Dokumen tersebut membahas delapan golongan yang berhak menerima zakat menurut pandangan berbagai mazhab fiqih, yaitu: 1) orang-orang fakir dan miskin, 2) amilin (pengelola zakat), 3) muallaf, 4) budak, 5) orang-orang berhutang, 6) untuk jalan Allah (fi sabilillah), 7) musafir yang kehabisan biaya (ibnu sabil), 8) pandangan berbagai ulama tentang penyaluran zakat ke
1. 8 Golongan Yang Berhak Menerima Zakat
Fiqih Ahkam
19/9/2008 | 18 Ramadhan 1429 H | Hits: 23.570
Oleh: Tim dakwatuna.com
0digg
20
email
print
dakwatuna.com - “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang
yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 60)
Pertama: Fuqara Masakin
1. Fakir adalah orang yang membutuhkan dan tidak meminta minta, sedangkan miskin adalah
yang meminta-minta.
2. Keduanya bermacam-macam:
•
orang yang tidak memiliki kekayaan dan tidak pula pekerjaan
•
orang yang memiliki kekayaan dan pekerjaan yang tidak mencukupi setengah
kebutuhan
•
orang yang memiliki kekayaan dan pekerjaan yang tidak mencukupi kebutuhan
standar
3. Sedangkan orang kaya yang tidak boleh menerima zakat adalah orang yang telah memiliki
kecukupan untuk diri dan keluarga.
4. Orang fakir miskin diberikan sejumlah yang dapat mencukupinya
•
yang mencukupinya sepanjang hidupnya, menurut Imam Syafi’i
•
yang mencukupinya selama satu tahun, menurut madzhab Maliki dan Hanbali
Bentuk kecukupan sepanjang hidup dapat berupa alat kerja, modal dagang, dibelikan
bangunan kemudian diambil hasil sewanya, atau sarana-sarana lainnya seperti yang
disebutkan oleh madzhab Syafi’i dalam buku-bukunya secara rinci.
Di antara kecukupan adalah buku-buku dalam bermacam ilmu, biaya pernikahan bagi yang
membutuhkan. Sebab, tujuan utama zakat adalah mengangkat fakir miskin sampai pada
standar layak.
Kedua: Amilin
Yaitu orang-orang yang bertugas mengambil zakat dari para muzakki dan mendistribusikan
kepada para mustahiq. Mereka itu adalah kelengkapan personil dan finasial untuk mengelola
zakat.
1. Termasuk dalam kewajiban imam adalah mengutus para pemungut zakat dan
mendistribusikannya, seperti yang pernah dilakukan Rasulullah dan para khalifah
sesudahnya.
2. Syarat orang-orang yang dapat dipekerjakan sebagai amil pengelola zakat, adalah
seorang muslim, baligh dan berakal, mengerti hukum zakat-sesuai dengan kebutuhan
2. lapangan- membidangi pekerjaannya, dimungkinkan mempekerjakan wanita dalam
sebagian urusan zakat, terutama yang berkaitan dengan wanita, dengan tetap menjaga
syarat-syarat syar’i.
3. Para amil mendapatkan kompensasi sesuai dengan pekerjaannya. Tidak diperbolehkan
menerima suap, meskipun dengan nama hadiah, seperti yang diriwayatkan dalam
sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim, “Sesungguhnya aku mempekerjakan kalian
salah seorang di antaramu melaksanakan tugas yang pernah Allah sampaikan
kepadaku, kemudian datang kepadaku dan mengatakan: ‘Ini untukmu dan ini hadiah
untukku’, apakah ketika ia duduk di rumah ayah ibunya akan ada hadiah yang
menghampirinya?”
4. Para amil harus bersikap lunak dengan para muzakki, meyakinkan apa yang menjadi
kewajibannya, mendoakannya ketika mengambil zakat, menetapkan para mustahiq,
dan memberikan bagian mereka.
Ketiga: Muallaf
Mereka itu adalah orang-orang yang sedang dilunakkan hatinya untuk memeluk Islam, atau
untuk menguatkan Islamnya, atau untuk mencegah keburukan sikapnya terhadap kaum
muslimin, atau mengharapkan dukungannya terhadap kaum muslimin.
1. Bagian para muallaf tetap disediakan setelah wafat Rasulullah saw., karena tidak ada
nash (teks Al-Qur’an atau Sunnah) yang menghapusnya. Kebutuhan untuk
melunakkan hati akan terus ada sepanjang zaman. Dan di zaman sekarang ini
keberadaannya sangat terasa karena kelemahan kaum muslimin dan tekanan musuh
atas mereka.
2. Yang berhak menetapkan hak para muallaf dalam zakat hanyalah imam (kepala
Negara). Dan ketika tidak ada imam, maka memungkinkan para pemimpin lembaga
Islam atau organisasi massa tertentu mengambil peran ini.
3. Diperbolehkan juga di zaman sekarang ini memberikan zakat kepada para muallaf
bagi mereka yang telah masuk Islam untuk memotivasi mereka, atau kepada sebagian
organisasi tertentu untuk memberikan dukungan terhadap kaum muslimiin. Juga dapat
diberikan kepada sebagian penduduk muslim yang miskin yang sedang dirakayasa
musuh-musuh Islam untuk meninggalkan Islam. Dalam kondisi ini mereka dapat pula
diberikan dari selain zakat.
Keempat: Para Budak
Zakat dapat juga digunakan untuk membebaskan orang-orang yang sedang menjadi budak,
yaitu dengan:
•
Membantu para budak mukatab, yaitu budak yang sedang menyicil pembayaran
sejumlah tertentu untuk pembebasan dirinya dari majikannya agar dapat hidup
merdeka. Mereka berhak mendapatkannya dari zakat.
•
Atau dengan membeli budak kemudian dimerdekakan
Pada zaman sekarang ini, sejak penghapusan sistem perbudakan di dunia, mereka sudah tidak
ada lagi. Tetapi menurut sebagian madzhab Maliki dan Hanbali, pembebasan tawanan
muslim dari tangan musuh dengan uang zakat termasuk dalam bab perbudakan. Dengan
demikian maka mustahik ini tetap akan ada selama masih berlangsung peperangan antara
kaum muslimin dengan musuhnya.
Kelima: Gharimin (orang berhutang)
Al-Gharim adalah orang yang berhutang dan tidak mampu membayarnya. Ada dua macam
jenis gharim, yaitu:
3. 1. Al-Gharim untuk kepentingan dirinya sendiri, yaitu orang yang berhutang untuk menutup
kebutuhan primer pribadi dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, seperti rumah,
makan, pernikahan, perabotan. Atau orang yang terkena musibah sehingga kehilangan
hartanya, dan memaksanya untuk berhutang. Mereka dapat diberi zakat dengan syarat:
•
membutuhkan dana untuk membayar hutang
•
hutangnya untuk mentaati Allah atau untuk perbuatan mubah
•
hutangnya jatuh tempo saat itu atau pada tahun itu
•
tagihan hutang dengan sesama manusia, maka hutang kifarat tidak termasuk dalam
jenis ini, karena tidak ada seorangpun yang dapat menagihnya.
Al-Gharim diberikan sejumlah yang dapat melunasi hutangnya.
2. Al-Gharim untuk kemaslahatan orang lain, seperti orang yang berhutang untuk
mendamaikan dua orang muslim yang sedang berselisih, dan harus mengeluarkan dana untuk
meredam kemarahannya. Maka, siapapun yang mengeluarkan dana untuk kemaslahatan
umum yang diperbolehkan agama, lalu ia berhutang untuk itu, ia dibantu melunasinya dari
zakat.
Diperbolehkan membayar hutangnya mayit dari zakat. Karena gharim mencakup yang masih
hidup dan yang sudah mati. Demikian madzhab Maliki, berdasrkan hadits Nabi yang
bersabda, “Aku adalah yang terdekat pada seorang mukmin daripada diri mereka sendiri.
Barangsiapa yang meninggalkan harta, maka itu untuk ahli warisnya; dan barangsiapa yang
meninggalkan hutang atau kehilangan, maka kepadaku dan kewajibanku.” (muttafaq alaih)
Sebagian ulama hari ini memperbolehkan zakat dipinjamkan dengan qardhul hasan karena
qiyas aulawiy (prioritas), yaitu jika hutang yang sudah terjadi boleh dibayarkan dari zakat,
maka qardhul hasan yang bersih dari riba lebih prioritas dari pada pembagian zakat.
Berhutang dalam dua keadaan itu tujuannya sama, yaitu untuk menutup kebutuhan.
Keenam: Fii Sabilillah
Ibnul Atsir berkata, kata Sabilillah berkonotasi umum, untuk seluruh orang yang bekerja
ikhlas untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban, yang sunnah
dan kebaikan-kebaikan lainnya. Dan jika kata itu diucapkan, maka pada umumnya ditujukan
untuk makna jihad. Karena banyaknya penggunaannya untuk konotasi ini maka sepertinya
kata fisabilillah, hanya digunakan untuk makna jihad ini (lihat Kitab An-Nihayah Ibnu Atsir).
Menurut empat madzhab, mereka bersepakat bahwa jihad termasuk ke dalam makna fi
sabilillah, dan zakat diberikan kepadanya sebagai personil mujahidin. Sedangkan pembagian
zakat kepada selain keperluan zakat, madzhab Hannafi tidak sependapat dengan madzhab
lainnya, sebagaimana mereka telah bersepakat untuk tidak memperbolehkan penyaluran zakat
kepada proyek kebaikan umum lainnya seperti majid, madrasah, dan lain-lain.
Pandapat lain. Imam Ar Razi mengatakan dalam tafsirnya, “Sesungguhnya teks zhahir dari
firman Allah wa fii sabiilillah ( )وفي سبيل الtidak hanya terbatas pada para tentara saja.
َ
Demikianlah yang dirilis oleh Al-Qaffal dalam tafsirnya dari sebagian ulama fiqih, bahwa
mereka memperbolehkan penyaluran zakat kepada seluruh proyek kebaikan seperti
mengkafani mayit, membangun pagar, membangun masjid, karena kata fi sabilillah berlaku
umum untuk semua proyek kebaikan.
As-Sayyid Siddiq Hasan Khan berkata, sabilillah artinya seluruh jalan yang menuju kepada
Allah. Sedangkan jihad –meskipun jalan terbesar kepada Allah– tetapi tidak ada dalil yang
mengkhususkan pembagian zakat hanya kepada mujahid. (lihat Ar-Raudhatun Nadiyyah).
Rasyid Ridha berkata, sabilillah di sana adalah kemaslahatan umum kaum muslimin yang
digunakan untuk menegakkan urusan dunia dan agama, bukan pada individunya. Yang utama
dan pertama adalah persiapan perang seperti pembelian senjata, perbekalan tentara, alat
4. transportasi, pemberangkatan pasukan… dan termasuk juga dalam hal ini adalah mendirikan
rumah sakit, membuka jalan, mempersiapkan para dai yang menyerukan Islam, mengirimkan
mereka ke daerah-daerah kafir (lihat Tafsir Al-Manar).
Syeikh Mahmud Syaltut dalam bukunya Islam Aqidah dan Syari’ah dalam hal ini
menyatakan, sabilillah adalah seluruh kemaslahatan umum yang tidak dimiliki oleh seseorang
dan tidak memberi keuntungan kepada perorangan. Lalu dia menyebutkan, setelah
pembentukan satuan perang adalah rumah sakit, jalan, rel kereta, dan mempersiapkan para
dai.
Syeikh Hasanain Makhluf, Mufti Mesir, berfatwa tentang kebolehan menyalurkan zakat
kepada seluruh organisasi kebaikan Islam, bersandar kepada ungkapan Ar-Razi dari AlQaffal dan lain-lain dalam memaknai kata fi sabilillah.
Dalam Zhilalil Qur’an, Sayyid Quthb berkata, fi sabilillah adalah jalan luas yang mencakup
seluruh kemaslahatan jama’ah yang menegakkan kalimat Allah.
Kesimpulannya, yang rajah (kuat) bahwa yang dimaksud dari firman Allah “fisabilillah”
adalah jihad seperti yang dimaksudkan oleh jumhurul ulama. Akan tetapi bentuk jihad pada
masa sahabat dan para ulama sesudahnya terbatas pada berperang. Karena hukum Allah
sudah berdiri tegak dan Negara Islam berwibawa. Adapun pada zaman sekarang ini, bentuk
jihad itu tampil dengan warna yang bermacam-macam untuk menegakkan agama Allah,
menyampaikan dakwah dan melindungi umat Islam. Kami berpendapat bahwa sangat
mungkin untuk menyalurkan zakat kepada lembaga-lembaga modern seperti ini yang masuk
ke dalam bab fisabilillah. Yaitu jalan yang digunakan untuk membela agama Allah dan
menjaga umat Islam, baik dalam bentuk tsaqafah (wawasan), pendidikan, media, atau militer,
dst. Dan perlu ditegaskan di sini bahwa peperangan yang boleh dibiayai dengan zakat adalah
perang fisabilillah di bawah bendera Islam, untuk membela kepentingan Islam dan dibawah
komando pemimpin Islam.
Ketujuh: Ibnu sabil
Mereka adalah para musafir yang kehabisan biaya di negera lain, meskipun ia kaya di
kampung halamannya. Mereka dapat menerima zakat sebesar biaya yang dapat
mengantarkannya pulang ke negerinya, meliputi ongkos jalan dan perbekalan, dengan syarat:
•
Ia membutuhkan di tempat ia kehabisan biaya.
•
Perjalanannya bukan perjalanan maksiat, yaitu dalam perjalanan sunnah atau mubah.
•
Sebagian madzhab Maliki mensyaratkan: tidak ada yang memberinya pinjaman dan ia
mampu membayarnya.
Penyaluran zakat kepada para mustahiq
1. Imam Syafi’i berpendapat bahwa zakat harus dibagikan kepada delapan kelompok itu
dengan merata, kecuali jika salah satu kelompok itu tidak ada, maka zakat diberikan
kepada ashnaf yang masih ada. Jika muzakki itu sendiri yang membagikan langsung
zakatnya, maka gugur pula bagian amil.
2. Madzhab Hanafi dan Maliki berpendapat bahwa zakat boleh diberikan kepada
sebagian ashnaf, tidak kepada seluruh ashnaf yang ada. Bahkan mereka
memperbolehkan pemberian zakat hanya kepada salah satu ashnaf saja sesuai dengan
kondisi. Inilah pendapat mayoritas ulama dan pendapat yang paling kuat dengan
memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Tidak diperbolehkan menghilangkan hak salah satu mustahiq tanpa ada sebab,
jika imam yang melakukan pembagian dan jumlah zakat cukup banyak.
5. b. Diperbolehkan memberikan zakat hanya kepada satu ashnaf saja jika ada
kemaslahatan yang dapat dipertannggungjawabkan, seperti ketika perang yang
mengharuskan zakat untuk pembiayaan mujahid di medan perang.
c. Ketika membagikan zakat kepada semua ashnaf secara menyeluruh tidak
diharuskan membagi rata kepada mereka. Dan yang diwajibkan adalah
memberikan bagian pada masing-masing sesuai dengan jumlah dan
kebutuhan.
d. Selalu diperhatikan bahawa kelompok prioritas adalah fakir miskin. Kelompok
yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka tidak
diperbolehkan menghalangi hak mereka dari zakat, kecuali karena kondisi
darurat sesaat.
e. Jika muzakki yang membagikan langsung zakatnya dan jumlah zakatnya kecil,
boleh diberikan kepada satu kelompok dan satu orang saja untuk mencapai
tujuan zakat, yaitu menutup kebutuhan.
f. Jika imam yang membagikan, maka bagian amilin tidak boleh lebih banyak
dari seperdelapan, menurut Imam Syafi’i, agar zakat tidak habis di tangan para
pegawai saja.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/09/1044/8-golongan-yang-berhak-menerimazakat/#ixzz1dSM2eiD7
Assalamu'alikum Wr Wb
ZAKAT
Hati-hati: Ada hak orang lain yang ada di harta
kita !!!
Para sahabat yang dimuliakan oleh Allah, baik yang ada di luar negeri
maupun yang di dalam negeri, mudah-mudahan antum semua dalam
nikmat dan syukur Allah SWT, amiin.
Zakat secara etimologi berarti bersih, suci, dan berkembang; maksudnya
harta yang dizakati akan bersih, suci dan hartanya akan berkembang.
Belum ada dalam sejarah, ada orang jatuh miskin karena hartanya
disucikan dengan zakat. Sedangkan menurut istilah, zakat adalah
shadaqoh wajib yang harus dikeluarkan dari harta kita setelah terpenuhi
syarat-syarat tertentu (sampai batasan nisab dalam setahun penuh).
Nisab adalah batas minimal harta yang harus dikeluarkan zakatnya.
Misalnya: kita memiliki usaha, income atau gaji yang kalau
diakumulasikan dalam setahun setara dengan 85 gram emas, maka
”wajib”-lah kita mengeluarkan zakat yaitu hak orang lain yang menempel
di harta kita sebesar 2.5%-nya.
6. Zakat ada dua jenis, yaitu: Zakat fithrah/zakat badan dan Zakat
maal/zakat harta. Untuk zakat fithrah dibayarkan setiap selama bulan suci
Ramadhan (sebelum ‘Idul Fitri) sebesar 2.5 kg beras (makanan pokok)
bagi setiap muslim. Selanjutnya, kita akan ungkap lebih rinci dengan
contoh hitungannya mengenai zakat maal/zakat harta.
HARTA YANG WAJIB DIKELUARKAN
ZAKATNYA
1. Binatang ternak, Seperti: unta, sapi/kerbau dan kambing.
2. Barang berharga, yang bernilai setara:
Emas yang telah sampai 85 gram, zakatnya 2,5%.
Perak yang telah sampai 200 dirham sekitar 624 gram, zakatnya
2,5%.
3. Hasil pertanian, terutama makanan pokok. Seperti: padi, jagung,
gandum, dll.
4. Buah-buahan. Seperti: kurma dan anggur.
5. Harta perniagaan. Ketentuannya sama dengan ketentuan zakat
emas.
6. Zakat gaji dan profesi.
Marilah kita bertafakur bersama, alangkah tidak adil jika peternak, petani
dan pedagang yang bergelut dengan usaha mereka yang
kemungkinannya dua yaitu untung dan rugi, mereka wajib zakat,
sedangkan orang yang punya gaji dan profesi yang penghasilannya sudah
pasti, dan sering lebih besar dari peternak, petani dan pedagang tetapi
tidak zakat dengan alasan fiqih tidak mengatur itu.
Belum lagi rata-rata mereka tidak pernah mengenal kata rugi dalam
menjalankan profesi dengan gaji yang pasti diterima setiap bulannya. Bila
kita nilai dari sisi kepatutan, maka sudah saatnya orang muslim yang
mempunyai penghasilan tetap dari gaji dan profesinya untuk berzakat.
Bila hal tersebut sudah menjadi kesadaran bersama maka insyaallah para
pembayar zakat tersebut akan menemukan barokahnya yaitu hartanya
akan menjadi suci bersih dan berkembang sebagai buah dari rasa syukur
atas nikmat yang Allah berikan. Dan tidak ada orang jatuh miskin karena
berzakat.
Sebagai ilustrasi nisab zakat, harga emas sekarang sekitar Rp.
140.000/gram X 85 = Rp. 11.900.000,-.
Jadi jika penghasilan kita minimal Rp. 11.900.000/tahun berarti telah
masuk wajib zakat.
7. DELAPAN GOLONGAN YANG BERHAK
MENERIMA ZAKAT
Berdasarkan firman Allah QS At-Taubah ayat 60, bahwa yang berhak
menerima zakat/mustahik sebagai berikut:
1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai
harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam
keadaan kekurangan.
3. Pengurus zakat : orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan &
membagikan zakat.
4. Muallaf : orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang
yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
5. Memerdekakan budak : mencakup juga untuk melepaskan muslim
yang ditawan oleh orang-orang kafir.
6. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan
yang bukan ma'siat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun
orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam di
bayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu
membayarnya.
7. Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam
dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat
bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan
umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit, madrasah, masjid,
pesantren, ekonomi umat, dll.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan ma'siat
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya. Atau juga orang yg
menuntut ilmu di tempat yang jauh yang kehabisan bekal.
CONTOH HITUNGAN ZAKAT GAJI DAN
PROFESI
Usman seorang dosen PTN dengan penghasilan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Gaji resmi dari PTN ................ Rp. 3.000.000,Honor tambahan dari PTN ....... Rp. 1.000.000,Honor dari beberapa PTS ....... Rp. 2.000.000,-.
Honorarium lain-lain ................ Rp. 500.000,-------------------------------------------------------------------------- +
JUMLAH = ..............................Rp. 6.500.000,-
Ket: tidak ada yang bisa mengurangi jumlah total penghasilan untuk
dizakati kecuali hutang.
Usman juga punya angsuran diantaranya:
1. Angsuran kredit rumah per bulan ... Rp. 500.000,2. Angsuran kredit mobil ................... Rp. 1.000.000,-------------------------------------------------------------------------- +
JUMLAH = .................................... Rp. 1.500.000,-
8. Jadi hitungannya Rp. 6.500.000 – Rp. 1.500.000 = Rp. 4.000.000,Jadi zakat penghasilan Usman perbulan hanya = Rp. 4.000.000 x 2,5% =
Rp. 100.000,-
ANDA KESULITAN MENGHITUNG KEWAJIBAN
ZAKAT
Hubungi Ustadz Nurjaeni: 022 – 91 277 132, 0852 2028 6045
PENERIMAAN ZAKAT FITRAH:
Kami menerima titipan zakat fitrah, 2.5 kg/orang atau senilai MINIMAL Rp.
15.000,- (untuk beras @Rp.6000,-/kg). atau senilai dengan harga beras
atau bahan makanan yang antum makan sehari-harinya. Dipersilahkan
menghitung sendiri kurs dari US$, Aus$, Can$, Yen, dll. ke rupiah.
Bagi kawan-kawan terutama yang di luar negeri, mohon mengirimkan
uang transfer secara koletif dua hari sebelum 'Idul Fitri ke account
dibawah ini. Setelah transfer memberi tahu ke HP kami.
PENERIMAAN ZAKAT MAL, GAJI, PROFESI,
SHADAQOH, INFAQ, DLL.
Pengiriman zakat ini tidak tergantung waktu, jadi dipersilahkan dikirim
kepada kami kapan saja. Mohon setelah mengirim uang transfer
berkenan memberikan konfirmasi baik lewat email maupun telepon.
Konsentrasi pembelanjaan zakat maal, profesi dll. yg bebas ikrar akan
dititik beratkan kepada pembinaan Ekonomi Umat (point 7, fisabilillah),
yaitu pembangunan kobong (asrama santri) termasuk MCK-nya, fasilitas
belajar-mengajar, unit usaha ternak: kambing, kolam ikan dan sapi perah.
Unit usaha adalah untuk kemandirian para ustadz & santri.
Mengapa Usaha Sapi Perah ? Karena letak lokasi pesantren kami ada pada
dataran tinggi dan pemasaran susunya sudah 'captive' langsung terbeli
oleh KUD Pasirjambu atau pengumpul susu dari perusahaan susu instant
di Bandung.
Kami juga bekerja sama dengan KZIS (Komite Zakat ISnet) yang selama
ini sangat perhatian terhadap Program Pengembangan Ekonomi Umat
Pesantren AlQuran & Teknologi DURIYAT MULIA, Bandung.
Pesantren Al-Qur’an dna Teknologi DURIYAT MULIA
Email: duriyat@bdg.centrin.net.id. Web:
www.duriyat.or.id. HP: 0812 200 4760
Menerima dan mengelola amanah Zakat – Infaq –
Shadaqah ANDA
9. BANK
Cabang
Atas Nama
Rekening
1
Bank Syariah Mandiri
Bandung Utama
Yayasan Duriyat Mulia
0070062635
2
Bank Muamalat
Indonesia
Bandung
Yayasan Duriyat Mulia
101.03775.22
3
B.R.I.
Bandung
Yayasan Duriyat Mulia 0286-01-012507-50-1
4
B.T.N.
Kopo Mas
Yayasan Duriyat Mulia 00096-01-50-000453-5
5
B.N.I.
Jl. Perintis Kemerdekaan Yayasan Duriyat Mulia
6
Bank Jabar Syariah
KanCab Syariah,
Bandung
Yayasan Duriyat Mulia
0022 586 431
56.03.01.002387.6
Apabila memerlukan rekening BCA atau Bank Mandiri, mohon
SMS ke 0812 200 4760
Terima kasih, kepada para sahabat yang telah mempercayakan titipan
zakat fitrah, dan mempercayakan pengelolaan zakat maal, profesi dll.
kepada kami.
"Semoga Allah memberi balasan padamu atas apa yang
telah engkau berikan, dan semoga Allah memberkahi
padamu atas apa yang engkau sisakan (harta bersih =
seluruh harta - zakat). Dan semoga Allah menjadikan
dengannya, kesucian pada hartamu"
Wassalamu'alaikum Wr Wb
Pudjo Rahardjo, Pembina
Dikutip dari Wanita Indonesia No. 932, 2007
Mas Gozali,
Setiap tahun saya membayar zakat dengan cara menghitung seluruh uang
yang saya punya (yang saya pegang dan yang ada dalam bank).
Saya memperoleh pendapatan tambahan bulanan dari mobil yang saya
sewakan selama setahun terakhir. Saya menghitung zakatnya berdasarkan
harga saat saya membelinya sekitar 5 tahun yang lalu. Rencananya, jika
saya bisa membeli mobil baru untuk disewakan lagi, saya akan menghitung
zakatnya berdasarkan harga belinya, seperti yang saya lakukan pada mobil
sewaan yang pertama. Selain itu, saya juga menginvestasikan uang di
bank, yang hasilnya cukup lumayan.
10. Zakat yang saya keluarkan atas perhiasan istri saya, nilainya juga saya
tentukan berdasarkan harga belinya. Rata-rata, untuk harta yang berbentuk
benda, saya menggunakan cara seperti itu untuk menghitung zakatnya.
Pertanyaan saya, apakah cara yang saya lakukan itu sudah benar? Lalu,
sebaiknya mana yang saya dahulukan, memberikan zakat kepada orang
miskin di daerah sekitar tempat tinggal saya, atau anak yatim di daerah
lain, keluarga jauh yang saya anggap membutuhkan, untuk saudarasaudara muslim yang yatim atau sakit di negara-negara konflik, atau
disumbangkan saja ke masjid dan sekolah-sekolah terdekat? Terima kasih.
NN. Jakarta
Jawaban:
Zakat adalah wajib hukumnya bagi kaum muslimin untuk menunaikannya
apabila harta yang dimilikinya telah mencapai ketentuannya. Tujuan
seorang muslim membayar zakat adalah untuk membersihkan atau
mensucikan hartanya. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya didalam
harta seorang muslim itu ada hak bagi kaum muslim yang lain yang
membutuhkannya.
Penghasilan yang diterima oleh seorang muslim wajib hukumnya untuk
dikeluarkan zakatnya apabila telah sampai nishab (batas) nya yaitu
sebesar 85 gram emas apabila disetahunkan. Adapun besaran zakat yang
dikeluarkan adalah 2,5 persen dari pendapatan kotor (bruto) nya. Nah,
sekarang banyak yang mengeluarkan zakat setiap bulan, bagaimana
dong? Yah tidak masalah, asalkan telah sampai batas yang ditentukan
sesuai dengan kaidah fiqhnya. Apabila Anda telah mengeluarkan zakat
setiap bulannya melalui pemotongan dari penghasilan, maka sisa dari
penghasilan yang ditabung tidak lagi dikenakan zakat atas penghasilan
tersebut. Tapi di tahun depannya barulah, tabungan yang dikumpulkan
apabila nilainya telah sama dengan 85 gram emas, wajib dikeluarkan
zakatnya. Tinggal Anda pilih saja, mana yang lebih nyaman untuk Anda
lakukan.
Kemudian sekarang bagaimana dengan pendapatan tambahan yang
diperoleh dari bisnis mobil? Ada sedikit yang perlu diluruskan, bahwa yang
dikenakan zakat adalah penghasilan tambahan yang diperoleh dari bisnis
mobil Anda bukan dihitung dari harga jual/beli kendaraan tersebut. Saat ini
Anda memiliki kendaraan untuk disewakan maka zakat yang dikeluarkan
adalah 2,5 persen dari besarnya penghasilan yang Anda terima dari nilai
sewa bukan dari nilai asset (kendaraan) tersebut. Katakanlah penghasilan
yang diterima dari menyewakan kendaraan adalah Rp. 4 juta, maka
besarnya zakat yang dikeluarkan sebesar 2,5% X Rp. 4 juta. = Rp. 100
ribu.
11. Begitu pula dengan zakat atas harta perhiasan yang Anda miliki. Nisab
atau batas seseorang untuk mengeluarkan zakat adalah untuk emas 85
gram emas murni dan untuk perak 675 gram perak dan tentunya apabila
telah mencapai 1 tahun. Perhitungan harga yang digunakan adalah
mengikuti harga emas murni atau emas batangan pada saat itu. Besarnya
zakat yang harus dikeluarkan pun sama, yaitu sebesar 2,5% dari
emas/perak yang tidak dipakai atau hanya dipakai setahun sekali. Untuk
perhiasan yang sering dipakai dalam batas wajar tidak dikenakan zakat.
Untuk menyalurkan zakat Anda saya sarankan untuk diserahkan langsung
kepada badan pengelola zakat yang saat ini sudah banyak sekali kita
jumpai. Ada yang dikenal dengan nama BAZNAS, Rumah Zakat, Dompet
Dhuafa, Laz Muhammadyah dll. Apabila Anda bingung untuk
penghitungannya pun, mereka dengan senang hati akan datang kerumah
Anda untuk melakukan perhitungan atas besaran zakat yang perlu Anda
tunaikan dan juga langsung menyetorkannya ke lembaga mereka.
Kemudian akan dikelola dan disalurkan sesuai dengan 8 golongan orang
yang berhak menerima zakat. Akan tetapi, apabila Anda lebih senang
untuk menyalurkan sendiri, maka mulailah dari kerabat terdekat Anda yang
layak untuk menerima zakat. Karena sebaik-baik penyaluran zakat adalah
kepada sanak kerabat terdekat. Baru setelah itu kepada tetangga sekitar
dan kemudian kepada yang lebih membutuhkan diantara mereka.
Demikian, semoga bermanfaat dan mendatangkan berkah.
Salam,
Ahmad Gozali
Perencana Keuangan