SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 19
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Untuk menambah penerimaan Negara, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan 
diantaranya adalah pemungutan pajak terhadap wajib pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada 
kas negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat 
balas jasa secara langsung. Beberapa Pendapat para ahli tentang Pajak yaitu sebagai berikut : 
1. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang 
dapat dipaksakan) yang tergantung oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan 
umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang 
langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran 
umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintah. 
2. 
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH., Pajak adalah iuran masyarakat kepada 
Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa 
timbale (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar 
pengeluaran umum. 
3. Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R., 
pajak adalah suatu pengalihan dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat 
pelanggaran hokum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan 
lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan dan proporsional, agar 
pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalakan pemerintah.[1]) 
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Dasar Hukum Pajak yang tertinggi adalah Pasal 
23 A Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, bahwa “pajak dan pungutan lain yang 
bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang”. 
Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi Pajak Pusat dan 
Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh pemerintah Pusat yang 
dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan. 
Pendapatan Negara adalah semua penrimaan Negara dari sumber-sumber pendapatan yang 
ditetapkan menurut perundang-undangan/peraturan yang berlaku. Dalam APBN, Pendapatan 
Negara dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu penerimaan dalam negeri dan hibah. 
Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan 
pajak. Hibah adalah sumbangan/pemberian dari pihak lain kepada Negara baik perorangan 
maupun badan usaha dan daoat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. 
Penerimaan perpajakan bersumber dari penerimaan pajak dalam negeri dan pajak 
perdagangan Internasional. Penerimaan pajak dalam negeri terdiri dari pajak penjualan atas 
barang mewah, pajak bumi dan bangunan (PBB), dan bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (BPHTB), cukai, dan pajak lainnya. Pajak perdagangan Internasional terdiri dari 
Bea masuk dan pajak ekspoor.[2]) 
Pada umumnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi: 
A. Menurut Golongannya 
1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak 
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan 
2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau 
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan nilai. 
B. Menurut Sifatnya 
1. Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam 
arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan. 
2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan 
keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas BArang 
mewah. 
C. Menurut Lembaga Pemungutnya 
1. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk 
membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan 
Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 
2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk 
membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak kendaraan dan Bea balik nama kendaraan 
bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak 
penerangan jalan.[3]) 
Dari berbagai jenis-jenis pajak tersebut diatas, namun dalam pembahasan makalah ini yang 
kami bahas lebih lanjut adalah tentang Pajak Daerah. 
B. Rumusan Masalah. 
Dari latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pembahasan 
makalah ini adalah sebagai berikut : 
1. Apa dasar pemungutan pajak 
2. Apa saja jenis jenis pajak daerah 
3. Bagaimana fungsi pajak daerah terhadap pembangunan daerah. 
4. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pemungutan pajak daerah 
C. Tujuan Penulisan 
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut : 
1. Memahami tentang tujuan pemungutan pajak 
2. Untuk mengetahui jenis jenis pajak di Indonesia 
3. Untuk mengetahui fungsi dari pemungutan pajak terhadap pajak daerah
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Defenisi Pajak Menurut Para Ahli Dan Pengertian Pajak Daerah 
1. Defenisi pajak menurut para ahli 
Menurut Suparman Sumadwijaya, Pajak adalah iuran wajib berupa barang yang dipungut 
oleh penguasa berdasarkan norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa 
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.[4]) sedangkan menurut Remsky K. Judisseno 
(1997:5) “Pajak adalah suatu kewjiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif warga 
negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara 
berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan 
peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan dan negara”. 
Dari pembahsan pengertian pajak, maka, unsure-unsur dari defenisi pajak meliputi sebagai 
berikut : 
1. Pajak adalah suatu iuran atau kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan (pendapatan) 
kepada Negara. 
2. Penyerahan itu bersifat wajib. Lalu bagaimana jika tidak dilakukan? Utang itu dapat 
dipaksakan dengan keekrasan seperti surat paksa dan sita. 
3. Perpindahan/penyerahan itu berdasarkan undang-undang/peraturan/norma yang dibuat 
oleh pemerintah berlaku umum. Jika tidak, maka dapat diangap sebagai perampasan hak. 
4. Tidak ada kontaprestasi langsung dati pemerintah (pemungut iuran) bias dilihat dari 
indikasi : 
Pembangunan infrastruktur 
Sarana kesehatan 
Public facility 
5. Iuran dari pihak yang dipungut (rakyat, badan udaha baik seasra maupun pemerintah) 
digunakan oleh pemungut (pemerintah) untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum 
(yang seharusnya) berguna bagi rakyat. 
2. Penegertian Pajak Daerah. 
Menurut Tony Marsyahrul (2004:5) : “Pajak daerah adalah pajak yang di kelolah oleh 
pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK.I maupun pemerintah daerah TK.II) dan hasil 
di pergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD)”. 
Sedangkan Menurut Mardiasmo, (2002:5) : “Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh 
orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat di 
paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di gunakan untuk 
membiayai penyelenggarakan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.[5])
Sedangkan Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah 
dan Retribusi Daerah pengertian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah 
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat 
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung 
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 
Dengan demikian pajak daerah adalah iuran wajib pajak kepada daerah untuk membiayai 
pembangunan daerah. Pajak Daerah ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaannya 
untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang 
melakukan pungutan selain pajak yang telah ditetapkan undang-undang (Pasal 2 Undang- 
Undang Nomor 28 Tahun 2009). 
B. Jenis-jenis Pajak Daerah 
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan 
Retribusi Daerah terdapat 5 (lima) jenis pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak 
kabupaten/kota. Secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut. 
Perbandingan Jenis Pajak yang Dikelola Pemerintah Provinsi dan Pemerintah 
Kabupaten/Kota 
Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota 
1. Pajak Kendaraan Bermotor 
2. Bea Balik Nama Kendaraan 
Bermotor 
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan 
Bermotor 
4. Pajak Air Permukaan 
5. Pajak Rokok 
1. Pajak Hotel 
2. Pajak Restoran 
3. Pajak Hiburan 
4. Pajak Reklame 
5. Pajak Penerangan Jalan 
6. Pajak Mineral Bukan Logam 
dan Batuan 
7. Pajak Parkir 
8. Pajak Air Tanah 
9. Pajak Sarang Burung Walet 
10. Pajak Bumi dan Bangunan 
Perdesaan dan Perkotaan 
11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah 
dan Bangunan 
a. Pajak yang Dikelola Provinsi 
Ada lima jenis pajak yang dikelola oleh provinsi yaitu Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik 
Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan 
dan Pajak Rokok. 
1. Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan 
bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang 
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau 
peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi 
tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat 
besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara 
permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air (Pasal 1 Undang-Undang 
Nomor 28 Tahun 2009). 
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 
2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan sebagai berikut : 
a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu 
persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen); 
b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan 
secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% 
(sepuluh persen). 
Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, 
sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah 
Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling 
rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen). 
Kemudian Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan 
paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma 
dua persen). 
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. 
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan 
bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang 
terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan 
usaha (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 
Menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan 
Retribusi Daerah tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing 
sebagai berikut : 
a. penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen) dan 
b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen). 
Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan 
jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut : 
a. penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen); dan 
b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima persen).
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar 
kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair 
atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 
Tahun 2009). Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar 
10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan 
bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah 
dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi (Pasal 19 
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 
4. Pajak Air Permukaan 
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi 
Daerah, Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air 
permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak 
termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.Tarif Pajak Air Permukaan 
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 24 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009). 
5. Pajak Rokok 
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi 
Daerah, Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah. Tarif 
Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok. Pajak Rokok 
dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah(Pasal 29 Undang-Undang 
Nomor 28 Tahun 2009). 
Penerimaan pajak rokok, baik bagian Provinsi maupun bagian Kabupaten/kota, dialokasikan 
paling sedikit 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum 
oleh aparat yang berwenang ( Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 
b. Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota 
Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak yang termasuk pajak yang 
dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut : 
1. Pajak Hotel 
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan retribusi 
Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah 
fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan 
dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, 
pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih 
dari 10 (sepuluh). Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 35 Undang- 
Undang Nomor 28 Tahun 2009). 
2. Pajak Restoran
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi 
Daerah, Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran 
adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang 
mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa 
boga/katering. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 40 Undang- 
Undang Nomor 28 Tahun 2009). 
3. Pajak Hiburan. 
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Pajak 
Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, 
pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Tarif 
Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Khusus untuk 
hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam, 
permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan 
paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen). Khusus hiburan kesenian 
rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 
45 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 
4. Pajak Reklame 
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi 
Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, 
alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan 
komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian 
umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, 
dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi 
sebesar 25% (Pasal 50 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 
5. Pajak Penerangan Jalan 
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi 
Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang 
dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan 
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penggunaan tenaga listrik dari sumber 
lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan 
ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tiga persen). Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan 
sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55 Undang- 
Undang Nomor 28 Tahun 2009). 
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi 
Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan 
mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi 
untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan
batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral 
dan batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 
25% (Pasal 60 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 
7. Pajak Parkir 
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi 
Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, 
baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu 
usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan 
tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Tarif Pajak Parkir ditetapkan 
paling tinggi sebesar 30% (Pasal 65 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 
8. Pajak Air Tanah 
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi 
Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air 
Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan 
tanah. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (Pasal 70 Undang-Undang 
Nomor 28 Tahun 2009). 
9. Pajak Sarang Burung Walet 
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi 
Daerah, Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau 
pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk 
marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia 
esculanta, dan collocalia linchi. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi 
sebesar 10% (Pasal 75 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi 
Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau 
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, 
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan 
pertambangan. 
Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah 
kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara 
tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan 
Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (Pasal 80 Undang-Undang 
Nomor 28 Tahun 2009). 
11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah 
dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau 
peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh
orang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan 
paling tinggi sebesar 5% (Pasal 88 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009) 
C. Fungsi Pajak Daerah. 
Sebagaimana kita ketahui, pajak sangat penting perannya di dalam pembangunan Daerah. 
Banyak hal yang bisa dibiayai pajak sperti pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan 
sekolah, rumah sakit, jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), Bantuan Operasional 
Sekolah (BOS), dan sebagainya. 
Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang akan digunakan untuk modal 
pembangunan. Oleh karena itu, pajak daerah memiliki peran penting dalam pembangunan 
suatu daerah. Fungsi pajak daerah salah satunya adalah sebagai bagian dari Pendapatan Asli 
Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah ini bisa digunakan untuk pembangunan, juga 
anggaran rutin seperti gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan sebagainya. 
Hal yang perlu dicermati adalah suatu anggaran pemerintahan daerah dianggap sehat jika 
anggaran untuk pembangunan lebih tinggi daripada anggaran rutin (gaji pegawai). Setiap 
pemerintah daerah tentu berharap bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya. 
Salah satu sektor yang bisa diharapkan untuk meningkatkan PAD ini adalah melalui pajak 
daerah. 
Fungsi lain dari pajak daerah adalah untuk ikut mengatur pertumbuhan ekonomi. Misalnya, 
jika pemerintah ingin menarik penanam modal maka bisa diberikan keringanan pajak untuk 
sektor-sektor tertentu. Dengan ini diharapkan akan ada penyerapan lapangan kerja. Selain itu, 
pajak daerah juga bisa digunakan untuk kegiatan sosial dan insidental, seperti pendidikan 
untuk anak jalanan, penanganan bencana, dan sebagainya.Pada akhirnya, pajak 
daerah diharapkan bisa meningkatkan pemerataan di setiap daerah karena penyaluran pajak 
yang baik bisa meningkatkan kualitas pembangunan. 
D. Permasalahan dalam Perpajakan Daerah 
Selain berbagai manfaat pajak daerah yang telah disebutkan di atas, pajak daerah juga 
memiliki beberapa permasalahan yang harus segera diatasi. Beberapa permasalahan pajak 
tersebut, antara lain sebagai berikut. 
1. Belum Intensifnya Penerimaan Pajak 
Di beberapa daerah, masih terdapat banyak potensi pajak yang belum tergali. Hal tersebut 
mungkin disebabkan oleh belum efektifnya pemerintah daerah di dalam penarikan pajak. 
Solusinya bisa dimulai dari pendataan kembali berbagai objek pajak yang ada di daerah. 
Selain itu, diperlukan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya membayar pajak untuk 
keperluan pembangunan sehingga ekonomi bisa lebih merata.
2. Penyaluran Pajak 
Permasalahan penting lain yang juga berkaitan dengan pajak daerah ini adalah sisi penyaluran 
dari pajak itu sendiri. Seperti telah diungkapkan di atas, tujuan pajak (termasuk pajak daerah) 
adalah untuk keperluan pembangunan. Namun, di beberapa daerah masih didapati pajak itu 
lebih banyak digunakan untuk keperluan biaya rutin seperti gaji dan fasilitas pegawai, dan 
sebagainya. 
Tentu saja hal ini tidak diharapkan karena pajak seharusnya lebih banyak digunakan untuk 
pembangunan infrastruktur dan elemen-elemen penting yang langsung berhubungan dengan 
masyarakat, seperti sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya) pendidikan 
(pembangunan dan pemeliharaan gedung sekolah), dan hal-hal lain yang langsung menyentuh 
masyarakat. 
3. Rendahnya Kesadaran Membayar Pajak 
Permasalahan lain yang berkaitan dengan pajak daerah adalah masih rendahnya kesadaran 
masyarakat dalam membayar pajak. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini. Permasalahan 
tersebut, antara lain masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pajak daerah.Selain 
itu, juga belum optimalnya penyaluran pajak sehingga masyarakat kurang bisa merasakan 
manfaat pajak bagi mereka. 
Persoalan ini juga bisa timbul karena masyarakat tidak setuju dengan pengenaan pajak untuk 
bagian tertentu. Misalnya, di Jakarta ada rencana untuk mengenakan pajak bagi warteg 
maupun warung nasi padang yang beromset 200 juta per tahun (sekitar 560 ribu per hari). Hal 
ini sempat menghadapi tentangan dari beberapa pihak. Begitu juga rencana pengenaan pajak 
bagi kamar kos-kosan di beberapa daerah, juga mendapat penentangan
BAB III 
PENUTUP 
A. Kesimpulan 
Dari Pembahasan tentang pajak daerah tersebut diatas, dapat kita ambil kesimpulan antara 
lain sebagai berikut : 
Salah satu cara untuk menumbuhkan dan meningkatkan ekonomi negara mulai dari 
pemerintah daerah hingga pemrintah pusat, yaitu dengan menambah penerimaan Negara 
melalui sektor pajak. Pajak secara Umum dapat di bagi dua yaitu Pajak Pusat, yaitu Pajak 
yang dikelola oleh pemerintahan pusat seperti oleh Direktorat Jenderal pajak. 
Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola pemerintah daerah, untuk membiayai 
pengeluaran pemerintahan demi pembangunan daerah tersebut (APBD). Pajak Daerah itu 
secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 
1. Pajak Daerah Provinsi terdiri dari 5 (lima) jenis pajak : 
- Pajak Kendaraan Bermotor 
- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 
- Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 
- Pajak Air Permukaan 
- Pajak Rokok 
2. Pajak Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari 11 (sebelas) jenis pajak : 
- Pajak Hotel 
- Pajak Restoran 
- Pajak Hiburan 
- Pajak Reklame 
- Pajak Penerangan Jalan 
- Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 
- Pajak Parkir 
- Pajak Air Tanah 
- Pajak Sarang Burung Walet 
- Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 
- Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 
B. Saran 
Untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pajak daerah yang lebih baik, sudah 
sepatutnya penertiban-penertiban dalam pemungutan pajak harus di benahi, melakukan 
berbagai upaya untuk meminimaliskan factor factor yang menjadi penyebab permasalahan-permasalahan 
dalam pajak daerah, salah satunya mensosialisasikan kepada masyarakat akan 
kepentingan dari pajak tersebut, yang tidak lain yaitu untuk meningkatkan pembangunan 
pada daerah itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA 
 Adrian Sutendi, SH.,MH, Hukum Pajak, Bandung : Sinar Grafika, 2011. 
 Undang-Undang Dasar 1945. 
 Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. 
 http://www.kajianpustaka.com, Defenisi pajak dan Jenis-jenis pajak, diakses tanggal 
25 november 2013. 
 http://jhohandewangga.wordpress.com, pengertian dan macam-macam pajak daerah, 
diakses tanggal 25 november 2013. 
 http://hitamandbiru.blogspot.com/, Pajak Daerah, diakses tanggal 25 November 
2013. 
 http://www.anneahira.com/pajak-daerah.htm Pajak Daerah Untuk Pembangunan, 
diakses tanggal 26 November 2013.
TUGAS : FAINAL 
MAKALAH 
PAJAK DAN RETRIBUSI 
DISUSUN OLEH : 
NAMA : ARI YANTO 
STAMBUK : 21208252 
JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 
2014
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR................................................................................................i 
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii 
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1 
A. Latar Belakang................................................................................................. 1 
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1 
C. Tujuan................................................................................................................ 2 
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3 
A. Pajak Retribusi Daerah sebagai Sumber Pendapatan Daerah............................... 3 
B. Prinsip dan Kriteria Perpajakan Daerah............................................................. 3 
C. Ketentuan Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah............................... 5 
D. Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah........................................................ 7 
E. Peranan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Mendukung Pembiayaan 
Daerah............................................................................................................... 8 
F. Optimalisasi Pungutan Pajak dan Retribusi Daerah dalam Rangka 
Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah.................................................... 9 
BAB III PENUTUP................................................................................................ 12 
A. KESIMPULAN................................................................................................. 12 
B. SARAN............................................................................................................. 12 
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 13 
ii
KATA PENGANTAR 
Puji dan syukur saya panjatkan atas rahmat dan hidayah yang telah Allah berikan 
kepada Saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah 
diberikan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi tentang “PAJAK DAN 
RETRIBUSI DAERAH” 
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat membantu. mahasiswa dalam proses 
pembelajaran. 
Saya menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu 
keritik dan saran dari saudara atau saudari sangat saya harapkan untuk kesempurnaan 
makalah pada kemudian hari. 
Raha, Juni 2014 
Penulis 
i
TUGAS : FAINAL 
METODOLOGI 
ILMU PEMERINTAHAN 
DISUSUN OLEH : 
NAMA : ARI YANTO 
STAMBUK : 21208252 
JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 
2014
TUGAS : FAINAL 
KEBIJAKAN PEMERINTAHAN 
DISUSUN OLEH : 
NAMA : ARI YANTO 
STAMBUK : 21208252 
JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 
2014
TUGAS : FAINAL 
SOSIOLOGI KOTA DAN DESA 
DISUSUN OLEH : 
NAMA : ARI YANTO 
STAMBUK : 21208252 
JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 
2014
TUGAS : FAINAL 
TEORI PERBANDINGAN PEMERINTAHAN 
DISUSUN OLEH : 
NAMA : ARI YANTO 
STAMBUK : 21208252 
JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 
2014

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

MAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHMAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
RAMASYAFARADI
 
Latihan Soal Akuntansi Pemerintah II
Latihan Soal Akuntansi Pemerintah IILatihan Soal Akuntansi Pemerintah II
Latihan Soal Akuntansi Pemerintah II
Muhammad Amri
 
Organisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerahOrganisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerah
Sunar Shun Shun
 
Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6
Maiya Maiya
 
Akuntansi kewajiban
Akuntansi kewajibanAkuntansi kewajiban
Akuntansi kewajiban
Adi Jauhari
 

La actualidad más candente (20)

MAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAHMAKALAH KEUANGAN DAERAH
MAKALAH KEUANGAN DAERAH
 
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara PerpajakanKetentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan
 
Makalah Pajak Pertambahan Nilai
Makalah Pajak Pertambahan NilaiMakalah Pajak Pertambahan Nilai
Makalah Pajak Pertambahan Nilai
 
Akuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan pptAkuntansi perpajakan ppt
Akuntansi perpajakan ppt
 
rmk TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
rmk TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIKrmk TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
rmk TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
 
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah DaerahModul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
Modul Akuntansi Akrual untuk Pemerintah Daerah
 
Latihan Soal Akuntansi Pemerintah II
Latihan Soal Akuntansi Pemerintah IILatihan Soal Akuntansi Pemerintah II
Latihan Soal Akuntansi Pemerintah II
 
Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraPengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan Negara
 
Organisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerahOrganisasi pengelolaan keuangan daerah
Organisasi pengelolaan keuangan daerah
 
PPN Pengantar & Karakter
PPN  Pengantar  & KarakterPPN  Pengantar  & Karakter
PPN Pengantar & Karakter
 
Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6Perbendaharaan negara presentasi 6
Perbendaharaan negara presentasi 6
 
Mojakoe perpajakan1
Mojakoe perpajakan1Mojakoe perpajakan1
Mojakoe perpajakan1
 
Sengketa Pajak
Sengketa PajakSengketa Pajak
Sengketa Pajak
 
Pengantar Akuntansi Pemerintah
Pengantar Akuntansi PemerintahPengantar Akuntansi Pemerintah
Pengantar Akuntansi Pemerintah
 
PPh Pasal 25
PPh Pasal 25PPh Pasal 25
PPh Pasal 25
 
Revormasi Pajak
Revormasi PajakRevormasi Pajak
Revormasi Pajak
 
Perencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran PublikPerencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran Publik
 
Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan PajakPemeriksaan Pajak
Pemeriksaan Pajak
 
Ruang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan NegaraRuang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan Negara
 
Akuntansi kewajiban
Akuntansi kewajibanAkuntansi kewajiban
Akuntansi kewajiban
 

Destacado

Informasi asimetri
Informasi asimetriInformasi asimetri
Informasi asimetri
ashabulkahvi
 
Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...
Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...
Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...
Afifah Asra
 
Proposal kuantitatif
Proposal kuantitatifProposal kuantitatif
Proposal kuantitatif
Alina Margono
 
ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KAB...
ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KAB...ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KAB...
ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KAB...
yogieardhensa
 

Destacado (13)

Pajak negara dan pajak daerah (Pengantar Perpajakan)
Pajak negara dan pajak daerah (Pengantar Perpajakan)Pajak negara dan pajak daerah (Pengantar Perpajakan)
Pajak negara dan pajak daerah (Pengantar Perpajakan)
 
3.2. bukan objek pajak
3.2. bukan objek pajak3.2. bukan objek pajak
3.2. bukan objek pajak
 
makalah pajak
makalah pajakmakalah pajak
makalah pajak
 
Makalah memberikan keadian
Makalah memberikan keadianMakalah memberikan keadian
Makalah memberikan keadian
 
Informasi asimetri
Informasi asimetriInformasi asimetri
Informasi asimetri
 
Contoh makalah hukum pajak
Contoh makalah hukum pajakContoh makalah hukum pajak
Contoh makalah hukum pajak
 
Pajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan UmumPajak Penghasilan Umum
Pajak Penghasilan Umum
 
PROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3N
PROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3NPROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3N
PROBLEMATIKA PERKAWINAN DI INDONESIA, BY ARZ3N
 
Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...
Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...
Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...
 
Proposal kuantitatif
Proposal kuantitatifProposal kuantitatif
Proposal kuantitatif
 
ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KAB...
ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KAB...ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KAB...
ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KAB...
 
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan KotaKumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
Kumpulan Makalah tentang Perencanaan Kota
 
Kegiatan Ekonomi
Kegiatan EkonomiKegiatan Ekonomi
Kegiatan Ekonomi
 

Similar a Makalah pajak daerah

Tugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajakTugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajak
rhatnae23
 
Bendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajakBendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajak
asrikartini
 
SLIDE_6 PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
SLIDE_6  PAJAK DAERAH (BAG 1).pdfSLIDE_6  PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
SLIDE_6 PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
Linda Grace Loupatty, FEB Universitas Pattimura
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Annez Fathia
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Rahma Naulita
 

Similar a Makalah pajak daerah (20)

Makalah pajak daerah
Makalah pajak daerahMakalah pajak daerah
Makalah pajak daerah
 
Tugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajakTugas mspp tentang pajak
Tugas mspp tentang pajak
 
serba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesiaserba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesia
 
Bendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajakBendahara dan kewajiban-pajak
Bendahara dan kewajiban-pajak
 
Tugas ekonomi xi mia 5 PAJAK
Tugas ekonomi xi mia 5 PAJAKTugas ekonomi xi mia 5 PAJAK
Tugas ekonomi xi mia 5 PAJAK
 
Sistem Perpajakan Indonesia
Sistem Perpajakan IndonesiaSistem Perpajakan Indonesia
Sistem Perpajakan Indonesia
 
SLIDE_6 PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
SLIDE_6  PAJAK DAERAH (BAG 1).pdfSLIDE_6  PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
SLIDE_6 PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
 
2. ruang lingkup perpajakan
2. ruang lingkup perpajakan2. ruang lingkup perpajakan
2. ruang lingkup perpajakan
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teori9. bab iii landasan teori
9. bab iii landasan teori
 
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...Tugas Ekonomi annez fathia  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi annez fathia Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12 ...
 
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
Tugas Ekonomi, Dhanny Deswita Maheswari, Ranti Pusriana, Perpajakan, SMAN 12 ...
 
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
Tugas ekonomi,Enggar fajri hasti,Ranti,Perpajakan Indonesia,SMA 12 Tanggerang...
 
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...Tugas Ekonomi Rahma Naulita  Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
Tugas Ekonomi Rahma Naulita Ranti pusriana S.Pd perpajakan indonesia SMAN 12...
 
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
Tugas Ekonomi Nanda Dwi Ferbiana Perpajakan 2017
 
Materi pajak
Materi pajakMateri pajak
Materi pajak
 

Más de Septian Muna Barakati

Más de Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Makalah pajak daerah

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menambah penerimaan Negara, Pemerintah melakukan berbagai kebijakan diantaranya adalah pemungutan pajak terhadap wajib pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Beberapa Pendapat para ahli tentang Pajak yaitu sebagai berikut : 1. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang tergantung oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintah. 2. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro, SH., Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 3. Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., dan Brock Horace R., pajak adalah suatu pengalihan dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hokum, namun wajib dilaksanakan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalakan pemerintah.[1]) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Dasar Hukum Pajak yang tertinggi adalah Pasal 23 A Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, bahwa “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang”. Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan. Pendapatan Negara adalah semua penrimaan Negara dari sumber-sumber pendapatan yang ditetapkan menurut perundang-undangan/peraturan yang berlaku. Dalam APBN, Pendapatan Negara dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu penerimaan dalam negeri dan hibah. Penerimaan dalam negeri terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak. Hibah adalah sumbangan/pemberian dari pihak lain kepada Negara baik perorangan maupun badan usaha dan daoat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Penerimaan perpajakan bersumber dari penerimaan pajak dalam negeri dan pajak perdagangan Internasional. Penerimaan pajak dalam negeri terdiri dari pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan (PBB), dan bea perolehan hak atas tanah dan
  • 2. bangunan (BPHTB), cukai, dan pajak lainnya. Pajak perdagangan Internasional terdiri dari Bea masuk dan pajak ekspoor.[2]) Pada umumnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi: A. Menurut Golongannya 1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan 2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan nilai. B. Menurut Sifatnya 1. Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan. 2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas BArang mewah. C. Menurut Lembaga Pemungutnya 1. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak kendaraan dan Bea balik nama kendaraan bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak penerangan jalan.[3]) Dari berbagai jenis-jenis pajak tersebut diatas, namun dalam pembahasan makalah ini yang kami bahas lebih lanjut adalah tentang Pajak Daerah. B. Rumusan Masalah. Dari latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa dasar pemungutan pajak 2. Apa saja jenis jenis pajak daerah 3. Bagaimana fungsi pajak daerah terhadap pembangunan daerah. 4. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pemungutan pajak daerah C. Tujuan Penulisan Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut : 1. Memahami tentang tujuan pemungutan pajak 2. Untuk mengetahui jenis jenis pajak di Indonesia 3. Untuk mengetahui fungsi dari pemungutan pajak terhadap pajak daerah
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Defenisi Pajak Menurut Para Ahli Dan Pengertian Pajak Daerah 1. Defenisi pajak menurut para ahli Menurut Suparman Sumadwijaya, Pajak adalah iuran wajib berupa barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.[4]) sedangkan menurut Remsky K. Judisseno (1997:5) “Pajak adalah suatu kewjiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan dan negara”. Dari pembahsan pengertian pajak, maka, unsure-unsur dari defenisi pajak meliputi sebagai berikut : 1. Pajak adalah suatu iuran atau kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan (pendapatan) kepada Negara. 2. Penyerahan itu bersifat wajib. Lalu bagaimana jika tidak dilakukan? Utang itu dapat dipaksakan dengan keekrasan seperti surat paksa dan sita. 3. Perpindahan/penyerahan itu berdasarkan undang-undang/peraturan/norma yang dibuat oleh pemerintah berlaku umum. Jika tidak, maka dapat diangap sebagai perampasan hak. 4. Tidak ada kontaprestasi langsung dati pemerintah (pemungut iuran) bias dilihat dari indikasi : Pembangunan infrastruktur Sarana kesehatan Public facility 5. Iuran dari pihak yang dipungut (rakyat, badan udaha baik seasra maupun pemerintah) digunakan oleh pemungut (pemerintah) untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum (yang seharusnya) berguna bagi rakyat. 2. Penegertian Pajak Daerah. Menurut Tony Marsyahrul (2004:5) : “Pajak daerah adalah pajak yang di kelolah oleh pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK.I maupun pemerintah daerah TK.II) dan hasil di pergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD)”. Sedangkan Menurut Mardiasmo, (2002:5) : “Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di gunakan untuk membiayai penyelenggarakan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.[5])
  • 4. Sedangkan Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pengertian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian pajak daerah adalah iuran wajib pajak kepada daerah untuk membiayai pembangunan daerah. Pajak Daerah ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaannya untuk di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Pemerintah daerah dilarang melakukan pungutan selain pajak yang telah ditetapkan undang-undang (Pasal 2 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009). B. Jenis-jenis Pajak Daerah Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdapat 5 (lima) jenis pajak provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak kabupaten/kota. Secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut. Perbandingan Jenis Pajak yang Dikelola Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota 1. Pajak Kendaraan Bermotor 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4. Pajak Air Permukaan 5. Pajak Rokok 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 7. Pajak Parkir 8. Pajak Air Tanah 9. Pajak Sarang Burung Walet 10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan a. Pajak yang Dikelola Provinsi Ada lima jenis pajak yang dikelola oleh provinsi yaitu Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok. 1. Pajak Kendaraan Bermotor
  • 5. Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen); b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2% (dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Sedangkan tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen). Kemudian Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen). 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Menurut Pasal 12 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut : a. penyerahan pertama sebesar 20% (dua puluh persen) dan b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 1% (satu persen). Khusus untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum tarif pajak ditetapkan paling tinggi masing-masing sebagai berikut : a. penyerahan pertama sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen); dan b. penyerahan kedua dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh puluh lima persen).
  • 6. 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum dapat ditetapkan paling sedikit 50% (lima puluh persen) lebih rendah dari tarif Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor untuk kendaraan pribadi (Pasal 19 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 4. Pajak Air Permukaan Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air Permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat.Tarif Pajak Air Permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 24 Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009). 5. Pajak Rokok Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh Pemerintah. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok. Pajak Rokok dikenakan atas cukai rokok yang ditetapkan oleh Pemerintah(Pasal 29 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). Penerimaan pajak rokok, baik bagian Provinsi maupun bagian Kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang ( Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). b. Pajak yang Dikelola Kabupaten/Kota Ada 11 jenis pajak yang dikelola oleh Kabupaten/Kota, pajak yang termasuk pajak yang dikelola Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut : 1. Pajak Hotel Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan retribusi Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 35 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009). 2. Pajak Restoran
  • 7. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 40 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009). 3. Pajak Hiburan. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 35% (tiga puluh lima persen). Khusus untuk hiburan berupa pagelaran busana, kontes kecantikan, diskotik, karaoke, klab malam, permainan ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa, tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima persen). Khusus hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 45 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 4. Pajak Reklame Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum. Tarif Pajak Reklame ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 50 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 5. Pajak Penerangan Jalan Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 3% (tiga persen). Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi sebesar 1,5% (Pasal 55 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009). 6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan
  • 8. batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara. Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan paling tinggi sebesar 25% (Pasal 60 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 7. Pajak Parkir Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30% (Pasal 65 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 8. Pajak Air Tanah Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan paling tinggi sebesar 20% (Pasal 70 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 9. Pajak Sarang Burung Walet Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Burung walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi. Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 75 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3% (Pasal 80 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009). 11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh
  • 9. orang pribadi atau Badan. Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (Pasal 88 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009) C. Fungsi Pajak Daerah. Sebagaimana kita ketahui, pajak sangat penting perannya di dalam pembangunan Daerah. Banyak hal yang bisa dibiayai pajak sperti pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan sekolah, rumah sakit, jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan sebagainya. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang akan digunakan untuk modal pembangunan. Oleh karena itu, pajak daerah memiliki peran penting dalam pembangunan suatu daerah. Fungsi pajak daerah salah satunya adalah sebagai bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah ini bisa digunakan untuk pembangunan, juga anggaran rutin seperti gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan sebagainya. Hal yang perlu dicermati adalah suatu anggaran pemerintahan daerah dianggap sehat jika anggaran untuk pembangunan lebih tinggi daripada anggaran rutin (gaji pegawai). Setiap pemerintah daerah tentu berharap bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) nya. Salah satu sektor yang bisa diharapkan untuk meningkatkan PAD ini adalah melalui pajak daerah. Fungsi lain dari pajak daerah adalah untuk ikut mengatur pertumbuhan ekonomi. Misalnya, jika pemerintah ingin menarik penanam modal maka bisa diberikan keringanan pajak untuk sektor-sektor tertentu. Dengan ini diharapkan akan ada penyerapan lapangan kerja. Selain itu, pajak daerah juga bisa digunakan untuk kegiatan sosial dan insidental, seperti pendidikan untuk anak jalanan, penanganan bencana, dan sebagainya.Pada akhirnya, pajak daerah diharapkan bisa meningkatkan pemerataan di setiap daerah karena penyaluran pajak yang baik bisa meningkatkan kualitas pembangunan. D. Permasalahan dalam Perpajakan Daerah Selain berbagai manfaat pajak daerah yang telah disebutkan di atas, pajak daerah juga memiliki beberapa permasalahan yang harus segera diatasi. Beberapa permasalahan pajak tersebut, antara lain sebagai berikut. 1. Belum Intensifnya Penerimaan Pajak Di beberapa daerah, masih terdapat banyak potensi pajak yang belum tergali. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh belum efektifnya pemerintah daerah di dalam penarikan pajak. Solusinya bisa dimulai dari pendataan kembali berbagai objek pajak yang ada di daerah. Selain itu, diperlukan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya membayar pajak untuk keperluan pembangunan sehingga ekonomi bisa lebih merata.
  • 10. 2. Penyaluran Pajak Permasalahan penting lain yang juga berkaitan dengan pajak daerah ini adalah sisi penyaluran dari pajak itu sendiri. Seperti telah diungkapkan di atas, tujuan pajak (termasuk pajak daerah) adalah untuk keperluan pembangunan. Namun, di beberapa daerah masih didapati pajak itu lebih banyak digunakan untuk keperluan biaya rutin seperti gaji dan fasilitas pegawai, dan sebagainya. Tentu saja hal ini tidak diharapkan karena pajak seharusnya lebih banyak digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan elemen-elemen penting yang langsung berhubungan dengan masyarakat, seperti sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan sebagainya) pendidikan (pembangunan dan pemeliharaan gedung sekolah), dan hal-hal lain yang langsung menyentuh masyarakat. 3. Rendahnya Kesadaran Membayar Pajak Permasalahan lain yang berkaitan dengan pajak daerah adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini. Permasalahan tersebut, antara lain masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pajak daerah.Selain itu, juga belum optimalnya penyaluran pajak sehingga masyarakat kurang bisa merasakan manfaat pajak bagi mereka. Persoalan ini juga bisa timbul karena masyarakat tidak setuju dengan pengenaan pajak untuk bagian tertentu. Misalnya, di Jakarta ada rencana untuk mengenakan pajak bagi warteg maupun warung nasi padang yang beromset 200 juta per tahun (sekitar 560 ribu per hari). Hal ini sempat menghadapi tentangan dari beberapa pihak. Begitu juga rencana pengenaan pajak bagi kamar kos-kosan di beberapa daerah, juga mendapat penentangan
  • 11. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari Pembahasan tentang pajak daerah tersebut diatas, dapat kita ambil kesimpulan antara lain sebagai berikut : Salah satu cara untuk menumbuhkan dan meningkatkan ekonomi negara mulai dari pemerintah daerah hingga pemrintah pusat, yaitu dengan menambah penerimaan Negara melalui sektor pajak. Pajak secara Umum dapat di bagi dua yaitu Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dikelola oleh pemerintahan pusat seperti oleh Direktorat Jenderal pajak. Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola pemerintah daerah, untuk membiayai pengeluaran pemerintahan demi pembangunan daerah tersebut (APBD). Pajak Daerah itu secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Pajak Daerah Provinsi terdiri dari 5 (lima) jenis pajak : - Pajak Kendaraan Bermotor - Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor - Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor - Pajak Air Permukaan - Pajak Rokok 2. Pajak Daerah Kabupaten/Kota terdiri dari 11 (sebelas) jenis pajak : - Pajak Hotel - Pajak Restoran - Pajak Hiburan - Pajak Reklame - Pajak Penerangan Jalan - Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan - Pajak Parkir - Pajak Air Tanah - Pajak Sarang Burung Walet - Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan - Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan B. Saran Untuk meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pajak daerah yang lebih baik, sudah sepatutnya penertiban-penertiban dalam pemungutan pajak harus di benahi, melakukan berbagai upaya untuk meminimaliskan factor factor yang menjadi penyebab permasalahan-permasalahan dalam pajak daerah, salah satunya mensosialisasikan kepada masyarakat akan kepentingan dari pajak tersebut, yang tidak lain yaitu untuk meningkatkan pembangunan pada daerah itu sendiri.
  • 12. DAFTAR PUSTAKA  Adrian Sutendi, SH.,MH, Hukum Pajak, Bandung : Sinar Grafika, 2011.  Undang-Undang Dasar 1945.  Undang-Undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.  http://www.kajianpustaka.com, Defenisi pajak dan Jenis-jenis pajak, diakses tanggal 25 november 2013.  http://jhohandewangga.wordpress.com, pengertian dan macam-macam pajak daerah, diakses tanggal 25 november 2013.  http://hitamandbiru.blogspot.com/, Pajak Daerah, diakses tanggal 25 November 2013.  http://www.anneahira.com/pajak-daerah.htm Pajak Daerah Untuk Pembangunan, diakses tanggal 26 November 2013.
  • 13. TUGAS : FAINAL MAKALAH PAJAK DAN RETRIBUSI DISUSUN OLEH : NAMA : ARI YANTO STAMBUK : 21208252 JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2014
  • 14. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1 A. Latar Belakang................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1 C. Tujuan................................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3 A. Pajak Retribusi Daerah sebagai Sumber Pendapatan Daerah............................... 3 B. Prinsip dan Kriteria Perpajakan Daerah............................................................. 3 C. Ketentuan Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah............................... 5 D. Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah........................................................ 7 E. Peranan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Mendukung Pembiayaan Daerah............................................................................................................... 8 F. Optimalisasi Pungutan Pajak dan Retribusi Daerah dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah.................................................... 9 BAB III PENUTUP................................................................................................ 12 A. KESIMPULAN................................................................................................. 12 B. SARAN............................................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 13 ii
  • 15. KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan atas rahmat dan hidayah yang telah Allah berikan kepada Saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah diberikan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berisi tentang “PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH” Dan harapan saya semoga makalah ini dapat membantu. mahasiswa dalam proses pembelajaran. Saya menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu keritik dan saran dari saudara atau saudari sangat saya harapkan untuk kesempurnaan makalah pada kemudian hari. Raha, Juni 2014 Penulis i
  • 16. TUGAS : FAINAL METODOLOGI ILMU PEMERINTAHAN DISUSUN OLEH : NAMA : ARI YANTO STAMBUK : 21208252 JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2014
  • 17. TUGAS : FAINAL KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DISUSUN OLEH : NAMA : ARI YANTO STAMBUK : 21208252 JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2014
  • 18. TUGAS : FAINAL SOSIOLOGI KOTA DAN DESA DISUSUN OLEH : NAMA : ARI YANTO STAMBUK : 21208252 JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2014
  • 19. TUGAS : FAINAL TEORI PERBANDINGAN PEMERINTAHAN DISUSUN OLEH : NAMA : ARI YANTO STAMBUK : 21208252 JURUSAN : ILMU PEMERINTAHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI 2014