Fenomena land grabbing dalam perencanaan kehutanan
1. Fenomena Land Grabbing
dalam Perencanaan Kehutanan
Tim Penyusun:
Agus Salim Ferliadi, Jejen Hendar, Fitrah
Bukhari, Kurnia Rusmiyati, Firmansyah,
Syahdi Sjahri, Raflis, Ardiansyah
Disampaikan pada : Seminar Tata Kelola Kehutanan
Pada Tanggal 10 Mei 2014
di Auditorium Pasca Sarjana Universitas Islam Indonesia Jogjakarta
2. Korupsi Perizinan
JAKARTA, KOMPAS.com — Bupati Bogor
Rachmat Yasin resmi ditetapkan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai
tersangka kasus dugaan suap terkait
dengan rekomendasi tukar-
menukar kawasan hutan di
Bogor, Jawa Barat. Luas kawasan hutan
tersebut mencapai 2.754 hektar. Selain
Yasin, KPK juga menetapkan dua orang
lainnya sebagai tersangka, yaitu Kepala
Dinas Pertanian dan Kehutanan
Kabupaten Bogor Muhammad Zairin dan
pegawai PT BJA yang bernama FX Yohan
Yhap. Total uang suap yang diduga
diterima Yasin sebesar Rp 4,5 miliar.
Apa konsekwensi Hukum dari sebuah Rekomendasi??
3. Liputan6.com, Bengkulu - Sebanyak 387 kepala keluarga atau 1.200 warga
adat Semende Dusun Lamo, Banding Agung, Kabupaten Kaur, Provinsi
Bengkulu, tetap memilih bertahan di dalam kawasan hutan Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Padahal pada Kamis 24 April lalu, 4 warga
setempat telah dijatuhi vonis oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Klas II
Bintuhan kurungan penjara 3 tahun dan denda Rp 1,5 miliar dengan
tuduhan melakukan aktivitas di kawasan hutan tanpa seizin
Menteri Kehutanan. - See more at: http://news.liputan6.com/read/2047056/kalah-di-pengadilan-warga-adat-semende-tetap-bertahan-di-hutan#sthash.p7WOs03U.dpuf
Hutan Adat Vs Hutan Konservasi
4. Masyarakat Vs Koorporasi
Barang Bukti yang digunakan:
• Fotokopi SK Menhut No 743/Kpts-II/1996 tentang pemberian HPHTI atas areal
hutan seluas 299.975 ha kepada PT arara abadi
• Fotokopi Surat Rekomendasi Gubernur KDH Tk I Riau No 525/EK/1150 tanggal 25
April 1996
• Fotokopi Berita Acara Tata Batas yang dilakukan oleh team tata batas tanggal 30
Juli 1996
• Fotokopi Penataan Batas Sendiri areal kerja HPHTI PT Arara Abadi (Unit Sebanga)
• Fotokopi Surat Keputusan Mentri Kehutanan dan Perkebunan No 143/KPTS/VIII-
KP/1999, tanggal 22 Juni 1999 tentang penetapan batas areal kerja HPHTI PT
Arara Abadi
• Fotokopi 1 (satu) berkas RKT Nomor 4165/KPTS/Kw1-4/1999, tanggal 27 oktober
1999 beserta peta
• Fotokopi 1 (satu) berkas RKT Nomor 522.2/PKKPTS/113, tanggal 10 Januari 2007
beserta peta
• Fotokopi Surat keterangan lokasi tanah warisan peninggalan orang tua turun
temurun di desa tasik serai kec Mandau, Nomor: 05/25/TS 1982 tertanggal 5 Juni
1982 yang diketahui ketua RT, dan Kepala desa
http://raflis.wordpress.com/2013/01/01/dugaan-kriminalisasi-terhadap-masyarakat-dalam-kawasan-hutan/
Melakukan atau turut serta mengerjakan dan atau
menduduki kawasan hutan secara tidak syah
(ancaman pidana pasal 50 ayat (3) huruf (a) Jo
Pasal 78 ayat (2) Undang undang republic
Indonesia no 41 tahun 1999 tentang kehutanan Jo .
Pasal 55 ayat (1) ke-(1) KUHP
6. Pengurusan Hutan (UU 41/1999)
Pemerintah
Menetapkan hubungan hukum
antara orang dengan hutan
mengurus segala sesuatu
yang berkaitan dengan hutan
menetapkan status wilayah tertentu
sebagai kawasan hutan
Rakyat
Pasal 4 ayat 2
Perencanaan
Pengelolaan
Litbang, Diklat, Penyuluhan
Pengawasan
Pasal 10
Hutan NegaraDikuasai Oleh
Status Kawasan Hutan
Hutan Negara
Hutan Adat
Hutan Hak
Fungsi Kawasan Hutan
Hutan Konservasi
Hutan Lindung
Hutan Produksi
Inventarisasi
Penunjukan
Penataan batas
Pemetaan
Penetapan
Penetapan
Fungsi
Perubahan
Fungsi
Memberikan Wewenang Kepada
Status
dan
Fungsi
Perizinan
Hubung
an
Hukum
Tercipta
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 13-19
7. Status Fungsi≠
Hubungan antara UU Agraria, Kehutanan
dan Tata Ruang
Kawasan Hutan
UU Kehutanan
Hak atas tanah Pola Ruang
• Pengaburan aturan Pelaksana
• Ketidak jelasan definisi
UU Agraria UU Tata Ruang
Penguasaan Pemanfaatan
Audit Perizinan
Izin
Pembatasan Penguasaan Pembatasan izin
PP ?
PP ?PP ?
8. Politik Penguasaan Hutan
Dalam Perencanaan Kehutanan
Penunjukan
Kawasan Hutan
Diklaim sebagai
Hutan Negara
Perubahan Fungsi
Kawasan Hutan
Diberikan izin
pada koorporasi
Pinjam Pakai
Kawasan Hutan
Identifikasi
Kepemilikan atas Hutan
Asas Domain
Verklaring
UU Pokok Agraria
Hutan Adat
Hutan Hak
Perda
Inventarisasi Pengukuhan Penatagunaan Pemb Wil Pengelolaan Rencana
Perencanaan Kehutanan
Sebelum adanya UU Hak
Milik yang berlaku adalah
hukum adat
Mencabut
Memberlakukan
Merampas
Izin
9. SK Penunjukan Kawasan Hutan
Sumber: http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/8246
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau dan Kepualauan Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
10. Logika Perencanaan Kehutanan
Inventarisasi
Status
Penunjukan
penataan batas
pemetaan
penetapan
Pengukuhan Penatagunaan
penetapan fungsi
penggunaan
RTRWP
Pembentukan Wilayah
Pengelolaan
Unit Pengelolaan
Penetapan Luas
Minimal Kawasan
Hutan 30%
Perubahan peruntukan
dan fungsi
Output Inventarisasi
(Pasal 13 ayat 2
Penyusunan
Rencana Kehutanan
Pengelolaan
(pasal 14-15)
(pasal 16) (Pasal 17-19)
Pelepasan
Pinjam Pakai
Perubahan Fungsi
faktor-faktor lingkungan
kondisi sosial masyarakat
Jangka waktu perencanaan
Skala geografis
Fungsi pokok kawasan hutan
11. Pembentukan Wilayah
Pengelolaan
Logika Perencanaan Kehutanan
(Lanjutan)
Inventarisasi
Status
Penunjukan
Penetapan
Pengukuhan Penatagunaan
Perubahan peruntukan
dan fungsi
Output Inventarisasi
(Pasal 13 ayat 2
penetapan fungsi
(pasal 14-15)
(pasal 16) (Pasal 17-19)
Survey Lapangan
Scientific Analisis
Scientific Analisis
Kriteria
Berdasarkan Skoring
Faktor
Jenis
Tanah
Faktor
Curah
Hujan
Faktor
Kemirin
gan
Kesepakatan
Status
Diadopsi dalam Kriteria
Pola Ruang pada
Regulasi Penataan Ruang
Menetapkan Status Wilayah
Tertentu Sebagai Hutan
Kawasan Hutan
Negara Memberikan
Wewenang Pada
Pemerintah Untuk:
Pasal 13
Pasal 4 ayat 2
12. Kepastian Hukum
Penetapan Kawasan Hutan
Penetapan Status Kawasan Hutan
Penetapan Fungsi Kawasan Hutan
Penetapan 30% Tutupan Hutan
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Belum ditetapkan
Ditetapkan 13%
Perubahan fungsi dilakukan atas
permintaan penerima izin dan
revisi rencana tata ruang
Belum dilakukan
13. Kawasan Hutan Sebagai Objek Hukum
Penetapan Kawasan Hutan
Penetapan Status Kawasan Hutan
Penetapan Fungsi Kawasan Hutan
Penetapan 30% Tutupan Hutan
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Wilayah berlakunya UU Kehutanan
Kewenangan Pengelolaan
Dasar Hukum Pengelolaan
Perlindungan Hidrologi
1
2
3
4
14. Inventarisasi Hutan
• Pasal 13(2) ..... dilakukan dengan survei mengenai status dan
keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia,
serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan di sekitar hutan.
Inventarisasi
Survey
Status dan Keadaan Fisik Hutan
Flora dan Fauna
Sumberdaya Manusia
Kondisi Sosial Masyarakat
pengukuhan kawasan hutan
penyusunan neraca sumber
daya hutan
penyusunan rencana
kehutanan
sistem informasi kehutanan
http://bpkh14.dephut.go.id/info-kehutanan
15. Inventarisasi
Survey
Status dan Keadaan Fisik Hutan
Flora dan Fauna
Sumberdaya Manusia
Kondisi Sosial Masyarakat
Data Tabular
Data Spasial
Penunjukan
Kawasan Hutan
Kawasan Hutan Bukan Kawasan Hutan
17. Pengukuhan
Kawasan
Hutan
Penunjukan
Bukan Kawasan Hutan
Kawasan
Hutan
Tata Batas
Bukan Kawasan Hutan
Kawasan
Hutan
Pemetaan
Bukan Kawasan Hutan
Penetapan
Bukan Kawasan Hutan
Kawasan
Hutan
Pasal 1 point 3. “Kawasan hutan adalah
wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan tetap.”
Kepastian
Hukum
18. Kawasan Hutan Sebagai Objek Hukum
dari UU Kehutanan
Penetapan 1
Bukan Kawasan Hutan
Kawasan
Hutan
Diurus Oleh Kementrian
Kehutanan
Diurus Oleh Kementrian
Lainnya
Diatur Oleh UU
Kehutanan
Diatur Oleh UU
Lainnya
Penetapan Kawasan Hutan = Pembagian Wewenang Dalam Mengurus
Penetapan Kawasan Hutan
19. Penetapan 2
Bukan Kawasan Hutan
Hutan Negara
Hutan Hak
Hutan
Hak Hutan
Adat
Masyarakat Adat
Negara (Badan
Hukum Publik)
Perorangan
Hutan Negara = Kawasan Hutan –
(Hutan Adat + Hutan Hak)
Pasal 5 (1) Hutan berdasarkan statusnya terdiri
dari: a. hutan negara, dan b. hutan hak; (2)
Hutan negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, dapat berupa hutan adat.
Penguasaan hutan oleh Negara bukan
merupakan pemilikan, tetapi Negara memberi
wewenang kepada pemerintah untuk mengatur
dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan
dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan;
menetapkan kawasan hutan dan atau
mengubah status kawasan hutan; mengatur dan
menetapkan hubungan hukum antara orang
dengan hutan atau kawasan hutan dan hasil
hutan, serta mengatur perbuatan hukum
mengenai kehutanan
Pasal 5(3) Pemerintah menetapkan
status hutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2)
Penetapan Status Kawasan Hutan
20. Penatagunaan
Pasal 6 (1) Hutan mempunyai tiga fungsi,
yaitu: a. fungsi konservasi, b. fungsi lindung,
dan c. fungsi produksi. (2) Pemerintah
menetapkan hutan berdasarkan fungsi
pokok sebagai berikut: a. hutan konservasi,
b. hutan lindung, dan c. hutan produksi.
Penetapan 3
Bukan Kawasan Hutan
Hutan
Konservasi
Hutan
Lindung
Hutan
Produksi
Pasal 16
(1) Berdasarkan hasil pengukuhan kawasan
hutan ......, pemerintah menyelenggarakan
penatagunaan kawasan hutan.
(2) Penatagunaan kawasan hutan meliputi
kegiatan penetapan fungsi dan penggunaan
kawasan hutan.
Perlindungan Flora dan
Fauna
Perlindungan Tata Air
(Hidrologi)
Memproduksi Hasil
Hutan (Kayu/ non Kayu)
Penetapan Fungsi Kawasan Hutan
21. Pembentukan Wilayah Pengelolaan
Pasal 18
(1) Pemerintah menetapkan dan
mempertahankan kecukupan luas
kawasan hutan dan penutupan hutan
untuk setiap daerah aliran sungai, dan
atau pulau guna optimalisasi manfaat
lingkungan, manfaat sosial, dan
manfaat ekonomi masyarakat
setempat.
(2) Luas kawasan hutan yang harus
dipertahankan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) minimal 30% (tiga puluh
persen) dari luas daerah aliran sungai
dan atau pulau dengan sebaran yang
proporsional.
Penetapan 4
Bukan Kawasan Hutan
Tutupan Hutan
30%
Dibolehkan
land Clearing
Penetapan 30% Tutupan Hutan
22. Perubahan Fungsi dan Peruntukan
Perubahan Fungsi
Perubahan Peruntukan
Penelitian
Tim Terpadu
Ditetapkan Oleh
Pemerintah
Berdampak penting dan
cakupan yang luas serta
bernilai strategis
Persetujuan DPR
Tata Cara diatur
oleh Peraturan
Pemerintah (PP)
UU 41/1999 1999 - 2010 PP 10/2010
Apa yang terjadi
selama 11 tahun?
23. Perubahan Fungsi Atas Permintaan
Koorporasi
http://raflis.files.wordpress.com/2013/07/usulan-perubahan-fungsi-kawasan-hutan.jpg
24. Praktek
Perencanaan Kehutanan
Inventarisasi
??? Penunjukan
penataan batas
pemetaan
penetapan
penetapan fungsi
penggunaan
Unit Pengelolaan
Penetapan Luas
Minimal Kawasan
Hutan 30%
Perubahan peruntukan
dan fungsi
Pengukuhan
(pasal 14-15)
Penatagunaan
(pasal 16)
Pembentukan Wilayah
Pengelolaan
(Pasal 17-19)
Proses Pengukuhan Sudah
Mengatur Fungsi
Belum ditemukan
Scientific Analisis
Perubahan Fungsi
Tergantung Permintaan
(Belum ditemukan Scientific
Analisis)
Belum ditemukan
Dokumen
Inventarisasi Sebagai
Dasar dari Penunjukan
Pasal 13
Sudah dilakukan sebelum
Penetapan Fungsi
Dilegalkan Melalui
PP dan Permen
25. Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Secara Parsial
Perubahan fungsi
kawasan hutan
secara parsial
antar fungsi pokok
kawasan hutan
dalam fungsi pokok
kawasan hutan
hutan konservasi
hutan lindung
hutan produksi
hutan lindung
hutan konservasi
hutan produksi
suaka margasatwa
taman nasional
taman hutan raya
taman wisata alam
taman buru
cagar alam
suaka margasatwa
taman nasional
taman hutan raya
taman wisata alam
taman buru
cagar alam
Konservasi
Produksi
hutan produksi terbatas
hutan produksi tetap
produksi yang dapat dikonversi
hutan produksi terbatas
hutan produksi tetap
produksi yang dapat dikonversi
26. Perubahan fungsi yang patut
dipertanyakan
hutan lindung
hutan produksi
hutan lindung
hutan produksi
antar fungsi pokok
kawasan hutan
hutan produksi terbatas
hutan produksi tetap
produksi yang dapat dikonversi
hutan produksi terbatas
hutan produksi tetap
produksi yang dapat dikonversi
dalam fungsi pokok
kawasan hutan
Perubahan fungsi
kawasan hutan
Hutan Produksi Tetap
kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan
angka penimbang mempunyai jumlah nilai di bawah 125, di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
pelestarian alam, dan taman buru.
Hutan Produksi Terbatas
kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan
angka penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-174, di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
pelestarian alam, dan taman buru.
Hutan Produksi yang dapat
dikonversi
kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pembangunan di luar kegiatan kehutanan.
27. Kesimpulan
• Tujuan Penyelenggaraan Kehutanan untuk
kesejahteraan rakyat belum tercapai
• Terjadi Penyalahgunaan Wewenang Secara Sistematis
terhadap Wewenang yang diberikan oleh negara
kepada pemerintah dalam pengurusan Hutan
• Penyalahgunaan Wewenang dilegalkan dalam
peraturan Pelaksana Undang Undang (PP dan Permen)
• Dibutuhkan eksekutive review terhadap PP
Perencanaan Kehutanan sebagai pedoman dan arah
dalam pencapaian tujuan Penyelenggaraan Kehutanan
28. So, What Will we do???
• Dari penjabaran diatas, apakah kita akan tetap berdiam
diri membiarkan hutan kita dirampas secara terstruktur
oleh pihak-pihak yang berkepentingan atas nama negara?
• IMAMAH UII berencana untuk mendorong executive
review terkait PP Perencanaan Kehutanan
• Mengingat substansinya amat luas, maka dibutuhkan
konsep dan pemikiran dari banyak pihak
• Untuk itu, segala konsep, perspektif pemikiran dapat
disampaikan pada kami di:
naskah.akademikkehutanan@gmail.com
• Segala macama masukan pemikiran amat sangat berharga
bagi bangsa dan negara
29. Lingkup Perencanaan Kehutanan
Inventarisasi Hutan
Pengukuhan
Penatagunaan
Wilayah Pengelolaan
Penyusunan Rencana
Identifikasi Status
Penetapan Status
Penetapan Fungsi
Penetapan 30%
Perubahan Fungsi
UU
Agraria
UU
Penataan
Ruang
UU
Geospasial
UU
Kehutanan
Perencanaan
Kehutanan
30% Kawasan
Lindung
Kepastian Hukum
UU
Lingkungan
Hidup
KLHS
UU Desa