihad di dalam ayat-ayat tersebut dikaitkan dengan alat yang digunakan untuk berjihad, yaitu harta dan diri. Hal ini dapat dimaklumi karena jihad tidak dapat dilaksanakan tanpa modal dan karena itu maka jihad disesuaikan dengan modal serta tujuan yang ingin dicapai. Sebelum tujuan tercapai dan selama modal masih ada di tangan, selama itu pula jihad masih tetap dituntut. Di samping jihad dengan harta, juga disebutkan bersama-sama jihad dengan anfus ( ), yang dapat berarti „hati, jenis, nyawa, dan totalitas manusia‟. Maka, ketika Al-Qur‟an memerintahkan berjihad dengan anfus, ia dapat mencakup jihad dengan nyawa, emosi, penge- tahuan, tenaga, dan pikiran, bahkan juga waktu dan tempat. Perintah berjihad dengan menggunakan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki manusia disebutkan pula di dalam QS. Al-Hajj [22]: 78. Hal itu berarti bahwa jihad merupakan puncak dari segala aktivitas.
  • 8. Jihad Fiisabilillah 8 B. Sasaran Jihad Fiisabilillah Jihad mempunyai ketentuan hukum yang pasti serta saran yang jelas, sebab syariat jihad itu datang dari dzat yang Maha Mengetahui. Karena itu sesalam yang memerintah itu yang Maha Bijaksana, tentu hikmah dan kemaslahatannya itu pasti ada dan benar. Hikmah dan maslahat yang berkenaan dengan sasaran jihad, mengharuskan kita kembali kepada kitab Allah serta sunnah Rosul-Nya. Sasaran pokok jihad adalah agar manusia mengabdikan diri kepada Allah dan mengeluarkan mereka dari system pengabdian kepada manusia menuju pengabdian kepada tuhan yang pantas diabdi, serta menyingkirkan para penantang hukum Allah dimuka bumi ini dan menghilangkan dari dunia ini segala bentuk kerusakan dan kejahatan. Rasulullah SAW bersabda dalam hadis qudsi : “Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hambaKu sebagai orang-orang hanif (cenderung kepada kebenaran) seluruhnya. Aku datangkan kepada mereka berupa syaitan-syaitan yang menagguhkan mereka dari dien mereka. Syetan pulalah yang mengharamkan terhadap mereka apa-apa yang Aku halalkan atas mereka, dan yang memerintahkan mereka agar mempersekutukanKu dengan sesuatu yang tak ada kekuasaan sedikitpun dariKu” (HR. Muslim) Berkata Sayyid Quthb dalam kitab tafsirnya “Fii Zhilalil Qur‟an”, “Sesungguhnya motivasi jihad dalam agama islamyang sebenarnya harus dicari dalam tabiat islam, sebagai seorang muslim pertama-tama harus mewujudkan manhaj islam agar terbukti pada diri kita sendiri. Sebab rukun islam yang pertama adalah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, artinya mengEsakan Allah didalam pengabdian dan tidak mempersekutukan dengan siapapun dari makhlukNya dalam sifat apapun. Hak Allah yang mutlak adalah berkuasa hukum bagi makhluknya dalam segala aspek kehidupan. Maka syahadah suatau kesaksian yang tidak ada artinya jika tidak diiringi drngan pengakuan bahwa Allah berhak mengatur manhaj kehidupan mereka.
  • 9. Jihad Fiisabilillah 9 Kita wajib menegakkan manhaj itu dikarenakan adanya beberapa sebab dalam manhaj itu sendiri. Hanya manhaj islam yang dapat menjamin kemuliaan manusia dan memberikannya kemerdekaan yang hakiki, serta melepaskannya dari system perbudakan antar manusia, sebab yang menciptakannya adalah Zat yang Maha Kuasa dan menginginkan kebaikkan-kebaikkan bagi manuisa itu sendiri. C. Dalil Tentang Sasaran Inti Jihad Sasaran inti jihad adalah agar manusia mengabdi kepada Allah semata dan mengeluarkan manusia dari penyembahan terhadap manusia lain, termasuk menghilangkan segala tindak kerusakan dan kejahatan dari muka bumi. Dalil yang menunjukan sasaran tersebut diantaranya adalah : ‫ال‬ “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada lagi fitnah (sehingga) agama itu hanya milik Allah saja, jika mereka berhenti dari memusuhimu, maka tidak ada permusuhan lagi kecuali terhadap orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Baqarah : 193) Berkata As-Syaukani : “Maksud dari pada perangilah mereka supaya tidak ada fitnah adalah perintah untuk memerangi kaum musyrikin sehingga tidak lagi terjadi fitnah”. Maka siapa yang masuk ke agama islam dan meninggalkan kemusyrikan, ia tidak boleh diperangi atau dibunuh. Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang berperang untuk menjadikan kalimat Allah tinggi menjulang, maka ia berperang di jalan Allah” (HR. Muslim) Sesungguhnys menegakkan kalimatullah itu ialah kewajiban semua muslim, karena itulah yang diperintahkan dalam ajaran islam, bahwasanya islam itu adalah agama proklamasi bagi kemerdekaan manusia dimuka bumi, yaitu pembebasan manusia atas hawa nafsunya. Ini berarti penolakan sempurna terhadap segala bentuk dan system hukum ciptaan manusia.
  • 10. Jihad Fiisabilillah 10 Proklamasi rububiyah Allah ini berarati mengembalikan kekuasaan Allah yang dirampas, serta menghalau para perampasnya yang menghukumi manusia dengan syari‟at-syari‟at mereka sendiri. Sehingga mereka menempati kedudukan sebagai Tuhan-tuhan. Padahal sebenarnay hukum-hukum itu hanyalah milik Allah SWT. Sebagaimana Firmannya : “Hukum itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia, itulah agama yang benar” (QS. Yusuf : 40). Kerajaan Allah di muka bumi berdiri dengan berdaulatnya syari‟at Allah dan kembalinya segala urusan kepada Allah sesuai dengan syari‟at yang telah ditetapkan. Bahwasanya proklamasi tentang kemerdekaan manusia dari segala kekuasaan yang bukan kekuasaan Allah itu bukanlah proklamasi yang teoritis, falsafi dan pasifakan tetapi ia adalah proklamasi yang dinamis, realistis dan aktif. Karena itu, maka proklamasi ini harus mengambil bentuk gerakan untuk menghadapi relitas manusia dengan segala aspeknya. Realitas manusia, kemarin, sekarang dan esok denagn segala hambatan konsep ideologis dan material harus dihadapi oleh agama islam.dakwah dan harokah menghadapi realita manusia secara total dengan sarana yang dimilikinya. Keduanya harus ada untuk melancarkan proklamasi kemerdekaan manusia dibumi dengan jalan menghapuskan “realita” yang bertentanagan dengan proklamasi ini dan mengupas kekuatan-kekuatan politik yang memperhambakan manusia kepada selain Allah SWT. Di zaman ini banyak pemimpin yang menjadi usahawan atau konglomerat, sehingga menguasai sumber-sumber penghasilan dengan mengumpan orang-orang miskin bahkan ada pula yang mengaku dialah sebagai tuhan. Mereka memaksa orang lain untuk tunduk kepada perintahnya, sambil berkata : “Akula Rabbmu yang paling tinggi” (QS. An Nazi‟at : 24) Mereka juga mengucapkan berbagai macam ungkapan kesombongan dan dakwaan keuhanan mereka dengan lantang dan menantang. Dari apa yang telah disebutkan itu, jelaslah bahwa ajaran islam melarang menyekutukan Allah, setiap kali Nabi diutus untuk menyeru kepada manusia :
  • 11. Jihad Fiisabilillah 11 “Wahai kaumku, sembahlah Allah. Sekali-kali tidak ada Tuhan kecuali Hanya Dia” (QS. Al- A‟raf : 59) Dakwah jihad Nabi bukan hanya sekedar keterangan, tapi merupakan seruan kepada revolusi sosial yang universal. Islam adalah satu-satunya system kebaikkan yang dapat menyelamatkan manusia dari penyakit kejahatan dan kedurhakaan dan membawa kesejahteraan dunia dan akhirat. Setiap orang yang beriman dan beramal shaleh, maka dia termasuk jamaah muslimin Hizb Islam. Hizb ini dibentuk untuk mencapai tujuan, yaitu menegakkan system kebenaran dengan Jihad sebagai jalannya. Sebagaimana firman Allah SWT : “Kamu adalah umat terbaik yang telah dilahirkan untuk manusia. Kamu menyeru kepada yang ma‟ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah” (QS. Al-Imran : 10). Dalam Hizb ini sejak pertama bertujuan menghapus sumber-sumber kejahatandan kezaliman di muka bumi serta menahan kendali tuhan-tuhan palsu yang berlaku sombogn di muka bumi dengan cara yang tidak benar. Serta menggantikannya dengan dengan system pemerintahan yang ada dan benar. Allah SWT mengisyaratkan dalam Al-Qur‟an : ‫ال‬ “Dan perangilah mereka, agar jangan ada fitnah dan agar agama itu semata-mata bagi Allah” (QS. Al-Anfaal : 39) Maka telah jelas bahwa salah satu tujuan jihad dalam islam adalah menumbangkan bangunan system-sistem yang bertentangan dengan perinsip-perinsip dan kaidah-kaidah islam. Sesungguhnya kebenaranlah yang menolak batas-batas geografis dan tidak dapat menerima untuk dibatasi pada batas-batas yang diciptakan dan diistilahkan oleh manusia.
  • 12. Jihad Fiisabilillah 12 D. Sasaran-sasaran Jihad Lainnya Sasaran-sasaran jihad dan hukum-hukum jihad haruslah mengikuti sasaran yang inti, antara lain : 1. Melawan orang-orang kafir yang memerangi kaum muslimin, dengan menghindari cara- cara yang melampaui batas. Dalam firman-Nya : ‫ال‬ “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” (QS. Al-Baqarah : 190) 2. Menghilangkan fitnah dari umat manusia, sehingga mereka mau mendengarkan dalil- dalil tauhid tanpa ada penghalang siapapun. Fitnah terbagi menjadi tiga macam : a. Fitnah berarti gangguan dan penindasan yan dilakukan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin. b. Fitnah berarti system kemusyrikan yang menimbulkan kerusakan dalam berbagai segi kehidupan termasuk pengertiannya adalah tunduknya ahli dzimmah terhadap hukum-hukum islam, seperti menghilangkan perbuatan zina, riba dan lain sebagainya. c. Fitnah berarti penolakan orang-otang kafir untuk mendengarkan kebenaran islam. Itu disebabkan system penguasa syirik tegak berdiri sebagai penghalang sampainya kebenaran kepada manusia sehingga mereka umbuh diatas kerendahan dan kehinaan serta tejadilah penghambaan manusia atas manusia tanpa memperdulikan penciptanya. System yang demikian tidak mampu membawa manusia kepada kedudukan yang mulia. 3. Melindungi negeri-negeri adri kejahatan orang-oarang kafir. Sayyid sabiq dalam fiqhus sunnah mengatakan bahwa islam menganjurkan agar perlindungan daerah strategis itu dijaga dengan jalan menyiapkan pasukan. Dengan begitu negeri-negeri islam tetap kaut dan terlindungi. Para ulama sependapat bahwa penjagaan terhadap daerah strategis ini lebih utama dari pada tetap tinggal di kota Mekkah. Dalam hal ini Allah berfirman :
  • 13. Jihad Fiisabilillah 13 “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung” (QS. Ali Imran : 200) Dalil diatas merupakan suatu pertanda, bahwa perlindungan terhadap Negara islam, merupakan sasaran jihad yang benar. 4. Membunuh orang orang kafir, mencelakakan dan membinasakan mereka. Membunuh orang-orang kafir dlakukan karena kekufuran mereka, di ibaratkan seperti penyakit kangker, ia ganas serta membahayakan jiwa. Jika orang mau tidak mau tunduk, tidak mau mematuhi hukum islam tentu kita harus memusnahkannya. Firman Allah : “Dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir” (QS. Al Anfaal : 7) 5. Membuat orang-orang kafir ketakutan, hina dan marah. Firman Allah SWT : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu” (QS. Al Anfaal : 60) Ayat tersebut melegitimasi, bahwa salah satu tujuan jihad adalah agar musuh menjadi takut dan gentar. Ibnu Qayyim berkata : “Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah dari pada orang yang mencari perlindungan (dari kejahatan) musuhnya yang membuat mereka murka kepadanya” Umat islam dituntut agar mau melaksanakan tujuan jihad ini sebagai pengejawantahan kesempurnaan penghambaannya kepada Allah SWT.
  • 14. Jihad Fiisabilillah 14 E. Manfaat Jihad di Jalan Allah Dalam jihad terdapat manfaat dan sasaran yang ingin dicapai. Ini harus terwujud bagi setiap muslim. Diantara manfaatnya adalah : 1. Tersingkapnya kaum munafiq. Adalah kenyataan, bahwa sifat munafiq, rakus, material oriented yang destruktif terhadap tegaknya kalimat Allah terhadap diantara kaum muslimin. Jihad merupakan salah satu alat untuk menyingkap kedok mereka. Sebab didalam jihad terdapat pengorbanan yang sangat besar, artinya menyangkut segala sesuatu yang menjadi potensi manusia, bahkan nyawa sekalipun dapat dikorbankan. Orang munafik tidak akan mau memberikan potensinya, kecuali untuk menyelamatkan nyawanya dan memperoleh kenikmatan dunia. Terbukti ketika ada seruan untuk berjihad, dimana sebagai taruhannya adalah nyawa, niscaya mereka menolak. Hal ini disinyalir dalam firman Allah SWT : “Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka” (QS. Muhammad : 20) Kenalnya orang-orang mukmin terhadap orang-orang munafik mempunyai manfaat yang sangat banyak. Mereka ini sesungguhnya musuh dalam selimut dan sangat berbahaya dari musuh eksternal. Jika identitas mereka diketahui, mereka bisa dicegah untuk bergabung dengan kaum muslimin dalam berjihad. Sebab mereka selalu menyebarkan berita-berita bohong dan enggan (berlambat-lambat) melakukan perintah. Hendaknya orang-orang mukmin berjihad menghadapi mereka sesuai dengan perintah Allah SWT.
  • 15. Jihad Fiisabilillah 15 Hal ini tertera dalam firman_Nya : “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka” (QS. At Taubah : 73) 2. Membersihkan Orang-orang mukmin dari dosa-dosa mereka. Sesungguhnya bagi orang mukmin berjihad dengan niat ikhlas karena Allah semata. Kemudian dimedan perang dia membunuh orang-orang kafir, maka baginya pahala yang besar Sebagaimana Hadist Nabi : “orang kafir dan orang yang membunuhnya tidak akan pernah disatukan dalam neraka” Jika hatinya disertai rasa takut kepada Allah dalam berjihad dijalannya, berguguranlah kesalahan-kesalahannya itu dari sisinya. Dan jiak ia gugur di tangan- tangan orang-orang kafir, maka baginya setinggi-tingginya kesuksesan, yakni Syahid. Rosulullah SAW bersabda : ”Tak seorangpun yang masuk surga menyukai untuk kembali kedunia lagi. Sekalipun tidak memiliki sesuatu kekayaan apapun di dunia kecuali orang mati syahid. Ia menghendaki kembali ke dunia agar dapat terbunuh sampai sepuluh kali dalam berjihad dijalan Allah. Sebab ia telah menyaksikan balasab penghormatan kepadanya (pahala berjihad)” (HR. Bukhari). Maksudnya adalah bahwa syahid dijalan Allah serta tertebusnya dosa-dosa itu merupakan sasaran yang tinggi dan mengandung banyak manfaat yang patut diberikan kepada kaum muslimin atas jihad merka.
  • 16. Jihad Fiisabilillah 16 3. Mendidik orang-orang beriman kepada kesabaran, keteguhan, ketaatan dan pemurah. Sesungguhnya sikap santai dan tidak siap menghadapi berbagai kesulitanakan mengantarkan seorang beriman kepada kehinaan, kemanjaan dan ketergantungan kepada kehidupan dunia. Sedang pergolakan dalam kancah jihad untuk memperoleh ridho Allah akan mengasah dan mendidik jiwa menjadi sabar, berani, kuat, semangat dan mempunyai rasa persaudaraan, serta sifat-sifat terfuji lainnya. Disisi lain akan menghilangkan sifat-sifat tercela, seperti egoisme, pengecut dan lain sebagainya. 4. Memperoleh harta rampasan dan tawanan perang. Nabi SAW memberiakn hak prajurit yang membunuh guna memperoleh harta rampasan dari yang dibunuhnya. Nabi juga memberi bagian dari ghonimah (harta rampasan) kepada sebagian kaum muslimin yang turut berperang sesuai dengan kemampuan mereka. Nabi SAW bersabda kepada sebagian sahabatnya ketika sampai berita tentang kafilah Abu Sofyan. Kaflah ini merupakan kafilah yang kuat dan lengkap perbekalannya yang baru datang dari negeri Syam. Yang artinya : “Ini kafir Quraisy yang padanya terdapat harat mereka. Sebab itu keluarlah kalian kepadanya. Semoga Allah memberikan karunia kepada kalian untuk memperolehnya” (Kitab Al Bidayah Wan Nihayah, Ibnu Katsir) Ghonimah merupakan salah satu diantara sekian sasaran jihad. Akan tetapi bukan sasaran inti, melainkan saasran tambahan. Sedang bagi orang-orang yang berjihad semata-mata untuk mendapatkan Ghonimah, maka tidak ada nilai jihad baginya.
  • 17. Jihad Fiisabilillah 17 F. Tujuan Jihad Fiisabilillah Adalah merupakan tujuan utama dari pada jihad seandainya seluruh penduduk dunia menganut agama Islam. Bagi ahli kitab dan majusi, jika mereka menolak masuk islam, mereka harus membayar jizyah (Upeti). Seandainya menolak, tidak ada pilihan lain kecuali masuk islam dan tunduk pada hukum-hukumnya. Jihad islam tidak akan pernah padam selama-lamanya, sebab syetan terus-menerus menyesatkan umat islam. Sesungguhnya pertarungan antara hak dan batil tidak akan pernah selesai hingga akhir zaman. Dari Jubair bin Nafir, bahwa Salmah bin Nafil membritahukan kepada para sahabat, bahwasanya ia telah mendatangi Nabi SAW, lalu berkata : “Aku bosan menunggang kuda dan perang telah berhenti dan tidak ada peperangan lagi. Maka Nabi SAW bersabda : “sekarang ini datang waktu perang. Tak ada henti-hentinya akan datang sekelompok dari umatku yang gigih membela kebenaran atas umat manusia. Allah membuat angkuh hati suatu kaum, sehingga mereka (kelompok itu) bangkit memeranginya. Allah berkenan member rejeki kepada mereka dari kaum tersebut, sampai datang keputusan Allah, sedang mereka tetap gigih membela kebenaran”. (Musnad Ahmad bin Hanbal). Berkata Imam Bukhari didalam kitab shohihnya, Rasulullah SAW bersabda : “Pada kuda yang terlambat, pada tambatannya terdapat kebaikannya hingga hari kiamat” Menurut interpretasi Ibnu Hajar dalam kitab syarahnya mengemukakan, bahwa perkataan “Kebaikkan yang ada pada kuda yang tertambat hingga hari kiamat”, artinya adalah mendapatkan pahala dan ghonimah (Harta rampasan). Pahala dan ghonimah yang didapat itu hanya jika kuda tersebut digunakan untuk bejihad. Dengan demikian jelaslah, bahwa kontinuitas dalam berjihad adalah hingga datangnya hari kiamat. Hukum perintah dalam berjihad melawan orang-orang kafir tidak akan hilang hingga mereka komitmen dan mau menyatakan ke islamannya atau membayar jizyah bagi ahli kitab dan majusi.
  • 18. Jihad Fiisabilillah 18 Mengenai penentuan yang diharuskan membayar jizyah diantara golongan kafir, para Ulama berlainan pendapat. Namun mereka sepakat, bahwa Yahudi dan Nasrani dari luar Arab (yang bukan orang Arab), jika mereka menolak membayar jizyah wajib untuk diperangi. Adapun untuk golongan kafir selain mereka, maka disini terdapat perbedaan pendapat. Pendapat para ulama tersebut dibagi kepada empat kelompok : a. Pendapat Imam Syafi‟I, Imam Ahmad Abu Tsauri dan pengikutnya, berpendapat bahwa jizyah orang musyrik (selain ahli kitab) tidak boleh diterima. Orang musyrik hany mempunyai dua pilihan, masuk islam atau dibunuh. Sebagaimana sabda Nabi SAW : “Aku diutus untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi, bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT” Masih banyak dalil dan hadits lain yang menegaskan, bahwa tujuan jihad adalah agar manusia masuk islam, kecuali untuk ahli kitabdan majusi. Jika mereka menolak, maka bagi mereka harus membayar jizyah. b. Pendapat Imam Hanafi, bahwa Rasulullah SAW melarang jizyah dipungut dari orang Arab tetapi dipungut dari orang kafir. c. Pendapat Imam Malik, bahwa jizyah tidak bisa diterima dari orang Quraisy, namun dapat diterima dari orang kafir selain mereka. d. Bahwa jizyah diterima dari setiap orang kafir yang ada di muka bumi, tanpa terkecuali. Hal ini diriwayatkan dari Imam Malik dan Auza‟I, serta Ibnu Qayyim, dan juga disepakati oleh ulama masa kini. Kalau ada orang lebih cenderung kepada pendapat yang pertama, dimana jizyah tidak dapat dipungut dari orang musyrik, itu dikarenakan mengartikan lafadz “musyrik” dalam hadits muslim diatas, dengan ahli kitab. Allah SWT berfirman : “Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putra Allah".” (QS. At Taubah : 30)
  • 19. Jihad Fiisabilillah 19 Kami melihat, pendapat yang paling kuat diantara yang empat diatas adalah pendapat yang pertama, yaitu tidak diterima jizyah dari orang-orang musyrik kecuali ahli kitab dan majusi. Karena orang musyrik hanya punya dua alternative, masuk islam atau diperangi. Adapun mengenai ketentuan, bahwa selama Ahli kitab berdomosili di areal islam harus dipungut jizyah. Itu dikarenakan khawatir berdampak negative bagi kaum muslimin, sebagaiman yang terjadi pada akhir masa kejayaan dinasti Abbasiyah, dimana sebagian Khalifahnya terbiasa memaafkan Ahli Kitab, yaitu dengan tidak memungut jizyah kepada mereka. Dalam hal ini Ibnu Qayyim memberikan komentar mengenai diharuskannya membayar jizyah bagi Ahli Kitab dan Majusi didalam wilayah Islam, dengan menyebutkan, bahwa didalamnya terdapay beberapa hikmah, yaitu: “Agar kekufuran dan kemusyrikan hilang dimuka bumi dan menjadikan Dienullah sebagai satu-satunya Dien, seperti firman Allah SWT : “Dan Perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah dan agar Dien itu seluruhnya milik Allah SWT”. Demikianlah akhir dari pada tujuan dan sasaran jihad yang harus ditegakkan di muka bumi ini dengan keadilan dan kebenaran.
  • 20. Jihad Fiisabilillah 20 BAB III KESIMPULAN Setelah melakukan pembahsan Makalah kami Jihad Fiisabilillah yang memfokuskan pada tujuan dan Sasaran jihad yang terjadi pada zaman Rasulullah, sehingga kita bisa mengambil Ibrah dan maksud tujuan jihad uang sebenarnya yang terjadi pada zaman Rasul. Dan akhirnya sampailah kepada kesimpulan sebagai berikut :  Jihad mempunyai sasaran yang esensial, yaitu menuntut manusia untuk mengabdikan diri hanya kepada Allah SWT semata dan manafikan kepada selain-Nya.  Jihad sebagai salah satu media untuk menyingkap oaring-orang munafik dengan segala bentuk propagandanya.  Mengislamkan manusia seluruh dunia merupakan dasar dari pada tujuan jihad.  Kita dituntut untuk senantiasa menegakkan dan menjadikan jihad sebagai salah satu upaya mensyi‟arkan Islam yang tidak boleh berhenti hingga tiba hari Kiamat.
  • 21. Jihad Fiisabilillah 21 DAFTAR PUSTAKA  Al-Qur‟an Al-Kariim.  Fahmi Abu, Marjan Ibnu , Tujuan dan Sasaran Jihad, Dar al-Fikr, Beirut, 1411 H.  Dr. Ali bin Nafayyi‟ al-„Alyani, Ahdaf Al- Jihad Wa Ghayatuhu,  Al-Hafizh Ibnu hajar Al-Asqalani, Terjemah Bulughul Maram dan Penjelasannya, Pustaka Amani, Jakarta, 2000 M.  Imam Nawawi, Ringkasan Syarah Arba‟in An-Nawawi & Terjemah Riyadhus Shalihin, Pustaka Amani, Jakarta, 1999 M.