1. MATERI TRAINING
Latihan Kader I memiliki materi-materi dasar yang sifatnya penanaman
dasar organisasi HMI, atau dengan kata lain materi yang disampaikan
pada LK I merupakan fondasi dalam membentuk kader sesuai dengan
kualitas insan cita. Adapun materi yang diberikan dalam LK I ini harus
seragam dan standar di seluruh cabang, karena jika fondasi ini beragam
akan mengakibatkan konstruksi yang lemah.
Materi-materi yang diberikan dalam LK I ini dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu materi pokok dan materi penunjang atau tambahan. Materi pokok
adalah kelompok materi yang wajib ada dan disampaikan dalam forum LK
I, materi ini merupakan materi standar secara “internasional” bagi
pelaksanaan LK I HMI. Alokasi waktu dan prinsip nilai dalam materi pokok
tidak boleh ditambah, apalagi dikurangi, penambahan terhadap materi
pokok dapat ditoleransi hanya menyentuh aspek sudut pandang atau
pengembangan kearifan lokal (misal penekanan pada pembelaan kaum
tertindas dengan studi kasus tertentu). Sedangkan materi penunjang atau
tambahan adalah materi yang telah menjadi kemestian untuk ada dalam
training (misal materi perkenalan dan orientasi latihan, dan materi evaluasi
dan rencana tindak lanjut), atau materi yang merupakan prasyarat
tercapainya pemahaman materi pokok (misal materi pengantar ideologi,
dan materi pengantar filsafat ilmu, sebagai prasyarat optimalisasi
pemahaman materi Nilai Dasar Perjuangan, atau materi teknik dan etika
diskusi, sebagai prasyarat berjalannya diskusi yang baik dalam
pertrainingan), atau materi yang memiliki hubungan/penurunan dari materi
pokok dan memiliki keterkaitan dengan tujuan perkaderan yang menjadi
karakter lokal.
3.1 MATERI POKOK
Materi pokok yang diberikan dalam Latihan Kader I meliputi (1) Materi
Sejarah Perjuangan HMI, (2) Materi Konstitusi HMI, (3) Materi Nilai Dasar
Perjuangan, (4) Materi Misi HMI, dan (5) Materi Kepemimpinan dan
Manajemen Organisasi.
3.1.1 Materi Sejarah Perjuangan HMI
A. Silabus
JENJANG
LATIHAN KADER I
SEJARAH
PERJUANGAN HMI
ALOKASI WAKTU:
8 JAM
Tujuan Pembelajaran Umum:
Peserta dapat memahami sejarah dan dinamika perjuangan HMI
BADAN KOORDINASI NASIONAL LEMBAGA PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
2. Panduan Latihan Kader I -
Tujuan Pembelajaran Khusus:
1 . Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya HMI.
2. Peserta dapat menjelaskan gagasan dan visi pendiri HMI.
3. Peserta dapat mengklafisikasikan fase-fase perjuangan HMI.
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan:
1 . Pengantar Ilmu Sejarah.
1.1. Pengertian Ilmu Sejarah.
1.2. Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Sejarah.
2. Misi Kelahiran Islam.
2.1. Masyarakat Arab Pra Islam.
2.2. Periode Kenabian Muhammad.
2.2.1. Fase Makkah.
2.2.2. Fase Madinah.
3. Latar Belakang Berdirinya HMI.
3.1. Kondisi Islam di Dunia.
3.2. Kondisi Islam di Indonesia.
3.3. Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam.
3.4. Saat Berdirinya HMI.
4. Gagasan dan Visi Pendiri HMI.
12
4.1. Sosok Lafran Pane.
4.2. Gagasan Pembaruan Pemikiran ke-Islaman.
4.3. Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial-budaya.
4.4. Komitmen ke-Islaman dan Kebangsaan sebagai dasar
perjuangan HMI.
5. Dinamika Sejarah Perjuangan HMI dalam Sejarah Perjuangan
Bangsa.
5.1. HMI Dalam Fase Perjuangan Fisik
5.2. HMI Dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa
5.3. HMI Dalam Fase Transisi Orde Lama dan Orde Baru
5.4. HMI Dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa
5.5. HMI Daiam Fase Pasca Orde Baru
Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal
Evaluasi:
Memberikan test objektif/subjektif dan penugasan dalam bentuk
resume.
Referensi :
1. Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975),
Bina Ilmu
2. DR. Victor I. Tanja, HMI, Sejarah dan Kedudukannya Ditengah
Gerakan Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982.
3. Prof. DR. Deliar Noer, Partai Islam Dipentas Nasional, Graffiti Pers,
1984
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
3. Panduan Latihan Kader I -
13
4. Sulastomo, Hari-hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung, 1988
5. Agus-Salim Sitompul, Historiografi HMI, Tintamas, 1995
6. Ramli Yusuf (ed), 50 tahun HMI Mengabdi, LASPI, 1997.
7. Ridwan Saidi, Biografi A. Dahlan Ranuwiharjo, LSPI, 1994.
8. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik di Indonesia,
Mizan, 1997
9. Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia, Respon
Cendikiawan Muslim Masa Orde Baru, LSI 1987.
10.Muhammad Hussein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad,
LiteraAntarNusa
11.Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradaban Islam, I, II, III, Rajawali
Pers
12.Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam
13.Moksen ldris Sirfefa et. Al (ed), Mencipta dan Mengabdi, PB HMI,
1997
14.Hasil-hasil Kongres HMI
15.Sejarah Kohati
16.Sharsono, HMI Daiam Lingkaran Politik Ummat Islam, Cl IS, 1997.
17.Prof. DR. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia
(1902-1942), LP3ES, 1980.
18.Literatur lain yang relevan
B. Materi Terurai
PENGANTAR ILMU SEJARAH
Pengertian
Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah lalu dan benar-benar
terjadi, dan kebetulan pula dicatat, biasanya kebenaran sejarah
didukung bukti-bukti yang membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, ilmu sejarah adalah suatu
pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian
yang benar-benar terjadi di masa lampau. Dari pengertian atau
definisi di atas maka dapatlah dibedakan antara sejarah dan ilmu sejarah,
sejarah adalah kejadian atau peristiwanya, sedangkan ilmu sejarah adalah
ilmu yang mempelajari kejadian atau peristiwa tersebut.
Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Ilmu Sejarah
Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang telah
lampau adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada
saat itu, dan dengan mempelajari maka dapat diambil hikmah/pelajaran
dari peristiwa tersebut. Pada peristiwa yang terjadi dapat dianalisis
kelebihan dan kekurangan yang ada dari peristiwa itu, dan pengetahuan
tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian dalam mengambil keputusan
pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip nilai yang terjadi di
masa lalu, karena pada dasarnya peristiwa masa lalu linear dengan masa
saat ini dan yang akan datang.
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
4. Panduan Latihan Kader I -
MISI KELAHIRAN ISLAM
14
Masyarakat Arab Pra Islam
Masyarakat Arab pra Islam atau yang lebih dikenal dengan masyarakat
jahiliyah hidup dalam keterbelakangan, baik pengetahuan, sosial budaya
maupun peradaban. Masyarakat arab pra Islam tidak mengenal tulis dan
baca, walaupun ada yang dapat menulis dan membaca itu hanya
sebagian kecil saja, namun pemahaman atau kebanggaan akan sastra
demikian tingginya, jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Arab pada
masa itu hidup dalam kebodohan. Posisi wanita pada saat itu tidak
dihargai, mereka hanya dipandang sebagai benda bergerak yang
menyenangkan, bahkan wanita dianggap sebagai beban dan sumber
bencana, implikasinya adalah ada anggapan jika memiliki anak wanita
akan mengakibatkan kemiskinan. Dampak dari pandangan itu, maka tak
heran jika mereka sering mengubur bayi wanita hidup-hidup (kalau
sekarang, belum lahir sudah dibunuh). Selain itu masyarakat Arab pra
Islam hidup dalam perpecahan klan (keluarga besar), karena mereka lebih
menonjolkan ego kesukuan atau kabilah, ini menyebabkan masyarakat
Arab sering berperang antar kabilah dan tidak memiliki rasa kebangsaan
yang menyebabkan bangsa Arab menjadi lemah dan terpecah-pecah.
Periode Kenabian Muhammad
# Fase Makkah
Muhammad lahir di Makkah pada masa keadaan masyarakat yang buruk
sekali. Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah,
bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M. Muhammad putra tunggal
dari pasangan Abdullah dan Aminah. Sejak kecil Muhammad memiliki
sifat yang terpuji sehingga kemudian ia dijuluki “al-amin” atau orang
yang dapat dipercaya. Pada usia yang ke-25 Muhammad menikah
dengan seorang janda kaya yang bernama Khadijah. Dalam masa
pernikahannya ini Muhammad sering melakukan
perenungan/kontemplasi di luar kota Makkah, tepatnya di sebuah gua
yang bernama Hira, beliau selalu memikirkan keadaan masyarakatnya
yang demikian rusak.
Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin sering
stress memikirkan bangsanya, sehingga pelariannya dengan menyepi di
gua Hira semakin sering kuantitasnya. Suatu malam di bulan
Ramadhan tepatnya tanggal 17 Ramadhan yang bertepatan dengan
tanggal 6 Agustus 610, datanglah suatu penampakan yang ternyata
adalah malaikat Jibril yang menyampaikan wahyu pertama (Al-Alaq : 1 –
5), dan ini pertanda bahwa Muhammad telah dilantik menjadi rasul dan
nabi walaupun tanpa berita acara. Pasca wahyu di gua Hira,
Muhammad s.a.w. mendapat wahyu-wahyu berikutnya yang
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
5. Panduan Latihan Kader I -
15
memerintahkan kepada Muhammad s.a.w untuk menyampaikan
dakwah. Isi dakwahnya adalah ajakan untuk melakukan perubahan-perubahan
yang revolusioner, perubahan yang dibawa antara lain
perubahan akhlak, karena Islam mengajarkan akhlak yang baik.
Perubahan lain adalah nilai persamaan, yang dimaksud adalah
kesetaraan antar umat manusia, tidak ada perbedaan antara laki-laki
dan perempuan, antar ras, bangsa, dan lain sebagainya, di mata Allah
yang berbeda adalah ketaqwaan. Selain itu, ilmu pengetahuan menjadi
sesuatu yang penting untuk dilakukan, serta membangun solidaritas
persaudaraan yang berimplikasi pada penguatan nasionalisme atau
keutuhan dalam berbangsa dan beragama.
Pada fase Makkah ajaran yang disampaikan Muhammad s.a.w berkaitan
atau berhubungan pada nilai ketauhidan atau iman, karena pada saat itu
jaran Islam baru tegak kembali, sehingga yang harus dibangun pertama-tama
adalah fondasi aqidah atau iman yang dijadikan landasan
fundamental.
Tiap tahun kota Makkah selalu didatangi oleh kabilah-kabilah dari
seluruh Arab yang datang untuk untuk melakukan shoping atau ibadah
haji. Muhammad s.a.w melakukan dakwah terhadap orang-orang
tersebut, dan usaha ini tidak sia-sia karena dari kalangan yang berasal
dari daerah-daerah tersebut ada yang menyatakan keimanannya,
diantaranya dari Yastrib. Konsekuensi logis dari gerakan revolusioner
berdampak pada peningkatan konstelasi politik masyarakat Makkah,
yang pada akhirnya memberikan satu pilihan kepada Muhammad s.a.w
untuk meninggalkan Makkah. Pada hijrah yang kedua, Muhammad
s.a.w. menginstruksikan kepada para pendukungnya untuk
meninggalkan kota Makkah menuju Yastrib yang dikemudian hari
dikenal dengan Madinah. Muhammad s.a.w pun pada akhirnya terpaksa
harus meninggalkan Makkah menuju Madinah, maka dimulailah babak
baru dalam Islam, fase Madinah.
# Fase Madinah
Fase Madinah dimulai sejak hijrahnya Muhammad s.a.w dari Makkah ke
Madinah, karena Madinah dianggap baik untuk pembenihan Islam.
Kaum muslimin yang berada di Madinah terbagi menjadi dua kelompok,
yaitu Anshar (kaum muslimin tuan rumah) dan Muhajirin (kaum muslimin
pendatang dari Makkah), maka langkah pertama yang dilakukan adalah
mempertalikan hubungan kekeluargaan atau hubungan persaudaraan
antara kaum Anshar dan Muhajirin, karena hanya dengan persatuanlah,
maka umat Islam akan kuat. Selanjutnya dilakukan lobi-lobi politik atau
perjanjian dengan kelompok di luar Islam yang ada di Madinah, karena
pada saat itu telah ada kelompok lain yang tinggal di sana, antara lain
Yahudi.
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
6. Panduan Latihan Kader I -
16
Dimadinahlah Muhammad s.a.w. melakukan pembinaan masyarakat
Islam. Pembinaan masyarakat ini tidak hanya di bidang aqidah, tetapi
juga menyangkut masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya. Di
Madinah perkembangan ajaran Islam maju dengan pesat, pada fase ini
ajaran lebih ditekankan pada hukum kemasyarakatan atau lebih kepada
muamallah. Dengan semakin besarnya kamum muslimin, dianggap
merupakan ancaman bagi kelompok lain, maka semakin benci pula
orang-orang Quraisy kepada Muhammad s.a.w. dan para
pendukungnya. Konstelasi kebencian makin meningkat sehingga
mengakibatkan timbulnya peperangan, antara lain Badr, Uhud, Ahzab,
Khandaq, dan beberapa perang lainnya. Pada prinsipnya bagi kaum
muslimin peperangan ini adalah upaya defensif dan dalam rangka
menegakkan kalimah tauhid.
Muhammad s.a.w. mangkat dan dimakamkan di Madinah di usia 63
tahun, pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H, bertepatan dengan tanggal 8
Juni 632.
LATAR BELAKANG BERDIRINYA HMI
Kondisi Islam di Dunia
Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI dapat
dikatakan ketinggalan dibandingkan masyarakat Eropa dengan
Reinasance-nya. Ini dapat dilihat dari penguasaan teknologi maupun
pengetahuan, bahkan sebagain besar umat Islam berada di bawah ketiak
penindasan nekolim barat yang notabene dimotori oleh kelompok Kristen.
Umat Islam hanya terpaku, terlena oleh kejayaan masa lampau atau pada
zaman keemasan Islam. Umat Islam pada umumnya tidak memahami
ajaran Islam secara komprehensif, sehingga mereka hanya berkutat
seputar ubudiyah atau ritual semata tanpa memahami bahwa ajaran Islam
adalah ajaran paripurna yang tidak hanya mengajarkan hubungan
manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu menderivasikan
hubungan transenden ke dalam seluruh aspek kehidupan.
Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat berada dalam
keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di seluruh
dunia. Hal tersebut mengakibatkan terpuruknya umat Islam yang
dijanjikan Allah untuk dipusakai alam semesta. Lebih ironis lagi ketika
umat terbagi menjadi berbagai golongan yang hanya berangkat dari
masalah khilafiyah, yang bedampak pada melemahnya kekuatan Islam.
Kondisi Islam di Indonesia
Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu, umat Islam
berada dalam cengkaraman nekolim barat. Penjajah memperlakukan
umat Islam sebagai masyarakat kelas bawah dan diperlakukan tidak adil,
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
7. Panduan Latihan Kader I -
17
serta hanya menguntungkan kelompok mereka sendiri atau rakyat yang
sudah seideologi dengan mereka.
Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat (katanya
sich), dengan penonjolan simbolisasi Isalam dalam ubudiyah, sebagai
upaya kompensasi atas ketidakberdayaan untuk melawan nekolim,
sehingga pemahaman umat tidak secara benar dan kaffah. Bahkan ada
sebagian ulama yang menyatakan bahwa pintu ijtihad telah ditutup, hal ini
menyebabkan umat hidup dalam suasana taqlid dan jumud. Selain itu
umat Islam Indonesia berada dalam perpecahan berbagai macam
aliran/firqah dan masing-masing golongan melakukan truth claim, hal ini
menyebabkan umat Islam Indonesia tidak kuat akibat kurang persatuan di
kalangan umat Islam di Indonesia.
Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam
Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang akan
menghasilkan para pemimpin untuk masa sekarang dan masa yang akan
datang. Selain itu perguruan tinggi adalah motor penggerak perubahan,
dan perubahan tersebut diharapkan menuju sesuatu yang lebih baik.
Begitu pentingnya perguruan tinggi, maka banyak golongan yang ingin
menguasainya demi untuk kepentingan golongan tersebut.
Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang
strategis tersebut, ada beberapa faktor dominan yang menguasai dan
mewarnai perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan, antara lain sistem
yang diterapkan khususnya di perguruan tinggi adalah sistem pendidikan
barat yang mengarah pada sekularisme dan dapat menyebabkan
dangkalnya agama atau aqidah dalam kehidupan. Selain itu adanya
organisasi kemahasiswaan yang berhaluan komunis dan ini menyebabkan
aspirasi Islam dan umat Islam kurang terakomodir.
Faktor-faktor di atas adalah ancaman yang serius, karena menyebabkan
masalah dalam hidup dan kehidupan serta keberadaan Islam dan umat
Islam. Mahasiswa Islam kurang memiliki ruang gerak karena berada
dalam sistem yang sekuler dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan
harus menghadapi tantangan dari mahasiswa komunis yang sangat
bertentangan dengan fitrah manusia dan bertentangan pula dengan ajaran
Islam. Jelas sudah bahwa mahasiswa Islam sangat sulit untuk bergerak
memperjuangkan aspirasi umat Islam.
Saat Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi yang
memprihatinkan, yaitu terjadinya kesenjangan dan kejumudan
pengetahuan, pemahaman, penghayatan ajaran Islam sehingga tidak
tercermin dalam kehidupan nyata.
Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan, yaitu
Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), namun PMY didominasi oleh
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
8. Panduan Latihan Kader I -
18
partai sosialis yang berpaham komunis. Akibat didominasi oleh partai
sosialis maka PMY tidak independen untuk memperjuangkan aspirasi
mahasiswa, maka banyak mahasiswa yang tidak sepakat dan tidak bisa
membiarkan mahasiswa terlbat dalam polarisasi politik. Sebagai realisasi
dari keinginan tersebut maka di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal
1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Pebruari 1947 sebuah organisasi
kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai
organisasi independen dan sebagai anak umat dan anak bangsa.
GAGASAN DAN VISI PENDIRI HMI
Sosok Lafran Pane
Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres XI HMI
tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai pemrakarsa
berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI.
Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane, lahir di
Padang Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran Pane tidak
berjalan “normal” dan “lurus”. Lafran Pane mengalami perubahan
kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya untuk mencari hakikat
hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran Pane pindah ke Yogyakarta,
karena Sekolah Tinggi Islam (STI) tempat ia menimba ilmu pindah dari
Jakarta ke Yogyakarta. Pendidikan agama Islam yang lebih intensif ia
peroleh dari dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.
Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang
sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di
dunia dan akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane pindah studi ke
Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada
dan fakultas kedokteran di Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada
tanggal 19 Desember 1949 menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM),
secara otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama UGM.
Setelah bergabung menjadi UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum
Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama dalam
ilmu politik dari fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari 1953.
Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman
Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalanumat Islam akan agamanya
harus ditingkatkan, sehingga dapat mengetahui dan memahami ajaran
Islam secara benar dan utuh. Kebenaran Islam memiliki jaminan
kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan yang dapat
menghantarkan manusia kepada kebahagian dunia dan akhirat.
Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada kebenaran
Illahi dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil
makmur material dan spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
9. Panduan Latihan Kader I -
19
pemikiran keislaman, diharapkan kesenjangan dan kejumudan
pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam
dapat dilakukan dan dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan
pemikiran umat Islam telah membawa pada arti agama yang kaku dan
sempit, tidak lebih dari agama yang hanya melakukan peribadatan. Al-
Qur’an hanya dijadikan sebatas bahan bacaan, Islam tidak ditempatkan
sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan pemikiran Islam ini pun
hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan
kebesaran dan kejayaan masa lalu.
Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial Budaya
Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial budaya,
kemajemukan tersebut merupakan sumber kekayaan bangsa yang tidak
ternilai, tetapi keberagaman yang tidak terorganisir akan mengakibatkan
perpecahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan visi
perjuangan sosial budaya, yaitu :
1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi
derajat rakyat Indonesia
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam
Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan sosial
budaya yang ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Untuk
menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam pun harus dipelajari
kondisi sosial budaya gara tidak terjadi benturan kultur.
Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam
sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial budaya
yang telah mengakar ini tidak dapat diubah serta merta, tetapi melalui
proses panjang dan bertahap.
Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan
HMI
Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan
kebangsaan yang bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan HMI
yang dirumuskan dalam tujuan HMI yaitu :
a) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi
derajat rakyat Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau
pemikiran kebangsaan atau ke-Indonesiaan
b) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang didalamnya
terkandung pemikiran ke-Islaman
Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata
perjuangan HMI dalam komitmen keumatan dan kebangsaan adalah
melakukan proses perkaderan yang ingin menciptakan kader berkualitas
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
10. Panduan Latihan Kader I -
20
insan cita yang mampu menjadi pemimpin yang amanah untuk membawa
bangsa Indonesia mencapai asanya.
Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih
melekat dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat
dalam rumusan tujuan HMI (hasil Kongres IX HMI di Malang tahun 1969)
sampai sekarang, “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat
adil makmur yang diridhoi Allah SWT”. Namun kedua komitmen itu tidak
dilakukan secara institusional, melainkan dampak dari proses
pembentukan kader yang dilakukan oleh HMI.
DINAMIKA SEJARAH PERJUANGAN HMI
DALAM SEJARAH PERJUANGAN BANGSA
HMI dalam Fase Perjuangan Fisik
HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi pemberontakan
PKI di Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan
mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang sah dan ingin mendirikan
“Soviet Republik Indonesia”. Menghadapi hal tersebut, HMI menggalang
seluruh kekuatan mahasiswa dengan membentuk Corps Mahasiswa.
Selama waktu krisis tersebut anggota HMI terpaksa meninggalkan bangku
kuliah untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
pengkhianatan PKI, selain itu HMI pun terlibat dalam perjuangan fisik
menghadapi agresi militer Belanda.
Sebagai anak umat dan anak bangsa, HMI selalu ikut dalam perjuangan
fisik demi mempertahankan negara Republik Indonesia. Dalam
mempertahakan NKRI, anggota-anggota HMI mengganti pena dengan
memanggul senjata, HMI merasa ikut bertanggung jawab dalam
mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI berkeyakinan bahwa dalam
masyarakat yang berdaulat dan merdeka akan tercipta keadilan dan
kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu HMI selalu berusaha untuk
mempertahankan dan mempersatukan bangsa.
HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa
Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di Madiun yang
merupakan ancaman terhadap kedaulatan bangsa, umat Islam, dan HMI
sendiri. Kekuatan PKI ini makin memuncak pada era 60-an, PKI menjadi
salah satu kekuatan sosial politik besar di Indonesia. Posisi HMI saat itu
adalah menentang ajaran komunis dan mengajak semua pihak yang ada
untuk menentang komunis. Persoalan komunis bukan hanya persoalan
bangsa dan negara, tetapi juga persoalan HMI, akibat sikap HMI tersebut
maka PKI menempatkan HMI sebagai salah satu musuh utama yang
harus diberangus. HMI menggalang konsolidasi dengan semua pihak
yang non komunis, karena komunis bertentangan dengan dasar negara,
yaitu Pancasila. Selain itu PKI selalu berusaha untuk merebut
pemerintahan dan kekuasaan yang sah.
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
11. Panduan Latihan Kader I -
21
Untuk menghadapi pemilu 1955, HMI mengadakan Konferensi Akbar di
Kaliuarang Yogyakarta paa tanggal 9 – 11 April 1955, keputusan yang
diambil adalah :
1) Menyerukan kepada khalayak ramai untuk memilih partai-partai Islam
dalam pemilu yang akan datang
2) Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi
keruncingan-keruncingan, tidak saling menyerang
3) Kepada warga dan anggota HMI supaya :
a) Wajib aktif dalam pemilu
b) Wajib aktif memilih salah satu partai Islam
c) Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan memilih
partai Islam yang disenangi
Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI
mengirimkan seruan kepada seluruh anggota fraksi partai-partai Islam di
konstituante agar dapat memikul amanah umat Islam di Indonesia.
Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat tekanan kuat,
karena ada tuduhan bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-lain. Oleh
karena itu HMI menggelar Musyawarah Nasional Ekonomi HMI se-
Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Ada beberapa pertanyaan yang
diajukan kepada HMI saat itu menyangkut sikap yang diambil HMI, yaitu
(1) Apakah HMI mendukung Manipol/Usdek atau tidak ? (2) HMI setuju
pancasila atau tidak ? dan (3) HMI setuju sosialisme Indonesia atau
tidak ?
Munas memberikan jawaban sebagai berikut :
1) Ya, HMI mendukung Manipol/Usdek sebagai haluan negara yang
ditetapkan oleh MPRS
2) Ya, HMI setuju Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan
dengan Piagam Jakarta
3) Ya, HMI setuju sosialisme Indonesia, yaitu masyarakat adil makmur
yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa
Dengan melakukan pendekatan-pendekatan itu maka HMI dapat
terselamatkan, isu dan tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI tidak
berhasil untuk mengubur HMI dalam percaturan sejarah.
HMI dalam Transisi Orde Lama dan Orde Baru
Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam
dibubarkan, dan lagi-lagi HMI lulus dalam ujian sejarah sehingga HMI
dapat mempertahankan eksistensinya hingga saat ini (entah esok hari,
entah lusa nanti, entah……). HMI adalah salah satu komponen bangsa
yang menentang faham dan ajaran komunis, sedangkan PKI saat itu
merupakan kekuatan sosial politik yang besar di negara Republik
Indonesia. PKI berkeinginan untuk membubarkan HMI karena merupakan
salah satu musuh utamanya, usaha untuk membubarkan HMI dilakukan
PKI dengan gencar (Kalau tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
12. Panduan Latihan Kader I -
22
pakai sarung saja), apalagi menjelang Gestapu atau Gestok (istilah
Pemimpin Besar Revolusi Soekarno). Masalah pembubaran HMI bukan
hanya menjadi masalah internal, tapi lebih jauh daripada itu, hal tersebut
merupakan masalah umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Puncak dari usaha PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan negara
Republik Indonesia adalah dengan melakukan pemberontakan Gerakan
30 Sepetember/PKI tahun 1965. Pemberontakan tersebut dimulai melalui
cara penculikan terhadap para perwira tinggi TNI-AD (kecuali Pangkostrad
yang merupakan jabatan strategis, why ?), dan menghabisi para perwira
itu. Menyikapi hal ini, HMI mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa
gerakan tersebut dilakukan oleh PKI (pernyataan bahwa G30S/PKI diotaki
oleh PKI pertama kali dilontarkan oleh HMI –sumber Agussalim Sitompul),
HMI ikut membantu pemerintah dalam menumpas G30S/PKI dan kerelaan
HMI untuk membantu sepenuhnya ABRI. Setelah turunnya Soekarno dan
naiknya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, HMI bersikap
mendukung pemerintahan baru yang ingin menjalankan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen (katanya sih gitu waktu naik) dan
HMI ikut dalam usaha-usaha untuk menumpas sisa-sisa PKI serta
organisasi underbouw PKI.
HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa
Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI harus memiliki kualitas insan
cita, yang karenanya akan tercipta kader yang memiliki intelektual tinggi
yang dilandasi oleh iman serta diabdikan kepada umat dan bangsa.
Pengabdian para kader ini akan dapat dijadikan penopang dalam
pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim
2) Partisipasi dalam pemberian konsep
3) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan
Dalam menjalani peran tersebut, banyak halangan dan rintangan yang
justru sebenarnya lebih dominan faktor internal, misalnya pergeseran nilai
yang berdampak pada hilangnya ruh perjuangan HMI. Selain itu faktor
eksternal memaksa HMI untuk terbawa pusaran kekuasaan, misal
masalah asas tunggal yang mengakibatkan perpecahan HMI menjadi dua
yaitu HMI yang bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan
dirinya Majelis Penyelamat Organisasi.
HMI dan Fase Pasca Orde Baru
Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan bangsa
yang dikenal dengan sebutan Reformasi. Namun ternyata sampai saat ini
reformasi masih berupa angan yang belum dapat terealisir, ironisnya
kehilangan arah, karena banyak komponen bangsa yang ingin merasakan
sesuatu yang instan, tetapi dengan harapan berumur panjang.
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
13. Panduan Latihan Kader I -
23
Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa
sementara ini diakibatkan penempatan peran HMI yang “salah” pada fase
pembangunan. Bahkan gerakan mahasiswa di luar HMI seringkali
menempatkan HMI sebagai common enemy.
Dinamika organisasi di manapun akan selalu mengalami fluktuasi,
akankah HMI tetap bertahan ?
3.1.2 Materi Konstitusi HMI
A. Silabus
JENJANG:
LATIHAN
KADER I
KONSTITUSI HMI ALOKASI WAKTU:
10 JAM
Tujuan Pembelajaran Umum:
Peserta dapat Memahami ruang lingkup konstitusi
Tujuan Pembelajaran Khusus:
1. Peserta dapat menjelaskan ruang lingkup
konstitusi HMI dan hubungannya dengan pedoman pokok organisasi
lainnya.
2. Peserta dapat mempedomani konstitusi HMI
dan pedoman-pedoman pokok organisasi dalam kehidupan
berorganisasi.
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
1. Pengantar Ilmu Hukum
1.1. Pengertian dan Fungsi Hukum
1.2. Hakekat Hukum
1.3. Pengertian Konstitusi dan arti pentingnya dalam organisasi
2. Ruang lingkup Konstitusi HMI
Makna Mukodimah AD HMI
Makna HMI sebagai organisasi yang berasaskan Islam
Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI
Masalah keanggotaan
Masalah Struktur Kekuasaan
Masalah Struktur Kepemimpinan
3. Pedoman-pedoman Dasar Organisasi
3.1. Pedoman Perkaderan.
3.2. Pedoman Kohati
3.3. Pedoman Lembaga Kekaryaan
3.4. Pedoman atribut HMI
3.5. GPPO dan PKN
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
14. Panduan Latihan Kader I -
4. Hubungan Konstitusi AD/ART dengan
pedoman-pedoman Organisasi lainnya.
Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal
Evaluasi:
Melaksanakan test Objektif/subjektif dan penugasan.
Referensi:
1. Hasil-hasil kongres.
2. Zainal Abidin Ahmad,
Piagam Muhammad, Bulan Bintang, t.t.
24
3. Prof. DR. Mukhtar
Kusuatmadja, SH, LMM dan DR. B. Sidharta, SH, Pengantar Ilmu
Hukum; Suatu pengenalan Pertama berlakunya Ilmu Hukum, Penerbit
Alumni, Bandung, 2000.
4. Prof. Chainur Arrasjid, SH.
Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000
5. UUD 1945 (untuk
perbandingan)
6. Literatur lain yang relevan.
B. Materi Terurai
Pengertian
Konstitusi adalah bentuk peraturan perundangan yang tertinggi yang
menjadi dasar dan sumber semua peraturan perundangan yang
dibawahnya dalam suatu organisasi/negara.
Konstitusi : - Aturan pokok
- Hukum pokok
Qur’an & Hadist Islam
Pancasila & UUD 1945 Indonesia
AD/ART Organisasi
Syarat yang harus dimiliki agar konstitusi menjadi penentu arah, tindakan
dan piagam (sebagai dasar pijakan) :
1. Bentuknya
Sebagai naskah tertulis yang merupakan perundangan tertinggi yang
berlaku dalam suatu organisasi/negara.
2. Isinya
Merupakan peraturan yang bersifat fundamental; artinya tidak semua
masalah yang penting harus dibuat, melainkan hal-hal yang bersifat
pokok, dasar atau azas-azasnya saja.
3. Sifatnya
· Universal
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
15. Panduan Latihan Kader I -
· Fleksibel
· Luwes
PIAGAM MADINAH
(Untuk perbandingan)
Prinsip-prinsip umum atau pokok-pokok pikiran
1. Monotheisme
25
Konsep tauhid terdapat dalam Mukadimmah, pasal 22, 23, 42 dan
akhir pasal 47
2. Persatuan dan kesatuan
Terdapat dalam pasal 1, 15, 17, 25, dan 37
3. Persamaan dan keadilan
Terdapat pada pasal 13, 15, 16, 22, 24, 37, dan 40
4. Kebebasan beragama
Terdapat pada pasal 25
5. Bela negara
Tersirat dalam pasal 24, 37, 38, dan 44
6. Pelestarian adat yang baik
Terdapat dalam pasal 2 – 10. Adat yang dipertahankan seperti
gotong-royong, pembayaran diat dan tebusan tawanan.
Ruang Lingkup Konstitusi HMI
Mukadimmah
Alinea 1 :
1) Islam ajaran yang haq dan sempurna (Ali Imron 19)
2) Fitrah manusia : Hanief/cenderung pada kebenaran (Al-Araf 172)
3) Khalifah fil ardh (Al-Baqarah 30)
4) Pengabdian diri (Az-Zariat 56)
Alinea 2 :
Azas keseimbangan (Al-Qashash 77)
Duniawi – Ukhrawi, Individu – Sosial, Iman – Ilmu – Amal
Alinea 3 :
1) Kemerdekaan merupakan rahmat Allah SWT
(At-Taubah 41, Al-Baqarah 105, Yunus 25)
2) Umat Islam wajib mengisi kemerdekaan (fungsi umat Islam)
(Al-Anfal 61, Al-Jum’ah 10, Ar-Radu 11)
3) Adil makmur
Alinea 4 :
1) Fungsi generasi muda Islam
2) Orientasi pengabdian kepada Allah SWT (Az-Zariat 56)
Makna HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
16. Panduan Latihan Kader I -
26
HMI adalah organisasi yang menghimpun mahasiswa yang (mengaku)
beragama Islam dimana secara individu dan organisatoris memiliki cirri-ciri
keislaman, dan menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai sumber
norma, sumber nilai, sumber inspirasi dan sumber aspirasi di dalam setiap
aktivitas dan dinamika organisasi.
Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI
Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI merupakan konstitusi HMI,
isinya memuat aturan-aturan pokok organisasi yang bersifat fundamental.
Secara khusus masalah-masalah yang memerlukan penjelasan lebih
lanjut diurai dalam beberapa naskah, yaitu penjelasan dan pedoman-pedoman
organisasi lainnya.
Hal utama yang harus diketahui kader selain asas dan implikasinya
adalah masalah tentang keanggotaan, dan struktur organisasi.
Yang dapat menjadi anggota HMI adalah mahasiswa Islam yang terdaftar
pada perguruan tinggi dan/atau yang sederajat yang ditetapkan oleh
Pengurus HMI Cabang/Pengurus Besar HMI. Keanggotaan HMI dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1) Anggota Muda
Anggota muda adalah mahasiswa Islam yang menuntut ilmu di
perguruan tinggi atau yang sederajat dan telah mengikuti Maperca
2) Anggota Biasa
Anggota biasa adalah anggota muda yang telah memenuhi syarat dan
atau anggota muda yang telah mengikuti Latihan Kader I
3) Anggota Kehormatan
Anggota kehormatan adalah orang yang berjasa kepada HMI yang
telah ditetapkan oleh Pengurus HMI Cabang/Pengurus Besar HMI.
Setiap mahasiswa Islam yang berkeinginan untuk bergabung di HMI
dengan status sebagai anggota harus mengajukan permohonan secara
menyatakan secara tertulis kesediaan mengikuti dan menjalankan
AD/ART serta pedoman HMI lainnya kepada pengurus cabang setempat.
Apabila yang bersangkutan memenuhi syarat dan telah mengikuti
Maperca, maka dinyatakan sebagai anggota muda HMI, kemudian jika
anggota muda tersebut telah megikuti dan lulus Latihan Kader I akan
dinyatakan sebagai anggota biasa HMI.
Masa keanggotaan HMI dihitung sejak kelulusan dari Latihan Kader I dan
akan berakhir maksimum 5 (lima) tahun untuk program S0, 7 (tujuh) tahun
untuk program S1, dan 9 (sembilan) tahun untuk program pasca sarjana.
Perhitungan tahun antar program bukan dibuat akumulasi. Selain habis
masa keanggotaan, status anggota HMI juga dapat berakhir jika anggota
yang bersangkutan meninggal dunia, mengundurkan diri, dan
diberhentikan atau dipecat. Dalam keadaan tertentu masa keanggotaan
dapat diperpanjang apabila yang bersangkutan masih menduduki
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
17. Panduan Latihan Kader I -
27
kepengurusan di HMI, dan akan diperpanjang sampai masa
kepengurusannya berakhir.
Anggota muda HMI mempunyai hak bicara tetapi tidak mempunyai hak
suara (gimana bisa bicara kalo bersuara tidak boleh), dan mengikuti
Latihan Kader I. Anggota biasa memiliki hak suara sehingga otomatis
punya hak bicara, mengikuti latihan dalam organisasi sesuai dengan
peruntukannya, dan mempunyai hak untuk dipilih sebagai fungsionaris
pengurus HMI sesuai dengan peruntukannya. Anggota kehormatan dapat
mengajukan saran/usul dan pertanyaan kepada pengurus secara lisan
atau tertulis.
Anggota HMI berkewajiban untuk menjaga nama baik organisasi,
berpartisipasi dalam seluruh kegiatan HMI. Khusus untuk anggota muda
dan anggota biasa, juga harus membayar uang pangkal dan iuran
organisasi.
Anggota HMI dapat dipecat karena dua hal :
1) Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan oleh HMI
2) Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi
Yang bisa mencabut status keanggotaan HMI adalah Pengurus HMI
Cabang dan Pengurus Besar HMI, dengan prosedur yang telah diatur
secara khusus.
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi HMI terbagi menjadi 2 (dua), yaitu (1) Struktur
Kekuasaan, dan (2) Struktur Pimpinan.
Struktur kekuasaan secara hirarki terdiri dari :
1) Kongres
2) Konferensi/Musyawarah Cabang
3) Rapat Anggota Komisariat
Struktur pimpinan secara hirarki terdiri dari :
1) Pengurus Besar HMI
2) Pengurus HMI Cabang
3) Pengurus HMI Komisariat
Pedoman-Pedoman Dasar Organisasi
Pedoman Perkaderan
Pedoman perkaderan adalah aturan yang khusus membahas tentang
sistem perkaderan yang dilakukan di HMI. Sistem inilah yang
dilaksanakan secara masif, seragam, standar, dan menyeluruh oleh
seluruh komponen HMI.
Hal-hal yang menjadi pokok dalam sistem perkaderan HMI adalah :
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
18. Panduan Latihan Kader I -
1. Tujuan Perkaderan
28
Terciptanya kader Muslim-Intelektual-Profesional yang berakhlakul
karimah serta mampu mengemban amanah Allah sebagai khalifah fil
ardh dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
2. Aspek Perkaderan
· Pembentukan integritas watak dan kepribadian
· Pengembangan kualitas intelektual
· Pengembangan kemampuan professional
3. Landasan Perkaderan
Landasan teologis
Landasan ideologis
Landasan konstitusi
Landasan historis
Landasan sosio-kultural
4. Pola Dasar Perkaderan
· Rekrutmen
· Pembentukan Kader
- Training Formal
- Pengembangan :
Up-Grading
Pelatihan
Aktivitas
· Pengabdian
Pedoman KOHATI
KOHATI adalah singkatan dari Korps HMI-Wati. KOHATI merupakan
badan khusus HMI yang bertugas untuk membina, mengembangkan dan
meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan
keperempuanan. KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H
yang bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 pada Kongres VIII
HMI di Solo, KOHATI berkedudukan dimana HMI berada.
KOHATI bertujuan “Terbinanya muslimah yang berkualitas insan cita”.
KOHATI merupakan organisasi yang bersifat semi otonom. KOHATI
memiliki fungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi
kader HMI dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. Dalam
internal HMI, KOHATI berfungsi sebagai bidang keperempuanan, dan di
eksternal HMI, KOHATI berfungsi sebagai organisasi perempuan.
KOHATI berperan sebagai pencetak dan pembinan muslimah sejati untuk
menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai keislaman dan
keindonesiaan. Yang dapat menjadi anggota KOHATI adalah HMI-Wati
yang telah lulus Latihan Kader I HMI.
Pedoman Lembaga Kekaryaan
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
19. Panduan Latihan Kader I -
29
Sejarah Lembaga Kekaryaan HMI
Terbentuknya lembaga kekaryaan sebagai satu dari institusi HMI terjadi
pada kongres ke tujuh HMI di Jakarta pada tahun 1963 dengan
diputusakannya mendirikan beberapa lembaga khusus (sekarang
lembaga kekaryaan) dengan pengurus pusatnya ditentukan berdasarkan
kuota yang mempunyai potensi terbesar pada jenis aktifitas lembaga
kekaryaan yang bersangkutan diantaranya :
· Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) dipusatkan di Surabaya
· Lembaga Da’wah mahasiswa Islam (LDMI) yang dipusatkan di
Bandung
· Lembaga Pembangunan Mahasiswa Islam (LPMI) pusatnya di
Makassar
· Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSBMI) pusatnya di
Yogyakarta
Dan kondisi politik tahun 60-an berorientasi massa, lembaga kekaryaan
pun semakin menarik sebagai suatu faktor bagi berkembang pesatnya
lembaga kekaryaan ditunjukkan dari :
· Adanya hasil penelitian yang menginginkan dipertegasnya status
lembaga kekaryaan, struktur organisasi dan wewenang lembaga
kekaryaan
· Keinginan untuk menjadi lembaga kekaryaan otonom penuh terhadap
organisasi induk HMI
Kemudian sampai pada tahun 1966 diikuti oleh pembentukan Lembaga
Tekhnik Mahasiswa Islam (LTMI), Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam
(LPMI), Lembaga Astronomi Mahasiswa Islam (LAMI). Akhirnya dengan
latar belakang di atas melalui kongres VIII HMI di Solo melahirkan
keputusan Kongres dengan memberikan status otonom penuh kepada
lembaga kekaryaan dengan memberikan hak yang lebih kepada lembaga
kekaryaan tersebut, antara lain :
a. Punya struktur organiasasi yang bersifat nasional dari tingkat pusat
sampai rayon
b. Memiliki Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga (PD/PRT)
sendiri
c. Bentuk megadakan musyawarah lembaga termasuk memilih
pimpinan lembaga
Keputusan-keputusan di atas di satu pihak lebih mengarahkan kepada
kegiatan lembaga, namun di lain pihak lebih merugikan organisasi ke
tingkat induk bahkan justru menimbulkan permasalahan serius. Ini
dibuktikan dengan adanya evaluasi pada kongres di Malang pada tahun
1969, dimana kondisi pada saat tersebut lembaga kekaryaan sudah
cenderung mengarah kepada perkembangan untuk melepaskan diri dari
organisasi induknya, sehingga dalam evaluasi kongres IX HMI di Malang
tahun 1969 antara lain melalui papernya mempertanyakan :
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
20. Panduan Latihan Kader I -
30
a. Status lembaga dan hubungan dengan organisasi induknya
(HMI)
b. Perlu tidaknya penegasan oleh kongres, bahwa lembaga
kekaryaan adalah bagian mutlak dari HMI misalnya LKMI menjadi LK
HMI, LDMI menjadi LD HMI, dsb.
Setelah kongres X di Palembang tahun 1971, perubahan kelembagaan
tidak lagi menjadi permasalahan dan perhatian Himpunan. Ha ini
mengakibatkan lembaga kekaryaan perlahan-lahan mengalami
kemunduran dan puncaknya terjadi saat diterbitkannya SK Mendikbud
tentang pengaturan kehidupan kemahasiswaan melalui NKK/BKK tahun
1978.
Namun realitas perkembangan organisasi merasakan perlu dihidupkannya
kembali, lembaga kekaryaan yang dikukuhkan melalui kongres XIII HMI di
Ujung Pandang. Kemudian LK menjadi perhatian/alternatf baru bagi HMI
karena gencarnya isu profesionalisme. Melalui kongres XVI di Padang
tahun 1986 pendayagunaan LK kembali dicanangkan.
Lembaga Kekaryaan
Yang dimaksud dengan Lembaga Kekaryaan adalah badan-badan khusus
HMI (diluar KOHATI, LPL) yang bertugas melaksanakan kewajiban-kewajiban
HMI sesuai dengan fungsi dan bidangnya (ladang garapan)
masing-masing, latihan kerja berupa dharma bhakti kemasyarakatan
dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimana terdapat
dalam unsur-unsur pokok Esensi Kepribadian HMI yang meliputi :
1. Dasar Tauhid yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul
yakni dasar keyakinan bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”, dan
Allah adalah merupakan inti daripada iman, Islam dan Ihsan.
2. Dasar keseimbangan yaitu keharmonisan antara pemenuhan tugas
dunia dan akhirat, jasmaniah dan rohaniah, iman dan ilmu menuju
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
3. Kreatif, yakni memiliki kemampuan dengan cipta dan daya pikir
nasional dan kritis, hingga memilki kebijakan untuk berilmu amaliah
dan beramal ilmiah.
4. Dinamis, yaitu selalu dalam keadaan gerak dan terus berkembang
serta dengan cepat memberikan respon terhadap setiap tantangan
yang dihadapi sehingga memiliki fungsi pelopor yang militan.
5. Pemersatu, yaitu sikap dan perbuatan angkatan muda yang
merupakan kader seluruh umat Islam Indonesia menuju persatuan
nasional.
6. Progresif dan Pembaharu, yaitu sikap dan perbuatan orang muda
patriotik mengutamakan kepentingan bersama bangsa datas
kepentingan pribadi. Memihak dan membela kaum-kaum yang lemah
dan tertindas dengan menentang penyimpangan dan kebatilan dalam
bentuk dan manifestasinya. Aktif dalam pembentukan dan peranan
umat Islam Indonesia yang adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah
SWT.
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
21. Panduan Latihan Kader I -
31
Dilihat dari jenisnya, maka lembaga kekaryaan yang pernah ada :
a. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
b. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
c. Lembaga Da’wah Mahasiswa Islam (LDMI)
d. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
e. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
f. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
g. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
h. Lembaga Astronomi Mahasswa Islam (LAMI)
i. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
j. Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI)
k. Lembaga Penelitian Mahasiswa Islam (LEPMI)
l. Dan lembaga-lembaga yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan
karena lembaga kekaryaan adalah badan pembantu pimpinan HMI,
maka dengan melaksanakan tugas/fungsional (sesuai dengan
bidangnya masing-masing) haruslah terlebih dahulu dirumuskan dalam
suatu musyawarah tersendiri. Musyawarah badan yang selanjutnya
disebut rapat kerja itu, bertugas untuk menjabarkan program HMI yang
telah diputuskan oleh instansi-instansi kekuasaan HMI.
Maksud dan Fungsi Lembaga Kekaryaan
Adanya lembaga kekaryaan dimaksudkan untuk mempertajam alat
pencapai tujuan HMI, sehingga dalam proses dapat terbentuk arah yang
jelas, agar pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan Lembaga
Kekaryaan benar dapat terkoordinasikan.
Adapun fungsi dari lembaga kekaryaan adalah :
a. Melaksanakan peningkatan wawasan profesionalsme
anggota, sesuai dengan bidang masing-masing, (Pasal 59 ART HMI)
dan lembaga kekeryaan bertanggung jawab kepada pengurus HMI
setempat, (Pasal 60 ayat d ART HMI)
b. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan HMI
untuk meningkatkan keahlian para anggota melalui pendidikan,
penelitian dan latihan kerja praktis serta darma bakti kemasyarakatan
(pasal 60 ayat b ART HMI)
Pedoman Atribut HMI
Pedoman atribut HMI berisi tentang lagu, lambing dan berbagai macam
penerapannya. Lagu yang dijadikan sebagai Hymne HMI adalah lagu
yang diciptakan oleh RM Akbar sebagai berikut :
HYMNE
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Bersyukur dan Ikhlas
Himpunan Mahasiswa Islam
Yakin Usaha Sampai
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
22. Panduan Latihan Kader I -
Untuk kemajuan
Hidayah dan taufiq
Bahagia HMI
Berdoa dan Ikrar
Menjunjung tinggi syiar Islam
Turut Qur’an dan hadist
Jalan keselamatan
Ya Allah berkati
Bahagia HMI
Lambang HMI adalah sebagai berikut :
1. Bentuk huruf alif :
32
- Sebagai huruf hidup, lambang optimis kehidupan
HMI
- Huruf alif merupakan angka 1 (satu) lambang,
dasar/semangat HMI
2. Bentuk perisai :
Lambang kepeloporan HMI
3. Bentuk jantung :
Jantung adalah pusat kehidupan manusia, lambang proses
perkaderan HMI
4. Bentuk pena :
Melambangkan bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa yang
senantiasa haus akan ilmu pengetahuan
5. Gambar bulan bintang :
Lambang keimanan seluruh umat Islam di dunia
6. Warna hijau :
Lambang keimanan dan kemakmuran
7. Warna hitam :
Lambang ilmu pengetahuan
8. Keseimbangan warna hijau dan hitam :
Lambang keseimbangan, esensi kepribadian HMI
9. Warna putih :
Lambang kesucian dan kemurnian perjuangan HMI
10.Puncak tiga :
- Lambang Iman, Islam dan Ikhsan
- Lambang Iman, Ilmu dan Amal
11.Tulisan HMI :
Kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa Islam
Pengunaan lambang HMI dapat diterapkan pada :
a) Lencana/Badge HMI
b) Bendera
c) Stempel
d) Kartu Anggota
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
23. Panduan Latihan Kader I -
33
e) Papan Nama HMI
f) Gordon/Selempang HMI
g) Aksesoris atau perlengkapan lain dengan tidak menyimpang dari
lambang dan penggunaannya
Aturan penggunaan dan lainnya diatur dengan rinci.
Atribut lain yang digunakan dalam HMI adalah :
1) Muts/Peci HMI
2) Baret HMI
Segala sesuatu yang berkaitan dengan atribut diatur dalam ketentuan
khusus.
Hubungan Konstitusi dan Pedoman lainnya
Pada dasarnya konstitusi hanya memberikan aturan yang bersifat umum,
aturan secara khusus dijelaskan dalam pedoman-pedoman lainnya.
Pedoman lain berfungsi sebagai penjelasan teknis hal-hal yang dibahas
dalam konstitusi, sehingga tidak boleh bertentangan dengan konstitusi.
Secara hirarki hukum konstitusi merupakan aturan tertinggi.
3.1.3 Materi Nilai Dasar Perjuangan
A. Silabus
JENJANG:
LATIHAN
KADER I
NILAI DASAR PERJUANGAN ALOKASI
WAKTU:
8 JAM
Tujuan Pembelajaran Umum
Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan kedudukan NDP
serta subtansi materi secara garis besar dalam organisasi.
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Peserta dapat
menjelaskan sejarah perumusan NDP dan kedudukannya dalam
organisasi
2. Peserta dapat
menjelaskan hakikat sebuah kehidupan
3. Peserta dapat
menjelaskan hakikat kebenaran
4. Peserta dapat
menjelaskan hakikat penciptaan alam semesta
5. Peserta dapat
menjelaskan hakikat penciptaan manusia
6. Peserta dapat
menjelaskan hakikat masyarakat
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
24. Panduan Latihan Kader I -
34
7. Peserta dapat
menjelaskan hubungan antara iman, ilmu dan amal
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
1. Sejarah perumusan NDP dan kedudukan NDP dalam organisasi HMI
1.1. Pengertian NDP
1.2. Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP
1.3. NDP sebagai kerangka Global Pemahaman Islam dalam
konteks organisasi HMI
1.4. Hubungan antara NDP dan Mision HMI
1.5. Metode pemahaman NDP
2. Garis besar Materi NDP
2.1. Hakikat Kehidupan
2.1.1. Analisa Kebutuhan Manusia
2.1.2. Mencari kebenaran sebagai kebutuhan dasar manusia
2.1.3. Islam sebagai sumber kebenaran
2.2. Hakikat Kebenaran
2.2.1. Konsep Tauhid La Ila Ha Illallah
2.2.2. Eksistensi dan sifat-sifat Allah
2.2.3. Rukun iman sebagai sebagai upaya mencari kebenaran
2.3. Hakikat Penciptaan Alam Semesta
2.3.1. Eksistensi Alam
2.3.2. Fungsi dan Tujuan Penciptaan Alam
2.4. Hakikat-hakikat penciptaan Manusia
2.4.1. Eksistensi Manusia dan Kedudukannya diantara mahkluk
lainnya
2.4.2. Kesetaraan dan kedudukan manusia sebagai khalifah
dimuka bumi
2.4.3. Manusia sebagai hamba Allah
2.4.4. Fitrah, kebebasan dan tanggungjawab manusia
2.5. Hakikat Masyarakat
2.5.1. Perlunya menegakan keadilan dalam masyarakat
2.5.2. Hubungan Keadilan dan Kemerdekaan
2.5.3. Hubungan Keadilan dan kemakmuran
2.5.4. Kepemimpinan untuk menegakkan keadilan
2.6. Hakikat Ilmu
2.6.1. Ilmu sebagai jalanmencari kebenaran
2.6.2. Jenis-jenis Ilmu
3. Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal
Metode :
Menjunjung tinggi kearifan lokal
Evaluasi :
Test objektif/subjektif, penugasan dan membuat kuisoner
Referensi :
1. Al-Qur’an dan terjemah
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
25. Panduan Latihan Kader I -
35
2. Teks NDP
3. Literatur lain yang relevan
B. Materi Terurai
Sejarah Perumusan NDP
Sampai pada fase perjuangan HMI dalam transisi orde lama dan orde
baru, pedoman perjuangan HMI yang mendasar dan sistematis belum
ada, setelah fase berikutnya baru disusun Nilai Dasar Perjuangan HMI,
yang pada Kongres XVI HMI di Padang tahun 1986 pernah berubah nama
menjadi Nilai Identitas Kader (NIK), pada dasarnya tidak ada perubahan
atas isi dari NDP. Perubahan ini didasari atas pertimbangan politik
setelah keluarnya UU No.5 tahun 1985 yang menyatakan bahwa
Pancasila satu-satunya azas organisasi kemasyarakatan. Pada Kongres
XXII HMI di Jambi tahun 1999 nama NIK kembali ditukar menjadi NDP,
seirama dengan pertukaran azas organisasi.
Kelahiran NDP dilatarbelakangi oleh :
1) Keadaan negara
Bangsa Indonesia sekitar 1966-1968 tengah mengalami perbaikan dari
segi infra struktur maupun supra struktur, karena bangsa Indonesia
baru dilanda badai pengkhianatan PKI
2) Keadaan umat Islam
Nurkholis Madjid dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman
mengungkapkan bahwa muslim Indonesia adalah termasuk yang
paling sedikit ter”Arab”kan. Di Indonesia pemahaman Islam masih
dangkal, sehingga masih ada persoalan bagaimana menghayati nilai-nilai
Islam itu sendiri.
3) Antek-antek PKI mempunyai pedoman yang baik
Untuk memberikan pemahaman tentang kekomunisan, para kader PKI
di masa jayanya (1960-an) mempunyai buku saku yang bisa dibaca
dimanapun dan kapanpun. Melihat keadaan ini timbul keinginan Cak
Nur untuk menyusun dasar-dasar nilai Islam melalui kerangka
sistematis yang kemudian beliau beri nama NDI (Nilai Dasar Islam)
dengan tujuan NaDI ini mampu berfungsi sebagai pemahaman global
tentang ajaran Islam.
4) Literatur yang tersedia belum memuaskan
Pada waktu itu para kader HMI masih jarang sekali menuangkan ide
keislaman mereka dalam bentuk tulisan, salah satu penyebabnya
adalah kesibukan melawan PKI secara fisik.
Pada masa kepengurusan Nurkholis Madjid, HMI berusaha membuat
pedoman perjuangan dan pada Kongres X HMI di Palembang tahun 1971,
ditetapkan menjadi Nilai Dasar Perjuangan (NDP), yang berasal dari
naskah NDI yang disampaikan Cak Nur dalam Kongres IX HMI di Malang
tahun 1969 yang selanjutnya kongres menugaskan kepada Nurkholis
Madjid, Sakib Mahmud, dan Endang Saifudin Anshari (alm.) untuk
menyempurnakannya. Pemilihan nama NDP sendiri memiliki alasan, yaitu
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
26. Panduan Latihan Kader I -
36
(1) Nama NDI terlalu mengklaim Islam yang bahkan akan mempersimpit
ajaran Islam itu sendiri, (2) Terinspirasi oleh buku “Perjuangan Kita”-nya
Syahrir.
Ahmad Wahib dalam buku harian yang kemudian diterbitkan menjadi buku
oleh Johan Effendi dengan tajuk “Pergolakan Pemikiran Islam” yang
dianggap controversial, menuliskan bahwa perumusan NDI tersebut
dipengaruhi oleh perjalanan Nurkholis Madjid ke universitas-universitas di
Amerika atas undangan pemerintah Amerika pada tahun 1968. Hal ini
dibantah oleh Cak Nur dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman,
bahwa sebenarnya perjalanan ke Amerika tidak berpengaruh banyak
terhadap dirinya, karena selain perjalanan ke Amerika, Cak Nur juga
melanjutkan lawatan ke Timur Tengah dengan menggunakan sisa uang
saku yang dihematnya waktu di Amerika. Di Timur Tengah perjalanan
dimulai dari Damaskus, Kuwait, Saudi Arabia, Turki, Lebanon, dan terakhir
Mesir. Dalam perjalanan di Timur Tengah inilah untuk pertama kalinya
Cak Nur bertemu Gus Dur, padahal mereka satu kampung. Di Riyadh
Cak Nur bertemu dengan Dr. Farid Mustafa dan mendapat banyak hal
darinya. Selama di Timur Tengah Cak Nur sering mengadakan diskusi
kritis tentang berbagai hal keislaman.
Sepulang Cak Nur dari menunaikan ibadah haji atas undangan Menteri
Pendidikan Arab Saudi (Syekh hasan bin Abdullah Ali) sekitar bulan April
1969, keinginannya untuk menulis NDI makin menggebu-gebu.
Kedudukan NDP dalam tubuh HMI
NDP merupakan landasan perjuangan HMI, dan ini perlu disosialisikan
pada setiap kader. Tujuan NDP dalam HMI merupakan filsafat sosial
dalam melakukan perubahan sesuai tujuan HMI. Hubungan NDP dalam
HMI dapat digambarkan sebagai berikut :
Berdasarkan skema tersebut, maka NDP merupakan filsafat sosial yang
bersumber dari ajaran Islam. Filsafat sosial ini diturunkan menjadi teori-
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
ISLAM
NDP HMI
MISSION HMI
GPPO & PKN HMI
Landasan Teologis
Landasan Ideologis
Landasan Filosofis
Landasan Sosiologis
27. Panduan Latihan Kader I -
37
teori sosial yang teori-teori ini akan memberikan konsepsi yang jelas pada
arah gerak perubahan sosial yang dilakukan oleh HMI.
C. Teks NDP
NILAI DASAR PERJUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
A. DASAR-DASAR KEPERCAYAAN
Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan itu akan
melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan budayanya. Sikap tanpa
percaya atau ragu yang sempurna tidak mungkin dapat terjadi. Tetapi
selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan dalam waktu yang sama
juga harus merupakan kebenaran. Demikian pula cara berkepercayaan
harus pula benar. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak
dikehendaki akan tetapi bahkan berbahaya.
Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam kenyataan kita temui
bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka ragam di kalangan
masyarakat. Karena bentuk- bentuk kepercayaan itu berbeda satu dengan
yang lain, maka sudah tentu ada dua kemungkinan: kesemuanya itu salah
atau salah satu saja diantaranya yang benar. Disamping itu masing-masing
bentuk kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur
kebenaran dan kepalsuan yang campur baur.
Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa kepercayaan itu
melahirkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu kemudian melembaga dalam tradis-tradisi
yang diwariskan turun temurun dan mengikat anggota masyarakat
yang mendukungnya. Karena kecenderungan tradisi untuk tetap
mempertahankan diri terhadap kemungkinan perubahan nilai-nilai, maka
dalam kenyataan ikatan-ikatan tradisi sering menjadi penghambat
perkembangan peradaban dan kemajuan manusia. Disinilah terdapat
kontradiksi kepercayaan diperlukan sebagai sumber tatanilai guna
menopang peradaban manusia, tetapi nilai-nilai itu melembaga dalam
tradisi yang membeku dan mengikat, maka justru merugikan peradaban.
Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan peradaban dan
kemajuannya, manusia harus selalu bersedia meninggalkan setiap bentuk
kepercayaan dan tata nilai yang tradisional, dan menganut kepercayaan
yang sungguh-sungguh yang merupakan kebenaran. Maka satu-satunya
sumber nilai sumber dan pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri.
Kebenaran merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran
yang mutlak adalah Tuhan Allah.
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
28. Panduan Latihan Kader I -
38
Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang kesatu : Tiada
Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan
pengecualian. Perkataan "Tidak ada Tuhan" meniadakan segala bentuk
kepercayaan, sedangkan perkataan "Selain Allah" memperkecualikan satu
kepercayaan kepada kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan
agar manusia membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan
yang ada dengan segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu
dimaksudkan agar manusia hanya tunduk pada ukuran kebenaran dalam
menetapkan dan memilih nilai - nilai, itu berarti tunduk pada Allah, Tuhan
Yang Maha Esa, Pencipta segala yang ada termasuk manusia. Tunduk
dan pasrah itu disebut Islam.
Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah Tuhan. Pendekatan ke
arah pengetahuan akan adanya Tuhan dapat ditempuh manusia dengan
berbagai jalan, baik yang bersifat intuitif, ilmiah, historis, pengalaman dan
lain-lain. Tetapi karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka
manusia tidak dapat menjangkau sendiri kepada pengertian akan hakekat
Tuhan yang sebenarnya. Namun demi kelengkapan kepercayaan kepada
Tuhan, manusia memerlukan pengetahuan secukupnya tentang
Ketuhanan dan tatanilai yang bersumber kepada-Nya. Oleh sebab itu
diperlukan sesuatu yang lain yang lebih tinggi namun tidak bertentangan
dengan insting dan indera.
Sesuatu yang diperlukan itu adalah "Wahyu" yaitu pengajaran atau
pemberitahuan yang langsung dari Tuhan sendiri kepada manusia. Tetapi
sebagaimana kemampuan menerima pengetahuan sampai ketingkat yang
tertinggi tidak dimiliki oleh setiap orang, demikian juga wahyu tidak
diberikan kepada setiap orang. Wahyu itu diberikan kepada manusia
tertentu yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu para
Nabi dan Rosul atau utusan Tuhan. Dengan kewajiban para Rosul itu
untuk menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia. Para rosul dan
nabi itu telah lewat dalam sejarah semenjak Adam, Nuh, Ibrahim,
Musa,Isa atau Yesus anak Mariam sampai pada Muhammad SAW.
Muhammad adalah Rosul penghabisan, jadi tiada Rosul lagi sesudahnya.
Jadi para Nabi dan Rosul itu adalah manusia biasa dengan kelebihan
bahwa mereka menerima wahyu dari Tuhan.
Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul
seluruhnya dalam kitab suci Al-Quran. Selain berarti bacaan, kata Al-
Quran juga bearti "kumpulan" atau kompilasi, yaitu kompilasi dari segala
keterangan. Sekalipun garis-garis besar Al-Quran merupakan suatu
kompendium, yang singkat namun mengandung keterangan-keterangan
tentang segala sesuatu sejak dari sekitar alam dan manusia sampai
kepada hal-hal gaib yang tidak mungkin diketahui manusia dengan cara
lain. Jadi untuk memahami Ketuhanan Yang Maha Esa dan ajaran-ajaran-
Nya, manusia harus berpegang kepada Al-Quran dengan terlebih dahulu
mempercayai kerasulan Muhammmad SAW. Maka kalimat kesaksian
yang kedua memuat esensi kedua dari kepercayaan yang harus dianut
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
29. Panduan Latihan Kader I -
39
manusia, yaitu bahwa Muhammad adalah Rosul Allah. Kemudian di dalam
Al-Quran didapat keterangan lebih lanjut tentang Ketuhanan Yang maha
Esa ajaran-ajaranNya yang merupakan garis besar dan jalan hidup yang
mesti diikuti oleh manusia. Tentang Tuhan antara lain: surat Al-Ikhlas
menerangkan secara singkat ; katakanlah : "Dia adalah Tuhan Yang Maha
Esa. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan tempat menaruh segala harapan. Tiada
Ia berputra dan tiada pula berbapa. Selanjutnya Ia adalah Maha Kuasa,
Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Kasih dan Maha
Sayang, Maha Pengampun dan seterusnya daripada segala sifat
kesempurnaan yang selayaknya bagi Yang Maha Agung dan Maha Mulia,
Tuhan seru sekalian Alam.
Juga diterangkan bahwa Tuhan adalah yang pertama dan yang
penghabisan, Yang lahir dan Yang Bathin, dan "kemanapun manusia
berpaling maka disanalah wajah Tuhan". Dan "Dia itu bersama kamu
kemanapun kamu berada". Jadi Tuhan tidak terikat ruang dan waktu.
Sebagai "yang pertama dan yang penghabisan", maka sekaligus Tuhan
adalah asal dan tujuan segala yang ada, termasuk tata nilai. Artinya ;
sebagaimana tata nilai harus bersumber kepada kebenaran dan
berdasarkan kecintaan kepadaNya, Iapun sekaligus menuju kepada
kebenaran dan mengarah kepada "persetujuan" atau "ridhanya ". Inilah
kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang sebenarnya (Tuhan sebagai
tujuan hidup yang benar, diterangkan dalam bagian yang lain)
Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan mengaturnya
dengan pasti. Oleh karena itu alam mempunyai eksistensi yang riil dan
obyektif, serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap. Dan sebagai
ciptaan daripada sebaik-baiknya penciptanya, maka alam mengandung
kebaikan pada diriNya dan teratur secara harmonis. Nilai ciptaan ini untuk
manusia bagi keperluan perkembangan peradabannya. Maka alam dapat
dan dijadikan obyek penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum Tuhan
(sunnatullah) yang berlaku didalamnya. Kemudian manusia
memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri.
Jika kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan idealisme maupun
agama Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi
riil dan obyektif, melainkan semua palsu atau maya atau sekedar
emansipasi atau pancaran daripada dunia lain yang kongkrit, yaitu idea
atau nirwana. Juga tidak seperti dikatakan filsafat Agnosticisme yang
mengatakan bahwa alam tidak mungkin dimengerti manusia. Dan
sekalipun filsafat materialisme mengatakan bahwa alam ini mempunyai
eksistensi riil dan obyektif sehingga dapat dimengerti oleh manusia,
namun filsafat itu mengatakan bahwa alam ada dengan sendirinya.
Peniadaan pencipta ataupun peniadaan Tuhan adalah satu sudut
daripada filsafat materialisme.
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
30. Panduan Latihan Kader I -
40
Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang tertinggi. Sebagai
mahluk tertinggi manusia dijadikan "Khalifah" atau wakil Tuhan di bumi.
Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk memakmurkannya.
Maka urusan di dunia telah diserahkan Tuhan kepada manusia. Manusia
sepenuhnya bertanggungjawab atas segala perbuatannya di dunia.
Perbuatan manusia ini membentuk rentetan peristiwa yang disebut
"sejarah". Dunia adalah wadah bagi sejarah, dimana manusia menjadi
pemilik atau "rajanya".
Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti (sunattullah) yang
menguasai sejarah, sebagaimana adanya hukum yang menguasai alam
tetapi berbeda dengan alam yang telah ada secara otomatis tunduk
kepada sunatullah itu, manusia karena kesadaran dan kemampuannya
untuk mengadakan pilihan untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-hukum
kehidupannya sendiri. Ketidakpatuhan itu disebabkan karena sikap
menentang atau kebodohan. Hukum dasar alami daripada segala yang
ada inilah "perubahan dan perkembangan", sebab : segala sesuatu ini
adalah ciptaan Tuhan dan pengembangan olehNya dalam suatu proses
yang tiada henti-hentinya. Segala sesuatu ini adalah berasal dari Tuhan
dan menuju kepada Tuhan. Maka satu-satunya yang tak mengenal
perubahan hanyalah Tuhan sendiri, asal dan tujuan segala sesuatu. Di
dalam memenuhi tugas sejarah, manusia harus berbuat sejalan dengan
arus perkembangan itu menunju kepada kebenaran. Hal itu berarti bahwa
manusia harus selalu berorientasi kepada kebenaran, dan untuk itu harus
mengetahui jalan menuju kebenaran itu. Dia tidak mesti selalu mewarisi
begitu saja nilai-nilai tradisional yang tidak diketahuinya dengan pasti akan
kebenarannya.
Oleh karena itu kehidupan yang baik adalah yang disemangati oleh iman
dan ilmu. Bidang iman dan pencabangannya menjadi wewenang wahyu
sedangkan bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang manusia untuk
mengusahakan dan mengumpulkannya dalam kehidupan dunia ini. Ilmu
itu meliputi tentang alam dan tentang manusia (sejarah). Untuk
memperoleh ilmu pengetahuan tentang nilai kebenaran sejauh mungkin,
manusia harus melihat alam dan kehidupan ini sebagaimana adanya
tanpa melekatkan padanya kualitas-kualitas yang bersifat ketuhanan.
Sebab sebagaimana diterangkan dimuka, alam diciptakan dengan wujud
yang nyata dan objektif sebagaimana adanya. Alam tidak menyerupai
Tuhan, dan Tuhan pun untuk sebagian atau seluruhnya tidak sama
dengan alam. Sikap memper-Tuhan-kan atau mensucikan (sakralisasi)
haruslah ditujukan kepada Tuhan sendiri. Tuhan Allah Yang Maha Esa.
Ini disebut "Tauhid" dan lawannya disebut "syirik" artinya mengadakan
tandingan terhadap Tuhan, baik seluruhnya atau sebagian maka jelasnya
bahwa syirik menghalangi perkembangan dan kemajuan peradaban,
kemanusiaan menuju kebenaran.
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
31. Panduan Latihan Kader I -
41
Sesudahnya atau kehidupan duniawi ini ialah "hari kiamat". Kiamat
merupakan permulaan bentuk kehidupan yang tidak lagi bersifat sejarah
atau duniawi, yaitu kehidupan akhirat. Kiamat disebut juga "hari agama",
atau yaumuddin, dimana Tuhan menjadi satu-satunya pemilik dan raja.
Disitu tidak lagi terdapat kehidupan historis, seperti kebebasan, usaha dan
tata masyarakat. Tetapi yang ada adalah pertanggunggan jawab individu
manusia yang bersifat mutlak dihadapan illahi atas segala perbuatannya
dahulu didalam sejarah.
Selanjutnya kiamat merupakan "hari agama", maka tidak yang mungkin
kita ketahui selain daripada yang diterangkan dalam wahyu. Tentang hari
kiamat dan kelanjutannya / kehidupan akhirat yang non-historis manusia
hanya diharuskan percaya tanpa kemungkinan mengetahui kejadian-kejadiannya.
B. PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN
Telah disebutkan di muka, bahwa manusia adalah puncak ciptaan,
merupakan mahluk yang tertinggi dan adalah wakil dari Tuhan di bumi.
Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi manusia bukan hanya
beberapa sifat atau kegiatan yang ada padanya, melainkan suatu
keseluruhan susunan sebagai sifat-sifat dan kegiatan-kegiatan yang
khusus dimiliki manusia saja yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia
berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran
(Hanief).
"Dlamier" atau hati nurani adalah pemancar keinginan pada kebaikan,
kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia ialah kebenaran yang
mutlak atau kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Fitrah
merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi
dan prinsipil membedakannya dari mahluk-mahluk yang lain. Dengan
memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan menjadi
manusia sejati.
Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatanya. Nilai- nilai
tidak dapat dikatakan hidup dan berarti sebelum menyatakan diri dalam
kegiatan-kegiatan amaliah yang kongkrit. Nilai hidup manusia tergantung
kepada nilai kerjanya. Di dalam dan melalui amal perbuatan yang
berperikemanusiaan (fitrah sesuai dengan tuntutan hati nurani) manusia
mengecap kebahagiaan, dan sebaliknya di dalam dan melalui amal
perbuatan yang tidak berperikemanusiaan (jihad) ia menderita kepedihan.
Hidup yang penuh dan berarti ialah yang dijalani dengan sungguh-sungguh
dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat mewujudkan
dirinya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan dan memenuhi
keperluan-keperluannya. Manusia yang hidup berarti dan berharga ialah
dia yang merasakan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan
yang membawa perubahan kearah kemajuan-kemajuan baik
yang mengenai alam maupun masyarakat yaitu hidup berjuang dalam arti
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
32. Panduan Latihan Kader I -
42
yang seluas-luasnya. Dia diliputi oleh semangat mencari kebaikan,
keindahan dan kebenaran. Dia menyerap segala sesuatu yang baru dan
berharga sesuai dengan perkembangan kemanusiaan dan menyatakan
dalam hidup berperadaban dan berkebudayaan. Dia adalah aktif, kreatif
dan kaya akan kebijaksanaan (widom, hikmah).
Dia berpengalaman luas, berpikir bebas, berpandangan lapang dan
terbuka, bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya. Dia
adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar, penahan amarah dan
pemaaf. Keutamaan itu merupakan kekayaan manusia yang menjadi milik
daripada pribadi-pribadi yang senantiasa berkembang dan selamanya
tumbuh kearah yang lebih baik.
Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan mental dan
phisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja jasmani dan kerja rohani
bukanlah dua kenyataan yang terpisah. Malahan dia tidak mengenal
perbedaan antara kerja dan kesenangan, kerja baginya adalah
kesenggangan dan kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia
berkepribadian, merdeka, memiliki dirinya sendiri, menyatakan ke luar
corak perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya
secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara kehidupan
individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan antara perorangan
dan sebagai anggota masyarakat, hak dan kewajiban serta kegiatan-kegiatan
untuk dirinya adalah juga sekaligus untuk sesama ummat
manusia.
Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara kegiatan-kegiatan
rokhani dan jasmani, pribadi dan masyarakat, agama dan politik maupun
dunia akherat. Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja
yang tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan dan
kebenaran. Dia seorang yang ikhlas, artinya seluruh amal perbuatannya
benar-benar berasal dari dirinya sendiri dan merupakan pancaran
langsung dari pada kecenderungannya yang suci yang murni. Suatu
pekerjaan dilakukan karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi
kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan lain
yang nilainya lebih rendah (pamrih). Kerja yang ikhlas mengangkat nilai
kemanusiaan pelakunya dan memberikannya kebahagiaan. Hal itu akan
menghilangkan sebab-sebab suatu jenis pekerjaan ditinggalkan dan kerja
amal akan menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling berharga.
Keikhlasan adalah kunci kebahagiaan hidup manusia, tidak ada
kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan selalu menimbulkan
kebahagiaan.
Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang memancarkan dari hati
nurani yang hanief atau suci.
C. KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN
UNIVERSAL (TAKDIR)
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
33. Panduan Latihan Kader I -
43
Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan.
Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh
kemauan yang murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih
sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani.
Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang
berasal dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya.
Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan manusia
sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan abadi (external) berupa
kehidupan kelak sesudah mati di akherat. Dalam aspek pertama manusia
melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus dipikul
secara individual, dan komunal sekaligus. Sedangkan dalam aspek kedua
manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, melainkan hanya
menerima akibat baik dan buruknya dari amalnya dahulu di dunia secara
individual. Di akherat tidak terdapat pertanggung jawaban perseorangan
(mutlak). Manusia dilahirkan sebagai individu, hidup ditengah alam dan
masyarakat sesamanya, kemudian menjadi individu kembali.
Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama dan terakhir,
dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya daripada nilai
kemanusiaan itu sendiri. Karena individu adalah penanggung jawab
terakhir dan mutlak daripada awal perbuatannya, maka kemerdekaan
pribadi, adalah haknya yang pertama dan asasi.
Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan primer saja dari
pada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun sifat sekunder , ialah
bahwa individu dalam suatu hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya.
Manusia hidup ditengah alam sebagai makhluk sosial hidup ditengah
sesama. Dari segi ini manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang
merupakan satu kesatuan. Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan
untuk pribadi dalam kontek hidup ditengah masyarakat. Sekalipun
kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan, tidak berarti bahwa
manusia selalu dan dimana saja merdeka. Adanya batas-batas dari
kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas tertentu itu
dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam.
Hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia
sendiri yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan
manusia. Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya "keharusan Universal
" atau "kepastian hukum " dan takdir. 3) jadi kalau kemerdekaan pribadi
diwujudkan dalam kontek hidup di tengah alam dan masyarakat dimana
terdapat keharusan universal yang tidak tertaklukan, maka apakah bentuk
yang harus dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya?
Sudah tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan berarti
peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan adanya
keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya
sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan. Pengakuan akan
adanya kepastian umum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya
batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya suatu persyaratan yang positif
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
34. Panduan Latihan Kader I -
44
daripada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang adanya
kemungkinan-kemungkinan kretif manusia. Yaitu tempat bagi adanya
usaha yang bebas dan dinamakan "ikhtiar" artinya pilih merdeka.
Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan
dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri
dimana manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang integral dan
bebas; dan dimana manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali
oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa
adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak
merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk memberikan
pertanggung jawaban pribadi dari amal perbuatannya. Kegiatan merdeka
berarti perbuatan manusia yang merubah dunia dan dirinya sendiri. Jadi
sekalipun terdapat keharusan universal atau takdir manusia dengan
haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan menentukan bagi
dunia dan dirinya sendiri.
Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum
kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya kepada takdir akan
membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu
kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu kemunduran.
Sebab segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri,
melainkan juga kepada keharusan yang universal itu.
D. KETUHANAN YANG MAHA ESA DAN KEMANUSIAAN
Telah jelas bahwa hubungan yang benar antara individu manusia dengan
dunia sekitarnya bukan hubungan penyerahan. Sebab penyerahan
meniadakan kemerdekaan dan keikhklasan dan kemanusiaan. Tatapi
jelas pula bahwa tujuan manusia hidup merdeka dengan segala
kegiatannya ialah kebenaran. Oleh karena itu sekalipun tidak tunduk pada
sesuatu apapun dari dunia sekelilingnya, namun manusia merdeka masih
dan mesti tunduk kepada kebenaran. Karena menjadikan sesuatu sebagai
tujuan adalah berarti pengabdian kepada-Nya.
Jadi kebenaran-kebenaran menjadi tujuan hidup dan apabila demikian
maka sesuai dengan pembicaraan terdahulu maka tujuan hidup yang
terakhir dan mutlak ialah kebenaran terakhir dan mutlak sebagai tujuan
dan tempat menundukkan diri. Adakah kebenaran terakhir dan mutlak
itu ?. Ada, sebagaimana tujuan akhir dan mutlak daripada hidup itu ada.
Karena sikapnya yang terakhir (ultimate) dan mutlak maka sudah pasti
kebenaran itu hanya satu secara mutlak pula.
Dalam perbendaharaan kata dan kulturiil, kita sebut kebenaran mutlak itu
"Tuhan", kemudian sesuai dengan uraian bab I, Tuhan itu menyatakan diri
kepada manusia sebagai Allah. Karena kemutlakannya, Tuhan bukan saja
tujuan segala kebenaran. Maka dia adalah Yang Maha Benar. Setiap
pikiran yang maha benar adalah pada hakikatnya pikiran tentang Tuhan
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
35. Panduan Latihan Kader I -
45
YME. Oleh sebab itu seseorang manusia merdeka ialah yang ber-ketuhanan
Yang Maha Esa. Keiklasan tiada lain adalah kegiatan yang
dilakukan semata-mata bertujuan kepada Tuhan YME, yaitu kebenaran
mutlak, guna memperoleh persetujuan atau "ridho" daripada-Nya.
Sebagaimana kemanusiaan terjadi karena adanya kemerdekaan dan
kemerdekaan ada karena adanya tujuan kepada Tuhan semata-mata. Hal
itu berarti segala bentuk kegiatan hidup dilakukan hanyalah karena nilai
kebenaran itu yang terkandung didalamnya guna mendapat pesetujuan
atau ridho kebenaran mutlak. Dan hanya pekerjaan "karena Allah" itulah
yang bakal memberikan rewarding bagi kemanusiaan. Kata "iman" berarti
percaya dalam hal ini percaya kepada Tuhan sebagai tujuan hidup yang
mutlak dan tempat mengabdikan diri kepada-Nya. Sikap menyerahkan diri
dan mengabdi kepada Tuhan itu disebut Islam. Islam menjadi nama
segenap ajaran pengabdian kepada Tuhan YME. Pelakunya disebut
"Muslim". Tidak lagi diperbudak oleh sesama manusia atau sesuatu yang
lain dari dunia sekelilingnya, manusia muslim adalah manusia yang
merdeka yang menyerahkan dan menyembahkan diri kepada Tuhan YME.
Semangat tauhid (memutuskan pengabdian hanya kepada Tuhan YME)
menimbulkan kesatuan tujuan hidup, kesatuan kepribadian dan
kemasyarakatan. Kehidupan bertauhid tidak lagi berat sebelah, parsial
dan terbatas. Manusia bertauhid adalah manusia yang sejati dan
sempurna yang kesadaran akan dirinya tidak mengenal batas.
Dia adalah pribadi manusia yang sifat perorangannya adalah keseluruhan
(totalitas) dunia kebudayaan dan peradaban. Dia memiliki seluruh dunia
ini dalam arti kata mengambil bagian sepenuh mungkin dalam
menciptakan dan menikmati kebaikan-kebaikan dan peradaban
kebudayaan.
Pembagian kemanusiaan tidak selaras dengan dasar kesatuan
kemanusiaan (human totality) itu antara lain, ialah pemisahan antara
eksistensi ekonomi dan moral manusia, antara kegiatan duniawi dan
ukhrowi antara tugas-tugas peradaban dan agama. Demikian pula
sebaliknya, anggapan bahwa manusia adalah tujuan pada dirinya
membela kemanusiaan seseorang menjadi : manusia sebagai pelaku
kegiatan dan manusia sebagai tujuan kegiatan. Kepribadian yang pecah
berlawanan dengan kepribadian kesatuan (human totality) yang homogen
dan harmonis pada dirinya sendiri : jadi berlawanan dengan kemanusiaan.
Oleh karena hakikat hidup adalah amal perbuatan atau kerja, maka nilai-nilai
tidak dapat dikatakan ada sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan
konkrit dan nyata. Kecintaan kepada Tuhan sebagai kebaikan,
keindahan dan kebenaran yang mutlak dengan sendirinya memancar
dalam kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan alam dan
masyarakat, berupa usaha-usaha yang nyata guna menciptakan sesuatu
yang membawa kebaikan, keindahan dan kebenaran bagi sesama
manusia "amal saleh" (harafiah: pekerjaan yang selaras dengan
kemanusiaan) merupakan pancaran langsung daripada iman. Jadi
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
36. Panduan Latihan Kader I -
46
Ketuhanan YME memancar dalam perikemanusiaan. Sebaliknya karena
kemanusiaan adalah kelanjutan kecintaan kepada kebenaran maka tidak
ada perikemanusiaan tanpa Ketuhanan YME. Perikemanusiaan tanpa
Ketuhanan adalah tidak sejati. Oleh karena itu semangat Ketuhanan YME
dan semangat mencari ridho daripada-Nya adalah dasar peradaban yang
benar dan kokoh. Dasar selain itu pasti goyah dan akhirnya membawa
keruntuhan peradabannya.
"Syirik" merupakan kebalikan dari tauhid, secara harafiah artinya
mengadakan tandingan, dalam hal ini kepada Tuhan. Syirik adalah sifat
menyerah dan menghambakan diri kepada sesuatu selain kebenaran baik
kepada sesama manusia maupun alam. Karena sifatnya yang
meniadakan kemerdekaan asasi, syirik merupakan kejahatan terbesar
kepada kemanusiaan. Pada hakikatnya segala bentuk kejahatan
dilakukan orang karena syirik. Sebab dalam melakukan kejahatan itu dia
menghambakan diri kepada motif yang mendorong dilakukannya
kejahatan tersebut yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran.
Demikian pula karena syirik seseorang mengadakan pamrih atas
pekerjaan yang dilakukannya. Dia bekerja bukan karena nilai pekerjaan itu
sendiri dalam hubungannya dengan kebaikan, keindahan dan kebenaran,
tetapi karena hendak memperoleh sesuatu yang lain.
"Musyrik" adalah pelaku daripada syirik. Seseorang yang menghambakan
diri kepada sesuatu selain Tuhan baik manusia maupun alam disebut
musyrik, sebab dia mengangkat sesuatu selain Tuhan menjadi setingkat
dengan Tuhan.
Demikian pula seseorang yang menghambakan (sebagaimana dengan
jiran atau diktator) adalah musyrik, sebab dia mengangkat dirinya sendiri
setingkat dengan Tuhan.
Kedua perlakuan itu merupakan penentang terhadap kemanusiaan, baik
bagi dirinya sendiri maupun kepada orang lain. Maka sikap
berperikemanusiaan adalah sikap yang adil, yaitu sikap menempatkan
sesuatu kepada tempatnya yang wajar, seseorang yang adil (wajar) ialah
yang memandang manusia. Tidak melebihkan sehingga menghambakan
dirinya kepada-Nya. Dia selau menyimpan itikad baik dan lebih baik
(ikhsan) maka kebutuhan menimbulkan sikap yang adil kepada manusia.
E. INDIVIDU DAN MASYARAKAT
Telah diterangkan dimuka, bahwa pusat kemanusiaan adalah masing-masing
pribadinya dan bahwa kemerdekaan pribadi adalah hak asasinya
yang pertama. Tidak sesuatu yang lebih berharga daripada kemerdekaan
itu. Juga telah dikemukakan bahwa manusia hidup dalam suatu bentuk
hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya, sebagai mahkluk sosial,
manusia tidak mungkin memenuhi kebutuhan kemanusiaannya dengan
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
37. Panduan Latihan Kader I -
47
baik tanpa berada ditengah sesamanya dalam bentuk-bentuk hubungan
tertentu. Maka dalam masyarakat itulah kemerdekaan asasi diwujudkan.
Justru karena adanya kemerdekaan pribadi itu maka timbul perbedaan-perbedaan
antara suatu pribadi dengan lainnya. Sebenarnya perbedaan-perbedaan
itu adalah untuk kebaikannya sendiri : sebab kenyataan yang
penting dan prinsipil, ialah bahwa kehidupan ekonomi, sosial, dan kultural
menghendaki pembagian kerja yang berbeda-beda.
Pemenuhan suatu bidang kegiatan guna kepentingan masyarakat adalah
suatu keharusan, sekalipun hanya oleh sebagian anggota saja. Namun
sejalan dengan prinsip kemanusiaan dan kemerdekaan, dalam kehidupan
yang teratur tiap-tiap orang harus diberi kesempatan untuk
mengembangkan kecakapannya melalui aktifitas dan kerja yang sesuai
dengan kecenderungannya dan bakatnya. Namun inilah kontradiksi yang
ada pada manusia dia adalah mahkluk yang sempurna dengan
kecerdasan dan kemerdekaannya dapat berbuat baik kepada sesamanya,
tetapi pada waktu yang sama ia merasakan adanya pertentangan yang
konstan dan keinginan tak terbatas sebagai hawa nafsu. Hawa nafsu
cenderung kearah merugikan orang lain (kejahatan) dan kejahatan
dilakukan orang karena mengikuti hawa nafsu. Ancaman atas
kemerdekaan masyarakat, dan karena itu juga berarti ancaman terhadap
kemerdekaan pribadi anggotanya ialah keinginan tak terbatas atau hawa
nafsu tersebut, maka selain kemerdekaan, persamaan hak antara sesama
manusia adalah esensi kemanusiaan yang harus ditegakkan. Realisasi
persamaan dicapai dengan membatasi kemerdekaan. Kemerdekaan tak
terbatas hanya dapat dipunyai satu orang, sedangkan untuk lebih satu
orang, kemerdekaan tak terbatas tidak dilaksanakan dalam waktu yang
bersamaan, kemerdekaan seseorang dibatasi oleh kemerdekaan orang
lain. Pelaksanaan kemerdekaan tak terbatas hanya berarti pemberian
kemerdekaan kepada pihak yang kuat atas yang lemah (perbudakan
dalam segala bentuknya), sudah tentu hak itu bertentangan dengan
prinsip keadilan. Kemerdekaan dan keadilan merupakan dua nilai yang
saling menopang. Sebab harga diri manusia terletak pada adanya hak
bagi orang lain untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai kawan
hidup dengan tingkat yang sama. Anggota masyarakat harus saling
menolong dalam membentuk masyarakat yang bahagia.
Sejarah dan perkembangannya bukanlah suatu yang tidak mungkin
dirubah. Hubungan yang benar antara manusia dengan sejarah bukanlah
penyerahan pasif, tetapi sejarah ditentukan oleh manusia sendiri. Tanpa
pengertian ini adanya azab Tuhan (akibat buruk) dan pahala (akibat baik)
bagi satu amal perbuatan mustahil ditanggung manusia.
Manusia merasakan akibat amal perbuatannya sesuai dengan ikhtiar.
Dalam hidup ini (dalam sejarah) dalam hidup kemudian (sesudah sejarah).
Semakin seseorang bersungguh-sungguh dalam kekuatan yang
bertanggung jawab dengan kesadaran yang terus menerus akan tujuan
dalam membentuk masyarakat semakin ia mendekati tujuan.
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
38. Panduan Latihan Kader I -
48
Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang nilai dan martabatnya
dapat sepenuhnya dinyatakan, jika ia mempunyai kemerdekaan tidak saja
mengatur hidupnya sendiri tetapi juga untuk memperbaiki dengan sesama
manusia dalam lingkungan masyarakat. Dasar hidup gotong-royong ini
ialah keistimewaan dan kecintaan sesama manusia dalam pengakuan
akan adanya persamaan dan kehormatan bagi setiap orang.
F. KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI
Telah kita bicarakan tentang hubungan antara individu dengan
masyarakat dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan saling
bergantungan, dan dimana perbaikan kondisi masyarakat tergantung pada
perencanaan manusia dan usaha-usaha bersamanya. Jika kemerdekaan
dicirikan dalam bentuk yang tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas)
maka sudah terang bahwa setiap orang diperbolehkan mengejar dengan
bebas segala keinginan pribadinya. Akibatnya pertarungan keinginan yang
bermacam-macam itu satu sama lain dalam kekacauan atau anarchi.
Sudah barang tentu menghancurkan masyarakat dan meniadakan
kemanusiaan sebab itu harus ditegakkan keadilan dalam masyarakat.
Siapakah yang harus menegakkan keadilan dalam masyarakat? Sudah
barang pasti ialah masyarakat sendiri, tetapi dalam prakteknya diperlukan
adanya satu kelompok dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas
yang dimilikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan
keadilan itu dengan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang bersifat
kemanusiaan serta mencegah terjadinya sesuatu yang berlawanan
dengan kemanusiaan.
Kualitas yang harus dipunyai, rasa kemanusiaan yang tinggi sebagai
pancaran kecintaan yang tak terbatas pada Tuhan. Di samping itu
diperlukan kecakapan yang cukup. Kelompok orang-orang itu adalah
pemimpin masyarakat. Memimpin adalah menegakkan keadilan, menjaga
agar setiap orang memperoleh hak asasinya dan dalam jangka waktu
yang sama menghormati kemerdekaan orang lain dan martabat
kemanusiaannya sebagai manifestasi kesadarannya akan tanggung jawab
sosial.
Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan pemerintah
adalah susunan masyarakat yang terkuat dan berpengaruh. Oleh sebab
itu pemerintah yang pertama berkewajiban menegakkan kadilan. Maksud
semula dan fundamental daripada didirikannya negara dan pemerintah
ialah guna melindungi manusia yang menjadi warga negara daripada
kemungkinan perusakkan terhadap kemerdekaan dan harga diri sebagai
manusia sebaliknya setiap orang mengambil bagian pertanggungjawaban
dalam masalah-masalah atas dasar persamaan yang diperoleh melalui
demokrasi.
Pada dasarnya masyarakat dengan masing-masing pribadi yang ada
didalamnya haruslah memerintah dan memimpin diri sendiri. Oleh karena
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
39. Panduan Latihan Kader I -
49
itu pemerintah haruslah merupakan kekuatan pimpinan yang lahir dari
masyarakat sendiri. Pemerintah haruslah demokratis, berasal dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat, menjalankan kebijaksanaan atas
persetujuan rakyat berdasarkan musyawarah dan dimana keadilan dan
martabat kemanusiaan tidak terganggu. Kekuatan yang sebenarnya
didalam negara ada ditangan rakyat, dan pemerintah harus bertanggung
jawab pada rakyat.
Menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-keinginan
dan kepentingan-kepentingan pribadi yang tak mengenal batas (hawa
nafsu) adalah kewajiban dari negara sendiri dan kekuatan-kekuatan sosial
untuk menjunjung tinggi prinsip kegotongroyongan dan kecintaan sesama
manusia. Menegakkan keadilan amanat rakyat kepada pemerintah yang
musti dilaksanakan. Disadari oleh sikap hidup yang benar, ketaatan
kapada pemerintah termasuk dalam lingkungan ketaatan kepada Tuhan
(kebenaran mutlak). Pemerintah yang benar dan harus ditaati ialah
mengabdi kepada kemanusiaan, kebenaran dan akhirnya kepada Tuhan
YME.
Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan berpengaruh ialah
menegakkan keadilan di bidang ekonomi atau pembagian kekeyaan
diantara anggota masyarakat. Keadilan menuntut agar setiap orang dapat
bagian yang wajar dari kekayaan atau rejeki. Dalam masyarakat yang
tidak mengenal batas-batas individual, sejarah merupakan perjuangan
dialektis yang berjalan tanpa kendali dari pertentangan-pertentangan
golongan yang didorong oleh ketidakserasian antara pertumbuhan
kekuatan produksi disatu pihak dan pengumpulan kekayaan oleh
golongan-golongan kecil dengan hak-hak istimewa dilain pihak. Karena
kemerdekaan tak terbatas mendorong timbulnya jurang-jurang pemisah
antara kekayaan dan kemiskinan yang semakin dalam. Proses
selanjutnya yaitu bila sudah mencapai batas maksimal pertentangan
golongan itu akan menghancurkan sendi-sendi tatanan sosial dan
membinasakan kemanusiaan dan peradabannya.
Dalam masyarakat yang tidak adil, kekeyaan dan kemiskinan akan terjadi
dalam kualitas dan proporsi yang tidak wajar sekalipun realitas selalu
menunjukkan perbedaan-perbedaan antara manusia dalam kemampuan
fisik maupun mental namun dalam kemiskinan dalam masyarakat dengan
pemerintah yang tidak menegakkan keadilan adalah keadilan yang
merupakan perwujudan dari kezaliman. Orang-orang kaya menjadi pelaku
daripada kezaliman sedangkan orang-orang miskin dijadikan sasaran atau
korbannya. Oleh karena itu sebagai yang menjadi sasaran kezaliman,
orang-orang miskin berada dipihak yang benar. Pertentangan antara
kaum miskin menjadi pertentangan antara kaum yang menjalankan
kezaliman dan yang dizalimi. Dikarenakan kebenaran pasti menag
terhadap kebhatilan, maka pertentangan itu disudahi dengan kemenangan
tak terhindar bagi kaum miskin, kemudian mereka memegang tampuk
pimpinan dalam masyarakat.
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
40. Panduan Latihan Kader I -
50
Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh adalah penindasan oleh
kapitalisme. Dengan kapitalisme dengan mudah seseorang dapat
memeras orang-orang yang berjuang mempertahankan hidupnya karena
kemiskinan, kemudian merampas hak-haknya secara tidak sah, berkat
kemampuannya untuk memaksakan persyaratan kerjanya dan hidup
kepada mereka. Oleh karena itu menegakkan keadilan mencakup
pemberantasan kapitalisme dan segenap usaha akumulasi kekayaan
pada sekelompok kecil masyarakat. Sesudah syirik kejahatan terbesar
kepada kemanusiaan adalah penumpukan harta kekayaan beserta
penggunaanya yang tidak benar, menyimpang dari kepentingan umum,
tidak mengikuti jalan Tuhan. Maka menegakkan keadilan inilah
membimbing manusia ke arah pelaksanaan tata masyarakat yang akan
memberikan kepada setiap orang kesempatan yang sama untuk mengatur
hidupnya secara bebas dan terhormat (amar ma'ruf) dan pertentangan
terus menerus terhadap segala bentuk penindasan kepada manusia
kepada kebenaran asasinya dan rasa kemanusiaan (nahi munkar).
Dengan perkataan lain harus diadakan restriksi-restriksi atau cara-cara
memperoleh, mengumpulkan dan menggunakan kekayaan itu. Cara yang
tidak bertentangan dengan kamanusiaan diperbolehkan (yang ma'ruf
dihalalkan) sedangkan cara yang bertentangan dengan kemanusiaan
dilarang (yang munkar diharamkan).
Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam suatu
masyarakat yang tidak menjalankan prisip Ketuhanan YME, dalam hal ini
pengakuan berketuhanan YME tetapi tidak melaksanakannya sama
nilainya dengan tidak berketuhanan sama sekali. Sebab nilai-nilai yang
tidak dapat dikatakan hidup sebelum menyatakan diri dalam amal
perbuatan yang nyata.
Dalam suatu masyarakat yang tidak menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya
tempat tunduk dan menyerahkan diri, manusia dapat
diperbudaknya antara lain oleh harta benda. Tidak lagi seorang pekerja
menguasai hasil pekerjaanya, tetapi justru dikuasai oleh hasil pekerjaan
itu. Produksi seorang buruh memperbesar kapital majikan dan kapital itu
selanjutnya lebih memperbudak buruh. Demikian pula terjadi pada
majikan bukan ia menguasai kapital tetapi kapital itulah yang
menguasainya. Kapital atau kekayaan telah menggenggam dan
memberikan sifat-sifat tertentu seperti keserakahan, ketamakan dan
kebengisan.
Oleh karena itu menegakkan keadilan bukan saja dengan amar ma'ruf
nahi munkar sebagaimana diterapkan dimuka, tetapi juga melalui
pendidikan yang intensif terhadap pribadi-pribadi agar tetap mencintai
kebenaran dan menyadari secara mendalam akan andanya tuhan.
Sembahyang merupakan pendidikan yang kontinue, sebagai bentuk formil
peringatan kepada tuhan. Sembahyang yang benar akan lebih efektif
dalam meluruskan dan membetulkan garis hidup manusia. Sebagaimana
ia mencegah kekejian dan kemungkaran. Jadi sembahyang merupakan
BADAN KOORDINASI NASIONAL BADAN PENGELOLA LATIHAN
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM