1. HASIL OBSERVASI
ANAK TUNARUNGU
Arina Ulfa Latifah
1345041024
Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan kita Allah S.W.T karena berkah dan
rahmatnya tugas laporan akhir semester Pendidikan Anak Tunarungu ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan saya membuat makalah ini selain memenuhi tugas mata kuliah
juga untuk memberi sedikit pengetahuan kepada teman-teman sekalian.
Terimakasih yang sebesar-besarnya atas kesediaannya untuk membaca
makalah ini. Dan saya meminta maaf atas ketidak sempurnaan tugas laporan akhir
semester ini karena saya hanyalah mahasiswa yang sama-sama memerlukan
pembelajaran lebih. Maka dari itu saya meminta kritik dan sarannya.
Makassar, 13 Juni 2014
Penulis
3. BAB 1
A. Latar Belakang
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pada organ
pendengarannya sehingga mengakibatkan ketidakmampuan mendengar, mulai dari
tingkatan yang ringan sampai yang berat sekali yang diklasifikasikan kedalam tuli
(deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).
Hallahan & Kauffman (1991:266) dan Hardman, etal (1990:276) mengemukakan
bahwa orang yang tuli (a deaf person) adalah orang yang mengalami
ketidakmampuan mendengar, sehingga mengalami hambatan dalam memproses
informasi bahasa melalui pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat
bantu dengar (hearing aid). Sedangkan orang yang kurang dengar adalah
seseorang yang biasanya menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya
cukup memungkinkan untuk keberhasilan memproses informasi bahasa, artinya
apabila orang yang kurang dengar tersebut menggunakan hearing aid, ia masih
dapat menangkap pembicaraan malalui pendengarannya..
Gangguan pada organ pendengaran bisa terjadi pada telinga luar, tengah,
maupun bagian dalam. Letak gangguan secara anatomis tersebut
mengklasifikasikan tunarungu menjadi 2 tipe konduktif, sensorineural dan campuran.
Tunarungu tipe konduktif diakibatkan adanya gangguan pada telinga luar dan
tengah, sedangkan tunarungu sensorineural diakibatkan gangguan pada telinga
bagian dalam serta syaraf pendengaran. Adapun tunarungu campuran merupakan
perpaduan antara tipe konduktif dan sensorineural.
Ketunarunguan dapat terjadi pada masa prabahasa dan pasca bahasa.
Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), merupakan kehilangan
pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang,
sedangkan ketunarunguan pasca bahasa (post lingual deafness), merupakan
kehilangan pendengaran yang terjadi setelah berkembangnya kemampuan bicara
dan bahasa secara spontan (Kirk & Gallagher, 1989: 301-302).
Dampak langsung dari ketunarunguan adalah terhambatnya komunikasi
verbal/lisan, baik secara ekspresif (berbicara) maupun reseptif (memahami
pembicaraan orang lain), sehingga sulit berkomunikasi dengan lingkungan orang
mendengar yang lazim menggunakan bahasa verbal sebagai alat komunikasi.
Hambatan dalam berkomunikasi tersebut, berakibat juga pada hambatan dalam
proses pendidikan dan pembelajaran anak tunarungu. Namun demikian anak
tunarungu memiliki potensi untuk belajar berbicara dan berbahasa. Oleh karena itu
anak tungarungu memerlukan layanan khusus untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa dan berbicara, sehingga dapat meminimalisi dampak dari ketunarunguan
yang dialaminya.
4. B. Tujuan
Dengan adanya laporan makalah ini saya bertujuan untuk lebih mengembangkan
pengetahuan tentang anak tunarungu dalam aspek kesehariannya di sekolah,
pembelajaran maupun komunikasi antar teman sebayanya.
BAB 2
A. Karakteristik Anak Tunarungu
1. Menurut Para Ahli
Karakteristik anak tunarungu menurut Permanarian Somad & Tati Hernawati
(1996:35) jika dibandingkan dengan ketunaan yang lain, ketunarunguan tidak
tampak jelas, karena sepintas fisiknya tidak kelihatan mengalami kelainan. Tetapi
sebagai dampak dari ketunarunguannya, anak tunarungu memiliki karakteristik yang
khas. Berikut ini diuraikan karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi inteligensi,
bahasa dan bicara, emosi serta sosial.
Menurut Suparno (2001:14) karakteristik anak tunarungu yang umumnya dimikili
oleh anak tunarungu di antara lain adalah sebagai berikut:
a. Segi Fisik/ Motorik
1) Cara berjalannya agak kaku dan cenderung membentuk.
2) Pernapasannya pendek.
3) Gerakan matanya cepat dan beringas.
4) Gerakan tangan dan kakinya.
5. b. Segi Bahasa
1) Miskin kosa kata
2) Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan dan kata-kata yang abstrak (idiematik)
3) Sulit memahami kalimat-kalimat yang kompleks
4) Kurang menguasai irama dan gaya bahasa.
2. Menurut Hasil Observasi
Berikut ini adalah data anak yang diwawancarai pada tanggal 31 Mei 2014 di
SLB NEGERI PEMBINA MAKASSAR.
Nama : Bambang
Alamat : Bumi Tamalanrea Permai
Umur : 15 Tahun
Agama : Islam
Kelas : 1 SMA
Faktor penyebab tunarungu :
Narasumber menceritakan bahwa dia terjatuh di sungai dan alat
pendengarannya kemasukan air itulah yang menyebabkan dia menderita tunarungu.
Kapan terjadinya:
Narasumber menderita tunarungu pada saat dia berumur 5 tahun dan dilihat
dari faktor penyebab ketunarunguannya, saya menyimpulkan bahwa narasumber
menderita tunarungu setelah kelahiran
Taraf ketunarunguannya:
Taraf ketunarunguan narasumber tersebut adalah ringan karena telinga
bagian kanannya masih bisa mendengarkan sedikit suara.
6. Karakteristik:
Anak ini berbadan tinggi kurus tampak sehat dan tampak seperti anak normal
lainnya. Karena taraf ketunarunguannya rendah, maka anak ini cukup lancar dalam
berkomunikasi walaupun dalam menyusun kalimat ada sedikit kekurangan. Suara
yang dikeluarkan tidak jelas dan terdengar seperti dia hanya menyebutkan huruf
vokal seperti dalam penyebutan kata ‘rumah’ dia hanya menyebutkan ‘uah’.
B. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran
yang diyakini efektifitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penerapan
strategi pembelajaran guru perlu memilih, model-model pembelajaran yang tepat,
metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik mengajar yang menunjang
pelaksanaan metode mengajar.
BAB 3
A. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk pada urgensi penelitian, maka dapat
diuraikan beberapa implikasi dan saran untuk pihak yang terkait sebagai berikut :
1. Guru
Hasil pembelajaran akan jelasan lebih baik apabila dalam perencanaan
pembelajaran, media yang akan digunakan hendaknya dipersiapkan, sehingga pada
saat pembelajaran sudah jelas apa yang akan diajarkan setiap harinya. Guru
diharapkan analisis atau asesmen secara berkelanjutan untuk melakukan perbaikan
ataupun pengayaan.
2. Orang tua
Orang tua diharapkan mampu berkomunikasi kepada guru untuk mengetahui
perkembangan anak, sehingga dapat mengetahui langkah-langkah selanjutnya
untuk diterapkan pada anak.
7. B. Kesimpulan
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pada organ
pendengarannya sehingga mengakibatkan ketidakmampuan mendengar, mulai dari
tingkatan yang ringan sampai yang berat sekali yang diklasifikasikan kedalam tuli
(deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).
Jika dibandingkan dengan ketunaan yang lain, ketunarunguan tidak tampak jelas,
karena sepintas fisiknya tidak kelihatan mengalami kelainan. Tetapi sebagai dampak
dari ketunarunguannya, anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas. Berikut ini
diuraikan karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi inteligensi, bahasa dan
bicara, emosi serta sosial.
Dalam penerapan strategi pembelajaran guru perlu memilih, model-model
pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik mengajar
yang menunjang pelaksanaan metode mengajar.
8. Daftar Pustaka
Cecilia, SY dan Lani Bunawan. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu.
Jakarta: Yayasan Santi Rama
Hernawati, Tati. (2007). Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Berbicara
Anak Tunarungu. JASSI_anakku. Vol 7 (1). Hal: 101-110