Ikan Lou han merupakan hasil persilangan antara beberapa jenis ikan seperti Amphilophus trimaculatus dan Parrot Cichlid yang dilakukan di Malaysia dan Taiwan sejak tahun 1990-an untuk mendapatkan ikan hias dengan warna sisik yang indah dan benjolan kepala khas. Ikan ini sekarang dipelihara di seluruh dunia oleh para penggemar ikan hias.
1. Ikan Lou han
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
?
Ikan Lou han
Ikan Lou han jenis Galur Elvis
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Cichlidae
Genus: Amphilophus
Spesies: A. trimaculatus
Nama binomial
Amphilophus trimaculatus
Ikan Lou Han (bahasa Inggris: Flowerhorn) saya merupakan salah satu ikan hias terkenal yang
dipelihara di dalam akuarium karena warna sisik mereka yang hidup serta benjolan kepala
mereka yang berbentuk khas berjuluk "benjol kelam". Aslinya mereka hanya berhabitat di
Malaysia dan Taiwan, namun saat ini banyak dipelihra oleh penggemar ikan di seluruh dunia.
Namun, beberapa kritikus telah mempertanyakan dampak dari program-program penyempurnaan
ikan ini.
Daftar isi
1 Asal Mula
o 1.1 Kedatangan di Dunia Barat
2 Perawatan
3 Galleri
4 Kritik
5 Referensi
2. Asal Mula
Progam pengembangbiakan telah dimulai sejak tahun 1993. [1] Orang Malaysia terutama banyak
yang mengagumi ikan dengan kepala menonjol, yang dikenal sebagai Karoi atau "kapal perang",
ditemukan di bagian barat negara mereka. Dahi sedikit menonjol dan ekor panjang ikan ini
berharga untuk para peminat masyarakat Taiwan sebagai tanda pembawa keberuntungan dalam
geomansi. Pada tahun 1994, iblis merah Cichlid (genus Amphilophus) yang diimpor dari
Amerika Tengah ke Malaysia dan hasil hibrida parrot cichlid yang diimpor dari Taiwan ke
Malaysia dan dibesarkan ikan ini secara bersamaan, menandai kelahiran ikan lou han tersebut.
Pada tahun 1995, perkawinan persilangan diadakan lebih lanjut dengan Human Face Red God of
Fortune, yang menghasilkan jenis baru yang disebut Five-Colors God of Fortune.[1] Karena
warnanya yang indah, ikan ini menjadi cepat populer. Penyempurnaaan secara selektif terus
berlanjut hingga tahun 1998, ketika Seven-Colors Blue Fiery Mouth (yang juga disebut sebagai
Greenish Gold Tiger) yang diimpor dari Amerika Tengah, dan hasil perkawinan silangnya
dengan Jin Gang Blood Parrot dari Taiwan.[1] Pembelesteran ini akhirnya menghasilkan generasi
pertama hibrida flowerhorn Hua Luo Han, yang kemudian diikuti dengan perkenalan flowerhorn
berikutnya.
Kedatangan di Dunia Barat
Ketika flowerhorn pertama kali diimpor ke Amerika Serikat, hanya ada dua jenis ikan ini yang
distribusi, flowerhorn dan Golden Base.[1] Maka dari itu datanglah dua varietas, mereka dengan
mutiara (bintik-bintik perak putih pada kulit) dan yang tidak. Golden Base juga memiliki dua
varietas, mereka yang pudar dan yang tidak. Di antara segala jenis flowerhorn, yang tanpa
mutiara dengan cepat disusul popularitasnya oleh mereka yang mempunyai mutiara, menjadi
skala flowerhorns mutiara, atau Zhen Zhu. Dengan Golden Base, yang dikembangkan kulit
menjadi keemasan yang menarik ditempatkan pada flowerhorn kulit abu-abu itu.
Pada tahun 1999, ada empat jenis flowerhorn yang tersedia di pasar Amerika: flowerhorn biasa,
flowerhorn skala mutiara, flowerhorn emas, dan fader.[1] Peternak komersial pengkembang biak,
dan ikan yang dipilih untuk penampilan tanpa memperhatikan terminologi. [1] Akibatnya, nama
menjadi sesuatu yang membingungkan dan jenis keturunan menjadi sulit dilacak.
Sekitar 2000-2001, berbagai Kamfa muncul. Ini adalah hibrida dari setiap jenis flowerhorn yang
disilangkan dengan spesies dari genus Vieja atau dengan Parrot Cichlid jenis apapun.[1] Ini
membawa beberapa sifat baru, seperti mulut pendek, ekor terbungkus, mata cekung, dan
gundukan yang semakin besar di bagian kepala. Melihat ini, mereka yang membesarkan di Zhen
Zhus baik itu peternakan ikan untuk mengembangkan lebih cepat dan menjadi lebih berwarna,
untuk bersaing dengan jenis Kamfa.[1]
Perawatan
Flowerhorn Cichlid diharuskan untuk disimpan pada suhu air 80–85 °F, dan pH kurang dari 7.4–
8.0. Mereka membutuhkan tangki minimum sekitar 20–30 galon untuk tumbuh. Jika agresif dan
3. teritorial, dua atau lebih flowerhorn biasanya tidak disimpan secara berkelompok, tetapi isi
tangki mereka dapat dibagi dengan membagi akrilik atau krat telur.
Brek
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
?
Brek
Brek, Puntius orphoides,
dari Mandalamekar, Jatiwaras,
Tasikmalaya
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cypriniformes
Famili: Cyprinidae
Genus: Puntius
Spesies: P. orphoides
Nama binomial
Puntius orphoides
(Valenciennes, 1842)[1]
Sinonim
Barbus rubripinna van
Hasselt, 1823 (nomen nudum)
Barbus orphoides
[2]
Valenciennes, 1842 ,
Brek atau mata merah (Puntius orphoides) adalah adalah sejenis ikan air tawar anggota suku
Cyprinidae. Ikan ini menyebar luas di Indocina dan kepulauan Sunda[3]. Nama-nama lainnya, di
antaranya: maroca, marococa, wadonon (Btw.); brek, pekiseh, lunjar, wader (Jw); dan sisik
milik, ampa (Sd.)[4]. Di Tasikmalaya, ikan ini juga dikenal dengan sebutan beureum panon (Sd.:
mata merah).
Dalam bahasa Inggris, ikan brek dikenal dengan nama Javaen Barb.
Pengenalan
4. Matanya berhias warna merah
Ikan yang bertubuh sedang, panjang total hingga 250 mm. Gurat sisi antara 31-34 buah. 5-5½
sisik di antara awal sirip dorsal dengan gurat sisi. Batang ekor dikelilingi 16 sisik. Jari-jari keras
(duri) yang terakhir pada sirip dorsal bergerigi 30, halus. Sirip ekor dengan tepi atas dan bawah
berwarna hitam; bintik hitam pada batang ekor. Ikan muda dengan beberapa deret bintik gelap
sepanjang barisan sisiknya.[3]
Tinggi tubuh 2½ hingga hampir 3 kali berbanding panjang standar (tanpa sirip ekor). Panjang
kepala 3,2 – 4 kali berbanding panjang standar. Mata 4-6 kali lebih pendek daripada panjang
kepala. Rumus sirip dorsal IV (jari-jari keras).8 (jari-jari lunak); sirip dubur III.5; sirip dada I.14-
16; dan sirip perut I.8. Sirip perut lebih pendek daripada sirip dada, tidak mencapai anus.[4]
Sirip dubur berwarna merah, dan sirip ekor bertepi warna hitam
Kebiasaan
Mata merah dikenal sebagai ikan karnivora yang memangsa serangga, siput dan lain-lain[5].
Secara alami ikan brek acap didapati di sungai-sungai, waduk dan danau; namun biasa juga
ditemukan liar di kolam-kolam ikan.
Selain menjadi ikan konsumsi, belakangan ini mata merah juga diperdagangkan sebagai ikan
hias.
Jenis yang serupa
Sebarau atau hampal (Hampala macrolepidota) memiliki pola pewarnaan yang mirip. Namun
sebarau memiliki tubuh yang lebih memanjang, moncong yang lebih meruncing, sisik-sisik yang
5. relatif lebih besar, serta mempunyai bercak atau belang hitam di sisi perutnya (brek memiliki
bercak hitam di batang ekor).
Semah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Tambra)
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
?
Semah / tambra
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Teleostomi
Superordo: Ostariophysi
Ordo: Cypriniformes
Upaordo: Cyprinoidei
Famili: Cyprinidae
Upafamili: Cyprininae
Genus: Tor
Gray, 1834
Neolissochilus
Rainboth, 1985
Naziritor
Mirza & Javed,
1985
Species
Lihat teks.
Ikan semah (Tor spp., syn. Labeobarbus, suku Cyprinidae; juga dipakai untuk jenis-jenis
Neolissochilus dan Naziritor di India) adalah ikan air tawar yang berasal dari Indo-Australia dan
anak benua India. Nama lain ikan ini adalah tambra (Jawa), sapan (Kalimantan)[1], ihan batak
atau curong (bahasa Toba)[2], mahseer, atau kelah (Malaysia). Nama "semah" populer dipakai di
Sumatra bagian tengah hingga ke selatan.
Ikan yang masih sekerabat dengan ikan mas ini populer sebagai bahan pangan kelas tinggi, dan
yang biasa dijumpai dan dikonsumsi di Indonesia dan Malaysia adalah Tor douronesis (semah
biasa), T. tambra (tambra), T. tambroides (tambra), dan T. soro (kancera)[3]. Ikan tambra dan
semah dapat mencapai panjang sekitar satu meter[4], walaupun tangkapan yang dijual biasanya
berukuran maksimum 30 cm.
6. Ikan ini hidup di sungai-sungai beraliran deras di pegunungan dan populasi sangat terancam
akibat penangkapan berlebihan. Indikasi yang terlihat adalah semakin jarang terlihat, ukuran
tangkapan semakin kecil, dan distribusi menurun. Bahkan telah dilaporkan pula penangkapan di
beberapa taman nasional. Pihak berwenang di Indonesia (Balai Benih Ikan lokal), seperti di Jawa
Tengah,[5], Padang Pariaman, dan beberapa kabupaten pedalaman Jambi telah mulai
mengembangkan teknologi pembiakan menggunakan pemijahan buatan dan paket budidaya.
Selain itu, di Padang Pariaman aturan adat setempat juga ditegakkan dengan pemberlakuan zona
larangan, penyangga, dan penangkapan. Penangkapan hanya dilakukan apabila terdapat izin dari
kerapatan adat.
Semah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
?
Semah / tambra
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Teleostomi
Superordo: Ostariophysi
Ordo: Cypriniformes
Upaordo: Cyprinoidei
Famili: Cyprinidae
Upafamili: Cyprininae
Genus: Tor
Gray, 1834
Neolissochilus
Rainboth, 1985
Naziritor
Mirza & Javed,
1985
Species
Lihat teks.
Ikan semah (Tor spp., syn. Labeobarbus, suku Cyprinidae; juga dipakai untuk jenis-jenis
Neolissochilus dan Naziritor di India) adalah ikan air tawar yang berasal dari Indo-Australia dan
anak benua India. Nama lain ikan ini adalah tambra (Jawa), sapan (Kalimantan)[1], ihan batak
atau curong (bahasa Toba)[2], mahseer, atau kelah (Malaysia). Nama "semah" populer dipakai di
Sumatra bagian tengah hingga ke selatan.
7. Ikan yang masih sekerabat dengan ikan mas ini populer sebagai bahan pangan kelas tinggi, dan
yang biasa dijumpai dan dikonsumsi di Indonesia dan Malaysia adalah Tor douronesis (semah
biasa), T. tambra (tambra), T. tambroides (tambra), dan T. soro (kancera)[3]. Ikan tambra dan
semah dapat mencapai panjang sekitar satu meter[4], walaupun tangkapan yang dijual biasanya
berukuran maksimum 30 cm.
Ikan ini hidup di sungai-sungai beraliran deras di pegunungan dan populasi sangat terancam
akibat penangkapan berlebihan. Indikasi yang terlihat adalah semakin jarang terlihat, ukuran
tangkapan semakin kecil, dan distribusi menurun. Bahkan telah dilaporkan pula penangkapan di
beberapa taman nasional. Pihak berwenang di Indonesia (Balai Benih Ikan lokal), seperti di Jawa
Tengah,[5], Padang Pariaman, dan beberapa kabupaten pedalaman Jambi telah mulai
mengembangkan teknologi pembiakan menggunakan pemijahan buatan dan paket budidaya.
Selain itu, di Padang Pariaman aturan adat setempat juga ditegakkan dengan pemberlakuan zona
larangan, penyangga, dan penangkapan. Penangkapan hanya dilakukan apabila terdapat izin dari
kerapatan adat.
Spotted barb
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini adalah tentang spesies. Untuk anggota genus umumnya, lihat Puntius.
"Barb umum" beralih ke halaman ini. Hal ini tidak menjadi bingung dengan barbel umum.
Spotted Barb
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Order: Cypriniformes
Keluarga: Cyprinidae
Genus: Puntius
Spesies: P. binotatus
Binomial Nama
Puntius binotatus
(Valenciennes, 1842)
Bangsa mana Puntius binotatus dapat ditemukan
The barb barb atau umum melihat (Puntius binotatus) adalah ikan air tawar tropis milik keluarga sub-
Cyprininae dari keluarga (Cyprinidae). Ini berasal di Asia, di Myanmar dan Mekong dari Thailand melalui
Indonesia. Hal ini juga menjadi didirikan sebagai spesies eksotis di Palau. Ini pada awalnya digambarkan
sebagai Barbus binotatus oleh Achille Valenciennes pada tahun 1842, dan juga telah disebut dalam
literatur ilmiah sebagai Systomus binotatus, Capoeta binotata, dan Barbodes binotatus.
Isi
1 Fisik deskripsi
2 Habitat
3 Pentingnya bagi manusia
4 Reproduksi
5 Lihat juga
8. 6 Referensi
7 Pranala luar
Fisik deskripsi
Warnanya dalam hidup bervariasi dari abu-abu keperakan menjadi abu-abu kehijauan, gelap dan pucat
dorsal atau hampir putih di tenggorokan dan perut. Memiliki sebuah bar di belakang operkulum di bahu
nya. Pada ikan besar, tubuh tanda (bintik-bintik atau band) mungkin tidak ada, kecuali untuk tempat di
dasar ekor. Memiliki, putaran yang luas berujung moncong sama atau sedikit lebih besar dari mata. Ikan
akan tumbuh panjang sampai dengan 7,75 inci (20,0 cm).
Habitat
Lingkungan asli terjadi dari sekitar permukaan laut di atas 2.000 m di atas permukaan laut. Hal ini
umumnya ditemukan di bawah air terjun di sungai gunung terpencil dan pulau-pulau kecil yang dihuni
oleh ikan air tawar beberapa lainnya. Ini mendiami menengah ke sungai besar, badan air tergenang
termasuk lamban-kanal dan mengalir brooks dari Mekong tengah. Hal ini biasanya ditemukan di tengah
hingga kedalaman dasar perairan cukup dangkal di mana ia memakan zooplankton, larva serangga, dan
beberapa tanaman vaskular. Mereka tinggal di iklim tropis dan lebih memilih air dengan 6,0-6,5 pH,
kekerasan air 12,0 Bina Marga, dan berbagai suhu 75 - 79 ° F (24 - 26 ° C).
Penting bagi manusia
The barb berbintik sangat penting komersial dalam perdagangan akuarium dan kurang penting dalam
industri perikanan.
Reproduksi
Sebuah air terbuka, substrat telur-pencar, yang barbs dewasa akan bertelur sekitar subuh.
Lihat juga
Daftar spesies ikan air tawar akuarium
Referensi
Spotted duri pada FishBase
Pranala luar
Foto dari FishBase
Lunjar padi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
?
Lunjar padi
9. Lunjar padi, Rasbora argyrotaenia, dari
Prembun, Tambak, Banyumas
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cypriniformes
Famili: Cyprinidae
Genus: Rasbora
Spesies: R. argyrotaenia
Nama binomial
Rasbora argyrotaenia
(Bleeker, 1850)
Lunjar padi (Rasbora argyrotaenia) adalah nama sejenis ikan kecil anggota suku Cyprinidae
anak-suku Rasborinae. Ikan ini juga dikenal dengan banyak nama lain, seperti wader pari, lunjar
pari, lunjar andong (Jw.), paray (Sd.), cecereh, ikan cere (Btw.), pantao, seluang (Sum.), dan
lain-lain.[1]
Pada mulanya ikan ini diberi nama Leuciscus argyrotaenia oleh P. Bleeker pada tahun 1850.
Delapan tahun kemudian dipindahkan olehnya sendiri ke dalam marga yang lain, Opsarius. Dan
akhirnya pada 1860, dipindahkan lagi oleh Bleeker ke dalam marga yang baru, Rasbora.[1] Ikan
ini menyebar di pulau-pulau Sunda Besar (Sumatra, Jawa, Kalimantan) dan Filipina.[2]
Daftar isi
1 Pengenalan
2 Kebiasaan dan kegunaan
3 Rujukan
4 Pranala luar
Pengenalan
10. Lunjar padi yang masih kecil (19mm SL)
Ikan bertubuh kecil ramping, dengan panjang maksimal sekitar 170 mm.[1] Tubuh berwarna
coklat kuning di bagian atas (dorsal) dan putih keperakan di sisi dan bagian bawah, terutama di
bagian perut. Sebuah garis keemasan di dalam, berjalan bersama garis kehitaman di bagian luar
pada masing-masing sisi tubuh, dari belakang tutup insang hingga ke batang ekor.
Lunjar padi (tengah) diapit dua ikan wader bintik-dua
Formula sirip punggung (dorsal) II.7, yakni dua jari-jari keras (duri) diikuti tujuh jari-jari lunak.
Sirip dubur (anal ) III.5; sirip dada (pectoral) I.12-13; sirip perut (ventral) II.7; serta jumlah sisik
pada gurat sisi (linea lateralis) 29-30 buah.[1] Batang ekor (peduncle) dikelilingi 14 sisik; antara
gurat sisi dengan awal sirip perut diantarai oleh 1-1½ sisik.[2]
Kebiasaan dan kegunaan
Lunjar padi yang dijual di pasar
Lunjar padi sering ditemui dalam kelompok besar, di danau, parit atau sungai-sungai yang relatif
tenang. Sering pula bercampur dengan ikan-ikan lunjar (Rasbora) yang lain dan wader (Puntius)
yang memiliki kebiasaan serupa.
Bersama dengan lunjar dan wader pada umumnya, lunjar padi merupakan ikan konsumsi yang
digemari karena rasanya. Lunjar dan wader goreng (ikan paray goreng, jika di Jawa Barat)
11. merupakan hidangan istimewa pada beberapa restoran terkemuka. Ikan-ikan ini ditangkap dari
populasi liar di perairan umum, dan kebanyakan hanya dijual di pasar-pasar setempat.
Puntius trifasciatus
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Puntius trifasciatus
Puntius trifasciatus adalah spesies ikan dari keluarga Cyprinidae. Ikan air tawar ini adalah salah
satu ikan endemik Indonesia,di alam bebas Puntius trifasciatus dapat ditemukan di DAS Sungai
Kapuas di Kalimantan maupun sungai sungai di Sumatera.
Daftar isi
1 Deskripsi
2 Habitat
3 Referensi
4 Pranla luar
Deskripsi
Panjang laki-laki 8 cm betina 10 cm dari struktur tubuh dan pewarnaan: 2 pasang kumis rahang
atas. Kumis depan pendek, kembali menyusuri tepi posterior mata. Progonistoe tubuh,
memanjang berbentuk berlian, lateral terkompresi. Warna tubuh utama putih ikan muda
keperakan, dengan usia tubuh menjadi latar belakang kekuningan dan bahkan kecoklatan, tapi
mempertahankan kilau mutiara. Bagian belakang zaitun, perut keperakan. Garis-garis hitam
memanjang luas, lebar mereka adalah antara satu setengah dan seluruh lebar skala, jumlah band
4 dan 3. Band yang pergi ke tengah gagang bunga caudal jauh lebih luas dan berjalan di atas
garis nya terang emas kuning. Sirip yang tidak berwarna atau berwarna kuning, punggung dicat
intensif, sinar pertama dari dorsal kehitaman. . Dalam warna, ini mungkin wakil paling indah
longitudinal duri bergaris Keempat band melintang karakteristik menggoreng, jatuh di tempat
12. ketika mereka mencapai 20 mm panjang, ikan panjang 40 mm, mereka benar-benar absen.
dimorfisme seksual: betina lebih baik, lebih besar meskipun warna betina tidak mencolok seperti
pejantan.
Habitat
Puntius trifasciatus menyukai sungai yang sedikit berawa dengan air tergenang hitam dan
vegetasi air. Sepanjang tepi semak-semak padat rumput tergenang air. Di bagian bawah reservoir
banyak daun, ranting, batang pohon. Rendah-mineralisasi air, sangat lembut, namun karena
konsentrasi tinggi dari asam humat mencapai reaksi aktif PH3-4.
Dokun
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
?
Dokun
Ikan dokun, , dari Bayung Lencir,
Musi Banyuasin, Sumatera Selatan
Status konservasi
Aman
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cypriniformes
Famili: Cyprinidae
Genus: Puntius
Spesies: P. lateristriga
Nama binomial
Puntius lateristriga
(Valenciennes, 1842)
13. Ikan dokun alias kapiu, atau yang secara umum dikenal sebagai wader atau seluang, adalah
sejenis ikan kecil anggota suku Cyprinidae anak-suku Cyprininae. Dokun diketahui menyebar di
wilayah paparan Sunda.[1]
Ikan ini semula dideskripsi sebagai Barbus lateristriga oleh Achille Valenciennes pada tahun
1842, kemudian oleh beberapa ahli lainnya dipindahkan menjadi Barbodes lateristriga, atau
Systomus lateristriga. Dikenal sebagai ikan hias yang kerap dipelihara di akuarium, dokun dalam
bahasa Inggris disebut dengan nama spanner barb atau t-barb.
Daftar isi
1 Pengenalan
2 Habitat dan penyebaran
3 Pemanfaatan
4 Rujukan
5 Pranala luar
Pengenalan
Ikan yang bertubuh kecil sampai sedang, panjang tubuh keseluruhan dapat mencapai sekitar 20
cm.[2] Jenis ini ditandai dengan terdapatnya dua pita (gelap) vertikal di pertengahan tubuh bagian
depan, dan sebuah garis memanjang /horizontal di bagian belakang. Di atas pangkal sirip dubur
terdapat bercak kecil berwarna hitam, yang kadang-kadang samar warnanya. Begitu pula warna
hitam di ujung sirip dubur. [3] Pola warna ini bervariasi menurut wilayah sebarannya dan umur
ikan.[1]
Jari-jari lemah pada sirip punggung (dorsal) 8 buah, pada sirip dubur (anal) 5 buah, pada sirip
perut (ventral) 8 buah, dan pada sirip dada (pectoral) 14-16 buah. Sisik-sisik di muka sirip
punggung (predorsal scales) 7-8 buah, sisik-sisik pada gurat sisi (linea lateralis) 22-24 buah,
sisik-sisik yang melingkari batang ekor (peduncle/ circumpeduncular scales) 12 buah.[3]
Habitat dan penyebaran
Di alam, ikan ini menghuni sungai-sungai kecil, terutama yang jernih dan berbatu-batu di
dasarnya, dan sering pula didapati di bawah jeram. Ikan dokun memangsa serangga air, cacing,
krustasea (udang dan ketam), serta bagian-bagian tumbuhan.[4][2]
Dokun diketahui menyebar luas di Jawa, Sumatra dan pulau-pulau di sekitarnya (Singkep,
Bangka, Belitung), Semenanjung Malaya, dan Thailand.[3] Juga terdapat di Kalimantan.[4]
Pemanfaatan
14. Ikan dokun merupakan salah satu ikan akuarium yang diperdagangkan secara komersial antar
negara. Secara tradisional di Indonesia, ikan ini dikenal sebagai ikan konsumsi (sebagai wader
atau seluang) yang penting secara lokal; terutama karena rasanya yang istimewa.
Dokun yang berukuran kecil bersifat toleran dan dapat dipelihara dalam akuarium bersama
dengan jenis-jenis ikan yang lain. Setelah besar, lebih dari 6 cm, ikan ini menjadi agresif,
sehingga tak dapat dipelihara bersama ikan-ikan yang lebih kecil. Akuarium tempat memelihara
dokun sebaiknya diberi dasar berupa pasir halus, dan ditanami dengan beberapa tanaman air.[2]
Dokun dapat memijah di akuarium. Untuk itu, pasangan yang siap memijah ditempatkan di
dalam akuarium khusus yang dilengkapi dengan tanaman air sebagai tempatnya memijah. Proses
memijah dapat berlangsung antara 1–2 jam; dan telur-telur akan mulai menetas satu dua hari
kemudian.[2]
Ikan sumatera
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Ikan sumatra)
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
?
Ikan Sumatra
Status konservasi
Aman
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cypriniformes
Famili: Cyprinidae
Genus: Puntius
Spesies: P. tetrazona
Nama binomial
Puntius tetrazona
(Bleeker, 1855)
15. Sinonim
Barbus tetrazona (Bleeker, 1855)
Capoeta tetrazona (Bleeker, 1855)
Barbodes tetrazona (Bleeker, 1855)
Capoeta sumatranus (Bleeker, 1860)
Ikan sumatra (Puntius tetrazona) adalah sejenis ikan kecil anggota suku Cyprinidae anak-suku
Cyprininae. Nama tersebut adalah nama perdagangannya sebagai ikan hias. Dalam bahasa
Inggris, ikan ini dikenal sebagai sumatra barb atau tiger barb.
Daftar isi
1 Pemerian
2 Habitat dan penyebaran
3 Manfaat
4 Pemeliharaan di akuarium
5 Jenis yang berkerabat
6 Rujukan
7 Pranala luar
Pemerian
Ikan yang berukuran kecil, dengan panjang total (beserta ekor) mencapai 70mm. Tubuh
berwarna kekuningan dengan empat pita tegak berwarna gelap; pita yang pertama melewati mata
dan yang terakhir pada pangkal ekor. Gurat sisi tak sempurna, 22-25 buah dengan hanya 8-9
sisik terdepan yang berpori. Batang ekor dikelilingi 12 sisik. Tinggi tubuh sekitar setengah kali
panjang standar (tanpa ekor).[1]
Sekitar mulutnya, sirip perut dan ekor berwarna kemerahan. Sirip punggung dan sirip dubur
berwarna hitam, namun warna hitam pada sirip punggung dibatasi oleh garis merah.[2] Jenis yang
diperdagangkan, selain yang berwarna kekuningan, ada pula individu yang kemerahan, kehijauan
dan albino. Jenis yang berwarna kehijauan, yang sebetulnya adalah gejala melanisme pada ikan
sumatra, dan yang berwarna albino merupakan hasil dari pembiakan selektif dalam penangkaran
untuk meningkatkan nilai jual ikan ini.
Habitat dan penyebaran
Ikan sumatra secara alami menyebar di Semenanjung Malaya (termasuk di wilayah Thailand),
Sumatra dan Kalimantan.[2] Di samping itu, ada pula laporan-laporan temuan dari wilayah lain di
Asia Tenggara yang sukar dikonfirmasi, apakah ikan-ikan tersebut memang asli setempat atau
ikan lepasan yang telah beradaptasi.
16. Ikan ini sering didapati pada sungai-sungai dangkal berarus sedang, yang jernih atau keruh. Ikan
sumatra menyukai pH antara 6.0–8.0, kesadahan air antara 5–19 dGH, dan kisaran temperatur air
antara 20–26 °C.[3] Ikan sumatra juga didapati di rawa-rawa, yang mengindikasikan bahwa ikan
ini memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap perubahan kualitas air. Rata-rata lama hidup
ikan sumatra adalah sekitar 6 tahun.
Manfaat
Ikan sumatra merupakan salah satu ikan akuarium yang memiliki nilai komersial cukup tinggi.
Menurut catatan impor ikan hias Amerika Serikat di tahun 1992, ikan ini menduduki peringkat
ke-10 dengan jumlah individu yang diimpor pada tahun itu sebanyak 2,6 juta ekor.[4]
Pemeliharaan di akuarium
Ikan sumatra senang berenang bergerombol. Bila dipelihara dalam jumlah kecil, kurang dari 5
ekor, ikan ini dapat menjadi agresif dan mengganggu ikan-ikan yang lain. Ikan-ikan yang lemah
dan kurang gesit dapat menjadi sangat menderita akibat gigitan ikan sumatra yang dominan,
yang terutama akan menyerang sirip-siripnya. Dalam kelompok yang besar, agresivitas ikan ini
dapat terkendalikan.[2]
Tangkas dan berenang cepat, ikan sumatra dapat dipelihara bercampur dengan ikan-ikan yang
sama gesitnya seperti ikan-ikan platis, kerabat lele, atau kerabat ikan macan (Chromobotia
macracanthus). Sebaiknya akuarium diisi pula dengan tumbuh-tumbuhan air sebagai tempatnya
bermain-main. Ikan sumatra bersifat omnivora, dapat diberi makanan kering (buatan) atau
mangsa hidup seperti cacing, kutu air atau jentik-jentik nyamuk.
Ikan ini dapat dibiakkan di dalam akuarium. Ikan sumatra betina mengeluarkan antara 150–200
butir sekali bertelur, yang disebarkan di antara tumbuh-tumbuhan air. Telur akan menetas setelah
24 jam, dan anak-anak ikan mulai terlihat aktif setelah 3 hari. Sebagai pakan anak ikan pada
minggu-minggu pertama dapat digunakan udang renik.[2]
Jenis yang berkerabat
17. Status taksonomi jenis ini belum mantap dan masih panjang perdebatan mengenainya. Pada 1855
Pieter Bleeker, ahli ikan bangsa Jerman yang bekerja di Hindia Belanda ketika itu, pertama kali
mendeskripsi jenis ini dengan nama Capoëta tetrazona. Akan tetapi pada 1857, Bleeker
menggunakan lagi nama-spesifik (specific epithet) yang sama untuk menamai jenis yang lain,
yang berkerabat namun tidak begitu mirip, yakni dengan Barbus tetrazona (kini ikan ini dikenal
sebagai Puntius rhomboocellatus[1][5]). Sementara itu, untuk menambah keruwetan, pada 1860
Bleeker mengubah nama-spesifik ikan sumatra menjadi Systomus (Capoëta) sumatranus. Baru
pada akhir 1930an kekeliruan ini diperbaiki dan nama Barbus tetrazona dikembalikan bagi ikan
sumatra.[6]
Jenis lain yang serupa adalah Puntius anchisporus, dengan pola pewarnaan yang amat mirip
dengan ikan sumatra. Perbedaannya, P. anchisporus memiliki gurat sisi yang sempurna dan
batang ekornya dikelilingi oleh 14 sisik.[7][8]
Bilis
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
?
Bilis
Bilis, Mystacoleucus padangensis
Lukisan menurut Weber dan De Beaufort (1916)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Cypriniformes
Upaordo: Cryptodira
Famili: Cyprinoidea
Genus: Mystacoleucus
Spesies: M. padangensis
Nama binomial
Mystacoleucus padangensis
(Bleeker, 1852)[1]
18. Sinonim
Capoeta padangensis Bleeker, 1852[2]
Systomus (Capoëta) padangensis Bleeker,
1860
Puntius (Capoëta) padangensis Bleeker,
1863
Mystacoleucus padangensis Günther,
[3]
1868
Bilis, bilih atau bako (Mystacoleucus padangensis) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku
Cyprinidae yang menyebar terbatas (endemik) di pulau Sumatera, terutama di Danau Singkarak
dan Danau Maninjau di Sumatera Barat serta sungai-sungai kecil di sekitarnya, termasuk Batang
Kuantan di Kabupaten Kuantan Singingi yang berhulu ke Danau Singkarak.[4] Kini ikan bilis
juga diintroduksi ke Danau Toba di Sumatera Utara.[5]
Daftar isi
1 Pengenalan
2 Ekologi
3 Pemanfaatan
4 Pelestarian
5 Nama lokal
6 Jenis yang berkerabat
7 Rujukan
8 Pranala luar
Pengenalan
Ikan putihan berukuran kecil, panjang total mencapai 116 mm. Sisik-sisik dengan gurat sisi 37–
39 buah; moncong dengan dua sungut kecil atau tak ada. Terdapat duri kecil yang mengarah ke
depan di muka sirip punggung (procumbent dorsal spine), yang kadang-kadang tersembunyi di
bawah sisik.[4][6]
Tinggi tubuh di awal sirip punggung 3½ kali berbanding panjang standar (yakni panjang tanpa
sirip ekor). Panjang kepala 4–5 kali berbanding panjang standar. Pangkal sirip punggung kurang
lebih sejajar dengan awal sirip perut, kira-kira berbetulan dengan sisik gurat sisi ke-12 atau ke-
13, dan terpisah dari belakang kepala oleh 12 sisik.[4]
Rumus sirip punggung IV (jari-jari keras, duri).8–9 (jari-jari lunak, bercabang); sirip dubur III.8;
sirip dada I.14–15; dan sirip perut II.9. Jari-jari keras terakhir (yakni duri yang terbesar) pada
sirip punggung dengan gerigi di sisi belakangnya. Sirip perut kurang lebih sepanjang sirip dada,
tidak mencapai anus, dipisahkan oleh tiga deret sisik dari gurat sisi. Batang ekor dikelilingi 18
sisik.[4]
19. Ekor menggarpu dalam; sirip-siripnya dengan ujung meruncing. Sisik-sisik berwarna perak,
dengan sirip punggung dan sirip ekor bermargin kehitaman.[4]
Ekologi
Ikan bilis yang telah dikeringkan
Biasa dijual di pasar-pasar
Bilis merupakan ikan penghuni danau, namun beruaya (migrasi) ke arah hulu ketika hendak
memijah. Makanan utama ikan ini adalah detritus dan zooplankton; akan tetapi bilis juga mau
memakan fitoplankton dan bahan nabati lain yang jatuh ke badan air.[5]
Ikan bilih memijah dengan cara menyongsong aliran air sungai yang bermuara ke danau. Di
sekitar Danau Singkarak, sungai-sungai tersebut di antaranya adalah Batang Sumpur,
Paninggahan, dan Muaro Pingai. Nampaknya tidak ada musim memijah yang tertentu, karena
selalu ada saja induk yang beruaya masuk ke sungai dan bertelur. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi pemijahan ikan bilih adalah arus air dan substrat dasar sungai. Ikan ini memilih
perairan sungai yang jernih dengan suhu air yang relatif rendah, antara 24–26°C, dan dasar
sungai yang berbatu kerikil dan atau pasir. Telur-telur dikeluarkan induk-induk ikan di dasar
sungai, dibuahi oleh ikan jantan, dan tenggelam ke dasar untuk kemudian hanyut terbawa arus air
masuk ke danau.[7][8]
Pemanfaatan
Ikan bilis merupakan ikan konsumsi yang penting, setidaknya secara lokal di Sumatera Barat.
Ikan ini mendominasi hingga 73,8% produksi ikan Danau Singkarak pada tahun 2003, yang
totalnya mencapai 352,3 ton.[7] Namun produksi ini sebetulnya sudah banyak menyusut, apabila
dibandingkan dengan produksi pada tahun 1998 sebesar 736,46 ton; dan penyusutan produksi ini
sudah diramalkan sebelumnya.[9]
20. Umumnya ikan bilih diolah dengan cara dikeringkan dan diasinkan sehingga awet untuk waktu
yang lama. Ikan ini sempat menjadi komoditas ekspor hingga dijual ke negeri jiran Malaysia dan
Singapura. Sayangnya penangkapan yang tidak berwawasan lingkungan inilah yang sempat
membawa ikan bilih menuju kepunahan.
Pelestarian
Di habitat aslinya, selain upaya penebaran ikan bilih yang dihasilkan dari pembenihan,
penyediaan suaka buatan dianggap rnenjadi alternatif lebih baik untuk rnenyelamatkan
populasinya dari kepunahan. Oleh karena itu, pada tahun 2003 model suaka buatan untuk ikan
bilih telah dibangun di Batang Sumpur di Kabupaten Pasaman Barat, salah satu sungai yang
bermuara ke Danau Singkarak. Suaka tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk memproduksi
benih ikan bilih secara alami. Hasil evaluasi rnenunjukkan bahwa suaka buatan dapat berfungsi
baik, sehingga suaka sejenis perlu dibangun di beberapa lokasi penangkapan seperti di Sungai
Paninggahan dan Muara Pingai sebagai sentra penangkapan ikan bilih dengan sistem alahan.[7]
Awalnya, Ikan bilih dianggap hanya bisa hidup di Danau Singkarak, namun sejak tahun 2003,
ikan bilih mulai dicoba untuk diperkenalkan untuk dibudidayakan di luar danau tersebut. Melalui
penelitian Institut Pertanian Bogor dihasilkan bahwa ikan bilih dengan penanganan tertentu dapat
diperkenalkan ke habitat danau lain. Hingga saat ini danau lain sebagai tempat budidaya baru
ikan bilih adalah Danau Toba di Sumatera Utara.
Nama lokal
Bilih dalam bahasa Minangkabau juga berarti „iblis‟ atau „setan‟. Namun asal nama ikan ini
sebetulnya adalah pelafalan Minang untuk „bilis‟, yakni ikan-ikan kecil sebangsa teri;
dikarenakan bentuk yang menyerupai satu sama lain walau sebenarnya sangat jauh
kekerabatannya.
Jenis yang berkerabat
Bilis berkerabat dekat dengan genggehek (Mystacoleucus marginatus) yang sebarannya lebih
luas. Genggehek bertubuh lebih besar, hingga 200 mm.
Rujukan
Kehung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
?
Kehung
21. Channa lucius
dari Mentaya Hulu, Kotawaringin Timur
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Channidae
Genus: Channa
Spesies: C. lucius
Nama binomial
Channa lucius
(Cuvier, 1831).
Kehung (Channa lucius) adalah sejenis ikan karnivora dari sungai-sungai di dalam hutan. Ikan
ini termasuk ke dalam suku Channidae (keluarga ikan gabus). Di beberapa daerah dikenal
sebagai muju-muju (Kerinci); gabus cina (Btw.)[1]; serta kihung, kehung atau kesung (Kalteng).
Juga runtuk (Kalimantan); bujuk, bujok atau ikan ubi (Malaysia); trey kanh chorn chey
(Kamboja); serta splendid snakehead atau forest snakehead (Ingg.).[2]
Daftar isi
1 Pengenalan
2 Penyebaran dan ekologi
3 Jenis serupa
4 Catatan kaki
5 Pranala luar
Pengenalan
22. Panjang yang terbesar 330 mm TL
Ikan yang bertubuh gilig memanjang, seperti peluru kendali. Panjang total[3] ikan dewasa dapat
mencapai 360 mm.
Kepala bagian atas (belakang) agak mencembung, namun tak begitu kentara pada spesimen
berukuran kecil. Dengan bercak-bercak besar di sisi tubuh dan garis-garis (pita) miring berwarna
gelap di bagian perutnya. Sederetan gigi berbentuk taring terdapat pada langit-langit (vomer dan
palatine) mulutnya, di antaranya terdapat gigi-gigi yang lebih kecil. Pangkal sirip dorsal dengan
gurat sisi diantarai oleh 5½ deret sisik.[1][4]
Sisi bawah kepala dan tubuh
Jari-jari (duri) lunak pada sirip dorsal (punggung) berjumlah 38-41 buah; pada sirip anal (dubur)
27-29 buah. Gurat sisi pada ikan dewasa antara 58-65 buah.[4]
Warna tubuhnya sangat bervariasi. Ikan muda berwarna kecoklatan di punggung dan kekuningan
di perutnya. Sebuah garis (pita) gelap berjalan dari belakang mata hingga ke ekor, namun di sisi
badan terputus-putus membentuk deretan bercak gelap berukuran besar. Di antara bercak-bercak
itu, agak ke sebelah atasnya, terdapat deretan bercak yang kedua, yang sering menyatu dengan
warna gelap di punggung ikan. Sela-sela di antara kedua deretan bercak itu membentuk garis
zigzag terang memanjang sisi tubuh. Namun warna-warna ini kerap mengabur pada ikan yang
tua.[1]
Penyebaran dan ekologi
23. Perbandingan bentuk dengan ikan gabus (dua yang teratas)
Sungai-sungai di pantai timur Sumatra tengah dan selatan; Kalimantan (Kapuas, Mahakam,
Kayan, Sarawak bagian selatan); dan Jawa. Juga Malaysia, Thailand, Vietnam, Laos (Sungai
Mekong), dan Cina.[2]
Hidup terutama di sungai-sungai di hutan dan rawa gambut, menyukai aliran air yang cukup
deras. Namun juga ditemukan di danau, waduk dan kolam. Cenderung krepuskular atau
nokturnal, ikan ini kerap dijumpai di bagian perairan yang banyak bervegetasi. [2]
Jenis serupa
Ikan kerandang (Channa pleuropthalmus) memiliki 4-5 bercak-bercak hitam berderet di tiap sisi
tubuhnya, namun bercak-bercak itu dikelilingi cincin kuning atau merah membentuk ocelli,
bercak serupa mata. Jari-jari sirip dorsal 40-43; sirip anal 28-31; gurat sisi 57-58
Arapaima
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
?
Arapaima
24. Status konservasi
Data Kurang (IUCN 2.3)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Osteoglossiformes
Famili: Osteoglossidae
Upafamili: Heterotidinae
Genus: Arapaima
Spesies: A. gigas
Nama binomial
Arapaima gigas
(Cuvier, 1829)
Arapaima pada panjang maksimal.
25. Arapaima di Akuarium Shedd.
Arapaima, pirarucu, atau paiche (Arapaima gigas) adalah jenis ikan air tawar terbesar di dunia
yang berasal dari perairan daerah tropis Amerika Selatan. Ikan Arapaima dapat tumbuh
maksimal sepanjang 3 meter dan berat 200 kilogram. Saat ini sudah sangat jarang terdapat
arapaima yang berukuran lebih dari 2 meter karena ikan ini sering ditangkapi untuk dikonsumsi
penduduk atau diekspor ke negara lain.
Arapima di Indonesia
Sea World, Jakarta [1]
The East Building - Side Terrace. Mega Kuningan Jakarta. 112.215.21.218 13 September
2012 by rando.
River World, Purbasari Pancuran Mas Purbalingga[2] [3]
Elephant Safari Park, Taro ( Bali )
Rumah Makan Kampung Laut, Semarang
SKI Binabarum , bogor.
Restoran Lembur Kuring, Medan.
SPBU Arapaima, Banjarnegara
Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta
Baung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
?
Baung
Baung kuning, dari Darmaga, Bogor
26. Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Siluriformes
Famili: Bagridae
Genus: Hemibagrus
Bleeker, 1862
Tipe spesies
Bagrus nemurus
Valenciennes, 1840
Species
Lihat pada teks.
Sinonim
Macropterobagrus
Nichols, 1925
Brachymystus
Fowler, 1937
Baung adalah nama segolongan ikan yang termasuk ke dalam marga Hemibagrus, suku
Bagridae. Ikan yang menyebar luas di India, Cina selatan dan Asia Tenggara ini[1] juga dikenal
dengan banyak nama daerah, seperti ikan duri, baong, baon (Mly.), bawon (Btw.), senggal atau
singgah (Sd.), tagih atau tageh (Jw.), niken, siken, tiken, tiken bato (Kalteng), dan lain-lain.[2]
Baung masih sekerabat dengan lele (bangsa Siluriformes). Nama marganya, Hemibagrus, berasal
dari kata bahasa Latin hemi yang berarti “setengah” atau “separuh”, dan bagrus, yang dipungut
dari pelafalan Muzarab bagre atas perkataan Yunani pagros, yakni nama sejenis ikan laut (Ingg.:
seabream).[3]
Daftar isi
1 Pengenalan
2 Sifat Biologis
3 Pemanfaatan
4 Jenis-jenisnya
5 Pengecualian
6 Referensi
7 Pranala luar
Pengenalan
27. Kepala baung kuning yang masih kecil. Darmaga, Bogor
Marga Hemibagrus pada mulanya dianggap satu dengan marga Mystus (ikan-ikan keting atau
lundu), atau yang sebelumnya dikenal sebagai Macrones. Marga ini dipisahkan, salah satunya
ialah karena anggotanya yang dewasa umumnya memiliki tubuh yang berukuran besar.[4] Sejenis
baung dari Indocina bagian tengah, H. wyckioides, diketahui sebagai jenis baung terbesar yang
dapat mencapai bobot tubuh 80 kg.[5] Bertubuh agak mirip dengan lele, ikan-ikan baung
memiliki kepala yang memipih agak mendatar, dengan bagian tulang tengkorak yang kasar di
atas kepala tak tertutupi oleh kulit, dan sirip lemak yang berukuran sedang berada di belakang
sirip punggung (dorsal).[4] Baung bertubuh licin tanpa sisik di tubuhnya; dan serupa dengan
lundu dan patin, baung memiliki tiga duri yang berbisa (patil), yakni pada sepasang sirip
dadanya, dan sebuah lagi berada di awal sirip punggungnya.
Sifat Biologis
Baung adalah ikan air tawar yang dapat hidup dari perairan di muara sungai sampai ke bagian
hulu. Bahkan di Sungai Musi (Sumatera Selatan), baung ditemukan sampai ke muara sungai di
daerah pasang surut yang berair sedikit payau. Selain itu, ikan ini juga banyak ditemui di tempat-
tempat yang letaknya di daerah banjir. Secara umum, baung dinyatakan sebagai ikan yang hidup
di perairan umum seperti sungai, rawa, situ, danau, dan waduk.
Baung bersifat noktural. Artinya, aktivitas kegiatan hidupnya (mencari makan, dll) lebih banyak
dilakukan pada malam hari. Selain itu, baung juga memiliki sifat suka bersembunyi di dalam
liang-liang di tepi sungai tempat habitat hidupnya. Di alam, baung termasuk ikan pemakan
segala (omnivora). Namun ada juga yang menggolongkannya sebagai ikan carnivora, karena
lebih dominan memakan hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil (Arsyad, 1973). Pakan baung
antara lain ikan-ikan kecil, udang-udang kecil, remis, insekta, molusca, dan rumput.
Pemanfaatan
Di Asia Tenggara, baung merupakan ikan konsumsi yang penting.[5] Tekstur dagingnya berwarna
lembut, putih, tebal tanpa duri halus, sehingga sangat digemari masyarakat.[6] Berbagai masakan
ikan baung yang terkenal enak, di antaranya adalah pindang baung dari Sumatera Selatan dan
baung asam padeh dari Riau, serta ikan baung panggang dari Kalimantan. Selain itu, ikan baung
juga biasa dijadikan ikan asap.
28. Salah satu jenisnya, yakni baung putih (H. nemurus), telah berhasil dikembangkan
pembenihannya dan dibudidayakan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi semenjak tahun 1998.[6]
Jenis-jenisnya
Secara biogeografi, marga Hemibagrus diketahui menyebar luas di sebelah timur lembah Sungai
Gangga – Brahmaputra dan di selatan aliran Sungai Yangtze. Ragam jenis yang tertinggi
berkembang di wilayah Paparan Sunda.[4]
Berikut ini adalah tabel spesies anggota marga Hemibagrus menurut daftar yang disusun Ferraris
(2007)[7]:
Spesies[7] Author[7] Penyebaran[7] Nama umum
Hemibagrus
(Regan, 1906). Endemik di Sungai Baram, Serawak.
baramensis
Endemik di aliran sungai-sungai
H. bongan (Popta, 1904) Kapuas, Rajang dan Baram,
Kalimantan bagian barat.
Ng, Wirjoatmodjo Endemik di sekitar lembah Sungai
H. caveatus
& Hadiaty, 2001 Alas, Aceh
H. centralus Mai, 1978 Vietnam bagian utara
Ng & Dodson, Terbatas di aliran sungai-sungai
H. chrysops[4]
1999 Sadong dan Rajang, Serawak.
(Fang & Chaux, Lembah sungai Mekong bagian
H. filamentus
1949) tengah dan hilir
H. fortis (Popta, 1904) Kalimantan
Ng, Martin-Smith
H. furcatus Lembah sungai Segama, Sabah
& Ng, 2000
Wilayah Endau-Rompin,
H. gracilis[1] Ng & Ng, 1995
Semenanjung Malaya
H. guttatus (La Cepède, 1803) Cina selatan dan Laos
H. hainanensis (Tchang, 1835) Hainan
Sungai-sungai Kapuas dan Baram
(Kalimantan bagian barat), Musi dan
H. hoevenii (Bleeker, 1846) Batanghari (Sumatra bagian timur),
serta lembah sungai Muar,
Semenanjung Malaya.
H. hongus Mai, 1978 Vietnam bagian utara
Ng & Ferraris,
H. imbrifer Lembah sungai Salween, Thailand
2000
29. H. johorensis (Herre, 1940) Semenanjung Malaya dan Sumatra
H. macropterus Bleeker, 1870 Cina selatan
Roberts &
H. major † Phetchabun, Thailand.
Jumnongthai, 1999
H. maydelli (Rössel, 1964) Sungai Khrisna, India
Sungai-sungai Gangga, Brahmaputra,
H. menoda (Hamilton, 1822) Mahanadi dan Godawari di India dan
Bangladesh
Sungai-sungai Manipur (India),
H.
(Day, 1877) Irawadi dan Sittang (Burma), serta
microphthalmus
Salween (Thailand)
(Valenciennes, Jawa, dan kemungkinan pula wilayah- Baung putih,
H. nemurus
1840) wilayah di sekitarnya. baung sungai
Endemik di aliran Sungai Kapuas,
H. olyroides (Roberts, 1989)
Kalbar
Sungai-sungai Irawadi, Sittang dan
H. peguensis (Boulenger, 1894)
Pegu (Burma),
(Valenciennes,
H. planiceps Terbatas di Jawa Baung kuning
1840)
H. pluriradiatus (Vaillant, 1892) Cina selatan dan Laos
H. punctatus (Jerdon, 1849) Tamil Nadu dan Mysore, India
(Inger & Chin, Terbatas di sekitar Sungai
H. sabanus
1959) Kinabatangan, Sabah
Ng & Rainboth,
H. spilopterus[5] Lembah sungai Mekong bagian hilir.
1999
Ng & Ferraris,
H. variegatus Lembah sungai Tenasserim, Burma
2000
H. velox Tan & Ng, 2000 Sungai-sungai di Sumatra tengah
H. vietnamicus Mai, 1978 Laos dan Vietnam bagian utara
Lembah sungai Mekong dan Chao
H. wyckii (Bleeker, 1858) Phraya, serta di wilayah Paparan Baung kunyit
Sunda
(Fang & Chaux, Kamboja, Laos, Thailand dan Cina
H. wyckioides
1949) selatan
Pengecualian
Nama baung kadang-kadang juga digunakan untuk menyebut jenis-jenis ikan yang berbentuk
serupa dalam suku Bagridae, namun tergolong ke dalam marga yang lain di luar Hemibagrus.
Misalnya, [8]