SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 47
BAB II
                  SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT


     2.1 Sinyal Waktu Diskrit
   Ada beberapa cara untuk merepresentsikan sinyal waktu diskrit, yaitu
sebagai berikut:
1.Representasi fungsi, seperti:
                  1   untuk n=1,3
        x(n)      4   untuk n= 2
                  0   selain itu

2. Representasi tabular, contohnya:

           n             … -2   -1   0   1   2   3   4   5 …

           x(n)          … 0     0 0     1   4   1   0   0…




 1                                                             TKE-5205-BAB II
Download slide di http://rumah-belajar.org




                                   TKE-5205-BAB II
3. Representasi deret
Sinyal durasi tidak terbatas atau deret dengan time origin (n=0) ditandai
dengan simbol direpresentasikan sebagai:
x(n) ={…,0,0,1,4,1,0,0,0,…}         …….                (2.1.2)


Deret x(n) dimana n < 0 bernilai 0 dapat direpresentasikan sebagai berikut:
x(n) = {1,4,1,0,0,0,…}              ……..     (2.1.3)


Deret terbatas dapat direpresentasikan sebagai berikut:
x(n) = {3,-1,-2,5,0,4,1}            ….…      (2.1.4)




2                                                          TKE-5205-BAB II
2.1.1 Beberapa Bentuk Sinyal Waktu Diskrit
1.   Deret unit sample dinotasikan sebagai (n) dan didefinisikan sebagai:



                                               1,     untuk n =0
                                       (n)                             2.1.5
                                               0,     untuk n 0




     Dengan kata lain bahwa deret unit sample adalah sinyal dimana bernilai 0
     untuk setiap n selain n=0 dimana nilainya adalah 1. Sinyal ini kadang
     disebut dengan sinyal impulse yang ada pada waktu kontinyu.
2. Sinyal Unit Step dinotasikan sebagai u(n) dan didefinisikan sebagai:

                                             1, untuk n   0
                                  u ( n)                               2.1.6
                                             0, untuk n   0




3                                                                  TKE-5205-BAB II
3. Sinyal Unit Ramp


                                         n, untuk n   0
                              u r ( n)
                                         0, untuk n   0




4. Sinyal Exponential
    x(n) a n untuk setiap n




4                                                         TKE-5205-BAB II
apabila a bernilai kompleks maka                     a   re j


 dimana r dan          adalah parameter, selanjutnya x(n) menjadi:

      x(n) re j   n
                      r n (cos n   j sin n)




2.1.2.1.2 Klasifikasi Sinyal Waktu Diskrit.
Metode matematis yang digunakan untuk menganalisis sinyal dan sistem
waktu diskrit tergantung dari karakteristik sinyal.
Sinyal Waktu               Diskrit            diklasifikasikan   sesuai   dengan   perbedaan
karakteristiknya.
Energi Sinyal dan Power Sinyal
Energi E sinyal x(n) didefinisikan sebagai:


 5                                                                        TKE-5205-BAB II
2
        E               x ( n)
                n




Beberapa sinyal yang mempunyai energi tidak terbatas, mempunyai daya rata-
rata terbatas. Daya rata-rata sinyal waktu diskrit x(n) adalah:
                              1   N
        P       lim                 | x ( n) | 2
                N           2N 1 n N


Jika energi sinyal x(n) didefinisikan pada interval terbatas –N < n < N sebagai:
                        N
         EN                 | x ( n) | 2
                    n       N



Dan energi sinyal dapat didefinisikan sebagai:
            E       lim E N
                    N

Dan daya rata-rata sinyal x(n) adalah:
                              1
         P      lim              EN
                N           2N 1




 6                                                          TKE-5205-BAB II
Sinyal Periodik dan tidak Periodik
Sinyal x(n) periodik dengan perioda N (N>0) jika dan hanya jika
x(n+N) = x(n) untuk setiap n                             (2.1.15)
Jika tidak ada nilai N yang memenuhi persamaan (2.1.15) sinyal dikatakan tidak
periodik.
Contoh: x(n) = Asin 2 f0n

Sinyal di atas akan periodik apablia f0 bernilai rasional, ini berarti:
            k
       f0
            N
dimana k dan N adalah integer
Energi sinyal periodik x(n) dalam satu perioda, 0 < n < N-1, finite apabila x(n)
bernilai finite dalam perioda tersebut. Daya rata-rata dari sinyal periodik adalah
finite dan nilainya sama dengan daya rata-rata pada satu perioda.
Jadi power dari sinyal periodik dengan perioda N dan mempunyai nilai finite
adalah:

 7                                                             TKE-5205-BAB II
1   N 1
                P             | x ( n) | 2
                    N   n 0




Sinyal simetris (genap) dan tidak simetris (ganjil)
Suatu sinyal berharga real x(n) disebut simetris (genap) jika:
x(-n) = x(n)                                           (2.1.17)
sedangkan suatu sinyal disebut tidak simetris (ganjil) apabila:
x(-n) = -x(n)                                          (2.1.18)
Jika x(n) adalah ganjil, maka x(0)=0
               1
    x e ( n)     x ( n ) x ( n)
               2

               1
    x o ( n)     x ( n ) x ( n)
               2

     x(n)      xe (n) xo (n)




8                                                           TKE-5205-BAB II
2.1.3 Manipulasi sederhana Sinyal Waktu Diskrit
Transformasi variable bebas (waktu)
Sinyal x(n) bisa tergeser terhadap waktu dengan mengganti
variable bebas n dengan n-k, dimana k adalah integer. Jika k
adalah integer positif, maka sinyal x(n) akan terdelay sepanjang k
unit waktu.
9                                               TKE-5205-BAB II
10   TKE-5205-BAB II
Penambahan, perkalian, skala deret.


1. Skala amplituda suatu sinyal dilakukan dengan mengalikan suatu
konstanta A dengan setiap nilai sinyal sample. Sehingga kita peroleh:
         y(n) = A x(n)                        -   <n<
         (2.1.22)
2. Penjumlahan dua buah sinyal x1(n) dan x2(n) adalah sinyal y(n), dimana
nilai dari setiap titik n pada y(n) adalah penjumlahan dari setiap titik n sinyal
ke-n dari kedua sinyal tersebut.
y(n) = x1(n) + x2(n)         -    <n<                            (2.1.23)
3. Perkalian dua buah sinyal didefinisikan sebagai perkalian antara sample
ke-n pada kedua sinyal tersebut.
     y(n) = x1(n) x2(n) -   <n<                                  (2.1.24)


11                                                          TKE-5205-BAB II
2.2 Sistem Waktu Diskrit
Sistem waktu diskrit adalah suatu alat atau algoritma yang beroperasi pada
pada sinyal waktu diskrit (input), menurut beberapa aturan yang dibuat, untuk
menghasilkan sinyal waktu diskrit dengan bentuk lain (output atau respons)
sistem tersebut.
Secara umum dinyatakan:
        y(n) T x(n)

dimana T adalah simbol trasformasi.
2. 2.2.1 Deskripsi Sistem Input-Output
Menggunakan ekspresi matematis yang menjelaskan hubungan antara sinyal
input dan output ( input-output relationship).
Detail struktur di dalam sistem diabaikan. Cara untuk mengetahui sistem itu
hanya dengan memberikan input dan melihat outputnya.


12                                                       TKE-5205-BAB II
T
                 x(n)       y(n)

 Contoh: tentukan respons sistem:
               | n |,        -3 < n < 3
      x ( n)
                 0,          untuk nilai n yang lain

 dengan input sebagai berikut:
 (a) y(n) = x(n)
 (b) y(n) = x (n-1)
 (c) y(n) = x(n+1)
 (d) y(n) = 1/3 [x(n+1)+x(n)+x(n-1)]
 (e) y(n) =max {x(n+1),x(n), x(n-1)}


13                                                     TKE-5205-BAB II
n
f)    y ( n)     k        x(k )    x(n) x(n 1) x(n 2) ...



Untuk beberapa contoh di atas, nilai y(n) tidak saja bergantung pada nilai x(n)
tetapi tergantung juga pada nilai y sebelumnya. Salah satu contoh yang
menerapkan sistem ini adalah accumulator.
Hubungan input-output accumulator dapat dituliskan sebagai berikut:
                          n                n 1
               y(n)           x( k )             x(k ) x(n)
                      k                k

                  = y(n-1) + x(n)
Contoh :
Sebuah accumulator,                                                  diberikan input x(n)=n u(n). Tentukan output, jika
kondisinya sebagai berikut:                                   n
                                                   y(n)           x( k )
     a) y(-1) = 0                                         k



     b) y(-1) = 1


14                                                                                               TKE-5205-BAB II
2.2.2 Representasi Diagram Block Sistem Waktu Diskrit
 Cara lain merepresentasikan Sistem Waktu Diskrit adalah menggunakan
 diagram blok. Blok-blok dasar untuk menggambarkannya adalah:
 Penjumlah (Adder )




 Konstanta pengali



 Sinyal Pengali




15                                                TKE-5205-BAB II
Elemen unit delay




Elemen unit advance




  Gambarkan diagram block sinyal waktu diskrit menggunakan hubungan
  input-output dari :

                 1        1        1
        y ( n)     y(n 1)   x ( n)   x(n 1)
                 4        2        2




16                                                  TKE-5205-BAB II
2.1. 2.2.3 Klasifikasi Sistem Waktu Diskrit


 Sistem Statik VS Sistem Dinamik
 Suatu sistem waktu diskrit dikatakan static (memoryless) jika output pada
 tiap n hanya tergantung pada sample input pada waktu yang sama.
 Suatu sistem waktu diskrit dikatakan dinamik (mempunyai memory) apabila
 output sistem waktu n ditentukan oleh sample input pada interval dari n-N
 sampai dengan N.
 Contoh:
 Sistem Statik
 y(n) = ax(n)
 y(n) = nx(n) + bx3(n)
 Sistem Dinamik
     y(n) = x(n) + 3x(n-1)

17                                                     TKE-5205-BAB II
n
      y ( n)               x(n k )
                   k 0

Secara umum dua buah sistem ini didefinisikan sebagai:

     y(n) T x(n), n


Sistem tidak berubah terhadap waktu (time-invariant) VS Sistem
berubah terhadap waktu (tim-variant)


Teorema:
Suatu sistem T adalah time invariant atau shift invariant jika dan hanya jika
               T
      x ( n)       y ( n)


berlaku

                   T
     x(n k )               y (n k )




18                                                          TKE-5205-BAB II
Untuk setiap sinyal input x(n) dan setiap pergeseran waktu k.


Untuk menentukan apakah suatu sistem time invariant diperlukan suatu test:
 1. Beri masukan x(n) tertentu ke sistem yang menghasilkan output y(n).
 2. Selanjutnya beri masukan x(n) tersebut tetapi dengan delay k, dan hitung
 kembali outputnya.
 3. Selanjutnya apabila y(n,k) = y(n-k) untuk seluruh harga k yang mungkin,
 maka sistem tersebut adalah time invariant. Jika output , walaupun untuk
 satu nilai k, maka sistem tersebut adalah time variant.




19                                                       TKE-5205-BAB II
Tentukan apakah sistem-sistem
     tersebut time invariant atau time
     variant.




20         TKE-5205-BAB II
Sistem Linier VS Nonlinier


 Sistem linier yaitu sistem yang secara umum memenuhi prinsip
 superposisi.
 Teorema: Suatu sistem dikatakan linier jika dan hanya jika berlaku:
       T a1 x1 (n) a2 x2 (n)   a1T [ x1 (n)] a2T [ x2 (n)]       (2.2.6)
 untuk setiap nilai x1(n) dan x2(n) sembarang dan a1 dan a2 sembarang.




21                                                           TKE-5205-BAB II
Representasi grafis prinsip Superposisi. T linier jika dan hanya jika y(n) =
 y’(n)
 Tentukan apakah sistem di bawah ini linier atau nonlinier:
 (a) y(n) = nx(n)               (b) y(n) = x(n2) (c) y(n) = x2(n)
 (d) y(n) = A x(n) + B          (e) y(n) = ex(n)
 Sistem Stabil dan tidak Stabil
 Teorema: Sistem sembarang disebut BIBO stabil jika dan hanya jika setiap
 input yang terbatas menghasilkan output yang terbatas pula.
       x(n)   Mx         y(n)   My
                                                         (2.2.7)
 Interkoneksi Sistem Waktu Diskrit
 Sistem Waktu diskrit dapat diinterkoneksikan menjadi suatu sistem yang
 lebih besar.
 Ada dua cara untuk mengkoneksikan, yaitu kaskade (seri) dan parallel, yang
 direpresentasikan seperti gambar di bawah ini.


22                                                          TKE-5205-BAB II
23   TKE-5205-BAB II
2.3 2.3 Analisis Sistem Linear tidak Berubah terhadap Waktu (LTI)
 pada Waktu Diskrit
 Pada bagian terdahulu kita mengklasifikasikan sistem menurut beberapa
 karakteristik, property, atau kategori, yang disebut: linearitas, stabilitas,
 causality, time invariat (tidak berubah terhadap waktu).
 Pada bagian ini akan dibahas suatu kelas sistem, yang disebut sistem linear
 time invariant LTI (linier tidak berubah terhadap waktu). Sistem ini lebih
 mudah dianalisis pada domain waktu dengan menggunakan responnya
 berbentuk deret unit sample. Sinyal dapat dipecah dan diperlihatkan sebagai
 penjumlahan dari deret unit sample. Sebagai konsekuensi dari sifat linieritas
 dan time invariant dari sistem, maka respons sistem untuk input sinyal yang
 sembarang dapat diekspresikan dalam respons unit sample dari sistem.
 Bentuk umum ekspresi yang berhubungan dengan respons unit sample dari
 sistem dan sinyal input sembarang terhadap sinyal output disebut dengan
 penjumlahan konvolusi atau formula konvolusi. Dengan ini kita dapat
 menentukan output dari sistem linier, time invariant terhadap sembarang
 sinyal input.

24                                                        TKE-5205-BAB II
2.3.1 Teknik Analisis Sistem Linier
 Ada dua metode untuk menganalisis sifat-sifat atau respons sistem linier
 terhadap input yang diberikan.
 Metode pertama berdasarkan pada solusi langsung persamaan input-output
 dari sistem, dalam bentuk umumnya adalah sebagai berikut:
      y(n)   F y(n 1), y(n 2),...y(n N ), x(n), x(n 1),...,x(n M )   (2.3.1)
 dimana F[.]  menyatakan kumpulan fungsi
 untuk sistem LTI bentuk umum hubungan input-outputnya:
             N                  N
     y(n)        ak y ( n k )       bk x(n k )                       (2.3.2)
             k 1                k 1

 ak dan bk parameter konstanta bebas.




25                                                                      TKE-5205-BAB II
Metode kedua adalah membentuk sinyal input ke dalam penjumlahan
 sinyal elementer. Sinyal elementer dipilih sehingga respons sistem untuk
 setiap komponen sinyal mudah diperoleh. Dan dengan menggunakan sifat
 linieritas sistem, respons sistem terhadap sinyal elementer dijumlahkan
 untuk mendapatkan respons total sistem terhadap sinyal input yang
 diberikan.


 Misalnya x(n) dipecah ke dalam penjumlahan komponen {xk(n)} sinyal
 input, sehingga:
       x(n)       ck k k (n)                                 (2.3.3)
              k

 dimana {ck} adalah himpunan amplituda sinyal-sinyal x(n). Respons
 sistem terhadap komponen sinyal elementer xk(n) adalah yk(k), sehingga:
     yk (n) T xk (n)                                         (2.3.4)
 Total respons dari input x(n) adalah:



26                                                     TKE-5205-BAB II
y(n) T x(n)          T       ck k k (n)
                                   k

                   ck T xk (n)
               k

                   ck yk (n)
              k

   2.3.2 Penyelesaian Sinyal Waktu Diskrit dalam bentuk Impulse
Misalnya kita memiliki sinyal x(n) sembarang yang akan kita pecah menjadi
penjumlahan deret unit sample. sinyal elementernya adalah:
          xk (n)      (n k )                            (2.3.6)
dimana k adalah delay deret unit sample. Untuk mengatasi sinyal x(n) sembarang yang
mempunyai nilai tidak nol pada selang waktu tidak terbatas, maka himpunan impuls
harus juga tidak terbatas.
Contoh:
Perkalian dua buah deret x(n) dan (n-k).
      δ(n k ) 0 kecuali n k

Hasil perkalian kedua deret ini adalah sebuah deret yang mempunyai nilai 0 untuk tiap
waktu kecuali pada n=k.        x(n)δ(n k ) x(k )δ(n k )  (2.3.7)


27                                                            TKE-5205-BAB II
28   TKE-5205-BAB II
Kesimpulan: setiap perkalian sinyal x(n) dengan unit impulse pada satu delay
waktu k, akan memberikan sebuah nilai x(k) sinyal x(n) pada delay dimana
unit impulse tidak berharga 0.


Jika perkalian ini diulang pada delay, - < k < , dan menjumlahkan seluruh
deret perkalian, maka hasilnya adalah deret yang sama dengan x(n), yaitu:


        x ( n)       x ( k )δ( n k )
                 k                                  (2.3.8)


Pada bagian kanan persamaan adalah pernjumlahan anggota yang jumlahnya
tak terbatas deret unit sample dimana deret unit sample (n-k) mempunyai
amplituda x(k). Jadi pada bagian kanan persamaan merupakan penyelesaian
sinyal x(n) sembarang ke dalam bentuk penjumlahan deret unit sample.



29                                                      TKE-5205-BAB II
2.3.3 Respons Sistem LTI untuk Input Sembarang: Penjumlahan konvolusi
Respons sistem y(n,k) terhadap input deret unit sample pada n=k dinyatakan dengan
h(n,k), - < k < , adalah:
        y(n, k ) h(n, k ) T δ(n k )                                          (2.3.9)
n = indek waktu
k = parameter yang menunjukkan lokasi input impulse.
Jika impulse pada input diskalakan oleh ,                       ck   x(k )   respons sistem adalah output terskala
sebagai berikut:
       ck h(n, k )     x(k )h(n, k )                                         (2.3.10)
Selanjutnya, jika input adalah sinyal sembarang x(n) yang diekspresikan sebagai
penjumlahan tak berhingga impulse, sebagai berikut:

       x ( n)         x ( k )δ( n k )                                        (2.3.11)
                k
Dan respons sistem terhadap x(n) adalah:
        y(n) T x(n            Τ     x( k ) ( n k )
                                                                             (2.3.12)
                     x(k )T (n k )              x(k )h(n, k )



30                                                                                          TKE-5205-BAB II
Persamaan di atas sesuai dengan sifat superposisi sistem linier, dan disebut dengan
penjumlahan superposisi.
Persamaan (2.3.12) merupakan respons sistem linier terhadap deret input x(n)
sembarang dan merupakan fungsi dari x(n) dan respons h(n,k) dari sistem terhadap unit
impulse (n-k) untuk - < k < . Expresi pada persamaan (2.3.12) tidak berdasarkan
property dari time-invariant, jadi dapat juga berlaku pada sistem time variant.
Jika dilihat dari property time-invariant maka persamaan (2.3.12) perlu diadaptasikan
lebih lanjut. Dalam kenyataannya respons sistem LTI terhadap deret unit sample (n)
adalah h(n), dimana:
       h(n) T δ(n)                                       (2.3.13)
Dan berdasarkan sifat time-invariant respons sistem terhadap delay deret unit sample
 (n-k) adalah:
      h(n k ) T δ(n k )                                  (2.3.14)
sehingga persamaan (2.3.12) menjadi:

      y ( n)       x ( k ) h( n k )                      (2.3.15)
               k
Observasi terhadap sistem LTI secara lengkap dikarakteristikkan oleh fungsi satuan
h(n), yang merupakan respons terhadap deret unit sample (n).

31                                                            TKE-5205-BAB II
Persamaan (2.3.15) yang menghasilkan respons y(n) dari sistem LTI sebagai fungsi dari
sinyal input x(n) dan respons unit sample h(n) disebut dengan penjumlahan konvolusi.
Dalam hal ini input x(n) dikonvolusikan dengan impulse respons h(n) untuk
menghasilkan output y(n).
Ada 2 prosedur untuk menghitung respons y(n) terhadap input x(n) dan respons impulse
h(n) sistem , yaitu secara matematis dan secara grafis.
Contoh:
Pada n = n0, maka respons pada n= n0 adalah:
      y(n0 )       x(k )h(n0   k)                                (2.3.16)
               k

Ada 4 tahap proses menghitung konvolusi antara x(k) dan h(k), yaitu:
1.Mencerminkan/membalik. Cerminkan h(k) terhadap titik k=0 sehingga menghasilkan h(-k)
2.Menggeser. Geser h(-k) sepanjang n0 ke kanan (ke kiri) jika n0 positif (negatif), untuk
mendapatkan h(n0-k).
3.Perkalian. Kalikan x(k) dengan h(n0-k) untuk mendapatkan deret perkalian vn0(k) x(k)h(n0-k).
4.Penjumlahan. Jumlahkan seluruh nilai deret perkalian vn0(k) untuk mendapatkan harga output
pada waktu n = n0.




32                                                                     TKE-5205-BAB II
Untuk mendapatkan respons sistem pada selang waktu - < n < maka langkah 2
s.d. 4 diulang untuk seluruh pergeseran waktu - < n < yang mungkin.


Contoh:
Respons impuls dari suatu sistem LTI adalah:
h(n) = {1,2,1,-1}


Tentukan respons sistem untuk sinyal input:


          x(n) = {1,2,3,1}




33                                                     TKE-5205-BAB II
34   TKE-5205-BAB II
Tugas:
1.      Tentukan dan gambarkan konvolusi y(n) dari sinyal:
                  1
                    n    0 n 6
         x ( n)   3
                   0 untuk n yanglain

                  1      2 n 2
         h( n)
                  0 untuk n yanglain
a.      Secara grafis
b.      Secara analitis
2.      Hitung Konvolusi y(n) dari sinyal
                    n
                            3 n 5
          x(n)
                   0    untuk n yanglain

                  1     0 n 4
          h( n)
                  0 untuk n yanglain

     a. Secara grafis
     b. Secara analitis



35                                                           TKE-5205-BAB II
2.3.4 Properti Konvolusi dan Interkoneksi Sistem LTI
Konvolusi:
      y ( n)   x ( n) * h( n)       x ( k ) h( n k )
                                k                                 (2.3.17)
      y ( n)   h( n) * x ( n)       h( k ) x ( n k )
                                k
                                                                  (2.3.18)
Sifat-sifat Konvolusi:
 1. Hukum Komutatif
x(n) * h(n) = h(n) * x(n)                              (2.3.19)




 2. Asosiatif
[x(n) * h1(n)] * h2(n) = x(n)*[ h1(n) * h2(n)]                               (2.3.20)



 36                                                                                 TKE-5205-BAB II
Contoh
Tentukan respons impulse dari 2 buah sistem LTI yang di-cascade yang mempunyai
respons impulse:
h1(n) = ½ n u(n) dan h2(n) = ¼ n u(n)
 3. Distributif
x(n)*[ h1(n) + h2(n)] = [x(n)* h1(n)] + [x(n)*h2(n)]                (2.3.21)
Penjumlahan 2 buah respons identik dengan respons sistem keseluruhan dengan impulse
respons
h(n) = h1(n) + h2(n)
Sistem keseluruhan merupakan kombinasi paralel 2 buah sistem LTI.

             L
      h(n)       h j (n)
             j 1
                                                                    (2.3.22)




 37                                                            TKE-5205-BAB II
2.3.5 Sistem Kausal LTI
Sistem Kausal: sebuah sistem dimana output pada waktu n tergantung hanya pada nilai
sekarang dan nilai sebelumnya, tidak tergantung pada nilai yang akan datang.
Misal n= n0
         y(n0 )       x(k )h(n0       k)
                  k

Persamaan di atas dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama meliputi nilai input sekarang
dan sebelumnya (x(n) untuk n < n0) , bagian kedua meliputi harga input yang akan
datang (x(n) untuk n > n0). Maka:
                                      1
y(n0 )        h(k )h(n0   k)              h(k )h(n0   k)
           k 0                    k

         =[h(0)x(n0) + h(1)x(n0-1) + h(2)x(n0--2) + …] + [h(-1)x(n0+1) + h(-2)x(n0+2) + …]
Jika output pada waktu n= n0 hanya tergantung pada nilai input sekarang dan
sebelumnya, maka jelaslah bahwa respons impulse sistem harus memenuhi kondisi:
h(n) = 0 n < 0                                                (2.3.23)




38                                                                  TKE-5205-BAB II
Karena h(n) adalah respons sistem LTI terhadap unit impulse pada n = 0, ini berarti h(n) =
0 untuk n < 0 merupakan kondisi yang perlu dan cukup untuk kausalitas.
Kesimpulan: Sistem LTI kausal jika dan hanya jika responsnya berharga 0 untuk n < 0.
Persamaan konvolusi untuk sistem kausal LTI
                                       n
      y(n)      h( k ) x ( n k )           x ( k ) h( n k )         (2.3.24)
             k 0                   k

Kausalitas diperlukan pada aplikasi pemrosesan sinyal real-time.
    2.3.6 Stabilitas Sistem LTI
Sistem sembarang disebut stabil BIBO jika dan hanya jika deret output y(n) terbatas untuk setiap
input, x(n), terbatas.
Jika x(n) terbatas, terdapat konstanta Mx, dimana:
|x(n)| < Mx <
Begitu juga dengan output, jika output terbatas, terdapat konstant, My, dimana:
|y(n)| < My <
Jika kita buat harga mutlak persamaan konvolusi di kedua sisinya:
                                       n
      y(n)      h( k ) x ( n k )           x ( k ) h( n k )
             k 0                   k
Harga mutlak penjumlahan suatu fungsi selalu kurang dari atau sama dengan penjumlahan dari harga
mutlak fungsi tersebut.

 39                                                                        TKE-5205-BAB II
y(n)        x(k ) h(n k )
             k



Jika input terbatas, terdapat sejumlah Mx dimana |x(n)| < Mx. Dengan
mensubstitusikan nilai tertinggi x(n), maka:
      y(n)   Mx        h(n k )
                  k

maka output akan terbatas jika:
                      Sh    h(k )                    (2.3.24)


Sistem LTI: stabil jika impulse responsnya dapat dijumlahkan. Kondisi ini bukan
hanya cukup, tetapi juga perlu untuk memastikan kestabilan sistem.




 40                                                        TKE-5205-BAB II
2.3.6 Sistem dengan Respons Impulse Terbatas dan tak Terbatas


Sistem LTI berdasarkan respons impulsenya dibagi menjadi 2, yaitu Finite
impulse response (FIR) dan Infinite Impulse Response (IIR).


FIR
                  M 1
         y ( n)         h( k ) x ( n k )
                   k 0                            (2.3.25)
IIR
        y ( n)      h( k ) x ( n k )
                  k 0                             (2.3.26)




41                                                    TKE-5205-BAB II
2.4          Implementasi Sistem Waktu Diskrit
       2.4.1         Struktur Realisasi Sistem LTI

 Sistem orde-1
     y(n)   a1 y(n 1) b0 ( x) b1 x(n 1)       (2.4.1)
 Dapat dilihat menjadi 2 buah sistem LTI yang
 dikaskade
 v(n) = b0x(n)+ b1x(n-1)                      (2.4.2)
 y(n) = -a1y(n-1)+v(n)                        (2.4.3)
 Direalisasikan pada gambar (a) yang disebut
 dengan Struktur Direct form I
 Atau dapat diubah menjadi:
 w(n) = b0w(n)+ x(n)                          (2.4.4)
 y(n) = b0w(n)+ b1w(n-1)                      (2.4.5)
 Direalisasikan pada gambar (b) dan (c), disebut
 dengan struktur Direct Form II
 Secara umum struktur Direct Form I dapat dibentuk dari
 persamaan:
            N                    M
     y(n)         a k y (n k )       b x x( n k )   (2.4.6)
            k 1                  k 0




42                                                            TKE-5205-BAB II
M                      (2.4.7)
     v(n)        bk x(n k )
            k 0
     dan sistem rekursifnya:
             N
     y(n)        ak y(n k ) v(n)   (2.4.8)
            k 1




43                                           TKE-5205-BAB II
M
     w(n)         ak w(n k ) x(n)   (2.4.9)                 nonrekursif
              k 0
                                                                    M
                                                            y(n)        bk w(n k )         (2.4.10)
                                                                   k 0
     Sistem orde-2 diperoleh dengan memasukan N=M=2 pada persamaan (2.4.6):
     y(n)     a1 y(n 1) a2 y(n 2) b0 x(n) b1 x(n 1) b2 x(n 2)      (2.4.11)
       Struktur Direct Form II dapat dilihat pada gambar (a)
       Jika a1 =a2 = 0 maka:
      y(n) b0 x(n) b1 x(n 1) b2 x(n 2)          (2.4.12)
       Dapat dilihat pada gambar (b)
       Jika b1 =b2 = 0 maka:
       y(n)       a1 y(n 1) a1y (n 2) b0 x(n)   (2.4.13)

       Dapat dilihat pada gambar (c)




44                                                                                   TKE-5205-BAB II
2.4.1            Realisasi Sistem FIR Rekursif dan Nonrekursif

     y(n)     F y(n 1),..., y(n N ), x(n),..., x(n M )
                  N                 M
     y(n)             ak y (n k )       bk x(n k )
               k 1                  k 0

     y(n)     F x(n),..., x(n 1),..., x(n M )
              M
     y(n)         bx x(n k )
              k 0
            1 M
     y ( n)       x( n k )
           M 1k 0
             1
      h(n)         0 n M
           M 1
            1 M                   1
     y(n)         x( n 1 k )            x(n) x(n 1 M )
           M 1k 0                M 1
                      1
           y(n 1)          x ( n) x ( n 1 M )
                    M 1

Realisasi Nonrekursif sistem moving average FIR                 Realisasi rekursif sistem moving average FIR




45                                                                             TKE-5205-BAB II
Download slide di http://rumah-belajar.org




                                   TKE-5205-BAB II

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

RL - Metode Node dan Mesh
RL - Metode Node dan MeshRL - Metode Node dan Mesh
RL - Metode Node dan Mesh
Muhammad Dany
 
Model Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian ElektrikModel Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Rumah Belajar
 
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 12 - konvolusi circular
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 12 - konvolusi circularPengolahan Sinyal Digital - Slide week 12 - konvolusi circular
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 12 - konvolusi circular
Beny Nugraha
 
Menjelaskan prinsip register
Menjelaskan prinsip registerMenjelaskan prinsip register
Menjelaskan prinsip register
Eko Supriyadi
 
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Beny Nugraha
 
RL - Thevenin and Norton Theorems
RL - Thevenin and Norton TheoremsRL - Thevenin and Norton Theorems
RL - Thevenin and Norton Theorems
Muhammad Dany
 
Makalah phase shift keying
Makalah phase shift keyingMakalah phase shift keying
Makalah phase shift keying
ampas03
 

La actualidad más candente (20)

8 kuantisasi
8 kuantisasi8 kuantisasi
8 kuantisasi
 
Diktat sistem-linier
Diktat sistem-linierDiktat sistem-linier
Diktat sistem-linier
 
RL - Metode Node dan Mesh
RL - Metode Node dan MeshRL - Metode Node dan Mesh
RL - Metode Node dan Mesh
 
Model Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian ElektrikModel Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian Elektrik
 
1 konsep sinyal
1 konsep sinyal1 konsep sinyal
1 konsep sinyal
 
Rangkaian dua pintu
Rangkaian dua pintuRangkaian dua pintu
Rangkaian dua pintu
 
Soal soal adc 2
Soal soal adc 2Soal soal adc 2
Soal soal adc 2
 
Kuliah 2 sistem linier
Kuliah 2 sistem linierKuliah 2 sistem linier
Kuliah 2 sistem linier
 
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 12 - konvolusi circular
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 12 - konvolusi circularPengolahan Sinyal Digital - Slide week 12 - konvolusi circular
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 12 - konvolusi circular
 
konsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistemkonsep dasar sinyal dan sistem
konsep dasar sinyal dan sistem
 
7 analog digital converter
7 analog digital converter7 analog digital converter
7 analog digital converter
 
Menjelaskan prinsip register
Menjelaskan prinsip registerMenjelaskan prinsip register
Menjelaskan prinsip register
 
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 4 - transformasi fourier sinyal waktu ...
 
Bjt
BjtBjt
Bjt
 
State space
State spaceState space
State space
 
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2
 
RL - Thevenin and Norton Theorems
RL - Thevenin and Norton TheoremsRL - Thevenin and Norton Theorems
RL - Thevenin and Norton Theorems
 
Makalah phase shift keying
Makalah phase shift keyingMakalah phase shift keying
Makalah phase shift keying
 
Kuliah 4 sistem linier: Representasi deret Fourier sinyal periodik
Kuliah 4 sistem linier: Representasi deret Fourier sinyal periodikKuliah 4 sistem linier: Representasi deret Fourier sinyal periodik
Kuliah 4 sistem linier: Representasi deret Fourier sinyal periodik
 
2 dasar praktikum sinyal dgn matlab
2  dasar praktikum sinyal dgn matlab2  dasar praktikum sinyal dgn matlab
2 dasar praktikum sinyal dgn matlab
 

Similar a Bab ii discrete time

Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptxSinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
NdysP
 
Slide week 1b introduction - sinyal
Slide week 1b   introduction - sinyalSlide week 1b   introduction - sinyal
Slide week 1b introduction - sinyal
Beny Nugraha
 
F.PFungsi pembangkit-momen-final
F.PFungsi pembangkit-momen-finalF.PFungsi pembangkit-momen-final
F.PFungsi pembangkit-momen-final
Didi Agus
 
Geometri analitik bidang lingkaran
Geometri analitik bidang  lingkaran Geometri analitik bidang  lingkaran
Geometri analitik bidang lingkaran
barian11
 
Uji validitas dan_reliabilitas
Uji validitas dan_reliabilitasUji validitas dan_reliabilitas
Uji validitas dan_reliabilitas
Ical Azmy
 

Similar a Bab ii discrete time (20)

5 Sinyal di Domain Waktu
5 Sinyal di Domain Waktu5 Sinyal di Domain Waktu
5 Sinyal di Domain Waktu
 
1. Ulas Ulang Sinyal Diskrit.ppt
1. Ulas Ulang  Sinyal Diskrit.ppt1. Ulas Ulang  Sinyal Diskrit.ppt
1. Ulas Ulang Sinyal Diskrit.ppt
 
1. Sinyal (1).ppt
1. Sinyal (1).ppt1. Sinyal (1).ppt
1. Sinyal (1).ppt
 
1. Sinyal.ppt
1. Sinyal.ppt1. Sinyal.ppt
1. Sinyal.ppt
 
PPT tugas besar opsi 2.pptx
PPT tugas besar opsi 2.pptxPPT tugas besar opsi 2.pptx
PPT tugas besar opsi 2.pptx
 
8 Kuantisasi
8 Kuantisasi8 Kuantisasi
8 Kuantisasi
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptxSinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
Sinyal dan Sistem diskrit Dalam Kawasan waktu.pptx
 
Sistem LTI Waktu Diskrit
Sistem LTI Waktu DiskritSistem LTI Waktu Diskrit
Sistem LTI Waktu Diskrit
 
Transformasi Fourier Waktu Diskrit
Transformasi Fourier Waktu DiskritTransformasi Fourier Waktu Diskrit
Transformasi Fourier Waktu Diskrit
 
Slide week 1b introduction - sinyal
Slide week 1b   introduction - sinyalSlide week 1b   introduction - sinyal
Slide week 1b introduction - sinyal
 
Praktikum i
Praktikum iPraktikum i
Praktikum i
 
F.PFungsi pembangkit-momen-final
F.PFungsi pembangkit-momen-finalF.PFungsi pembangkit-momen-final
F.PFungsi pembangkit-momen-final
 
1 sinyal dan data - sinyal digital rev 2020
1 sinyal dan data - sinyal digital rev 20201 sinyal dan data - sinyal digital rev 2020
1 sinyal dan data - sinyal digital rev 2020
 
R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2R5 g kel 6 allin2 2
R5 g kel 6 allin2 2
 
Geometri analitik bidang lingkaran
Geometri analitik bidang  lingkaran Geometri analitik bidang  lingkaran
Geometri analitik bidang lingkaran
 
Uji validitas dan_reliabilitas
Uji validitas dan_reliabilitasUji validitas dan_reliabilitas
Uji validitas dan_reliabilitas
 
Unrika proses sinyal sistem diskrit
Unrika proses sinyal sistem diskritUnrika proses sinyal sistem diskrit
Unrika proses sinyal sistem diskrit
 
Konsep Sinyal dan Sistem
Konsep Sinyal dan SistemKonsep Sinyal dan Sistem
Konsep Sinyal dan Sistem
 
Notasi
NotasiNotasi
Notasi
 

Más de Rumah Belajar

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2
Rumah Belajar
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphology
Rumah Belajar
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
Rumah Belajar
 

Más de Rumah Belajar (20)

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphology
 
point processing
point processingpoint processing
point processing
 
03 image transform
03 image transform03 image transform
03 image transform
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrix
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurement
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary
 
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelahBab 06 kriteria kegagalan lelah
Bab 06 kriteria kegagalan lelah
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesoriny
 
Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksi
 
Bab 03 load analysis
Bab 03 load analysisBab 03 load analysis
Bab 03 load analysis
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8
 

Último

Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 

Último (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 

Bab ii discrete time

  • 1. BAB II SINYAL DAN SISTEM WAKTU DISKRIT 2.1 Sinyal Waktu Diskrit Ada beberapa cara untuk merepresentsikan sinyal waktu diskrit, yaitu sebagai berikut: 1.Representasi fungsi, seperti: 1 untuk n=1,3 x(n) 4 untuk n= 2 0 selain itu 2. Representasi tabular, contohnya: n … -2 -1 0 1 2 3 4 5 … x(n) … 0 0 0 1 4 1 0 0… 1 TKE-5205-BAB II
  • 2. Download slide di http://rumah-belajar.org TKE-5205-BAB II
  • 3. 3. Representasi deret Sinyal durasi tidak terbatas atau deret dengan time origin (n=0) ditandai dengan simbol direpresentasikan sebagai: x(n) ={…,0,0,1,4,1,0,0,0,…} ……. (2.1.2) Deret x(n) dimana n < 0 bernilai 0 dapat direpresentasikan sebagai berikut: x(n) = {1,4,1,0,0,0,…} …….. (2.1.3) Deret terbatas dapat direpresentasikan sebagai berikut: x(n) = {3,-1,-2,5,0,4,1} ….… (2.1.4) 2 TKE-5205-BAB II
  • 4. 2.1.1 Beberapa Bentuk Sinyal Waktu Diskrit 1. Deret unit sample dinotasikan sebagai (n) dan didefinisikan sebagai: 1, untuk n =0 (n) 2.1.5 0, untuk n 0 Dengan kata lain bahwa deret unit sample adalah sinyal dimana bernilai 0 untuk setiap n selain n=0 dimana nilainya adalah 1. Sinyal ini kadang disebut dengan sinyal impulse yang ada pada waktu kontinyu. 2. Sinyal Unit Step dinotasikan sebagai u(n) dan didefinisikan sebagai: 1, untuk n 0 u ( n) 2.1.6 0, untuk n 0 3 TKE-5205-BAB II
  • 5. 3. Sinyal Unit Ramp n, untuk n 0 u r ( n) 0, untuk n 0 4. Sinyal Exponential x(n) a n untuk setiap n 4 TKE-5205-BAB II
  • 6. apabila a bernilai kompleks maka a re j dimana r dan adalah parameter, selanjutnya x(n) menjadi: x(n) re j n r n (cos n j sin n) 2.1.2.1.2 Klasifikasi Sinyal Waktu Diskrit. Metode matematis yang digunakan untuk menganalisis sinyal dan sistem waktu diskrit tergantung dari karakteristik sinyal. Sinyal Waktu Diskrit diklasifikasikan sesuai dengan perbedaan karakteristiknya. Energi Sinyal dan Power Sinyal Energi E sinyal x(n) didefinisikan sebagai: 5 TKE-5205-BAB II
  • 7. 2 E x ( n) n Beberapa sinyal yang mempunyai energi tidak terbatas, mempunyai daya rata- rata terbatas. Daya rata-rata sinyal waktu diskrit x(n) adalah: 1 N P lim | x ( n) | 2 N 2N 1 n N Jika energi sinyal x(n) didefinisikan pada interval terbatas –N < n < N sebagai: N EN | x ( n) | 2 n N Dan energi sinyal dapat didefinisikan sebagai: E lim E N N Dan daya rata-rata sinyal x(n) adalah: 1 P lim EN N 2N 1 6 TKE-5205-BAB II
  • 8. Sinyal Periodik dan tidak Periodik Sinyal x(n) periodik dengan perioda N (N>0) jika dan hanya jika x(n+N) = x(n) untuk setiap n (2.1.15) Jika tidak ada nilai N yang memenuhi persamaan (2.1.15) sinyal dikatakan tidak periodik. Contoh: x(n) = Asin 2 f0n Sinyal di atas akan periodik apablia f0 bernilai rasional, ini berarti: k f0 N dimana k dan N adalah integer Energi sinyal periodik x(n) dalam satu perioda, 0 < n < N-1, finite apabila x(n) bernilai finite dalam perioda tersebut. Daya rata-rata dari sinyal periodik adalah finite dan nilainya sama dengan daya rata-rata pada satu perioda. Jadi power dari sinyal periodik dengan perioda N dan mempunyai nilai finite adalah: 7 TKE-5205-BAB II
  • 9. 1 N 1 P | x ( n) | 2 N n 0 Sinyal simetris (genap) dan tidak simetris (ganjil) Suatu sinyal berharga real x(n) disebut simetris (genap) jika: x(-n) = x(n) (2.1.17) sedangkan suatu sinyal disebut tidak simetris (ganjil) apabila: x(-n) = -x(n) (2.1.18) Jika x(n) adalah ganjil, maka x(0)=0 1 x e ( n) x ( n ) x ( n) 2 1 x o ( n) x ( n ) x ( n) 2 x(n) xe (n) xo (n) 8 TKE-5205-BAB II
  • 10. 2.1.3 Manipulasi sederhana Sinyal Waktu Diskrit Transformasi variable bebas (waktu) Sinyal x(n) bisa tergeser terhadap waktu dengan mengganti variable bebas n dengan n-k, dimana k adalah integer. Jika k adalah integer positif, maka sinyal x(n) akan terdelay sepanjang k unit waktu. 9 TKE-5205-BAB II
  • 11. 10 TKE-5205-BAB II
  • 12. Penambahan, perkalian, skala deret. 1. Skala amplituda suatu sinyal dilakukan dengan mengalikan suatu konstanta A dengan setiap nilai sinyal sample. Sehingga kita peroleh: y(n) = A x(n) - <n< (2.1.22) 2. Penjumlahan dua buah sinyal x1(n) dan x2(n) adalah sinyal y(n), dimana nilai dari setiap titik n pada y(n) adalah penjumlahan dari setiap titik n sinyal ke-n dari kedua sinyal tersebut. y(n) = x1(n) + x2(n) - <n< (2.1.23) 3. Perkalian dua buah sinyal didefinisikan sebagai perkalian antara sample ke-n pada kedua sinyal tersebut. y(n) = x1(n) x2(n) - <n< (2.1.24) 11 TKE-5205-BAB II
  • 13. 2.2 Sistem Waktu Diskrit Sistem waktu diskrit adalah suatu alat atau algoritma yang beroperasi pada pada sinyal waktu diskrit (input), menurut beberapa aturan yang dibuat, untuk menghasilkan sinyal waktu diskrit dengan bentuk lain (output atau respons) sistem tersebut. Secara umum dinyatakan: y(n) T x(n) dimana T adalah simbol trasformasi. 2. 2.2.1 Deskripsi Sistem Input-Output Menggunakan ekspresi matematis yang menjelaskan hubungan antara sinyal input dan output ( input-output relationship). Detail struktur di dalam sistem diabaikan. Cara untuk mengetahui sistem itu hanya dengan memberikan input dan melihat outputnya. 12 TKE-5205-BAB II
  • 14. T x(n) y(n) Contoh: tentukan respons sistem: | n |, -3 < n < 3 x ( n) 0, untuk nilai n yang lain dengan input sebagai berikut: (a) y(n) = x(n) (b) y(n) = x (n-1) (c) y(n) = x(n+1) (d) y(n) = 1/3 [x(n+1)+x(n)+x(n-1)] (e) y(n) =max {x(n+1),x(n), x(n-1)} 13 TKE-5205-BAB II
  • 15. n f) y ( n) k x(k ) x(n) x(n 1) x(n 2) ... Untuk beberapa contoh di atas, nilai y(n) tidak saja bergantung pada nilai x(n) tetapi tergantung juga pada nilai y sebelumnya. Salah satu contoh yang menerapkan sistem ini adalah accumulator. Hubungan input-output accumulator dapat dituliskan sebagai berikut: n n 1 y(n) x( k ) x(k ) x(n) k k = y(n-1) + x(n) Contoh : Sebuah accumulator, diberikan input x(n)=n u(n). Tentukan output, jika kondisinya sebagai berikut: n y(n) x( k ) a) y(-1) = 0 k b) y(-1) = 1 14 TKE-5205-BAB II
  • 16. 2.2.2 Representasi Diagram Block Sistem Waktu Diskrit Cara lain merepresentasikan Sistem Waktu Diskrit adalah menggunakan diagram blok. Blok-blok dasar untuk menggambarkannya adalah: Penjumlah (Adder ) Konstanta pengali Sinyal Pengali 15 TKE-5205-BAB II
  • 17. Elemen unit delay Elemen unit advance Gambarkan diagram block sinyal waktu diskrit menggunakan hubungan input-output dari : 1 1 1 y ( n) y(n 1) x ( n) x(n 1) 4 2 2 16 TKE-5205-BAB II
  • 18. 2.1. 2.2.3 Klasifikasi Sistem Waktu Diskrit Sistem Statik VS Sistem Dinamik Suatu sistem waktu diskrit dikatakan static (memoryless) jika output pada tiap n hanya tergantung pada sample input pada waktu yang sama. Suatu sistem waktu diskrit dikatakan dinamik (mempunyai memory) apabila output sistem waktu n ditentukan oleh sample input pada interval dari n-N sampai dengan N. Contoh: Sistem Statik y(n) = ax(n) y(n) = nx(n) + bx3(n) Sistem Dinamik y(n) = x(n) + 3x(n-1) 17 TKE-5205-BAB II
  • 19. n y ( n) x(n k ) k 0 Secara umum dua buah sistem ini didefinisikan sebagai: y(n) T x(n), n Sistem tidak berubah terhadap waktu (time-invariant) VS Sistem berubah terhadap waktu (tim-variant) Teorema: Suatu sistem T adalah time invariant atau shift invariant jika dan hanya jika T x ( n) y ( n) berlaku T x(n k ) y (n k ) 18 TKE-5205-BAB II
  • 20. Untuk setiap sinyal input x(n) dan setiap pergeseran waktu k. Untuk menentukan apakah suatu sistem time invariant diperlukan suatu test: 1. Beri masukan x(n) tertentu ke sistem yang menghasilkan output y(n). 2. Selanjutnya beri masukan x(n) tersebut tetapi dengan delay k, dan hitung kembali outputnya. 3. Selanjutnya apabila y(n,k) = y(n-k) untuk seluruh harga k yang mungkin, maka sistem tersebut adalah time invariant. Jika output , walaupun untuk satu nilai k, maka sistem tersebut adalah time variant. 19 TKE-5205-BAB II
  • 21. Tentukan apakah sistem-sistem tersebut time invariant atau time variant. 20 TKE-5205-BAB II
  • 22. Sistem Linier VS Nonlinier Sistem linier yaitu sistem yang secara umum memenuhi prinsip superposisi. Teorema: Suatu sistem dikatakan linier jika dan hanya jika berlaku: T a1 x1 (n) a2 x2 (n) a1T [ x1 (n)] a2T [ x2 (n)] (2.2.6) untuk setiap nilai x1(n) dan x2(n) sembarang dan a1 dan a2 sembarang. 21 TKE-5205-BAB II
  • 23. Representasi grafis prinsip Superposisi. T linier jika dan hanya jika y(n) = y’(n) Tentukan apakah sistem di bawah ini linier atau nonlinier: (a) y(n) = nx(n) (b) y(n) = x(n2) (c) y(n) = x2(n) (d) y(n) = A x(n) + B (e) y(n) = ex(n) Sistem Stabil dan tidak Stabil Teorema: Sistem sembarang disebut BIBO stabil jika dan hanya jika setiap input yang terbatas menghasilkan output yang terbatas pula. x(n) Mx y(n) My (2.2.7) Interkoneksi Sistem Waktu Diskrit Sistem Waktu diskrit dapat diinterkoneksikan menjadi suatu sistem yang lebih besar. Ada dua cara untuk mengkoneksikan, yaitu kaskade (seri) dan parallel, yang direpresentasikan seperti gambar di bawah ini. 22 TKE-5205-BAB II
  • 24. 23 TKE-5205-BAB II
  • 25. 2.3 2.3 Analisis Sistem Linear tidak Berubah terhadap Waktu (LTI) pada Waktu Diskrit Pada bagian terdahulu kita mengklasifikasikan sistem menurut beberapa karakteristik, property, atau kategori, yang disebut: linearitas, stabilitas, causality, time invariat (tidak berubah terhadap waktu). Pada bagian ini akan dibahas suatu kelas sistem, yang disebut sistem linear time invariant LTI (linier tidak berubah terhadap waktu). Sistem ini lebih mudah dianalisis pada domain waktu dengan menggunakan responnya berbentuk deret unit sample. Sinyal dapat dipecah dan diperlihatkan sebagai penjumlahan dari deret unit sample. Sebagai konsekuensi dari sifat linieritas dan time invariant dari sistem, maka respons sistem untuk input sinyal yang sembarang dapat diekspresikan dalam respons unit sample dari sistem. Bentuk umum ekspresi yang berhubungan dengan respons unit sample dari sistem dan sinyal input sembarang terhadap sinyal output disebut dengan penjumlahan konvolusi atau formula konvolusi. Dengan ini kita dapat menentukan output dari sistem linier, time invariant terhadap sembarang sinyal input. 24 TKE-5205-BAB II
  • 26. 2.3.1 Teknik Analisis Sistem Linier Ada dua metode untuk menganalisis sifat-sifat atau respons sistem linier terhadap input yang diberikan. Metode pertama berdasarkan pada solusi langsung persamaan input-output dari sistem, dalam bentuk umumnya adalah sebagai berikut: y(n) F y(n 1), y(n 2),...y(n N ), x(n), x(n 1),...,x(n M ) (2.3.1) dimana F[.]  menyatakan kumpulan fungsi untuk sistem LTI bentuk umum hubungan input-outputnya: N N y(n) ak y ( n k ) bk x(n k ) (2.3.2) k 1 k 1 ak dan bk parameter konstanta bebas. 25 TKE-5205-BAB II
  • 27. Metode kedua adalah membentuk sinyal input ke dalam penjumlahan sinyal elementer. Sinyal elementer dipilih sehingga respons sistem untuk setiap komponen sinyal mudah diperoleh. Dan dengan menggunakan sifat linieritas sistem, respons sistem terhadap sinyal elementer dijumlahkan untuk mendapatkan respons total sistem terhadap sinyal input yang diberikan. Misalnya x(n) dipecah ke dalam penjumlahan komponen {xk(n)} sinyal input, sehingga: x(n) ck k k (n) (2.3.3) k dimana {ck} adalah himpunan amplituda sinyal-sinyal x(n). Respons sistem terhadap komponen sinyal elementer xk(n) adalah yk(k), sehingga: yk (n) T xk (n) (2.3.4) Total respons dari input x(n) adalah: 26 TKE-5205-BAB II
  • 28. y(n) T x(n) T ck k k (n) k ck T xk (n) k ck yk (n) k 2.3.2 Penyelesaian Sinyal Waktu Diskrit dalam bentuk Impulse Misalnya kita memiliki sinyal x(n) sembarang yang akan kita pecah menjadi penjumlahan deret unit sample. sinyal elementernya adalah: xk (n) (n k ) (2.3.6) dimana k adalah delay deret unit sample. Untuk mengatasi sinyal x(n) sembarang yang mempunyai nilai tidak nol pada selang waktu tidak terbatas, maka himpunan impuls harus juga tidak terbatas. Contoh: Perkalian dua buah deret x(n) dan (n-k). δ(n k ) 0 kecuali n k Hasil perkalian kedua deret ini adalah sebuah deret yang mempunyai nilai 0 untuk tiap waktu kecuali pada n=k. x(n)δ(n k ) x(k )δ(n k ) (2.3.7) 27 TKE-5205-BAB II
  • 29. 28 TKE-5205-BAB II
  • 30. Kesimpulan: setiap perkalian sinyal x(n) dengan unit impulse pada satu delay waktu k, akan memberikan sebuah nilai x(k) sinyal x(n) pada delay dimana unit impulse tidak berharga 0. Jika perkalian ini diulang pada delay, - < k < , dan menjumlahkan seluruh deret perkalian, maka hasilnya adalah deret yang sama dengan x(n), yaitu: x ( n) x ( k )δ( n k ) k (2.3.8) Pada bagian kanan persamaan adalah pernjumlahan anggota yang jumlahnya tak terbatas deret unit sample dimana deret unit sample (n-k) mempunyai amplituda x(k). Jadi pada bagian kanan persamaan merupakan penyelesaian sinyal x(n) sembarang ke dalam bentuk penjumlahan deret unit sample. 29 TKE-5205-BAB II
  • 31. 2.3.3 Respons Sistem LTI untuk Input Sembarang: Penjumlahan konvolusi Respons sistem y(n,k) terhadap input deret unit sample pada n=k dinyatakan dengan h(n,k), - < k < , adalah: y(n, k ) h(n, k ) T δ(n k ) (2.3.9) n = indek waktu k = parameter yang menunjukkan lokasi input impulse. Jika impulse pada input diskalakan oleh , ck x(k ) respons sistem adalah output terskala sebagai berikut: ck h(n, k ) x(k )h(n, k ) (2.3.10) Selanjutnya, jika input adalah sinyal sembarang x(n) yang diekspresikan sebagai penjumlahan tak berhingga impulse, sebagai berikut: x ( n) x ( k )δ( n k ) (2.3.11) k Dan respons sistem terhadap x(n) adalah: y(n) T x(n Τ x( k ) ( n k ) (2.3.12) x(k )T (n k ) x(k )h(n, k ) 30 TKE-5205-BAB II
  • 32. Persamaan di atas sesuai dengan sifat superposisi sistem linier, dan disebut dengan penjumlahan superposisi. Persamaan (2.3.12) merupakan respons sistem linier terhadap deret input x(n) sembarang dan merupakan fungsi dari x(n) dan respons h(n,k) dari sistem terhadap unit impulse (n-k) untuk - < k < . Expresi pada persamaan (2.3.12) tidak berdasarkan property dari time-invariant, jadi dapat juga berlaku pada sistem time variant. Jika dilihat dari property time-invariant maka persamaan (2.3.12) perlu diadaptasikan lebih lanjut. Dalam kenyataannya respons sistem LTI terhadap deret unit sample (n) adalah h(n), dimana: h(n) T δ(n) (2.3.13) Dan berdasarkan sifat time-invariant respons sistem terhadap delay deret unit sample (n-k) adalah: h(n k ) T δ(n k ) (2.3.14) sehingga persamaan (2.3.12) menjadi: y ( n) x ( k ) h( n k ) (2.3.15) k Observasi terhadap sistem LTI secara lengkap dikarakteristikkan oleh fungsi satuan h(n), yang merupakan respons terhadap deret unit sample (n). 31 TKE-5205-BAB II
  • 33. Persamaan (2.3.15) yang menghasilkan respons y(n) dari sistem LTI sebagai fungsi dari sinyal input x(n) dan respons unit sample h(n) disebut dengan penjumlahan konvolusi. Dalam hal ini input x(n) dikonvolusikan dengan impulse respons h(n) untuk menghasilkan output y(n). Ada 2 prosedur untuk menghitung respons y(n) terhadap input x(n) dan respons impulse h(n) sistem , yaitu secara matematis dan secara grafis. Contoh: Pada n = n0, maka respons pada n= n0 adalah: y(n0 ) x(k )h(n0 k) (2.3.16) k Ada 4 tahap proses menghitung konvolusi antara x(k) dan h(k), yaitu: 1.Mencerminkan/membalik. Cerminkan h(k) terhadap titik k=0 sehingga menghasilkan h(-k) 2.Menggeser. Geser h(-k) sepanjang n0 ke kanan (ke kiri) jika n0 positif (negatif), untuk mendapatkan h(n0-k). 3.Perkalian. Kalikan x(k) dengan h(n0-k) untuk mendapatkan deret perkalian vn0(k) x(k)h(n0-k). 4.Penjumlahan. Jumlahkan seluruh nilai deret perkalian vn0(k) untuk mendapatkan harga output pada waktu n = n0. 32 TKE-5205-BAB II
  • 34. Untuk mendapatkan respons sistem pada selang waktu - < n < maka langkah 2 s.d. 4 diulang untuk seluruh pergeseran waktu - < n < yang mungkin. Contoh: Respons impuls dari suatu sistem LTI adalah: h(n) = {1,2,1,-1} Tentukan respons sistem untuk sinyal input: x(n) = {1,2,3,1} 33 TKE-5205-BAB II
  • 35. 34 TKE-5205-BAB II
  • 36. Tugas: 1. Tentukan dan gambarkan konvolusi y(n) dari sinyal: 1 n 0 n 6 x ( n) 3 0 untuk n yanglain 1 2 n 2 h( n) 0 untuk n yanglain a. Secara grafis b. Secara analitis 2. Hitung Konvolusi y(n) dari sinyal n 3 n 5 x(n) 0 untuk n yanglain 1 0 n 4 h( n) 0 untuk n yanglain a. Secara grafis b. Secara analitis 35 TKE-5205-BAB II
  • 37. 2.3.4 Properti Konvolusi dan Interkoneksi Sistem LTI Konvolusi: y ( n) x ( n) * h( n) x ( k ) h( n k ) k (2.3.17) y ( n) h( n) * x ( n) h( k ) x ( n k ) k (2.3.18) Sifat-sifat Konvolusi: 1. Hukum Komutatif x(n) * h(n) = h(n) * x(n) (2.3.19) 2. Asosiatif [x(n) * h1(n)] * h2(n) = x(n)*[ h1(n) * h2(n)] (2.3.20) 36 TKE-5205-BAB II
  • 38. Contoh Tentukan respons impulse dari 2 buah sistem LTI yang di-cascade yang mempunyai respons impulse: h1(n) = ½ n u(n) dan h2(n) = ¼ n u(n) 3. Distributif x(n)*[ h1(n) + h2(n)] = [x(n)* h1(n)] + [x(n)*h2(n)] (2.3.21) Penjumlahan 2 buah respons identik dengan respons sistem keseluruhan dengan impulse respons h(n) = h1(n) + h2(n) Sistem keseluruhan merupakan kombinasi paralel 2 buah sistem LTI. L h(n) h j (n) j 1 (2.3.22) 37 TKE-5205-BAB II
  • 39. 2.3.5 Sistem Kausal LTI Sistem Kausal: sebuah sistem dimana output pada waktu n tergantung hanya pada nilai sekarang dan nilai sebelumnya, tidak tergantung pada nilai yang akan datang. Misal n= n0 y(n0 ) x(k )h(n0 k) k Persamaan di atas dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama meliputi nilai input sekarang dan sebelumnya (x(n) untuk n < n0) , bagian kedua meliputi harga input yang akan datang (x(n) untuk n > n0). Maka: 1 y(n0 ) h(k )h(n0 k) h(k )h(n0 k) k 0 k =[h(0)x(n0) + h(1)x(n0-1) + h(2)x(n0--2) + …] + [h(-1)x(n0+1) + h(-2)x(n0+2) + …] Jika output pada waktu n= n0 hanya tergantung pada nilai input sekarang dan sebelumnya, maka jelaslah bahwa respons impulse sistem harus memenuhi kondisi: h(n) = 0 n < 0 (2.3.23) 38 TKE-5205-BAB II
  • 40. Karena h(n) adalah respons sistem LTI terhadap unit impulse pada n = 0, ini berarti h(n) = 0 untuk n < 0 merupakan kondisi yang perlu dan cukup untuk kausalitas. Kesimpulan: Sistem LTI kausal jika dan hanya jika responsnya berharga 0 untuk n < 0. Persamaan konvolusi untuk sistem kausal LTI n y(n) h( k ) x ( n k ) x ( k ) h( n k ) (2.3.24) k 0 k Kausalitas diperlukan pada aplikasi pemrosesan sinyal real-time. 2.3.6 Stabilitas Sistem LTI Sistem sembarang disebut stabil BIBO jika dan hanya jika deret output y(n) terbatas untuk setiap input, x(n), terbatas. Jika x(n) terbatas, terdapat konstanta Mx, dimana: |x(n)| < Mx < Begitu juga dengan output, jika output terbatas, terdapat konstant, My, dimana: |y(n)| < My < Jika kita buat harga mutlak persamaan konvolusi di kedua sisinya: n y(n) h( k ) x ( n k ) x ( k ) h( n k ) k 0 k Harga mutlak penjumlahan suatu fungsi selalu kurang dari atau sama dengan penjumlahan dari harga mutlak fungsi tersebut. 39 TKE-5205-BAB II
  • 41. y(n) x(k ) h(n k ) k Jika input terbatas, terdapat sejumlah Mx dimana |x(n)| < Mx. Dengan mensubstitusikan nilai tertinggi x(n), maka: y(n) Mx h(n k ) k maka output akan terbatas jika: Sh h(k ) (2.3.24) Sistem LTI: stabil jika impulse responsnya dapat dijumlahkan. Kondisi ini bukan hanya cukup, tetapi juga perlu untuk memastikan kestabilan sistem. 40 TKE-5205-BAB II
  • 42. 2.3.6 Sistem dengan Respons Impulse Terbatas dan tak Terbatas Sistem LTI berdasarkan respons impulsenya dibagi menjadi 2, yaitu Finite impulse response (FIR) dan Infinite Impulse Response (IIR). FIR M 1 y ( n) h( k ) x ( n k ) k 0 (2.3.25) IIR y ( n) h( k ) x ( n k ) k 0 (2.3.26) 41 TKE-5205-BAB II
  • 43. 2.4 Implementasi Sistem Waktu Diskrit 2.4.1 Struktur Realisasi Sistem LTI Sistem orde-1 y(n) a1 y(n 1) b0 ( x) b1 x(n 1) (2.4.1) Dapat dilihat menjadi 2 buah sistem LTI yang dikaskade v(n) = b0x(n)+ b1x(n-1) (2.4.2) y(n) = -a1y(n-1)+v(n) (2.4.3) Direalisasikan pada gambar (a) yang disebut dengan Struktur Direct form I Atau dapat diubah menjadi: w(n) = b0w(n)+ x(n) (2.4.4) y(n) = b0w(n)+ b1w(n-1) (2.4.5) Direalisasikan pada gambar (b) dan (c), disebut dengan struktur Direct Form II Secara umum struktur Direct Form I dapat dibentuk dari persamaan: N M y(n) a k y (n k ) b x x( n k ) (2.4.6) k 1 k 0 42 TKE-5205-BAB II
  • 44. M (2.4.7) v(n) bk x(n k ) k 0 dan sistem rekursifnya: N y(n) ak y(n k ) v(n) (2.4.8) k 1 43 TKE-5205-BAB II
  • 45. M w(n) ak w(n k ) x(n) (2.4.9) nonrekursif k 0 M y(n) bk w(n k ) (2.4.10) k 0 Sistem orde-2 diperoleh dengan memasukan N=M=2 pada persamaan (2.4.6): y(n) a1 y(n 1) a2 y(n 2) b0 x(n) b1 x(n 1) b2 x(n 2) (2.4.11) Struktur Direct Form II dapat dilihat pada gambar (a) Jika a1 =a2 = 0 maka: y(n) b0 x(n) b1 x(n 1) b2 x(n 2) (2.4.12) Dapat dilihat pada gambar (b) Jika b1 =b2 = 0 maka: y(n) a1 y(n 1) a1y (n 2) b0 x(n) (2.4.13) Dapat dilihat pada gambar (c) 44 TKE-5205-BAB II
  • 46. 2.4.1 Realisasi Sistem FIR Rekursif dan Nonrekursif y(n) F y(n 1),..., y(n N ), x(n),..., x(n M ) N M y(n) ak y (n k ) bk x(n k ) k 1 k 0 y(n) F x(n),..., x(n 1),..., x(n M ) M y(n) bx x(n k ) k 0 1 M y ( n) x( n k ) M 1k 0 1 h(n) 0 n M M 1 1 M 1 y(n) x( n 1 k ) x(n) x(n 1 M ) M 1k 0 M 1 1 y(n 1) x ( n) x ( n 1 M ) M 1 Realisasi Nonrekursif sistem moving average FIR Realisasi rekursif sistem moving average FIR 45 TKE-5205-BAB II
  • 47. Download slide di http://rumah-belajar.org TKE-5205-BAB II