1. Blog ini
Di-link Dari Sini
Web
Jumat, 27 Februari 2009
KEPEMIMPINAN MENURUT TEORI SIFAT
KEPEMIMPINAN MENURUT TEORI SIFAT
Oleh : Nur Afifuddin
A. Latar Belakang
Keberhasilan seorang pemimpin dapat ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-
ciri yang dimiliki oleh pemimpin itu. Sifat tersebut dapat berupa sifat fisik atau sifat
psikologis.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan kemampuan pribadi
pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan
berbagai macam sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Oleh karena itu timbul
usaha para ahli untuk meneliti dan memerinci lebih jauh kualitas seorang pemimpin
yang berhasil di dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya, kemudian hasil-
hasil tersebut dirumuskan ke dalam sifat-sifat umum seorang pemimpin. Usaha
tersebut melahirkan dan berkembang menjadi teori kepemimpinan yang disebut
“teori sifat-sifat kepemimpinan” atau traits theory of leadership”
B. Berbagai Macam Pendapat
Tokoh yang mengupas sifat kepemimpinan adalah Barnard, Ordway Tead, Millet,
Stogdill, Davis, G.R. Terry, Ruslan Abdulgani, dan sebagainya. Usaha yang dilakukan
para ahli sangat heterogen, sehingga kadang-kadang timbul keragu-raguan terhadap
hasil tersebut.
Berbagai pendapat yang berbeda-beda diantaranya adalah :
1. Ordway Tead
2. Ada sepuluh macam sifat atau perangai yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu :
a. Energi jasmani dan rohani (physical and nervous energy)
b. Kepastian akan maksud dan arah tujuan (a sense of purpose and direction)
c. Antusiasme atau perhatian yang besar (anthusiasm)
d. Ramah tamah, penuh rasa persahabatan dan ketulusan hati (friendlieness and
effecticeness)
e. Integritas atau pribadi yang bulat (integrity)
f. Kecakapan teknis (technical mastery)
g. Mudah mengambil keputusan (decisioness)
h. Cerdas (intelligence)
i. Kecakapan mengajar (teaching skill)
j. Kesetiaan (faith)
Sifat-sifat tersebut untuk para pemimpin pada umumnya, tetapi pada prakteknya
kesepuluh sifat tersebut tidak harus bersama-sama dimiliki oleh seorang pemimpin
melainkan sangat bergantung pada tingkat kondisi dari pengikutnya
2. John D. millet
Ada empat sifat yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu :
a. Kemampuan melihat organisasi sebagai satu keseluruhan (the ability to see an
enterprise as a whole)
b. Kemampuan mengambil keputusan-keputusan (the ability to make decisions)
c. Kemampuan melimpahkan atau mendelegasikan wewenang (the ability to delegate
authority)
d. Kemampuan menanamkan kesetiaan (the ability to command loyality)
3. Keith Davis
Dalam bukunya yang berjudul Human Behavior at Work : Human relations and
Organizational Behavior, Davis mengemukakan empat macam kelebihan kelebihan
sifat-sifat yang perlu dimilki oleh pemimpin, yaitu :
a. Intelegensia (intelligence)
Memiliki kecerdasan yang lebih tinggi daripada bawahannya
b. Kematangan dan keluasan pandangan social (social maturity and breadth)
Pemimpin harus lebih matang dan lebih luas dalam hal yang berkaitan dengan
kemasyarakatan sehingga mudah mengendalikan keadaan, kerja sama sosial, serta
mempunyai keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri.
c. Mempunyai motivasi dan keinginan berprestasi yang datang dari dalam (inner
motivation and avhievement desires)
Pemimpin diharapkan harus selalu mempunyai dorongan yang besar untuk dapat
menyelesaikan sesuatu.
d. Mempunyai kemampuan mengadakan hubungan antar manusia (human relations
attitudes)
Pemimpin harus selalu lebih mengetahui terhadap bawahannya, sebab dalam
kehidupan organisasi diperlukan adanya kerja sama atau saling ketergantungan antara
anggota-anggota kelompok. Pemimpin perlu berorientasi pada bawahan.
4. Chester I. Barnard
Ada dua sifat utama yang perlu dimiliki pemimpin, yaitu :
3. a. Sifat-sifat pribadi yang meliputi : fisik, kecakapan (skill), teknologi (technology),
daya tanggap (perception), pengetahuan (perception), daya ingat (memory), imajinasi
(imagination)
b. Sifat-sifat pribadi yang mempunyai watak yang lebih subjektif, yaitu keunggulan
seorang pemimpin di dalam : keyakinan (determination), ketekunan (persistence),
daya tahan (endurance), keberanian (courage)
5. Ralph Stogdill
Berdasarkan penelitian Stogdill ada dua periode penelitian yaitu periode 1904-1947
dan periode 1948-1970.
a. Periode 1904-1947
Dalam tahap ini, kepemimpinan ditandai dengan berbagai sifat yang meliputi : usia
(chronological age); Tinggi badan (height); berat badan (weight); gejala fisik, energi,
kesehatan; penampilan (apperence); kemampuan berbicara (fluency of speak);
scholarship; pengetahuan (knowlwdge); kemampuan menilai dan mengambil
keputusan (judgement and decision); kawasan (insight), keaslian; kemampuan
menyesuaikan (adaptability); introvers dan extrovers (introversion – extraversion);
berbagai keunggulan (dominance); inisiatif, tekun, semangat (initiative, persistence,
ambition); tanggung jawab (responsibility); harga diri dan keyakinan (integrity and
conviction); percaya pada diri sendiri (self confidence); pengendalian diri, optimis
(mood controle, mood optimission); pengendalian emosi (emotional control); social
and economic status; aktivitas sosial dan mobilitas (social activity and mobility);
kegiatan olah raga (biosocial activity); kecakaan bergaul (social skill); ketenaran,
wibawa (popularity, prestige); kerja sama (cooperation).
Sifat-sifat di atas dikelompokkan ke dalam komponen pokok :
1) Capacity, meliputi kecerdasan (intelligence), kewaspadaan (alertness), kemampuan
berbicara (verbal facility), keslian (originality), dan kemampuan menilai (judgement)
2) Achievement, meliputi gelar kesarjanaan (scholarship), pengetahuan (knowledge),
keberhasilan dalam olah raga (athletic accomplishment).
3) Responsibility, meliputi berdikari (independability, iisiatif, ketekunan (persistence),
agresif (aggressiveness), percaya pada diri sendiri (self confidence), keinginan untuk
unggul (desire to exel)
4) Participation, meliputi aktif, kemampuan bergaul (social ability), kerja sama
(cooperation), mudah menyesuaikan diri (adaptability), humor
5) Status, meliputi kedudukan sosial ekonomi (social economic position), ketenaran
(popularity)
Selain lima kelompok di atas, Stognill mengemukakan kelompok lain yaitu situasi
(situation) yang meliputi mental level, status, skills, needs, interest of followers,
objectives to be achieved, etc.
b. Periode 1948-1970
Pada tahap ini ada banyak variabel yang dikelompokkan menjadi komponen pokok
sebagai berikut :
1) Physical characteristics (cirri-ciri fisik) : activity, energy (aktivitas, kekuatan), age
(usia), appearance, grooming (penampilan, kerapihan), height (tinggi badan), weight
(berat badan)
2) Social background (latar belakang sosial) : education (pendidikan), social status
(atatus sosial), mobility (mobilitas)
4. 3) Intellegence and ability (kecerdasan dan kecakapan) : intelligence judgement,
decisiveness (kemampuan menilai, pengambilan keputusan), knowledge
4) Personalty (kepribadian), adaptability (penyesuaian diri), adjustment, normality
(penyesuaian diri, biasa), aggressiveness, assertiveness, alertness (ketekunan),
ascendance, dominance (pengaruh, keunggulan), emotional balance, control
(penguasaan emosi, pengendalian), anthusiasm, extroversion, independence,
nonconformity (kebebasan, ketidakserasian), objectivity, though-mindedness,
originality, creativity, personal integrity, ethical conduct, resourcefulness (banyak
akal budinya), self confidence, strongth of conviction (kuat pendirian), tolerance of
stress
5) Task related characteristic (ciri-ciri yang berorientasi pada tugas) : achievement
drive, desire to excel (dorongan berprestasi, unggul), drive for responsibility
(dorongan bertanggung jawab), enterprise, initiative (kepelaporan, inisiatif),
persistence against (tangguh menghadapi halangan), responsible in pursuit of
objectives (bertanggung jawab dalam mencapai tujuan), task orientation (berorientasi
pada tugas).
6) Social characteristic (semangat kerja sama) : ability to enlist cooperative
(kesanggupan untuk memperoleh kerja sama), administrative ability, attractiveness
(daya tarik), cooperative nurturance (berjiwa mengasuh), popularity, prestige,
sociability, interpersonal skills (kemampuan bekerja sama, kecakapan saling
berhubungan) social participation, tact, diplomacy.
6. Empu Prapanca dan Ruslan Abdulgani
Para pendahulu kita sesungguhnya telah mewariskan nilai-nilai kepemimpnan yang
sangat tinggi dan mulia. Di dalam ajarannya terkandung nilai-nilai moral yang lebih
awal harus ditanamkan sehingga akan mendarah daging dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada tiga alasan prinsip :
a. Nilai-nilai moral yang mencerminkan berbagai petunjuk, nasihat, pengendalian diri,
kewajiban, dan sebagainya pada hakikatnya bersumber dari nilai-nilai Pancasila
b. Ajaran kepemimpinan “keteladanan” menempatkan pemimpin sebagai tokoh
panutan yang ucapan, perilaku dan tindakannya selalu dijadikan contoh, daya
penggerak bagi bawahan dan lingkungannya
c. Bila pemimpin sudah menguasai secara baik nilai-nilai kepemimpinan yang
diwariskan nenek moyang, sama hakikatnya mereka telah memiliki benteng yang
dapat diandalkan untuk menghadapi infilterasi, nilai-nilai ajaran kepemimpinan dunia
luar yang bertentangan dengan kepribadian.
Sebagai perbandingan dengan pendapat dari luar tentag kepemimpinan perlu
diketengahkan ajarn tentang kepemimpinan yang dikemukakan oleh Empu Prapanca
dan Ruslan Abdulgani.
a. Panca Dasa Kepemimpinan Shri Mahapatih Gajah Mada
Gajah Mada telah menggariskan sifat pemimpin yang baik yang disebut Panca Dasa
yang dilukiskan dalam buku Negara Kertagama buah tangan Empu Prapanca, yang
merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin besar yang berhasil. Sifat
kepemimpinan tersebut masih relevan sampai saat ini.
Kelima belas sifat-sifat pemimpin tersebut adalah sebagai berikut :
5. 1) Wijnana – Sikap Bijaksana
Pemimpin hendaklah bersikap bijaksana, penuh hikmah dan ketekunan, terutama
didalam mengatasi suatu kesukaran dan atau kegentingan yang menimpa organisasinya,
negaranya ataupun pribadinya sebagai pemimpin sehingga tidak mudah putus asa
dalam mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi
2) Mantra wira – sebagai pembela Negara sejati
Berkeberanian mutlak dalam kebenaran dan kesetiaan tanpa reserve dalam
menjunjung cita-cita Negara. Seorang pemimpin mempunyai pengabdian yang tinggi
dan keikhlasan berkorban demi tujuan Negara.
3) Wicaksanang Naya – bijaksana – kemampuan menganalisa dan mengambil keputusan
Seorang pemimpin bijaksana dalam bermain politik dengan berpedoman pada Tri kala
yaitu : Atita, bisa mengenang kejadian masa lalu; Nagat, bisa menerka kejadian yang
akan dating; dan wartama, dapat menentukan sikap dan mengambil keputusan pada
masa sekarang dengan tepat
4) Matanggawa – mendapat kepercayaan dari bawahan
Pemimpin harus mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari bawahannya. Ini
merupakan syarat utama kepemimpinan yang menentukan kuat serta tegaknya
seorang pemimpin. Pemimpin yang demikian tidak akan mengabaikan kepercayaan
yang dipikulnya dan bekerja lebih tekun dalam mewujudkan kepentingan umum.
5) Satya bakti haprabhu – loyal pada atasan
Taat setia dan bakti kepada pemimpin, atasan, terutama kepada Negara dan
pimpinannya dapat menghindarkan dari pengkhianatan terhadap Negara dan
rakyatnya, karena nasib Negara itu adalah nasib juga nasib dari dirinya sendiri.
6) Wakjnana – pandai berpidato dan berdiplomasi
Memiliki kepandaian dalam berpidato dalam lingkungan kecil maupun di depan umum,
termasuk juga ahli dalam berdiplomasi, karena hal-hal di atas merupakan senjata
ampuh dalam membangkitkan kesadaran rakyat yang dibawakan oleh pandangan hidup
dan aliran politiknya.
7) Sajjawopasama – tidak sombong, rendah diri, manusiawi
Bersifat tidak sombong, mudah member hati kepada orang lain, bermuka manis,
pemaaf dan selalu mendekatkan diri kepada kawan seperjuangan serta rakyat yang
dipimpinnya. Sifat ini menghindarkan pemimpin dari sifat takabur, merasa lebih
unggul dan bangga pada kesanggupan diri sendiri. Merupakan sifat yang sangat sulit
didapat oleh seorang pemimpin
8) Dhirottsaha – bersifat rajin, kreatif
Bersifat rajin dan sungguh-sungguh dalam menjalankan segala pekerjaan, selalu
kreatif penuh dengan inisiatif yang menuju ke arah kebaikan dan kesejahteraan
daripada negara
9) Tan Lalana – bersifat gembira, periang
Bersifat gembira/periang, tidak mudah runtuh oleh suatu kesedihan melainkan
senantiasa menunjukkan sikap yang bangun tegak, teguh iman dalam pahit getirnya
perjuangan bagaikan batu karang di dasar samudra.
10) Disyacitta – jujur, terbuka
Bersifat baik, jujur dan dapat menerima pendapat orang lain, selalu mau menerima
pemikiran-pemikiran orang lain walaupun dari bawahannya.
6. 11) Tan Satrisna – Tidak egois
Tidak terikat pada pemberian, tidak bersifat egoistis yang mengutamakan diri sendiri.
12) Masihi Samastha Bhuwana – bersifat penyayang, cinta alam
Pemimpin bersifat penyayang dan cinta pada seluruh alam dengan keyakinan hidup.
13) Ginong Pratidina – tekun menegakkan kebenaran
Selalu tekun untuk menegakkan kebenaran, untuk mengagungkan Negara agar tetap
memperoleh wibawa dari bawahan
14) Sumantri – sebagai abdi Negara yang baik
Menunjukkan sikap dan sifat sebagai abdi Negara yang baik, sifat ini perlu dimiliki
oleh setiap pengendali organisasi/pemerintahan, sebab mereka menjadi sorotan dan
contoh dari bawahannya/rakyatnya
15) Anayakan Musuh – mampu membinasakan lawan
Setiap pemimpin harus sanggup memusnahkan musuh Negara dan musuh masyarakat.
Sifat ini bukan berarti kejam, namun kasih saying tetap diutamakan, perdamaian kita
hormati, namun tidak gentar menumpahkan darah dalam pembelaan keagungan
Negara dari musuh yang akan menistakan kedaulatan Negara.
b. Ruslan Abdulgani
Seorang pemimpin harus mempunyai kelebihan dari yang dipimpin. Dengan adanya
kelebihan, kewibawaan seseorang akan selalu dapat dipertahankan, sehingga ketaatan
dari bawahan dapat terpelihara.
Kelebihan tersebut meliputi empat hal, yaitu :
1) Moral dan akhlak
2) Jiwa dan semangat
3) Ketajaman intelek dan persepsi
4) Ketekunan dan kekuatan jasmaniah
C. Beberapa kelemahan
Teori yang dikemukakan di atas disamping mendapat pertentangan dari berbagai
pihak, dalam prakteknya mempunyai kelemahan yang sulit dipraktekkan. Kelemahan
tersebut antara lain :
1. Diantara para pendukung teori tersebut tidak ada kekompakan sehingga timbul
berbagai pendapat diantara para pendukung teori tersebut
2. Teori sifat terlalu bersifat deskriptif, tidak mempunyai analisis bagaimana sifat-
sifat itu kaitannya dengan keberhasilan seorang pemimpin
3. Tidak selalu ada relevansi antara-antara sifat yang dianggap unggul tersebut
dengan efektivitas kepemimpinan
4. Terlalu sulit untuk menentukan dan mengukur masing-masing sifat yang berbeda-
beda satu dengan yang lain
5. Situasi dan kondisi tertentu dimana kepemimpinan dilaksanakan, memerlukan sifat
pemimpin yang tertentu pula.
D. Simpulan
Dalam kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan, setiap pemimpin dalam
kehidupan organisasi, ditampilkan sebagai tokoh panutan, atau tokoh yang selalu
diteladani oleh bawahannya. Sebagai tokoh panutan yaitu tokoh yang dianut oleh
7. bawahannya, harus selalu memberikan contoh-contoh positip terhadap bawahannya.
Sifat-sifat yang unggul tersebut di atas merupakan kepribadian pemimpin yang
didalamnya mengandung arti luas : kecakapan, daya tangkap, pengetahuan, daya
ingat, imajinasi, keyakinan, ketekunan, daya tahan, kejujuran, keberanian, harga diri
dan berbagai nilai moral yang lain.
Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki pemimpin, kewibawaan seorang pemimpin
akan selalu dapat dipertahankan, sehingga ketaatan dari bawahan dapat terpelihara.
Kepemimpinan yang menganut prinsip “keteladanan” akan berhasil melaksanakan
tugas-tugas kepemimpinannya apabila prinsip-prinsip teori sifat dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya