Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan abses paru, termasuk definisi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, dan penatalaksanaan abses paru. (2) Abses paru adalah kavitas berisi cairan purulen di jaringan paru yang disebabkan oleh infeksi dan nekrosis. (3) Gejala umum abses paru adalah demam, batuk berdah
1. t TUGAS: KMB II
DOSEN:YATABA S.KeP Ns
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABSES PARU
OLEHKELOMPOK X:
1.LISNA WATI
2.JAYAMIN
3.JASRIN
4.JUMHARIANI
5.LISNA TRIWULAN NDARI
6.SAIDA
2. AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya hingga penulis dapat merampungkan pembuatan makalah
yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN DENGANABSES PARU”
Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun
3. menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini ini.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.
Raha,
februari 2012
Penyusun
5. A. Latar belakang
Organ penting merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia.
Khususnya berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat
pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondioksida
yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh,
sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen tetap terpenuhi. Udara sangat penting
bagi manusia, tidak menhirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan
kematian. Itulah peranan penting paru-paru. Organ yang terletak di bawah tulang
rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya
udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini
semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru-paru
B. Tujuan
1. Mengetahui tentang definisi dari abses paru
2. Mengetahui Eteologi dari abses paru
3. Mengetahui klasifikasi dari abses paru
4. Mengetahui dampak terhadap berbagai sistem tubuh dari abses paru
5. Mengetahui patofisiologis dan penyimpangan KDM dari abses paru
6. Mengetahui tanda dan gejala dari abses paru
7. Mengetahui Prosedur diagnostik dari abses paru
8. Mengetahui menejemen medik dari abses paru
9. Mengetahui Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, dan Evaluasi dengan masalah
pada sistem pernafasan bawah
6. C. Metode Penulisan
Dalam memperoleh data atau informasi yang digunakan untuk penulisan
makalah ini, penyusun mengambil dari internet yang relevan dan berbagai kajian
pustaka dengan topik penulisan askep ini sebagai dasar untuk mengetahui dan
memperkuat teori yang digunakan.
7. BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
a. Pengertian
Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi
material purulent berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru
oleh proses terinfeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak
(multiple small abscesses) dinamakan “necrotising pneumonia”.
Abses besar atau abses kecil mempunyai manifestasi klinik berbeda
namun mempunyai predisposisi yang sama dan prinsip diferensial diagnosea
sama pula. Abses timbul karena aspirasi benda terinfeksi, penurunan
mekanisme pertahanan tubuh atau virulensi kuman yang tinggi.
Pada umumnya kasus Abses paru ini berhubungan dengan karies gigi,
epilepsi tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan
alkohol. Pada negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan
gangguan respons imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau
komplikasi dari paska obstruksi. Pada beberapa studi didapatkan bahwa
kuman aerob maupupn anaerob dari koloni oropharing yang sering menjadi
penyebab abses paru.
8. B. Etiologi
Pendapat dari Prof. dr. Hood Alsagaff (2006) tentang penyebab abses paru
sesuai dengan urutan frekuensi yang ditemukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
adalah:
1. Infeksi yang timbul dari saluran nafas (aspirasi)
2. Sebagai
3.
penyulit dari beberapa tipe pneumonia tertentu
4. Perluasan abses subdiafragmatika
5. Berasal dari luka traumatik paru
6. Infark paru yang terinfeksi
Pravelensi tertinggi berasal dari infeksi saluran pernafasan, mikroorganisme
penyebab umumnya berupa campuran dari bermacam-macam kuman yang berasal
dari flora mulut, hidung, tenggorokan, termasuk kuman aerob dan anaerob seperti
Streptokok, Basil fusiform, Spirokaeta, Proteus, dan lain-lain.
Finegold SM dan Fishman JA (1998) mendapatkan bahwa organisme penyebab
abses paru lebih dari 89% adalah kuman anaerob. Asher MI dan Beadry PH (1990)
mendapatkan bahwa pada anak-anak kuman penyebab abses paru terbanyak adalah
stapillococous aureus.
9. Kuman penyebab Abses Paru menurut Asher MI dan Beadry PH (1990) antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Staphillococcus aereus: Haemophilus influenzae types B, C, F, and
nontypable;
Streptococcus
viridans
pneumoniae;
Alpha-hemolytic
streptococci; Neisseria sp; Mycoplasma pneumoniae
2. Kuman Aerob: Haemophilus aphropilus parainfluenzae; Streptococcus group
B
intermedius;
Klebsiella
penumonia;
Escherichia
coli,
freundii;
Pseudomonas pyocyanea, aeruginosa, denitrificans; Aerobacter aeruginosa
Candida; Rhizopus sp; Aspergillus fumigatus; Nocardia sp; Eikenella
corrodens; Serratia marcescens
3. Sedangkan kuman Anaerob: Peptostreptococcus constellatus intermedius,
saccharolyticu;s Veillonella sp alkalenscenens; Bacteroidesmelaninogenicus
oralis, fragilis, corrodens, distasonis, vulgatus ruminicola, asaccharolyticus
Fusobacterium necrophorum, nucleatum Bifidobacterium sp.
Sedangkan Spektrum isolasi bakteri Abses paru akut menurut Hammond et al (1995)
adalah:
1. Anaerob: Provetella sp; Porphyromonas sp; Bacteroides sp; Fusobacterium
sp;
Anaerobic
cocci:
Microaerophilic
streptococci;
Clostridium sp; Nonsporing Gram-positive anaerobes.
Veilonella
sp;
10. 2. Aerob: Viridans streptococci; Staphylococcus sp; Corynebacterium sp;
Klebsiella sp; Haemophilus sp; Gram-negative cocci
Sedangkan menurut Finegold dan Fishmans (1998), Organisme dan kondisi yang
berhubungan dengan Abses paru :
1. Bacteria Anaerob; Staphylococcus aureus, Enterbacteriaceae, Pseudomanas
aeruginosa streptocicci, Legonella spp, Nocardia asteroides, Burkholdaria
pseudomallei
2. Mycobacteria (often multifocal): M. Tuberculosis, M. Avium complex, M.
Kansasii.
3. Fungi: Aspergillus spp, Mucoraceae, Histoplasma capsulatum, Pneumocystis
carinii, Coccidioides immitis, Blastocystis homini
4. Parasit: Entamoeba histolytical, Paragonimus westermani, Stronglyoides
stercoralis (post-obstructive)
C.Patofisiologi
Adanya mikrorganisme penyebab infeksi
↓
Masuk ke perenkim paru
↓
11. inflamasi
↓
Lesi
↓
Lesi membentuk ruang
↓
Abses paru
D. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala pneumonia pada
umumnya yaitu:
1. Panas
badan
Dijumpai berkisar 70% - 80% penderita abses paru. Kadang dijumpai dengan
temperatur > 400C.
12. 2. Batuk, pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga abses
dengan bronkus batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk yang khas
(Foetor ex oroe)
3. Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40 –
75% penderita abses paru.
4. Nyeri yang dirasakan di dalam dada
5. Batuk darah
6. Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat badan.
Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda proses konsolidasi seperti redup pada
perkusi, suara nafas yang meningkat, sering dijumpai adanya jari tabuh serta
takikardi.
E.Pemeriksaan Penunjang
Lab:leukosit meningkat (10.000-20.000/mm3
Pemeriksaan kultur sputum
Radiologi
Pemeriksaan scorologi
F.Penatalaksanaan
13. Penatalaksanaan Abses paru harus berdasarkkan pemeriksaan mikrobiologi dan
data penyakit dasar penderita serta kondisi yang mempengaruhi berat ringannya
infeksi paru. Ada beberapa modalitas terapi yang diberikan pada abses paru :
1. MedikaMentosa
Pada era sebelum antibiotika tingkat kematian mencapai 33%, pada era
antibiotika maka tingkat kematian dan prognosa abses paru menjadi lebih
baik. Pilihan pertama antibiotika adalah golongan Penicillin, pada saat ini
dijumpai peningkatan abses paru yang disebabkan oleh kuman anaerobs (lebih
dari
35%
kuman
gram
negatif
anaerob).
Maka bisa dipikirkan untuk memilih kombinasi antibiotika antara golongan
penicillin G dengan clindamycin atau dengan Metronidazole, atau kombinasi
clindamycin dan Cefoxitin. Alternatif lain adalah kombinasi Imipenem
dengan ß Lactamase inhibitase pada penderita dengan pneumonia nosokomial
yang
berkembang
menjadi
Abses
paru.
Waktu pemberian antibiotika tergantung dari gejala klinis dan respon
radiologis penderita. Penderita diberikan terapi 2-3 minggu setelah bebas
gejala atau adanya resolusi kavitas, jadi diberikan antibiotika minimal 2-3
minggu.
2. Drainage
Drainase postural dan fisiotherapi dada 2-5 kali seminggu selama 15 menit
diperlukan untuk mempercepat proses resolusi Abses paru. Pada penderita
14. Abses paru yang tidak berhubungan dengan bronkus maka perlu
dipertimbangkan drainase melalui bronkoskopi.
3. Bedah
Reseksi segmen paru yang nekrosis diperlukan bila:
1. Respon yang rendah terhadap therapi antibiotika.
2. Abses yang besar sehingga mengganggu proses ventilasi perfusi
3. Infeksi paru yang berulang
4. Adanya gangguan drainase karena obstruksi.
15. B.KONSEP ASKEP
A.Pengkajian
1.aktifitas atau istirahat
Gejala:klien tidak mampu melakukan aktifitas karena badany terasa lemah
Tanda:klien Nampak lemah
2.sirkulasi
Tanda:takikardi
3.pernapasan
Gejala:klien mengatakan sulit bernafas dan batuk .
Tanda:- klien Nampak sesak napas
-batuk produktif dengan sputum kuning kehijauan dan berbau amis.
4.integritas ego
Gejala :klien mengatakan stress pada penyakitnya.
Tanda:gelisah
5.nyeri atau kenyamanan
16. Gejala:klien mengatakan nyeri pada dadanya.
Tanda:- klien memegang daerah yang nyeri
-klien memegang daerah yang nyeri
6.makanan atau cairan
Gejala:klien mengatakan nafsucmakanya menurun dan mual.
Tanda: - penurunan berat badan.
-porsi makan tidak dihabiskan.
7.neurosensori
Tanda:perubahan mental.
8.keamanan
Gejala:klien mengatakan demam
Tanda:peningkatan suhu tubuh
9.seksualitas
Gejala:penurunan minat melakukan hubungan seks
17. Io.higiene
Gejala:klien mengatakan tidak mampu melakukan perawatan diri
Tanda:klien Nampak kusam
11.penyuluhan dan pembelajaran
Gejala:klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya dan penangananya
Tanda:-klien kurang mengetahui tentang penyakitnya.
-klien Nampak bingung bila ditanya tentang penyakitnya
B.Analisa data
problem
Etiologi
symtom
Adanya infeksi perenkim
DS:klien mengatakan sulit
Bersihan jalan nafas paru
bernafas dan batuk
↓
tidak efektif
Peningkatan
produksi DO:-Nampak sesak nafas
sputum
-patuk produktif dengan
↓
Bersihan
efektif
nafas
sputum kuning kehijauan
tidak
dan bau amis
18. Gangguan
nyaman nyeri
rasa Infeksi parenkim paru
DS:- klien mengatakan nyeri
↓
dadanya
Inflamasi parenkim paru
↓
Adanya abses paru dekat DO:-
Klien
Nampak
pleura
memegang dadanya saat
↓
nyeri
terjadi
pergesekan
antara
pleura parietaldan visceral
saat respirasi
↓
impuls diteruskan di korteks
cerebri
↓
nyeri dipersepsikan
-nampak meringis
20. Nutrisi kurang dari
Adanya
kebutuhan tubuh
berbau
sputum
sputum
amis
yang DS: - Klien mengatakan nafsu
dan
saat
rasa
batuk
makanya menurun dan
mual
produktif
↓
DO:- penurunan berat badan
Anoreksia dan mual
-porsi
↓
makan
dihabiskan
Intake nutrisi kurang
↓
Nutrisi
kurang
kebutuhan tubuh
dari
tidak
23. ansietas
Adanya penyakit
DS:-klien mengatakan stress
↓
pada penyakitnya
Perubahan status kesehatan
↓
Klien
DO:- gelisah
-perubahan
kurang
informasi
terpapar
mental(bingung)
tentang
penyakitnya
↓
Kurang pengetahuan
↓
ansietas
C.Diagnosa keperawatan
1.bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sputum ditandai
dengan:
DS: - klien mengatakan susah untuk bernafas
DO:- Nampak sesak nafas
24. -batuk produktif dengan warna kuning kehijauan dan berbau amis
2.gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya abses paru yang ditandai
dengan
DS:- klien mengatakan nyeri pada dadanya
DO:- Klien Nampak memegang dadanya saat nyeri
-klien Nampak meringis
3.gangguan keseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi ditandai
dengan:
DS:- klien mengatakan merasa demam
DO:- suhu tubuh meningkat
4.nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai
dengan:
DS:- klien mengatakan nafsu makanya berkurang
DO:- penurunan berat badan
-Porsi makan tidak dihabiskan
5.intoleransi aktifitas berhubungan dengan dengan kelemahan ditandai dengan:
25. DS:- klien tidak mampu melaksanakan aktifitas sehari- hari karena merasa lemah
-klien mengatakan kurang mampumelakukan perawatan diri karena badanya
lemah
DO:-klien Nampak lemah
-klien Nampak kusam
26. D.Perencanaan
Dx
1.
Tujuan
intervensi
Tupan:setelah
diberikan
Rasional
a.berikan petunjuk kepada a.dengan
7
hari klien untuk batuk efektif
askep bersihan jalan
batuk
efektifdapat melancarkan
bersihan jalan nafas alami
nafas dapat efektif
b.berikan minum hangat
Tupan:
setelah
diberikan
2
hari c.kolaborasi
medis
dan
dalam
membaik antibiotic,ekspetoran
dengan criteria:
obat c.antibiotik
dapat
membunuh
mikroorganismepenyakit
-klien dapat bernafas d.beri o2 dengan nasal dan
dengan baik
-.putum berkurang
dapat
dddengan mengeluarkan secret
berangsur- pemberian
angsur
cairan
memobilisasi
askep bersihan jalan tim
nafas
b.
kanul sesuai resep
ekspetoran
mengencerkan dahak
d.memberikan
pernafasan
bagi
bantuan
pasien
agar bernafas dengan baik
27. 2
Tupan:setelah
a.ajarkan tehnik distraksi a.tehnik distraksi dapat
diberikan
askep Pada klien
menghilangkan perhatian
nyeri dapat hilang
pasien pada nyeri
b.anjurkan
Tupen:
berkurang
tehnik
nyeri relaksasi dan nafas dalam
dengan
kriteria
b tehnik relaksasi dan
nafas dalam mengurangi
c.atur posisi yang nyaman nyeri
-klien
tidak pada klien
mengeluh nyeri
c.posisi
-wajah klien tenang
d.kolaborasi
nyaman
dengan memberikan
dapat
rasa
medis dalam pemberian kenyamanan pada klien
obat analgesik
d.analgesik
dapat
menekan pusat nyeri
3.
Tupan:setelah
diberikan
a. berikan kompres mandi a.kompres mndi hangat
askep hangat
dapat
suhu tubuh kembali
normal
membantu
mengurangi demam
b.kolaborasi
dengan
medis dalam pemberian b.antipiretikdapat
Tupen:
diberikan
setelah obat anti piretik
askep
mengurangi demam
28. peningkatan
suhu
tubuhberangsurangsur
dengan
kriteria
-klien
tidak
mengeluh demam
-suhu tubuh 36-37C
4.
Tupan:setelah
a.pantau kebiasaan diit a.kebiasaan
diberikan
askep pasien
pasiendapat
kebutuhan
nutrisi
diit
dalam
dapat terpenuhi
diberikan
pelaksanaan
intervensi
b.berikan
Tupen:
membantu
setelah berfariasi
makanan
dan
sesuai b.makanan
askep dengan kesukan klien
bervariasi
mengurangi rasa jenuh
berangsur-angsur
c.porsi sering membantu
nutrisi
meningkatkan
terpenuhi
dapat
dengan c.berikan makanan porsi nutrisi,dan
criteria
kecil hangat dan menarik
-nafsu makan baik
tidak
masukan
porsi
membuat
kecil
pasien
bosan ,makanan menarik
dapat menambah nafsu
-porsi
makan
makan
29. dihabiskan
5
Tupan:setelah
a.pantau
sejauh
diberikan
askep kemampuan
klien
mana a.membantu
dapat melakukan ADL
beraktifitas
klien pelaksanaan interfensi
dengan b.imbangi
baik
dengan
istirahat
secara
yang energy
berangsur- melakukan
ringan
keluarga
sehingga
c.motifasi
askep c.motivasi
angsur
dapat
dapat
mengurangi kelemahan
setelah
diberikan
b.istirahat
aktifitas mengurangi
cukup
Tupen:
dalam
klien
menimbulkan
untuk dorongan bagi klien untuk
aktifitas dapat
melaksanakan
aktivitas ringan
dapatmelakukan
aktifitas sehari –hari d.libatkan keluarga dalam d.keluarga adalah orang
dengan criteria
pemberian bantuan ADL terdekat
yang
dapat
30. -klien
dapat pada klien
membantu klien dalam
melakukan
memebantu
aktifitasnya
kebutuhan
ADL
-klien tidak lemas
-PH terpenuhi
6
Tupan:setelah
a.bina hubungan saling a.hubungan saling percaya
diberikan
askep percaya antara pasien dan menurunkan
aansietas
dapat perawat
kecemasan
klien
teratasi
Tupen:
setelah b.bantu
diberikan
pasien
untuk b.mengungkapkan
askep mengungkap
ansietas
berangsur- kecemasanya
angsur
perasaan
berkurang sportif
dengan kriteria
c.berikan
-klien tidak gelisah
tentang
secara mengurangi kecemasan
c.penjelasan
tentang
penjelasan penyakit dan kesembuhan
penyakitnya dapat
-klien tidak bingung dengan kesembuhanya
dan tidak stres
dapat
mengurangi
kecemasan
d.berikan pujian jika klien d.berikan
pujian
dapat
dapat bekerja sama dalam memberikan motifasi dan
32. BAB III
PENUTUP
A.kesimpulan
Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material
purulent berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses
terinfeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small
abscesses) dinamakan “necrotising pneumonia”.
Abses besar atau abses kecil mempunyai manifestasi klinik berbeda namun
mempunyai predisposisi yang sama dan prinsip diferensial diagnosea sama pula.
Abses timbul karena aspirasi benda terinfeksi, penurunan mekanisme pertahanan
tubuh atau virulensi kuman yang tinggi.
33. Pada umumnya kasus Abses paru ini berhubungan dengan karies gigi, epilepsi
tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan alkohol. Pada negaranegara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan gangguan respons imun seperti
penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau komplikasi dari paska obstruksi. Pada
beberapa studi didapatkan bahwa kuman aerob maupupn anaerob dari koloni
oropharing yang sering menjadi penyebab abses paru.
B.saran
Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurangnya
referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun
khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca sangat kami
harapkan untuk kesempurnaan askep ini kedepannya.
34. DAFTAR PUSTAKA
1. Asher MI, Beadry PH ; 1990, Lung Abscess in infections of Respicatory tract
; Canada
2. Baughman, Diane C; 2000; Keperawatan Medikal-Bedah: Buku saku untuk
Brunner & Sudarth; Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
3. Capernito, Linda Juall; 1998; Diagnosa keperawatan: Aplikasi pada praktek
klinis; Edisi ke-6 Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
4. Doenges, Marilynn E; 1999; Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien; Edisi ke-3 Penerbit
buku kedokteran EGC, Jakarta
5. Finegold SM, Fishman JA; 1998; Empyema and lung Abcess; in Fishman’s
Pulmonary Diseases and Disorders 3rded; Philadelphia
6. Hammond JMJ et al; 1995, The Ethiology and Anti Microbial Susceptibility
Patterns of Microorganism in acute Commuity – Acquired Lung Abscess ;
Chest ;; 937 – 41.
7. Hood Alsagaff, Prof. dr; 2006; Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru; Airlangga
University Press, Surabaya
35. 8. Kardjito, Thomas; 1994; Pedoman Diagnosis Therapi; Lab/UPF Ilmu
Penyakit Paru RSUD dr. Sutomo, Surabaya
9. Sabiston; 1994; Buku ajar Bedah bag: 2; Penerbit buku kedokteran EGC,
Jakarta
10. Sjahriar Rasad; 2005; Radiologi Diagnostik; Edisi ke-2; Balai penerbit FKUI,
Jakarta
11. Smeltzer, Suzanne C; 2001; Buku ajar keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Sudarth; Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
36. DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.......................................................................................DAFTARISI..
..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang........................................................................................
B. Tujuan....................................................................................................
C. Metode.................................................................................................
BABII KONSEP PENYAKIT ABSES PARU
A.Pengertian....................................................................................
B.Etiologi.................................................................................................
C.ManifestasiKlinis....................................................................................
D.Patofisiologi.............................................................................................
E.Komplikasi...............................................................................................
F.PemeriksaanPenunjang...........................................................................
37. G.PenatalaksanaanMedis............................................................................
BAB III KONSEP ASKEP KLIEN DENGAN ABSES PARU
A.Pengkajian............................................................................................
B.DiagnosaKeperawatan.........................................................................
C.Intervensi.................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................
B.Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA