SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 14
Descargar para leer sin conexión
Jurnal Akuntansi Multiparadigma
JAMAL
Volume 7
Nomor 2
Halaman 156-323
Malang, Agustus 2016
ISSN 2086-7603
e-ISSN 2089-5879
256
MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE
Reskino1)
Muhammad Fakhri Anshori2)
1)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Djuanda No. 95 a.Tangsel, Banten.
2)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Djuanda No. 95 a.Tangsel, Banten.
e-mail: reskino@uinjkt.ac.id
Abstrak: Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan de­
ngan
Analisis Fraud Triangle. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model
dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini menguji
variabel fraud triangle dan auditor spesialis industri dengan kecuran-
gan laporan keuangan. Sampel penelitian adalah 30 perusahaan fraud
dan 30 perusahaan non-fraud yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
serta terkena sanksi dan kasus oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hasil
penelitian ini menunjukkan financial targets dapat mendeteksi kecuran-
gan laporan keuangan, sedangkan financial stabililty tidak dapat mende-
teksi kecurangan laporan keuangan.
Abstract: Financial Statement Fraud Detection Model with Fraud
Triangle Analysis. The research purposes is to create a model to detect
financial statement fraud. This research examines the variable of fraud
triangle and auditor industry specialization with financial statement fraud.
Samples were 30 companies of fraud and 30 non-fraud companies that
were listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) and sanctioned by the
Financial Services Authority (FSA). The result shows the financial targets
can be detect financial statement fraud, while financial stability can’t be
detect financial statement fraud.
Kata kunci: analisis fraud triangle, financial targets, financial stability,
auditor spesialis industri, kecurangan laporan keuangan.
Kecurangan (fraud) ialah suatu per-
buatan sengaja untuk menipu, membohongi
atau cara-cara yang tidak jujur untuk men-
gambil atau menghilangkan uang, harta,
hak yang sah milik orang lain baik karena
suatu tindakan atau dampak yang fatal
dari tindakan itu sendiri (Priantara 2013:5).
Kasus kecurangan merupakan salah satu
permasalahan yang banyak dihadapi oleh
negara-negara tidak hanya di negara maju.
Negara berkembang pun seperti Indonesia
juga mengalami banyak kasus pelanggaran.
Kasus pelanggaran emiten di pasar modal
merupakan salah satu permasalahan yang
kerap dihadapi oleh badan regulator di bi-
dang pasar modal (Sukirman dan Sari 2013).
Berdasarkan data yang dimiliki oleh OJK,
pada tahun 2011 – 2013 terdapat beberapa
perusahaan yang melakukan pelanggaran
dan terkena kasus yang berkaitan dengan
laporan keuangan dan pelanggaran lainnya.
Melihat beberapa tahun ke belakang, kasus
pelanggaran juga pernah terjadi di bebera-
pa negara dan merupakan kasus skandal
akuntansi terbesar. Beasley et al. (2010) me-
nyatakan Security and Exchange Commision
menuduh 347 perusahaan publik melaku-
kan penipuan selama sepuluh periode yaitu
antara tahun 1998-2007.
Kasus penipuan meningkat tajam dari
laporan COSO pada tahun 1999. Skandal
akuntansi utama terjadi pada awal tahun
2000-an dimana perusahaan besar terlibat
dalam fraud memberikan kontribusi hampir
120 miliar dolar dengan salah saji kumulatif
atau penyalahgunaan selama periode 10 ta-
hun. Salah satu skandal akuntansi terbesar
yang pernah terjadi di dunia adalah kasus
Satyam Computer Service India pada tahun
2009. Satyam Computer Service India me-
nyajikan laporan keuangan yang salah den-
gan melebihkan laba selama beberapa tahun
sekitar 1,04 miliar dolar AS, kecurangan ini
dilakukan dengan memalsukan accrued in-
Tanggal Masuk:
15 Maret 2016
Tanggal Revisi:
26 Juli 2016
Tanggal Diterima:
18 Agustus 2016
http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2016.08.7020
257 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
terest, understated liability, dan overstated
debtors (Priantara 2013:85). Tidak hanya di
luar negeri, di Indonesia kasus overstated
terbesar juga pernah terjadi yaitu dilakukan
oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) tahun
2005. PT KAI menyajikan laporan keuangan
yang salah dengan menyajikan laba sebesar
6,9 miliar rupiah, ketika perusahaan se-
dang mengalami kerugian sebesar 63 miliar
rupiah dimana hal tersebut diungkapkan
oleh komisaris PT KAI (Manao 2015). Selain
itu Association of Certified Fraud Examin-
ers (ACFE 2014) menyatakan berdasarkan
frekuensi tindakan kecurangan yang terjadi,
penyalahgunaan aset (aset misappropria-
tion) merupakan tindakan kecurangan yang
memiliki frekuensi tertinggi disusul oleh ko-
rupsi (corruption) dan yang terakhir adalah
kecurangan laporan keuangan (financial
statement fraud). Meskipun demikian, finan-
cial statement fraud adalah jenis kecuranga
atau fraud yang memiliki dampak kecurang­
an yang paling merugikan.
Berdasarkan fenomena di atas, hal ini
merupakan fakta yang tidak baik bagi ling-
kungan industri, khususnya di Indonesia.
Untuk meminimalisasi terjadinya kecurang­
an tersebut, penulis memandang dibutuh-
kan peran yang lebih oleh auditor selaku
pihak yang bertugas memastikan kewaja-
ran atas suatu laporan keuangan. Gul et al.
(2009) mengatakan bahwa auditor spesialis
industri memiliki kemungkinan lebih cer-
mat untuk mendeteksi kekeliruan dan pe-
nyimpangan terutama ditahun-tahun awal
penugasan audit. Audit­
or spesialis biasanya
juga menyusun secara spesifik database
best practices industri, kesalahan dan risiko
suatu industri secara spesifik, serta trans-
aksi yang tidak biasa, yang semua itu bertu-
juan untuk meningkatkan efektivitas audit
(Krishnan 2003). Wilopo (2006) menyatakan
bahwa meski kecurangan akuntansi diduga
sudah merambah, namun di Indonesia be-
lum terdapat kajian teoritis dan empiris
secara komprehensif. Penelitian mengenai
pendeteksian kecurangan laporan keuangan
sebelumnya telah dilakukan oleh Chen dan
Elder (2007), Skousen et al. (2008), Antonia
(2008).
Penjabaran dari teori fraud triangle
adalah sebagai berikut: tekanan berasal dari
financial stability, external pressure, personal
financial needs, dan financial targets, kesem-
patan berasal dari nature of industry, inef-
fective monitoring, organizational structure,
internal control, dan rasionalisasi berkaitan
dengan adanya pengetahuan menajemen
tentang tindakan kecurangan. Hal tersebut
dapat berasal dari pengalaman di masa lalu
ataupun hubu­
ngan yang tidak baik dengan
auditor. Penelitan ini dimaksudkan untuk
membuat model pendeteksian kecurangan
laporan keuangan dengan menggunakan
analisis audit fraud triangle.
METODE
Populasi penelitian ini adalah perusa-
haan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang terkena sanksi OJK
(Otoritas Jasa Keuangan) pada tahun 2011-
2013. Tahun 2011–2013 ini digunakan se-
bagai tahun penelitian karena berdasarkan
data yang dikeluarkan oleh Indonesian Com-
mercial Newletter (ICN), kalangan industri
manufaktur masih cukup besar walaupun
sektor ini akan menghadapi tantangan yang
cukup berat pada tahun 2012 salah satunya
adalah kenaikan bahan bakar minyak (BBM)
dan tarif dasar listrik yang banyak menen-
tukan daya saing hasil industri baik dipasar
domestik maupun pasar ekspor. Keadaan
ekonomi negara maju terutama Eropa yang
masih dililit krisis finansial juga menjadi an-
caman tambahan bagi pertumbuhan sektor
ini. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
mengambil data.
Metode yang digunakan peneliti dalam
pemilihan sampel penelitian adalah pur-
posive sampling dengan teknik judgement
sampling. Kriteria sampel perusahaan fraud
merupakan perusahaan yang terdaftar (list-
ing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan ter-
kena sanksi OJK pada tahun 2011-2013.
Sampel perusahaan fraud merupakan pe-
rusahaan yang melanggar peraturan Bape-
pam nomor IX.E.2 dan VII.G.7. Sampel pe-
rusahaan non-fraud merupakan perusahaan
yang tidak memiliki indikasi adanya fraud
dan jumlah aset dan penjualan yang seband-
ing atau hampir sama dengan perusahaan
fraud pada tahun 2011-2013 pada sektor in-
dustri yang sama. Perusahaan menerbitkan
laporan keuangan tahunan audited selama
periode 2011-2013. Perusahaan memiliki
komite audit independen dan Adanya akses
untuk mengunduh laporan keuangan peru-
sahaan audited.
Adapun model regresi dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
FRAUD = ß0
+ ß1
ACHANGE + ß2
ROA +
ß3
IND + ß4
AUDREPORT + ß5
SPEC + εi
Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 258
Keterangan:
ß0
= koefisien regresi konstanta
ß1,2,3,4,5
= koefisien regresi masing-
masing proksi
ACHANGE = persentase perubahan total
aset selama 2 tahun
ROA = rasio tingkat pengembalian
aset
IND = rasio komite independen
AUDREPORT = opini audit laporan ke­
uangan
SPEC = auditor spesialis industri
εi = error
Fraud merupakan variabel dependen
dalam penelitian ini dengan menggunakan
dummy variabel yaitu 0 untuk perusahaan
non-fraud dan 1 untuk perusahan fraud.
Variabel independen dalam penelitian ini
adalah financial stability, financial targets,
ineffective monitoring, rationalizatoin, dan au-
ditor industry specialization. Varibel Dummy
digunakan dalam penelitian ini untuk mem-
bandingkan dua situasi perusahaan yang
fraud dan yang tidak fraud dengan melihat
pengaruh variabel independen ke dependen.
Financial stability adalah kecurangan
yang disebabkan oleh tekanan. Salah satu
jenisnya adalah stabilitas atau profitabilitas
keuangan yang terancam oleh kondisi eko-
nomi, industri, atau operasi entitas. Finan-
cial stability dalam penelitian ini diproksikan
dengan ACHANGE yang merupakan rasio
perubahan aset selama dua tahun sebelum
terjadinya fraud. Proksi ini telah banyak
dipakai oleh peneliti terdahulu di antaranya
Skousen et al. (2008), Martantya dan Dal-
jono (2013), Manurung dan Hadian (2013),
serta Yesiariani dan Rahayu (2016). Proksi
ini digunakan karena ACHANGE mengu-
kur perubahan aset dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Jika terjadi kenaikan
aset tahun ini dibandingkan dengan tahun
lalu, maka itu menunjukkan perusahaan ti-
dak mengalami tekanan stabilitas sehingga
dapat digunakan sebagai proksi untuk me-
lihat stabilitas keuangan dengan menggu-
nakan rumus sebagai berikut:
ACHANGE =
Total Aset t − Total Aset t−1
Total Aset t
Financial targets timbul disebabkan
perusahaan sering memasang target be-
saran tingkat laba yang harus diperoleh
oleh manajemen. Implikasinya hal tersebut
memicu timbulnya kecurangan yang dia-
kibatkan oleh tekanan untuk menghasil-
kan tingkat laba tersebut. Financial targets
dalam penelitian ini diproksikan dengan
ROA. Skousen et al. (2008), Anshar (2012),
Martantya (2013), dan Manurung dan Had-
ian (2013), serta Yesiariani dan Rahayu
(2016) menggunakan ROA sebagai proksi
dari variabel financial targets. ROA digunak-
an sebagai proksi karena diperoleh dari laba
bersih yang merupakan target keuangan
dari manajemen yang dibandingkan dengan
total aset sebagai dana kelolaan manajemen.
Proksi ini digunakan untuk mengukur target
pertumbuhan perusahaan dari laba. Sema-
kin besar laba bersih, maka tekanan terha-
dap keuangan semakin rendah. ROA meng-
gunakan rumus sebagai berikut:
ROA =
Net Income before extraordinary item t-1
Total Asset t
Ineffective monitoring adalah kecurang­
an yang disebabkan oleh peluang. Salah sa-
tu jenisnya adalah pemantauan manajemen
yang tidak efektif berupa pengawasan oleh
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelo-
la terhadap proses pelaporan keuangan dan
pengendalian intern yang tidak efektif (SPAP
2013:47), pada hal ini adalah dewan direksi
dan komite audit (SAS No. 99, 2002:46). Bea-
sley et al. (2010) dan Skousen et al. (2008)
mengamati kejadian fraud antara perusa-
haan yang memiliki komite audit. Ineffective
monitoring dalam penelitian ini diproksikan
dengan komite audit (IND) karena meng­
ukur
seberapa efektif komite audit melakukan pe-
mantauan pada manajemen dengan melihat
jumlah komite audit independen dibanding-
kan total komite audit. Ineffective monitoring
diukur dengan jumlah anggota komite audit
independen. Hal ini disebabkan jika semakin
besar jumlah komite audit independen maka
pengawasan terhadap laporan keuangan
akan semakin tinggi sehingga laporan yang
dibuat oleh manajenemn dapat memberikan
gambaran yang sebenarnya. Skousen et al.
(2008), Beasley et al. (2010) serta Martantya
dan Daljono (2013) menggunakan proksi
ini untuk mengukur Ineffective monitoring.
Komite audit (IND) dapat diukur dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
IND =
Jumlah anggota komite audit independen
Jumlah total komite audit
Rationalization merupakan kecurang­
an yang disebabkan oleh adanya indikasi
manajemen karena memiliki kepentingan
yang eksesif dalam menjaga atau mening-
259 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
katkan harga saham atau tren laba entitas.
Upaya menjaga laba yang dimiliki memerlu-
kan treatment atau perlakuan tertentu agar
laba perusahaan menjadi terlihat bagus,
salah satunya menggunakan diskesionari
akrual dalam manajemen laba. Penggunaan
discresionary akrual menyebabkan suatu
perusahaan mungkin mendapatkan opini
quailified audit opinions atau wajar dengan
pengecualian (Skousen et al. 2008). Ratio-
nalization dalam penelitian ini diproksikan
de­ngan audit report dimana Skousen et
al. (2008) serta Sukirman dan Sari (2013)
menggunakan opini audit sebagai proksi
dari variabel rasionalisasi.
Auditor Industry Specialization adalah
auditor yang telah memenuhi syarat ter-
tentu yaitu menguasi pangsa pasar audit
dalam suatu industri tersebut. Balsam et al.
(2003) menggunakan industry market share
(menggunakan sales klien). Sebagai upaya
mengukur auditor spesialis industri, Neal
dan Riley (2004) menjelaskan bahwa audi-
tor spesialis industri dapat diukur meng-
gunakan pendekatan pangsa pasar (market
share approach), yaitu dimana auditor terse-
but memiliki pangsa pasar yang berbeda
dengan kompetitorya. Selanjutnya, Gul et al.
(2009), Sun dan Liu (2013), serta Siregar et
al. (2011) mengukur auditor spesialis indus-
tri menggunakan market share atau pangsa
pasar berdasarkan persentase tertinggi dari
total aset perusahaan yang diaudit dalam
suatu industri. Suatu KAP dikatakan spesi-
alis jika menguasai 20% atau lebih industry
market share (Rusmin 2010). Pada penelitian
ini peneliti menggunakan perbandingan aset
klien untuk mengukur auditor spesialis in-
dustri yang dapat dihitung berdasarkan ru-
mus sebagai berikut (Setiawan dan Fitriany
2011):
SPEC =
Jumlah klien KAP dalam industri
Jumlah emiten dalam industri
x
Rerata Aset Klien KAP dalam industri
Rerata Aset seluruh emiten dalam industri
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan uji beta
t non-paramertik, yaitu mann-whitney u
untuk menguji sampel penelitian, variabel
penelitian dan uji analisis diskriminan. Pada
sampel penelitian, tujuan uji mann-whitney
u adalah untuk memastikan bahwa sampel
perusahaan fraud dan non-fraud memiliki
karakteristik jumlah aset dan sales yang ti-
dak berbeda atau dapat dikatakan sama. Pa-
da variabel peneliti, tujuan uji mann-whitney
u adalah untuk menyeleksi variabel yang
dapat diuji dengan analisis diskriminan. Uji
analisis diskriminan adalah uji yang digu-
nakan untuk mendapatkan jawaban dari ru-
musan masalah dalam penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah perusahaan listing Bursa Efek In-
donesia yang terkena sanksi Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) pada tahun 2011-2013. Pe-
rusahaan tersebut merupakan entitas yang
terkategori dalam pengelompokkan seluruh
industri di BEI. Peneliti mengambil sampel
sebanyak 30 perusahaan dari total 74 peru-
sahaan fraud yang terkena sanksi OJK yang
tersebar di semua industri. Terdapat 72
perusahaan merupakan perusahaan non-
sekuritas dan 61 di antaranya terdaftar atau
listing di BEI berdasarkan modal atau sa-
ham. Selanjutnya, peneliti menyeleksi kem-
bali jumlah tersebut dengan kriteria perusa-
haan yang melanggar peraturan Bapepam
LK No. VIII.G.7 dan IX.E.2 sehingga menyu-
sut menjadi 37 perusahaan. Berdasarkan
jumlah tersebut, terdapat 30 perusahaan
yang menerbitkan laporan keuangan dan ta-
hunannya di situs BEI atau situs resmi pe-
rusahaan. Dengan demikian, sampel 30 pe-
rusahaan fraud itulah yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini. Sampel dipilih
dengan metode purposive sampling dengan
judgment sampling. Tabel 1 menyajikan data
yang diperoleh peneliti dalam pengumpulan
data tersebut.
Berdasarkan pada Tabel 1, peneliti
menggunakan sampel pembanding peru-
sahaan fraud dengan non-fraud. Pemilihan
tersebut dilakukan dengan cara memilih
perusahaan yang berada pada industri atau
core-business yang sama berdasarkan jum-
lah aset dan penjualan yang hampir sama.
Tabel 2 menunjukkan data pembanding
kedua perusahaan.
Data di atas terdiri dari 30 perusahaan
fraud dan 30 perusahaan non-fraud sebagai
data pembanding agar penelitian ini bisa
dilakukan. Peneliti akan menguji sampel
tersebut untuk melihat apakah kedua sam-
pel memiliki ukuran yang sama. Hal terse-
but disebabkan jika ukuran berbeda, maka
sampel tidak dapat digunakan dalam pene-
litian ini.
Uji Mann-Whitney u. Tahap awal pada
pengujian data dalam penelitian ini adalah
menguji sampel dengan menggunakan uji
Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 260
mann-whitney u. Sebelum itu peneliti akan
melakukan uji normalitas terlebih dahulu.
Berdasarkan tabel 3, nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) adalah 0,000. Nilai 0,000 memberi-
kan makna bahwa data tidak terdistribusi
normal karena nilai signifikansi berada di
bawah 0,05. Oleh karena itu, statistik non
parametrik dapat digunakan untuk menguji
sampel. Selanjutnya, peneliti menggunakan
sampel penelitian yang sama yaitu terdiri
dari 30 perusahaan fraud dan 30 perusa-
haan non fraud. Semuanya diuji dengan
menggunakan uji beda non-parametrik atau
mann-whitney U untuk melihat karakteris-
tik perusahaan berdasarkan jumlah asets
dan sales.
Hasil uji mann-whitney u pada tabel 4
menunjukkan nilai signifikansi aset 0,636
dan sales 0,290 yang memiliki makna ti-
dak terdapat perbedaan signifikan di antara
sampel fraud dan non-fraud berdasarkan
ukuran perusahaan melalui jumlah aset
dan sales karena memiliki nilai signifikansi
diatas 0,05. Dengan demikian sampel dapat
digunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil uji mann-whitney
u pada tabel 4, perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini memiliki kara-
kteristik asets dan sales yang sama. Penulis
menyimpulkan tidak terjadi perbedaan jarak
yang signifikan diantara kedua sampel pe-
rusahaan tersebut. Hal ini dapat dikatakan
perusahaan dapat dibandingkan dan digu-
nakan dalam penelitian ini.
Berikutnya, peneliti menguji variabel
independen dengan uji mann-whitney u. Se-
belumnya peneliti akan melakukan uji nor-
malitas terlebih dahulu.
Tabel 5 menunjukkan nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Nilai ini memi-
liki makna bahwa data tidak terdistribusi
normal karena nilai signifikansi berada di
bawah 0,05. Oleh karena itu, statistik non-
parametrik dapat digunakan untuk menguji
variabel independen.
Selanjutnya, pengujian dilakukan de­
ngan menggunakan sampel yang sama dan
melakukan uji beda non-parametrik atau
mann-whitney u. Hal ini dilakukan untuk
melihat apakah ada perbedaan yang signifi-
kan di antara kedua sampel dari variabel
tersebut. Hasil uji dapat dilihat pada Tabel
6.
Nilai ACHANGE perusahaan fraud
memiliki perbedaan signifikan dengan non-
fraud. Hal ini terjadi karena memiliki nilai
signifikansi di bawah 0,05. Sebaliknya nilai
IND, AUDREPORT dan SPEC perusahaan
Tabel 1. Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013
No Industri Jumlah
1 Agriculture 2
2 Mining 10
3 Basic Industry and Chemicals 13
4 Miscelleneous Industry 3
5 Consumer Goods Industry 1
6 Property, Real Estate and Building Construction 10
7 Infrastructure, Utilities, and Transportation 8
8 Finance 2
9 Trade, Service, and Invesment 13
10 Securities Company 2
11 Private Company 10
Total Perusahaan 74
Perusahaan non sekuritas 72
Perusahaan listing equity atau modal 61
Perusahaan sanksi VIII.G.7 dan IX.E.2 37
Perusahaan memiliki laporan keuangan audited 30
261 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
fraud tidak berbeda signifikan dengan non-
fraud karena memiliki nilai signifikansi di
atas 0,05. Berdasarkan hasil ini, variabel
yang dapat diuji lebih lanjut dengan meng-
gunakan analisis diskriminan adalah proksi
ACHANGE dan ROA.
Nilai ACHANGE cenderung berbeda
antara perusahaan fraud dengan non-fraud.
Hal ini berarti terdapat perbedaan pertum-
buhan aset karena perusahaan fraud cend-
erung memiliki ACHANGE yang lebih rendah
dibandingkan non-fraud. Hal ini menunjuk-
kan kestabilan pada perusahaan fraud tidak
terjaga dan rentan terjadinya kecurangan.
Hal tersebut terjadi karena nilai ACHANGE
yang merupakan proksi dari variabel finan-
cial stability memiliki perbedaan yang signifi-
kan. Oleh karena itu proksi ini dapat diuji
lebih lanjut dengan menggunakan analisis
diskriminan.
Nilai ROA cenderung memiliki hasil
berbeda antara perusahaan fraud dengan
non-fraud. Hal ini berarti terdapat kebijakan
akuntansi yang berbeda atau perbedaan ke-
mampuan antara perusahaan fraud dan non-
fraud. Sedangkan nilai IND atau persentase
komite audit independen cenderung sama
antara perusahaan fraud dengan non-fraud.
Hal ini berarti setiap perusahaan telah me-
matuhi peraturan tentang komposisi komite
audit, yang salah satu syaratnya diwajibkan
memiliki komite audit independen. Hal terse-
but terjadi karena nilai IND yang merupakan
proksi dari variabel ineffective monitoring
tidak memiliki perbedaan signifikan. Oleh
karena itu proksi ini tidak dapat di uji lebih
lanjut dengan menggunakan analisis dis-
kriminan. Skousen et al. (2008) dan Beasley
et al. (2010) menemukan adanya pengaruh
efektivitas pengawasan terhadap kemung-
kinan kecurangan. Selain itu Kusumawar­
Tabel 2. Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013
No Industry
Fraud Non Fraud
Aset Sales Aset Sales
1 Agriculture 1213 25 2241 682
2 Mining 19924 11890 23831 19850
3 Basic Industry and Chemicals 17590 20726 4002 4509
4 Miscellaneous Industry 1874 1004 2377 2270
5 Property, Real Estate and Building
Construction
2865 467 2503 430
6 Infrastructure, Utilities, and
Transportation
2273 658 3081 2906
7 Finance 2442 210 3382 1124
8 Trade, Service, and Invesment 24845 2940 24869 20857
Total 73026 37920 66286 52628
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 3. Uji Normalitas Sampel (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
Unstandardized
Residual
N
Normal
Parametersa,b
Most Extreme Differences
Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean
Std.Deviation
Absolute
Positive
Negative
60
,0000000
,49905374
,302
,262
-,302
,302
,000
Sumber: Output SPSS
Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 262
dhani (2012) menemukan bahwa Ineffective
monitoring berpengaruh signifikan terhadap
earning management dengan memproksi-
kannya dengan BDOUT. BDOUT dihitung
dengan jumlah dewan komisaris independen
dibagi dengan total dewan komisaris. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa variabel
ineffective monitoring akan membantu audi-
tor dalam pendeteksian financial statement
fraud. Ineffective monitoring berpengaruh
negatif terhadap earning management.
Nilai AUDREPORT atau laporan auditor
independen yang mendapatkan opini wajar
tanpa pengecualian berdasarkan hasil peng­
ujian di atas cenderung sama antara peru-
sahaan fraud dengan non-fraud. Hal ini be-
rarti setiap perusahaan yang mendapatkan
opini wajar tanpa pengecualian tidak selalu
dikategorikan bersih karena hal tersebut
hanya sebatas wajar dalam penyajian bu-
kan memiliki kebenaran absolut. Hal terse-
but dikarenakan karena nilai AUDREPORT
yang merupakan proksi dari variabel ratio-
nalization tidak memiliki perbedaan signifi-
kan. Oleh karena itu, proksi ini tidak dapat
diuji lebih lanjut dengan menggunakan uji
analisis diskriminan. Konsisten dengan
studi sebelumnya, Aghghaleh et al. (2014)
menyatakan keterbatasan dalam penelitian
mereka yang menemukan ketidakmampuan
mengidentifikasi proxy yang tepat untuk ra-
sionalisasi berdasarkan SAS No.99. Mereka
juga mencatat kesulitan yang terkait dengan
mengisolasi karakteristik yang digunakan
sebagai indikator rasionalisasi.
Nilai SPEC atau auditor spesialis cen-
derung sama antara perusahaan fraud de­
ngan non-fraud. Hal ini berarti setiap auditor
memiliki kemampuan yang sama walaupun
spesialis industri. Hal tersebut dikarenakan
perusahaan yang diaudit oelh auditor spe-
sialis industri tetap tergolong perusahaan
fraud yang terkena sanksi dan kasus OJK.
Nilai SPEC yang merupakan proksi dari
variabel industry specialization tidak memi-
liki perbedaan nilai yang signifikan maka
proksi ini tidak dapat di uji lebih lanjut de­
ngan menggunakan uji analisis diskriminan.
Selanjutnya analisis diskriminan digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian. Variabel
Tabel 4. Uji Mann-Whitney U Aset dan Sales (Test Statistics)
Aset Sales
Mann Whitney U 418,000 378,500
Wilcoxon W 883,000 843,500
Z -,473 -1,057
Asymp. Sig. (2-tailed) ,636 ,290
Sumber: Output SPSS
Tabel 5. Uji Normalitas Variabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal
Parametersa,b
Mean
Std.Deviation
Most Extreme
Differences
Absolute
Test Statistic
Positive
Negative
Asymp. Sig.
(2 tailed)
60
,0000000
,47954291
,246
,246
-,230
,246
,000
Sumber: Output SPSS
263 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
yang dapat diuji dengan analisis diskriminan
yaitu variabel yang telah lolos uji mann-whit-
ney u. Terdapat beberapa tahapan dalam
pengujian dengan menggunakan analisis
diskriminan.
Test of equality of group means. Ini
adalah tahap awal pengujian variabel yang
menggunakan analisis diskriminan. Tahap
ini akan menguji apakah means diantara
kedua variabel independen memiliki perbe-
daan yang signifikan.
Hasil Tabel 7 menunjukkan nilai
ACHANGE yang merupakan proksi dari vari-
able Financial Stability menunjukkan tidak
memiliki perbedaan yang signifikan karena
memiliki nilai signifikansi diatas 0,05. Seba-
liknya ROA memiliki perbedaaan signifikan
karena memiliki nilai signifikansi dibawah
0,05.
Wilks’ lambda. Hasil uji beda di atas
juga dapat dibuktikan dengan melihat nilai
wilk’s lambda dan menentukan ada tidak­
nya perbedaan mean dicriminants score di
antara kedua sampel yang mendukung uji
test of equality of group means.
Pengujian memperoleh nilai signifi-
kansi sebesar 0,018 yang berarti nilai mean
score diskriminan diantara kedua kelompok
memiliki perbedaan signifikan. Nilai di atas
berarti ROA dapat mengidentifikasi peru-
sahaan fraud dan non-fraud. Hal ini terjadi
karena nilai ROA kedua perusahaan terse-
but memiliki perbedaan yang signifikan. Hal
ini juga menjelaskan bahwa hasil pengujian
hipotesis pada uji test of equality of group
means hasilnya benar signifikan, karena
wilks’ Lambda mendukung hasil signifikansi
tersebut. Hal tersebut terjadi karena hanya
ada satu variabel yang signifikan, maka nilai
signifikansi pada uji ini sama dengan test of
equality of group means.
Elgenvalues. Hasil berikut akan
menunjukkan seberapa besar variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel
independen.
Nilai canonical correlation sebesar 0,304
atau besarnya square canonical correlation
(CR2
) sebesar 0,0924 memiliki makna bah-
wa 9% variasi antara kelompok perusahaan
fraud dan non-fraud dapat dijelaskan oleh
variabel diskriminan rasio ROA sedangkan
91% yang lain dijelaskan oleh variabel lain di
luar model ini. Hal tersebut terjadi karena di
luar model ini masih terdapat kemungkinan
variabel lain yang dapat mengidentifikasi
sampel seperti financial stability.
Canonical discriminant function
coefficients. Analisis diskriminan ini akan
menghasilkan suatu koefisien yang mem-
bentuk fungsi diskriminan.
Tabel 10 menyajikan persamaan esti-
masi fungsi diskriminan unstandarized yang
dapat dilihat dari output canonical discrimi-
nant function coefficients dengan hasil se­
bagai berikut: Z = -0,153 + 7,271 ROA. Hasil
ini dapat digunakan untuk mendapatkan ni-
lai diskriminan yang akan menentukan sam-
pel yang masuk ke dalam kelompok perusa-
haan fraud atau non-fraud. Hal ini dilakukan
dengan memasukkan nilai ROA perusahaan
dengan melihat hasil casewise result.
Tabel 6. Uji Mann-Whitney U Variabel Independen
ACHANGE ROA IND AUDREPORT SPEC
Mann-Whitney U 296,500 5,500 434,000 405,000 450,000
Wilcoxon W 761,500 700,500 899,000 870,000 915,000
Z -2,270 -3,171 -,626 -1,076 ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,023 ,002 ,531 ,282 1,000
Sumber: Output SPSS
Tabel 7. Hasil Test of Equality of Group Means
Wilks’ Lambda F df1 df2 Sig.
ACHANGE ,958 2,569 1 58 ,114
ROA ,908 5,892 1 58 ,018
Sumber: output SPSS
Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 264
Functions at group centroids. Ha-
sil dari analisis diskriminan ini juga akan
menghasilkan suatu fungsi untuk menentu-
kan score cut off atau batas sampel masuk
ke dalam kelompok fraud atau non-fraud.
Tabel 11 menunjukkan nilai fungsi pe-
rusahan non-fraud dan fraud masing-masing
sebesar 0,313 dan -0,313. Selanjutnya nilai
score cut off dapat dihitung dengan menggu-
nakan rumus berikut:
score cut off = 0
Maka, berdasarkan nilai tersebut dapat di­
simpulkan, jika:
a. nilai > 0, maka perusahaan masuk ke-
lompok perusahaan fraud.
b. nilai < 0, maka perusahaan masuk ke-
lompok persahaan non-fraud.
Classification result. Bagian terakhir
dari analisis diskriminan adalah pengkla-
sifikasian kelompok. Hasil ini akan menun-
jukkan seberapa tepat pengklasifikasian
kelompok tersebut berdasarkan variabel
independen.
Tabel 12 menunjukkan bahwa analisis
diskriminan mampu menentukan sampel
sebesar 24 perusahaan masuk kategori non-
fraud dan 19 perusahaan masuk kategori
fraud. Klasifikasi tersebut dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Percentage classification = x 100% = 71,66%
Hal ini menunjukkan bahwa model dapat
mengidentifikasi sampel dan dapat mengkla-
sifikasikannya dengan ketetapan yang tinggi
yaitu sebesar 71,66%.
Financial stability dengan kecurang­
an laporan keuangan. Hasil uji signifikansi
yang dilakukan dengan analisis diskrimi-
nan menunjukkan variabel financial stabil-
ity yang diproksikan dengan change in asets
atau ACHANGE memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,114. Meskipun pada tahap awal
pengujian beda antar variabel menunjuk-
kan perbedaan yang signifikan tetapi varia-
bel tidak mampu membedakan kedua pe-
rusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan
setiap perusahaan memiliki kecenderungan
pertumbuhan aset yang sama, walaupun
perusahaan fraud memiliki nilai yang lebih
rendah.
Merujuk hasil pengujian dalam pene-
litian ini, nilai perubahan aset yang dimil-
iki oleh perusahaan fraud dan non-fraud
cenderung sama. Ini menunjukkan bahwa
variabel financial stability tidak dapat mem-
bantu auditor dalam pendeteksian financial
statement fraud. Apabila stabilitas perekono-
mian perusahaan kurang baik, maka tingkat
financial statement fraud akan meningkat.
Tinggi rendahnya stabilitas keuangan pe-
rusahaan tidak menyebabkan manajemen
otomatis akan melakukan kecurangan un-
tuk meningkatkan stabilitas perusahaan.
Rasio perubahan aset merupakan analisis
yang biasa digunakan untuk melihat stabili-
tas keuangan perusahaan. Nilai dari rasio
tersebut ternyata tidak dapat menjadi acuan
suatu perusahaan dalam melakukan fraud.
Hal ini terjadi karena ada faktor lain yang
dapat memengaruhi stabilitas keuangan pe-
rusahaan selain dari dalam perusahaan. Pa-
da kasus perusahaan mengalami pertumbu-
han industri di bawah rata-rata, manajemen
sangat mungkin menggunakan manipu-
lasi laporan keuangan untuk mening­
katkan
tampilan perusahaan (Skousen et al. 2008).
Selain itu salah satu faktor yang memenga-
ruhi stabilitas keuangan adalah lingkungan
bisnis. Umumnya, perusahaan yang me-
miliki bisnis berskala menengah ke bawah
tidak mempunyai teknologi canggih yang
dapat menyimpan seluruh database aset pe-
rusahaan dengan rapi. Oleh karena itu, para
Tabel 8. Hasil Wilks’ Lambda_
Test of Function(s) Wilks’ Lambda Chi-square Df Sig.
1 ,908 5,563 1 ,018
Sumber: ouput SPSS
Tabel 9. Hasil Elgenvalues
Function Eigenvalue % of Variance Cumulative %
Canonical
Correlation
1 ,102a 100,0 100,0 ,304
265 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
pelaku akan mudah meretas masuk dalam
sistem akuntansi perusahaan tersebut.
Lingkungan bisnis meliputi faktor-faktor di-
luar perusahaan yang dapat menimbulkan
peluang atau ancaman (Wispandono 2010).
Hal ini dapat saja terjadi saat perusahaan
memiliki stabilitas keuangan yang rendah,
namun entitas sejenis di industri yang sama
juga memiliki stabilitas yang rendah. Hal
ini tidak menjadi kekhawatiran manajemen
akan kehilangan investor karena kondisi ini
juga dialami oleh pesaing mereka.
Hasil pengujian tersebut juga me-
nyatakan bahwa variabel financial stability
tidak mampu mengidentifikasi perusahaan
yang termasuk dalam kategori fraud dan
non-fraud. Variabel financial stability dalam
penelitian ini disimpulkan tidak dapat men-
deteksi kecurangan laporan keuangan.
Temuan ini mendukung penelitian yang di-
lakukan oleh Ratmono et al. (2013), Listiana
(2012) serta Yesiariani dan Rahayu (2016).
Listiana (2012) menemukan bahwa financial
stability yang diproksikan dengan ACHANGE
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan. ACHANGE
tidak berpengaruh signifikan terhadap fi-
nancial statement fraud yang diproksikan
dengan earning management. Menurut Listi-
ana (2012), hal ini dapat terjadi karena para
manajer tidak serta merta akan memanipu-
lasi laporan keuangan. meskipun demikian
kemungkinan ini bertentangan dengan pene-
litian yang meningkatkan prospek perusa-
haan ketika rata-rata pertumbuh­
an berada
di bawah industri, seperti yang diungkapkan
oleh Skousen et al. (2008). Hal tersebut jus-
tru akan memperparah kondisi keuangan
perusahaan di masa yang akan datang. Ma-
nipulasi laba menyebabkan lapor­
an keuang­
an tidak mencerminkan kondisi perusahaan
yang sebenarnya. Keadaan demikian justru
mempersulit perusahaan untuk mendapat-
kan bantuan dana atau investasi dari pihak
eksternal maupun internal untuk menyela-
matkan mereka ketika terancam oleh kondisi
ekonomi global. Akhirnya, perusahaan akan
sulit untuk berembang dan menjadikan sta-
bilitas semakin buruk di masa depan.
Yesiariani dan Rahayu (2016) me­
nemukan ACHANGE tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap risiko terjadinya
financial statement fraud. Hal ini disebab-
kan perusahaan kemungkinan mempunyai
tingkat pengawasan sangat baik oleh Dewan
Komisaris untuk memonitor dan mengenda-
likan tindakan manajemen. Sehingga, mena-
jemen menghadapi tekanan ketika stabilitas
keuangan terancam oleh keadaaan ekonomi,
industri dan situasi entitas.
Hasil penelitian ini tidak sejalan de­
ngan temuan Skousen et al. (2008), Manu-
rung dan Hadian (2013), Kusumawardhani
(2012), serta Oktaviani et al. (2014) yang
menunjukkan adanya hubungan positif an-
tara financial stability dengan kecurangan
laporan keuangan. Kusumawardhani (2012)
menyatakan variabel financial stability akan
membantu auditor dalam pendeteksian fi-
nancial statement fraud. Apabila stabilitas
perekonomian perusahaan kurang baik,
maka tingkat financial statement fraud akan
meningkat. Financial stability berpengaruh
negatif terhadap earning management. Arti­
Tabel 10. Hasil Function Coefficients
Function
1
ROA 7,271
(Constant) -,153
Sumber: output SPSS
Tabel 11. Hasil Function at Group Centroids
Perusahaan
Function
1
Non-Fraud ,313
Fraud -,313
Sumber: output SPSS
Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 266
nya setiap kenaikan 1 satuan financial stabil-
ity akan diikuti penurunan earning manage-
ment sebesar 6,040 satuan. Hasil ini sesuai
dengan teori yang mengemukakan bahwa
ketika stabilitas keuangan atau profitabili-
tas baik, maka perusahaan tidak mungkin
memanipulasi laba.
Financial targets dengan kecurang­
an laporan keuangan. Hasil uji signifikansi
yang dilakukan dengan analisis diskrimi-
nan menunjukkan variabel financial targets
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,018.
Hal ini berarti terdapat motif yang berbeda
diantara kedua perusahaan tersebut. Pe-
rusahaan fraud cenderung memiliki ROA
yang lebih rendah dibandingkan non-fraud.
Kondisi demikian akan memberikan tun-
tutan kepada manajemen untuk mencapai
target laba yang setidaknya sama dengan
perolehan tahun sebelumnya. Sehingga,
manajemen terpacu untuk melakukan
suatu tindak kecurangan laporan keuangan
(Martantya dan Daljono 2013). Selanjutnya,
menurut Anshar (2012), kecurangan pelapo-
ran keuang­
an sering digunakan oleh peru-
sahaan dalam kondisi krisis finansial dan
dimotivasi oleh oportunisme yang salah arah
(misguided opportunism). Kecurangan mun-
cul karena adanya krisis yang dialami oleh
suatu perusahaan.
Hasil pengujian dalam penelitian ini
menemukan bahwa perusahan yang melaku-
kan fraud memiliki nilai ROA rendah karena
rendahnya laba yang dapat dihasilkan. Hal
ini dapat mengakibatkan manajemen harus
bekerja lebih keras agar dapat memperbaiki
kondisi keuangan perusahaan yang sedang
tidak sehat. Hal tersebut terjadi karena salah
satu indikator dalam menilai kinerja suatu
perusahaan adalah dari nilai rasio profitabil-
itasnya atau ROA (Antari dan Dana 2012).
Motif-motif seperti inilah yang menyebabkan
adanya tekanan yang dihadapi manajemen
dalam menjalankan tugasnya. Di satu sisi
manajemen harus membuat perusahaan be-
rada dalam kondisi keuangan yang bagus. Di
sisi lain manajemen juga tetap pada koridor
peraturan yang ada agar terciptanya Good
Corporate Governance (GCG). Oleh karena
itu, manajemen akan melakukan manipulasi
terhadap kebijakan akuntansi, dan laporan
keuangan serta membuat seminimal mung-
kin manipulasi tersebut dapat disembu­
nyikan dan tidak terdeteksi oleh auditor.
Berdasarkan hasil pengujian di atas,
variabel financial targets yang diproksikan
dengan ROA mampu mengidentifikasi peru-
sahaan yang termasuk dalam kategori fraud
dan non-fraud. Oleh karena itu, variabel fi-
nancial targets disimpulkan dapat mende-
teksi kecurangan laporan keuangan. Perole-
han laba perusahaan yang sesuai dengan
target memicu perhatian para investor. Hal
ini akan mengakibatkan bereaksinya pihak
manajemen perusahaan untuk melakukan
kecurangan. Pihak manajemen perusahaan
akan berusaha mengelola labanya sehingga
laporan keuangan disajikan secara tidak wa-
jar apabila laba yang dihasilkan rendah.
Temuan ini mendukung penelitian Mar-
tantya dan Daljono (2013). Mereka menemu-
kan perusahaan yang melakukan kecuran-
gan cenderung memiliki ROA lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang ti-
dak melakukan kecurangan. Pada penelitian
lain, Anshar (2012) juga menemukan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
kecurangan laporan keuangan. Perusahaan
yang memiliki laba besar mungkin melaku-
kan manajemen laba. ROA tahun sebe­
lumnya yang tinggi menunjukkan tingginya
profitabilitas perusahaan dan menjadikan
target perolehan laba pada tahun berikut-
nya juga demikian. Kondisi demikian mem-
Tabel 12. Hasil klasifikasi
Perusahaan
Predicted Group Membership
Total
Non-Fraud Fraud
Original Count Non-Fraud 24 6 30
Fraud 11 19 30
%
Non-Fraud 80,0 20,0 100,0
Fraud 36,7 63,3 100,0
Sumber: output SPSS
267 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
berikan tuntutan kepada manajemen untuk
mencapai target laba yang setidaknya sama
dengan laba yang diperoleh tahun sebelum-
nya. Kondisi demikian menjadikan manaje-
men terpacu untuk melakukan suatu tindak
financial statement fraud.
Manurung dan Hadian (2013) juga
menemukan bahwa financial target yang di-
proksikan dengan ROA mempunyai penga-
ruh positif terhadap fiancial statement fraud.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Oktaviani et al. (2014) ten-
tang pengaruh tiga variabel pressure (aset
growth, sales growth, return on Aset) dan dua
variabel opportunity. Mereka menemukan
hasil bahwa variabel tersebut secara signifi-
kan dapat memprediksi financial statement
fraud. Oktaviani et al. (2014) menyarankan
bahwa perusahaan fokus pada faktor-faktor
spesifik yang rentan dengan penipuan, teru-
tama mengencangkan peraturan pemerin-
tah, misalnya meningkatkan pengawasan
pada kegiatan operasional dengan meme­
riksa akun tertentu secara random. Peme­
rintah melalui OJK perlu mengambil peran
aktif dalam merumuskan kebijakan, per-
aturan, dan standar dalam upaya untuk
mempersempit peluang penipuan. OJK bisa
mengurangi tekanan dan peluang motivasi
perusahaan dalam melakukan penipuan
dengan mewajibkan memiliki whistleblowing
policy (WBP) berdasarkan regulasi No. X.K.
6 lampiran keputusan ketua OJK: Kep-431/
BL/2012 pada tanggal 1 Agustus 2012 ten-
tang pengajuan laporan tahunan atau pe-
rusahaan yang terdaftar. OJK mendukung
untuk mengencangkan peraturan ini demi
meningkatkan kaulitas keterbukaan infor-
masi laporan tahunan perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan de­
ngan temuan Skousen et al. (2008), Sukir-
man dan Sari (2013), serta Yesiariani dan
Rahayu (2016). Variabel fiancial target tidak
mampu mendeteksi kecurangan terhadap
laporan keuangan. Yesiariani dan rahayu
(2016) menyatakan hal ini berarti karena ra-
sio ROA yang digunakan di dalam penelitian
ini digunakan untuk tujuan jangka pendek.
Padahal, manajer juga harus memikirkan
program jangka panjang agar dapat mening­
katkan keuntungan perusahaan secara
keseluruhan. Kebanyakan tujuan jangka
pendek perusahaan seringkali kurang bisa
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan
secara kesuluruhan, oleh karena itu perusa-
haan harus mengkaji ulang apakah tujuan
yang dibuatnya bisa menghasilkan keun-
tungan secara keseluruhan atau tidak guna
keberlangsungan.
SIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifi-
kan dengan perusahaan non-fraud. Hal ini
berarti variabel financial stability tidak bisa
membuktikan kecurangan laporan keuang­
an. Artinya variabel stabilitas keuang­
an
belum menjadi indikator untuk menentu-
kan kecuangan dalam laporan keuangan.
Variabel financial stability dalam penelitian
ini tidak dapat mendukung hasil penelitian
Kusumawardhani (2012) dan Skousen et
al. (2008). Akan tetapi hasil penelitian ini
mendukung penelitian Ratmono et al. (2013)
serta Sukirman dan Sari (2013) yang tidak
menemukan pengaruh signifikan antara fi-
nancial stability terhadap kecurangan lapo-
ran keuangan.
Financial targets pada perusahaan
fraud memiliki perbedaan yang signifikan
dengan perusahaan non-fraud. Hal ini ber­
arti financial targets dapat mendeteksi ke-
curangan laporan keuangan. Hasil penelitian
ini mendukung temuan Anshar (2012) dan
Martantya dan Daljono (2013) yang mene­
mukan pengaruh yang signifikan financial
targets terhadap kecurangan laporan keuan-
gan. Namun hasil ini tidak mendukung hasil
penelitian Skousen et al. (2008) Sukirman
dan Sari (2013).
Penelitian ini mempunyai sejumlah ke­
terbatasan. Pertama, fraud biasa­
nya sulit
untuk dideteksi oleh faktor-faktor tidak lang-
sung, sehingga penelitian ini hanya meng-
gunakan variabel proxy untuk mengukur
financial stability, financial target, ine­
ffective
monitoring, rationalization dan auditor in-
dustry specialization untuk menye­
lesaikan
model terbaik. Peneliti menurunkan faktor
ineffective monitoring, rationalization dan au-
ditor industry specialization. Kedua, untuk
mensiasati distribusi kecurangan pelaporan
keuangan berbeda untuk perusahaan kecil
dan besar. Sampel peneliti terbatas untuk
perusahaan yang terdaftar BEI.
Berdasarkan model yang ditawarkan
tersebut setelah diuji dengan analisis dis-
kriminan hanya Financial Target yang di-
proksikan dengan ROA yang bisa dijadikan
model dalam mendeteksi kecurangan dalam
laporan keuangan. Penelitian di masa men-
datang diharapkan dapat menyajikan hasil
lebih baik dengan adanya beberapa masuk­
an. Penelitian selanjutnya disarankan untuk
Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 268
menambah sampel penelitian perusahaan
fraud menjadi lebih banyak dan periode
peng­
amatan penelitian yang lebih lama, an-
tara 5 sampai 10 tahun. Penelitian di men-
datang diharapkan dapat menggunakan
internal kontrol sebagai proksi dari varia-
bel opportunity karena belum banyak yang
menggunakan untuk data sekunder. Peneli-
tian lain juga bisa mencari proksi lain untuk
variabel rationalization. Selain itu peneliti
lain sebaik­
nya mendapatkan data perusa-
haan yang terkena kasus setiap tahun mini-
mal 2 tahun untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN
Aghghaleh, S.F., T.M. Iskandar, Z.M. Mo-
hamed. 2014. “Fraud Risk Factors of
Fraud Triangle and the Likelihood of
Fraud Occurrence: Evidence from Ma-
laysia”. Information Management and
Business Review, Vol. 6, No. 1, hlm 1-7.
American Institue of Certified Public Accoun-
tants (AICPA). 2002. Statement of Au-
diting Standard No. 99.
American Institue of Certified Public Ac-
countants (AICPA). 2011. Statement of
Auditing Standard No. 73 (AU Section
336).
Anshar, M. 2012. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kecurangan Pel-
aporan Keuangan pada Perusahaan
Publik di Indonesia. Diunduh 30 Agus-
tus 2016. <http://sibukkerjatugas.
files. wordpress .com/2011/12/anali-
sis-faktor-faktor>.
Antari, D.A.P.P dan I.M. Dana. 2013. “Pen-
garuh Struktur Modal, Kepemilikan
Manajerial dan Kinerja Keuangan ter-
hadap Nilai Perusahaan.”Jurnal Mana-
jemen dan Kewirausahaan, Vol. 2, No.
3, hlm 274-288.
Antonia, E. 2008. Analisis Pengaruh Repu-
tasi Auditor, Proporsi Dewan Komisa-
ris Independen, Leverage, Kepemilikan
Manajerial dan Proporsi Komite Au-
dit Independen terhadap Manajemen
Laba. Diunduh 30 Agustus <http://
eprints.undip.ac.id>.
Association of Certified Public Accountans
(ACFE). 2014. Fraud Examiners Manual
(International Edition). New York.
Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE). 2000. ACFE Reports The Na-
tions 2000.
Balsam, S., J. Krishnan dan J.S. Yang. 2003.
“Auditor Industry Specialization and
Earnings Quality”. Auditing: A Journal
of Practice dan Theory, Vol. 22, No. 2,
hlm 1–5.
Beasley, M.S., J.V. Carcello, D.R. Herman-
son, dan T.L. Neal. 2010. “Fraudulent
Financial reporting 1998–2007, an
Analysis of U.S. Public Companies”.
Committee of Sponsoring Organizations
of the Treadway Commission. Univer-
sity of Tennessee.
Chen, K., dan R.J. Elder. 2007. Fraud Risk
Factors and the Likelohood of Fraudu-
lent Financial Reporting Evidence from
Statement on Auditing Standards No.
43 in Taiwan. Diunduh 30 Agustus
2016. <https://www.researchgate.net/
publication>.
Gul, F.F dan B.S.Y.K. Jaggi. 2009. Earnings
Quality: Some Evidence on the Role of
Auditor Tenure and Auditors’ Industry
Expertise. Diunduh 30 Agustus 2016
<Farsiarticles.com>.
Krishnan, G.V. 2003. “Does Big 6 Auditor
Industry Expertise Constrain Earnings
Management”? Accounting Horizons.
Supplement, hlm 1-16.
Kusumawardhani, P. 2012. Deteksi Financial
Statement Fraud dengan Analisis Fraud
Triangle Pada Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di BEI. Diunduh 30
Agustus 2016. <file:///Users/reskino/
Downloads/2295-4095-1-SM%20(1).
pdf>.
Listiana, L. dan T.P. Susilo. 2012. Fak-
tor- Faktor yang Mempengaruhi Re-
porting Lag Perusahaan. Diunduh 30
Agustus 2016. http://journal.bakrie.
ac.id/index.php/journal_MRA/article/
view/47.
Manurung, D.T.H., dan N. Hadian. 2013.
“Detection Fraud of Financial State-
ment with Fraud Triangle”. Proceedings
of 23rd
International Business Research
Conference, hlm 1-18.
Martantya dan Daljono. 2013. “Pendeteksian
Kecurangan Laporan Keuangan Melalui
Faktor Risiko Tekanan dan Peluang
(Studi Kasus pada Perusahaan yang
Mendapat Sanksi dari Bapepam Peri-
ode 2002-2006)”. Diponegoro Jounal of
Accounting, Vol. 2, No. 2, hlm 1 – 12.
Manao, H. 2015. Laporan Keuangan Kere-
ta Api Diduga Salah. Diunduh 1 April
2015 <http://www.tempo.co/read/
news /2006 /08/07/ 05681332/Lapo-
ran-Keuangan-Kereta-Api-Diduga-
Salah>
269 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
Neal T., and R. Riley. 2004. “Auditor Indus-
try Specialist Research Design”. Audit-
ing: A Journal of Practice and Theory,
Vol. 23, No. 2, hlm 166-177.
Oktaviani, E., G. Karyawati, dan N. Arsy-
ad. 2014. “Factors affecting Financial
Statement Fraud: Fraud Triangle Ap-
proach”. 3rd Economics dan Business
Research Festival, hlm 1939 – 1955.
Priantara, D. 2013. Fraud Auditing dan In-
vestigation. Mitra Wacana Media. Ja-
karta.
PCAOB Staff Audit Practice Alert No. 10.
2012. Maintaining and Applying Profes-
sional Skepticism in Audits. Diunduh
30 Agustus 2016. <www.pcaob.org>.
Ratmono, D, Y. Avrie, dan Purwanto.
2014. “Dapatkah Teori Fraud Triangle
Menjelaskan Kecurangan dalam Lapo-
ran Keuangan”? Simposium Nasional
Akuntansi. Universitas Mataram. Lom-
bok.
Rusmin, R. 2010. “Auditor Quality and Earn-
ings Management: Singaporean Evi-
dence”. Managerial Auditing Journal,
Vol. 25. No. 7, hlm 618 – 638.
Setiawan dan Fitriany. 2011. “Pengaruh
Workload dan Spesialisasi Auditor Ter-
hadap Kualitas Audit dengan Kualitas
Komite Audit Sebagai Variabel Mod-
erasi”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, Vol. 8, No. 1, hlm 36 – 53.
Siregar, S.V., A. Fitriany. V. Wibowo. Ang-
graita. 2011. “Rotasi dan Kualitas Au-
dit: Evaluasi atas Kebijakan Menteri
Keuangan KMK No. 423/KMK.06/2002
tentang Jasa Akuntan Publik”. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia,
Vol. 8, No. 1, hlm 1 – 20.
Skousen, C.J., K.R. Smith, dan C.J. Wright.
2008. “Detecting and Predecting Finan-
cial Statement Fraud: The Effectiveness
of The Fraud Traingle and SAS No. 99”.
Corporate Governance and Firm Perfor-
mance Advances in Financial Economis,
Vol. 13, hlm 53-81.
Sukirman dan Sari. 2013. “Model Kecuran-
gan Berbasis Fraud Triangle Studi Ka-
sus Pada Perusahaan Publik di Indo-
nesia”. Jurnal Akuntansi dan Auditing,
Vol. 9, No. 2, hlm 199 – 225.
Sun, J. dan G. Liu. 2013. “Auditor Industry
Specialization, Board Governance and
Earnings Management”. Managerial
Auditing Journal, Vol. 28, No. 1, hlm 45
– 64.
Wilopo. 2006. “Analisis Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi: Studi Pada Pe-
rusahaan Publik dan Badan Usaha Mi-
lik Negara Di Indonesia ”. Simposium
Nasional Akuntansi 9. Padang.
Wispandono. 2010. “Pengaruh Lingkungan
Bisnis terhadap Kinerja Pengrajin In-
dustri Batik di Kabupaten Bangkalan”.
Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen
Bisnis, Vol. 1, No. 2, hlm 152 – 162.
Yesiariani, M., dan Rahayu, I. 2016. “Anali-
sis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Financial Statement Fraud”. Lampung.
Simposium Nasional Akuntansi XIX.

Más contenido relacionado

Similar a MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE

64ce073012acd0851b4ba9e24ee30a17
64ce073012acd0851b4ba9e24ee30a1764ce073012acd0851b4ba9e24ee30a17
64ce073012acd0851b4ba9e24ee30a17
Adde Niia
 
298-Article Text-1047-1-10-20210925.pdf
298-Article Text-1047-1-10-20210925.pdf298-Article Text-1047-1-10-20210925.pdf
298-Article Text-1047-1-10-20210925.pdf
IreneAprilia2
 
947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf
947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf
947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf
Monica565188
 
22. JURNAL_JOSMAR MUNTHE_123140065
22. JURNAL_JOSMAR MUNTHE_12314006522. JURNAL_JOSMAR MUNTHE_123140065
22. JURNAL_JOSMAR MUNTHE_123140065
Josh Marcell Munthe
 

Similar a MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE (20)

Ppt metodologi penelitian
Ppt metodologi penelitianPpt metodologi penelitian
Ppt metodologi penelitian
 
Faktor - faktor yang mempengaruhi Auditor switching
Faktor - faktor yang mempengaruhi Auditor switchingFaktor - faktor yang mempengaruhi Auditor switching
Faktor - faktor yang mempengaruhi Auditor switching
 
64ce073012acd0851b4ba9e24ee30a17
64ce073012acd0851b4ba9e24ee30a1764ce073012acd0851b4ba9e24ee30a17
64ce073012acd0851b4ba9e24ee30a17
 
Analisis Penggunaan Model Altman Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan pada ...
Analisis Penggunaan Model Altman Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan pada ...Analisis Penggunaan Model Altman Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan pada ...
Analisis Penggunaan Model Altman Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan pada ...
 
Ppt metlit iva rahmawati 12160011 (slide share)
Ppt metlit iva rahmawati 12160011 (slide share)Ppt metlit iva rahmawati 12160011 (slide share)
Ppt metlit iva rahmawati 12160011 (slide share)
 
298-Article Text-1047-1-10-20210925.pdf
298-Article Text-1047-1-10-20210925.pdf298-Article Text-1047-1-10-20210925.pdf
298-Article Text-1047-1-10-20210925.pdf
 
Aspp14
Aspp14Aspp14
Aspp14
 
581-205-2704-1-10-20171206.pdf
581-205-2704-1-10-20171206.pdf581-205-2704-1-10-20171206.pdf
581-205-2704-1-10-20171206.pdf
 
INTERNALISASI GOAL CONGRUANCE UNTUK PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD ...
INTERNALISASI GOAL CONGRUANCE UNTUK PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD   ...INTERNALISASI GOAL CONGRUANCE UNTUK PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD   ...
INTERNALISASI GOAL CONGRUANCE UNTUK PENDETEKSIAN FINANCIAL STATEMENT FRAUD ...
 
Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan
Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunanAnalisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan
Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan
 
Earning Management
Earning ManagementEarning Management
Earning Management
 
Analisis Perbandingan Reaksi Pasar Sebelum dan Sesudah Pengumuman Opini Audit...
Analisis Perbandingan Reaksi Pasar Sebelum dan Sesudah Pengumuman Opini Audit...Analisis Perbandingan Reaksi Pasar Sebelum dan Sesudah Pengumuman Opini Audit...
Analisis Perbandingan Reaksi Pasar Sebelum dan Sesudah Pengumuman Opini Audit...
 
947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf
947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf
947-Article Text-2347-1-10-20200827.pdf
 
Makalah Audit perusahaan (fraud)
Makalah Audit perusahaan (fraud)Makalah Audit perusahaan (fraud)
Makalah Audit perusahaan (fraud)
 
Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Audit Delay terhadap Penerimaan Op...
Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Audit Delay terhadap Penerimaan Op...Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Audit Delay terhadap Penerimaan Op...
Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Audit Delay terhadap Penerimaan Op...
 
KORELASI.pdf
KORELASI.pdfKORELASI.pdf
KORELASI.pdf
 
pelaporan
pelaporanpelaporan
pelaporan
 
6 etika profesi akuntan
6 etika profesi akuntan6 etika profesi akuntan
6 etika profesi akuntan
 
22. JURNAL_JOSMAR MUNTHE_123140065
22. JURNAL_JOSMAR MUNTHE_12314006522. JURNAL_JOSMAR MUNTHE_123140065
22. JURNAL_JOSMAR MUNTHE_123140065
 
Pengaruh Pertumbuhan Laba, Investment Opportunity Set, Leverage dan Ukuran Pe...
Pengaruh Pertumbuhan Laba, Investment Opportunity Set, Leverage dan Ukuran Pe...Pengaruh Pertumbuhan Laba, Investment Opportunity Set, Leverage dan Ukuran Pe...
Pengaruh Pertumbuhan Laba, Investment Opportunity Set, Leverage dan Ukuran Pe...
 

Más de reskino1

Harjati & Reskino (2023).pdf
Harjati & Reskino (2023).pdfHarjati & Reskino (2023).pdf
Harjati & Reskino (2023).pdf
reskino1
 

Más de reskino1 (19)

Accounting for Pensions and Postretirement Benefits
Accounting for Pensions and Postretirement BenefitsAccounting for Pensions and Postretirement Benefits
Accounting for Pensions and Postretirement Benefits
 
Current Liabilities, Provisions, and Contingencies
Current Liabilities,  Provisions, and ContingenciesCurrent Liabilities,  Provisions, and Contingencies
Current Liabilities, Provisions, and Contingencies
 
Intangible Assets
Intangible AssetsIntangible Assets
Intangible Assets
 
Depreciation, Impairments, and Depletion
Depreciation,  Impairments, and DepletionDepreciation,  Impairments, and Depletion
Depreciation, Impairments, and Depletion
 
Acquisition and Disposition of Property, Plant, and Equipment
Acquisition and  Disposition of Property,  Plant, and EquipmentAcquisition and  Disposition of Property,  Plant, and Equipment
Acquisition and Disposition of Property, Plant, and Equipment
 
Inventories: Additional Valuation Issues
Inventories:  Additional Valuation IssuesInventories:  Additional Valuation Issues
Inventories: Additional Valuation Issues
 
Valuation of Inventories: A Cost-Basis Approach
Valuation of Inventories: A Cost-Basis ApproachValuation of Inventories: A Cost-Basis Approach
Valuation of Inventories: A Cost-Basis Approach
 
Harjati & Reskino (2023).pdf
Harjati & Reskino (2023).pdfHarjati & Reskino (2023).pdf
Harjati & Reskino (2023).pdf
 
ch07.pptx
ch07.pptxch07.pptx
ch07.pptx
 
ch06.pptx
ch06.pptxch06.pptx
ch06.pptx
 
Statement of Financial Position and Statement of Cash Flows
Statement of Financial Position and Statement of Cash FlowsStatement of Financial Position and Statement of Cash Flows
Statement of Financial Position and Statement of Cash Flows
 
ch04.pptx
ch04.pptxch04.pptx
ch04.pptx
 
ch03.pptx
ch03.pptxch03.pptx
ch03.pptx
 
Conceptual Framework for Financial Reporting
Conceptual Framework for Financial ReportingConceptual Framework for Financial Reporting
Conceptual Framework for Financial Reporting
 
ch01.pptx
ch01.pptxch01.pptx
ch01.pptx
 
PERAN PEMODERASI KUALITAS AUDIT ATAS PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN PAJAK TAN...
PERAN PEMODERASI KUALITAS AUDIT ATAS PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN PAJAK TAN...PERAN PEMODERASI KUALITAS AUDIT ATAS PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN PAJAK TAN...
PERAN PEMODERASI KUALITAS AUDIT ATAS PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN PAJAK TAN...
 
Pengaruh Organizational Justice Dan Religiosity Terhadap Employee Fraud Denga...
Pengaruh Organizational Justice Dan Religiosity Terhadap Employee Fraud Denga...Pengaruh Organizational Justice Dan Religiosity Terhadap Employee Fraud Denga...
Pengaruh Organizational Justice Dan Religiosity Terhadap Employee Fraud Denga...
 
STUDY OF FRAUD TENDENCY: THE ROLE OF UNETHICAL BEHAVIORS AS MEDIATION
STUDY OF FRAUD TENDENCY: THE ROLE OF UNETHICAL BEHAVIORS AS MEDIATIONSTUDY OF FRAUD TENDENCY: THE ROLE OF UNETHICAL BEHAVIORS AS MEDIATION
STUDY OF FRAUD TENDENCY: THE ROLE OF UNETHICAL BEHAVIORS AS MEDIATION
 
ISLAMIC WORK ETHICS AND ORGANIZATIONAL JUSTICE IMPLEMENTATION IN REACHING ACC...
ISLAMIC WORK ETHICS AND ORGANIZATIONAL JUSTICE IMPLEMENTATION IN REACHING ACC...ISLAMIC WORK ETHICS AND ORGANIZATIONAL JUSTICE IMPLEMENTATION IN REACHING ACC...
ISLAMIC WORK ETHICS AND ORGANIZATIONAL JUSTICE IMPLEMENTATION IN REACHING ACC...
 

Último

Último (10)

bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energi
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 

MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE

  • 1. Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 7 Nomor 2 Halaman 156-323 Malang, Agustus 2016 ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879 256 MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE Reskino1) Muhammad Fakhri Anshori2) 1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Djuanda No. 95 a.Tangsel, Banten. 2) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Djuanda No. 95 a.Tangsel, Banten. e-mail: reskino@uinjkt.ac.id Abstrak: Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan de­ ngan Analisis Fraud Triangle. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini menguji variabel fraud triangle dan auditor spesialis industri dengan kecuran- gan laporan keuangan. Sampel penelitian adalah 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta terkena sanksi dan kasus oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hasil penelitian ini menunjukkan financial targets dapat mendeteksi kecuran- gan laporan keuangan, sedangkan financial stabililty tidak dapat mende- teksi kecurangan laporan keuangan. Abstract: Financial Statement Fraud Detection Model with Fraud Triangle Analysis. The research purposes is to create a model to detect financial statement fraud. This research examines the variable of fraud triangle and auditor industry specialization with financial statement fraud. Samples were 30 companies of fraud and 30 non-fraud companies that were listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) and sanctioned by the Financial Services Authority (FSA). The result shows the financial targets can be detect financial statement fraud, while financial stability can’t be detect financial statement fraud. Kata kunci: analisis fraud triangle, financial targets, financial stability, auditor spesialis industri, kecurangan laporan keuangan. Kecurangan (fraud) ialah suatu per- buatan sengaja untuk menipu, membohongi atau cara-cara yang tidak jujur untuk men- gambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik orang lain baik karena suatu tindakan atau dampak yang fatal dari tindakan itu sendiri (Priantara 2013:5). Kasus kecurangan merupakan salah satu permasalahan yang banyak dihadapi oleh negara-negara tidak hanya di negara maju. Negara berkembang pun seperti Indonesia juga mengalami banyak kasus pelanggaran. Kasus pelanggaran emiten di pasar modal merupakan salah satu permasalahan yang kerap dihadapi oleh badan regulator di bi- dang pasar modal (Sukirman dan Sari 2013). Berdasarkan data yang dimiliki oleh OJK, pada tahun 2011 – 2013 terdapat beberapa perusahaan yang melakukan pelanggaran dan terkena kasus yang berkaitan dengan laporan keuangan dan pelanggaran lainnya. Melihat beberapa tahun ke belakang, kasus pelanggaran juga pernah terjadi di bebera- pa negara dan merupakan kasus skandal akuntansi terbesar. Beasley et al. (2010) me- nyatakan Security and Exchange Commision menuduh 347 perusahaan publik melaku- kan penipuan selama sepuluh periode yaitu antara tahun 1998-2007. Kasus penipuan meningkat tajam dari laporan COSO pada tahun 1999. Skandal akuntansi utama terjadi pada awal tahun 2000-an dimana perusahaan besar terlibat dalam fraud memberikan kontribusi hampir 120 miliar dolar dengan salah saji kumulatif atau penyalahgunaan selama periode 10 ta- hun. Salah satu skandal akuntansi terbesar yang pernah terjadi di dunia adalah kasus Satyam Computer Service India pada tahun 2009. Satyam Computer Service India me- nyajikan laporan keuangan yang salah den- gan melebihkan laba selama beberapa tahun sekitar 1,04 miliar dolar AS, kecurangan ini dilakukan dengan memalsukan accrued in- Tanggal Masuk: 15 Maret 2016 Tanggal Revisi: 26 Juli 2016 Tanggal Diterima: 18 Agustus 2016 http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2016.08.7020
  • 2. 257 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269 terest, understated liability, dan overstated debtors (Priantara 2013:85). Tidak hanya di luar negeri, di Indonesia kasus overstated terbesar juga pernah terjadi yaitu dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) tahun 2005. PT KAI menyajikan laporan keuangan yang salah dengan menyajikan laba sebesar 6,9 miliar rupiah, ketika perusahaan se- dang mengalami kerugian sebesar 63 miliar rupiah dimana hal tersebut diungkapkan oleh komisaris PT KAI (Manao 2015). Selain itu Association of Certified Fraud Examin- ers (ACFE 2014) menyatakan berdasarkan frekuensi tindakan kecurangan yang terjadi, penyalahgunaan aset (aset misappropria- tion) merupakan tindakan kecurangan yang memiliki frekuensi tertinggi disusul oleh ko- rupsi (corruption) dan yang terakhir adalah kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud). Meskipun demikian, finan- cial statement fraud adalah jenis kecuranga atau fraud yang memiliki dampak kecurang­ an yang paling merugikan. Berdasarkan fenomena di atas, hal ini merupakan fakta yang tidak baik bagi ling- kungan industri, khususnya di Indonesia. Untuk meminimalisasi terjadinya kecurang­ an tersebut, penulis memandang dibutuh- kan peran yang lebih oleh auditor selaku pihak yang bertugas memastikan kewaja- ran atas suatu laporan keuangan. Gul et al. (2009) mengatakan bahwa auditor spesialis industri memiliki kemungkinan lebih cer- mat untuk mendeteksi kekeliruan dan pe- nyimpangan terutama ditahun-tahun awal penugasan audit. Audit­ or spesialis biasanya juga menyusun secara spesifik database best practices industri, kesalahan dan risiko suatu industri secara spesifik, serta trans- aksi yang tidak biasa, yang semua itu bertu- juan untuk meningkatkan efektivitas audit (Krishnan 2003). Wilopo (2006) menyatakan bahwa meski kecurangan akuntansi diduga sudah merambah, namun di Indonesia be- lum terdapat kajian teoritis dan empiris secara komprehensif. Penelitian mengenai pendeteksian kecurangan laporan keuangan sebelumnya telah dilakukan oleh Chen dan Elder (2007), Skousen et al. (2008), Antonia (2008). Penjabaran dari teori fraud triangle adalah sebagai berikut: tekanan berasal dari financial stability, external pressure, personal financial needs, dan financial targets, kesem- patan berasal dari nature of industry, inef- fective monitoring, organizational structure, internal control, dan rasionalisasi berkaitan dengan adanya pengetahuan menajemen tentang tindakan kecurangan. Hal tersebut dapat berasal dari pengalaman di masa lalu ataupun hubu­ ngan yang tidak baik dengan auditor. Penelitan ini dimaksudkan untuk membuat model pendeteksian kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan analisis audit fraud triangle. METODE Populasi penelitian ini adalah perusa- haan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terkena sanksi OJK (Otoritas Jasa Keuangan) pada tahun 2011- 2013. Tahun 2011–2013 ini digunakan se- bagai tahun penelitian karena berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Indonesian Com- mercial Newletter (ICN), kalangan industri manufaktur masih cukup besar walaupun sektor ini akan menghadapi tantangan yang cukup berat pada tahun 2012 salah satunya adalah kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik yang banyak menen- tukan daya saing hasil industri baik dipasar domestik maupun pasar ekspor. Keadaan ekonomi negara maju terutama Eropa yang masih dililit krisis finansial juga menjadi an- caman tambahan bagi pertumbuhan sektor ini. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil data. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pur- posive sampling dengan teknik judgement sampling. Kriteria sampel perusahaan fraud merupakan perusahaan yang terdaftar (list- ing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan ter- kena sanksi OJK pada tahun 2011-2013. Sampel perusahaan fraud merupakan pe- rusahaan yang melanggar peraturan Bape- pam nomor IX.E.2 dan VII.G.7. Sampel pe- rusahaan non-fraud merupakan perusahaan yang tidak memiliki indikasi adanya fraud dan jumlah aset dan penjualan yang seband- ing atau hampir sama dengan perusahaan fraud pada tahun 2011-2013 pada sektor in- dustri yang sama. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan audited selama periode 2011-2013. Perusahaan memiliki komite audit independen dan Adanya akses untuk mengunduh laporan keuangan peru- sahaan audited. Adapun model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: FRAUD = ß0 + ß1 ACHANGE + ß2 ROA + ß3 IND + ß4 AUDREPORT + ß5 SPEC + εi
  • 3. Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 258 Keterangan: ß0 = koefisien regresi konstanta ß1,2,3,4,5 = koefisien regresi masing- masing proksi ACHANGE = persentase perubahan total aset selama 2 tahun ROA = rasio tingkat pengembalian aset IND = rasio komite independen AUDREPORT = opini audit laporan ke­ uangan SPEC = auditor spesialis industri εi = error Fraud merupakan variabel dependen dalam penelitian ini dengan menggunakan dummy variabel yaitu 0 untuk perusahaan non-fraud dan 1 untuk perusahan fraud. Variabel independen dalam penelitian ini adalah financial stability, financial targets, ineffective monitoring, rationalizatoin, dan au- ditor industry specialization. Varibel Dummy digunakan dalam penelitian ini untuk mem- bandingkan dua situasi perusahaan yang fraud dan yang tidak fraud dengan melihat pengaruh variabel independen ke dependen. Financial stability adalah kecurangan yang disebabkan oleh tekanan. Salah satu jenisnya adalah stabilitas atau profitabilitas keuangan yang terancam oleh kondisi eko- nomi, industri, atau operasi entitas. Finan- cial stability dalam penelitian ini diproksikan dengan ACHANGE yang merupakan rasio perubahan aset selama dua tahun sebelum terjadinya fraud. Proksi ini telah banyak dipakai oleh peneliti terdahulu di antaranya Skousen et al. (2008), Martantya dan Dal- jono (2013), Manurung dan Hadian (2013), serta Yesiariani dan Rahayu (2016). Proksi ini digunakan karena ACHANGE mengu- kur perubahan aset dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika terjadi kenaikan aset tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu, maka itu menunjukkan perusahaan ti- dak mengalami tekanan stabilitas sehingga dapat digunakan sebagai proksi untuk me- lihat stabilitas keuangan dengan menggu- nakan rumus sebagai berikut: ACHANGE = Total Aset t − Total Aset t−1 Total Aset t Financial targets timbul disebabkan perusahaan sering memasang target be- saran tingkat laba yang harus diperoleh oleh manajemen. Implikasinya hal tersebut memicu timbulnya kecurangan yang dia- kibatkan oleh tekanan untuk menghasil- kan tingkat laba tersebut. Financial targets dalam penelitian ini diproksikan dengan ROA. Skousen et al. (2008), Anshar (2012), Martantya (2013), dan Manurung dan Had- ian (2013), serta Yesiariani dan Rahayu (2016) menggunakan ROA sebagai proksi dari variabel financial targets. ROA digunak- an sebagai proksi karena diperoleh dari laba bersih yang merupakan target keuangan dari manajemen yang dibandingkan dengan total aset sebagai dana kelolaan manajemen. Proksi ini digunakan untuk mengukur target pertumbuhan perusahaan dari laba. Sema- kin besar laba bersih, maka tekanan terha- dap keuangan semakin rendah. ROA meng- gunakan rumus sebagai berikut: ROA = Net Income before extraordinary item t-1 Total Asset t Ineffective monitoring adalah kecurang­ an yang disebabkan oleh peluang. Salah sa- tu jenisnya adalah pemantauan manajemen yang tidak efektif berupa pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelo- la terhadap proses pelaporan keuangan dan pengendalian intern yang tidak efektif (SPAP 2013:47), pada hal ini adalah dewan direksi dan komite audit (SAS No. 99, 2002:46). Bea- sley et al. (2010) dan Skousen et al. (2008) mengamati kejadian fraud antara perusa- haan yang memiliki komite audit. Ineffective monitoring dalam penelitian ini diproksikan dengan komite audit (IND) karena meng­ ukur seberapa efektif komite audit melakukan pe- mantauan pada manajemen dengan melihat jumlah komite audit independen dibanding- kan total komite audit. Ineffective monitoring diukur dengan jumlah anggota komite audit independen. Hal ini disebabkan jika semakin besar jumlah komite audit independen maka pengawasan terhadap laporan keuangan akan semakin tinggi sehingga laporan yang dibuat oleh manajenemn dapat memberikan gambaran yang sebenarnya. Skousen et al. (2008), Beasley et al. (2010) serta Martantya dan Daljono (2013) menggunakan proksi ini untuk mengukur Ineffective monitoring. Komite audit (IND) dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut: IND = Jumlah anggota komite audit independen Jumlah total komite audit Rationalization merupakan kecurang­ an yang disebabkan oleh adanya indikasi manajemen karena memiliki kepentingan yang eksesif dalam menjaga atau mening-
  • 4. 259 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269 katkan harga saham atau tren laba entitas. Upaya menjaga laba yang dimiliki memerlu- kan treatment atau perlakuan tertentu agar laba perusahaan menjadi terlihat bagus, salah satunya menggunakan diskesionari akrual dalam manajemen laba. Penggunaan discresionary akrual menyebabkan suatu perusahaan mungkin mendapatkan opini quailified audit opinions atau wajar dengan pengecualian (Skousen et al. 2008). Ratio- nalization dalam penelitian ini diproksikan de­ngan audit report dimana Skousen et al. (2008) serta Sukirman dan Sari (2013) menggunakan opini audit sebagai proksi dari variabel rasionalisasi. Auditor Industry Specialization adalah auditor yang telah memenuhi syarat ter- tentu yaitu menguasi pangsa pasar audit dalam suatu industri tersebut. Balsam et al. (2003) menggunakan industry market share (menggunakan sales klien). Sebagai upaya mengukur auditor spesialis industri, Neal dan Riley (2004) menjelaskan bahwa audi- tor spesialis industri dapat diukur meng- gunakan pendekatan pangsa pasar (market share approach), yaitu dimana auditor terse- but memiliki pangsa pasar yang berbeda dengan kompetitorya. Selanjutnya, Gul et al. (2009), Sun dan Liu (2013), serta Siregar et al. (2011) mengukur auditor spesialis indus- tri menggunakan market share atau pangsa pasar berdasarkan persentase tertinggi dari total aset perusahaan yang diaudit dalam suatu industri. Suatu KAP dikatakan spesi- alis jika menguasai 20% atau lebih industry market share (Rusmin 2010). Pada penelitian ini peneliti menggunakan perbandingan aset klien untuk mengukur auditor spesialis in- dustri yang dapat dihitung berdasarkan ru- mus sebagai berikut (Setiawan dan Fitriany 2011): SPEC = Jumlah klien KAP dalam industri Jumlah emiten dalam industri x Rerata Aset Klien KAP dalam industri Rerata Aset seluruh emiten dalam industri HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan uji beta t non-paramertik, yaitu mann-whitney u untuk menguji sampel penelitian, variabel penelitian dan uji analisis diskriminan. Pada sampel penelitian, tujuan uji mann-whitney u adalah untuk memastikan bahwa sampel perusahaan fraud dan non-fraud memiliki karakteristik jumlah aset dan sales yang ti- dak berbeda atau dapat dikatakan sama. Pa- da variabel peneliti, tujuan uji mann-whitney u adalah untuk menyeleksi variabel yang dapat diuji dengan analisis diskriminan. Uji analisis diskriminan adalah uji yang digu- nakan untuk mendapatkan jawaban dari ru- musan masalah dalam penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan listing Bursa Efek In- donesia yang terkena sanksi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2011-2013. Pe- rusahaan tersebut merupakan entitas yang terkategori dalam pengelompokkan seluruh industri di BEI. Peneliti mengambil sampel sebanyak 30 perusahaan dari total 74 peru- sahaan fraud yang terkena sanksi OJK yang tersebar di semua industri. Terdapat 72 perusahaan merupakan perusahaan non- sekuritas dan 61 di antaranya terdaftar atau listing di BEI berdasarkan modal atau sa- ham. Selanjutnya, peneliti menyeleksi kem- bali jumlah tersebut dengan kriteria perusa- haan yang melanggar peraturan Bapepam LK No. VIII.G.7 dan IX.E.2 sehingga menyu- sut menjadi 37 perusahaan. Berdasarkan jumlah tersebut, terdapat 30 perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dan ta- hunannya di situs BEI atau situs resmi pe- rusahaan. Dengan demikian, sampel 30 pe- rusahaan fraud itulah yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling dengan judgment sampling. Tabel 1 menyajikan data yang diperoleh peneliti dalam pengumpulan data tersebut. Berdasarkan pada Tabel 1, peneliti menggunakan sampel pembanding peru- sahaan fraud dengan non-fraud. Pemilihan tersebut dilakukan dengan cara memilih perusahaan yang berada pada industri atau core-business yang sama berdasarkan jum- lah aset dan penjualan yang hampir sama. Tabel 2 menunjukkan data pembanding kedua perusahaan. Data di atas terdiri dari 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud sebagai data pembanding agar penelitian ini bisa dilakukan. Peneliti akan menguji sampel tersebut untuk melihat apakah kedua sam- pel memiliki ukuran yang sama. Hal terse- but disebabkan jika ukuran berbeda, maka sampel tidak dapat digunakan dalam pene- litian ini. Uji Mann-Whitney u. Tahap awal pada pengujian data dalam penelitian ini adalah menguji sampel dengan menggunakan uji
  • 5. Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 260 mann-whitney u. Sebelum itu peneliti akan melakukan uji normalitas terlebih dahulu. Berdasarkan tabel 3, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,000. Nilai 0,000 memberi- kan makna bahwa data tidak terdistribusi normal karena nilai signifikansi berada di bawah 0,05. Oleh karena itu, statistik non parametrik dapat digunakan untuk menguji sampel. Selanjutnya, peneliti menggunakan sampel penelitian yang sama yaitu terdiri dari 30 perusahaan fraud dan 30 perusa- haan non fraud. Semuanya diuji dengan menggunakan uji beda non-parametrik atau mann-whitney U untuk melihat karakteris- tik perusahaan berdasarkan jumlah asets dan sales. Hasil uji mann-whitney u pada tabel 4 menunjukkan nilai signifikansi aset 0,636 dan sales 0,290 yang memiliki makna ti- dak terdapat perbedaan signifikan di antara sampel fraud dan non-fraud berdasarkan ukuran perusahaan melalui jumlah aset dan sales karena memiliki nilai signifikansi diatas 0,05. Dengan demikian sampel dapat digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji mann-whitney u pada tabel 4, perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki kara- kteristik asets dan sales yang sama. Penulis menyimpulkan tidak terjadi perbedaan jarak yang signifikan diantara kedua sampel pe- rusahaan tersebut. Hal ini dapat dikatakan perusahaan dapat dibandingkan dan digu- nakan dalam penelitian ini. Berikutnya, peneliti menguji variabel independen dengan uji mann-whitney u. Se- belumnya peneliti akan melakukan uji nor- malitas terlebih dahulu. Tabel 5 menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Nilai ini memi- liki makna bahwa data tidak terdistribusi normal karena nilai signifikansi berada di bawah 0,05. Oleh karena itu, statistik non- parametrik dapat digunakan untuk menguji variabel independen. Selanjutnya, pengujian dilakukan de­ ngan menggunakan sampel yang sama dan melakukan uji beda non-parametrik atau mann-whitney u. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifi- kan di antara kedua sampel dari variabel tersebut. Hasil uji dapat dilihat pada Tabel 6. Nilai ACHANGE perusahaan fraud memiliki perbedaan signifikan dengan non- fraud. Hal ini terjadi karena memiliki nilai signifikansi di bawah 0,05. Sebaliknya nilai IND, AUDREPORT dan SPEC perusahaan Tabel 1. Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013 No Industri Jumlah 1 Agriculture 2 2 Mining 10 3 Basic Industry and Chemicals 13 4 Miscelleneous Industry 3 5 Consumer Goods Industry 1 6 Property, Real Estate and Building Construction 10 7 Infrastructure, Utilities, and Transportation 8 8 Finance 2 9 Trade, Service, and Invesment 13 10 Securities Company 2 11 Private Company 10 Total Perusahaan 74 Perusahaan non sekuritas 72 Perusahaan listing equity atau modal 61 Perusahaan sanksi VIII.G.7 dan IX.E.2 37 Perusahaan memiliki laporan keuangan audited 30
  • 6. 261 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269 fraud tidak berbeda signifikan dengan non- fraud karena memiliki nilai signifikansi di atas 0,05. Berdasarkan hasil ini, variabel yang dapat diuji lebih lanjut dengan meng- gunakan analisis diskriminan adalah proksi ACHANGE dan ROA. Nilai ACHANGE cenderung berbeda antara perusahaan fraud dengan non-fraud. Hal ini berarti terdapat perbedaan pertum- buhan aset karena perusahaan fraud cend- erung memiliki ACHANGE yang lebih rendah dibandingkan non-fraud. Hal ini menunjuk- kan kestabilan pada perusahaan fraud tidak terjaga dan rentan terjadinya kecurangan. Hal tersebut terjadi karena nilai ACHANGE yang merupakan proksi dari variabel finan- cial stability memiliki perbedaan yang signifi- kan. Oleh karena itu proksi ini dapat diuji lebih lanjut dengan menggunakan analisis diskriminan. Nilai ROA cenderung memiliki hasil berbeda antara perusahaan fraud dengan non-fraud. Hal ini berarti terdapat kebijakan akuntansi yang berbeda atau perbedaan ke- mampuan antara perusahaan fraud dan non- fraud. Sedangkan nilai IND atau persentase komite audit independen cenderung sama antara perusahaan fraud dengan non-fraud. Hal ini berarti setiap perusahaan telah me- matuhi peraturan tentang komposisi komite audit, yang salah satu syaratnya diwajibkan memiliki komite audit independen. Hal terse- but terjadi karena nilai IND yang merupakan proksi dari variabel ineffective monitoring tidak memiliki perbedaan signifikan. Oleh karena itu proksi ini tidak dapat di uji lebih lanjut dengan menggunakan analisis dis- kriminan. Skousen et al. (2008) dan Beasley et al. (2010) menemukan adanya pengaruh efektivitas pengawasan terhadap kemung- kinan kecurangan. Selain itu Kusumawar­ Tabel 2. Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013 No Industry Fraud Non Fraud Aset Sales Aset Sales 1 Agriculture 1213 25 2241 682 2 Mining 19924 11890 23831 19850 3 Basic Industry and Chemicals 17590 20726 4002 4509 4 Miscellaneous Industry 1874 1004 2377 2270 5 Property, Real Estate and Building Construction 2865 467 2503 430 6 Infrastructure, Utilities, and Transportation 2273 658 3081 2906 7 Finance 2442 210 3382 1124 8 Trade, Service, and Invesment 24845 2940 24869 20857 Total 73026 37920 66286 52628 Sumber: Data sekunder yang diolah Tabel 3. Uji Normalitas Sampel (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed) Mean Std.Deviation Absolute Positive Negative 60 ,0000000 ,49905374 ,302 ,262 -,302 ,302 ,000 Sumber: Output SPSS
  • 7. Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 262 dhani (2012) menemukan bahwa Ineffective monitoring berpengaruh signifikan terhadap earning management dengan memproksi- kannya dengan BDOUT. BDOUT dihitung dengan jumlah dewan komisaris independen dibagi dengan total dewan komisaris. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel ineffective monitoring akan membantu audi- tor dalam pendeteksian financial statement fraud. Ineffective monitoring berpengaruh negatif terhadap earning management. Nilai AUDREPORT atau laporan auditor independen yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian berdasarkan hasil peng­ ujian di atas cenderung sama antara peru- sahaan fraud dengan non-fraud. Hal ini be- rarti setiap perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian tidak selalu dikategorikan bersih karena hal tersebut hanya sebatas wajar dalam penyajian bu- kan memiliki kebenaran absolut. Hal terse- but dikarenakan karena nilai AUDREPORT yang merupakan proksi dari variabel ratio- nalization tidak memiliki perbedaan signifi- kan. Oleh karena itu, proksi ini tidak dapat diuji lebih lanjut dengan menggunakan uji analisis diskriminan. Konsisten dengan studi sebelumnya, Aghghaleh et al. (2014) menyatakan keterbatasan dalam penelitian mereka yang menemukan ketidakmampuan mengidentifikasi proxy yang tepat untuk ra- sionalisasi berdasarkan SAS No.99. Mereka juga mencatat kesulitan yang terkait dengan mengisolasi karakteristik yang digunakan sebagai indikator rasionalisasi. Nilai SPEC atau auditor spesialis cen- derung sama antara perusahaan fraud de­ ngan non-fraud. Hal ini berarti setiap auditor memiliki kemampuan yang sama walaupun spesialis industri. Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang diaudit oelh auditor spe- sialis industri tetap tergolong perusahaan fraud yang terkena sanksi dan kasus OJK. Nilai SPEC yang merupakan proksi dari variabel industry specialization tidak memi- liki perbedaan nilai yang signifikan maka proksi ini tidak dapat di uji lebih lanjut de­ ngan menggunakan uji analisis diskriminan. Selanjutnya analisis diskriminan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Variabel Tabel 4. Uji Mann-Whitney U Aset dan Sales (Test Statistics) Aset Sales Mann Whitney U 418,000 378,500 Wilcoxon W 883,000 843,500 Z -,473 -1,057 Asymp. Sig. (2-tailed) ,636 ,290 Sumber: Output SPSS Tabel 5. Uji Normalitas Variabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Mean Std.Deviation Most Extreme Differences Absolute Test Statistic Positive Negative Asymp. Sig. (2 tailed) 60 ,0000000 ,47954291 ,246 ,246 -,230 ,246 ,000 Sumber: Output SPSS
  • 8. 263 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269 yang dapat diuji dengan analisis diskriminan yaitu variabel yang telah lolos uji mann-whit- ney u. Terdapat beberapa tahapan dalam pengujian dengan menggunakan analisis diskriminan. Test of equality of group means. Ini adalah tahap awal pengujian variabel yang menggunakan analisis diskriminan. Tahap ini akan menguji apakah means diantara kedua variabel independen memiliki perbe- daan yang signifikan. Hasil Tabel 7 menunjukkan nilai ACHANGE yang merupakan proksi dari vari- able Financial Stability menunjukkan tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena memiliki nilai signifikansi diatas 0,05. Seba- liknya ROA memiliki perbedaaan signifikan karena memiliki nilai signifikansi dibawah 0,05. Wilks’ lambda. Hasil uji beda di atas juga dapat dibuktikan dengan melihat nilai wilk’s lambda dan menentukan ada tidak­ nya perbedaan mean dicriminants score di antara kedua sampel yang mendukung uji test of equality of group means. Pengujian memperoleh nilai signifi- kansi sebesar 0,018 yang berarti nilai mean score diskriminan diantara kedua kelompok memiliki perbedaan signifikan. Nilai di atas berarti ROA dapat mengidentifikasi peru- sahaan fraud dan non-fraud. Hal ini terjadi karena nilai ROA kedua perusahaan terse- but memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini juga menjelaskan bahwa hasil pengujian hipotesis pada uji test of equality of group means hasilnya benar signifikan, karena wilks’ Lambda mendukung hasil signifikansi tersebut. Hal tersebut terjadi karena hanya ada satu variabel yang signifikan, maka nilai signifikansi pada uji ini sama dengan test of equality of group means. Elgenvalues. Hasil berikut akan menunjukkan seberapa besar variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai canonical correlation sebesar 0,304 atau besarnya square canonical correlation (CR2 ) sebesar 0,0924 memiliki makna bah- wa 9% variasi antara kelompok perusahaan fraud dan non-fraud dapat dijelaskan oleh variabel diskriminan rasio ROA sedangkan 91% yang lain dijelaskan oleh variabel lain di luar model ini. Hal tersebut terjadi karena di luar model ini masih terdapat kemungkinan variabel lain yang dapat mengidentifikasi sampel seperti financial stability. Canonical discriminant function coefficients. Analisis diskriminan ini akan menghasilkan suatu koefisien yang mem- bentuk fungsi diskriminan. Tabel 10 menyajikan persamaan esti- masi fungsi diskriminan unstandarized yang dapat dilihat dari output canonical discrimi- nant function coefficients dengan hasil se­ bagai berikut: Z = -0,153 + 7,271 ROA. Hasil ini dapat digunakan untuk mendapatkan ni- lai diskriminan yang akan menentukan sam- pel yang masuk ke dalam kelompok perusa- haan fraud atau non-fraud. Hal ini dilakukan dengan memasukkan nilai ROA perusahaan dengan melihat hasil casewise result. Tabel 6. Uji Mann-Whitney U Variabel Independen ACHANGE ROA IND AUDREPORT SPEC Mann-Whitney U 296,500 5,500 434,000 405,000 450,000 Wilcoxon W 761,500 700,500 899,000 870,000 915,000 Z -2,270 -3,171 -,626 -1,076 ,000 Asymp. Sig. (2-tailed) ,023 ,002 ,531 ,282 1,000 Sumber: Output SPSS Tabel 7. Hasil Test of Equality of Group Means Wilks’ Lambda F df1 df2 Sig. ACHANGE ,958 2,569 1 58 ,114 ROA ,908 5,892 1 58 ,018 Sumber: output SPSS
  • 9. Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 264 Functions at group centroids. Ha- sil dari analisis diskriminan ini juga akan menghasilkan suatu fungsi untuk menentu- kan score cut off atau batas sampel masuk ke dalam kelompok fraud atau non-fraud. Tabel 11 menunjukkan nilai fungsi pe- rusahan non-fraud dan fraud masing-masing sebesar 0,313 dan -0,313. Selanjutnya nilai score cut off dapat dihitung dengan menggu- nakan rumus berikut: score cut off = 0 Maka, berdasarkan nilai tersebut dapat di­ simpulkan, jika: a. nilai > 0, maka perusahaan masuk ke- lompok perusahaan fraud. b. nilai < 0, maka perusahaan masuk ke- lompok persahaan non-fraud. Classification result. Bagian terakhir dari analisis diskriminan adalah pengkla- sifikasian kelompok. Hasil ini akan menun- jukkan seberapa tepat pengklasifikasian kelompok tersebut berdasarkan variabel independen. Tabel 12 menunjukkan bahwa analisis diskriminan mampu menentukan sampel sebesar 24 perusahaan masuk kategori non- fraud dan 19 perusahaan masuk kategori fraud. Klasifikasi tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Percentage classification = x 100% = 71,66% Hal ini menunjukkan bahwa model dapat mengidentifikasi sampel dan dapat mengkla- sifikasikannya dengan ketetapan yang tinggi yaitu sebesar 71,66%. Financial stability dengan kecurang­ an laporan keuangan. Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan analisis diskrimi- nan menunjukkan variabel financial stabil- ity yang diproksikan dengan change in asets atau ACHANGE memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,114. Meskipun pada tahap awal pengujian beda antar variabel menunjuk- kan perbedaan yang signifikan tetapi varia- bel tidak mampu membedakan kedua pe- rusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan setiap perusahaan memiliki kecenderungan pertumbuhan aset yang sama, walaupun perusahaan fraud memiliki nilai yang lebih rendah. Merujuk hasil pengujian dalam pene- litian ini, nilai perubahan aset yang dimil- iki oleh perusahaan fraud dan non-fraud cenderung sama. Ini menunjukkan bahwa variabel financial stability tidak dapat mem- bantu auditor dalam pendeteksian financial statement fraud. Apabila stabilitas perekono- mian perusahaan kurang baik, maka tingkat financial statement fraud akan meningkat. Tinggi rendahnya stabilitas keuangan pe- rusahaan tidak menyebabkan manajemen otomatis akan melakukan kecurangan un- tuk meningkatkan stabilitas perusahaan. Rasio perubahan aset merupakan analisis yang biasa digunakan untuk melihat stabili- tas keuangan perusahaan. Nilai dari rasio tersebut ternyata tidak dapat menjadi acuan suatu perusahaan dalam melakukan fraud. Hal ini terjadi karena ada faktor lain yang dapat memengaruhi stabilitas keuangan pe- rusahaan selain dari dalam perusahaan. Pa- da kasus perusahaan mengalami pertumbu- han industri di bawah rata-rata, manajemen sangat mungkin menggunakan manipu- lasi laporan keuangan untuk mening­ katkan tampilan perusahaan (Skousen et al. 2008). Selain itu salah satu faktor yang memenga- ruhi stabilitas keuangan adalah lingkungan bisnis. Umumnya, perusahaan yang me- miliki bisnis berskala menengah ke bawah tidak mempunyai teknologi canggih yang dapat menyimpan seluruh database aset pe- rusahaan dengan rapi. Oleh karena itu, para Tabel 8. Hasil Wilks’ Lambda_ Test of Function(s) Wilks’ Lambda Chi-square Df Sig. 1 ,908 5,563 1 ,018 Sumber: ouput SPSS Tabel 9. Hasil Elgenvalues Function Eigenvalue % of Variance Cumulative % Canonical Correlation 1 ,102a 100,0 100,0 ,304
  • 10. 265 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269 pelaku akan mudah meretas masuk dalam sistem akuntansi perusahaan tersebut. Lingkungan bisnis meliputi faktor-faktor di- luar perusahaan yang dapat menimbulkan peluang atau ancaman (Wispandono 2010). Hal ini dapat saja terjadi saat perusahaan memiliki stabilitas keuangan yang rendah, namun entitas sejenis di industri yang sama juga memiliki stabilitas yang rendah. Hal ini tidak menjadi kekhawatiran manajemen akan kehilangan investor karena kondisi ini juga dialami oleh pesaing mereka. Hasil pengujian tersebut juga me- nyatakan bahwa variabel financial stability tidak mampu mengidentifikasi perusahaan yang termasuk dalam kategori fraud dan non-fraud. Variabel financial stability dalam penelitian ini disimpulkan tidak dapat men- deteksi kecurangan laporan keuangan. Temuan ini mendukung penelitian yang di- lakukan oleh Ratmono et al. (2013), Listiana (2012) serta Yesiariani dan Rahayu (2016). Listiana (2012) menemukan bahwa financial stability yang diproksikan dengan ACHANGE tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. ACHANGE tidak berpengaruh signifikan terhadap fi- nancial statement fraud yang diproksikan dengan earning management. Menurut Listi- ana (2012), hal ini dapat terjadi karena para manajer tidak serta merta akan memanipu- lasi laporan keuangan. meskipun demikian kemungkinan ini bertentangan dengan pene- litian yang meningkatkan prospek perusa- haan ketika rata-rata pertumbuh­ an berada di bawah industri, seperti yang diungkapkan oleh Skousen et al. (2008). Hal tersebut jus- tru akan memperparah kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Ma- nipulasi laba menyebabkan lapor­ an keuang­ an tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Keadaan demikian justru mempersulit perusahaan untuk mendapat- kan bantuan dana atau investasi dari pihak eksternal maupun internal untuk menyela- matkan mereka ketika terancam oleh kondisi ekonomi global. Akhirnya, perusahaan akan sulit untuk berembang dan menjadikan sta- bilitas semakin buruk di masa depan. Yesiariani dan Rahayu (2016) me­ nemukan ACHANGE tidak berpengaruh positif signifikan terhadap risiko terjadinya financial statement fraud. Hal ini disebab- kan perusahaan kemungkinan mempunyai tingkat pengawasan sangat baik oleh Dewan Komisaris untuk memonitor dan mengenda- likan tindakan manajemen. Sehingga, mena- jemen menghadapi tekanan ketika stabilitas keuangan terancam oleh keadaaan ekonomi, industri dan situasi entitas. Hasil penelitian ini tidak sejalan de­ ngan temuan Skousen et al. (2008), Manu- rung dan Hadian (2013), Kusumawardhani (2012), serta Oktaviani et al. (2014) yang menunjukkan adanya hubungan positif an- tara financial stability dengan kecurangan laporan keuangan. Kusumawardhani (2012) menyatakan variabel financial stability akan membantu auditor dalam pendeteksian fi- nancial statement fraud. Apabila stabilitas perekonomian perusahaan kurang baik, maka tingkat financial statement fraud akan meningkat. Financial stability berpengaruh negatif terhadap earning management. Arti­ Tabel 10. Hasil Function Coefficients Function 1 ROA 7,271 (Constant) -,153 Sumber: output SPSS Tabel 11. Hasil Function at Group Centroids Perusahaan Function 1 Non-Fraud ,313 Fraud -,313 Sumber: output SPSS
  • 11. Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 266 nya setiap kenaikan 1 satuan financial stabil- ity akan diikuti penurunan earning manage- ment sebesar 6,040 satuan. Hasil ini sesuai dengan teori yang mengemukakan bahwa ketika stabilitas keuangan atau profitabili- tas baik, maka perusahaan tidak mungkin memanipulasi laba. Financial targets dengan kecurang­ an laporan keuangan. Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan analisis diskrimi- nan menunjukkan variabel financial targets memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,018. Hal ini berarti terdapat motif yang berbeda diantara kedua perusahaan tersebut. Pe- rusahaan fraud cenderung memiliki ROA yang lebih rendah dibandingkan non-fraud. Kondisi demikian akan memberikan tun- tutan kepada manajemen untuk mencapai target laba yang setidaknya sama dengan perolehan tahun sebelumnya. Sehingga, manajemen terpacu untuk melakukan suatu tindak kecurangan laporan keuangan (Martantya dan Daljono 2013). Selanjutnya, menurut Anshar (2012), kecurangan pelapo- ran keuang­ an sering digunakan oleh peru- sahaan dalam kondisi krisis finansial dan dimotivasi oleh oportunisme yang salah arah (misguided opportunism). Kecurangan mun- cul karena adanya krisis yang dialami oleh suatu perusahaan. Hasil pengujian dalam penelitian ini menemukan bahwa perusahan yang melaku- kan fraud memiliki nilai ROA rendah karena rendahnya laba yang dapat dihasilkan. Hal ini dapat mengakibatkan manajemen harus bekerja lebih keras agar dapat memperbaiki kondisi keuangan perusahaan yang sedang tidak sehat. Hal tersebut terjadi karena salah satu indikator dalam menilai kinerja suatu perusahaan adalah dari nilai rasio profitabil- itasnya atau ROA (Antari dan Dana 2012). Motif-motif seperti inilah yang menyebabkan adanya tekanan yang dihadapi manajemen dalam menjalankan tugasnya. Di satu sisi manajemen harus membuat perusahaan be- rada dalam kondisi keuangan yang bagus. Di sisi lain manajemen juga tetap pada koridor peraturan yang ada agar terciptanya Good Corporate Governance (GCG). Oleh karena itu, manajemen akan melakukan manipulasi terhadap kebijakan akuntansi, dan laporan keuangan serta membuat seminimal mung- kin manipulasi tersebut dapat disembu­ nyikan dan tidak terdeteksi oleh auditor. Berdasarkan hasil pengujian di atas, variabel financial targets yang diproksikan dengan ROA mampu mengidentifikasi peru- sahaan yang termasuk dalam kategori fraud dan non-fraud. Oleh karena itu, variabel fi- nancial targets disimpulkan dapat mende- teksi kecurangan laporan keuangan. Perole- han laba perusahaan yang sesuai dengan target memicu perhatian para investor. Hal ini akan mengakibatkan bereaksinya pihak manajemen perusahaan untuk melakukan kecurangan. Pihak manajemen perusahaan akan berusaha mengelola labanya sehingga laporan keuangan disajikan secara tidak wa- jar apabila laba yang dihasilkan rendah. Temuan ini mendukung penelitian Mar- tantya dan Daljono (2013). Mereka menemu- kan perusahaan yang melakukan kecuran- gan cenderung memiliki ROA lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang ti- dak melakukan kecurangan. Pada penelitian lain, Anshar (2012) juga menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan. Perusahaan yang memiliki laba besar mungkin melaku- kan manajemen laba. ROA tahun sebe­ lumnya yang tinggi menunjukkan tingginya profitabilitas perusahaan dan menjadikan target perolehan laba pada tahun berikut- nya juga demikian. Kondisi demikian mem- Tabel 12. Hasil klasifikasi Perusahaan Predicted Group Membership Total Non-Fraud Fraud Original Count Non-Fraud 24 6 30 Fraud 11 19 30 % Non-Fraud 80,0 20,0 100,0 Fraud 36,7 63,3 100,0 Sumber: output SPSS
  • 12. 267 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269 berikan tuntutan kepada manajemen untuk mencapai target laba yang setidaknya sama dengan laba yang diperoleh tahun sebelum- nya. Kondisi demikian menjadikan manaje- men terpacu untuk melakukan suatu tindak financial statement fraud. Manurung dan Hadian (2013) juga menemukan bahwa financial target yang di- proksikan dengan ROA mempunyai penga- ruh positif terhadap fiancial statement fraud. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani et al. (2014) ten- tang pengaruh tiga variabel pressure (aset growth, sales growth, return on Aset) dan dua variabel opportunity. Mereka menemukan hasil bahwa variabel tersebut secara signifi- kan dapat memprediksi financial statement fraud. Oktaviani et al. (2014) menyarankan bahwa perusahaan fokus pada faktor-faktor spesifik yang rentan dengan penipuan, teru- tama mengencangkan peraturan pemerin- tah, misalnya meningkatkan pengawasan pada kegiatan operasional dengan meme­ riksa akun tertentu secara random. Peme­ rintah melalui OJK perlu mengambil peran aktif dalam merumuskan kebijakan, per- aturan, dan standar dalam upaya untuk mempersempit peluang penipuan. OJK bisa mengurangi tekanan dan peluang motivasi perusahaan dalam melakukan penipuan dengan mewajibkan memiliki whistleblowing policy (WBP) berdasarkan regulasi No. X.K. 6 lampiran keputusan ketua OJK: Kep-431/ BL/2012 pada tanggal 1 Agustus 2012 ten- tang pengajuan laporan tahunan atau pe- rusahaan yang terdaftar. OJK mendukung untuk mengencangkan peraturan ini demi meningkatkan kaulitas keterbukaan infor- masi laporan tahunan perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan de­ ngan temuan Skousen et al. (2008), Sukir- man dan Sari (2013), serta Yesiariani dan Rahayu (2016). Variabel fiancial target tidak mampu mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan. Yesiariani dan rahayu (2016) menyatakan hal ini berarti karena ra- sio ROA yang digunakan di dalam penelitian ini digunakan untuk tujuan jangka pendek. Padahal, manajer juga harus memikirkan program jangka panjang agar dapat mening­ katkan keuntungan perusahaan secara keseluruhan. Kebanyakan tujuan jangka pendek perusahaan seringkali kurang bisa menghasilkan keuntungan bagi perusahaan secara kesuluruhan, oleh karena itu perusa- haan harus mengkaji ulang apakah tujuan yang dibuatnya bisa menghasilkan keun- tungan secara keseluruhan atau tidak guna keberlangsungan. SIMPULAN Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifi- kan dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti variabel financial stability tidak bisa membuktikan kecurangan laporan keuang­ an. Artinya variabel stabilitas keuang­ an belum menjadi indikator untuk menentu- kan kecuangan dalam laporan keuangan. Variabel financial stability dalam penelitian ini tidak dapat mendukung hasil penelitian Kusumawardhani (2012) dan Skousen et al. (2008). Akan tetapi hasil penelitian ini mendukung penelitian Ratmono et al. (2013) serta Sukirman dan Sari (2013) yang tidak menemukan pengaruh signifikan antara fi- nancial stability terhadap kecurangan lapo- ran keuangan. Financial targets pada perusahaan fraud memiliki perbedaan yang signifikan dengan perusahaan non-fraud. Hal ini ber­ arti financial targets dapat mendeteksi ke- curangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung temuan Anshar (2012) dan Martantya dan Daljono (2013) yang mene­ mukan pengaruh yang signifikan financial targets terhadap kecurangan laporan keuan- gan. Namun hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Skousen et al. (2008) Sukirman dan Sari (2013). Penelitian ini mempunyai sejumlah ke­ terbatasan. Pertama, fraud biasa­ nya sulit untuk dideteksi oleh faktor-faktor tidak lang- sung, sehingga penelitian ini hanya meng- gunakan variabel proxy untuk mengukur financial stability, financial target, ine­ ffective monitoring, rationalization dan auditor in- dustry specialization untuk menye­ lesaikan model terbaik. Peneliti menurunkan faktor ineffective monitoring, rationalization dan au- ditor industry specialization. Kedua, untuk mensiasati distribusi kecurangan pelaporan keuangan berbeda untuk perusahaan kecil dan besar. Sampel peneliti terbatas untuk perusahaan yang terdaftar BEI. Berdasarkan model yang ditawarkan tersebut setelah diuji dengan analisis dis- kriminan hanya Financial Target yang di- proksikan dengan ROA yang bisa dijadikan model dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan. Penelitian di masa men- datang diharapkan dapat menyajikan hasil lebih baik dengan adanya beberapa masuk­ an. Penelitian selanjutnya disarankan untuk
  • 13. Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 268 menambah sampel penelitian perusahaan fraud menjadi lebih banyak dan periode peng­ amatan penelitian yang lebih lama, an- tara 5 sampai 10 tahun. Penelitian di men- datang diharapkan dapat menggunakan internal kontrol sebagai proksi dari varia- bel opportunity karena belum banyak yang menggunakan untuk data sekunder. Peneli- tian lain juga bisa mencari proksi lain untuk variabel rationalization. Selain itu peneliti lain sebaik­ nya mendapatkan data perusa- haan yang terkena kasus setiap tahun mini- mal 2 tahun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. DAFTAR RUJUKAN Aghghaleh, S.F., T.M. Iskandar, Z.M. Mo- hamed. 2014. “Fraud Risk Factors of Fraud Triangle and the Likelihood of Fraud Occurrence: Evidence from Ma- laysia”. Information Management and Business Review, Vol. 6, No. 1, hlm 1-7. American Institue of Certified Public Accoun- tants (AICPA). 2002. Statement of Au- diting Standard No. 99. American Institue of Certified Public Ac- countants (AICPA). 2011. Statement of Auditing Standard No. 73 (AU Section 336). Anshar, M. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Pel- aporan Keuangan pada Perusahaan Publik di Indonesia. Diunduh 30 Agus- tus 2016. <http://sibukkerjatugas. files. wordpress .com/2011/12/anali- sis-faktor-faktor>. Antari, D.A.P.P dan I.M. Dana. 2013. “Pen- garuh Struktur Modal, Kepemilikan Manajerial dan Kinerja Keuangan ter- hadap Nilai Perusahaan.”Jurnal Mana- jemen dan Kewirausahaan, Vol. 2, No. 3, hlm 274-288. Antonia, E. 2008. Analisis Pengaruh Repu- tasi Auditor, Proporsi Dewan Komisa- ris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi Komite Au- dit Independen terhadap Manajemen Laba. Diunduh 30 Agustus <http:// eprints.undip.ac.id>. Association of Certified Public Accountans (ACFE). 2014. Fraud Examiners Manual (International Edition). New York. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). 2000. ACFE Reports The Na- tions 2000. Balsam, S., J. Krishnan dan J.S. Yang. 2003. “Auditor Industry Specialization and Earnings Quality”. Auditing: A Journal of Practice dan Theory, Vol. 22, No. 2, hlm 1–5. Beasley, M.S., J.V. Carcello, D.R. Herman- son, dan T.L. Neal. 2010. “Fraudulent Financial reporting 1998–2007, an Analysis of U.S. Public Companies”. Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission. Univer- sity of Tennessee. Chen, K., dan R.J. Elder. 2007. Fraud Risk Factors and the Likelohood of Fraudu- lent Financial Reporting Evidence from Statement on Auditing Standards No. 43 in Taiwan. Diunduh 30 Agustus 2016. <https://www.researchgate.net/ publication>. Gul, F.F dan B.S.Y.K. Jaggi. 2009. Earnings Quality: Some Evidence on the Role of Auditor Tenure and Auditors’ Industry Expertise. Diunduh 30 Agustus 2016 <Farsiarticles.com>. Krishnan, G.V. 2003. “Does Big 6 Auditor Industry Expertise Constrain Earnings Management”? Accounting Horizons. Supplement, hlm 1-16. Kusumawardhani, P. 2012. Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Diunduh 30 Agustus 2016. <file:///Users/reskino/ Downloads/2295-4095-1-SM%20(1). pdf>. Listiana, L. dan T.P. Susilo. 2012. Fak- tor- Faktor yang Mempengaruhi Re- porting Lag Perusahaan. Diunduh 30 Agustus 2016. http://journal.bakrie. ac.id/index.php/journal_MRA/article/ view/47. Manurung, D.T.H., dan N. Hadian. 2013. “Detection Fraud of Financial State- ment with Fraud Triangle”. Proceedings of 23rd International Business Research Conference, hlm 1-18. Martantya dan Daljono. 2013. “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor Risiko Tekanan dan Peluang (Studi Kasus pada Perusahaan yang Mendapat Sanksi dari Bapepam Peri- ode 2002-2006)”. Diponegoro Jounal of Accounting, Vol. 2, No. 2, hlm 1 – 12. Manao, H. 2015. Laporan Keuangan Kere- ta Api Diduga Salah. Diunduh 1 April 2015 <http://www.tempo.co/read/ news /2006 /08/07/ 05681332/Lapo- ran-Keuangan-Kereta-Api-Diduga- Salah>
  • 14. 269 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269 Neal T., and R. Riley. 2004. “Auditor Indus- try Specialist Research Design”. Audit- ing: A Journal of Practice and Theory, Vol. 23, No. 2, hlm 166-177. Oktaviani, E., G. Karyawati, dan N. Arsy- ad. 2014. “Factors affecting Financial Statement Fraud: Fraud Triangle Ap- proach”. 3rd Economics dan Business Research Festival, hlm 1939 – 1955. Priantara, D. 2013. Fraud Auditing dan In- vestigation. Mitra Wacana Media. Ja- karta. PCAOB Staff Audit Practice Alert No. 10. 2012. Maintaining and Applying Profes- sional Skepticism in Audits. Diunduh 30 Agustus 2016. <www.pcaob.org>. Ratmono, D, Y. Avrie, dan Purwanto. 2014. “Dapatkah Teori Fraud Triangle Menjelaskan Kecurangan dalam Lapo- ran Keuangan”? Simposium Nasional Akuntansi. Universitas Mataram. Lom- bok. Rusmin, R. 2010. “Auditor Quality and Earn- ings Management: Singaporean Evi- dence”. Managerial Auditing Journal, Vol. 25. No. 7, hlm 618 – 638. Setiawan dan Fitriany. 2011. “Pengaruh Workload dan Spesialisasi Auditor Ter- hadap Kualitas Audit dengan Kualitas Komite Audit Sebagai Variabel Mod- erasi”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 8, No. 1, hlm 36 – 53. Siregar, S.V., A. Fitriany. V. Wibowo. Ang- graita. 2011. “Rotasi dan Kualitas Au- dit: Evaluasi atas Kebijakan Menteri Keuangan KMK No. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 8, No. 1, hlm 1 – 20. Skousen, C.J., K.R. Smith, dan C.J. Wright. 2008. “Detecting and Predecting Finan- cial Statement Fraud: The Effectiveness of The Fraud Traingle and SAS No. 99”. Corporate Governance and Firm Perfor- mance Advances in Financial Economis, Vol. 13, hlm 53-81. Sukirman dan Sari. 2013. “Model Kecuran- gan Berbasis Fraud Triangle Studi Ka- sus Pada Perusahaan Publik di Indo- nesia”. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol. 9, No. 2, hlm 199 – 225. Sun, J. dan G. Liu. 2013. “Auditor Industry Specialization, Board Governance and Earnings Management”. Managerial Auditing Journal, Vol. 28, No. 1, hlm 45 – 64. Wilopo. 2006. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Pada Pe- rusahaan Publik dan Badan Usaha Mi- lik Negara Di Indonesia ”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang. Wispandono. 2010. “Pengaruh Lingkungan Bisnis terhadap Kinerja Pengrajin In- dustri Batik di Kabupaten Bangkalan”. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol. 1, No. 2, hlm 152 – 162. Yesiariani, M., dan Rahayu, I. 2016. “Anali- sis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud”. Lampung. Simposium Nasional Akuntansi XIX.