SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 128
MANAJEMEN
FRAKTUR CERVICAL
KELOMPOK VI
 Rafnita Dwi Putri
 Waode Sri Mulawati
 Sulinda
 Nurul Halimah
 Riska Pakombong
 Nadira Damayanti
TIU
Memahami manajemen Fraktur
Cervical
TIK
1. Memahami anatomi, fisiologi,dan
biomekanik cervical
2. Mengetahui epidemologi fraktur
cervical
3. Mengetahui klasifikasi fraktur cervical
dan patofisiologinya
4. Terampil melaksanakan manajemen
fisioterapi pada fraktur cervical.
Fraktur cervical merupakan
diskontinuitas tulang satu segmen
cervical atau lebih yang kebanyakan
cidera merupakan hasil dari
benturan/tubrukan cervicalis. Force
cedera ini seringkali sangat sehingga
menyebabkan fraktur pada vertebra atau
bahkan dapat terpecah menjadi bagian-
bagian kecil. Prognosis yang baik terjadi
jika tidak cedera tidak mengenai spinal
cord
ANATOMI DAN
FISIOLOGI
 Secara keseluruhan, cervical
terdiri atas 2 seg-men
anatomikal dan fungsional yaitu
:
 Segmen superior (suboccipital),
terdiri atas C1 (atlas) dan C2
(axis)  upper cervical spine
 Segmen inferior yang
memanjang dari permukaan in-
ferior axis ke permukaan superior
Th1  lower cervical spine
 Seluruh vertebra cervical
adalah sama kecuali atlas (C1)
dan axis (C2).
 Sekitar 50% dari
gerakan fleksi-ekstensi
terjadi pd oociput-C1
(yes Joint)
 Sekitar 50% dari
gerakan rotasi terjadi pd
C1-C2 (No Joint)
 Sisanya gerakan fleksi-
ekstensi, rotasi dan
lateral fleksi terjadi di
segmen C2-C7
ATLAS (C1)
AXIS (C2)
O
T
O
T
GAMBAR DIBAWAH MERUPAKAN OTOT LEHER YANG MEMBANTU
EKSTENSI KEPALA DAN TERLETAK RELATIF DALAM: M. SEMISPINALIS
CAPITIS DAN M.LONGISSIMUS CAPITS
Gambar di atas merupakan Otot leher yang membantu ekstensi kepala
dan terletak relatif dalam: m. Splenius capits
Ligamen
ELEMEN-ELEMEN SARAF
 8 pasang saraf cervical
Akar saraf keluar dari
kanal spinal superior
diantaranya:
saraf C1 keluar dari kanal
antara Occ & C1
saraf C2 keluar dari kanal
antara C2 & C3
saraf C8 keluar dari kanal C7
& T1
Saraf Innervasi motorik Refleks
C 1-2 Kepala dan leher
C 3-5 diafragma
C5 otot deltoid, biceps
C6 ekstensor wrist, abduktor
dan ekstensor thumb
C 5-6 biceps, brachioradialis
C7 triceps, fleksor wrist,
ekstensor jari
C 6-7 tricpes
C8 fleksor jari
Th1 otot-otot intrinsik tangan
MYOTOME
Root Joint Action
C1 Upper cervical flexion
C2 Upper cervical extension
C3 Cervical lateral flexion
C4 Shoulder girdle elevation
C5 Shoulder Abduction
C6 Elbow flexion
C7 Elbow extension
C8 Thumb extension; finger flexion
BIOMEKANIK
ROM CERVICAL
MCRAE 1999
• 0-80 derajat• 0-45 derajat
• 0-50 derajat• 0-80 derajat
fleksi ekstensi
rotasi
Lateral
fleksi
COUPLED MOTION OF CERVICAL SPINE
(GERAKAN BERPASANGAN PADA CERVICAL
SPINE)
Atlantoaxial
Segment
(C1/C2)
Subaxial
Spine (C3-
C7)
EPIDEMOLOGI
Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat,
setelah penyakit jantung, kanker dan stroke, tercatat ᄆ 50
meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3 % penyebab
kematian ini karena trauma langsung medula spinalis, 2% karena
multiple trauma. Insidensi trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar
dari perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40% spinal cord
injury disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka
tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur
dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6
terutama pada usia dekade 3
Fracture
cervica;
Hiperfleksi
Flexion tear
drop fracture
dislocation
Wedge
fracture
Clay shovelers
fracture
Fraktur
Odontoid (C2)
Hiperextensi
Axial injury
KLASIFIKASI CERVICAL TRAUMA MENURUT
MEKANISMENYA :
Fracture
cervica;
Hiperfleksi
Hiperextensi
Fraktur
hangman
Fraktur tear
drop extension
Axial injury
Fracture
cervica;
Hiperfleksi
Hiperextensi
Axial injury Burst injury
Fraktur
Jefferson
Cervical
tengah dan
bawah
TRAUMA HIPERFLEKSI
1. Flexion tear drop fracture dislocation
2. Wedge fracture
3. Clay shovelers fracture
4. Fraktur Odontoid
FLEXION TEAR DROP FRACTURE
DISLOCATION
Force fleksi murni ditambah
komponen kompresi menyebabkan
robekan pada kumpulan ligamen posterior
disertai fraktur avulse pada bagian
antero-inferior korpus vertebra. Lesi tidak
stabil. Tampak tulang servikal dalam fleksi:
- Fragmen tulang berbentuk segitiga pada
bagian antero-inferior
korpus vertebrae
- Pembengkakan jaringan lunak pravertebral
WEDGE FRACTURE
Vertebra terjepit sehingga berbentuk
baji. Ligament longitudinal anterior
dan kumpulan ligament posterior
utuh sehingga lesi ini bersifat stabil.
CLAY SHOVELERS FRACTURE
Fleksi tulang leher dimana terdapat
uluran maksimal ligament posterior
tulang leher mengakibatkan terjadinya
fraktur oblik pada prosesus spinosus ;
biasanya pada CVI-CVII atau Th1.
FRAKTUR ODONTOID
Kira-kira 60% dari fraktur C2 terjadi
pada prossesus odontoid, tonjolan
tulang seperti pasak yang menonjol ke
atas dan dalam keadaan normal
berhubungan dengan arkus anterior
C1. Prossesus odontoid terikat
ditempatnya oleh ligamentum
transversum.
Fraktur odontoid bisa dilihat
dengan foto servikal lateral atau
dengan proyeksi open mouth. Namun
biasanya CT scan dibuat untuk
meyakinkan.
Tipe I
terjadi pada ujung odontoid dan
relative jarang terjadi
Tipe II
tejadi pada dasar dens dan
merupakan fraktur odontoid tersering.
Pada anak berusia kurang dari 6
tahun masih terdapat lempeng
epifisis dan mungkin tampak seperti
garis fraktur.
Tipe III
terjadi pada dasar dens dan berlanjut
secara oblik kearah korpus aksis. biasanya
akan pulih hanya dengan stabilisasi
melalui pemasangan traksi servikal.
TRAUMA HIPEREXTENSI
1. Fraktur hangman
2. Fraktur tear drop extension
FRAKTUR HANGMAN
Hangman’s fracture terjadi pada elemen
posterior C2 yang merupakan pars interkularis.
Fraktur jenis ini terjadi kira-kira 20% dari
semua fraktur aksis dan biasanya diakibatkan
cedera hiperekstensi. Dinamakan Hangman
karena sesuai dengan kelainan yang terjadi
pada orang yan dihukum gantung dengan
simpul di depan dagu.
Fraktur hangman jarang menimulkan deficit
neurologis mengingat fraktur menimbulkan
pemisahan antara korpus C2 dengan elemen
osterior.
Fraktur Hangman dibedakan menjadi tiga tipe.
Tipe I :
Merupakan fraktur yang stabil, dimana pergeseran atau
angulasi di sini hanya minimal saja serta cukup
diterapi dengan pemasangan collar neck.
Tipe II
Angulasi korpus lebih dari 10 derajat dan pergeseran
korpus dari elemen posterior lebih dari 3mm
Tipe II
Adalah fraktur yang menimbulkan dislokasi faset C2
bilateral dan sangat tidak stabil sehingga untuk kasus ini
perlu dioperasi untuk stabilisasi. Pasien dengan fraktur
ini harus diimobilisasi eksternal sampai mendapatkan
fisioterapi khusus.
GAMBARAN TIPE FRAKTUR
MEKANISME CEDERA
Ekstensi yg dipaksakan pada leher yg sudah
dalam keadaan ekstensi.
Fleksi leher yg sudah dalam keadaan fleksi dan
kompresi leher yg sedang dalam keadaan
ekstensi.
Dalam sejarah, penyebab utama cedera yg
mematikan ini adalah akibat penggantungan
dengan simpul pada prominentia dagu.
Gambaran Tipe-Tipe Fraktur
FRAKTUR TEAR DROP EXTENSION
AXIAL INJURIES
1. Burst fracture >> Jefferson fracture
>> Fracture cervical tengah
ke bawah
JEFFERSON FRACTURE
Tulang atalas tipis, berbentuk cincin
dengan permukaan sendi yang luas.
Fraktur atlas tejadi 5% dari fraktur
tulang servikal akut. Kira-kira 40% fraktur
atlas berhubungan dengan fraktur aksis
(C2). Fraktur tersering C1 adalah burst
fracture (Fraktur Jefferson).
Mekanisme trauma yang biasa terjadi
adalah axial loading, yang terjadi bila ada
beban berat jatuh secara vertical ke kepala
pasien atau pasien jatuh ke permukaan
dengan kepala berada pada posisi netral.
Fraktur jefferseon meliputi terputusnya
kedua ring anterior dan posterior C1
dengan bergesernya massa lateral ke arah
lateral.
Fraktur ini paling baik dilihat dengan pandangan
open mouth dari C1 dan C2 dan dengan CT-
scan axial. Bila patahan tulang tampak
bergeser lebih dari 7 mm pada foto proyeksi
frontal, kemungkinan ligamentum
transversumnya robek. Konfirmasi tentang
cedera ligamentum ini dipastikan bersasarkan
adanya gerakan abnormal antara odontoid
dan atlas pada pemeriksaan radiologis.
Pada pasien yang selamat, fraktur ini
biasanya tidak berhubungan dengan fraktur
medulla spinalis. Namun fraktur ini tidak stabil
dan pertama kali harus ditanganni dengan collar
neck.
Tindakan operasi (fusi) ditujukan untuk kasus
yang ligamennya ikut cedera. Tindakan operasi
adalah fiksasi antara oksiput dengan lamina
dan pada saat pascabedah dipasang jaket
halo.
BURSTING FRACTURE CERVICAL TENGAH
DAN BAWAH
GEJALA UMUM
Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klnik fraktur
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini
dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan
tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
b. Bengkak/edama
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang
terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di
jaringan sekitarnya.
c. Memar/ekimosis
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat
dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
d. Spame otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang
terjadu disekitar fraktur.
e. Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf
karena edema.
f. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur,
nyeri atau spasme otot. paralysis dapat terjadi
karena kerusakan syaraf.
g. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang
pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini
terjadi pada fraktur tulang panjang.
h. Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian
tulang digerakkan.
i. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari
kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang
mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan
menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
j. Shock hipovolemik Shock terjadi sebagai kompensasi
jika terjadi perdarahan hebat.
KOMPLIKASI FRAKTUR CERVICAL
Spinal Cord Injury 
Paralysis
Infeksi
Kerusakan saraf
Ketidaksejajaran dalam
penyambungan dan malunion
OA
Avascular necrosis
Depresi
Hiperekstensi leher (Kifosis)
tetraplegia (Kelumpuhan dua
tungkai)
Quadriplagia/tetraplegia
(Kelumpuhan pada empat
MANAJEMEN
Assesment
Anamnesis
Umum
Nama : Tn.A
Alamat : Jl. Kebayoran no.2
Umur : 27 thn
Hobi : Renang
Pekerjaan : wiraswasta
Anamnesis
Khusus
C
Nyeri post OP akibat
fraktur Cervical.
Vital Sign:
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Denyut Nadi : 72 kali/menit
Pernafasan : 23 kali/menit
Temperatur/Suhu : 36 °C
H
 Sejak kapan terjadinya? 2 minggu yang lalu
 Bagaimana riwayat terjadinya cedera? 2 minggu yg lalu,
saya menyelam di sekitar pulau samalona, tetapi saya
tidak memperkirakan kedalaman lautnya. Saya langsung
nyebur dan kepala saya menumbuk batu karang. Saya
pingsan lalu dibawa oleh teman2 saya .
 Bagemana perasaan anda setelah dipasangi alat ini ?
Sejak dipasangi alat ini (collar), saya tdk leluasa
menggerakkan leher saya, kaku dan terasa nyeri dan
seperti robot.
 Di mana letak keluhan? Di leher dan ada sedikit di bahu
 Apakah ada nyeri atau tidak? Ya, Ada nyeri
 Bagaimana sifat nyeri? Ditempat itu saja
 Apakah ibu merasa mual dan pusing? Iya,pd fase2 awal
leher sy patah.
)
 Apakah sudah kedokter? iya
 Apakah sudah foto X-Ray,MRI atau CT-scan? Iya sudah, kemarin
sudah foot rontgen
 Apa kata dokter ?
kata dokter, tulang leher saya patah.
 Bagaimana keadaan tidur, makan, BAB, BAK? Terganggu
 Kapan bapak ke dokter (apakah sesaat setelah kecelakaan
atau setelah beberapa hari)? Sesaat setelah kecelakaan saya
ke dokter, trus di foto X-Ray,MRI dan CT scan dulu, baru di
operasi
 Apakah diberi obat oleh dokter? Iya, saya diberi obat
penghilang nyeri, vitamin, dan anti infeksi.
 Bagaimana perasaan Bapak setelah terkena penyakit ini? Pasti
sangat terganggu ya, karena saya tdk bisa beraktivitas seperti
biasa.
o Masih ada keluhan lain yg berkaitan dengan penyakit bapak?
Sudah tidak ada
A
A. Inspeksi Statis
o Perhatikan apakah pasien
memakai collar/ dsb?
Pasien memakai collar
-Perhatikan apakah
terlihat Swelling,
inflamasi?
- perhatikan mimik wajah
pasien, apakah menahan
sakit?
pasien menahan sakit dan
meringis kesakitan dan
terlihat mual dan pusing
B. Inspeksi Dinamis
Di lihat dari Bagaimana
pola berjalan pasien.
Cara pasien
menggerakkan bagian
leher dan
extremitasnya.
INSPEKS
I
 Aktif
Nyeri terutama pada gerakan fleksi dan rotasi
cervikal
*gerakan bagian extremitas atas.
 Pasif
Nyeri terutama pada gerakan fleksi dan rotasi
servikal
*gerakan bagian extremitas atas.
 TIMT
Tidak bisa melawan kuat dan nyeri
PEMERIKSAAN FUNGSI GERAK
DASAR
 Suhu : Bagian yang nyeri terasa lebih hangat.
 Kontur Kulit : *ada bekas operasi
 Spasme : Upper trapezius,otot2 grup flexor
cervical
PALPASI
R
1. ROM : limited (di regio cervical )
2. ADL :Dressing.
3. Pekerjaan : Limited
4. Rekreasi : Limited
T
 Muskullotendinogen: Spasme dan weakness otot
(regio cervical) >> upper trapezius,
 Osteoarthrogen: Stifness pada C1-C2 (atlantoaxial
joint)
 Neurogen : ---
 Psikogen: penurunan PD , cemas
S PEMERIKSAAN SPESIFIK
 VAS
 Tes psikis >> HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety )
 Oedem test
 Tes ROM
 MMT
 Tes Sensasi Sensorik
 Tes Provokasi
 Tes distraksi
 Tes kompresi
 Pengukuran ekspansi thoraks
 ADL test
 Pemeriksaan X-Ray,MRI,ST-Scan.
 Pemeriksaan lab
VAS
0 108
Interpretasi : nyeri diam: 5
nyeri tekan: 7,5
nyeri gerak: 5
HRS-A (HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY )
Alat ukur ini terdiri 14 kelompok gejala yang masing- masing
kelompok dirinci lagi dengan gejala- gejala yang lebih
spesifik. Masing- masing kelompok gejala diberi penilaian
angka (skore) antara 0-4, yang artinya adalah
 Nilai 0 = tidak ada gejala / keluhan
 Nilai 1 = gejala ringan / satu dari gejala yang ada
 Nilai 2 = gejala sedang / separuh dari gejala yang ada
 Nilai 3 = gejala berat / lebih dari separuh dari gejala yang ada
 Nilai 4 = gejala berat sekali / semua dari gejala yang ada
Masing- masing nilai angka (skore) dari 14 kelompok
gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil
penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat
kecemasan seseorang, yaitu:
Total nilai (skore) :
 < 14 = tidak ada kecemasan
 14 – 20 = kecemasan ringan
 21 – 27 = kecemasan sedang
 28 – 41 = kecemasan berat
 42 – 56 = kecemasan berat sekali / panik
Perasaan cemas (ansietas)
a) Cemas
b) Firasat buruk
c) Takut akan pikiran sendiri
d) Mudah tersinggung
Ketegangan
a) Merasa tegang
b) Lesu
c) Tidak bisa istirahat dengan tenang
d) Mudah terkejut
e) Mudah menangis
f) Gemetar
g) Gelisah
Ketakutan
a) Pada gelap
b) Pada orang asing
c) Ditinggal sendiri
d) Pada binatang besar
e) Pada keramaian lalu lintas
f) Pada kerumunan banyak orang
Gangguan tidur
a) Sukar masuk tidur
b) Terbangun malam hari
c) Tidur tidak nyenyak
d) Bangun dengan lesu
e) Banyak mimpi- mimpi
f) Mimpi buruk
g) Mimpi menakutkan
HASIL PENGUKURAN HRS-A:
Interpretasi : Nilai 24  kecemasan sedang
EDEMA RATING SCALE
2+
TES ROM
Regio
Cervikal
ROM FLEKSI EKSTENSI
LATERAL
SIDE
FLEKSI
ROTASI
Normal 0-80o 0-50o 0-45o 0-80o
Hasil Pengukuran 20o 50o 20o
20o
ROM menurut ISOM:
 S.50º.0º.20º (Flexi-Extensi)
 F.20º.0º.20º(Lateral side flexi sinistra-dextra)
 T.20º.0º.20º(Rotasi kiri-Rotasi kanan)
MMT
 Seluruh grup otot (extensor, flexorbernilai 2
TES SENSASI SENSORIK
 Tes rasa posisi
 Tes rasa gerak
 Tes arah gerak
 Tes tajam tumpul
 Tes kasar halus
 Tes diskriminasi 2 titik
TES PROVOKASI
Dilakukan dengan cara posisi leher
diekstensikan dan kepala dirotasikan ke
salah satu sisi, kemudian berikan tekanan
ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif
bila terdapat nyeri radikuler ke arah
ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi
kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik
namun tidak sensitif, karena berguna untuk
mendeteksi adanya nyeri radikulopati
servikal.
TES PROVOKASI
TES DISTRAKSI KEPALA
 Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan
oleh kompresi terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat
diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks syaraf lebih
memberikan gejala dengan tes kompresi kepala walaupun
penyebab lain belum dapat disingkirkan.
TES DISTRAKSI KEPALA
TES KOMPRESI
TES ADL ( INDEKS ADL MODIFIKASI )
NO JENIS AKTIVITAS
FUNGSIONAL
KRITERIA
1 BERPAKAIAN 0 = tidak dapat melakukan
1 = melakukan dengan bantuan*
2 = melakukan tanpa bantuan
2 KEMAMPUAN
MENGGUNAKAN
TOILET
0 = tidak dapat melakukan *
1 = melakukan dengan bantuan
2 = melakukan tanpa bantuan
3 TRANSFER DARI
LANTAI KE KURSI
0 = tidak dapat melakukan
1 = melakukan dengan bantuan*
2 = melakukan tanpa bantuan
4 TRANSFER DARI KURSI
KE TEMPAT TIDUR
0 = tidak dapat melakukan
1 = melakukan dengan bantuan*
2 = melakukan tanpa bantuan
5 BERJALAN DI DALAM
RUANGAN
0 = tidak dapat melakukan *
1 = melakukan dengan bantuan
2 = melakukan tanpa bantuan
6 BERJALAN DI LUAR
RUANGAN
0 = tidak dapat melakukan
1 = melakukan dengan bantuan*
2 = melakukan tanpa bantuan
7 NAIK TANGGA 0 = tidak dapat melakukan*
1 = melakukan dengan bantuan
2 = melakukan tanpa bantuan
8 TURUN TANGGA 0 = tidak dapat melakukan
1 = melakukan dengan bantuan*
2 = melakukan tanpa bantuan
TOTAL 5 ( Ketergantungan Berat )
PEMERIKSAAN X-RAY
 Pemeriksaan menegaskan bahwa adanya fraktur
pada C2.
PEMERIKSAAN LAB
 Masih ada inflamasi yang ditandai dengan Limfosit
T dan B masih diatas normal
Nilai normal :
Dewasa : 4.000 – 10.000/mm3
DIAGNOSIS
Gangguan gerak dan fungsi gerak cervical
akibat fraktur C2 tipe II pasca operasi 1
minggu yang lalu.
P
R
O
B
L
E
M Primer
• Ggg Psikis
dan cemas
• Nyeri
Sekunder
• Oedema,
Kekakuan,Keterbat
asan ROM, Muscle
Weakness,
kontraktur
Kompleks
• Gangguan ADL (
food,drink,
toileting,
dressing, Self
care)
TUJUAN
• Mengurangi nyeri
• Menurunkan oedem
• Mencegah keterbatasan ROM
• Mencegah muscle weakness
• Mencegah kontraktur
Jangka
Pendek
• Mengembalikan dan
memaksimalkan fungsional
gerak cervical berkaitan
dengan ADL
Jangka
Panjang
INTERFENSI
PROGRAM FASE AKUT (0-1 MINGGU)  IMOBILISASI
No Problem FT Modalitas terpilih Dosis
1 Penurunan rasa
PD dan cemas
KomTer F : 1 x sehari
I : pasien tetap fokus
T : Wawancara, motivasi
T : 5 menit
2. Nyeri Interferensi F : 1 x sehari
I : 20-30 mA
T : segmental animal
T : 10 menit
3 Mencegah
Gangguan
pernapasan
Exercise F: setiap hari
I:
T; Deep breathing
T: 5 menit
Problem Modalitas Terpilih Dosis
4. Reaksi
Inflamasi
(oedem pada
ext superior
dan inferior,
hematoma,ny
eri akut, immobilisasi
(Collar/ortose servikal)
Positioning
F : 1x sehari
I : intermitten 3 :2
T : local compress
T : 10 menit
F : setiap hari
I : tidur terlentang
T : soft collar
T : 1 minggu
F : setiap hari
I : 3 jam perubahan posisi
T : log rolling (dibantu
berbalik
T : 3 jam per posisi
Problem Modalitas Terpilih Dosis
5. Spasme otot exercise F : 1 x sehari
I : 15-20 kali
T : elufrage
T : 3 menit
6. Mencegah
weakness di
extremitas
Exercise F : 1x1
I : 5 hit 3 repetisi
T : pasif- aktif ROMEX
T : 3 menit
PROGRAM SUB AKUT (2-4 MINGGU)
No Problem FT
Modalitas
Terpilih
Dosis
1 Pencegahan Stiffness
Joint
Exercise F : 1 x sehari
I : 3x perlakuan (1x
perlakuan, 8x hitungan)
T : aktif exercise movement
extremitas superior
T : 3 menit
2 Pencegahan Penurunan
kekuatan otot
Exercise F : 1 x sehari
I : 8 x perlakuan
T : elevasi depresi shoulder
(isometric exercise)
T : 3 menit
3. Pencegahan Spasme
otot
Exercise F ; 1x sehari
I : 15-30 repetisi
T : eflurage
T : 3 menit
PROGRAM KRONIK (4-8 MINGGU)  IMOBILIASI
No Problem FT Modalitas Terpilih Dosis
1 Limitasi ROM shoulder ROM Exc F= 1 kali/hr
I= 5 x pengulangan/1 x
terapi
T= aktif ROM EXERCISE
T= 30 sekon
PROGRAM KRONIK (8-12 MINGGU)
No Problem FT Modalitas Terpilih Dosis
1 Pencegahan Limitasi
ROM cervical
ROM Exc F= 1 kali/hr
I= 8 x pengulangan/1 x
terapi
T= gentle akti ROM
T= 30 sekon
2 Pencegahan Muscle
weakness cervical
Exercise F=1 x sehari
I = 3 x pengulanganx 8
hitungan/1 x terapi
T= isometrik
T= 30 s
F=1x sehari
I = 3xpengulangan, 8
hitungan
T= aktif resisted (hati2 utk
rotasi)
T= 30 sekon
PROGRAM KRONIK (12-16 MINGGU)
No Problem FT Modalitas Terpilih Dosis
1 Pencegahan Kontraktur Exercise F=1x sehari
I = 3xpengulangan, 8
hitungan
T= Streching
T= 30 sekon
F=1x sehari
I = 3xpengulangan, 8
hitungan
T= aktif resisted exercise
T= 30 sekon
PROGRAM FT UTK PROBLEM KOMPLEKS
No Problem FT Modalitas Terpilih Dosis
1 Pencegahan ggg ADL Exercise F=3x/minggu
I = 3x perlakuan (1x
perlakuan, 8x hitungan)/1x
gerakan
T= PNF extremitas
superior dan inferior
T= 30 s`
MODIFIKASI
 AFPR (Aktivitas Fungsional Pemeliharaan Diri dan
Rekreasi) dengan cara rekreasi dan permainan
seperti lempar tangkap bola di pantai untuk
memulihkan ADL cervical dan shoulder klien serta
untuk merilekskan pikiran dan mengembalikan
kebugaran tubuh klien.
DOKUMENTASI
 Data-data tentang riwayat medis klien, hasil-hasil
pemeriksaan klinis, program intervensi physio yang
telah dilaksanakan pada klien dan catatan
penting tentang hasil perkembangan terapi,
dapat dilihat dan tercantum pada kartu kontrol
pemeriksaan kesehatan klien.
E
V
A
L
U
A
S
I
Problem parameter Interpretasi
sebelum sesudah
Nyeri VAS 8 2
Penururnan PD
dan cemas
HRS-A 24 13
oedem ERS 2+ 0
Muscle
weakness
MMT 2 4
Limitasi ROM Gonio  S.50º.0º.20
º
 F.20º.0º.20º
 T.20º.0º.20º
 S.75º.0º.45º
 F.40º.0º.40º
 T.75º.0º.75º
Ggg ADL Indeks ADL
modifikasi
5 1
KEMITRAAN
 Pengembangan kemitraan dapat dilakukan dengan
profesi kesehatan lainnya dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan sepenuhnya
terhadap kondisi klien. Hal ini dilakukan sesuai
dengan kebutuhan klien dan perkembangan
patofisiologinya. Dalam memberikan intervensi
klien tersebut, Physio dapat bermitra dengan dokter
spesialis saraf, dokter dokter spesialis patologi
klinik, ahli okupasional, perawat, psikolog, ahli gizi,
dan pekerja sosial medis lainnya.
TENGKISS
JENIS-JENIS IMOBILISASI
Soft collar Hard collar
Cervical orthrosis Cervical orthrosis
Halo orthrosis Cervico-thoracics
6.2 fraktur cervical
6.2 fraktur cervical
6.2 fraktur cervical
6.2 fraktur cervical
6.2 fraktur cervical
6.2 fraktur cervical

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusHipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
Trauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakangTrauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakangIrfan Hakim
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary surveyIra Rahmawati
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikuspeternugraha
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)Seascape Surveys
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHKharima SD
 
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarRectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarPangestu S
 
Panduan Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Klinis Ilmu Penyakit Dalam
Panduan Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Klinis Ilmu Penyakit DalamPanduan Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Klinis Ilmu Penyakit Dalam
Panduan Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Klinis Ilmu Penyakit DalamDokter Tekno
 
Radiologi - kelainan vertebrae
Radiologi - kelainan vertebraeRadiologi - kelainan vertebrae
Radiologi - kelainan vertebraeSyscha Lumempouw
 
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)dr. Bobby Ahmad
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
 
Crohn dan kolitis ulseratif
Crohn dan kolitis ulseratifCrohn dan kolitis ulseratif
Crohn dan kolitis ulseratifAlex Susanto
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPuteri Mentira
 

La actualidad más candente (20)

Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusHipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Trauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakangTrauma leher dan tulang belakang
Trauma leher dan tulang belakang
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarRectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
 
Abses peritonsilar
Abses peritonsilarAbses peritonsilar
Abses peritonsilar
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Panduan Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Klinis Ilmu Penyakit Dalam
Panduan Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Klinis Ilmu Penyakit DalamPanduan Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Klinis Ilmu Penyakit Dalam
Panduan Teknik Pemeriksaan dan Prosedur Klinis Ilmu Penyakit Dalam
 
Radiologi - kelainan vertebrae
Radiologi - kelainan vertebraeRadiologi - kelainan vertebrae
Radiologi - kelainan vertebrae
 
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
 
2. konjungtiva
2. konjungtiva2. konjungtiva
2. konjungtiva
 
Crohn dan kolitis ulseratif
Crohn dan kolitis ulseratifCrohn dan kolitis ulseratif
Crohn dan kolitis ulseratif
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
Ilmu ajar penyakit mata
Ilmu ajar penyakit mataIlmu ajar penyakit mata
Ilmu ajar penyakit mata
 

Destacado

52183717 fraktur-servikal (1)
52183717 fraktur-servikal (1)52183717 fraktur-servikal (1)
52183717 fraktur-servikal (1)Ayhu Shartiekha
 
Checklist pemasangan servical colar fix
Checklist pemasangan servical colar fixChecklist pemasangan servical colar fix
Checklist pemasangan servical colar fixYulli Utami
 
2 spinalcorda
2 spinalcorda2 spinalcorda
2 spinalcordaMUBOSScz
 
fracture colles
fracture collesfracture colles
fracture collesMelda RD
 
Osteomalacia Presentation
Osteomalacia PresentationOsteomalacia Presentation
Osteomalacia PresentationDin Hisham
 
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal pjj_kemenkes
 
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urineasuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urinepjj_kemenkes
 
Farmakoterapi Infeksi Saluran Kemih
Farmakoterapi Infeksi Saluran KemihFarmakoterapi Infeksi Saluran Kemih
Farmakoterapi Infeksi Saluran KemihRahayu Wahyu Ningsih
 
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAlvian P Windiramadhan
 
Buku panduan-praktek-pemenuhan-kebutuhan-dasar-manusia AKPER PEMKAB MUNA
Buku panduan-praktek-pemenuhan-kebutuhan-dasar-manusia AKPER PEMKAB MUNABuku panduan-praktek-pemenuhan-kebutuhan-dasar-manusia AKPER PEMKAB MUNA
Buku panduan-praktek-pemenuhan-kebutuhan-dasar-manusia AKPER PEMKAB MUNAOperator Warnet Vast Raha
 

Destacado (20)

52183717 fraktur-servikal (1)
52183717 fraktur-servikal (1)52183717 fraktur-servikal (1)
52183717 fraktur-servikal (1)
 
Fraktur Tulang Belakang
Fraktur Tulang BelakangFraktur Tulang Belakang
Fraktur Tulang Belakang
 
Cervical fractures
Cervical fracturesCervical fractures
Cervical fractures
 
Checklist pemasangan servical colar fix
Checklist pemasangan servical colar fixChecklist pemasangan servical colar fix
Checklist pemasangan servical colar fix
 
Osteomalacia
OsteomalaciaOsteomalacia
Osteomalacia
 
Osteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shbOsteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shb
 
2 spinalcorda
2 spinalcorda2 spinalcorda
2 spinalcorda
 
Osteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shbOsteomalasia pada anak shb
Osteomalasia pada anak shb
 
fracture colles
fracture collesfracture colles
fracture colles
 
Osteomalacia Presentation
Osteomalacia PresentationOsteomalacia Presentation
Osteomalacia Presentation
 
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Fekal
 
Modul 6 cetak
Modul 6 cetakModul 6 cetak
Modul 6 cetak
 
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urineasuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gatngguan Pemenuhan Kebutuhan Eleminasi Urine
 
Farmakoterapi Infeksi Saluran Kemih
Farmakoterapi Infeksi Saluran KemihFarmakoterapi Infeksi Saluran Kemih
Farmakoterapi Infeksi Saluran Kemih
 
Konstipasi
KonstipasiKonstipasi
Konstipasi
 
Eliminasi
EliminasiEliminasi
Eliminasi
 
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
 
Buku panduan-praktek-pemenuhan-kebutuhan-dasar-manusia AKPER PEMKAB MUNA
Buku panduan-praktek-pemenuhan-kebutuhan-dasar-manusia AKPER PEMKAB MUNABuku panduan-praktek-pemenuhan-kebutuhan-dasar-manusia AKPER PEMKAB MUNA
Buku panduan-praktek-pemenuhan-kebutuhan-dasar-manusia AKPER PEMKAB MUNA
 
Eliminasi alvi (bab)
Eliminasi alvi (bab)Eliminasi alvi (bab)
Eliminasi alvi (bab)
 
Eliminasi
EliminasiEliminasi
Eliminasi
 

Similar a 6.2 fraktur cervical

FRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docxFRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docxDwiNoviyani4
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptxfisterstars
 
Introduction Hip Fracture_Putri Karina.pdf
Introduction Hip Fracture_Putri Karina.pdfIntroduction Hip Fracture_Putri Karina.pdf
Introduction Hip Fracture_Putri Karina.pdfssuser7a5496
 
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docxAskan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docxsalmanalfarisi637456
 
Ppt. fraktur collum femur
Ppt. fraktur collum femurPpt. fraktur collum femur
Ppt. fraktur collum femurMelda RD
 
Day 2 - Fraktur - KELOMPOK 9A - TUTOR 4 - BLOK 17 .pdf
Day 2 - Fraktur - KELOMPOK 9A - TUTOR 4 - BLOK 17 .pdfDay 2 - Fraktur - KELOMPOK 9A - TUTOR 4 - BLOK 17 .pdf
Day 2 - Fraktur - KELOMPOK 9A - TUTOR 4 - BLOK 17 .pdfDiandraDevita1
 
Rbd fraktur edit
Rbd fraktur editRbd fraktur edit
Rbd fraktur editzxrickyjack
 
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9ermawijaya
 
PPT TRAUMA VERTEBRA.pptx
PPT TRAUMA VERTEBRA.pptxPPT TRAUMA VERTEBRA.pptx
PPT TRAUMA VERTEBRA.pptxarifamanullah1
 
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptxReferat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptxDediKurniawan173037
 
Document1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisDocument1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisMartin Pa Docc
 
fraktur pada BBL
fraktur pada BBLfraktur pada BBL
fraktur pada BBLnor rahmah
 

Similar a 6.2 fraktur cervical (20)

FRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docxFRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
 
Fraktur1
Fraktur1Fraktur1
Fraktur1
 
Presentation1.pptx
Presentation1.pptxPresentation1.pptx
Presentation1.pptx
 
Introduction Hip Fracture_Putri Karina.pdf
Introduction Hip Fracture_Putri Karina.pdfIntroduction Hip Fracture_Putri Karina.pdf
Introduction Hip Fracture_Putri Karina.pdf
 
Ppt sci
Ppt sciPpt sci
Ppt sci
 
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docxAskan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx
 
Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4 Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4
 
105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
 
Laminektomi
LaminektomiLaminektomi
Laminektomi
 
Ppt. fraktur collum femur
Ppt. fraktur collum femurPpt. fraktur collum femur
Ppt. fraktur collum femur
 
Day 2 - Fraktur - KELOMPOK 9A - TUTOR 4 - BLOK 17 .pdf
Day 2 - Fraktur - KELOMPOK 9A - TUTOR 4 - BLOK 17 .pdfDay 2 - Fraktur - KELOMPOK 9A - TUTOR 4 - BLOK 17 .pdf
Day 2 - Fraktur - KELOMPOK 9A - TUTOR 4 - BLOK 17 .pdf
 
Rbd fraktur edit
Rbd fraktur editRbd fraktur edit
Rbd fraktur edit
 
27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal
 
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9
 
PPT TRAUMA VERTEBRA.pptx
PPT TRAUMA VERTEBRA.pptxPPT TRAUMA VERTEBRA.pptx
PPT TRAUMA VERTEBRA.pptx
 
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptxReferat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
Referat_radiologi_dislokasi_bahu.pptx
 
PPT_ADP_DISLOK.pptx
PPT_ADP_DISLOK.pptxPPT_ADP_DISLOK.pptx
PPT_ADP_DISLOK.pptx
 
Document1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisDocument1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr cruris
 
Konsep Fraktur
Konsep FrakturKonsep Fraktur
Konsep Fraktur
 
fraktur pada BBL
fraktur pada BBLfraktur pada BBL
fraktur pada BBL
 

6.2 fraktur cervical

  • 2. KELOMPOK VI  Rafnita Dwi Putri  Waode Sri Mulawati  Sulinda  Nurul Halimah  Riska Pakombong  Nadira Damayanti
  • 3. TIU Memahami manajemen Fraktur Cervical TIK 1. Memahami anatomi, fisiologi,dan biomekanik cervical 2. Mengetahui epidemologi fraktur cervical 3. Mengetahui klasifikasi fraktur cervical dan patofisiologinya 4. Terampil melaksanakan manajemen fisioterapi pada fraktur cervical.
  • 4. Fraktur cervical merupakan diskontinuitas tulang satu segmen cervical atau lebih yang kebanyakan cidera merupakan hasil dari benturan/tubrukan cervicalis. Force cedera ini seringkali sangat sehingga menyebabkan fraktur pada vertebra atau bahkan dapat terpecah menjadi bagian- bagian kecil. Prognosis yang baik terjadi jika tidak cedera tidak mengenai spinal cord
  • 5.
  • 7.
  • 8.  Secara keseluruhan, cervical terdiri atas 2 seg-men anatomikal dan fungsional yaitu :  Segmen superior (suboccipital), terdiri atas C1 (atlas) dan C2 (axis)  upper cervical spine  Segmen inferior yang memanjang dari permukaan in- ferior axis ke permukaan superior Th1  lower cervical spine  Seluruh vertebra cervical adalah sama kecuali atlas (C1) dan axis (C2).
  • 9.  Sekitar 50% dari gerakan fleksi-ekstensi terjadi pd oociput-C1 (yes Joint)  Sekitar 50% dari gerakan rotasi terjadi pd C1-C2 (No Joint)  Sisanya gerakan fleksi- ekstensi, rotasi dan lateral fleksi terjadi di segmen C2-C7
  • 12.
  • 14. GAMBAR DIBAWAH MERUPAKAN OTOT LEHER YANG MEMBANTU EKSTENSI KEPALA DAN TERLETAK RELATIF DALAM: M. SEMISPINALIS CAPITIS DAN M.LONGISSIMUS CAPITS
  • 15. Gambar di atas merupakan Otot leher yang membantu ekstensi kepala dan terletak relatif dalam: m. Splenius capits
  • 17. ELEMEN-ELEMEN SARAF  8 pasang saraf cervical Akar saraf keluar dari kanal spinal superior diantaranya: saraf C1 keluar dari kanal antara Occ & C1 saraf C2 keluar dari kanal antara C2 & C3 saraf C8 keluar dari kanal C7 & T1
  • 18. Saraf Innervasi motorik Refleks C 1-2 Kepala dan leher C 3-5 diafragma C5 otot deltoid, biceps C6 ekstensor wrist, abduktor dan ekstensor thumb C 5-6 biceps, brachioradialis C7 triceps, fleksor wrist, ekstensor jari C 6-7 tricpes C8 fleksor jari Th1 otot-otot intrinsik tangan
  • 19. MYOTOME Root Joint Action C1 Upper cervical flexion C2 Upper cervical extension C3 Cervical lateral flexion C4 Shoulder girdle elevation C5 Shoulder Abduction C6 Elbow flexion C7 Elbow extension C8 Thumb extension; finger flexion
  • 21. ROM CERVICAL MCRAE 1999 • 0-80 derajat• 0-45 derajat • 0-50 derajat• 0-80 derajat fleksi ekstensi rotasi Lateral fleksi
  • 22. COUPLED MOTION OF CERVICAL SPINE (GERAKAN BERPASANGAN PADA CERVICAL SPINE) Atlantoaxial Segment (C1/C2) Subaxial Spine (C3- C7)
  • 23.
  • 24.
  • 25. EPIDEMOLOGI Kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit jantung, kanker dan stroke, tercatat ᄆ 50 meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3 % penyebab kematian ini karena trauma langsung medula spinalis, 2% karena multiple trauma. Insidensi trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar dari perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40% spinal cord injury disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada usia dekade 3
  • 26. Fracture cervica; Hiperfleksi Flexion tear drop fracture dislocation Wedge fracture Clay shovelers fracture Fraktur Odontoid (C2) Hiperextensi Axial injury KLASIFIKASI CERVICAL TRAUMA MENURUT MEKANISMENYA :
  • 28. Fracture cervica; Hiperfleksi Hiperextensi Axial injury Burst injury Fraktur Jefferson Cervical tengah dan bawah
  • 29. TRAUMA HIPERFLEKSI 1. Flexion tear drop fracture dislocation 2. Wedge fracture 3. Clay shovelers fracture 4. Fraktur Odontoid
  • 30. FLEXION TEAR DROP FRACTURE DISLOCATION Force fleksi murni ditambah komponen kompresi menyebabkan robekan pada kumpulan ligamen posterior disertai fraktur avulse pada bagian antero-inferior korpus vertebra. Lesi tidak stabil. Tampak tulang servikal dalam fleksi: - Fragmen tulang berbentuk segitiga pada bagian antero-inferior korpus vertebrae - Pembengkakan jaringan lunak pravertebral
  • 31.
  • 32.
  • 33.
  • 34.
  • 35. WEDGE FRACTURE Vertebra terjepit sehingga berbentuk baji. Ligament longitudinal anterior dan kumpulan ligament posterior utuh sehingga lesi ini bersifat stabil.
  • 36.
  • 37. CLAY SHOVELERS FRACTURE Fleksi tulang leher dimana terdapat uluran maksimal ligament posterior tulang leher mengakibatkan terjadinya fraktur oblik pada prosesus spinosus ; biasanya pada CVI-CVII atau Th1.
  • 38.
  • 39.
  • 40. FRAKTUR ODONTOID Kira-kira 60% dari fraktur C2 terjadi pada prossesus odontoid, tonjolan tulang seperti pasak yang menonjol ke atas dan dalam keadaan normal berhubungan dengan arkus anterior C1. Prossesus odontoid terikat ditempatnya oleh ligamentum transversum.
  • 41. Fraktur odontoid bisa dilihat dengan foto servikal lateral atau dengan proyeksi open mouth. Namun biasanya CT scan dibuat untuk meyakinkan.
  • 42. Tipe I terjadi pada ujung odontoid dan relative jarang terjadi
  • 43. Tipe II tejadi pada dasar dens dan merupakan fraktur odontoid tersering. Pada anak berusia kurang dari 6 tahun masih terdapat lempeng epifisis dan mungkin tampak seperti garis fraktur.
  • 44.
  • 45. Tipe III terjadi pada dasar dens dan berlanjut secara oblik kearah korpus aksis. biasanya akan pulih hanya dengan stabilisasi melalui pemasangan traksi servikal.
  • 46.
  • 47.
  • 48. TRAUMA HIPEREXTENSI 1. Fraktur hangman 2. Fraktur tear drop extension
  • 49. FRAKTUR HANGMAN Hangman’s fracture terjadi pada elemen posterior C2 yang merupakan pars interkularis. Fraktur jenis ini terjadi kira-kira 20% dari semua fraktur aksis dan biasanya diakibatkan cedera hiperekstensi. Dinamakan Hangman karena sesuai dengan kelainan yang terjadi pada orang yan dihukum gantung dengan simpul di depan dagu. Fraktur hangman jarang menimulkan deficit neurologis mengingat fraktur menimbulkan pemisahan antara korpus C2 dengan elemen osterior.
  • 50. Fraktur Hangman dibedakan menjadi tiga tipe. Tipe I : Merupakan fraktur yang stabil, dimana pergeseran atau angulasi di sini hanya minimal saja serta cukup diterapi dengan pemasangan collar neck. Tipe II Angulasi korpus lebih dari 10 derajat dan pergeseran korpus dari elemen posterior lebih dari 3mm Tipe II Adalah fraktur yang menimbulkan dislokasi faset C2 bilateral dan sangat tidak stabil sehingga untuk kasus ini perlu dioperasi untuk stabilisasi. Pasien dengan fraktur ini harus diimobilisasi eksternal sampai mendapatkan fisioterapi khusus.
  • 52. MEKANISME CEDERA Ekstensi yg dipaksakan pada leher yg sudah dalam keadaan ekstensi. Fleksi leher yg sudah dalam keadaan fleksi dan kompresi leher yg sedang dalam keadaan ekstensi. Dalam sejarah, penyebab utama cedera yg mematikan ini adalah akibat penggantungan dengan simpul pada prominentia dagu.
  • 53.
  • 55.
  • 56. FRAKTUR TEAR DROP EXTENSION
  • 57. AXIAL INJURIES 1. Burst fracture >> Jefferson fracture >> Fracture cervical tengah ke bawah
  • 58. JEFFERSON FRACTURE Tulang atalas tipis, berbentuk cincin dengan permukaan sendi yang luas. Fraktur atlas tejadi 5% dari fraktur tulang servikal akut. Kira-kira 40% fraktur atlas berhubungan dengan fraktur aksis (C2). Fraktur tersering C1 adalah burst fracture (Fraktur Jefferson).
  • 59. Mekanisme trauma yang biasa terjadi adalah axial loading, yang terjadi bila ada beban berat jatuh secara vertical ke kepala pasien atau pasien jatuh ke permukaan dengan kepala berada pada posisi netral. Fraktur jefferseon meliputi terputusnya kedua ring anterior dan posterior C1 dengan bergesernya massa lateral ke arah lateral.
  • 60. Fraktur ini paling baik dilihat dengan pandangan open mouth dari C1 dan C2 dan dengan CT- scan axial. Bila patahan tulang tampak bergeser lebih dari 7 mm pada foto proyeksi frontal, kemungkinan ligamentum transversumnya robek. Konfirmasi tentang cedera ligamentum ini dipastikan bersasarkan adanya gerakan abnormal antara odontoid dan atlas pada pemeriksaan radiologis.
  • 61. Pada pasien yang selamat, fraktur ini biasanya tidak berhubungan dengan fraktur medulla spinalis. Namun fraktur ini tidak stabil dan pertama kali harus ditanganni dengan collar neck. Tindakan operasi (fusi) ditujukan untuk kasus yang ligamennya ikut cedera. Tindakan operasi adalah fiksasi antara oksiput dengan lamina dan pada saat pascabedah dipasang jaket halo.
  • 62.
  • 63.
  • 64. BURSTING FRACTURE CERVICAL TENGAH DAN BAWAH
  • 65.
  • 66.
  • 67. GEJALA UMUM Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klnik fraktur adalah sebagai berikut: a. Nyeri Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya. b. Bengkak/edama Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya.
  • 68. c. Memar/ekimosis Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya. d. Spame otot Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadu disekitar fraktur. e. Penurunan sensasi Terjadi karena kerusakan syaraf, terkenanya syaraf karena edema. f. Gangguan fungsi Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang frkatur, nyeri atau spasme otot. paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
  • 69. g. Mobilitas abnormal Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang. h. Krepitasi Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan. i. Deformitas Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya. j. Shock hipovolemik Shock terjadi sebagai kompensasi jika terjadi perdarahan hebat.
  • 70. KOMPLIKASI FRAKTUR CERVICAL Spinal Cord Injury  Paralysis Infeksi Kerusakan saraf Ketidaksejajaran dalam penyambungan dan malunion
  • 71. OA Avascular necrosis Depresi Hiperekstensi leher (Kifosis) tetraplegia (Kelumpuhan dua tungkai) Quadriplagia/tetraplegia (Kelumpuhan pada empat
  • 74.
  • 75. Anamnesis Umum Nama : Tn.A Alamat : Jl. Kebayoran no.2 Umur : 27 thn Hobi : Renang Pekerjaan : wiraswasta Anamnesis Khusus C Nyeri post OP akibat fraktur Cervical. Vital Sign: Tekanan Darah : 120/80 mmHg Denyut Nadi : 72 kali/menit Pernafasan : 23 kali/menit Temperatur/Suhu : 36 °C
  • 76. H  Sejak kapan terjadinya? 2 minggu yang lalu  Bagaimana riwayat terjadinya cedera? 2 minggu yg lalu, saya menyelam di sekitar pulau samalona, tetapi saya tidak memperkirakan kedalaman lautnya. Saya langsung nyebur dan kepala saya menumbuk batu karang. Saya pingsan lalu dibawa oleh teman2 saya .  Bagemana perasaan anda setelah dipasangi alat ini ? Sejak dipasangi alat ini (collar), saya tdk leluasa menggerakkan leher saya, kaku dan terasa nyeri dan seperti robot.  Di mana letak keluhan? Di leher dan ada sedikit di bahu  Apakah ada nyeri atau tidak? Ya, Ada nyeri  Bagaimana sifat nyeri? Ditempat itu saja  Apakah ibu merasa mual dan pusing? Iya,pd fase2 awal leher sy patah. )
  • 77.  Apakah sudah kedokter? iya  Apakah sudah foto X-Ray,MRI atau CT-scan? Iya sudah, kemarin sudah foot rontgen  Apa kata dokter ? kata dokter, tulang leher saya patah.  Bagaimana keadaan tidur, makan, BAB, BAK? Terganggu  Kapan bapak ke dokter (apakah sesaat setelah kecelakaan atau setelah beberapa hari)? Sesaat setelah kecelakaan saya ke dokter, trus di foto X-Ray,MRI dan CT scan dulu, baru di operasi  Apakah diberi obat oleh dokter? Iya, saya diberi obat penghilang nyeri, vitamin, dan anti infeksi.  Bagaimana perasaan Bapak setelah terkena penyakit ini? Pasti sangat terganggu ya, karena saya tdk bisa beraktivitas seperti biasa. o Masih ada keluhan lain yg berkaitan dengan penyakit bapak? Sudah tidak ada
  • 78. A A. Inspeksi Statis o Perhatikan apakah pasien memakai collar/ dsb? Pasien memakai collar -Perhatikan apakah terlihat Swelling, inflamasi? - perhatikan mimik wajah pasien, apakah menahan sakit? pasien menahan sakit dan meringis kesakitan dan terlihat mual dan pusing B. Inspeksi Dinamis Di lihat dari Bagaimana pola berjalan pasien. Cara pasien menggerakkan bagian leher dan extremitasnya. INSPEKS I
  • 79.  Aktif Nyeri terutama pada gerakan fleksi dan rotasi cervikal *gerakan bagian extremitas atas.  Pasif Nyeri terutama pada gerakan fleksi dan rotasi servikal *gerakan bagian extremitas atas.  TIMT Tidak bisa melawan kuat dan nyeri PEMERIKSAAN FUNGSI GERAK DASAR
  • 80.  Suhu : Bagian yang nyeri terasa lebih hangat.  Kontur Kulit : *ada bekas operasi  Spasme : Upper trapezius,otot2 grup flexor cervical PALPASI
  • 81. R 1. ROM : limited (di regio cervical ) 2. ADL :Dressing. 3. Pekerjaan : Limited 4. Rekreasi : Limited
  • 82. T  Muskullotendinogen: Spasme dan weakness otot (regio cervical) >> upper trapezius,  Osteoarthrogen: Stifness pada C1-C2 (atlantoaxial joint)  Neurogen : ---  Psikogen: penurunan PD , cemas
  • 83. S PEMERIKSAAN SPESIFIK  VAS  Tes psikis >> HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety )  Oedem test  Tes ROM  MMT  Tes Sensasi Sensorik  Tes Provokasi  Tes distraksi  Tes kompresi  Pengukuran ekspansi thoraks  ADL test  Pemeriksaan X-Ray,MRI,ST-Scan.  Pemeriksaan lab
  • 84. VAS 0 108 Interpretasi : nyeri diam: 5 nyeri tekan: 7,5 nyeri gerak: 5
  • 85. HRS-A (HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY ) Alat ukur ini terdiri 14 kelompok gejala yang masing- masing kelompok dirinci lagi dengan gejala- gejala yang lebih spesifik. Masing- masing kelompok gejala diberi penilaian angka (skore) antara 0-4, yang artinya adalah  Nilai 0 = tidak ada gejala / keluhan  Nilai 1 = gejala ringan / satu dari gejala yang ada  Nilai 2 = gejala sedang / separuh dari gejala yang ada  Nilai 3 = gejala berat / lebih dari separuh dari gejala yang ada  Nilai 4 = gejala berat sekali / semua dari gejala yang ada
  • 86. Masing- masing nilai angka (skore) dari 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu: Total nilai (skore) :  < 14 = tidak ada kecemasan  14 – 20 = kecemasan ringan  21 – 27 = kecemasan sedang  28 – 41 = kecemasan berat  42 – 56 = kecemasan berat sekali / panik
  • 87. Perasaan cemas (ansietas) a) Cemas b) Firasat buruk c) Takut akan pikiran sendiri d) Mudah tersinggung Ketegangan a) Merasa tegang b) Lesu c) Tidak bisa istirahat dengan tenang d) Mudah terkejut e) Mudah menangis f) Gemetar g) Gelisah Ketakutan a) Pada gelap b) Pada orang asing c) Ditinggal sendiri d) Pada binatang besar e) Pada keramaian lalu lintas f) Pada kerumunan banyak orang Gangguan tidur a) Sukar masuk tidur b) Terbangun malam hari c) Tidur tidak nyenyak d) Bangun dengan lesu e) Banyak mimpi- mimpi f) Mimpi buruk g) Mimpi menakutkan
  • 88. HASIL PENGUKURAN HRS-A: Interpretasi : Nilai 24  kecemasan sedang
  • 90. TES ROM Regio Cervikal ROM FLEKSI EKSTENSI LATERAL SIDE FLEKSI ROTASI Normal 0-80o 0-50o 0-45o 0-80o Hasil Pengukuran 20o 50o 20o 20o ROM menurut ISOM:  S.50º.0º.20º (Flexi-Extensi)  F.20º.0º.20º(Lateral side flexi sinistra-dextra)  T.20º.0º.20º(Rotasi kiri-Rotasi kanan)
  • 91. MMT  Seluruh grup otot (extensor, flexorbernilai 2
  • 92. TES SENSASI SENSORIK  Tes rasa posisi  Tes rasa gerak  Tes arah gerak  Tes tajam tumpul  Tes kasar halus  Tes diskriminasi 2 titik
  • 93. TES PROVOKASI Dilakukan dengan cara posisi leher diekstensikan dan kepala dirotasikan ke salah satu sisi, kemudian berikan tekanan ke bawah pada puncak kepala. Hasil positif bila terdapat nyeri radikuler ke arah ekstremitas ipsilateral sesuai arah rotasi kepala. Pemeriksaan ini sangat spesifik namun tidak sensitif, karena berguna untuk mendeteksi adanya nyeri radikulopati servikal.
  • 95. TES DISTRAKSI KEPALA  Distraksi kepala akan menghilangkan nyeri yang diakibatkan oleh kompresi terhadap radiks syaraf. Hal ini dapat diperlihatkan bila kecurigaan iritasi radiks syaraf lebih memberikan gejala dengan tes kompresi kepala walaupun penyebab lain belum dapat disingkirkan.
  • 98. TES ADL ( INDEKS ADL MODIFIKASI ) NO JENIS AKTIVITAS FUNGSIONAL KRITERIA 1 BERPAKAIAN 0 = tidak dapat melakukan 1 = melakukan dengan bantuan* 2 = melakukan tanpa bantuan 2 KEMAMPUAN MENGGUNAKAN TOILET 0 = tidak dapat melakukan * 1 = melakukan dengan bantuan 2 = melakukan tanpa bantuan 3 TRANSFER DARI LANTAI KE KURSI 0 = tidak dapat melakukan 1 = melakukan dengan bantuan* 2 = melakukan tanpa bantuan 4 TRANSFER DARI KURSI KE TEMPAT TIDUR 0 = tidak dapat melakukan 1 = melakukan dengan bantuan* 2 = melakukan tanpa bantuan
  • 99. 5 BERJALAN DI DALAM RUANGAN 0 = tidak dapat melakukan * 1 = melakukan dengan bantuan 2 = melakukan tanpa bantuan 6 BERJALAN DI LUAR RUANGAN 0 = tidak dapat melakukan 1 = melakukan dengan bantuan* 2 = melakukan tanpa bantuan 7 NAIK TANGGA 0 = tidak dapat melakukan* 1 = melakukan dengan bantuan 2 = melakukan tanpa bantuan 8 TURUN TANGGA 0 = tidak dapat melakukan 1 = melakukan dengan bantuan* 2 = melakukan tanpa bantuan TOTAL 5 ( Ketergantungan Berat )
  • 100. PEMERIKSAAN X-RAY  Pemeriksaan menegaskan bahwa adanya fraktur pada C2.
  • 101. PEMERIKSAAN LAB  Masih ada inflamasi yang ditandai dengan Limfosit T dan B masih diatas normal Nilai normal : Dewasa : 4.000 – 10.000/mm3
  • 102. DIAGNOSIS Gangguan gerak dan fungsi gerak cervical akibat fraktur C2 tipe II pasca operasi 1 minggu yang lalu.
  • 103. P R O B L E M Primer • Ggg Psikis dan cemas • Nyeri Sekunder • Oedema, Kekakuan,Keterbat asan ROM, Muscle Weakness, kontraktur Kompleks • Gangguan ADL ( food,drink, toileting, dressing, Self care)
  • 104. TUJUAN • Mengurangi nyeri • Menurunkan oedem • Mencegah keterbatasan ROM • Mencegah muscle weakness • Mencegah kontraktur Jangka Pendek • Mengembalikan dan memaksimalkan fungsional gerak cervical berkaitan dengan ADL Jangka Panjang
  • 106. PROGRAM FASE AKUT (0-1 MINGGU)  IMOBILISASI No Problem FT Modalitas terpilih Dosis 1 Penurunan rasa PD dan cemas KomTer F : 1 x sehari I : pasien tetap fokus T : Wawancara, motivasi T : 5 menit 2. Nyeri Interferensi F : 1 x sehari I : 20-30 mA T : segmental animal T : 10 menit 3 Mencegah Gangguan pernapasan Exercise F: setiap hari I: T; Deep breathing T: 5 menit
  • 107. Problem Modalitas Terpilih Dosis 4. Reaksi Inflamasi (oedem pada ext superior dan inferior, hematoma,ny eri akut, immobilisasi (Collar/ortose servikal) Positioning F : 1x sehari I : intermitten 3 :2 T : local compress T : 10 menit F : setiap hari I : tidur terlentang T : soft collar T : 1 minggu F : setiap hari I : 3 jam perubahan posisi T : log rolling (dibantu berbalik T : 3 jam per posisi
  • 108. Problem Modalitas Terpilih Dosis 5. Spasme otot exercise F : 1 x sehari I : 15-20 kali T : elufrage T : 3 menit 6. Mencegah weakness di extremitas Exercise F : 1x1 I : 5 hit 3 repetisi T : pasif- aktif ROMEX T : 3 menit
  • 109. PROGRAM SUB AKUT (2-4 MINGGU) No Problem FT Modalitas Terpilih Dosis 1 Pencegahan Stiffness Joint Exercise F : 1 x sehari I : 3x perlakuan (1x perlakuan, 8x hitungan) T : aktif exercise movement extremitas superior T : 3 menit 2 Pencegahan Penurunan kekuatan otot Exercise F : 1 x sehari I : 8 x perlakuan T : elevasi depresi shoulder (isometric exercise) T : 3 menit 3. Pencegahan Spasme otot Exercise F ; 1x sehari I : 15-30 repetisi T : eflurage T : 3 menit
  • 110. PROGRAM KRONIK (4-8 MINGGU)  IMOBILIASI No Problem FT Modalitas Terpilih Dosis 1 Limitasi ROM shoulder ROM Exc F= 1 kali/hr I= 5 x pengulangan/1 x terapi T= aktif ROM EXERCISE T= 30 sekon
  • 111. PROGRAM KRONIK (8-12 MINGGU) No Problem FT Modalitas Terpilih Dosis 1 Pencegahan Limitasi ROM cervical ROM Exc F= 1 kali/hr I= 8 x pengulangan/1 x terapi T= gentle akti ROM T= 30 sekon 2 Pencegahan Muscle weakness cervical Exercise F=1 x sehari I = 3 x pengulanganx 8 hitungan/1 x terapi T= isometrik T= 30 s F=1x sehari I = 3xpengulangan, 8 hitungan T= aktif resisted (hati2 utk rotasi) T= 30 sekon
  • 112. PROGRAM KRONIK (12-16 MINGGU) No Problem FT Modalitas Terpilih Dosis 1 Pencegahan Kontraktur Exercise F=1x sehari I = 3xpengulangan, 8 hitungan T= Streching T= 30 sekon F=1x sehari I = 3xpengulangan, 8 hitungan T= aktif resisted exercise T= 30 sekon
  • 113. PROGRAM FT UTK PROBLEM KOMPLEKS No Problem FT Modalitas Terpilih Dosis 1 Pencegahan ggg ADL Exercise F=3x/minggu I = 3x perlakuan (1x perlakuan, 8x hitungan)/1x gerakan T= PNF extremitas superior dan inferior T= 30 s`
  • 114. MODIFIKASI  AFPR (Aktivitas Fungsional Pemeliharaan Diri dan Rekreasi) dengan cara rekreasi dan permainan seperti lempar tangkap bola di pantai untuk memulihkan ADL cervical dan shoulder klien serta untuk merilekskan pikiran dan mengembalikan kebugaran tubuh klien.
  • 115. DOKUMENTASI  Data-data tentang riwayat medis klien, hasil-hasil pemeriksaan klinis, program intervensi physio yang telah dilaksanakan pada klien dan catatan penting tentang hasil perkembangan terapi, dapat dilihat dan tercantum pada kartu kontrol pemeriksaan kesehatan klien.
  • 116. E V A L U A S I Problem parameter Interpretasi sebelum sesudah Nyeri VAS 8 2 Penururnan PD dan cemas HRS-A 24 13 oedem ERS 2+ 0 Muscle weakness MMT 2 4
  • 117. Limitasi ROM Gonio  S.50º.0º.20 º  F.20º.0º.20º  T.20º.0º.20º  S.75º.0º.45º  F.40º.0º.40º  T.75º.0º.75º Ggg ADL Indeks ADL modifikasi 5 1
  • 118. KEMITRAAN  Pengembangan kemitraan dapat dilakukan dengan profesi kesehatan lainnya dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan sepenuhnya terhadap kondisi klien. Hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien dan perkembangan patofisiologinya. Dalam memberikan intervensi klien tersebut, Physio dapat bermitra dengan dokter spesialis saraf, dokter dokter spesialis patologi klinik, ahli okupasional, perawat, psikolog, ahli gizi, dan pekerja sosial medis lainnya.

Notas del editor

  1. Burst : meledak, memecah
  2. Stifness:kaku