Senin, 2 November 2015, Infest Yogyakarta bekerjasama dengan Kompas menggelar diskusi tentang Pembangunan Desa Berbasis Aset dan Keuangan Desa. Diskusi ini dihadiri oleh Ahmad Muqowwam (DPD RI), Johan Budi (KPK RI), Erani Yustika (Dirjen PPMD Kemendesa), Syaiful Huda (Staf Menteri Desa dan PDT). Berikut pemaparan Erani Yustika.
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
PEMBANGUNAN DESA
1. PEMBANGUNAN DESA
BERBASIS ASET DAN POTENSI DESA UNTUK MEWUJUDKAN
DESA MAJU, MANDIRI DAN SEJAHTERA
Disampaikan dalam:
Diskusi Terbatas Bincang KOMPAS dengan Tema
1.Perencanaan Desa berbasis Aset berorientasi Kesejahteraan
2.Pengelolaan Keuangan Desa untuk keuangan desa yang transparan, akuntabel, dan partisipatif
Diselenggarakan oleh INFEST Bekerjasama dengan KOMPAS
Yogyakarta, 02 November 2015
3. Pada tahun 2010: sebanyak 52,03%
penduduk tinggal di perkotaan dan 48 %
penduduk tinggal di perdesaan. Gambar
disamping menunjukkan adanya trend
peningkatan jumlah penduduk di
perkotaan. Dalam 5 dekade (1970-2020
prediksi), penduduk perkotaan
bertambah 6 kali lipat dan sebaliknya
penduduk perdesaan berkurang 3 Kali
lipat.
Peningkatan jumlah penduduk di
perkotaan menunjukkan bahwa kota
masih menjadi wilayah yang sangat
menarik bagi sebagian besar penduduk
di Indonesia. Kondisi desa yang masih
memiliki keterbatasan dalam
menyediakan lapangan kerja dan
keterbatasan sarana dan prasarana
menjadikan masyarakat desa berbondong-
bondong menuju ke kota (urbanisasi).
3
TANTANGAN (1)
DESA KURANG MENJADI DAYA TARIK PENDUDUK
TANTANGAN (1)
DESA KURANG MENJADI DAYA TARIK PENDUDUK
4. Tingkat Pertumbuhan penduduk perkotaan sebesar 2,18 % per tahun lebih tinggi dari tingkat
pertumbuhan penduduk rata-rata nasional sebesar 1 % per tahun. Sedangkan Pertumbuhan
penduduk di perdesaan menurun sebesar 0,64 % per tahun. Hal ini menunjukan bahwa
kecenderungan masyarakat ingin bekerja diperkotaan dibandingkan diperdesaan
karena lapangan kerja di perdesaan TERBATAS.
4
TANTANGAN (2)
URBANISASI TINGGI
TANTANGAN (2)
URBANISASI TINGGI
5. Sumber: Renstra Kementerian Desa, PDTT
TANTANGAN (3)
Jumlah Desa Tertinggal Berdasarkan Wilayah Pulau Besar
TANTANGAN (3)
Jumlah Desa Tertinggal Berdasarkan Wilayah Pulau Besar
7. 7
ASET DESA (1)
UU No. 6 Tahun 2014 tentang DesaUU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
ASET DESA (1)
UU No. 6 Tahun 2014 tentang DesaUU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
“Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli
Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.“
Aset lainnya milik Desa:
a.kekayaan Desa yang dibeli atau
diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara,
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, serta Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa;
b.kekayaan Desa yang diperoleh dari
hibah dan sumbangan atau yang sejenis;
c.kekayaan Desa yang diperoleh sebagai
pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan
lain-lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
d.hasil kerja sama Desa; dan
e.kekayaan Desa yang berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
dapat berupa:
tanah kas Desa,
tanah ulayat,
pasar Desa,
pasar hewan,
tambatan perahu,
bangunan Desa,
pelelangan ikan,
pelelangan hasil pertanian,
hutan milik Desa, mata air
milik Desa,
pemandian umum, dan
aset lainnya milik Desa
8. 82,77% atau 68.025 Desa di Indonesia memiliki
potensi di bidang pertanian dengan komoditas
padi, palawija, hortikultura, perkebunan, jasa
pertanian
Desa merupakan penyedia
utama sumber-sumber pokok
pangan nasional.
Potensi pengembangan sektor
pertanian di desa jauh lebih
besar dibandingkan wilyah
perkotaan. Potensi itu seperti
lahan pertanian dan SDM yang
mayoritas pekerjaanya adalah
petani.
Hasil atau komoditi pertanian
yang dihasilkan oleh desa
merupakan sumber bahan baku
utama dalam industri
pengolahan makanan dan energi
baru ramah lingkungan, misalnya
pengembangan saripati singkong
menjadi ethanol, minyak kelapa
sawit sebagai bahan baku bio
fuel, dan lain-lain
8
POTENSI DESA (1)POTENSI DESA (1)
9. Potensi dan peluang yang besar dalam menguatkan ketahanan
pangan dan energi nasional di desa perlu menjadi perhatian
utama kita bersama.
Desa menjadi sumber penyedia dan penguat bagi cadangan
pangan dan energi yang merupakan kebutuhan pokok
nasional.
Pemerintah telah berkomitmen untuk membagun desa demi
mewujudkan masa depan dan cita Indonesia, melalui adanya
UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Dana desa dan
Pendamping desa.
Dengan membangun desa, bukan hanya mampu menjadi
sumber cadangan pangan dan energi nasional. Beberapa
masalah mendasar desa juga diharapkan dapat terselesaikan,
misalnya meningkatnya lapangan pekerjaan sehingga
menekan angka urbanisasi, menekan angka kemiskinan,
pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan serta kualitas
hidup masyarakat desa.
POTENSI
DESA
DESA MASA DEPAN INDONESIA
POTENSI DESA (2)POTENSI DESA (2)
11. KONSEP PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Pembangunan
→ Suatu upaya perbaikan
→Ada rangkaian kegiatan
yang dilakukan
→Didasarkan pada suatu
rencana
→Bermuara pada satu tujuan
Perencanaan
→ suatu proses penyiapan
perangkat keputusan untuk
dilaksanaakan pada waktu
tertentu yang akan datang yang
diarahkan pada pencapaian
sasaran;
→ Akivitas untuk menentukan apa
yang hendak dicapai, apa yang
harus dijalankan, bagaimana
urutannya, fasilitas apa yang
diperlukan, mengapa harus
dicapai/dijalankan serta
bagaimana caranya. Perencanaan Pembangunan
→ tahapan dalam proses pembangunan
→ Perencanaan akan menghasilkan
rencana yg selanjutnya
diimplementasikan dalam pelaksanaan
pembangunan
13. Pembangunan Partisipatif
Dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan
meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan
pemberdayaan masyarakat desa dengan mengedepankan
kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna
mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan
sosial.
Program pemerintah yang berskala lokal desa dikoordinasikan dan/atau
didelegasikan pelaksanaannya kepada desa
Pelaksanaan program sektor yang masuk ke desa diinformasikan kepada
pemerintah desa untuk diintegrasikan dengan pembangunan desa
Peningkatan peran pendamping dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa
Program pemerintah yang berskala lokal desa dikoordinasikan dan/atau
didelegasikan pelaksanaannya kepada desa
Pelaksanaan program sektor yang masuk ke desa diinformasikan kepada
pemerintah desa untuk diintegrasikan dengan pembangunan desa
Peningkatan peran pendamping dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa
14. Mewujudkan Desa Maju, Mandiri dan Sejahtera
UU NO 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
ASAS TUJUAN KEDUDUKAN
POKOK-POKOK PENGATURAN DESA
Menjadi landasan/arahan kegiatan pembangunan oleh pemerintah,
baik Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan maupun Desa
15. PEMBANGUNAN
DESA
PENDEKATAN TEKNOKRATIS
Kewenangan
Penugasan
-Pelayanan Sosial Dasar
-Pengembangan Usaha
Ekonomi Desa
-Pendayagunaan Sumber Daya
Alam dan Teknologi Tepat
Guna
-Pembangunan Sarana dan
Prasarana Desa
-Pemberdayaan Masyarakat
Desa
Dekonsentrasi
Tugas Pembantuan
Dukungan Dana Desa
Dukungan Alokasi Dana Desa
Pendampingan
-Helping Proses/Pemberian
Bantuan Teknis
-Community
Learning/Pembelajaran
Masyarakat/Penguatan/Kapasitas
Masyarakat
Kewenangan
1. Asal Usul
2. Skala Lokal
Desa
DESA
MEMBANGUN
KEGIATAN BERBASIS
INISIATIF MASYARAKAT/
PARTISIPATIF
Membangun Paradigma Baru
UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
DESA MAJU, MANDIRI DAN SEJAHTERA
16. Kuadran Perencanaan dan Pelaksanaan
Pembangunan Desa
Pemerintah
Masyarakat
Dari LuarDari
Dalam
IntervensiIntervensiIntervensiIntervensi
FasilitasiFasilitasi
RekognisiRekognisi
EmansipasiEmansipasi
18. Diskoneksi Partisipasi dengan kemandirian
Aset Desa &
Potensi Alam
(Bidang
Garapan)
Modal Sosial
Praktek Partisipasi
Pemenuhan Kebutuhan
Mengatasi
Masalah
Kemandirian
Desa (sosial-
ekonomi)
19. Tantangan dalam Menerapkan Perencanaan
Partisipatif Masyarakat
2
Hambatan
Internal
3
Hambatan Kurang
Terkuasainya
Metode dan Teknik
Hambatan dan tantangan
terbesar
1
Hambatan
Struktural
Oleh: Hetifah, 2000
Resistensi Birokrasi & Politisi,
Terbatasnya kapasitas masyarakat
dan perangkat pemerintahan desa
20. Mendorong Partisipasi
Masyarakat Desa
Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai
(diapresiasi)
Masyarakat Desa harus merasa bahwa aksi
mereka akan membuat perubahan
Masyarakat Desa akan berpartisipasi
apabila mereka merasa bahwa isu
atau aktivitas tersebut penting.
Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan
tiga hambatan utama menuju partisipasi yang baik (Hetifah. 2000), yaitu:
Pertama, hambatan structural yang membuat iklim atau lingkungan menjadi kurang kondusif untuk terjadinya partisipasi. Di antaranya adalah kurangnya kesadaran berbagai pihak akan pentingnya partisipasi serta kebijakan maupun aturan yang kurang mendukung partisipasi termasuk kebijakan desentralisasi fiskal.
Kedua, adalah hambatan internal masyarakat sendiri, diantaranya kurang inisiatif, tidak terorganisir dan tidak memiliki kapasitas memadai untuk terlibat secara produktif dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini terjadi antara lain akibat kurangnya informasi.
Ketiga, adalah hambatan akibat kurang terkuasainya metode dan teknik-teknik partisipasi.
Hambatan dan tantangan terbesar dari penerapan perencanaan partisipatif adalah resistensi birokrasi (mental block ) dan politisi, serta menganggap kapasitas masyarakat dan perangkat pemerintahan desa masih sangat terbatas baik teknis maupun sikap/perilaku berdemokrasi. Resistensi birokrasi terutama berkaitan dengan pembagian/pendelegasian kewenangan dan perimbangan keuangan. Sebagian besar birokrat masih keberatan apabila kewenangannya diserahkan yang akan membawa konsekuensi berkurangnya anggaran dinas/instansi yang dikuasainya. Selain itu, masih banyak peraturan birokrasi yang berorientasi “proyek”. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan institusi local (kelembagaan partisipasi masyarkat) pun dilaksanakan dengan pendekatan proyek. Untuk mengatasi hal ini, langkah yang harus ditempuh antara lain: Pemaksaan melalui pembaruan kebijakan/peraturan perundang-undangan yang lebih prodemokrasi/partisipasi ( structural ); dan pendekatan social-kultural ( mental treatment , pendidikan dan latihan, dsb).
Resistensi politisi diperkirakan akan muncul karena salah satu konsekuensi dari desentralisasi fiscal adalah berkurangnya anggaran daerah yang berarti juga mengurangi nominal anggaran legislative. Hal ini lebih mudah diselesaikan melalui pendekatan politik dengan mengedepankan sikap kenegarawanan.