Orang Kristen boleh makan semua makanan asalkan dengan ucapan syukur kepada Allah. Namun, orang Kristen baru yang berlatar belakang penyembahan berhala disarankan menghindari makanan persembahan berhala agar tidak dinodai hati nuraninya. Orang Kristen dewasa harus berhati-hati agar kebebasannya tidak menjadi batu sandungan bagi yang lain.
Bolehkah makan makan maka nan yang dipersembahkan kepada berhala
1. BOLEHKAH MAKAN MAKANAN
YANG DIPERSEMBAHKAN
KEPADA BERHALA
RUDDY KARUNDENG, PAULUS MAUPA,
RETNO S. TANTI, PILATUS TOAM,
RISKE OLEY
2. Jemaat pada abad pertama, khususnya jemaat di Korintus,
menghadapi permasalahan di mana kebanyakan orang
percaya di Korintus berlatar belakang penyembahan berhala.
Masih banyak sanak keluarga dan teman-teman mereka yang
belum percaya kepada Tuhan Yesus dan masih mengadakan
penyembahan kepada berhala. Di samping itu, daging yang
diperjual-belikan di pasar-pasar di kota Korintus (dan kota-
kota lain yang penduduknya menyembah berhala) kebanyakan
berasal dari binatang korban persembahan di kuil-kuil
berhala. Sebab dagingnya bagus tetapi harganya lebih
murah.
3. Dalam kondisi seperti itu, apakah orang Kristen boleh
membeli daging di pasar? Apakah orang Kristen boleh
menerima undangan makan dari sanak keluarga dan teman-
teman yang belum Kristen? Dan apabila menerima undangan
itu, apakah mereka harus mengadakan pemeriksaan atas
makanan yang dihidangkan?
Untuk menjawab pergumulan jemaat Korintus dan jemaat-
jemaat di tempat lain, dalam Surat 1 Korintus 8:1-13 dan
10:14-33, Tuhan Yesus melalui rasul-Nya memberikan
penjelasan berkenaan dengan makanan persembahan
berhala.
4. Berhala Bukan Allah
Alkitab berkata: “Tentang hal makan daging persembahan
berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah
lain dari pada Allah yang esa” (1 Kor. 8:4). Sebab sungguhpun
ada apa yang disebut “allah”, baik di sorga, maupun di bumi –
dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan”
yang demikian – namun bagi kita hanya ada satu Allah saja,
yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang
untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus,
yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena
Dia kita hidup (1 Kor. 8:5-7).
5. Berhala bukanlah Allah dan seharusnya tidak
dijadikan objek penyembahan. Janganlah kita
menjadi bodoh dan beranggapan bahwa patung
kayu, batu ataupun emas memiliki kesadaran
untuk menerima penyembahan serta
berkemampuan untuk mendatangkan keuntungan
bagi penyembah-penyembahnya (Mzm. 115:4-8;
135:15-18).
6. Berhala Tidak Dapat Merubah Makanan
Persembahan
Di antara penyembah-penyembah berhala, baik
pada abad pertama maupun saat ini, ada suatu
konsep pemikiran bahwa makanan yang telah
dipersembahkan kepada para dewa telah berubah
menjadi pembawa berkat. Orang yang makan
makanan itu akan memperoleh keuntungan,
misalnya selalu sehat, usaha lancar, dilindungi dari
mara bahaya dan sebagainya.
7. Alkitab mengajarkan bahwa berhala tidak dapat merubah
makanan yang dipersembahkan kepadanya. Makanan itu
tidak menjadi lebih berkhasiat ataupun menjadi rusak
oleh karena dipersembahkan kepada berhala. Kalaupun
ada perubahan rasa, itu hanya karena pengaruh panas
api lilin yang terbakar dan terik matahari, bau
dupa/kemenyan dan arak, serta debu-debu pembakaran
yang menempel pada makanan. Berhala itu sendiri tidak
membawa perubahan apapun pada makanan, misalnya
semakin berkhasiat. Berkenaan dengan hal ini Alkitab
berkata: “Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan
dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan.” (1 Kor.
8:8).
8. Jangan Makan Makanan Itu Sebagai
Makanan Persembahan Berhala
Tidak semua orang Kristen mempunyai
pengetahuan yang benar mengenai berhala dan
makanan yang dipersembahkan kepadanya. Ada
orang Kristen, yang karena masih terikat oleh
berhala-berhala, makan makanan itu sebagai
makanan persembahan berhala (1 Kor. 8:7a). Hal ini
tentu saja tidak berpadanan dengan iman Kristen.
9. Makanlah Dengan Ucapan Syukur Kepada
Allah
Ingatlah firman Tuhan: “Semua yang diciptakan Allah
itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika
diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu
dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa” (1 Tim. 4:4-
5). Jadi, mengucap-syukurlah atas segala makanan
yang terhidang dan makanlah dengan hati yang
bersyukur kepada Allah. Makanan yang dimakan
dengan iman dan syukur itu dikuduskan oleh firman
Allah dan doa.
10. Alkitab berkata: “Apabila kamu diundang
makan oleh orang yang tidak percaya, dan
undangan itu kamu terima, makanlah apa
saja yang dihidangkan tanpa mengadakan
pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati
nurani” (1 Kor. 10:27).
11. Kalaupun di dalamnya ada makanan yang telah
dipersembahkan kepada berhala, bila kita menerimanya
dengan pemahaman yang sesuai firman Allah bahwa berhala
tidak merubah makanan itu serta menaikkan doa syukur
kepada Allah untuk hidangan yang tersedia, maka semua
makanan itu adalah kudus dan halal. Suatu makanan tidak
menjadi haram bagi orang Kristen hanya karena makanan itu
telah dipersembahkan kepada berhala (1 Kor.8:8
;10:23). Tetapi janganlah kita makan sebagai makanan
persembahan berhala, melainkan makanlah hidangan yang
tersedia dengan mengarahkan hati yang bersyukur kepada
Allah.
12. Jangan Menjadi Batu Sandungan Karena
Makanan
Pada saat hendak makan, kalau ada seorang saudara berkata kepada kita:
“Itu persembahan berhala!”, maka janganlah kita memakannya. Bukan
karena makanan itu haram, bukan pula karena diri kita, melainkan karena
orang itu dan keberatan-keberatan hati nuraninya (1 Kor. 10:27-29).
Kita harus mengontrol diri, supaya kebebasan kita tidak menjadi batu
sandungan bagi mereka yang lemah (1 Kor. 8:9). Karena apabila kita makan
makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (dengan konsep yang
benar) di depan saudara-saudara seiman yang lemah, maka hal itu akan
semakin melemahkan iman mereka, atau justru memantapkan mereka untuk
makan makanan persembahan berhala (dengan konsep yang salah).
13. Apabila suatu makanan dapat menjadi batu sandungan
bagi orang lain, lebih baik kita tidak makan makanan itu.
Dengan demikian orang lain tidak akan jatuh oleh karena
makanan yang kita makan. Kita patut meneladani rasul
Paulus yang mengatakan, “Karena itu apabila makanan
menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk
selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi,
supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi
saudaraku” (1 Kor. 8:13).
14. Prinsip rasul Paulus dalam1 Korintus 10:23-24dan 31 sangat baik
untuk diteladani. Jika engkau makan, atau jika engkau minum,
atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah itu
dengan terlebih dahulu mempertimbangkan:
Apakah itu berguna? (1 Kor. 10:23a);
Apakah itu membangun? (1 Kor. 10:23b);
Apakah dengan itu engkau hanya memperhatikan kepentingan
sendiri, atau memperhatikan kepentingan orang lain juga? (1 Kor.
10:24);
Apakah itu memuliakan Allah? (1 Kor. 10:31).
15. KESIMPULAN
Kita boleh makan semua makanan yang dihidangkan tanpa
mengadakan pemeriksaan apakah makanan itu telah
dipersembahkan kepada berhala atau tidak. Kita boleh makan
segala makanan dengan pemahaman iman yang benar kepada
Allah dan pengucapan syukur. Semua yang diciptakan Allah itu
baik dan suatupun tidak ada yang haram jika diterima dengan
ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh Firman Allah
dan oleh doa. Tetapi jika di dalam hatinya masih ada keraguan
atas makanan itu, maka sebaiknya ia tidak makan agar hati
nuraninya tidak dinodai.
16. Orang-orang Kristen baru yang berlatar-belakang
penyembahan berhala diperintahkan untuk tidak
makan makanan yang telah dipersembahkan
kepada berhala. Karena sangat besar kemungkinan
mereka akan makan makanan itu sebagai
makanan persembahan berhala. Hal ini bukan
dikarenakan makanan itu menjadi haram,
melainkan oleh dua alasan lainnya.
17. Pertama, oleh karena hati nuraninya lemah, maka hati
nuraninya dinodai sehingga sesudah makan makanan itu
hatinya menjadi tidak damai sejahtera.
Atau karena alasan kedua, orang-orang Kristen baru itu
makan makanan tersebut sebagai makanan
persembahan berhala, dalam arti mengharapkan
”khasiatnya” atau ”berkat” dari padanya, sehingga
dengan demikian mereka bersekutu kembali dengan
roh-roh jahat yang berada di belakang penyembahan
berhala itu.
18. Orang Kristen yang telah dewasa di dalam iman dan pengenalan
akan Allah, harus dapat mengendalikan diri sehingga jangan
menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara yang lain. Jika
suatu makanan dapat menjadi batu sandungan bagi orang-orang
yang ada di sekitarnya, lebih baik ia tidak makan.
Orang-orang percaya telah beroleh kemerdekaan yang
sesungguhnya di dalam Kristus Yesus (Gal. 5:1). Kendatipun
demikian, ia perlu mawas diri supaya kemerdekaannya itu tidak
menjadi batu sandungan bagi saudara-saudara yang
lemah. Dalam hal makan atau minum atau melakukan sesuatu
yang lain, ia harus memikirkan: apakah itu berguna, membangun,
memperhatikan kepentingan orang lain juga, serta memuliakan
Allah?