Dokumen tersebut menjelaskan berbagai cara Nabi Muhammad SAW membentuk jiwa anak, di antaranya dengan memberi kasih sayang, bermain bersama, memberi hadiah, mengusap kepala, menyambut dengan hangat, memperhatikan, memberi perlindungan khusus untuk anak yatim dan perempuan, serta memberikan kasih sayang secara proporsional.
2. MEMBERI CIUMAN, PERHATIAN, DAN KASIH
SAYANG
Beberapa orang Badui datang kepada
Rasulullah saw. Mereka bertanya, „Apakah
kalian mencium anak-anak kalian?‟ „Ya,‟ jawab
Rasulullah saw. „Tapi kami, demi Allah, sekali-
kali tidak pernah mencium anak-anak kami.‟
Maka Rasulullah saw. bersabda, „Saya tidak
memiliki kekuatan sekiranya Allah SWT.
mencabut perasaan kasih sayang dari hati
kalian.‟” (H.r. Imam Ahmad)
3. BERMAIN DAN BERCANDA DENGAN ANAK
Abu Hurairah r.a. berkata, “Saya mendengar
dengan kedua telingaku dan melihat dengan
kedua mataku bahwa Rasulullah saw. memegang
dengan kedua tangannya, kedua telapak cucunya
Hasan atau Husain, dan kedua telapak kaki
mereka di atas telapak kaki Rasulullah saw.
Kemudian Rasulullah saw. berkata, „Naiklah!‟
Maka keduanya naik hingga keduanya
meletakkan kakinya di dada Rasulullah saw.,
kemudian beliau berkata, „Bukalah mulutmu!‟
Kemudian beliau menciumnya dan berkata, “Ya
Allah, saya mencintainya dan sungguh saya
mencintainya.‟” (H.r. Bukhari)
4. MEMBERI HADIAH, PENGHARGAAN, DAN PUJIAN
KEPADA ANAK
Al Hasan atau Jabir bin Abdillah berkata, “Saya shalat
zhuhur atau „ashar bersama Rasulullah saw. Selesai
salam beliau bersabda kepada kami, „Tetaplah di
tempat kalian!‟ Kemudian beliau bersabda lagi, „Bejana
yang berisi manisan.‟ Kemuian beliau membagikan
manisan tersebut sesendok kepada setiap orang yang
hadir. Ketika sampai kepadaku (saat itu aku masih
anak-anak), beliau memberiku satu sendok kemudian
berkata, „Apakah kamu ingin tambah?‟ „Ya,‟ jawabku.
Beliau menambah satu sendok dan berkata kembali,
„Apakah kamu ingin tambah?‟ „Ya,‟ jawabku. Beliau
menambah satu sendok lagi dan itu terus dilakukan
beliau hingga sampai pada sahabat yang terakhir.” (H.r.
Ibnu Abid Dunya)
5. MENGUSAP KEPALA ANAK
Anas r.a. berkata, “Bahwa Rasulullah saw.
mengunjungi sahabat Anshar. Ia mengucapkan
salam kepada anak-anak mereka dan
mengusap kepala mereka.” (H.r. Ibnu Hibban)
6. MENYAMBUT ANAK DENGAN KEHANGATAN
Abdillah bin Ja‟far r.a. berkata, “Ketika Rasulullah
saw. datang dari suatu perjalanan, beliau
menemui dua orang anak dari keluarganya. Saya
berlomba untuk menghampirinya kemudian beliau
menggendongku. Setelah itu, beiau mengajak
salah satu putra Fathimah, yaitu Hasan atau
Husain r.a. dan memboncengkan di belakangnya,
sehingga kami bertiga memasuki kota Madinah
dengan menaiki kendaraan.” (H.r. Ibnu Asakir,
Ahmad, Muslim, dan Abu Daud)
7. MEMPERHATIKAN DAN MENANYAKAN KEADAAN
ANAK
Salman r.a. berkata, “Kami berada di sekitar Rasulullah saw.,
kemudian tiba-tiba Ummu Aiman r.a. datang dan berkatan, „Ya
Rasulullah, Hasan dan Husain tersesat.‟ Pada waktu itu siang sudah
mulai sore. Maka Rasulullah saw. bersabda, „Berdirilah kalian dan
carilah kedua anakku!‟ Maka setiap orang mengambil arah yang
berbeda dan aku searah dengan Rasulullah saw. hingga sampai ke
lereng gunung. Hasan dan Husain terlihat saling berangkulan
ketakutan karena seekor ular yang baru keluar dari lubangnya
berdiri dengan ekornya. Rasulullah saw. segera menghampiri ular
tadi dan ular itu lari, masuk ke sela-sela bebatuan. Rasulullah saw.
segera mendatangi kedua cucunya dan melepaskan rangkulan
mereka lalu mengusap kepala mereka sambil berkata, „Demi ibu
dan ayahku, semoga Allah SWT. memuliakan kalian!‟ Rasulullah
kemudian menggendong keduanya. Aku (Salman r.a.) berkata,
„Kebaikan untuk kalian berdua. Sebaik-baik tunggangan adalah
tunggangan kalian.‟ Rasulullah saw. bersabda, „Dan sebaik-baik
penunggang adalah keduanya dan orang tuanya lebih baik dari
keduanya.” (H.r. At Thabrani)
8. PENGAWASAN KHUSUS BAGI ANAK
PEREMPUAN DAN YATIM
Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw.
bersabda, „Sesungguhnya saya menekankan
kalian akan hak dua orang lemah ini, yaitu
anak yatim dan anak perempuan.‟” (H.r. Al
Hakim, Al Baihaqi, Imam Ahmad, dan Ibnu
Hibban)
9. MEMBERIKAN KECINTAAN KEPADA ANAK
SECARA PROPORSIONAL DAN TAWAZUN
“Demi Allah, yang jiwaku berada di Tangan-
Nya, tidaklah sempurna keimanan salah
seorang di antara kamu, sehingga aku lebih ia
cintai dari pada bapaknya, anaknya, dan
seluruh manusia.” (H,r, Bukhari, Muslim, dan
An Nasaa-i)