SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 28
Kredibilitas
Media Digital
Disusun oleh :
Iwan Setiawan SE, M.I.Kom
Kontak@BungIwan.com
0818 799 543
Kredibilitas media digital rendah karena kerap
mengabaikan verifikasi, mengarah ke koran kuning
(yellow journalism), dan menjadi media
propaganda.
Dewan pers, lembaga independen pengawal
kebebasan pers di Indonesia, sering mendapat
pengaduan dari masyarakat terkait pelanggaran
oleh media atau wartawan.
Anggota Dewan Pers, Nezar Patria, mengatakan,
saking pesatnya perkembangan media digital,
Dewan Pers sering menerima pengaduan terkait
berita di media digital. Tiap tahun angkanya terus
naik. Pada 2012 angkanya mencapai 18 persen.
“Porsi terbesar soal pelanggaran kode etik. Ini terkait
dengan angka wartawan yang membaca kode etik,
yang baru 42 persen, sesuai survei Dewan Pers
tahun 2011,"
Anggota Dewan Pers lainnya, Agus Sudibyo,
mengungkapkan, ada enam jenis pelanggaran kode etik
jurnalistik yang dilakukan oleh media online (media siber,
cyber media):
1. Media online tidak menguji informasi atau melakukan
konfirmasi. Pelanggaran ini terjadi karena media siber
mengutamakan kecepatan tanpa dibarengi dengan
verifikasi. Dilema kecepatan menimbulkan kesalahan
pemberitaan.
2. Berita tidak akurat.
3. Mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi.
4. Tidak berimbang.
5. Tidak menyembunyikan identitas korban kejahatan
susila.
6. Tidak jelas narasumbernya.
Disiplin Verifikasi
Kita lihat pelanggaran media online no. 1 adalah "tidak
akurat". Ini pelanggaran berat karena verifikasi (klarifikasi,
konfirmasi, cek-ricek) merupakan roh jurnalistik. Pengabaian
terhadap prinsip utama jurnalistik ini akan menyebabkan
kredibilitas media online rendah.
Disiplin verifikasi adalah pembeda utama antara jurnalistik
dengan model komunikasi lain seperti propaganda, fiksi, dan
hiburan. Jadi, jika verifikasi terus diabaikan, yang berakibat
tersebarnya berita yang tidak akurat, maka media online pun
akan tidak kredibel, tidak punya integritas, tak bisa
dipercaya, dan akhirnya “mati” karena ditinggalkan
pembaca.
Tugas wartawan/media adalah menginformasikan
atau mengungkap kebenaran (truth). Kebenaran
dalam dunia jurnalistik adalah fakta (fact) yang
disajikan secara akurat (accuracy). Untuk mencapai
akurasi dan kebenaran itulah dibutuhkan verifikasi
(discipline of verification).
Verifikasi bukan saja menjadi pembeda antara
jurnalistik dengan propaganda, fiksi, dan
entertainment news /gosip, tapi juga adalah
pembeda antara jurnalis profesional dengan
wartawan "amatir".
Cepat vs Akurat
Mengapa insan media online sering mengabaikan atau
melanggar disiplin verifikasi? Mereka lebih memilih
kecepatan ketimbang akurasi. Lebih mengedepankan
kecepatan ketimbang akurasi; lebih cenderung menjadi yang
pertama" ketimbang "yang terakurat".
Karaniya Dharmasaputra (Via News) dalam "Jurnalisme
Online: Asal Seru dan Saru?" (Jurnal Dewan Pers Edisi No.
4, Januari 2011) menyatakan, berita online seperti identik
dengan berita asal cepat (berita dua paragraf yang tak jelas
juntrungannya), tak akurat (jangankan mendalam), atau
seperti yang tertera dalam judul ini: asal seru dan saru
(seronok, menjurus ke porno).
Karena itu, tak seperti berita di media cetak dan
televisi, berita online cenderung dianggap tak
punya pengaruh signifikan terhadap pengambilan
kebijakan.
Berita online juga seperti boleh dibuat tanpa
mengindahkan prinsip-prinsip dan kode etik
jurnalistik.
Rumor bisa langsung naik jadi berita, meski belum
dicek kebenarannya. Korban di bawah umur tak
mengapa disebut terang-terangan namanya,
bahkan dimuat fotonya. Gambar kekerasan yang
berdarah-darah dan begitu grafik, langsung saja
diunggah tanpa diedit atau dikaburkan terlebih
dahulu.
"Semua seperti jadi halal. Yang penting menarik,
membuat orang banyak meng-klik, dan trafik
pengunjung jadi tinggi yang diharapkan dapat
menarik lebih banyak pengiklan - Karaniya D.
Media online is the fastest channel untuk
menyebarkan informasi. Media online pun
berlomba untuk menjadi yang tercepat. Tidak
salah, tapi mengabaikan verifikasi sebagai jalan
terbaik untuk akurasi dan kebenaran berita adalah
dosa besar dalam perspektif "fikih jurnalistik”.
Mantan wartawan Tempo dan Gatra, Iwan Qodar
Himawan, dalam jurnalnya menulis, “Tugas
wartawan bukan sekadar menjadi corong,
Wartawan juga dibekali nalar dan kecerdasan
untuk melakukan verifikasi."
• Wartawan media online bahkan sering menulis
berita berdasarkan wawancara via telepon, SMS,
WA, status Facebook, dan kicauan Twitter-ini yang
disebut “Jurnalisme Twitter". Bukan langsung
terjun ke TKP untuk observasi dan verifikasi fakta.
• Insan media online tampaknya mengabaikan
verifikasi karena bisa dengan mudah, kapan dan di
mana saja, mengedit, update, atau bahkan men-
delete (menghapus) berita yang dibuatnya. Selain
itu, toh berita online juga dengan mudah dikoreksi
dan dikomentari oleh pembaca (audience control).
• Sebuah media online "ternama" pernah mengubah
judul berita dalam hitungan menit, ketika judul itu
diprotes; mengubah kesalahan penulisan nama
dubes ketika nama itu ternyata salah; menghapus
berita karena ternyata berita itu hoax (cerita
bohong); dan masih banyak lagi.
• Seorang wartawan situs ternama pernah bercerita,
ia menulis berita hanya berdasarkan telepon
kepada saksi mata sebuah kerusuhan. Tanpa
verifikasi! Akibatnya? Pembaca menghujatnya
habis-habisan via kolom komentar dan share
media sosial! Ini... menurunkan kredibilitas!
• Sering pula media online memuat berita hanya
berdasarkan siaran pers. Tanpa verifikasi.
Akibatnya, berita yang dimuatnya "sepihak” dan
fatalnya. ada dusta di antara kata-kata dalam rilis
itu!
• Sering juga, media online hanya mengutip alias
COPAS berita dari media online lainnya, lalu
diklaim sebagai berita yang dibuat sendiri, tanpa
menyebutkan sumber, apalagi verifikasi sendiri
ke TKP!
Verifikasi adalah roh jurnalisme. Wartawan atau
media online tidak boleh mengabaikan verifikasi
jika ingin "bertahan hidup" kredibilitas dan trust
menjadi taruhan masa depan sebuah media online,
bahkan masa depan jurnalistik secara umum
Jadi koran Kuning?
Koran Kuning adalah sebutan bagi media yang berisi
berita atau informasi seputar "dunia hitam"—
kriminalitas dan seks. "Ideologi" jurnalistik koran
kuning adalah sex and crime dikenal juga dengan
sebutan Yellow Journalism, Yellow Papers, dan Gutter
Journalism (Jurnalisme Got).
Bukan hanya doyan memuat berita asusila, skandal,
cabul dan kriminalitas, koran kuning juga identik
dengan jadul-judul berita yang sensasional,
bombastis, dan dramatis” Kadang isinya tidak sesuai
dengan judul.
Kamus Bahasa Indonesia mengartikan koran
kuning sebagai surat kabar yang sering kali
membuat berita sensasi.
Menurut Ensiklopedia Pers Indonesia (EPI), Yellow
Papers (Koran Kuning) adalah surat kabar yang
isinya lebih banyak sensasi, rumor, dan hal-hal
yang tidak berkaitan dengan upaya pencerdasan
manusia dan merupakan sebuah paradigma yang
lahir pada zaman industri modern di mana telah
ditemukan mesin cetak super canggih yang
kemudian diikuti oleh tumbuhnya dunia hiburan.
Menurut Shirley Biagi dalam Media Impact: An
Introduction to Mass Media (2011), istilah yellow
journalism (koran kuning) dewasa ini digunakan
untuk menggambarkan jurnalisme atau media yang
memperlakukan berita secara tidak profesional dan
tidak etis.
"By extension, the term yellow journalism is used
today as a pejorative to decry any journalism that
treats news in an unprofessional or unethical
fashion."
Dalam buku Kamus Jurnalistik (Simbiosa, Bandung,
2009), mendefinisikan Gutter Journalism sebagai
“gaya jurnalistik yang lebih menonjolkan pemberitaan
tentang dunia hitam atau dunia kotor, yakni seks dan
kejahatan (sex and crime journalism). Jurnalisme
demikian menghasilkan Yellow Papers (koran kuning).
Koran Kuning (Yellowpapers) didefinisikan dengan
"suratkabar yang mementingkan sensasionalisme
dengan eksploitasi masalah seks dan kriminalitas. Ia
menganut paham "Jurnalisme Got" (Gutter Journalism)
yang menonjolkan pemberitaan tentang dunia hitam
atau dunia kotor, yakni seks dan kejahatan (sex and
crime journalism)."
Tentu istilah koran kuning tidak tepat digunakan
untuk media online karena beda format. Yang
tepat adalah istilah Yellow Journalism atau Gutter
Journalism (aspek “ideologi").
Yang dimaksud media online di sini adalah situs-
situs berita atau portal yang memenuhi
karakteristik media massa, antara lain bersifat
melembaga-organisasi media berbadan hukum;
meluas dan serempak; dan bersifat terbuka dapat
diakses siapa saja.
Sejumlah media cetak (surat kabar) memiliki
kredibilitas tinggi di mata publik karena menghindari
Yellow Journalism. Namun, edisi online media-
media tersebut ternyata kadang bahkan sering
"terbawa arus” berburu traffic, pageviews, atau
visitors.
Saat muncul kasus asusila, hampir semua media
online memberitakannya, termasuk media-media
online yang versi cetaknya (koran) dikenal "kredibel"
dan "bukan koran kuning”, baik berita asli
tulisan/liputan wartawannya maupun "copy paste”
dari berita sebelumnya dengan beberapa bagian
diproses "editing"
Persaingan ketat merebut perhatian user internet
rupanya menjadi penyebab banyak media online,
secara sadar ataupun tidak, menjadi koran kuning"
demi trafic. In the sake of trafic!
Media-media online mungkin lupa, berita yang
dipublikasikan bisa dikonsumsi segala kalangan
dan usia. Media online juga mungkin banyak yang
lupa, ada Pedoman Pemberitaan Media Siber
(PPMS) dari Dewan Pers yang menyatakan:
"Media Siber Tidak memuat isi bohong, fitnah,
sadis dan cabul".
Kode etik memang menjadi “masalah klasik” di
kalangan wartawan atau media. Sayangnya,
pelanggaran kode etik "hanya" dikenai sanksi oleh
internal redaksi media, kecuali pelanggaran kode
etik jurnalistik yang sudah masuk wilayah Delik
Pers (pidana) seperti pencemaran nama baik dan
Delik di UU ITE.
Media Propaganda vs Media Jurnalistik
Selain soal disiplin verifikasi, salah satu fenomena
yang berkembang di dunia internet adalah
bermunculannya media propaganda atau media
jurnalistik yang ternyata mengarah ke media
propaganda
Saat ini banyak sekali media online atau situs berita
baru. Media-media siber baru yang lebih pas
disebut "blog berita" ini dipopulerkan (share) di
media sosial, khususnya oleh mereka yang sejalan"
atau "sepemahaman" dengan isi berita/tulisan atau
kebijakan redaksi” (editorial policy)-nya.
Umumnya, konten media-media baru ini
kebanyakan copy paste berita dari media siber
mainstream, lalu "diedit" sedemikian rupa demi
misi tertentu. Jadilah mereka media propaganda,
yaitu media yang "hanya" bertujuan
mempengaruhi pendapat dan sikap publik.
Sebagaimana layaknya propaganda, pemberitaan
media tersebut "tidak obyektif", tetapi
memberikan informasi yang dirancang dan
diseting sedemikan rupa untuk mempengaruhi,
kadang "ngompori” (memanas-manasi) publik
agar benci atau suka kepada seseorang atau
sesuatu.
Sebagaimana layaknya propaganda pula, konten
media-media tersebut "hanya" menyampaikan
fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan
pengaruh tertentu dan lebih bertujuan
menghasilkan reaksi emosional dari pada reaksi
rasional.
Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan
sistematis untuk membentuk persepsi,
memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan
mempengaruhi langsung perilaku agar
memberikan respon sesuai yang dikehendaki
pelaku propaganda.
Media-media propaganda itu mulai bermunculan sejak
menjelang Pemilihan Presiden 2014, pemilu presiden
"terpanas” dalam sejarah politik Indonesia.
Jurnalisme dan propaganda memang tidak jauh alias
"dekat". Propaganda bisa menggunakan teknik
jurnalistik dan jurnalistik bisa berbelok" arah menjadi
propaganda.
Dalam konteks jurnalisme, propaganda berkonotasi
negatif . Propaganda tidak mengemban misi media
jurnalistik yang menurut UU No 40/1999 tentang Pers
berperan sebagai penyampai informasi, hiburan,
pendidikan, dan pengawasan sosial (social control).
Dalam jurnalistik ada kode etik, seperti asas
berimbang (balance) atau covering both side,
akurasi (accuracy), verifikasi dan konfirmasi alias
tabayyun, cek dan ricek, tidak mencampurkan fakta
dan opini, dan sebagainya.
Propaganda tidak mengenal akurasi dan
kebenaran (fakta). Yang penting sampaikan
informasi untuk memengaruhi publik. Prinsip
propaganda adalah sebarkan informasi yang
sekiranya bisa membuat publik suka atau benci
kepada kelompok atau seseorang!
TERIMAKASIH
Iwan Setiawan SE, M.I.Kom
BungIwan.com
0818 799 543

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Pengaruh hoax dan hate speech
Pengaruh hoax dan hate speechPengaruh hoax dan hate speech
Pengaruh hoax dan hate speechNabillah Saputri
 
Konsep Mediamorfosis
Konsep MediamorfosisKonsep Mediamorfosis
Konsep MediamorfosisErwin Rasyid
 
Session 11-12 OPINI DAN PROPAGANDA
Session 11-12 OPINI DAN PROPAGANDASession 11-12 OPINI DAN PROPAGANDA
Session 11-12 OPINI DAN PROPAGANDAAhmad Kurnia
 
Model - Model Komunikasi Massa
Model - Model Komunikasi MassaModel - Model Komunikasi Massa
Model - Model Komunikasi Massaiwan setiawan
 
uses and gratification theory
uses and gratification theoryuses and gratification theory
uses and gratification theoryFaiz Sujudi
 
komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)
komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)
komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)University of Andalas
 
Mitos Komunikasi dan Pembangunan
Mitos Komunikasi dan PembangunanMitos Komunikasi dan Pembangunan
Mitos Komunikasi dan PembangunanAtika Rusli
 
Two Step Flow Theory
Two Step Flow TheoryTwo Step Flow Theory
Two Step Flow TheorySalma Aina
 
Teori jarum hipodermik
Teori jarum hipodermikTeori jarum hipodermik
Teori jarum hipodermikmankoma2013
 
Analisis jaringan komunikasi (gambaran umum)
Analisis jaringan komunikasi (gambaran umum)Analisis jaringan komunikasi (gambaran umum)
Analisis jaringan komunikasi (gambaran umum)Muchlis Soleiman
 
22 manajemen-media-online
22 manajemen-media-online22 manajemen-media-online
22 manajemen-media-onlineali rahman
 
Peranan opinion leader dalam proses komunikasi
Peranan opinion leader dalam proses komunikasiPeranan opinion leader dalam proses komunikasi
Peranan opinion leader dalam proses komunikasiMuchlis Soleiman
 
Media Sosial: Manfaat dan Akibat
Media Sosial: Manfaat dan AkibatMedia Sosial: Manfaat dan Akibat
Media Sosial: Manfaat dan AkibatDamar Juniarto
 
Model aliran banyak tahap
Model aliran banyak tahapModel aliran banyak tahap
Model aliran banyak tahapLusia Tri
 

La actualidad más candente (20)

Pengaruh hoax dan hate speech
Pengaruh hoax dan hate speechPengaruh hoax dan hate speech
Pengaruh hoax dan hate speech
 
Public sphere
Public spherePublic sphere
Public sphere
 
Konsep Mediamorfosis
Konsep MediamorfosisKonsep Mediamorfosis
Konsep Mediamorfosis
 
Session 11-12 OPINI DAN PROPAGANDA
Session 11-12 OPINI DAN PROPAGANDASession 11-12 OPINI DAN PROPAGANDA
Session 11-12 OPINI DAN PROPAGANDA
 
proses komunikasi dalam masyarakat
proses komunikasi dalam masyarakatproses komunikasi dalam masyarakat
proses komunikasi dalam masyarakat
 
Jurnalistik media cetak
Jurnalistik media cetakJurnalistik media cetak
Jurnalistik media cetak
 
Model - Model Komunikasi Massa
Model - Model Komunikasi MassaModel - Model Komunikasi Massa
Model - Model Komunikasi Massa
 
uses and gratification theory
uses and gratification theoryuses and gratification theory
uses and gratification theory
 
Jurnalisme media sosial
Jurnalisme media sosialJurnalisme media sosial
Jurnalisme media sosial
 
komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)
komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)
komunikasi interpersonal (persepsi interpersonal dan konsep diri)
 
Mitos Komunikasi dan Pembangunan
Mitos Komunikasi dan PembangunanMitos Komunikasi dan Pembangunan
Mitos Komunikasi dan Pembangunan
 
Two Step Flow Theory
Two Step Flow TheoryTwo Step Flow Theory
Two Step Flow Theory
 
Teori jarum hipodermik
Teori jarum hipodermikTeori jarum hipodermik
Teori jarum hipodermik
 
Analisis jaringan komunikasi (gambaran umum)
Analisis jaringan komunikasi (gambaran umum)Analisis jaringan komunikasi (gambaran umum)
Analisis jaringan komunikasi (gambaran umum)
 
22 manajemen-media-online
22 manajemen-media-online22 manajemen-media-online
22 manajemen-media-online
 
Peranan opinion leader dalam proses komunikasi
Peranan opinion leader dalam proses komunikasiPeranan opinion leader dalam proses komunikasi
Peranan opinion leader dalam proses komunikasi
 
Media Sosial: Manfaat dan Akibat
Media Sosial: Manfaat dan AkibatMedia Sosial: Manfaat dan Akibat
Media Sosial: Manfaat dan Akibat
 
Model aliran banyak tahap
Model aliran banyak tahapModel aliran banyak tahap
Model aliran banyak tahap
 
Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi SosiopsikologisTradisi Sosiopsikologis
Tradisi Sosiopsikologis
 
Muted Group
Muted GroupMuted Group
Muted Group
 

Similar a Kredibilitas MediaDigital

Sepuluh Elemen Jurnalisme
Sepuluh Elemen JurnalismeSepuluh Elemen Jurnalisme
Sepuluh Elemen JurnalismeAndreas Harsono
 
Realitas Objektif versus Realitas Media
Realitas Objektif versus Realitas MediaRealitas Objektif versus Realitas Media
Realitas Objektif versus Realitas MediaLSP3I
 
Teknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi Humas
Teknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi HumasTeknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi Humas
Teknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi HumasIndiwan Seto wahyu wibowo
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Kontemporer
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme KontemporerKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Kontemporer
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme KontemporerDiana Amelia Bagti
 
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat PropagandaDunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat PropagandaLSP3I
 
Sepuluh elemen jurnalisme
Sepuluh elemen jurnalismeSepuluh elemen jurnalisme
Sepuluh elemen jurnalismebahanamahasiswa
 
Etika Jurnalistik materi 3 pertemuan ke 6.pptx
Etika Jurnalistik materi 3 pertemuan ke 6.pptxEtika Jurnalistik materi 3 pertemuan ke 6.pptx
Etika Jurnalistik materi 3 pertemuan ke 6.pptxMiaABZ
 
Artikel b.indo revisi 2 (1)
Artikel b.indo revisi 2  (1)Artikel b.indo revisi 2  (1)
Artikel b.indo revisi 2 (1)AgungSFajar
 
demokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).ppt
demokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).pptdemokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).ppt
demokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).pptChandraSetyawan10
 
Covid19 dan Media
Covid19 dan Media Covid19 dan Media
Covid19 dan Media LSP3I
 
Pengaruh kemajuan teknologi terhadap surat kabar
Pengaruh kemajuan teknologi terhadap surat kabarPengaruh kemajuan teknologi terhadap surat kabar
Pengaruh kemajuan teknologi terhadap surat kabarAlfiahSeptianiSiradj
 

Similar a Kredibilitas MediaDigital (20)

Jurnalisme Warga 1
Jurnalisme Warga 1Jurnalisme Warga 1
Jurnalisme Warga 1
 
Sepuluh Elemen Jurnalisme
Sepuluh Elemen JurnalismeSepuluh Elemen Jurnalisme
Sepuluh Elemen Jurnalisme
 
Berita news
Berita newsBerita news
Berita news
 
Realitas Objektif versus Realitas Media
Realitas Objektif versus Realitas MediaRealitas Objektif versus Realitas Media
Realitas Objektif versus Realitas Media
 
Teknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi Humas
Teknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi HumasTeknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi Humas
Teknik penulisan berita dan Feature bagi Praktisi Humas
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Kontemporer
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme KontemporerKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Kontemporer
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Kontemporer
 
Soalan
SoalanSoalan
Soalan
 
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat PropagandaDunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
Dunia maya; Informasi Sampah dan Alat Propaganda
 
Sepuluh elemen jurnalisme
Sepuluh elemen jurnalismeSepuluh elemen jurnalisme
Sepuluh elemen jurnalisme
 
Potret pers jakarta 2013 ok ref
Potret pers jakarta 2013 ok refPotret pers jakarta 2013 ok ref
Potret pers jakarta 2013 ok ref
 
Etika Jurnalistik materi 3 pertemuan ke 6.pptx
Etika Jurnalistik materi 3 pertemuan ke 6.pptxEtika Jurnalistik materi 3 pertemuan ke 6.pptx
Etika Jurnalistik materi 3 pertemuan ke 6.pptx
 
Artikel b.indo revisi 2 (1)
Artikel b.indo revisi 2  (1)Artikel b.indo revisi 2  (1)
Artikel b.indo revisi 2 (1)
 
Pengantar Citizen Journalisme
Pengantar Citizen JournalismePengantar Citizen Journalisme
Pengantar Citizen Journalisme
 
Pancasila kelompok 5
Pancasila kelompok 5Pancasila kelompok 5
Pancasila kelompok 5
 
Menjadi Jurnalis
Menjadi JurnalisMenjadi Jurnalis
Menjadi Jurnalis
 
Jurnalis dan sosial media
Jurnalis dan sosial mediaJurnalis dan sosial media
Jurnalis dan sosial media
 
Literasi Media
Literasi MediaLiterasi Media
Literasi Media
 
demokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).ppt
demokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).pptdemokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).ppt
demokrasi bukan sekedar narasi (Materi 4).ppt
 
Covid19 dan Media
Covid19 dan Media Covid19 dan Media
Covid19 dan Media
 
Pengaruh kemajuan teknologi terhadap surat kabar
Pengaruh kemajuan teknologi terhadap surat kabarPengaruh kemajuan teknologi terhadap surat kabar
Pengaruh kemajuan teknologi terhadap surat kabar
 

Más de iwan setiawan

Rebrandingvs Reposition
Rebrandingvs RepositionRebrandingvs Reposition
Rebrandingvs Repositioniwan setiawan
 
12 Rumusan Dasar Produk & STP R
12 Rumusan Dasar Produk & STP R12 Rumusan Dasar Produk & STP R
12 Rumusan Dasar Produk & STP Riwan setiawan
 
Formula Membuat Merek
Formula Membuat MerekFormula Membuat Merek
Formula Membuat Merekiwan setiawan
 
Mengembangkan Bisnis Di Era Digital
Mengembangkan Bisnis Di Era DigitalMengembangkan Bisnis Di Era Digital
Mengembangkan Bisnis Di Era Digitaliwan setiawan
 
Komunikasi Bisnis Digital
Komunikasi Bisnis DigitalKomunikasi Bisnis Digital
Komunikasi Bisnis Digitaliwan setiawan
 
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)Etika Komunikasi Massa (lanjutan)
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)iwan setiawan
 
Etika Komunikasi Massa 2
Etika Komunikasi Massa 2Etika Komunikasi Massa 2
Etika Komunikasi Massa 2iwan setiawan
 
Clickbait Journalism
Clickbait JournalismClickbait Journalism
Clickbait Journalismiwan setiawan
 
Jurnalisme Media Sosial
Jurnalisme Media SosialJurnalisme Media Sosial
Jurnalisme Media Sosialiwan setiawan
 
Desain Media Digital : Tipografi
Desain Media Digital : TipografiDesain Media Digital : Tipografi
Desain Media Digital : Tipografiiwan setiawan
 
Etika Komunikasi Massa 1
Etika Komunikasi Massa 1Etika Komunikasi Massa 1
Etika Komunikasi Massa 1iwan setiawan
 
Gaya Penulisan Naskah Digital
Gaya Penulisan Naskah DigitalGaya Penulisan Naskah Digital
Gaya Penulisan Naskah Digitaliwan setiawan
 
Radio dan Televisi Digital
Radio dan Televisi DigitalRadio dan Televisi Digital
Radio dan Televisi Digitaliwan setiawan
 
Sprintesgold Product Knowledge 2020
Sprintesgold Product Knowledge 2020Sprintesgold Product Knowledge 2020
Sprintesgold Product Knowledge 2020iwan setiawan
 
UTS Manajemen Media Digital
UTS Manajemen Media DigitalUTS Manajemen Media Digital
UTS Manajemen Media Digitaliwan setiawan
 
Efek Efek Komunikasi Massa
Efek Efek Komunikasi MassaEfek Efek Komunikasi Massa
Efek Efek Komunikasi Massaiwan setiawan
 
Teori Teori Komunikasi Massa
Teori Teori Komunikasi MassaTeori Teori Komunikasi Massa
Teori Teori Komunikasi Massaiwan setiawan
 

Más de iwan setiawan (20)

Rebrandingvs Reposition
Rebrandingvs RepositionRebrandingvs Reposition
Rebrandingvs Reposition
 
12 Rumusan Dasar Produk & STP R
12 Rumusan Dasar Produk & STP R12 Rumusan Dasar Produk & STP R
12 Rumusan Dasar Produk & STP R
 
Formula Membuat Merek
Formula Membuat MerekFormula Membuat Merek
Formula Membuat Merek
 
Mengembangkan Bisnis Di Era Digital
Mengembangkan Bisnis Di Era DigitalMengembangkan Bisnis Di Era Digital
Mengembangkan Bisnis Di Era Digital
 
Strategi Kreatif
Strategi KreatifStrategi Kreatif
Strategi Kreatif
 
Komunikasi Bisnis Digital
Komunikasi Bisnis DigitalKomunikasi Bisnis Digital
Komunikasi Bisnis Digital
 
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)Etika Komunikasi Massa (lanjutan)
Etika Komunikasi Massa (lanjutan)
 
Etika Komunikasi Massa 2
Etika Komunikasi Massa 2Etika Komunikasi Massa 2
Etika Komunikasi Massa 2
 
Clickbait Journalism
Clickbait JournalismClickbait Journalism
Clickbait Journalism
 
Jurnalisme Media Sosial
Jurnalisme Media SosialJurnalisme Media Sosial
Jurnalisme Media Sosial
 
Desain Media Digital : Tipografi
Desain Media Digital : TipografiDesain Media Digital : Tipografi
Desain Media Digital : Tipografi
 
Etika Komunikasi Massa 1
Etika Komunikasi Massa 1Etika Komunikasi Massa 1
Etika Komunikasi Massa 1
 
Gaya Penulisan Naskah Digital
Gaya Penulisan Naskah DigitalGaya Penulisan Naskah Digital
Gaya Penulisan Naskah Digital
 
Radio dan Televisi Digital
Radio dan Televisi DigitalRadio dan Televisi Digital
Radio dan Televisi Digital
 
Chloskin
Chloskin   Chloskin
Chloskin
 
Sprintesgold Product Knowledge 2020
Sprintesgold Product Knowledge 2020Sprintesgold Product Knowledge 2020
Sprintesgold Product Knowledge 2020
 
Media Sosial
Media SosialMedia Sosial
Media Sosial
 
UTS Manajemen Media Digital
UTS Manajemen Media DigitalUTS Manajemen Media Digital
UTS Manajemen Media Digital
 
Efek Efek Komunikasi Massa
Efek Efek Komunikasi MassaEfek Efek Komunikasi Massa
Efek Efek Komunikasi Massa
 
Teori Teori Komunikasi Massa
Teori Teori Komunikasi MassaTeori Teori Komunikasi Massa
Teori Teori Komunikasi Massa
 

Último

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 

Último (20)

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 

Kredibilitas MediaDigital

  • 1. Kredibilitas Media Digital Disusun oleh : Iwan Setiawan SE, M.I.Kom Kontak@BungIwan.com 0818 799 543
  • 2. Kredibilitas media digital rendah karena kerap mengabaikan verifikasi, mengarah ke koran kuning (yellow journalism), dan menjadi media propaganda. Dewan pers, lembaga independen pengawal kebebasan pers di Indonesia, sering mendapat pengaduan dari masyarakat terkait pelanggaran oleh media atau wartawan.
  • 3. Anggota Dewan Pers, Nezar Patria, mengatakan, saking pesatnya perkembangan media digital, Dewan Pers sering menerima pengaduan terkait berita di media digital. Tiap tahun angkanya terus naik. Pada 2012 angkanya mencapai 18 persen. “Porsi terbesar soal pelanggaran kode etik. Ini terkait dengan angka wartawan yang membaca kode etik, yang baru 42 persen, sesuai survei Dewan Pers tahun 2011,"
  • 4. Anggota Dewan Pers lainnya, Agus Sudibyo, mengungkapkan, ada enam jenis pelanggaran kode etik jurnalistik yang dilakukan oleh media online (media siber, cyber media): 1. Media online tidak menguji informasi atau melakukan konfirmasi. Pelanggaran ini terjadi karena media siber mengutamakan kecepatan tanpa dibarengi dengan verifikasi. Dilema kecepatan menimbulkan kesalahan pemberitaan. 2. Berita tidak akurat. 3. Mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi. 4. Tidak berimbang. 5. Tidak menyembunyikan identitas korban kejahatan susila. 6. Tidak jelas narasumbernya.
  • 5. Disiplin Verifikasi Kita lihat pelanggaran media online no. 1 adalah "tidak akurat". Ini pelanggaran berat karena verifikasi (klarifikasi, konfirmasi, cek-ricek) merupakan roh jurnalistik. Pengabaian terhadap prinsip utama jurnalistik ini akan menyebabkan kredibilitas media online rendah. Disiplin verifikasi adalah pembeda utama antara jurnalistik dengan model komunikasi lain seperti propaganda, fiksi, dan hiburan. Jadi, jika verifikasi terus diabaikan, yang berakibat tersebarnya berita yang tidak akurat, maka media online pun akan tidak kredibel, tidak punya integritas, tak bisa dipercaya, dan akhirnya “mati” karena ditinggalkan pembaca.
  • 6. Tugas wartawan/media adalah menginformasikan atau mengungkap kebenaran (truth). Kebenaran dalam dunia jurnalistik adalah fakta (fact) yang disajikan secara akurat (accuracy). Untuk mencapai akurasi dan kebenaran itulah dibutuhkan verifikasi (discipline of verification). Verifikasi bukan saja menjadi pembeda antara jurnalistik dengan propaganda, fiksi, dan entertainment news /gosip, tapi juga adalah pembeda antara jurnalis profesional dengan wartawan "amatir".
  • 7. Cepat vs Akurat Mengapa insan media online sering mengabaikan atau melanggar disiplin verifikasi? Mereka lebih memilih kecepatan ketimbang akurasi. Lebih mengedepankan kecepatan ketimbang akurasi; lebih cenderung menjadi yang pertama" ketimbang "yang terakurat". Karaniya Dharmasaputra (Via News) dalam "Jurnalisme Online: Asal Seru dan Saru?" (Jurnal Dewan Pers Edisi No. 4, Januari 2011) menyatakan, berita online seperti identik dengan berita asal cepat (berita dua paragraf yang tak jelas juntrungannya), tak akurat (jangankan mendalam), atau seperti yang tertera dalam judul ini: asal seru dan saru (seronok, menjurus ke porno).
  • 8. Karena itu, tak seperti berita di media cetak dan televisi, berita online cenderung dianggap tak punya pengaruh signifikan terhadap pengambilan kebijakan. Berita online juga seperti boleh dibuat tanpa mengindahkan prinsip-prinsip dan kode etik jurnalistik.
  • 9. Rumor bisa langsung naik jadi berita, meski belum dicek kebenarannya. Korban di bawah umur tak mengapa disebut terang-terangan namanya, bahkan dimuat fotonya. Gambar kekerasan yang berdarah-darah dan begitu grafik, langsung saja diunggah tanpa diedit atau dikaburkan terlebih dahulu. "Semua seperti jadi halal. Yang penting menarik, membuat orang banyak meng-klik, dan trafik pengunjung jadi tinggi yang diharapkan dapat menarik lebih banyak pengiklan - Karaniya D.
  • 10. Media online is the fastest channel untuk menyebarkan informasi. Media online pun berlomba untuk menjadi yang tercepat. Tidak salah, tapi mengabaikan verifikasi sebagai jalan terbaik untuk akurasi dan kebenaran berita adalah dosa besar dalam perspektif "fikih jurnalistik”. Mantan wartawan Tempo dan Gatra, Iwan Qodar Himawan, dalam jurnalnya menulis, “Tugas wartawan bukan sekadar menjadi corong, Wartawan juga dibekali nalar dan kecerdasan untuk melakukan verifikasi."
  • 11. • Wartawan media online bahkan sering menulis berita berdasarkan wawancara via telepon, SMS, WA, status Facebook, dan kicauan Twitter-ini yang disebut “Jurnalisme Twitter". Bukan langsung terjun ke TKP untuk observasi dan verifikasi fakta. • Insan media online tampaknya mengabaikan verifikasi karena bisa dengan mudah, kapan dan di mana saja, mengedit, update, atau bahkan men- delete (menghapus) berita yang dibuatnya. Selain itu, toh berita online juga dengan mudah dikoreksi dan dikomentari oleh pembaca (audience control).
  • 12. • Sebuah media online "ternama" pernah mengubah judul berita dalam hitungan menit, ketika judul itu diprotes; mengubah kesalahan penulisan nama dubes ketika nama itu ternyata salah; menghapus berita karena ternyata berita itu hoax (cerita bohong); dan masih banyak lagi. • Seorang wartawan situs ternama pernah bercerita, ia menulis berita hanya berdasarkan telepon kepada saksi mata sebuah kerusuhan. Tanpa verifikasi! Akibatnya? Pembaca menghujatnya habis-habisan via kolom komentar dan share media sosial! Ini... menurunkan kredibilitas!
  • 13. • Sering pula media online memuat berita hanya berdasarkan siaran pers. Tanpa verifikasi. Akibatnya, berita yang dimuatnya "sepihak” dan fatalnya. ada dusta di antara kata-kata dalam rilis itu! • Sering juga, media online hanya mengutip alias COPAS berita dari media online lainnya, lalu diklaim sebagai berita yang dibuat sendiri, tanpa menyebutkan sumber, apalagi verifikasi sendiri ke TKP!
  • 14. Verifikasi adalah roh jurnalisme. Wartawan atau media online tidak boleh mengabaikan verifikasi jika ingin "bertahan hidup" kredibilitas dan trust menjadi taruhan masa depan sebuah media online, bahkan masa depan jurnalistik secara umum
  • 15. Jadi koran Kuning? Koran Kuning adalah sebutan bagi media yang berisi berita atau informasi seputar "dunia hitam"— kriminalitas dan seks. "Ideologi" jurnalistik koran kuning adalah sex and crime dikenal juga dengan sebutan Yellow Journalism, Yellow Papers, dan Gutter Journalism (Jurnalisme Got). Bukan hanya doyan memuat berita asusila, skandal, cabul dan kriminalitas, koran kuning juga identik dengan jadul-judul berita yang sensasional, bombastis, dan dramatis” Kadang isinya tidak sesuai dengan judul.
  • 16. Kamus Bahasa Indonesia mengartikan koran kuning sebagai surat kabar yang sering kali membuat berita sensasi. Menurut Ensiklopedia Pers Indonesia (EPI), Yellow Papers (Koran Kuning) adalah surat kabar yang isinya lebih banyak sensasi, rumor, dan hal-hal yang tidak berkaitan dengan upaya pencerdasan manusia dan merupakan sebuah paradigma yang lahir pada zaman industri modern di mana telah ditemukan mesin cetak super canggih yang kemudian diikuti oleh tumbuhnya dunia hiburan.
  • 17. Menurut Shirley Biagi dalam Media Impact: An Introduction to Mass Media (2011), istilah yellow journalism (koran kuning) dewasa ini digunakan untuk menggambarkan jurnalisme atau media yang memperlakukan berita secara tidak profesional dan tidak etis. "By extension, the term yellow journalism is used today as a pejorative to decry any journalism that treats news in an unprofessional or unethical fashion."
  • 18. Dalam buku Kamus Jurnalistik (Simbiosa, Bandung, 2009), mendefinisikan Gutter Journalism sebagai “gaya jurnalistik yang lebih menonjolkan pemberitaan tentang dunia hitam atau dunia kotor, yakni seks dan kejahatan (sex and crime journalism). Jurnalisme demikian menghasilkan Yellow Papers (koran kuning). Koran Kuning (Yellowpapers) didefinisikan dengan "suratkabar yang mementingkan sensasionalisme dengan eksploitasi masalah seks dan kriminalitas. Ia menganut paham "Jurnalisme Got" (Gutter Journalism) yang menonjolkan pemberitaan tentang dunia hitam atau dunia kotor, yakni seks dan kejahatan (sex and crime journalism)."
  • 19. Tentu istilah koran kuning tidak tepat digunakan untuk media online karena beda format. Yang tepat adalah istilah Yellow Journalism atau Gutter Journalism (aspek “ideologi"). Yang dimaksud media online di sini adalah situs- situs berita atau portal yang memenuhi karakteristik media massa, antara lain bersifat melembaga-organisasi media berbadan hukum; meluas dan serempak; dan bersifat terbuka dapat diakses siapa saja.
  • 20. Sejumlah media cetak (surat kabar) memiliki kredibilitas tinggi di mata publik karena menghindari Yellow Journalism. Namun, edisi online media- media tersebut ternyata kadang bahkan sering "terbawa arus” berburu traffic, pageviews, atau visitors. Saat muncul kasus asusila, hampir semua media online memberitakannya, termasuk media-media online yang versi cetaknya (koran) dikenal "kredibel" dan "bukan koran kuning”, baik berita asli tulisan/liputan wartawannya maupun "copy paste” dari berita sebelumnya dengan beberapa bagian diproses "editing"
  • 21. Persaingan ketat merebut perhatian user internet rupanya menjadi penyebab banyak media online, secara sadar ataupun tidak, menjadi koran kuning" demi trafic. In the sake of trafic! Media-media online mungkin lupa, berita yang dipublikasikan bisa dikonsumsi segala kalangan dan usia. Media online juga mungkin banyak yang lupa, ada Pedoman Pemberitaan Media Siber (PPMS) dari Dewan Pers yang menyatakan: "Media Siber Tidak memuat isi bohong, fitnah, sadis dan cabul".
  • 22. Kode etik memang menjadi “masalah klasik” di kalangan wartawan atau media. Sayangnya, pelanggaran kode etik "hanya" dikenai sanksi oleh internal redaksi media, kecuali pelanggaran kode etik jurnalistik yang sudah masuk wilayah Delik Pers (pidana) seperti pencemaran nama baik dan Delik di UU ITE.
  • 23. Media Propaganda vs Media Jurnalistik Selain soal disiplin verifikasi, salah satu fenomena yang berkembang di dunia internet adalah bermunculannya media propaganda atau media jurnalistik yang ternyata mengarah ke media propaganda Saat ini banyak sekali media online atau situs berita baru. Media-media siber baru yang lebih pas disebut "blog berita" ini dipopulerkan (share) di media sosial, khususnya oleh mereka yang sejalan" atau "sepemahaman" dengan isi berita/tulisan atau kebijakan redaksi” (editorial policy)-nya.
  • 24. Umumnya, konten media-media baru ini kebanyakan copy paste berita dari media siber mainstream, lalu "diedit" sedemikian rupa demi misi tertentu. Jadilah mereka media propaganda, yaitu media yang "hanya" bertujuan mempengaruhi pendapat dan sikap publik. Sebagaimana layaknya propaganda, pemberitaan media tersebut "tidak obyektif", tetapi memberikan informasi yang dirancang dan diseting sedemikan rupa untuk mempengaruhi, kadang "ngompori” (memanas-manasi) publik agar benci atau suka kepada seseorang atau sesuatu.
  • 25. Sebagaimana layaknya propaganda pula, konten media-media tersebut "hanya" menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan pengaruh tertentu dan lebih bertujuan menghasilkan reaksi emosional dari pada reaksi rasional. Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan mempengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda.
  • 26. Media-media propaganda itu mulai bermunculan sejak menjelang Pemilihan Presiden 2014, pemilu presiden "terpanas” dalam sejarah politik Indonesia. Jurnalisme dan propaganda memang tidak jauh alias "dekat". Propaganda bisa menggunakan teknik jurnalistik dan jurnalistik bisa berbelok" arah menjadi propaganda. Dalam konteks jurnalisme, propaganda berkonotasi negatif . Propaganda tidak mengemban misi media jurnalistik yang menurut UU No 40/1999 tentang Pers berperan sebagai penyampai informasi, hiburan, pendidikan, dan pengawasan sosial (social control).
  • 27. Dalam jurnalistik ada kode etik, seperti asas berimbang (balance) atau covering both side, akurasi (accuracy), verifikasi dan konfirmasi alias tabayyun, cek dan ricek, tidak mencampurkan fakta dan opini, dan sebagainya. Propaganda tidak mengenal akurasi dan kebenaran (fakta). Yang penting sampaikan informasi untuk memengaruhi publik. Prinsip propaganda adalah sebarkan informasi yang sekiranya bisa membuat publik suka atau benci kepada kelompok atau seseorang!
  • 28. TERIMAKASIH Iwan Setiawan SE, M.I.Kom BungIwan.com 0818 799 543