SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 9
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Telinga kita sering mendengar istilah filsafat etika atau lebih 
singkatnyaetika. Begitu banyak orang – orang menggunakan istilah ini dalam 
berbagaikesempatan. Misalnya dalam hal rumah tangga, bisnis, dan berbagai 
aspekkehidupan lainnya. Penulis akan mengajak pembaca untuk memahami 
hakikatetika filsafat yang sebenarnya. Sejak dulu hingga sekarang manusia 
seringmempertanyakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena kerap 
kalimanusia dihadapkan pada pilihan – pilihan etis yang tidak bisa dijawab 
olehagama dan ilmu pengetahuan. Hal tersebut merupakan alasan dalam 
pembahasanmakalah kali ini. Dalam sejarah perkembangan ilmu, filsafat 
etika merupakan aliranpertama dalam filsafat, dengan Socrates sang 
mahaguru para filsuf sebagaipelopornya. Etika merupakan cabang Aksiologi 
yang pada pokoknyamembicarakan masalah predikat – predikat nilai betul 
dan salah dalam arti susilaserta tidak susila . Etika atau moralitas merupakan 
suatu fenomena manusiawiyang universal, menjadi ciri yang membedakan 
manusia dari binatang. Padabinatang tidak ada kesadaran tentang baik dan 
buruk, yang boleh dan yangdilarang, tentang yang harus dan tidak pantas 
dilakukan. Keharusan mempunyaidua macam arti: keharusan alamiah 
(terjadi dengan sendirinya sesuai hukumalam) dan keharusan moral (hukum 
yang mewajibkan manusia melakukan atautidak melakukan sesuatu). Jadi, 
pada intinya alasan pemilihan judul makalah iniyakni menjadi acuan
manusia untuk lebih baik dalam bertindak. Yang pastinya,manusia 
berperilaku berlandaskan dengan etika, yang seolah menjadi bataspembeda 
manusia dengan makhluk lainnya dalam berperilaku. 
1.2 Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahansebagai 
berikut. 1. Apa yang dimaksud dengan etika dan peranannya ? 
2. Apa saja macam – macam etika dalam ilmu filsafat ? 
1.3 Tujuan Penulisan 
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diuraikan tujuan 
penulisanmakalah sebagai berikut. 
1. Memahami arti etika dalam ilmu filsafat dan peranannya dalam kehidupan 
manusia. 
2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai macam-macam etika yang 
ada.
BAB II 
PEMBAHASAN 
2.1 Pengertian Etika 
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti tempat tinggal yangbiasa, 
padang rumpt, kandang; kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, caraberpikir. Etika 
(Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalahsebuah sesuatu dimana 
dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajarinilai atau kualitas yang menjadi 
studi mengenai standar dan penilaian moral. Etikamencakup analisis dan penerapan 
konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dantanggung jawab. Dalam bentuk jamak ta 
etha artinya adat kebiasaan. Dalam artiterakhir inilah terbentuknya istilah etika yang 
oleh Aristoteles dipakai untukmenunjukkan filsafat moral. Etika berarti ilmu tentang 
apa yang biasa dilakukanatau ilmu tentang adat kebiasaan. Ada juga kata moral dari 
bahasa Latin yangartinya sama dengan etika. Secara istilah etika memunyai tiga arti: 
pertama, nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau 
suatukelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa disebut sistem 
nilai.Misalnya etika Protestan, etika Islam, etika suku Indoan. Kedua, etika 
berartikumpulan asas atau nilai moral (kode etik). Misalnya kode etik kedokteran, 
kodeetik peneliti, dll. Ketiga, etika berati ilmu tentang yang baik atau buruk. 
Etikamenjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis menjadi bahan refleksi bagisuau 
penelitian sistematis dan metodis. Di sini sama artinya dengan filsafat moral.Amoral 
berarti tidak berkaitan dengan moral, netral etis. Immoral berarti tidakbermoral, tidak 
etis. Etika berbeda dengan etiket. Yang terakhir ini berasal dari kata Inggrisetiquette, 
yang berarti sopan santun. Perbedaan keduanya cukup tajam, antara lain:
4. etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan, etika menunjukkannorma 
tentang perbuatan itu. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, etika berlakubaik baik saat 
sendiri maupun dalam kaitannya dengan lingkup sosial. etiketbersifat relatif, tergantung 
pada kebudayaan, etika lebih absolut. Etiket hanyaberkaitan dengan segi lahiriyah, etika 
menyangkut segi batiniah. Moralitasmerupakan suatu fenomena manusiawi yang 
universal, menjadi ciri yangmembedakan manusia dari binatang. Pada binatang tidak 
ada kesadaran tentangbaik dan buruk, yang boleh dan yang dilarang, tentang yang harus 
dan tidakpantas dilakukan. Keharusan memunyai dua macam arti: keharusan 
alamiah(terjadi dengan sendirinya sesuai hukum alam) dan keharusan moral (hukum 
yangmewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan sesuatu). St. John of 
Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalamkajian filsafat praktis 
(practical philosophy). Etika dimulai bila manusiamerefleksikan unsur-unsur etis dalam 
pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhanakan refleksi itu akan kita rasakan, antara 
lain karena pendapat etis kita tidakjarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk 
itulah diperlukan etika, yaituuntuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh 
manusia. Secarametodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai 
etika .Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan 
refleksi.Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari 
etikaadalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu- ilmu lain 
yangmeneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang 
normatif.Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan 
manusia. 
2.2 Macam – Macam Etika Dalam Ilmu Filsafat 
A. Etika deskriptif 
Hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan 
suatu kelompok, tanpa memberikan penilaian. Etika deskriptif memelajari moralitas 
yang terdapat pada kebudayaan tertentu, dalam periode tertentu. Etika ini dijalankan
oleh ilmu- ilmu sosial: antropologi, sosiologi, psikologi, dll, jadi termasuk ilmu empiris, 
bukan filsafat. 
B. Etika normatif 
Etika yang tidak hanya melukiskan, melainkan melakukan penilaian (preskriptif: 
memerintahkan). Untuk itu ia mengadakan argumentasi, alasan-alasan mengapa sesuatu 
dianggap baik atau buruk. Etika normatif dibagi menjadi dua, etika umum yang 
memermasalahkan tema-tema umum, dan etika khusus yang menerapkan prinsip-prinsip 
etis ke dalam wilayah manusia yang khusus, misalnya masalah kedokteran, penelitian. 
Etika khusus disebut juga etika terapan. 
C. Metaetika 
Meta berati melampaui atau melebihi. Yang dibahas bukanlah moralitas secara 
langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika bergerak pada 
tataran bahasa, atau memelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Metaetika dapat 
ditempatkan dalam wilayah filsafat analitis, dengan pelopornya antara lain filsuf Inggris 
George Moore (1873-1958). Filsafat analitis menganggap analisis bahasa sebagai 
bagian terpenting, bahkan satu-satunya, tugas filsafat. Salah satu masalah yang ramai 
dibicarakan dalam metaetika adalah the is/ought question, yaitu apakah ucapan normatif 
dapat diturunkan dari ucapan 
D. Moral dan Hukum 
Hukum dijiwai oleh moralitas. Dalam kekaisaran Roma terdapatpepatah quid leges 
sine moribus (apa arti undang-undang tanpamoralitas?). Moral juga membutuhkan 
hukum agar tidak mengawang-awang saja dan agar berakar kuat dalam kehidupan 
masyarakat. Sedikitnyaada empat perbedaan antara moral dan hukum. Pertama, hukum 
lebihdikodifikasi daripada moralitas, artinya dituliskan dan secara sistematisdisusun 
dalam undang-undang. Karena itu hukum memunyai kepastianlebih besar dan lebih
objektif. Sebaliknya, moral lebih subjektif dan perlubanyak diskusi untuk menentukan 
etis tidaknya suatu perbuatan. Kedua,hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah, 
sedangkan moralmenyangkut juga aspek batiniah. Ketiga, sanksi dalam hukum 
dapatdipaksakan, misalnya orang yang mencuri dipenjara. Sedangkan moralsanksinya 
lebih bersifat ke dalam, misalnya hati nurani yang tidak tenang,biarpun perbuatan itu 
tidak diketahui oleh orang lain. Kalau perbuatantidak baik itu diketahui umum, 
sanksinya akan lebih berat, misalnya rasamalu. Keempat, hukum dapat diputuskan atas 
kehendak masyarakat danakhirnya atas kehendak negara. Tetapi moralitas tidak dapat 
diputuskan baik-buruknya oleh masyarakat. Moral menilai hukum dan bukansebaliknya. 
E. Etika Filosofis 
Etika filosofis secara harfiah (fay overlay) dapat dikatakan sebagaietika yang 
berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukanoleh manusia. Karena itu, 
etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat;etika lahir dari filsafat.Etika termasuk dalam 
filsafat, karena itu berbicaraetika tidak dapat dilepaskan dari filsafat .Karena itu, bila 
ingin mengetahuiunsur-unsur etika maka kita harus bertanya juga mengenai unsur-unsurfilsafat. 
Berikut akan dijelaskan dua sifat etika.1. Non-empiris. Filsafat 
digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmuempiris adalah ilmu yang didasarkan pada 
fakta atau yang kongkret.Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui 
yangkongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejalakongkret. 
Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti padaapa yang kongkret yang 
secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentangapa yang seharusnya dilakukan atau 
tidak boleh dilakukan.2. Praktis . Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu 
“yang ada”.Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etikatidak 
terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harusdilakukan”. Dengan 
demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktiskarena langsung berhubungan 
dengan apa yang boleh dan tidak bolehdilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika 
bukan praktis dalam artimenyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis
melainkanreflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok sepertihati 
nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teorietika masa lalu 
untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya.Diharapakan kita mampu menyusun 
sendiri argumentasi yang tahan uji. 
F. Etika Teologis 
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis.Pertama, etika 
teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkansetiap agama dapat memiliki etika 
teologisnya masing-masing. Kedua,etika teologis merupakan bagian dari etika secara 
umum, karena itubanyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara 
umum,dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum. Secaraumum, etika 
teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolakdari presuposisi-presuposisi 
teologis . Definisi tersebut menjadi kriteriapembeda antara etika filosofis dan etika 
teologis. Di dalam etika Kristen,misalnya, etika teologis adalah etika yang bertitik tolak 
dari presuposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta memandang 
kesusilaanbersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah atau Yang Ilahi. Karenaitu, 
etika teologis disebut juga oleh Jongeneel sebagai etika transenden danetika teosentris. 
Etika teologis Kristen memiliki objek yang sama denganetika secara umum, yaitu 
tingkah laku manusia. Akan tetapi, tujuan yanghendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu 
mencari apa yang seharusnyadilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai 
dengan kehendakAllah. Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang 
unikberdasarkan apa yang diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yangdianutnya. 
G. Revisionisme 
Tanggapan ini berasal dari Augustinus (354-430) yang menyatakanbahwa etika 
teologis bertugas untuk merevisi, yaitu mengoreksi danmemperbaiki etika filosofis. 
Sintesis Jawaban ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas (1225-1274) 
yangmenyintesiskan etika filosofis dan etika teologis sedemikian rupa, hinggakedua
jenis etika ini, dengan mempertahankan identitas masing-masing,menjadi suatu entitas 
baru. Hasilnya adalah etika filosofis menjadi lapisanbawah yang bersifat umum, 
sedangkan etika teologis menjadi lapisan atasyang bersifat khusus. Diaparalelisme 
Jawaban ini diberikan oleh F.E.D. Schleiermacher (1768-1834)yang menganggap etika 
teologis dan etika filosofis sebagai gejala-gejalayang sejajar. Hal tersebut dapat 
diumpamakan seperti sepasang rel keretaapi yang sejajar. Mengenai pandangan-pandangan 
di atas, ada beberapakeberatan. Mengenai pandangan Augustinus, dapat 
dilihat dengan jelasbahwa etika filosofis tidak dihormati setingkat dengan etika 
teologis.Terhadap pandangan Thomas Aquinas, kritik yang dilancarkan juga samayaitu 
belum dihormatinya etika filosofis yang setara dengan etika teologis,walaupun 
kedudukan etika filosofis telah diperkuat. Terakhir, terhadappandangan Schleiermacher, 
diberikan kritik bahwa meskipun keduanyatelah dianggap setingkat namun belum ada 
pertemuan di antara mereka.Ada pendapat lain yang menyatakan perlunya suatu 
hubungan yangdialogis antara keduanya. Dengan hubungan dialogis ini maka 
relasikeduanya dapat terjalin dan bukan hanya saling menatap dari dua horizonyang 
paralel saja. Selanjutnya diharapkan dari hubungan yang dialogis ini dapat dicapai suatu 
tujuan bersama yang mulia, yaitu membantu manusiadalam bagaimana ia seharusnya 
hidup.
BAB III 
PENUTUP 
3.1 Kesimpulan 
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa etika 
adalahsalah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Etika adalah acuan 
manusiadalam berperilaku, yang seolah menjadi batas pembeda manusia dengan 
makhluklainnya dalam berperilaku. 
3.2 Saran 
Sebaiknya, etika digunakan sebagai landasan dalam berbagai 
aspekkehidupan.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Operant conditioning skinner
Operant conditioning skinnerOperant conditioning skinner
Operant conditioning skinner
elmakrufi
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
taufiq99
 
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuFaktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
hanafieminence
 
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaPerbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Adrian Ekstrada
 
Manusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumManusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukum
Potpotya Fitri
 

La actualidad más candente (20)

Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...
Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...
Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...
 
Operant conditioning skinner
Operant conditioning skinnerOperant conditioning skinner
Operant conditioning skinner
 
Makalah kebudayaan
Makalah kebudayaanMakalah kebudayaan
Makalah kebudayaan
 
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam KehidupanEksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
 
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusiaPandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
 
PANCASILA (makalah pancasila sebagai etika politik)
PANCASILA (makalah pancasila sebagai etika politik) PANCASILA (makalah pancasila sebagai etika politik)
PANCASILA (makalah pancasila sebagai etika politik)
 
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilakuFaktor faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku
 
Makalah pola hidup sehat
Makalah pola hidup sehatMakalah pola hidup sehat
Makalah pola hidup sehat
 
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaPerbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
 
Manusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumManusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukum
 
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam IslamIlmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
 
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONALKONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL
 
Filsafat etika
Filsafat etikaFilsafat etika
Filsafat etika
 
Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia Sebagai Makhluk SosialManusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia Sebagai Makhluk Sosial
 
Etika, norma, dan kode etik profesi
Etika, norma, dan kode etik profesiEtika, norma, dan kode etik profesi
Etika, norma, dan kode etik profesi
 
contoh Bab 1. pendahuluan makalah
contoh Bab 1. pendahuluan makalahcontoh Bab 1. pendahuluan makalah
contoh Bab 1. pendahuluan makalah
 
Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)
 
Pengertian keimanan dan ketakwaan
Pengertian keimanan dan ketakwaanPengertian keimanan dan ketakwaan
Pengertian keimanan dan ketakwaan
 
Makalah Zakat
Makalah ZakatMakalah Zakat
Makalah Zakat
 

Similar a Makalah etika manusia dalam masyarakat

Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Septian Muna Barakati
 
Etika sebuah pengantar (5)
Etika sebuah pengantar (5)Etika sebuah pengantar (5)
Etika sebuah pengantar (5)
Allo Martins
 
Softskill teoritika etika bisnis
Softskill teoritika etika bisnisSoftskill teoritika etika bisnis
Softskill teoritika etika bisnis
Dedy Setiady
 

Similar a Makalah etika manusia dalam masyarakat (20)

Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Siane 2
Siane 2Siane 2
Siane 2
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Makalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakatMakalah etika manusia dalam masyarakat
Makalah etika manusia dalam masyarakat
 
Etika sebuah pengantar (5)
Etika sebuah pengantar (5)Etika sebuah pengantar (5)
Etika sebuah pengantar (5)
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Makalah etika11
Makalah etika11Makalah etika11
Makalah etika11
 
Apakah etika itu
Apakah etika ituApakah etika itu
Apakah etika itu
 
Kajia2
Kajia2Kajia2
Kajia2
 
Pertemuan 2 3
Pertemuan 2 3Pertemuan 2 3
Pertemuan 2 3
 
Etika
Etika Etika
Etika
 
Modul Pertemuan 4 Etika, Dasar-dasar Moral dan Konflik (1).docx
Modul Pertemuan 4 Etika, Dasar-dasar Moral dan Konflik  (1).docxModul Pertemuan 4 Etika, Dasar-dasar Moral dan Konflik  (1).docx
Modul Pertemuan 4 Etika, Dasar-dasar Moral dan Konflik (1).docx
 
Resume Etika Profesi 'ETIKA PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI'
Resume Etika Profesi 'ETIKA PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI'Resume Etika Profesi 'ETIKA PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI'
Resume Etika Profesi 'ETIKA PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI'
 
Logika
Logika Logika
Logika
 
Softskill teoritika etika bisnis
Softskill teoritika etika bisnisSoftskill teoritika etika bisnis
Softskill teoritika etika bisnis
 
5313 11601-1-sm
5313 11601-1-sm5313 11601-1-sm
5313 11601-1-sm
 
pertemuan_1.ppt
pertemuan_1.pptpertemuan_1.ppt
pertemuan_1.ppt
 
Pengertian etika untuk profesi PR
Pengertian etika untuk profesi PRPengertian etika untuk profesi PR
Pengertian etika untuk profesi PR
 
Pengertian etika untuk profesi pr
Pengertian etika untuk profesi prPengertian etika untuk profesi pr
Pengertian etika untuk profesi pr
 

Más de Septian Muna Barakati

Más de Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Makalah etika manusia dalam masyarakat

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telinga kita sering mendengar istilah filsafat etika atau lebih singkatnyaetika. Begitu banyak orang – orang menggunakan istilah ini dalam berbagaikesempatan. Misalnya dalam hal rumah tangga, bisnis, dan berbagai aspekkehidupan lainnya. Penulis akan mengajak pembaca untuk memahami hakikatetika filsafat yang sebenarnya. Sejak dulu hingga sekarang manusia seringmempertanyakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena kerap kalimanusia dihadapkan pada pilihan – pilihan etis yang tidak bisa dijawab olehagama dan ilmu pengetahuan. Hal tersebut merupakan alasan dalam pembahasanmakalah kali ini. Dalam sejarah perkembangan ilmu, filsafat etika merupakan aliranpertama dalam filsafat, dengan Socrates sang mahaguru para filsuf sebagaipelopornya. Etika merupakan cabang Aksiologi yang pada pokoknyamembicarakan masalah predikat – predikat nilai betul dan salah dalam arti susilaserta tidak susila . Etika atau moralitas merupakan suatu fenomena manusiawiyang universal, menjadi ciri yang membedakan manusia dari binatang. Padabinatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk, yang boleh dan yangdilarang, tentang yang harus dan tidak pantas dilakukan. Keharusan mempunyaidua macam arti: keharusan alamiah (terjadi dengan sendirinya sesuai hukumalam) dan keharusan moral (hukum yang mewajibkan manusia melakukan atautidak melakukan sesuatu). Jadi, pada intinya alasan pemilihan judul makalah iniyakni menjadi acuan
  • 2. manusia untuk lebih baik dalam bertindak. Yang pastinya,manusia berperilaku berlandaskan dengan etika, yang seolah menjadi bataspembeda manusia dengan makhluk lainnya dalam berperilaku. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahansebagai berikut. 1. Apa yang dimaksud dengan etika dan peranannya ? 2. Apa saja macam – macam etika dalam ilmu filsafat ? 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diuraikan tujuan penulisanmakalah sebagai berikut. 1. Memahami arti etika dalam ilmu filsafat dan peranannya dalam kehidupan manusia. 2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai macam-macam etika yang ada.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Etika Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti tempat tinggal yangbiasa, padang rumpt, kandang; kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, caraberpikir. Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalahsebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajarinilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etikamencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dantanggung jawab. Dalam bentuk jamak ta etha artinya adat kebiasaan. Dalam artiterakhir inilah terbentuknya istilah etika yang oleh Aristoteles dipakai untukmenunjukkan filsafat moral. Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukanatau ilmu tentang adat kebiasaan. Ada juga kata moral dari bahasa Latin yangartinya sama dengan etika. Secara istilah etika memunyai tiga arti: pertama, nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatukelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini bisa disebut sistem nilai.Misalnya etika Protestan, etika Islam, etika suku Indoan. Kedua, etika berartikumpulan asas atau nilai moral (kode etik). Misalnya kode etik kedokteran, kodeetik peneliti, dll. Ketiga, etika berati ilmu tentang yang baik atau buruk. Etikamenjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis menjadi bahan refleksi bagisuau penelitian sistematis dan metodis. Di sini sama artinya dengan filsafat moral.Amoral berarti tidak berkaitan dengan moral, netral etis. Immoral berarti tidakbermoral, tidak etis. Etika berbeda dengan etiket. Yang terakhir ini berasal dari kata Inggrisetiquette, yang berarti sopan santun. Perbedaan keduanya cukup tajam, antara lain:
  • 4. 4. etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan, etika menunjukkannorma tentang perbuatan itu. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, etika berlakubaik baik saat sendiri maupun dalam kaitannya dengan lingkup sosial. etiketbersifat relatif, tergantung pada kebudayaan, etika lebih absolut. Etiket hanyaberkaitan dengan segi lahiriyah, etika menyangkut segi batiniah. Moralitasmerupakan suatu fenomena manusiawi yang universal, menjadi ciri yangmembedakan manusia dari binatang. Pada binatang tidak ada kesadaran tentangbaik dan buruk, yang boleh dan yang dilarang, tentang yang harus dan tidakpantas dilakukan. Keharusan memunyai dua macam arti: keharusan alamiah(terjadi dengan sendirinya sesuai hukum alam) dan keharusan moral (hukum yangmewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan sesuatu). St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalamkajian filsafat praktis (practical philosophy). Etika dimulai bila manusiamerefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhanakan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidakjarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaituuntuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secarametodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika .Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etikaadalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu- ilmu lain yangmeneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. 2.2 Macam – Macam Etika Dalam Ilmu Filsafat A. Etika deskriptif Hanya melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas, misalnya adat kebiasaan suatu kelompok, tanpa memberikan penilaian. Etika deskriptif memelajari moralitas yang terdapat pada kebudayaan tertentu, dalam periode tertentu. Etika ini dijalankan
  • 5. oleh ilmu- ilmu sosial: antropologi, sosiologi, psikologi, dll, jadi termasuk ilmu empiris, bukan filsafat. B. Etika normatif Etika yang tidak hanya melukiskan, melainkan melakukan penilaian (preskriptif: memerintahkan). Untuk itu ia mengadakan argumentasi, alasan-alasan mengapa sesuatu dianggap baik atau buruk. Etika normatif dibagi menjadi dua, etika umum yang memermasalahkan tema-tema umum, dan etika khusus yang menerapkan prinsip-prinsip etis ke dalam wilayah manusia yang khusus, misalnya masalah kedokteran, penelitian. Etika khusus disebut juga etika terapan. C. Metaetika Meta berati melampaui atau melebihi. Yang dibahas bukanlah moralitas secara langsung, melainkan ucapan-ucapan kita di bidang moralitas. Metaetika bergerak pada tataran bahasa, atau memelajari logika khusus dari ucapan-ucapan etis. Metaetika dapat ditempatkan dalam wilayah filsafat analitis, dengan pelopornya antara lain filsuf Inggris George Moore (1873-1958). Filsafat analitis menganggap analisis bahasa sebagai bagian terpenting, bahkan satu-satunya, tugas filsafat. Salah satu masalah yang ramai dibicarakan dalam metaetika adalah the is/ought question, yaitu apakah ucapan normatif dapat diturunkan dari ucapan D. Moral dan Hukum Hukum dijiwai oleh moralitas. Dalam kekaisaran Roma terdapatpepatah quid leges sine moribus (apa arti undang-undang tanpamoralitas?). Moral juga membutuhkan hukum agar tidak mengawang-awang saja dan agar berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Sedikitnyaada empat perbedaan antara moral dan hukum. Pertama, hukum lebihdikodifikasi daripada moralitas, artinya dituliskan dan secara sistematisdisusun dalam undang-undang. Karena itu hukum memunyai kepastianlebih besar dan lebih
  • 6. objektif. Sebaliknya, moral lebih subjektif dan perlubanyak diskusi untuk menentukan etis tidaknya suatu perbuatan. Kedua,hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah, sedangkan moralmenyangkut juga aspek batiniah. Ketiga, sanksi dalam hukum dapatdipaksakan, misalnya orang yang mencuri dipenjara. Sedangkan moralsanksinya lebih bersifat ke dalam, misalnya hati nurani yang tidak tenang,biarpun perbuatan itu tidak diketahui oleh orang lain. Kalau perbuatantidak baik itu diketahui umum, sanksinya akan lebih berat, misalnya rasamalu. Keempat, hukum dapat diputuskan atas kehendak masyarakat danakhirnya atas kehendak negara. Tetapi moralitas tidak dapat diputuskan baik-buruknya oleh masyarakat. Moral menilai hukum dan bukansebaliknya. E. Etika Filosofis Etika filosofis secara harfiah (fay overlay) dapat dikatakan sebagaietika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukanoleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat;etika lahir dari filsafat.Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicaraetika tidak dapat dilepaskan dari filsafat .Karena itu, bila ingin mengetahuiunsur-unsur etika maka kita harus bertanya juga mengenai unsur-unsurfilsafat. Berikut akan dijelaskan dua sifat etika.1. Non-empiris. Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmuempiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret.Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yangkongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejalakongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti padaapa yang kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentangapa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.2. Praktis . Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”.Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etikatidak terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harusdilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktiskarena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak bolehdilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam artimenyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis
  • 7. melainkanreflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok sepertihati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teorietika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya.Diharapakan kita mampu menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji. F. Etika Teologis Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis.Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkansetiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua,etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itubanyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum,dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum. Secaraumum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolakdari presuposisi-presuposisi teologis . Definisi tersebut menjadi kriteriapembeda antara etika filosofis dan etika teologis. Di dalam etika Kristen,misalnya, etika teologis adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta memandang kesusilaanbersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah atau Yang Ilahi. Karenaitu, etika teologis disebut juga oleh Jongeneel sebagai etika transenden danetika teosentris. Etika teologis Kristen memiliki objek yang sama denganetika secara umum, yaitu tingkah laku manusia. Akan tetapi, tujuan yanghendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang seharusnyadilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan kehendakAllah. Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unikberdasarkan apa yang diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yangdianutnya. G. Revisionisme Tanggapan ini berasal dari Augustinus (354-430) yang menyatakanbahwa etika teologis bertugas untuk merevisi, yaitu mengoreksi danmemperbaiki etika filosofis. Sintesis Jawaban ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas (1225-1274) yangmenyintesiskan etika filosofis dan etika teologis sedemikian rupa, hinggakedua
  • 8. jenis etika ini, dengan mempertahankan identitas masing-masing,menjadi suatu entitas baru. Hasilnya adalah etika filosofis menjadi lapisanbawah yang bersifat umum, sedangkan etika teologis menjadi lapisan atasyang bersifat khusus. Diaparalelisme Jawaban ini diberikan oleh F.E.D. Schleiermacher (1768-1834)yang menganggap etika teologis dan etika filosofis sebagai gejala-gejalayang sejajar. Hal tersebut dapat diumpamakan seperti sepasang rel keretaapi yang sejajar. Mengenai pandangan-pandangan di atas, ada beberapakeberatan. Mengenai pandangan Augustinus, dapat dilihat dengan jelasbahwa etika filosofis tidak dihormati setingkat dengan etika teologis.Terhadap pandangan Thomas Aquinas, kritik yang dilancarkan juga samayaitu belum dihormatinya etika filosofis yang setara dengan etika teologis,walaupun kedudukan etika filosofis telah diperkuat. Terakhir, terhadappandangan Schleiermacher, diberikan kritik bahwa meskipun keduanyatelah dianggap setingkat namun belum ada pertemuan di antara mereka.Ada pendapat lain yang menyatakan perlunya suatu hubungan yangdialogis antara keduanya. Dengan hubungan dialogis ini maka relasikeduanya dapat terjalin dan bukan hanya saling menatap dari dua horizonyang paralel saja. Selanjutnya diharapkan dari hubungan yang dialogis ini dapat dicapai suatu tujuan bersama yang mulia, yaitu membantu manusiadalam bagaimana ia seharusnya hidup.
  • 9. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa etika adalahsalah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Etika adalah acuan manusiadalam berperilaku, yang seolah menjadi batas pembeda manusia dengan makhluklainnya dalam berperilaku. 3.2 Saran Sebaiknya, etika digunakan sebagai landasan dalam berbagai aspekkehidupan.