3. Silogisme adalah penarikan konklusi
secara deduktif tidak langsung yang
konklusinya ditarik dari premis yang
disediakan sekaligus.
Silogisme merupakan suatu proses
penarikan kesimpulan yang
didasarkan atas pernyataan-
pernyataan (proposisi yang kemudian
disebut premis) sebagai antesedens
(pengetahuan yang sudah dipahami)
A. Definisi
Silogisme
4. B. StrukturSilogismeSebuah silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu dua
proposisi yang disajikan dan sebuah proposisi yang
ditariknya. Proposisi yang disajikan dinamai premis mayor
dan premis minor, sedangkan kesimpulannya dinamai
konklusi. Setiap proposisi terdiri atas dua term.
P konklusi disebut term mayor, sedang S-nya disebut
term minor, dan term yang sama-sama terdapat pada kedua
proposisi disebut term penengah. Term penengah ini
merupakan faktor terpenting dalam silogisme, karena
penyebab kedua premis dapat saling berhubungan
sehingga menghasilkan konklusi. Dengan perkataan lain,
5. Silogisme ini bagian dari penalaran deduksi. Jika dirumuskan
sebagai berikut :
•PU : A = B
•PK : C = A
•K : C = B
•A = semua anggota golongan tertentu
•B = sifat yang ada pada A
•C = sesorang atau sesuatu anggota A
Rumus umum silogisme :
PM (premis mayor) : A = B
Pm (premis minor) : C = A
Kesimpulan : C = B
Contoh:
PU : Semua makhluk hidup memiliki mata.
PK : Si Polan adalah makhluk hidup.
S/K : Maka si Polan memiliki mata.
6. Aturan I : Tiap-tiap silogisme pastilah terdiri atas
tiga term.
Aturan itu berguna untuk menentukan cara
penarikan konklusi dalam bentuk silogisme atau
bukan. Suatu bentuk silogisme harus
mempunyai tiga term yaitu term mayor, term
minor dan term penengah yang masing-
masingnya disebut dua kali. Pelanggaran
terhadap aturan ini akan berdampak kesalahan
adanya empat buah term atau kesalahan
C. Prinsip Umum Silogisme
7. Kaki saya menyentuh sofa
Sofa menyentuh lantai.
Kaki saya menyentuh lantai.
Dalam contoh tersebut terdapat empat butir term
yaitu kaki saya, menyentuh sofa, sofa dan menyentuh
lantai. Karena itu, tidak ada konklusi yang dapat
ditarik.
Aturan II : Silogisme hanya terdiri dari tiga proposisi
Aturan II, sama halnya dengan aturan I yakni hanya
untuk membedakan silogisme dari bentuk-bentuk
8. Aturan III : Term penengah mestilah tersebar dalam
premis, paling kurang satu kali.
Karena term penengah menyebabkan
term mayor dan term minor mempunyai
hubungan, maka ia mestilah tersebar dalam
salah satu premis, paling kurang satu kali..
Jika sebagian term penengah berhubungan
dengan term mayor, dan sebagian lainnya
berhubungan dengan term minor, maka tidak
ada konklusi yang dapat diambil.
9. Kesalahan yang terjadi akibat tidak
mengikuti aturan III ini disebut kesalahan
penengah yang tidak tersebar (the fallacy of
undistributed middle). Berikut ini contoh
kesalahannya :
Sebagian manusia pasti adalah guru
Semua binatang yang pandai melacak
pencuri adalah manusia.
Semua binatang yang pandai melacak
pencuri adalah guru.
11. Silogisme Katagorik adalah silogisme yang semua
proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang
mendukung silogisme disebut dengan premis
yang kemudian dapat dibedakan dengan premis
mayor (premis yang termnya menjadi predikat),
dan premis minor ( premis yang termnya menjadi
subjek). Yang menghubungkan diantara kedua
premis tersebut adalah term penengah (middle
term).
1. Silogisme
Kategorikal
12. Contoh :
Semua Tanaman membutuhkan air (premis
mayor)
……………….M……………..P
Akasia adalah Tanaman (premis minor)
….S……………………..M
Akasia membutuhkan air (konklusi)
….S……………..P
(S = Subjek, P = Predikat, dan M = Middle term)
13. 1.Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan harus
parti¬kular juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan.
Sebagian makanan tidak menyehatkan.
Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan.
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak halal
Hukum-hukum
Silogisme Katagorik
14. 2. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif
juga, seperti:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
3. Dari dua premis yang sama-sama particular, tidak sah
diambil kesimpulan.
Beberapa politikus tidak jujur.
Banyak cendekiawan adalah politikus,
Jadi banyak cendekiawan tidak jujur.
15. 4.Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak
mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata
rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya.
Contoh :
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar.
….. (Tidak ada kesimpulan)
5. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan
term predikat yang ada pada premisnya. Bila tidak,
kesimpulan menjadi salah, seperti :
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Jadi: Kambing bukan binatang.
16. 6.Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis
mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna
ganda kesimpulan menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi: Januari bersinar di langit.
7. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat,
dan term menengah (middle term), begitu juga jika terdiri
dari dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan
konklusinya.
17. Silogisme Hipotetik adalah argumen yang premis
mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis
minornya adalah proposisi katagorik.
Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik:
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian
antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang hujan.
Jadi saya naik becak.
2.) Silogisme
Hipotetik
18. 2. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian
konsekuennya, seperti:
Bila hujan, bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
3. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari
antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa,
maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
19. 4. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari
bagian konsekuennya, seperti:
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa
akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
20. Hukum silogisme hipotetik adalah:
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak
sah = salah)
Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah =
salah)
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Hukum-hukum Silogisme
Hipotetik
21. Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan
penyelidikan berikut:
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan
membubung tinggi.
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.
( benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yang diakui
kebenarannya
22. Silogisme Disyungtif adalah silogisme yang
premis mayornya disyungtif sedangkan premis
minornya kategorik yang mengakui atau mengingkari
salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
3.)Silogisme
Disyungtif
23. Dalam arti sempit Dalam arti luas
dalam arti sempit
mayornya mempunyai
alternatif kontradiktif,
seperti:
la lulus atau tidak lulus.
Ternyata ia lulus.
Jadi ia bukan tidak lulus.
premis mayorya
mempunyai alternatif
bukan kontradiktif,
seperti:
Hasan di rumah atau di
pasar.
Ternyata tidak di
rumah.
Jadi di pasar.
Pembagian Silogisme
Disyungtif
24. 1. Silogisme disyungtif dalam arti sempit,
konklusi yang dihasilkan selalu benar,
apabila prosedur penyimpulannya valid,
seperti :
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
2. Silogisme disyungtif dalam arti luas, kebenaran
konklusinya adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu
Hukum-hukum
Silogisme Disyungtif
25. Budi menjadi guru atau pelaut.
Ia adalah guru.
Jadi bukan pelaut.
2. Bila premis minor mengingkari salah satu
konklusinya, maka tidak sah (salah), seperti:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
26. Dalam komunikasi sehari – hari juga
banyak terdapat penyimpangan karena
unsur preposisinya hiperlengkap, lebih
dari tiga. Silogisme yang demikian itu
dinamakan silogisme tersusun. Silogisme
ini dapat dibedakan dalam tiga golongan.
4.) Silogisme
Tersusun
27. 1. Epikherema;
Epikherema merupakan jabaran dari silogisme
kategorial yang diperluas dengan jalan memperluas
salah satu premisnya atau keduanya.
Contoh :
P1= Semua pahlawan bersifat mulia sebab mereka
selalu memperjuangkan hak miliki bersama
dengan menomorduakan kepentingan
pribadinya.
P2 = Sultan Mahmud Badaruddin adalah pahlawan.
K = Jadi, Sultan Mahmud Badaruddin itu mulia.
Dari contoh di atas terlihat bahwa ada bagian
(premis) tertentu yang diperluas dengan
menambahkan keterangan, alasan, bukti, dan
penjelasan sebagai pelengkap premis mayor.
28. 2. Entimem
Entimem merupakan bentuk singkat
silogisme dengan jalan mengubah format
yang disederhanakan, tanpa menampilkan
premis mayor.
Contoh :
“ Tentu saja saya dapat khilaf, saya kan manusia
biasa! “
Adapun bentuk silogisme standar diatas
adalah:
Mayor : Semua manusia biasa adalah
makhluk yang dapat khilaf.
Minor : Saya adalah manusia biasa.
Konklusi : Saya adalah makhluk yang dapat
khilaf.
29. 3. Silogisme tipe ini sangat cocok untuk
bentuk-bentuk tulisan atau pembicaraan
yang bernuansa persuasif. Silogisme tipe
ini didukung oleh lebih dari tiga premis.
Contoh :
Partai yang fanatik mementingkan golongan
sendiri itu bukan partai yang mau mengalah.
Partai yang mau mengalah adalah partai yang
mau bermusyawarah.
Partai yang mau bermusyawarah adalah partai
seperti dituntut oleh Pancasila.
Partai seperti dituntut oleh Pancasila adalah
partai yang sesuai dengan konsensus bangsa
Indonesia.
Partai yang fanatik mementingkan golongan