Dokumen tersebut membahas tentang malaria, sifilis, dan HIV/AIDS. Malaria disebabkan oleh parasit plasmodium dan menyebabkan demam, anemia, dan pembesaran limpa. Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum dan menyebabkan lesi kulit. HIV merusak sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan AIDS, yang ditandai dengan infeksi oportunistik.
1. MALARIA
A. PENGERTIAN
Malaria adalah penyakit akut dan dapat menjadi kronik yang disebabkan oleh protozoa
(genus plasmodium) yang hidup intra sel (Iskandar Zulkarnain, 1999).
Malaria adalah penyakit yang bersifat akut dan kronik disebabkan oleh protozoa ganas
plasmodium ditandai dengan demam, anemia, dan spelomegali (Mansjoer Arif, dkk, Kapita
Selekta Kedokteran Edisi III, 2001).
B. PATOFISIOLOGI
- Fase aseksual, dalam tubuh manusia.
Siklus dimulai ketika anopheles betina nenggigit manusia dan memasukkan sporozoid yang
terdapat pada air liurnya, kedalam darah manusia. Jasat yang langsing dan lincah ini dalam
waktu 30 menit sampai satu jam memasuki sel parenkim hati dak berkembang biak
membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoid. Proses ini disebut skitogani
eksoeritrosit karena parasit belum masul kedalam sel darah merah. Lama fase ini berbeda,
untuk tiap spesies plasmodium. Pada akhir fase skizon hati pecah, merozoid keluar, lalu
masuk dalam aliran darah (disebut sporulasi).
C. ETIOLOGI
Disebabakan oleh gigitan nyamuk anopheles yang mengandung plasmodium yang terdapat
dalam kelenjar ludah nyamuk anopheles
Disebabakan oleh parasit (protozoa)
Protozoa genus plasmodium merupakan penyebab dari malaria yang terdiri dari empat
spesies, yaitu :
1) Plasmodium falcifarum penyebab malaria tropika
2) Plasmodium ovale penyebab malaria ovale
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada anamnesa adanya riwayat bepergian ke daeah yang endemis malaria tanda dan
gejala yang dapat ditemukan adalah :
1. Demam
2. Splenomegali
3. Anemia
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan mikroskopis malaria
b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
c. Pemeriksaan imunoserologis
d. Pemeriksan Biomolekuler
F. PENATALAKSANAAN
Program pemberantasan malaria dikenal 3 cara pengobatan, yaitu :
1. Pengobatan presumtif dengan pemberian skizontisida dosis tunggal untuk mengurangi
gejala klinis malaria dan mencegah penyebaran
2. Pengobatan radikal diberikan untuk malaria yang menimbulkan relaps jangka panjang
3. Pengobatan massal digunakan pada setiap penduduk di daerah endemis malaria secara
teratur. Saat ini pengobatan massal hanya di berikan pada saat terjadi wabah.
2. SIFILIS
A. PENGERTIAN
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit
menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini
sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.
B. PATOFISIOLOGI
Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau
selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut berkembang biak, jaringan
bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel plasma,
terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi oleh
Treponema pallidum dan sel-sel radang. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan
perubahan hipertrofi endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans).
Pada pemeriksaan klinis tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai
kelenjar getah bening regional secara limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran
hematogen yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh reaksi jaringan
sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan karena
kuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan
akhirnya sembuh berupa sikatrik. S II juga mengalami regresi perlahan-lahan lalu
menghilang. Timbul stadium laten. Jika infeksi T.pallidum gagal diatasi oleh proses imunitas
tubuh, kuman akan berkembang biak lagi dan menimbulkan lesi rekuren. Lesi dapat timbul
berulang-ulang.
C. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah Treponema pallidum yang termasuk ordo spirochaetales,
familia spirochaetaceae, dan genus treponema. Bentuk spiral, panjang antara 6 – 15 µm,
lebar 0,15 µm. Gerakan rotasi dan maju seperti gerakan membuka botol. Berkembang biak
secara pembelahan melintang, pembelahan terjadi setiap 30 jam pada stadium aktif.
D. MANIFESTASI KLINIS
Sifilis Akuisita
1. Sifilis Dini
o Sifilis Primer (S I)
o Sifilis Sekunder (S II)
2. Sifilis Lanjut
E. PENATALAKSANAAN
Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif). Bagi yang alergi penisillin diberikan
tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau eritromisin 4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100 mg/hr. Lama
pengobatan 15 hari bagi S I & S II dan 30 hari untuk stadium laten. Eritromisin diberikan bagi
ibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari
tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.
Obat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4×500 mg/hr selama 15 hari,
Sefaloridin memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I dan S
II.
3. KANKER PAYUDARA
A. PENGERTIAN
Kanker payudara adalah kanker yang relatif sering dijumpai pada wanita di Amerika
Serikat dan merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia antara 45 sampai
64 tahun. ( Patofisiologi, 2001)
B. PATOFISIOLOGI
Menurut Sylvia A. Price (2006) penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan namun
terdapat beberapa faktor risiko yang telah ditetapkan, keduanya adalah lingkungan dan
genetik. Faktor-faktor yang berkaitan dengan peningkatan risiko kanker payudara adalah
tempat tinggal di negara berkembang bagian barat, keadaan sosioekonomi yang rendah,
ras, riwayat penyakit payudara proliferatif, awitan dini menarke, terlambatnya kelahiran anak
pertama, menopouse yang terlambat, keadaan nulipara, terapi hormon eksogen, terpajan
radiasi, dan faktor-faktor makanan (obesitas dan asupan alkohol yang tinggi).
C. ETIOLOGI
sampai saat penyebab dari kanker payudara belum diketahui
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri
maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit dan
terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan tegang,
retraksi putting, pembengkakan lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu
Tanggal 29-8-2005, Harianto, dkk)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Skan ( mis : MRI< CT, galium ) dan ultrasound.
2. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi),
3. Penanda tumor.
4. JDL dengan diferensial dan trombosit.
5. mammografi.
6.
F. PENATALAKSANAAN
1. Medis dengan pembedahan
2. keperawatan dengan keluarga pasien menerima pasien dengan keadaan stresnya.
4. G. PENGOBATAN
Kanker payudara yang tidak diobati mempunyai harapan hidup yang dapat diduga.
> 20% pada 5 tahun
> 55 pada 10 tahun.
1. Pengobatan lokal
-Mastektomi radikal yang dimodifikasi
- Bedah dengan menyelamatkan payudara
2. Terapi radiasi
3. rekonstruksi payudara
4. pengobatan sistematis
- kemoterapi
- terapi hormkonal
- transplatansi sumsum tulang.
5. KISTA
Definisi
Kista adalah suatu jenis tumor, emyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya
memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda
seperti bubur (Dewa, 2000)
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau
bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998).
Fisiologis
Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal normal saja. Sasuai suklus
menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti
kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 5 cm, dapat dideteksi dengan
menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat
fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan,
tetapi perlu diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak.
Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena dia masih
mengalami menstruasi. Bila seseorang diperiksa ada kista, jangan takut dulu, karena
mungkin kstanya bersifat fisiologis. Biasanya kista fisiologis tidak menimbuklkan nyeri pada
saat haid.
Kista Patologis (Kanker Ovarium)
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan
penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi
karena penyakit ini pada awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan
apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien dating pada stadium lanjut,
penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia
belum diketahui dengan pasti.
Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi relative cepat, yang kadang tidak disadari si
penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala seperti penyakit umumnya. Itu
sebabnya diagnosa aalnya agak sulit dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak
membuncit serta bagian bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat
ukuranya sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan
pengangkatan melalui proses laparoskopi, sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan di
bagian perut penderita. Setelah di angkat pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah kista itu akan muncul kembali atau tidak.
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang bersifat jinak dan ganas.
Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini
dapat berubah menjadi ganas. Sayangnya sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti
penyebab perubahan sifat tersebut.
Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal dan
tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista abnormal
memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas
Etiologi
Factor yang menyebabkan gajala kista meliputi;
Gaya hidup tidak sehat.
Diantaranya;
Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
Zat tambahan pada makanan
Kurang olah raga
Merokok dan konsumsi alcohol
Terpapar denga polusi dan agen infeksius
Sering stress
Tanda Dan Gejala
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan gejala dalam waktu yang
lama. Gejala umumnya sangat berfariasi dan tidak spesifik.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa;
Gangguan haid
Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut.
Nyeri saat bersenggama.
PENATALAKSANAAN
Penderita kanker ovarium stadium dini dapat ditangani dengan operasi yang kemudian
dilanjutkan dengan terapi. Bila kanker ovarium telah memasuki stadium lanjut baru di
lakukan kemoterapi atau radiasi
6. HIV AIDS
A. PENGERTIAN
Human Immunodeficiency Virus (HIV) Merupakan virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh manusia yang tiidak dapat hidup di luar tubuh manusia. Kerusakan sistem kekebalan
tubuh ini akan menimbulkan kerentanan terhadap infeksi penyakit
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah :
Sekumpulan gejala, infeksi dan kondisi yang diakibatkan infeksi HIV pada tubuh. Muncul
akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia sehingga infeksi dan penyakit mudah
menyerang tubuh dan dapat menyebabkan kematian. Infeksi oportunistik adalah infeksi
yang muncul akibat lemahnya system pertahanan tubuh yang telah terinfeksi HIV atau oleh
sebab lain.
Pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya masih baik infeksi ini mungkin tidak
berbahaya, namun pada orang yang kekebalan tubuhnya lemah (HIV/AIDS) bisa
menyebabkan kematian.
AIDS dapat didefinisikan melalui munculnya IO yang umum ditemui pada ODHA:
1.Kandidiasis: infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, vagina.
2.Virus sitomegalia (CMV): menimbulkan penyakit mata yang dapat menyebabkan kematian.
3.Herpes pada mulut atau alat kelamin.
4.Mycobacterium avium complex (MAC): infeksi bakteri yang menyebabkan demam
kambuhan.
5.Pneumonia pneumocystis (PCP): infeksi jamur yang dapat menyebabkan radang paru.
6.Toksoplasmosis: infeksi protozoa otak.
7.Tuberkolosis (TB) Perjalanan penyakit HIV/AIDS : periode jendela (3-6 bulan) ? HIV + (3-
10 tahun)? AIDS + (1-2 tahun). Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat sepanjang
hidupnya apabila ia menjaga kesehatan tubuhnya: makan teratur, berolahraga dan tidur
secara seimbang. Gaya hidup sehat akan tetap melindungi kebugaran orang dengan HIV
dan ia akan tetap produktif dalam berkarya.
Bila telah muncul tanda-tanda penyakit infeksi dan tidak kunjung sembuh atau berulang,
artinya daya tahan tubuh menjadi buruk, sistim kekebalan tubuh berkurang, maka
berkembanglah AIDS.
B. PATOFISIOLOGI
Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi dari benda asing,
misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari binatang maupun manusia
lain. Mekanisme ini disebut sebagai tanggap kebal (immune response) yang terdiri dari 2
proses yang kompleks yaitu :
Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV) mempunyai cara
tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan tubuh. “ber-aksi” bahkan
kemudian dilumpuhkan.
7. C. ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang
nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang
dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap
limfosit T. Virus ini ditransmisikan melalui kontak intim (seksual), darah atau produk darah
yang terinfeksi.
D. MANIFESTASI KLINIS
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Tes untuk diagnosa infeksi HIV : a.ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan
western blot) b.Western blot (positif) c.P24 antigen test (positif untuk protein virus yang
bebas) d.Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut mendeteksi enzim
reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat).
2.Tes untuk deteksi gangguan system imun.
F. PENATALAKSANAAN
1.Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan
pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis.
2.Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. Sekarang, AZT tersedia
untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4
> 500 mm3.