SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 61
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA
BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.

Kajian Pustaka
1. Motivasi Belajar
a.

Hakikat Motivasi

Motivasi berpangkal dari kata motif, yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Fathurrohman dan Sutikno, 2007: 19).
Motivasi diistilahkan sebagai ungkapan tingkah laku yang giat dan diarahkan
untuk mencapai suatu tujuan. Sukadi (2007: 37) mengungkapkan bahwa
motivasi adalah keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Sejalan
pendapat di atas Sutikno (2007: 137) mengemukakan motivasi adalah sesuatu
yang mendorong seseorang untuk bergerak, baik disadari maupun tidak
disadari. Lebih lanjut Sutikno (2007: 138) menyatakan bahwa ada tiga
komponen utama dalam motivasi, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3)
tujuan.
11

Motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan
mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Ada banyak jenis, intensitas,
tujuan, dan arah motivasi yang berbeda-beda. Motivasi untuk belajar sangat
berperan penting bagi siswa dan guru (Slavin, 2009: 144). Dalam teori pembelajaran
perilaku oleh Skinner 1930-an

yang dikenal dengan teori belajar Stimulus –

Respons menjelaskan bahwa motivasi adalah mepukan konsekuensi dari
pemberian penguatan (Hergenhahn, & Matthew., 2009: 107) . Namun, nilai

tindakan penguatan bergantung pada banyak faktor, dan kekuatan motivasi
mungkin saja berbeda untuk siswa yang berbeda. Dalam teori kebutuhan manusia
Maslow, yang didasarkan pada hierarki kebutuhan, orang harus memuaskan
kebutuhan tingkat yang lebih rendah (kekurangan) mereka sebelum mereka nanti
termotivasi untuk mencoba memuaskan kebutuhan tingkat yang lebih tinggi
(pertumbuhan) mereka. Konsep Maslow tentang kebutuhan aktualisasi diri, yaitu
kebutuhan tertinggi, didetinisikan sebagai keinginan untuk menjadi apa saja yang
sanggup dicapai seseorang.

Teori atribusi berupaya memahami penjelasan orang tentang keberhasilan
atau kegagalan mereka. Asumsi intinya ialah bahwa orang akan mencoba
mempertahankan citra diri yang positif; sehingga ketika terjadi hal-hal yang
baik, orang menghubungkannya dengan kemampuan mereka sendiri,
sedangkan mereka cenderung menghubungkan peristiwa yang negatif dengan
faktor di luar kendali mereka. Lokasi kendali dapat bersifat internal
12

(keberhasilan atau kegagalan terjadi karena upaya atau kemampuan pribadi)
atau eksternal (keberhasilan atau kegagalan terjadi karena keberuntungan atau
kesulitan tugas). Siswa yang merupakan pelajar yang mandiri tampil lebih baik
daripada siswa yang termotivasi secara eksternal. Pelajar yang mandiri dengan
sadar merencanakan dan memantau pembelajaran mereka dan dengan
demikian, mengingat lebih banyak. Teori pcngharapan berpendapat bahwa
motivasi seseorang untuk mencapai sesuatu bergantung pada produk perkiraan
orang itu tentang peluang kcberhasilannya dan nilai yang diaberikan pada
keberhasilan. Motivasi seharusnya berada pada tingkat maksimum pada tingkat
probabilitas keberhasilan sedang. Implikasi motivasi dalam pendidikan adalah
bahwa tugas pembelajaran seharusnya tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sulit.
Menurut Hamalik (2008: 173) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi terdiri dari dua macam,
yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal adalah
motivasi yang datang dari dalam diri individu, sedangkan motivasi eksternal
adalah motivasi yang timbul akibat adanya dorongan dari luar individu
(Sukadi, 2007: 37).
13

Motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan
mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Ada banyak jenis, intensitas,
tujuan, dan arah motivasi yang berbeda-beda. Motivasi untuk belajar sangat
berperan penting bagi siswa dan guru (Slavin, 2006: 144). Dalam teori
pembelajaran perilaku oleh Skinner (1953) bahwa motivasi adalah
konsekuensi dari penguatan. Nilai tindakan penguatan tergantung pada banyak
faktor, dan kekuatan motivasi dapat berbeda bentuknya untuk siswa yang
berbeda (Smith, 2009: 77).
Teori motivasi yang paling populer adalah teori hierarki kebutuhan manusia
yang dikemukakan oleh Maslow (1954). Teori tersebut menyatakan bahwa orang harus
memuaskan kebutuhan tingkat yang lebih rendah tingkatannya sebelum mereka
termotivasi untuk mencoba memuaskan kebutuhan tingkat yang lebih tinggi
(pertumbuhan). Dalam teori Maslow tentang kebutuhan manusia, dijelaskan bahwa
aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi yang didefinisikan sebagai keinginan
manusia untuk menjadi apa saja yang sanggup dicapai oleh seseorang (Maslow, 1970:
35 dan 46).

Selanjutnya Maslow (2004: 2-3) mengembangkan teori hirarki
kebutuhan menjadi sembilan jenis kebutuhan yang membuat orang tersebut
termotivasi untuk selalu memenuhinya. Kesembilan jenjang kebutuhan
tersebut ialah (1) kebutuhan fisologis yang meliputi makanan, minuman,
perlindungan (pakaian dan perumahan), seks dan kebutuhan ragawi lainnya;
14

(2) kebutuhan keamanan yang meliputi kebutuhan kebutuhan keselamatan,
ketertiban, dan bebas dari rasa takut dan ancaman; (3) kebutuhan sosial yang
meliputi kasih sayang, rasa dimiliki dan memiliki, diterima baik dan
persahabatan; (4) kebutuhan cinta adalah kebutuhan untuk dicintai dan
mencintai baik di dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sosial,
(5) kebutuhan menghargai diri sendir yang meliputi faktor rasa hormat internal
seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; (6) kebutuhan untuk berekspresi yaitu
kebutuhan untuk mengekspresikan kemampuan, (7) kebutuhan intelektual
adalah kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan, (8) kebutuhan spritual
adalah kebutuhan yang menyakut hubungan manusia dengan Tuhan yang
Maha Kuasa, dan (9) kebutuhan aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk
berkembang sebagai wujud aktualisasi diri dengan menyadari potensi yang
dimiliki (Maslow, 2004: 3-4).
Kesembilan macam jenjang kebutuhan di atas dapat kita bagi menjadi
dua order yaitu order tingkat rendah yaitu kebutuhan yang dapat dipenuhi
secara eksternal yaitu kebutuhan makanan dan kebutuhan keamanan dan order
tingkat tinggi yaitu kebutuhan yang dapat dipenuhi secara internal seperti
kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Teori

atribusi

berupaya

memahami

penjelasan

orang

tentang

keberhasilan atau kegagalan mereka. Asumsi intinya ialah bahwa orang akan
15

mencoba mempertahankan citra diri yang positif; sehingga ketika terjadi halhal yang baik, orang menghubungkannya dengan kemampuan mereka sendiri,
sedangkan mereka cenderung menghubungkan peristiwa yang negatif dengan
faktor di luar kendali mereka. Lokasi kendali dapat bersifat internal
(keberhasilan atau kegagalan terjadi karena upaya atau kemampuan pribadi)
atau eksternal (keberhasilan atau kegagalan terjadi karena keberuntungan atau
kesulitan tugas). Siswa yang belajar karena termotivasi secara internal akan tampil
lebih baik daripada siswa yang belajar karena termotivasi secara eksternal. Pelajar
yang mandiri dengan sadar merencanakan dan memantau pembelajaran mereka dan
dengan demikian, mengingat lebih banyak (Slavin, 2009: 144).

Teori pengharapan berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk mencapai
sesuatu bergantung pada produk perkiraan orang itu tentang peluang kcberhasilannya
dan nilai yang diaberikan pada keberhasilan. Motivasi seharusnya berada pada tingkat
maksimum pada tingkat probabilitas keberhasilan sedang. Implikasi motivasi dalam
pendidikan adalah bahwa tugas pembelajaran seharusnya tidak terlalu mudah atau
tidak terlalu sulit (Handoko, 2003: 263). Motivasi berhubungan dengan: (a) arah perilaku; (b)
kekuatan respons (yakni usaha) setelah belajar siswa memilih mengikuti tindakan tertentu, dan; (c) ketahanan
perilaku, atau seberapa lama seseorang itu terus menerus berperilaku menurut cara tertentu (Yamin, 2006: 154).

b.

Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal yang terjadi pada diri siswa

yang sedang belajar. Beberapa indikator motivasi belajar bagi siswa menurut Uno (2007: 23)
adalah (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam
16

belajar; (c) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (d) adanya penghargaan dalam belajar;
(e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (f) adanya dukungan fasilitas belajar
yang memadai sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan efektif dan
efisien.

Dalam proses

pembelajaran motivasi berhubungan dengan kebutuhan untuk

belajar. Teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan
respon, sedangkan apabila dikaji menggunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi
dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap aspek
perilaku.

Terdapat beberapa peran motivasi yang penting dalam pembelajaran.
Menurut Iskandar (2009: 1982), beberapa peran motivasi diantaranya adalah:
1. Peran motivasi dalam penguatan belajar. Peran motivasi dalam hal ini

dihadapkan pada suatu kasus yang memerlukan pemecahan masalah.
Misalnya seorang siswa yang kesulitan dalam menjawab soal matematika
akhirnya dapat memecahkan soal matematika dengan bantuan rumus
matematika.
2. Usaha untuk memberi bantuan dengan rumus matematika dapat

menimbulkan penguatan belajar. Motivasi ini dapat menentukan hal-hal
apa yang di lingkungan siswa yang dapat memperkuat perbuatan belajar.
Untuk itu seorang guru perlu memahami suasana lingkungan belajar siswa
sebagai bahan penguat belajar.
17

3. Peran Motivasi dalam memperjelas Tujuan Belajar. Peran ini berkaitan
dengan kemaknaan belajar yaitu siswa akan tertarik untuk belajar jika
yang dipelajarinya sedikitnya sudah bisa diketahui manfaatnya bagi siswa .
4.

Peran

Motivasi

menentukan

Ketekunan

dalam

Belajar.

Seseorang

yang

telah

termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajari sesuatu dengan baik
dan tekun, dan berharap memperoleh hasil yang baik.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sardiman (2006: 84) kegiatan
belajar sangat memerlukan motivasi. Motivation is an assential condtion of
learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat
motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran yang
dipelajarinya. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha
belajar bagi para siswa (peserta didik).
Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kagiatan
siswaan, tidak ada kegiatan pemebelajaran tanpa motivasi, oleh karena itu
motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam mencapai tujuan atau hasil
dari pemebelajaran. Menurut Iskandar (2009: 192-193) bahwa peranan
motivasi dalam pemebelajaran adalah:
1) Peran motivasi sebagai motor penggerak atau pendorong Kegiatan

Siswaan. Motivasi dalam hal ini berperan sebagai motor penggerak utama
bagi siswa untuk belajar, baik berasal dari dalam dirinya (internal)
maupun dari luar diri (eksternal) untuk melakukan proses pemebelajaran.
18

2) Peran motivasi memperjelaskan tujuan siswaan. Motivasi bertalian

dengan suatu tujuan, tanpa ada tujuan maka tidak akan ada motivasi
seseorang. Oleh sebab itu, motivasi sangat berperan penting dalam
mencapai hasil pemebelajaran siswa (peserta didik) menjadi optimal.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan bagi
siswa (peserta didik) yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuan tersebut.
3) Peran motivasi menyeleksi arah perbuatan. Di sini motivasi dapat

berperan menyeleksi arah perbuatan bagi siswa (peserta didik) apa yang
haras dikerjakan guna mencapai tujuan. Contoh: Untuk menghadapi ujian
siswa (peserta didik) supaya lulus dan mendapat hasil yang baik, maka
siswa (pesertas didik) harus mempu menyisihkan waktu yang optimal
untuk

kegiatan belajar dan tidak menyia-nyiakan waktu untuk

menontonTV, mebaca novel, bermain, karena tidak sesuai dengan tujuan.
4) Peran motivasi internal dan eksternal dalam pemebelajaran. Dalam

kegiatan siswaan, motivasi internal biasanya muncul dari dalam diri siswa
(peserta didik) sedangkan motivasi eksternal siswa dalam pemebelajaran
umumnya di dapat dari guru (pendidik). Jadi dua motivasi ini harus
disinergikan dalam kegiatan pemebelajaran, apabila siswa (peserta didik)
ingin meraih hasil yang baik.
19

5) Peranmotivasimenentukanketekunandalampemebelajaran. Seorang siswa

(peserta didik) yang telah termotivasi untuk belajar, tentu dia akan
berusaha seoptimal mungkin untuk belajar dengan tekun. Dengan harapan
mendapat hasil yang baik dan lulus.
Peran motivasi melahirkan prestasi. Motivasi sangat berperan dalam
pemebelajaran siswa (peserta didik) dalam meraih prestasi belajar. Tinggi
rendahnya prestasi seseorang siswa (peserta didik) selalu dihubungkan tinggi
rendahnya motivasi pemebelajar seseorang siswa tersebut. Dalam proses
pembelajaran,

peran motivasi motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan

bakar yang dapat menggerakkan mesin. Motivasi yang baik dan memadai dapat mendorong
siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar di kelas.
Guru memiliki peranan penting dalam menumbuhkan motivasi belajar peserta
didiknya melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengalaman dan
kemampuan guru kepada siswa secara individual. Selain guru orang tua juga sangat
berperan aktif dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa di rumahnya.

Menurut Djamarah (2002: 114) bahwa dalam proses belajar motivasi
sangat diperlukan. Indikator seseorang yang memiliki motivasi belajar adalah:
(a) tekun dalam belajar, (b) ulet menghadapi kesulitan, (c) perhatian dalam
belajar, (d) berprestasi dalam belajar, dan (e) mandiri dalam belajar.
Slavin (2009: 106) mengemukakan bahwa konsep motivasi berkaitan erat
dengan prinsip bahwa perilaku yang telah diperkuat pada masa lalu
mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk diulangi dibanding perilaku
20

yang belum diperkuat atau bahkan telah diberikan hukuman. Sejalan pendapat
di atas Fathurrohman dan Sutikno (2007: 18) menyatakan bahwa siswa yang
memiliki motivasi belajar adalah siswa yang tekun dalam belajar, memiliki
perhatian dalam belajar, ulet menghadapi kesulitan, berprestasi dalam belajar,
dan mandiri dalam belajar.
Motivasi belajar mempunyai peranan penting dalam me mberi

rangsangan,

semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi
mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan proses belajar (Iskandar, 2009: 191).

Motivasi dan pembelajaran adalah dua hal yang saling mempengaruhi.
pembelajaran adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku melalui latihan dan
pengalaman sehingga menjadi lebih baik sebagai hasil dari penguatan yang
dilandasi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan salah satu determinan
penting dalam proses pembelajaran, seseoarang siswa yang tidak mempunyai
motivasi untuk belajar, maka tidak akan mungkin aktivitas belajar terlaksana
dengan baik, sedang bagi guru apabila tidak mempunyai motivasi untuk
mengajakan ilmunya kepada siswa juga tidak akan ada proses pembelajaran
(Iskandar, 2009: 180-181).
Motivasi belajar bisa timbul karena faktor instrinsik atau faktor dari
dalam diri manusia yang disebabkan oleh dorongan atan keinginan akan
kebutuhan belajar, harapan, dan cita-cita (Slavin, 2009: 115). Faktor ekstrinsik
21

juga mempengaruhi motivasi belajar. Faktor ekstrinsik berupa adanya
penghargaan, dan lingkungan belajar yang menyenangkan.
Guru memiliki peranan penting dalam menumbuhkan motivasi belajar peserta didiknya
melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengalaman dan kemampuan guru
kepada siswa secara individual. Selain guru orang tua juga sangat berperan aktif dalam
menumbuhkan motivasi belajar siswa di rumahnya (Slavin, 2009: 145).

Salah satu tugas pokok yang melekat pada diri seseorang guru adalah
sebagai motivator bagi siswa agar memilki semangat dan kemauan untuk lebih
giat dalam belajar. Sosok seorang guru di depan kelas adalah sebagai
motivator siswa agar memiliki semangat dan kemauan untuk belajar yang lebih
aktif, kreatif, dan inovatif. Selama kegiatan belajar di kelas, fak tor

motivasi

memegang peranan yang besar untuk menjaga kelangsungan pembelajaran siswa di kelas
dalam tingkat kesungguhan dan ketekunan belajar yang tinggi di kelas.
Ada dua motivasi yang dapat timbul pada diri siswa yaitu; motivasi yang tumbuh dari
kesadaran pribadi untuk melakukan sesuatu yang didorong oleh keinginan, cita-cita,
harapan, dan adapula motivasi yang muncul dari luar diri siswa (motivasi eksternal). Tugas
seorang guru sebagai motivator untuk mendorong, menggerakkan supaya siswa melakukan
atau tidak melakukan sesuatu untuk tercapainya tujuan pembelajaran di kelas.

Hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam membangkitkan motivasi
siswa belajar di kelas menurut (Iskandar, 2009: 190-191) adalah: (1)
Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa. Pada awal pembelajaran
seharusnya guru terlebih dahulu menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran
yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar
22

motivasi siswa dalam belajar, (2) Hadiah (Reward). Berikan hadiah untuk
siswa yang berprestasi. Pemberian hadia untuk siswa yang berprestasi akan
memacu semangat mereka untuk belajar lebih giat. Pemberian hadia untuk
siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang
berprestasi, (3) Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di
antara

siswanya

untuk

meningkatkan

prestasi

belajarnya,

berusaha

memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya, (4) Pujian. Sudah
sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian.
Tentunya pujian yang bersifat membangun, (5) Hukuman. Hukuman diberikan
kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses pembelajaran. Hukuman ini
diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha
memacu motivasi belajarnya, (6) Membangkitkan dorongan kepada siswa
untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke
siswa, (7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik, (8) Membantu kesulitan
belajar siswa secara individual maupun kelompok, (9) Menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi, dan (10) Menggunakan media yang baik dan
sesuai dengan tujuan belajar
Menurut Reid (2007: 20) ada beberapa hal membuat siswa termotivasi
dalam belajar yaitu: (1) karena tugas, (2) karena penghargaan, (3) pengaruh
23

kelompok teman sebaya, (4) karena umpan balik, (5) karena pencapaian
prestasi, (6) karena lingkungan, dan (7) karena sekolah.
Dengan demikian maka yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini
adalah dorongan internal yang terjadi pada diri seorang siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, yang ditunjukkan oleh beberapa indikator motivasi
belajar siswa yaitu; (a)

ada keinginan untuk berhasil, (b) tekun dalam belajar, (c)

ulet menghadapi kesulitan belajar, (d) perhatian dalam belajar, (e) berpretsai
dalam belajar, dan (f) mandiri dalam belajar.

2.

Hakikat Lingkungan Belajar
Menurut Rohani (2004: 19) lingkungan belajar didefinisikan sebagai

segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran itu sendiri yang dapat
difungsikan sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar. Yang dimaksud
dengan lingkungan belajar siswa dalam penelitian ini adalah lingkungan
belajar siswa di rumah atau tempat tinggal siswa dan lingkungan belajar siswa
di sekolah. Ahiri (2008: 122) mengemukakan bahwa lingkungan adalah
kondisi yang diciptakan oleh pola hubungan antara pribadi dalam lingkungan
tersebut. Sedangkan Hodgetts dan Kuratko dalam Ahiri (2008: 122)
mengemukakan bahwa sulit untuk mendefinisikan secara jelas istilah
lingkungan. Hal ini disebabkan terlalu banyak unsur-unsur dalam kondisi yang
mempengaruhi lingkungan. Namun demikian, ada empat unsur utama yang
24

berperan dalam pembentukan kondisi lingkungan, yaitu: (1) pengambilan
keputusan praktis oleh pimpinan, (2) arus komunikasi antara pribadi, (3)
motivasi berprestasi, dan (4) perhatian terhadap tugas.
Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki
makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu” (Hamalik, 2002: 195).
Sementra itu menurut Rohani (2004: 19) lingkungan belajar didefinisikan
sebagai ”segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran itu sendiri yang
dapat difungsikan sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar”. Hal ini
mempunyai arti bahwa lingkungan sebagai komponen pembelajaran faktor
kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor
yang berperan penting dalam belajar seorang siswa.
Hamalik (2002: 28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
Sementara itu inti dari belajar adalah pengalaman dan pengalaman ini
diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
sosial. Dengan demikian, berdasarkan definisi di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di
luar diri siswa yang dapat mendukungnya dalam proses belajar.
Menurut Hamalik (2002: 195) lingkungan adalah sesuatu yang ada di
alam sekitar yang memiliki makna atau pengruh tertentu kepada individu.
25

Proses pendidikan selalu berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan
tersebut mencakup lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik
terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan
tempat pendidikan dan sekaligus merupakan pengdukung bagi berlangsungnya
proses pendidikan. Sedangkan lingkungan sosial merupakan lingkungan
pergaulan antar manusia, pergaulan antar pendidik serta orang lain yang
terlibat dalam interaksi pendidikan.
Lingkungan sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang
mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang
penting. Selanjutnya Hamalik (2002: 196) menjelaskan bahwa lingkungan
yang mendukung proses belajar dikategorikan ke dalam empat kategori yaitu:
(1) lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar
maupun kelompok kecil, (2) lingkungan personal adalah lingkungan individu
sebagai pribadi yang berpengaruh terhadap pribadi atau individu lain, (3)
lingkungan alam (fisik) adalah semua sumber daya alam yang dapat
diberdayakan sebagai sumber belajar, dan (4) lingkungan kultural yang
merupakan hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar
dan dapat menjadi faktor npendukung pembelajarans, dalam hal ini termasuk
sistem nilai, norma, dan adat kebiasaanl.
26

Bloom dalam Tarmidi (2006: 2) mendefinisikan lingkungan dengan
kondisi, pengaruh dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik,
sosial, dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Faktor lingkungan
dapat dikelompokan atas lingkungan alami atau lingkungan fisik, dan
lingkungan sosial. Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada keadaan udara
yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara
yang panas dan pengap (Depdiknas, 2003: 73).
Lingkungan sosial, yang berwujud manusia dan representasinya
berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar. Seseorang yang
sedang belajar memecahkan soal akan terganggu bila ada orang lain yang
mundar-mandir di dekatnya atau keluar masuk kamarnya, atau bercakap-cakap
didekat tempat belajarnya. Representase manusia seperti potret, tulisan,
rekaman suara juga berpengaruh. Lingkungan sosial yang lain seperti suara
mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, juga berpengaruh terhadap proses belajar.
Inilah antara lain alasannya mengapa gedung sekolah didirikan di tempat yang
jauh dari pabrik atau tempat kerja dan jauh dari keributan lalu lintas
Menurut Suparno (2005: 33) Belajar akan berlangsung secara efektif
dalam situasi kelas yang kondusif, artinya kelas, ruangan tempat pembelajaran
berlansung harus bersih, nyaman, tenang, serta penuh dengan rasa saling
27

mempercayai, sehingga menimbulkan rasa anam bagi yang belajar. Dalam
kondisi belajar seperti itu, siswa akan tertantang untuk bertanya dan
mengerjakan tugas, mengungkapkan pendapat atau mengajukan pendapat, serta
menanggapi persalahan karena mereka merasa aman dan nyaman, tidak takut
berbuat salah.
Slavin (2009: 154) mengemukakan bahwa strategi untuk menyediakan
lingkungan pembelajaran yang efektif tidak hanya meliputi mencegah dan
menanggapi perilaku yang buruk tetapi juga menyangkut penggunaan waktu di
kelas secara baik, menciptakan atmosfer yang kondusif bagi minat belajar, dan
membolehkan siswa melakukan kegiatan belajar yang melibatkan pikiran dan
imajinasi. Selanjutnya Slavin (2009: 154) menjelaskan bahwa manajemen
ruang kelas adalah metode yang digunakan untuk mengorganisasi kegiatan
belajar di kelas, pengajaran, struktur fisik, dan menggunakan waktu dengan
efektif, menciptakan lingkungan pembelajaran yang bahagia dan produktif, dan
meminimalkan masalah perilaku dan gangguan lain. Sedangkan disiplin adalah
metode yang digunakan untuk mencegah masalah perilaku terjadi atau
menanggapi masalah perilaku dengan maksud mengurangi kejadianya pada
masa yang akan datang.
Menurut Sukmadinata (2004: 5) bahwa proses pendidikan selalu
berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini mencakup lingkungan
28

fisik, sosial, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas
lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia yang merupakan tempat dan
sekaligus memberikan dukungan bagi berlangsungnya proses pendidikan.
Lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan
antar pendidik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi
pendidikan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan
corak pergaulan antara orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik
pihak peserta didik maupun guru dan pihak lainnya. Lebih lanjut dikatakan
bahwa tiap orang memiliki karakteristik pribadi masing-masing, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota kelompok. Karakteristik ini meliputi
karakteristik seperti tinggi dan besar badan, nada suara, roman muka, gerakgerik, dan lain-lain. Sedangkan karakteristik psikis seperti sifat sabar, pemarah
(temperamen), sifat jujur, setia (watak), kemampuan intelektual, seperti jenius,
cerdas, bodoh, serta kemampuan psikomotor seperti cekatan dan terampil.
Proses pembelajaran siswa memerlukan sesuatu lingkungan yang
memungkinkan siswa berkomunikasi, baik dengan guru, dengan temannya
maupun dengan lingkungannya. Sardiman (2006: 147) mengemukakan bahwa
untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, selain dipengaruhi oleh
komponen-komponen pokok seperti materi, metode yang diterapkan, media
29

yang dipergunakan dan lain-lain, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya
yaitu soal hubungan antara guru dengan siswa.
Kelas bukan sekedar ruangan tempat berkumpul siswa-siswa untuk
mempelajari sesuatu dari gurunya, tetapi kelas merupakan lingkungan
masyarakat kecil yang mencerminkan keadaan masyarakat luas di luar sekolah.
Di dalam kelas pada saat yang sama berkumpul sejumlah anak yang memiliki
latar belakang yang berbeda-beda, serta perbedaan individu seperti fisik,
kematangan psikologis dan emosional, bakat dan intelegensi, kecepatan
belajar, sikap pada diri sendiri, sikap kepada orang lain, dan jenis kelamin.
Oleh karena itu dengan keberagaman komponen-komponen yang ada di dalam
kelas, maka akan memungkinkan terjadinya kegaduhan, konflik atau
pertentangan yang berarti memerlukan tindakan pengelola kelas yang kondusif.
Dimensi mengelola kelas menurut Sardiman (2006: 169) meliputi tiga
ranah, yaitu: (a) menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya
proses pembelajaran, (b) mengatur tata ruang kelas yang memadai, (c)
menciptakan iklim belajar yang serasi. Sedangkan menurut Mulyasa (2005: 16)
bahwa lingkungan belajar yang kondusif antara lain dapat berkembang melalui
berbagai layanan dan kegiatan meliputi (a) memberikan pilihan bagi peserta
didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran,
(b) memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang kurang berhasil
30

atau berhasil rendah, (c) mengembangkan organisasi kelas yang efektif,
menarik, aman dan nyaman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik
secara optimal, (d) menciptakan kerja sama dan saling menghargai, baik antara
peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola
pembelajaran lainnya, (e) melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan
belajar dan pembelajaran, (f) mengembangkan proses pembelajaran sebagai
tanggung jawab bersama antara peserta didik dengan guru, sehingga guru lebih
banyak bertindak sebagai sumber belajar, dan (g) mengembangkan sistem
evaluasi dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri sendiri (self
evaluation).
Lingkungan belajar pada hakekatnya adalah melakukan pengelolaan
lingkungan belajar. Menurut Rianto (2007: 1) bahwa pengelolaan kelas
merupakan upaya guru untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar,
serta mengendalikannya bia terjadi ganguan dan penyimpangan sehingga
proses belajar dapat berlansung optimal.
Menurut Walgito (2004: 155) apabila kita berbicara tentang lingkungan
belajar, maka kita akan membahas masalah yang berhubungan dengan tempat,
alat-alat untuk belajar, suasana, waktu, dan pergaulan. Untuk lebih jelasnya,
secara lebih terperinci hal-hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tempat
31

Tempat belajar yang baik merupakan tempat yang tersendiri, yang tenang,
mempunyai warna dinding yang tidak menyolok dan di dalam ruangan
tidak terdapat hal-hal yang dapat mengganggu perhatian. Disamping itu
juga perlu diperhatikan mengenai suhu, penerangan dan ventilasi udara
dengan baik.
2. Alat-alat untuk belajar
Dalam proses belajar dan mengajar, peralatan dan perlengkapan belajar
merupakan

komponen

penting

yang

turut

menentukan

kualitas

pembelajaran. Proses belajar dan mengajar tidak akan dapat berjalan
dengan baik tanpa adanya dukungan dari perlatan yang memadai. Dalam
proses belajar dan mengajar, semakin lengkap peralatan yang ada, maka
PBM akan dapat berjalan dengan lebih baik.
3. Suasana
Suasana belajar disini adalah berbagai elemen atau aspek dalam lingkungan
yang ada dalam proses belajar siswa. Suasana disini berkaitan dengan hal
atau peristiwa yang sering terjadi di sekitar siswa dalam aktivitas
belajarnya. Suasana belajar merupakan salah satu aspek yang dapat
mendukung proses belajar siswa.
32

Dengan melihat begitu pentingnya aspek suasana belajar dalam proses
belajar siswa, maka perlu diciptakan suasana yang tenang, tenteram dan
damai yang dapat mendukung proses belajar siswa baik di sekolah maupun
di sekitar tempat tinggalnya.
4. Waktu.
Dalam masalah penetapan waktu belajar, hendaknya dapat diperhatikan
dengan sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar di
sekolah sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari. Hal ini dimaksudkan
bahwa diwaktu pagi hari kondisi siswa masih dalam keadaan segar.
Masalah waktu belajar yang sering dihadapi oleh siswa adalah waktu yang
ada untuk belajar tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu
sorang siswa harus dapat mengatur waktu belajarnya sendiri dengan
cermat. Dalam pengaturan waktu belajar, seorang harus dapat mencari dan
membagi waktu yang ada dengan adil antara waktu untuk belajar, bermain,
aktivitas lain-lain dan juga waktu istirahat.
5. Pergaulan.
Pergaulan anak, dalam hal ini adalah dengan siapa anak itu bermain akan
berpengaruh terhadap belajar anak. Apabila anak dalam bergaul memilih
dengan teman yang baik, maka akan berpengaruh baik terhadap diri anak,
33

dan sebaliknya apabila anak bergaul dengan teman yang kurang baik, maka
akan membawa pengaruh yang tidak baik pada diri anak.
Saroni (2006: 82-84) mengemukakan bahwa lingkungan belajar adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses belajar berlansung.
Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Kedua
lingkungan ini dalam proses belajar harus saling mendukung sehingga siswa
merasah betah di sekolah dan mau mengikuti proses belajar sadar, bukan
karena tekanan ataupun keterpaksaan.
Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang ada di sekitar siswa, baik itu di
kelas, di sekolah atau di luar sekolah yang dapat dioptimalkan pengelolaannya
agar interkasi pembelajaran lebih efektif dan efisien. Lingkungan sosial
berhubungan dengan pola interaksi antar personal yang ada lingkungan
sekolah. Lingkungan sosial ini berfungsi untuk menciptkan suasana belajar
yang aman, nyaman, dan kondusif. Suasana kelas yang kondusif dapat
mendukung berkembangnya pemikiran siswa.
Menurut Mariana (2005: 13) lingkungan belajar dapat merefleksikan
ekspektasi yang tinggi untuk kesuksesan seluruh siswa. Lingkungan tersebut
mencakup ruangan fisik tempat berlansungnya belajar, lingkungan sosial, dan
lingkungan psikologis siswa dapat mendorongnya untuk belajar.
34

Kelebihan pandangan Mariana dari ahli lainnya adalah adanya
lingkungan psikologis, berarti bahwa lingkungan belajar itu tidak cukup jika
hanya dilihat dari lingkungan fisik dan sosial, tetapi yang lebih penting adalah
lingkungan psikologis, karena walaupun lingkungan fisik tempat belajar sangat
memadai dan lingkungan sosial sangat kondusif tetapi jika siswa tidak
memiliki motivasi dan minat untuk belajar maka tetapi hasil belajar siswa tidak
akan baik. Sebaliknya walaupun lingkungan fisik tidak memadai dan
lingkungan sosial kunrang kondusif, tetapi siswa memiliki motivasi dan minat
belajar yang tinggi maka hasil belajar siswa akan tinggi.
Sidik (2005: 148) mengemukakan bahwa lingkungan belajar yang
menarik minat dan menunjang siswa dalam belajar erat kaitannya dengan
keadaan lingkungan fisik kelas, pengaturan ruangan, pengelolaan siswa, dan
pemanfaatan sumber belajar. Lingkungan belajar yang ditata rapi untuk
mendukung belajar, menjadikan siswa berkata bahwa belajar itu segar, hidup,
dan penuh semangat. Dari cara menempel pster di dinding, pengaturan bangku,
penyusunan bahan-bahan pembelajaran, sampai pada kebersihan kelas, semua
menjadi inspirasi dalam belajar.
Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang
tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan yang berpusat pada
siswa merupakan iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar
35

siswa (Slameto, 2003: 64). Lingkungan belajar di sekolah merupakan situasi
yang turut serta mempengaruhi kegiatan belajar individu. Hamalik (2002: 195)
menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang
memiliki pengaruih tertentu kepada individu.
Lingkungan belajar sebagai faktor eksternal siswa yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa menurut Syah (2003: 152) dapat digolongkan menjadi
dua yaitu: lingkungan sosial dan ligkungan nonsosial. Untuk lebih jelasnya,
lingkungan belajar siswa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah seluruh warga sekolah, baik itu guru,
karyawan maupun teman-teman sekelas, semuanya dapat mempengaruhi
semangat belajar seorang siswa. Para guru yang dapat menunjukkan sikap dan
perilaku yang baik dan juga dapat memperlihatkan teladan yang baik
khususnya dalam hal belajar seperti misalnya rajin membaca, hal tersebut
dapat memberikan motivasi yang positif bagi belajar siswa. Demikian halnya
apabila teman-teman di sekolah mempunyai sikap dan perilaku yang baik serta
memiliki semacam etos belajar yang baik seperti misalnya rajin belajar akan
berpengaruh positif terhadap belajar siswa.
36

Lingkungan sosial siswa di rumah antara lain adalah masyarakat,
tetangga dan juga teman-teman bergaul siswa di rumah yang mempunyai andil
cukup besar dalam mempengaruhi belajar siswa. Keadaan masyarakat yang
serba kekurangan, tidak memperhatikan masalah pendidikan dan juga temanteman bergaul siswa yang suka keluyuran, begadang, suka minum-minum
apalagi teman lawan jenis yang amoral, pezinah, pemabuk dan lain sebagainya
tentu akan menyeret siswa kepada bahaya besar dan kemungkinan besar akan
mengganggu proses belajarnya. Jadi apabila siswa dalam bergaul memilih
teman yang baik, maka akan berpengaruh baik terhadap belajar siswa, dan
sebaliknya apabila siswa memilih bergaul dengan anak yang tidak baik, maka
akan membawa dampak yang tidak baik pada dirinya.
Lingkungan sosial yang dominan dalam mempengaruhi kegiatan belajar
siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Hal ini dapat dipahami,
karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan belajar pertama dan utama
bagi seorang anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (2004: 141)yang
mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan belajar pertama sebelum
anak masuk dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Sifat dan sikap orang
tua dalam mengelola keluarga (cara mendidik), ketegangan keluarga dan dapat
memberi dampak positif maupun negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa peran keluarga dalam hal ini adalah orang tua sangat besar pengaruhnya
37

terhadap keberhasilan belajar anak. Orang tua harus berperan aktif dalam
mendukung keberhasilan anaknya dengan berusaha semaksimal mungkin
memenuhi semua kebutuhan anak dalam belajar.
2. Lingkungan Non-sosial
Lingkungan non-sosial siswa yang berpengaruh terhadap belajarnya
diantaranya adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa dan juga mass media.
Untuk menyelenggarakan pendidikan di sekolah, gedung merupakan prasyarat
utama yang harus dipenuhi oleh sekolah. Agar siswa dapat belajar dengan baik,
maka keberadaan gedung sekolah harus diperhatikan dan disesuaikan dengan
kebutuhan siswa.
Rumah dengan kondisi yang sempit dan berantakan serta kondisi
perkampungan tempat tingal siswa yang padat, bising dan sebagainya sangat
tidak mendukung belajar siswa. Untuk mendukung belajar siswa, perlu
diciptakan suasana rumah yang, rapi, tenang dan tenteram. Suasana tersebut
dapat tercipta ketika dalam keluarga terdapat hubungan yang harmonis antara
orang tua dengan anak atau anak dengan anggota keluarga yang lain. Dalam
susana rumah yang tenang dan tenteram, selain akan kerasan dan betah tinggal
38

di rumah, mereka juga dapat belajar dengan baik dan dapat membantu meraih
prestasi belajar yang optimal.
Lingkungan belajar yang kondusif, baik lingkungan rumah maupun
lingkungan sekolah akan menciptakan ketenangan dan kenyaman siswa dalam
belajar, sehingga siswa akan lebih mudah menguasi materi belajar secara
maksimal. Slameto (2003: 72) menyatakan bahwa lingkungan yang baik perlu
diusahakan agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap siswa
sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Lingkungan pendidikan dibagi
menjadi tiga bagian yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat (Sudarmanto, 2007: 3).
Menurut Aqib (2002: 65-67)) lingkungan yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga terdiri dari:orang tua, suasana
rumah dan keadaan ekonomi keluarga. Lingkungan sekolah terdiri dari; cara
penyajian pelajaran yang tidak menarik, hubungan guru dengan murid,
hubungan anak dengan anak, bahan pelajaran yang terlalu tinggi, alat-alat
belajar di sekolah, jam-jam pelajaran yang kurang baik. Lingkungan
masyarakat terdiri dari: media massa, teman bergaul, kegiatan dalam
masyarakat, dan corak kehidupan tetangga.
39

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar
merupakan segala sesuatu baik disengaja maupun tidak disengaja diciptakan
untuk mendukung kegiatan belajar yang meliputi kondisi ruang fisik belajar,
tata letak ruang belajar, kondisi alat-alat belajar, aturan dan kedisiplinan,
suasana tempat belajar, ruang kelas yang aman dan nyaman, hubungan antara
siswa dengan siswa, dan hubungan antara siswa dengan guru.

3.

Hakikat Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Hakikat Belajar
Belajar hakekatnya adalah suatu proses yang diketahui dengan adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar
diindikasikan oleh perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah
laku, kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek
lain yang ada pada diri individu yang belajar (Trianto, 2009: 7). Salah satu cara
untuk mengetahui sesuatu adalah dengan cara belajar. Belajar adalah setiap
usaha pendidikan, karena tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada
pendidikan. Karena begitu pentingnya arti belajar, maka belajarpun diarahkan
pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dalam mendalami mengenai
proses perubahan manusia. Perubahan dan kemampuan untuk berubah
merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar.
40

Belajar merupakan suatu proses perubahan yang relatif permanen dalam
pengetahuan dan perilaku seseorang yang diakibatkan oleh pengalaman.
Pengalaman yang sengaja didesian untuk mengingkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap seseorang akan menyebabkan berlansungnya proses
belajar (Smith dan Ragan, 2003: 21). Definisi belajar yang dikemukakan oleh
Sminth dan Ragan ini mengandung beberapa konsep penting yaitu (1) durasi
perubahan perilaku bersifat reletif permanen, (2) perubahan terjadi pada
struktur dan isi pengetahuan orang yang belajar, (3) penyebab terjadinya peru
bahan pengetahuan dan perilaku adalah pengalaman yang dialami oleh siswa,
bukan pertumbuhan atau perkembangan, dan (4) proses belajar dapat
berlansung baik dalam situasi formal maupun dalam situasi informal.
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi siswa dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Selain itu kegiatan belajar merupakan aktivitas yang paling pokok dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, hal ini berati bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana
proses belajar itu berlangsung.
Whittaker dalam Djamarah (2002: 12) mendefinisikan belajar sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
41

hasil interaksi siswa dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Selain itu kegiatan belajar merupakan aktivitas yang paling pokok
dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, hal ini berati bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana
proses belajar itu berlangsung.
Menurut Sardiman (2006: 20) bahwa pengertian belajar dapat dilihat
secara mikro maupun secara makro. Dalam pengertian luas (makro) belajar
dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi
seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit (mikro) belajar diartikan sebagai usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan
menuju terbentuknya kepribadian yang seutuhnya.
Dalam belajar juga tercakup segenap aspek tingkah laku yang akan
mengarah pada perubahan sebagai hasil belajar. Menurut Usman dan Setiawati
(2001: 4) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu, dalam
individu dan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi
dengan lingkungannya. Suatu proses belajar dilakukan baik melalui jalur
pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah yang berlangsung
terus-menerus dan akan membawa individu ke arah kedewasaan yang pada
42

hakekatnya adalah perubahan tingkah laku untuk dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya.
Menurut Purwanto (2004: 85) bahwa belajar merupakan suatu
perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada
tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada
tingkah laku yang tidak baik. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi
melalui latihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang
disebabkan pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil dari
belajar.
Menurut Slameto (2003: 8) bahwa belajar adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
secara keseluruhan, yang dicapai melalui interaksi dengan lingkungannya.
Dalam hal ini dapat dipahami bahwa perubahan yang terjadi dalam diri
individu banyak sekali jenisnya karena itu sudah barang tentu tidak semua
perubahan dalam diri individu merupakan hasil belajar. Lebih lanjut Slameto
(2003:15) menyatakan bahwa ciri-ciri perubahan dalam belajar adalah: (1)
perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan kondisional, (2) perubahan yang
terjadi secara sadar, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4)
perubahan dalam belajar bersifat permanen, (5) perubahan dalam belajar
43

memiliki tujuan yang terarah, (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah
laku.
Menuru Trianto (2010: 9) bahwa inti dari belajar adanya perubahan
tingkah laku karena adanya suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut
dapat berupa perubahan keterampilan, pengetahuan, pemahaman, dan
apresiasi. Pengalaman dalam proses belajar adalah bentuk interaksi antara
individu dengan lingkungan. Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada
indi-vidu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertum-buhan atau
perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.
Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir.
Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya. Proses belajar terjadi melalui
banyak cara baik disengaja mau-pun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan
menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang di-maksud adalah
perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang
baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan
lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar di sini diartikan sebagai proses
perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari
kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi ke-biasaan baru,
serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.

Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan pertumbuhan atau
kematangan tidak dianggap sebagai hasil dari belajar. Belajar adalah proses
44

mendapatkan perubahan yang relatif tetap dalam pengertian, sikap,
pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan (Good dan Jare, 1990:
213).
Menurut teori konstruktivisme bahwa pengetahuan sebagai hasil dari
kegiatan belajar adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri, bukan tiruan dari
realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan
merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan
membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk
membentuk pengetahuan tersebut.
Konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang
mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika
seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, maka tetap tidak akan
berkembang pengetahuannya. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari
dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.
Seseorang yang belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap
pengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam
menginterprestasikannya (http://dian75. wordpress.com/ 2010/07/29/).
Konstruktivis percaya bahwa “pembelajar mengonstruksi realitasnya
sendiri atau paling tidak menafsirkannya berdasarkan pada persepsi-persepsi
pengalaman mereka, sehingga pengetahuan individu menjadi sebuah fungsi
45

dari pengalaman, struktur mental, dan keyakinan-keyakinan seseorang
sebelumnyayang digunakan untuk menafsirkan objekdan peristiwa (Good &
Brophy, 1990: 258).
Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman. Pembelajaran adalah
sebuah interpretasi personal terhadap dunia. Pembelajaran adalah sebuah
proses aktif yang di dalamnya makna dikembangkan atas dasar pengalaman.

Pertumbuhan

konseptual

datang

dari

negosiasi

makna, pembagian perspektif ganda, dan perubahan
bagi

representa-si

pembelajaran

internal

kolaboratit.

kita

Pembelajaran

melalui
harus

disituasikan dalam seting yang realistis; pengujian
harus

diintegrasikan

dengan

tugas

dan

bukan

sebuah aktivitas yang terpisah (Sternberg, 1997:
217).
Menurut Hamalik (2002: 32-33) bahwa belajar yang efektif sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor itu adalah
sebagai berikut.
46

1)

Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar melakukan
banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar,
merasakan, berpikir, kegiatan motoris, dan sebagainya maupun kegiatankegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap,
kebiasaan, dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis
dan diadakan ulangan secara kontinu di bawah kondisi yang serasi, sehingga
penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.

2)

Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan
reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali
dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah
dipahami.

3)

Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika
siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya. Belajar
hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.

4)

Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam
belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan men-dorong belajar
lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustrasi.

5)

Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman
belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan,
sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
47

1)

Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang
telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar.

Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk
menerima

pengalaman-pengalaman

baru

dan

pengertian-pengertian baru.
2)

Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap
belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih
mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini erat
hubungannya dengan masalah kematangan, minat,
kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.

3)

Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat
akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada
belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila murid
tertarik

akan

sesuatu

karena

sesuai

dengan

kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang
akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.
48

Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang
baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.
4)

Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang
belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar.
Badan

yang

lemah,

lelah

akan

menyebabkan

perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan
belajar yang sempurna. Karena itu faktor fisiologis
sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid
yang belajar.
10) Faktor intelegensi. Murjd yang cerdas akan lebih
berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih
mudah menangkap dan memahami pelajaran dan
lebih mudah rrtengingat-ingatnya. Anak yang cerdas
akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat
mengambil keputusan. Hal ini berbeda dengan siswa
yang kurang cerdas, para siswa yang lamban.
49

Dari pendapat para ahli di atas dapat pahami bahwa belajar adalah
merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan siswa sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya sehingga menyebabkan terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri siswa yang dinyatakan dengan hasil belajar. Perubahan
yang dimaksud meliputi aspek kognitif, efektif, maupun psikomotor.
b.

Hasil Belajar
Menurut Jihad dan Haris (2008: 14) bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu
sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam
kegaitan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan
tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Bloom (1975) dalam Jihad dan Haris (2008: 14-15) berpendapat bahwa
hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan
keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu (1) pengetahuan
tentang fakta; (2) pengetahuan tentang prosedural; (3) pengetahuan tentang
konsep; dan (4) pengetahuan tentang prinsip. Sedangkan keterampilan juga
terdiri dari empat kategori, yaitu (1) keterampilan untuk berpikir atau
50

keterampilan kognitif; (2) ketampilan untuk bertindak atau keterampilan
motorik; (3) keterampilan bereaksi atau bersikap; dan (4) keterampilan
berinteraksi. Putra (2009: 172) bahwa hasil belajar adalah hasil usaha yang
diperoleh siswa melalui proses belajar berdasarkan tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan, yang diukur melalui tes.
Hasil belajar diperoleh dengan cara melakukan evaluasi atau penilaian
yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran. Kemajuan hasil belajar siswa tidak saja diukur
dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan.
Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang
dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai
akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Hamalik (200 2: 28)
bahwa hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian
dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Dari kedua pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa
secara nyata setelah dilakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pengajaran. Setelah melalui pembelajaran, maka siswa diharapkan dapat mencapai
tujuan belajar yang disebut sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menjalani proses belajar.
51

Sudjana

(2002:

34)

berpendapat

bahwa

hasil

belajar

adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajar. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa
siswa

telah

melakukan

perbuatan

belajar,

yang

umumnya

meliputi

pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa (Hamalik, 2002: 37).
Menurut Chaplin dalam Susanto (2001: 19) bahwa hasil belajar adalah
hasil karya akademis yang dinilai oleh guru ataupun melalui tes-tes yang
dibakukan maupun kombinasi dari keduanya. Dali dalam Susanto (2001: 19)
mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi atau perolehan. Dalam
hal ini hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu prestasi yang diperoleh
setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Seorang siswa dikatakan telah belajar jika adanya perubahan tingkah
laku pada siswa tersebut, yaitu perubahan tingkah laku yang menetap. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku pada siswa tersebut
merupakan hasil dari belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku.” Hasil belajar adalah penguasaan hubungan yang telah
diperoleh sehingga orang itu dapat menampilkan pengalaman dan penguasaan
bahan pelajaran yang telah dipelajari (http://one.indoTesis.com. 2 Juli 2009).
52

Triyuni (2009: 117) Hasil belajar merupakan salah satu ukuran keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran. Hasil belajar merupakan salah satu ukuran
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran (http://Tesis. unila.ac.id. 7 Agustus
2009).
Kingsly dalam Basri (2008: 219) membagi tiga macam hasil belajar
yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c)
sikap dan cita-cita. Mengacu pada pendapat tersebut maka hasil belajar adalah
merupakan bukti keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui kegiatan
pembelajaran di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Hasil belajar ini
dinyatakan dalam bentuk angka.
Mengacu pada pendapat tersebut maka hasil belajar adalah merupakan
bukti keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui kegiatan
pembelajaran di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Hasil belajar ini
dinyatakan dalam bentuk angka.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa melalui
kegiatan belajar. Belajar itu adalah suatu proses dalam diri seseorang yang
berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang
relatif menetap. Perubahan tingkah laku dalam belajar sudah ditentukan
berdasarkan kemampuan siswa.
53

Mengacu pada beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan perilaku dalam arti diperolehnya kemampuankemampuan baru yang berlaku secara permanen dan perubahan perilaku
tersebut karena adanya upaya dan pengalaman yang diakibatkan oleh pengaruh
internal dan ekstemal. Syah (2003: 132) mengemukakan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yakni sebagai berikut :
a. Faktor Internal Siswa
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
siswa. Yang termasuk dalam faktor internal yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa adalah :
1).

Aspek fisiologis
Kondisi tubuh dan tegangan otot yang menandai tingkat

kebugaran organ-organ tubuh dengan sendirinya dapat mempengaruhi
semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi
organ-organ tubuh siswa seperti indera pendengaran dan indera
penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan yang disajikan di kelas maupun
yang dipelajarinya sendiri.
2).

Aspek psikologis
54

Banyak faktor yang mempengaruhi dalam aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pengetahuan
siswa. Namun demikian diantara faktor-faktor yang ada, faktor rohaniah
pada umumnya dipandang lebih esensial. Faktor rohania meliputi:
a). Intelegensi
kemampuan

siswa,

intelegensi

psiko-fisik

untuk

pada

umumnya

mereaksi

merupakan

rangsangan

atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang cepat. Jadi
intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,
melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi
memang harus diakui bahwa peranan otak dalam hubungannya
dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada organ-organ
tubuh lainnya, sebab otak merupakan menara pengontrol hampir
seluruh aktivitas manusia.
b). Sikap siswa, sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif
berupa kecenderungan untuk memberikan reaksi atau merespon
dengan cara yang relatif tetap terhadap suatu obyek, baik secara
positif maupun secara negatif. Sikap siswa yang positif terutama
terhadap pelajaran dan guru merupakan tanda yang baik terhadap
proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap siswa yang negatif
terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan, apalagi bila
55

diiringi dengan kebencian terhadap lingkungan sekitarnya, maka
dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa tersebut.
c). Bakat siswa, bakat secara umum dapat diartikan sebagai potensi
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan
demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti
berpotensi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Dalam
perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melaksanakan tugas tertentu tanpa
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seseorang
siswa yang berbakat dalam bidang pendidikan ekonomi misalnya
akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan dan
keterampilan yang berhubungan dengan bidangnya (ekonomi)
dibandingkan dengan siswa lainnya yang tidak memiliki bakat
dalam bidang ekonomi.
d). Minat siswa, secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu. Seseorang siswa yang memiliki minat dalam
bidang ekonomi akan lebih mudah untuk memahami informasi dan
pengetahuan dalam bidang tersebut bila dibandingkan dengan siswa
lainnya yang tidak memiliki minat.
56

e). Motivasi siswa, pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal
organisme, baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk
berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok
daya atau yang mendorong untuk berbuat secara terarah.
b. Faktor Eksternal siswa
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri
siswa. Yang termasuk dalam faktor eksternal yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa adalah :
1).

Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial seperti guru, staf administrasi dan teman-teman

sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Guru yang selalu
menunjukkan sikap dan perilaku simpatik dan memperlihatkan suri
teladan yang baik khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin belajar
dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
2).

Faktor lingkungan non-sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-soaial yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain, bidang sekolah dan
letaknya, keadaan dan waktu belajar, juga yang terpenting adalah
fasilitas belajar siswa seperti keadaan tempat belajar, alat tulis menulis,
meja, kursi serta buku teks dan lain-lain.
57

c.

Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial
Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia

sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan
kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat
di manapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek
menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya,
antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus
informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini
bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”.
Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan
oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air,
ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk
muka bumi seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah
pegunungan akan mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang
menempatinya.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan
isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi
Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
58

peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai
(Depdiknas, 2006: 417).
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan
berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap
saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
menurut Mulyono (2002: 8) memberi batasan IPS adalah merupakan
suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran
Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu
Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah,
geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi
oleh Said (2006: 4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil
pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi,
ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta
59

didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada
bidang ilmu yang berkaitan .
Mata pelajaran IPS di jenjang pendidikan SMP/MTS bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan dalam hal (1) Mengenal konsep-konsep
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki
kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) Memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4)
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (Depdiknas,
2006: 417). Selanjutnya dijelaskan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS
meliputi aspek-aspek (1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan,

(2) Waktu,

Keberlanjutan, dan Perubahan, (3) Sistem Sosial dan Budaya, (4) Perilaku
Ekonomi dan Kesejahteraan.
Secara rinci Hasan (2002: 40) merumuskan tujuan pendidikan IPS
berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: (1) pengetahuan dan
pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4)
keterampilan. Sejalan dengan tujuan pendidikan IPS maka (Sumaatmadja,
2006: 69) menyatakan bahwa pendidikan IPS adalah “membina anak didik
menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
60

dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan
negara.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22
tahun 2006 tentang Standar Isi untuk pendidikan dasar dan menengah memuat
tentang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu mata pelajaran
yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi
Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai
(Depdiknas, 2006: 417).
Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat
dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS
disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di
masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan
memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu
yang berkaitan. Berdasarkan tuntutan permen tersebut sangat jelas bahwa IPS
61

merupakan mata pelajaran yang berorientasi tidak hanya pengembangan
intelektual, tetapi juga sikap dan ketrampilan.
IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu
tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat
ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan
(Soemantri. 2001: 89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National
Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science
Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara
pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi,
ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi,
dan sebagainya.
Strategi penyampaian pengajaran IPS di sekolah yang berlansung saat ini,
sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun
dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region,
negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon
or Expanding Enviroment Curriculum” (Mahmud, 2009: 5).
Menurut Gunawan (2011: 3) bahwa pendidikan IPS di sekolah
merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar
berbagai ilmu sosial yang disusun melalu pendekatan pendidikan dan
pertimbangan

psikologis,

serta

kebermaknaanya

bagi

siswa

dalam
62

kehidupannya, mulai dari tingkat SD sampai SMA, atau membekali dan
mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan kependidikan yang
lebih tinggi khususnya dalam bidang ilmu social diperguruan tinggi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka yang dimaksud dengan
hasil belajar adalah kemampuan kognitif yang diperoleh siswa dari proses
belajar sebagai proses perwujudan segala upaya yang telah dilakukan selama
proses pem,belajaran IPS berlangsung yang dapat diukur dengan menggunakan
tes hasil belajar.

B. Penelitian Relevan
Adapun penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini, di antaranya
adalah: penelitian yang dilakukan oleh Sambudiono tahun 2009 dalam
penelitiannya yang berjudul hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar
siswa menemukan adanya hubungan yang positif dan sangat signifikan antara
motivali belajar dengan hasil belajar siswa seperti ditunjukkan oleh koefisien
korelasi sebesar anatara motivasi belajar dengan hasil belajar sebesar 0.433
dengan koefisien determinasi sebasar 18,75 yangt berarti sekitar 19% variasi
hasil belajar ditentukan oleh variasi motivasi belajar siswa.
63

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Yuliana tahun 2011 yang berjudul hubungan antara lingkungan
belajar dan motivasi belajar dengan hasil belajar IPS di SMP negeri 1
Napabalano, menemukan adanya hubungan yang positif dan sangat signifikan
antara lingkungan belajar dengan hasil belajar seperti yang ditunjukkan oleh
koefisien korelasi sebesar 0,546 dengan koefiein determinasi sebesar 29,81
yang berarti sekitar 30% variasi hasil belajar ditentukan oleh dukungan
lingkungan belajar yang kondusif. Penelitian Yuliana juga menemukkan
adanya hubungan antara motivasi belaja siswa dengan hasil belajar IPS di SMP
negeri 1 Napabalano seperti ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0.602
dengan koefisien determinasi sebesar 0,362 yang berarti sekitar 36% variasi
hasil belajar ditentukan oleh variasi motivasi belajar siswa.
Penelitian Ilmi tahun 2011 yang berjudul hubungan antara motivasi
belajar dan lingkungan belajar dengan hasil belajar juga menemukan adanya
hubungan yang positif dan sangat siginifikan antara motivasi belajar dengan
hasil belajar seperti ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,617 dengan
koefisisen determinasi 0,3807 yang berarti sekitar 38% variasi yang terjadi
pada hasil belajar ditentukan oleh variasi motivasi belkajar. Penelitian ilmi
juga menemukan adanya hubungan yang positif dan sangat signifikan antara
lingkungan belajar dengan hasil belajar seperti ditunjukkan oleh koefisien
64

korelasi seperti ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,339 dan koefisien
determinasi sebesar 0,115 yang berarti sekitar 12% variasi yang terjadi pada
hasil belajar ditentukan oleh dukungan lingkungan belajar.
Berdasarkan beberapa penelitian relevan tersebut, maka peneliti
menganggap bahwa penelitian tentang hubungan antara motivasi belajar dan
lingkungan belajar dengan hasil belajar siswa adalah penting untuk dilakukan
dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan mengelola lingkungan
belajar yang kondusif untuk mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar.

C. Kerangka Pikir
1. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar
Kepercayaan diri adalah keyakinan dalam diri seseorang siswa akan
kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang
diharapkan. Kepercayaan diri siswa merupakan salah satu faktor yang
menentukan motivasi belajar siswa. Kepercayaan diri adalah sikap positif
seorang individu yang menjadikan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi
yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan
kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, namun dengan rasa percaya
65

diri yang dimiliki dapat mendorong seorang siswa untuk menyelesaikan segala
sesuatu yang berkaitan dengan tugas yang diberikan guru di sekolah sesuai
dengan kemampuan sendiri serta tidak menggantungkan diri pada orang lain,
serta berani mengambil sikap sesuai dengan hati nuraninya.
Siswa yang mempunyai kepercayaan diri tinggi, pada umumnya
memiliki harapan sukses yang lebih tinggi dibanding dengan rasa tidak percaya
dirinya akan mengalami kegagalan. Siswa yang kepercayaan dirinya tinggi
akan selalu merasa optimis dalam mengerjakan setiap pekerjaan yang dihadapi
sehingga selalu optimis untuk mencapai tujuan. Kepercayaan diri merupakan
restasi merupakan salah satu faktor penting dalam psikologi pendidikan.
Kepercayaan diri menunjukkan adanya upaya keras untuk memperoleh
kesuksesan dan untuk memperoleh sesuatu sesuai dengan tujuan, sehingga
mendorong siswa untuk selalu belajar dengan giat demi mencapai hasil belajar
yang lebih baik. Siswa yang percaya diri tidak memiliki beban secara psikologi
dalam belajar atau dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah sehingga
terhindar dari sters dan akahirnya akan mampu menyelesaikan semua tugas
atau ujian dengan baik dan akhirnya akan mendapatkan hasil lebih baik atau
dapat mencapai tujuannya. Sebaliknya siswa yang tidak memiliki kepercayaan
diri maka akan mengalami beban dalam belajar, dia selalu dibayang-bayangi
oleh perasan gagal sehingga motivasinya untuk belajar menjadi rendah.
66

Dengan demikian diduga bahwa terdapat hubungan yang positif antara
kepercayaan diri siswa dengan motivasi berlajar. Semakin tinggi kepercayaan
diri maka semakin tinggi motivasi belajar siswa, demikian sebaliknya bahwa
semakin rendah kepercayaan diri siswa maka semakin rendah motivasinnya
untuk belajar.

2.

Hubungan Lingkungan Belajar dengan Hasil Belajar
Lingkungan belajar mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.

Lingkungan belajar meiliputi lingkungan fisik, dan lingkungan non-fusik.
lingkungan sosial berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Belajar
dalam lingkungan yang kondusif seperti penataan ruang belajar yang baik,
ketersediaan udara yang segar akan membuat siswa lebih betah untuk berada
dalam kelas dan belajar sehingga hasil belajar siswa akan lebih tinggi
dibanding dengan belajar dalam kondisi ruang kelas yang tidak tertata dengan
baik, dan dengan keadaan udara yang panas dan pengap.
Lingkungan sosial meliputi suasana hubungan interaksi antara siswa
dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan kepala sekolah, dan hubungan
siswa dengan staf administrasi sekolah. Dengan adanya penataan lingkungan
belajar yang baik diharapkan proses belajar siswa menjadi lebih baik dan hasil
belajar yang diacapai siswa menjadi lebih tinggi. Lingkungan yang baik untuk
67

kegiatan belajar adalah lingkungan yang memiliki media massa dan fasilitas
belajar yang memadai, serta pola pergaulan dan kehidupan masyarakat bersifat
positif dan menunjang kegiatan belajar.
Lingkungan belajar yang ditata rapi untuk mendukung belajar,
menjadikan siswa berkata bahwa belajar itu segar, hidup, dan penuh semangat.
Dari cara menempel poster di dinding, pengaturan bangku, penyusunan bahanbahan pembelajaran, sampai pada kebersihan kelas, semua menjadi inspirasi
dalam belajar. Dengan kata lain bahwa segala sesuatu yang ada dalam kelas
akan menyampaikan pesan yang mamacu atau menghambat motivasi belajar
Lingkungan belajar adalah situasi atau suasana dalam belajar baik yang
berwujud fisik maupun non-fisik atau lingkungan sosial. Dalam belajar siswa
memerlukan lingkungan belajar yang kondusif baik secara fisik maupun nonfisik. Dengan demikian maka dapat diduga bahwa terdapat hubungan positif
antara lingkungan belajar dengan motivasi belajar. Semakin kondusif
lingkungan belajar maka semakin tinggi hasil belajar yang dicapai siswa,
demikian sebaliknya bahwa semakin tidak kondusif lingkungan belajar siswa
maka makin rendah hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
3.

Hubungan antara Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar
secara Bersama-sama dengan Hasil Belajar
68

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kepercayaan diri merupakan
suatu dorongan dari dalam diri individu untuk mencapai suatu nilai kesuksesan.
Di mana nilai kesuksesan tersebut mengacu pada perbedaannya dengan suatu
keberhasilan atas penyelesaian masalah yang pernah diraih oleh individu
maupun berupa keberhasilan individu lain yang dianggap mengandung suatu
nilai kehormatan. Kepercayaan diri terdiri atas dorongan-dorongan dari dalam
indvidu untuk dapat mencapai tujuan dan bertahan ketika menghadapi rintangan.
Kebutuhan

akan

prestasi

mendorong

seseorang

siswa

untuk

mengungguli siswa lainnya berdasarkan ukuran seperangkat Standar. Dengan
kata lain kebutuhan akan prestasi mendorong seseorang siswa untuk selalu
sukses dalam melakukan suatu kegiatan. Kebutuhan akan kekuasaan membuat
seseorang siswa untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu dimana orang
lain tidak dapat berperilaku seperti itu.
Faktor lain yang berhubungan dengan hasil belajar adalah lingkungan
belajar. Lingkungan belajar mempengaruhi keberhasilan belajar siswa,
lingkungan belajar seperti lingkungan alami atau lingkungan fisik, dan
lingkungan sosial berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Belajar
dalam lingkungan yang kondusif seperti penataan ruang belajar yang baik,
ketersediaan udara yang segar, hubungan komunikasi yang harmonis antara
sesama siswa, dan antara siswa dengan guru dan seluruh warga sekolah akan
69

membuat siswa lebih betah untuk berada dan belajar di kelas atau di sekolah
sehingga hasil belajar yang dicapai siswa akan lebih tinggi dibanding dengan
belajar pada lingkungan yang tidak kondisif atau kondisi ruang kelas yang
tidak tertata dengan baik, dengan keadaan udara yang panas dan pengap, serta
dengan pola hubungan komunikasi yang tidak harmonis, karena aka membuat
siswa tidak betah berada di kelas atau di sekolah dan tidak nyaman dalam
belajar sehingga hasil belajarnya rendah.
Siswa yang memiliki kepercayaan diri dalam belajar apabila didukung
oleh lingkungan belajar yang kondusif maka akan meningkatkan motivasi
belajar tinggi bagi siswa, sebaliknya kepercayaan diri yang tinggi untuk
belajarmotivasi siswa untuk belajar menjadi tidak maksimal. lingkungan
belajar meliputi lingkungan fisik maupun non-fisik. Dengan demikian maka
dapat diduga bahwa terdapat hubungan positif antara kepercayaan diri siswa
siswa dan lingklungan belajar secara bersama-sama dengan motivasi belajar
siswa. Semakin tinggi motivasi belajar siswa dan semakin kondusif lingkungan
belajar maka semakin tinggi hasil belajar siswa, sebalikinya semakin rendah
kepercayaan diri siswa dan semakin tidak kondusif lingkungan belajar maka
makin rendah motivasi belajar siswa.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
70

1.

Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan
hasil belajar siswa di SMP negeri 3 Raha.

2.

Ada hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa
dengan motivasi belajar siswa di SMP negeri 3 Raha.

3.

Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dan
lingkungan belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa
di SMP negeri 3 Raha.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Mayawi Karim
 
Makalah Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Menteng
Makalah Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana MentengMakalah Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Menteng
Makalah Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Mentengkel1psikosos
 
Motivasi religius dan etos kerja guru
Motivasi religius dan etos kerja guruMotivasi religius dan etos kerja guru
Motivasi religius dan etos kerja guruantony saef
 
Teori Motivasi (Iwan Maulana).ppt
Teori Motivasi (Iwan Maulana).pptTeori Motivasi (Iwan Maulana).ppt
Teori Motivasi (Iwan Maulana).pptIwanMaulana15
 
Jurnal PSikologi pendidikan
Jurnal PSikologi pendidikanJurnal PSikologi pendidikan
Jurnal PSikologi pendidikanmppeutm
 
MOTIVASI DALAM BELAJAR
MOTIVASI DALAM BELAJARMOTIVASI DALAM BELAJAR
MOTIVASI DALAM BELAJARLutfi Koto
 
Tugas 1 (Aliran Empirisme)
Tugas 1 (Aliran Empirisme) Tugas 1 (Aliran Empirisme)
Tugas 1 (Aliran Empirisme) IwanMaulana15
 
Motivasi sosial
Motivasi sosialMotivasi sosial
Motivasi sosialelmakrufi
 
Presentasi Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Menteng
Presentasi Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana MentengPresentasi Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Menteng
Presentasi Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Mentengkel1psikosos
 
Makalah motivasi dalam belajar
Makalah motivasi dalam belajarMakalah motivasi dalam belajar
Makalah motivasi dalam belajarZuha Farhana
 
Fungsi Motif dan Motivasi
Fungsi Motif dan MotivasiFungsi Motif dan Motivasi
Fungsi Motif dan MotivasiGhian Velina
 
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikan
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikanMotivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikan
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikanelmabb
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanNarendra
 
Konsep Motivasi Manusia
Konsep Motivasi ManusiaKonsep Motivasi Manusia
Konsep Motivasi Manusiapjj_kemenkes
 

La actualidad más candente (20)

Psikologi
PsikologiPsikologi
Psikologi
 
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
 
Makalah Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Menteng
Makalah Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana MentengMakalah Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Menteng
Makalah Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Menteng
 
Motivasi religius dan etos kerja guru
Motivasi religius dan etos kerja guruMotivasi religius dan etos kerja guru
Motivasi religius dan etos kerja guru
 
Makalah motivasi
Makalah motivasiMakalah motivasi
Makalah motivasi
 
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
 
Teori Motivasi (Iwan Maulana).ppt
Teori Motivasi (Iwan Maulana).pptTeori Motivasi (Iwan Maulana).ppt
Teori Motivasi (Iwan Maulana).ppt
 
Tajuk 8 - motivasi dan pembelajaran
Tajuk 8 - motivasi dan pembelajaranTajuk 8 - motivasi dan pembelajaran
Tajuk 8 - motivasi dan pembelajaran
 
Jurnal PSikologi pendidikan
Jurnal PSikologi pendidikanJurnal PSikologi pendidikan
Jurnal PSikologi pendidikan
 
MOTIVASI DALAM BELAJAR
MOTIVASI DALAM BELAJARMOTIVASI DALAM BELAJAR
MOTIVASI DALAM BELAJAR
 
Tugas 1 (Aliran Empirisme)
Tugas 1 (Aliran Empirisme) Tugas 1 (Aliran Empirisme)
Tugas 1 (Aliran Empirisme)
 
MATA KULIAH MOTIVASI
MATA KULIAH MOTIVASI MATA KULIAH MOTIVASI
MATA KULIAH MOTIVASI
 
Motivasi sosial
Motivasi sosialMotivasi sosial
Motivasi sosial
 
Presentasi Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Menteng
Presentasi Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana MentengPresentasi Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Menteng
Presentasi Motivasi Kelompok 1 - Fak. Psikologi - Univ. Mercu Buana Menteng
 
Makalah motivasi dalam belajar
Makalah motivasi dalam belajarMakalah motivasi dalam belajar
Makalah motivasi dalam belajar
 
Self Efficacy Matematis
Self Efficacy MatematisSelf Efficacy Matematis
Self Efficacy Matematis
 
Fungsi Motif dan Motivasi
Fungsi Motif dan MotivasiFungsi Motif dan Motivasi
Fungsi Motif dan Motivasi
 
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikan
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikanMotivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikan
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikan
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikan
 
Konsep Motivasi Manusia
Konsep Motivasi ManusiaKonsep Motivasi Manusia
Konsep Motivasi Manusia
 

Similar a Bab ii

Cute Pastel Stickers Notebook for Middle School by Slidesgo.pptx
Cute Pastel Stickers Notebook for Middle School by Slidesgo.pptxCute Pastel Stickers Notebook for Middle School by Slidesgo.pptx
Cute Pastel Stickers Notebook for Middle School by Slidesgo.pptxRenoSeptiyanFajarhad
 
Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembel...
Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembel...Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembel...
Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembel...YohanesSukamdi1
 
Jelaskan empat pendekatan motivasi
Jelaskan empat pendekatan motivasi Jelaskan empat pendekatan motivasi
Jelaskan empat pendekatan motivasi firo HAR
 
Makalah motivasi belajar tugas mata kuliah psikologi belajar
Makalah motivasi belajar tugas mata kuliah psikologi belajarMakalah motivasi belajar tugas mata kuliah psikologi belajar
Makalah motivasi belajar tugas mata kuliah psikologi belajareLMafaza1
 
Motivasi Belajar Disusun untuk memenuhi tugas kuliah psikologi belajar
Motivasi Belajar Disusun untuk memenuhi tugas kuliah psikologi belajarMotivasi Belajar Disusun untuk memenuhi tugas kuliah psikologi belajar
Motivasi Belajar Disusun untuk memenuhi tugas kuliah psikologi belajareLMafaza1
 
Motivasi_Belajar.pdf
Motivasi_Belajar.pdfMotivasi_Belajar.pdf
Motivasi_Belajar.pdfMARSIH4
 
PPT_Motivasi Belajar_Berfly Suwanoto.pptx
PPT_Motivasi Belajar_Berfly Suwanoto.pptxPPT_Motivasi Belajar_Berfly Suwanoto.pptx
PPT_Motivasi Belajar_Berfly Suwanoto.pptxBerflyResthaSuwanoto
 
Persepsi dan Motivasi
Persepsi dan MotivasiPersepsi dan Motivasi
Persepsi dan Motivasipjj_kemenkes
 
Ppt kelompok 3
Ppt kelompok 3Ppt kelompok 3
Ppt kelompok 324110053
 
Konsep Motivasi Manusia
 Konsep Motivasi Manusia Konsep Motivasi Manusia
Konsep Motivasi Manusiapjj_kemenkes
 
Slide-PSY209-Chapter-04-Consumer-Motivation.pptx
Slide-PSY209-Chapter-04-Consumer-Motivation.pptxSlide-PSY209-Chapter-04-Consumer-Motivation.pptx
Slide-PSY209-Chapter-04-Consumer-Motivation.pptxFARHANAHYAJULPAZ
 
MOTIVASI BELAJAR UNTUK MEMBUAT KITA BERSEMANGAT
MOTIVASI BELAJAR UNTUK MEMBUAT KITA BERSEMANGATMOTIVASI BELAJAR UNTUK MEMBUAT KITA BERSEMANGAT
MOTIVASI BELAJAR UNTUK MEMBUAT KITA BERSEMANGATnajmudin57
 
Tanggungjawab seorang g
Tanggungjawab seorang gTanggungjawab seorang g
Tanggungjawab seorang gSidiq Mohamad
 

Similar a Bab ii (20)

MOTIVASI PEMBELAJARAN
MOTIVASI PEMBELAJARANMOTIVASI PEMBELAJARAN
MOTIVASI PEMBELAJARAN
 
Cute Pastel Stickers Notebook for Middle School by Slidesgo.pptx
Cute Pastel Stickers Notebook for Middle School by Slidesgo.pptxCute Pastel Stickers Notebook for Middle School by Slidesgo.pptx
Cute Pastel Stickers Notebook for Middle School by Slidesgo.pptx
 
Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembel...
Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembel...Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembel...
Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembelajaran-Teori Motivasi Pembel...
 
Jelaskan empat pendekatan motivasi
Jelaskan empat pendekatan motivasi Jelaskan empat pendekatan motivasi
Jelaskan empat pendekatan motivasi
 
PenKep ppt
PenKep pptPenKep ppt
PenKep ppt
 
Makalah motivasi belajar tugas mata kuliah psikologi belajar
Makalah motivasi belajar tugas mata kuliah psikologi belajarMakalah motivasi belajar tugas mata kuliah psikologi belajar
Makalah motivasi belajar tugas mata kuliah psikologi belajar
 
Motivasi Belajar Disusun untuk memenuhi tugas kuliah psikologi belajar
Motivasi Belajar Disusun untuk memenuhi tugas kuliah psikologi belajarMotivasi Belajar Disusun untuk memenuhi tugas kuliah psikologi belajar
Motivasi Belajar Disusun untuk memenuhi tugas kuliah psikologi belajar
 
PIDATO
PIDATOPIDATO
PIDATO
 
Motivasi dalam pekerjaan
Motivasi dalam pekerjaanMotivasi dalam pekerjaan
Motivasi dalam pekerjaan
 
Motivasi_Belajar.pdf
Motivasi_Belajar.pdfMotivasi_Belajar.pdf
Motivasi_Belajar.pdf
 
PPT_Motivasi Belajar_Berfly Suwanoto.pptx
PPT_Motivasi Belajar_Berfly Suwanoto.pptxPPT_Motivasi Belajar_Berfly Suwanoto.pptx
PPT_Motivasi Belajar_Berfly Suwanoto.pptx
 
Persepsi dan Motivasi
Persepsi dan MotivasiPersepsi dan Motivasi
Persepsi dan Motivasi
 
Ppt kelompok 3
Ppt kelompok 3Ppt kelompok 3
Ppt kelompok 3
 
Pentaksiran holistik
Pentaksiran holistikPentaksiran holistik
Pentaksiran holistik
 
Motivasi q
Motivasi qMotivasi q
Motivasi q
 
Konsep Motivasi Manusia
 Konsep Motivasi Manusia Konsep Motivasi Manusia
Konsep Motivasi Manusia
 
Jawapan forum 31122020
Jawapan forum 31122020Jawapan forum 31122020
Jawapan forum 31122020
 
Slide-PSY209-Chapter-04-Consumer-Motivation.pptx
Slide-PSY209-Chapter-04-Consumer-Motivation.pptxSlide-PSY209-Chapter-04-Consumer-Motivation.pptx
Slide-PSY209-Chapter-04-Consumer-Motivation.pptx
 
MOTIVASI BELAJAR UNTUK MEMBUAT KITA BERSEMANGAT
MOTIVASI BELAJAR UNTUK MEMBUAT KITA BERSEMANGATMOTIVASI BELAJAR UNTUK MEMBUAT KITA BERSEMANGAT
MOTIVASI BELAJAR UNTUK MEMBUAT KITA BERSEMANGAT
 
Tanggungjawab seorang g
Tanggungjawab seorang gTanggungjawab seorang g
Tanggungjawab seorang g
 

Más de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Más de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Bab ii

  • 1. BAB II KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Motivasi Belajar a. Hakikat Motivasi Motivasi berpangkal dari kata motif, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Fathurrohman dan Sutikno, 2007: 19). Motivasi diistilahkan sebagai ungkapan tingkah laku yang giat dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Sukadi (2007: 37) mengungkapkan bahwa motivasi adalah keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Sejalan pendapat di atas Sutikno (2007: 137) mengemukakan motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bergerak, baik disadari maupun tidak disadari. Lebih lanjut Sutikno (2007: 138) menyatakan bahwa ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan.
  • 2. 11 Motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Ada banyak jenis, intensitas, tujuan, dan arah motivasi yang berbeda-beda. Motivasi untuk belajar sangat berperan penting bagi siswa dan guru (Slavin, 2009: 144). Dalam teori pembelajaran perilaku oleh Skinner 1930-an yang dikenal dengan teori belajar Stimulus – Respons menjelaskan bahwa motivasi adalah mepukan konsekuensi dari pemberian penguatan (Hergenhahn, & Matthew., 2009: 107) . Namun, nilai tindakan penguatan bergantung pada banyak faktor, dan kekuatan motivasi mungkin saja berbeda untuk siswa yang berbeda. Dalam teori kebutuhan manusia Maslow, yang didasarkan pada hierarki kebutuhan, orang harus memuaskan kebutuhan tingkat yang lebih rendah (kekurangan) mereka sebelum mereka nanti termotivasi untuk mencoba memuaskan kebutuhan tingkat yang lebih tinggi (pertumbuhan) mereka. Konsep Maslow tentang kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan tertinggi, didetinisikan sebagai keinginan untuk menjadi apa saja yang sanggup dicapai seseorang. Teori atribusi berupaya memahami penjelasan orang tentang keberhasilan atau kegagalan mereka. Asumsi intinya ialah bahwa orang akan mencoba mempertahankan citra diri yang positif; sehingga ketika terjadi hal-hal yang baik, orang menghubungkannya dengan kemampuan mereka sendiri, sedangkan mereka cenderung menghubungkan peristiwa yang negatif dengan faktor di luar kendali mereka. Lokasi kendali dapat bersifat internal
  • 3. 12 (keberhasilan atau kegagalan terjadi karena upaya atau kemampuan pribadi) atau eksternal (keberhasilan atau kegagalan terjadi karena keberuntungan atau kesulitan tugas). Siswa yang merupakan pelajar yang mandiri tampil lebih baik daripada siswa yang termotivasi secara eksternal. Pelajar yang mandiri dengan sadar merencanakan dan memantau pembelajaran mereka dan dengan demikian, mengingat lebih banyak. Teori pcngharapan berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk mencapai sesuatu bergantung pada produk perkiraan orang itu tentang peluang kcberhasilannya dan nilai yang diaberikan pada keberhasilan. Motivasi seharusnya berada pada tingkat maksimum pada tingkat probabilitas keberhasilan sedang. Implikasi motivasi dalam pendidikan adalah bahwa tugas pembelajaran seharusnya tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Menurut Hamalik (2008: 173) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi terdiri dari dua macam, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal adalah motivasi yang datang dari dalam diri individu, sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang timbul akibat adanya dorongan dari luar individu (Sukadi, 2007: 37).
  • 4. 13 Motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Ada banyak jenis, intensitas, tujuan, dan arah motivasi yang berbeda-beda. Motivasi untuk belajar sangat berperan penting bagi siswa dan guru (Slavin, 2006: 144). Dalam teori pembelajaran perilaku oleh Skinner (1953) bahwa motivasi adalah konsekuensi dari penguatan. Nilai tindakan penguatan tergantung pada banyak faktor, dan kekuatan motivasi dapat berbeda bentuknya untuk siswa yang berbeda (Smith, 2009: 77). Teori motivasi yang paling populer adalah teori hierarki kebutuhan manusia yang dikemukakan oleh Maslow (1954). Teori tersebut menyatakan bahwa orang harus memuaskan kebutuhan tingkat yang lebih rendah tingkatannya sebelum mereka termotivasi untuk mencoba memuaskan kebutuhan tingkat yang lebih tinggi (pertumbuhan). Dalam teori Maslow tentang kebutuhan manusia, dijelaskan bahwa aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi yang didefinisikan sebagai keinginan manusia untuk menjadi apa saja yang sanggup dicapai oleh seseorang (Maslow, 1970: 35 dan 46). Selanjutnya Maslow (2004: 2-3) mengembangkan teori hirarki kebutuhan menjadi sembilan jenis kebutuhan yang membuat orang tersebut termotivasi untuk selalu memenuhinya. Kesembilan jenjang kebutuhan tersebut ialah (1) kebutuhan fisologis yang meliputi makanan, minuman, perlindungan (pakaian dan perumahan), seks dan kebutuhan ragawi lainnya;
  • 5. 14 (2) kebutuhan keamanan yang meliputi kebutuhan kebutuhan keselamatan, ketertiban, dan bebas dari rasa takut dan ancaman; (3) kebutuhan sosial yang meliputi kasih sayang, rasa dimiliki dan memiliki, diterima baik dan persahabatan; (4) kebutuhan cinta adalah kebutuhan untuk dicintai dan mencintai baik di dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan sosial, (5) kebutuhan menghargai diri sendir yang meliputi faktor rasa hormat internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; (6) kebutuhan untuk berekspresi yaitu kebutuhan untuk mengekspresikan kemampuan, (7) kebutuhan intelektual adalah kebutuhan untuk meningkatkan pengetahuan, (8) kebutuhan spritual adalah kebutuhan yang menyakut hubungan manusia dengan Tuhan yang Maha Kuasa, dan (9) kebutuhan aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk berkembang sebagai wujud aktualisasi diri dengan menyadari potensi yang dimiliki (Maslow, 2004: 3-4). Kesembilan macam jenjang kebutuhan di atas dapat kita bagi menjadi dua order yaitu order tingkat rendah yaitu kebutuhan yang dapat dipenuhi secara eksternal yaitu kebutuhan makanan dan kebutuhan keamanan dan order tingkat tinggi yaitu kebutuhan yang dapat dipenuhi secara internal seperti kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Teori atribusi berupaya memahami penjelasan orang tentang keberhasilan atau kegagalan mereka. Asumsi intinya ialah bahwa orang akan
  • 6. 15 mencoba mempertahankan citra diri yang positif; sehingga ketika terjadi halhal yang baik, orang menghubungkannya dengan kemampuan mereka sendiri, sedangkan mereka cenderung menghubungkan peristiwa yang negatif dengan faktor di luar kendali mereka. Lokasi kendali dapat bersifat internal (keberhasilan atau kegagalan terjadi karena upaya atau kemampuan pribadi) atau eksternal (keberhasilan atau kegagalan terjadi karena keberuntungan atau kesulitan tugas). Siswa yang belajar karena termotivasi secara internal akan tampil lebih baik daripada siswa yang belajar karena termotivasi secara eksternal. Pelajar yang mandiri dengan sadar merencanakan dan memantau pembelajaran mereka dan dengan demikian, mengingat lebih banyak (Slavin, 2009: 144). Teori pengharapan berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk mencapai sesuatu bergantung pada produk perkiraan orang itu tentang peluang kcberhasilannya dan nilai yang diaberikan pada keberhasilan. Motivasi seharusnya berada pada tingkat maksimum pada tingkat probabilitas keberhasilan sedang. Implikasi motivasi dalam pendidikan adalah bahwa tugas pembelajaran seharusnya tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit (Handoko, 2003: 263). Motivasi berhubungan dengan: (a) arah perilaku; (b) kekuatan respons (yakni usaha) setelah belajar siswa memilih mengikuti tindakan tertentu, dan; (c) ketahanan perilaku, atau seberapa lama seseorang itu terus menerus berperilaku menurut cara tertentu (Yamin, 2006: 154). b. Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal yang terjadi pada diri siswa yang sedang belajar. Beberapa indikator motivasi belajar bagi siswa menurut Uno (2007: 23) adalah (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam
  • 7. 16 belajar; (c) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (d) adanya penghargaan dalam belajar; (e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (f) adanya dukungan fasilitas belajar yang memadai sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan efektif dan efisien. Dalam proses pembelajaran motivasi berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar. Teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan respon, sedangkan apabila dikaji menggunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap aspek perilaku. Terdapat beberapa peran motivasi yang penting dalam pembelajaran. Menurut Iskandar (2009: 1982), beberapa peran motivasi diantaranya adalah: 1. Peran motivasi dalam penguatan belajar. Peran motivasi dalam hal ini dihadapkan pada suatu kasus yang memerlukan pemecahan masalah. Misalnya seorang siswa yang kesulitan dalam menjawab soal matematika akhirnya dapat memecahkan soal matematika dengan bantuan rumus matematika. 2. Usaha untuk memberi bantuan dengan rumus matematika dapat menimbulkan penguatan belajar. Motivasi ini dapat menentukan hal-hal apa yang di lingkungan siswa yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Untuk itu seorang guru perlu memahami suasana lingkungan belajar siswa sebagai bahan penguat belajar.
  • 8. 17 3. Peran Motivasi dalam memperjelas Tujuan Belajar. Peran ini berkaitan dengan kemaknaan belajar yaitu siswa akan tertarik untuk belajar jika yang dipelajarinya sedikitnya sudah bisa diketahui manfaatnya bagi siswa . 4. Peran Motivasi menentukan Ketekunan dalam Belajar. Seseorang yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajari sesuatu dengan baik dan tekun, dan berharap memperoleh hasil yang baik. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sardiman (2006: 84) kegiatan belajar sangat memerlukan motivasi. Motivation is an assential condtion of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran yang dipelajarinya. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa (peserta didik). Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kagiatan siswaan, tidak ada kegiatan pemebelajaran tanpa motivasi, oleh karena itu motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam mencapai tujuan atau hasil dari pemebelajaran. Menurut Iskandar (2009: 192-193) bahwa peranan motivasi dalam pemebelajaran adalah: 1) Peran motivasi sebagai motor penggerak atau pendorong Kegiatan Siswaan. Motivasi dalam hal ini berperan sebagai motor penggerak utama bagi siswa untuk belajar, baik berasal dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar diri (eksternal) untuk melakukan proses pemebelajaran.
  • 9. 18 2) Peran motivasi memperjelaskan tujuan siswaan. Motivasi bertalian dengan suatu tujuan, tanpa ada tujuan maka tidak akan ada motivasi seseorang. Oleh sebab itu, motivasi sangat berperan penting dalam mencapai hasil pemebelajaran siswa (peserta didik) menjadi optimal. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan bagi siswa (peserta didik) yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuan tersebut. 3) Peran motivasi menyeleksi arah perbuatan. Di sini motivasi dapat berperan menyeleksi arah perbuatan bagi siswa (peserta didik) apa yang haras dikerjakan guna mencapai tujuan. Contoh: Untuk menghadapi ujian siswa (peserta didik) supaya lulus dan mendapat hasil yang baik, maka siswa (pesertas didik) harus mempu menyisihkan waktu yang optimal untuk kegiatan belajar dan tidak menyia-nyiakan waktu untuk menontonTV, mebaca novel, bermain, karena tidak sesuai dengan tujuan. 4) Peran motivasi internal dan eksternal dalam pemebelajaran. Dalam kegiatan siswaan, motivasi internal biasanya muncul dari dalam diri siswa (peserta didik) sedangkan motivasi eksternal siswa dalam pemebelajaran umumnya di dapat dari guru (pendidik). Jadi dua motivasi ini harus disinergikan dalam kegiatan pemebelajaran, apabila siswa (peserta didik) ingin meraih hasil yang baik.
  • 10. 19 5) Peranmotivasimenentukanketekunandalampemebelajaran. Seorang siswa (peserta didik) yang telah termotivasi untuk belajar, tentu dia akan berusaha seoptimal mungkin untuk belajar dengan tekun. Dengan harapan mendapat hasil yang baik dan lulus. Peran motivasi melahirkan prestasi. Motivasi sangat berperan dalam pemebelajaran siswa (peserta didik) dalam meraih prestasi belajar. Tinggi rendahnya prestasi seseorang siswa (peserta didik) selalu dihubungkan tinggi rendahnya motivasi pemebelajar seseorang siswa tersebut. Dalam proses pembelajaran, peran motivasi motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar yang dapat menggerakkan mesin. Motivasi yang baik dan memadai dapat mendorong siswa menjadi lebih aktif dalam belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar di kelas. Guru memiliki peranan penting dalam menumbuhkan motivasi belajar peserta didiknya melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengalaman dan kemampuan guru kepada siswa secara individual. Selain guru orang tua juga sangat berperan aktif dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa di rumahnya. Menurut Djamarah (2002: 114) bahwa dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan. Indikator seseorang yang memiliki motivasi belajar adalah: (a) tekun dalam belajar, (b) ulet menghadapi kesulitan, (c) perhatian dalam belajar, (d) berprestasi dalam belajar, dan (e) mandiri dalam belajar. Slavin (2009: 106) mengemukakan bahwa konsep motivasi berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang telah diperkuat pada masa lalu mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk diulangi dibanding perilaku
  • 11. 20 yang belum diperkuat atau bahkan telah diberikan hukuman. Sejalan pendapat di atas Fathurrohman dan Sutikno (2007: 18) menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar adalah siswa yang tekun dalam belajar, memiliki perhatian dalam belajar, ulet menghadapi kesulitan, berprestasi dalam belajar, dan mandiri dalam belajar. Motivasi belajar mempunyai peranan penting dalam me mberi rangsangan, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan proses belajar (Iskandar, 2009: 191). Motivasi dan pembelajaran adalah dua hal yang saling mempengaruhi. pembelajaran adalah kegiatan yang mengubah tingkah laku melalui latihan dan pengalaman sehingga menjadi lebih baik sebagai hasil dari penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam proses pembelajaran, seseoarang siswa yang tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka tidak akan mungkin aktivitas belajar terlaksana dengan baik, sedang bagi guru apabila tidak mempunyai motivasi untuk mengajakan ilmunya kepada siswa juga tidak akan ada proses pembelajaran (Iskandar, 2009: 180-181). Motivasi belajar bisa timbul karena faktor instrinsik atau faktor dari dalam diri manusia yang disebabkan oleh dorongan atan keinginan akan kebutuhan belajar, harapan, dan cita-cita (Slavin, 2009: 115). Faktor ekstrinsik
  • 12. 21 juga mempengaruhi motivasi belajar. Faktor ekstrinsik berupa adanya penghargaan, dan lingkungan belajar yang menyenangkan. Guru memiliki peranan penting dalam menumbuhkan motivasi belajar peserta didiknya melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengalaman dan kemampuan guru kepada siswa secara individual. Selain guru orang tua juga sangat berperan aktif dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa di rumahnya (Slavin, 2009: 145). Salah satu tugas pokok yang melekat pada diri seseorang guru adalah sebagai motivator bagi siswa agar memilki semangat dan kemauan untuk lebih giat dalam belajar. Sosok seorang guru di depan kelas adalah sebagai motivator siswa agar memiliki semangat dan kemauan untuk belajar yang lebih aktif, kreatif, dan inovatif. Selama kegiatan belajar di kelas, fak tor motivasi memegang peranan yang besar untuk menjaga kelangsungan pembelajaran siswa di kelas dalam tingkat kesungguhan dan ketekunan belajar yang tinggi di kelas. Ada dua motivasi yang dapat timbul pada diri siswa yaitu; motivasi yang tumbuh dari kesadaran pribadi untuk melakukan sesuatu yang didorong oleh keinginan, cita-cita, harapan, dan adapula motivasi yang muncul dari luar diri siswa (motivasi eksternal). Tugas seorang guru sebagai motivator untuk mendorong, menggerakkan supaya siswa melakukan atau tidak melakukan sesuatu untuk tercapainya tujuan pembelajaran di kelas. Hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam membangkitkan motivasi siswa belajar di kelas menurut (Iskandar, 2009: 190-191) adalah: (1) Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa. Pada awal pembelajaran seharusnya guru terlebih dahulu menjelaskan mengenai tujuan pembelajaran yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar
  • 13. 22 motivasi siswa dalam belajar, (2) Hadiah (Reward). Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Pemberian hadia untuk siswa yang berprestasi akan memacu semangat mereka untuk belajar lebih giat. Pemberian hadia untuk siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi, (3) Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya, (4) Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun, (5) Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses pembelajaran. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya, (6) Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke siswa, (7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik, (8) Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok, (9) Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, dan (10) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan belajar Menurut Reid (2007: 20) ada beberapa hal membuat siswa termotivasi dalam belajar yaitu: (1) karena tugas, (2) karena penghargaan, (3) pengaruh
  • 14. 23 kelompok teman sebaya, (4) karena umpan balik, (5) karena pencapaian prestasi, (6) karena lingkungan, dan (7) karena sekolah. Dengan demikian maka yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini adalah dorongan internal yang terjadi pada diri seorang siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang ditunjukkan oleh beberapa indikator motivasi belajar siswa yaitu; (a) ada keinginan untuk berhasil, (b) tekun dalam belajar, (c) ulet menghadapi kesulitan belajar, (d) perhatian dalam belajar, (e) berpretsai dalam belajar, dan (f) mandiri dalam belajar. 2. Hakikat Lingkungan Belajar Menurut Rohani (2004: 19) lingkungan belajar didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran itu sendiri yang dapat difungsikan sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar. Yang dimaksud dengan lingkungan belajar siswa dalam penelitian ini adalah lingkungan belajar siswa di rumah atau tempat tinggal siswa dan lingkungan belajar siswa di sekolah. Ahiri (2008: 122) mengemukakan bahwa lingkungan adalah kondisi yang diciptakan oleh pola hubungan antara pribadi dalam lingkungan tersebut. Sedangkan Hodgetts dan Kuratko dalam Ahiri (2008: 122) mengemukakan bahwa sulit untuk mendefinisikan secara jelas istilah lingkungan. Hal ini disebabkan terlalu banyak unsur-unsur dalam kondisi yang mempengaruhi lingkungan. Namun demikian, ada empat unsur utama yang
  • 15. 24 berperan dalam pembentukan kondisi lingkungan, yaitu: (1) pengambilan keputusan praktis oleh pimpinan, (2) arus komunikasi antara pribadi, (3) motivasi berprestasi, dan (4) perhatian terhadap tugas. Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu” (Hamalik, 2002: 195). Sementra itu menurut Rohani (2004: 19) lingkungan belajar didefinisikan sebagai ”segala sesuatu yang dapat mendukung pembelajaran itu sendiri yang dapat difungsikan sebagai sumber pembelajaran atau sumber belajar”. Hal ini mempunyai arti bahwa lingkungan sebagai komponen pembelajaran faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor yang berperan penting dalam belajar seorang siswa. Hamalik (2002: 28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Sementara itu inti dari belajar adalah pengalaman dan pengalaman ini diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial. Dengan demikian, berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berada di luar diri siswa yang dapat mendukungnya dalam proses belajar. Menurut Hamalik (2002: 195) lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengruh tertentu kepada individu.
  • 16. 25 Proses pendidikan selalu berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan tersebut mencakup lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia, yang merupakan tempat pendidikan dan sekaligus merupakan pengdukung bagi berlangsungnya proses pendidikan. Sedangkan lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan antar pendidik serta orang lain yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Lingkungan sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Selanjutnya Hamalik (2002: 196) menjelaskan bahwa lingkungan yang mendukung proses belajar dikategorikan ke dalam empat kategori yaitu: (1) lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar maupun kelompok kecil, (2) lingkungan personal adalah lingkungan individu sebagai pribadi yang berpengaruh terhadap pribadi atau individu lain, (3) lingkungan alam (fisik) adalah semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar, dan (4) lingkungan kultural yang merupakan hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar dan dapat menjadi faktor npendukung pembelajarans, dalam hal ini termasuk sistem nilai, norma, dan adat kebiasaanl.
  • 17. 26 Bloom dalam Tarmidi (2006: 2) mendefinisikan lingkungan dengan kondisi, pengaruh dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Faktor lingkungan dapat dikelompokan atas lingkungan alami atau lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Lingkungan alami seperti keadaan suhu, kelembaban udara berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap (Depdiknas, 2003: 73). Lingkungan sosial, yang berwujud manusia dan representasinya berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal akan terganggu bila ada orang lain yang mundar-mandir di dekatnya atau keluar masuk kamarnya, atau bercakap-cakap didekat tempat belajarnya. Representase manusia seperti potret, tulisan, rekaman suara juga berpengaruh. Lingkungan sosial yang lain seperti suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, juga berpengaruh terhadap proses belajar. Inilah antara lain alasannya mengapa gedung sekolah didirikan di tempat yang jauh dari pabrik atau tempat kerja dan jauh dari keributan lalu lintas Menurut Suparno (2005: 33) Belajar akan berlangsung secara efektif dalam situasi kelas yang kondusif, artinya kelas, ruangan tempat pembelajaran berlansung harus bersih, nyaman, tenang, serta penuh dengan rasa saling
  • 18. 27 mempercayai, sehingga menimbulkan rasa anam bagi yang belajar. Dalam kondisi belajar seperti itu, siswa akan tertantang untuk bertanya dan mengerjakan tugas, mengungkapkan pendapat atau mengajukan pendapat, serta menanggapi persalahan karena mereka merasa aman dan nyaman, tidak takut berbuat salah. Slavin (2009: 154) mengemukakan bahwa strategi untuk menyediakan lingkungan pembelajaran yang efektif tidak hanya meliputi mencegah dan menanggapi perilaku yang buruk tetapi juga menyangkut penggunaan waktu di kelas secara baik, menciptakan atmosfer yang kondusif bagi minat belajar, dan membolehkan siswa melakukan kegiatan belajar yang melibatkan pikiran dan imajinasi. Selanjutnya Slavin (2009: 154) menjelaskan bahwa manajemen ruang kelas adalah metode yang digunakan untuk mengorganisasi kegiatan belajar di kelas, pengajaran, struktur fisik, dan menggunakan waktu dengan efektif, menciptakan lingkungan pembelajaran yang bahagia dan produktif, dan meminimalkan masalah perilaku dan gangguan lain. Sedangkan disiplin adalah metode yang digunakan untuk mencegah masalah perilaku terjadi atau menanggapi masalah perilaku dengan maksud mengurangi kejadianya pada masa yang akan datang. Menurut Sukmadinata (2004: 5) bahwa proses pendidikan selalu berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini mencakup lingkungan
  • 19. 28 fisik, sosial, intelektual, dan nilai-nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia yang merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan bagi berlangsungnya proses pendidikan. Lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan antar pendidik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dan corak pergaulan antara orang-orang yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik pihak peserta didik maupun guru dan pihak lainnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa tiap orang memiliki karakteristik pribadi masing-masing, baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok. Karakteristik ini meliputi karakteristik seperti tinggi dan besar badan, nada suara, roman muka, gerakgerik, dan lain-lain. Sedangkan karakteristik psikis seperti sifat sabar, pemarah (temperamen), sifat jujur, setia (watak), kemampuan intelektual, seperti jenius, cerdas, bodoh, serta kemampuan psikomotor seperti cekatan dan terampil. Proses pembelajaran siswa memerlukan sesuatu lingkungan yang memungkinkan siswa berkomunikasi, baik dengan guru, dengan temannya maupun dengan lingkungannya. Sardiman (2006: 147) mengemukakan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, selain dipengaruhi oleh komponen-komponen pokok seperti materi, metode yang diterapkan, media
  • 20. 29 yang dipergunakan dan lain-lain, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya yaitu soal hubungan antara guru dengan siswa. Kelas bukan sekedar ruangan tempat berkumpul siswa-siswa untuk mempelajari sesuatu dari gurunya, tetapi kelas merupakan lingkungan masyarakat kecil yang mencerminkan keadaan masyarakat luas di luar sekolah. Di dalam kelas pada saat yang sama berkumpul sejumlah anak yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, serta perbedaan individu seperti fisik, kematangan psikologis dan emosional, bakat dan intelegensi, kecepatan belajar, sikap pada diri sendiri, sikap kepada orang lain, dan jenis kelamin. Oleh karena itu dengan keberagaman komponen-komponen yang ada di dalam kelas, maka akan memungkinkan terjadinya kegaduhan, konflik atau pertentangan yang berarti memerlukan tindakan pengelola kelas yang kondusif. Dimensi mengelola kelas menurut Sardiman (2006: 169) meliputi tiga ranah, yaitu: (a) menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses pembelajaran, (b) mengatur tata ruang kelas yang memadai, (c) menciptakan iklim belajar yang serasi. Sedangkan menurut Mulyasa (2005: 16) bahwa lingkungan belajar yang kondusif antara lain dapat berkembang melalui berbagai layanan dan kegiatan meliputi (a) memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran, (b) memberikan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang kurang berhasil
  • 21. 30 atau berhasil rendah, (c) mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, aman dan nyaman bagi perkembangan potensi seluruh peserta didik secara optimal, (d) menciptakan kerja sama dan saling menghargai, baik antara peserta didik maupun antara peserta didik dengan guru dan pengelola pembelajaran lainnya, (e) melibatkan peserta didik dalam proses perencanaan belajar dan pembelajaran, (f) mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggung jawab bersama antara peserta didik dengan guru, sehingga guru lebih banyak bertindak sebagai sumber belajar, dan (g) mengembangkan sistem evaluasi dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi diri sendiri (self evaluation). Lingkungan belajar pada hakekatnya adalah melakukan pengelolaan lingkungan belajar. Menurut Rianto (2007: 1) bahwa pengelolaan kelas merupakan upaya guru untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar, serta mengendalikannya bia terjadi ganguan dan penyimpangan sehingga proses belajar dapat berlansung optimal. Menurut Walgito (2004: 155) apabila kita berbicara tentang lingkungan belajar, maka kita akan membahas masalah yang berhubungan dengan tempat, alat-alat untuk belajar, suasana, waktu, dan pergaulan. Untuk lebih jelasnya, secara lebih terperinci hal-hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tempat
  • 22. 31 Tempat belajar yang baik merupakan tempat yang tersendiri, yang tenang, mempunyai warna dinding yang tidak menyolok dan di dalam ruangan tidak terdapat hal-hal yang dapat mengganggu perhatian. Disamping itu juga perlu diperhatikan mengenai suhu, penerangan dan ventilasi udara dengan baik. 2. Alat-alat untuk belajar Dalam proses belajar dan mengajar, peralatan dan perlengkapan belajar merupakan komponen penting yang turut menentukan kualitas pembelajaran. Proses belajar dan mengajar tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari perlatan yang memadai. Dalam proses belajar dan mengajar, semakin lengkap peralatan yang ada, maka PBM akan dapat berjalan dengan lebih baik. 3. Suasana Suasana belajar disini adalah berbagai elemen atau aspek dalam lingkungan yang ada dalam proses belajar siswa. Suasana disini berkaitan dengan hal atau peristiwa yang sering terjadi di sekitar siswa dalam aktivitas belajarnya. Suasana belajar merupakan salah satu aspek yang dapat mendukung proses belajar siswa.
  • 23. 32 Dengan melihat begitu pentingnya aspek suasana belajar dalam proses belajar siswa, maka perlu diciptakan suasana yang tenang, tenteram dan damai yang dapat mendukung proses belajar siswa baik di sekolah maupun di sekitar tempat tinggalnya. 4. Waktu. Dalam masalah penetapan waktu belajar, hendaknya dapat diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar di sekolah sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari. Hal ini dimaksudkan bahwa diwaktu pagi hari kondisi siswa masih dalam keadaan segar. Masalah waktu belajar yang sering dihadapi oleh siswa adalah waktu yang ada untuk belajar tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu sorang siswa harus dapat mengatur waktu belajarnya sendiri dengan cermat. Dalam pengaturan waktu belajar, seorang harus dapat mencari dan membagi waktu yang ada dengan adil antara waktu untuk belajar, bermain, aktivitas lain-lain dan juga waktu istirahat. 5. Pergaulan. Pergaulan anak, dalam hal ini adalah dengan siapa anak itu bermain akan berpengaruh terhadap belajar anak. Apabila anak dalam bergaul memilih dengan teman yang baik, maka akan berpengaruh baik terhadap diri anak,
  • 24. 33 dan sebaliknya apabila anak bergaul dengan teman yang kurang baik, maka akan membawa pengaruh yang tidak baik pada diri anak. Saroni (2006: 82-84) mengemukakan bahwa lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses belajar berlansung. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Kedua lingkungan ini dalam proses belajar harus saling mendukung sehingga siswa merasah betah di sekolah dan mau mengikuti proses belajar sadar, bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang ada di sekitar siswa, baik itu di kelas, di sekolah atau di luar sekolah yang dapat dioptimalkan pengelolaannya agar interkasi pembelajaran lebih efektif dan efisien. Lingkungan sosial berhubungan dengan pola interaksi antar personal yang ada lingkungan sekolah. Lingkungan sosial ini berfungsi untuk menciptkan suasana belajar yang aman, nyaman, dan kondusif. Suasana kelas yang kondusif dapat mendukung berkembangnya pemikiran siswa. Menurut Mariana (2005: 13) lingkungan belajar dapat merefleksikan ekspektasi yang tinggi untuk kesuksesan seluruh siswa. Lingkungan tersebut mencakup ruangan fisik tempat berlansungnya belajar, lingkungan sosial, dan lingkungan psikologis siswa dapat mendorongnya untuk belajar.
  • 25. 34 Kelebihan pandangan Mariana dari ahli lainnya adalah adanya lingkungan psikologis, berarti bahwa lingkungan belajar itu tidak cukup jika hanya dilihat dari lingkungan fisik dan sosial, tetapi yang lebih penting adalah lingkungan psikologis, karena walaupun lingkungan fisik tempat belajar sangat memadai dan lingkungan sosial sangat kondusif tetapi jika siswa tidak memiliki motivasi dan minat untuk belajar maka tetapi hasil belajar siswa tidak akan baik. Sebaliknya walaupun lingkungan fisik tidak memadai dan lingkungan sosial kunrang kondusif, tetapi siswa memiliki motivasi dan minat belajar yang tinggi maka hasil belajar siswa akan tinggi. Sidik (2005: 148) mengemukakan bahwa lingkungan belajar yang menarik minat dan menunjang siswa dalam belajar erat kaitannya dengan keadaan lingkungan fisik kelas, pengaturan ruangan, pengelolaan siswa, dan pemanfaatan sumber belajar. Lingkungan belajar yang ditata rapi untuk mendukung belajar, menjadikan siswa berkata bahwa belajar itu segar, hidup, dan penuh semangat. Dari cara menempel pster di dinding, pengaturan bangku, penyusunan bahan-bahan pembelajaran, sampai pada kebersihan kelas, semua menjadi inspirasi dalam belajar. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan kegiatan yang berpusat pada siswa merupakan iklim sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar
  • 26. 35 siswa (Slameto, 2003: 64). Lingkungan belajar di sekolah merupakan situasi yang turut serta mempengaruhi kegiatan belajar individu. Hamalik (2002: 195) menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki pengaruih tertentu kepada individu. Lingkungan belajar sebagai faktor eksternal siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Syah (2003: 152) dapat digolongkan menjadi dua yaitu: lingkungan sosial dan ligkungan nonsosial. Untuk lebih jelasnya, lingkungan belajar siswa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial adalah seluruh warga sekolah, baik itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas, semuanya dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang dapat menunjukkan sikap dan perilaku yang baik dan juga dapat memperlihatkan teladan yang baik khususnya dalam hal belajar seperti misalnya rajin membaca, hal tersebut dapat memberikan motivasi yang positif bagi belajar siswa. Demikian halnya apabila teman-teman di sekolah mempunyai sikap dan perilaku yang baik serta memiliki semacam etos belajar yang baik seperti misalnya rajin belajar akan berpengaruh positif terhadap belajar siswa.
  • 27. 36 Lingkungan sosial siswa di rumah antara lain adalah masyarakat, tetangga dan juga teman-teman bergaul siswa di rumah yang mempunyai andil cukup besar dalam mempengaruhi belajar siswa. Keadaan masyarakat yang serba kekurangan, tidak memperhatikan masalah pendidikan dan juga temanteman bergaul siswa yang suka keluyuran, begadang, suka minum-minum apalagi teman lawan jenis yang amoral, pezinah, pemabuk dan lain sebagainya tentu akan menyeret siswa kepada bahaya besar dan kemungkinan besar akan mengganggu proses belajarnya. Jadi apabila siswa dalam bergaul memilih teman yang baik, maka akan berpengaruh baik terhadap belajar siswa, dan sebaliknya apabila siswa memilih bergaul dengan anak yang tidak baik, maka akan membawa dampak yang tidak baik pada dirinya. Lingkungan sosial yang dominan dalam mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Hal ini dapat dipahami, karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan belajar pertama dan utama bagi seorang anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto (2004: 141)yang mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan belajar pertama sebelum anak masuk dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Sifat dan sikap orang tua dalam mengelola keluarga (cara mendidik), ketegangan keluarga dan dapat memberi dampak positif maupun negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran keluarga dalam hal ini adalah orang tua sangat besar pengaruhnya
  • 28. 37 terhadap keberhasilan belajar anak. Orang tua harus berperan aktif dalam mendukung keberhasilan anaknya dengan berusaha semaksimal mungkin memenuhi semua kebutuhan anak dalam belajar. 2. Lingkungan Non-sosial Lingkungan non-sosial siswa yang berpengaruh terhadap belajarnya diantaranya adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa dan juga mass media. Untuk menyelenggarakan pendidikan di sekolah, gedung merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi oleh sekolah. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka keberadaan gedung sekolah harus diperhatikan dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Rumah dengan kondisi yang sempit dan berantakan serta kondisi perkampungan tempat tingal siswa yang padat, bising dan sebagainya sangat tidak mendukung belajar siswa. Untuk mendukung belajar siswa, perlu diciptakan suasana rumah yang, rapi, tenang dan tenteram. Suasana tersebut dapat tercipta ketika dalam keluarga terdapat hubungan yang harmonis antara orang tua dengan anak atau anak dengan anggota keluarga yang lain. Dalam susana rumah yang tenang dan tenteram, selain akan kerasan dan betah tinggal
  • 29. 38 di rumah, mereka juga dapat belajar dengan baik dan dapat membantu meraih prestasi belajar yang optimal. Lingkungan belajar yang kondusif, baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah akan menciptakan ketenangan dan kenyaman siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih mudah menguasi materi belajar secara maksimal. Slameto (2003: 72) menyatakan bahwa lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga bagian yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Sudarmanto, 2007: 3). Menurut Aqib (2002: 65-67)) lingkungan yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga terdiri dari:orang tua, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga. Lingkungan sekolah terdiri dari; cara penyajian pelajaran yang tidak menarik, hubungan guru dengan murid, hubungan anak dengan anak, bahan pelajaran yang terlalu tinggi, alat-alat belajar di sekolah, jam-jam pelajaran yang kurang baik. Lingkungan masyarakat terdiri dari: media massa, teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan corak kehidupan tetangga.
  • 30. 39 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar merupakan segala sesuatu baik disengaja maupun tidak disengaja diciptakan untuk mendukung kegiatan belajar yang meliputi kondisi ruang fisik belajar, tata letak ruang belajar, kondisi alat-alat belajar, aturan dan kedisiplinan, suasana tempat belajar, ruang kelas yang aman dan nyaman, hubungan antara siswa dengan siswa, dan hubungan antara siswa dengan guru. 3. Hakikat Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial a. Hakikat Belajar Belajar hakekatnya adalah suatu proses yang diketahui dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar diindikasikan oleh perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada diri individu yang belajar (Trianto, 2009: 7). Salah satu cara untuk mengetahui sesuatu adalah dengan cara belajar. Belajar adalah setiap usaha pendidikan, karena tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Karena begitu pentingnya arti belajar, maka belajarpun diarahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas dalam mendalami mengenai proses perubahan manusia. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar.
  • 31. 40 Belajar merupakan suatu proses perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku seseorang yang diakibatkan oleh pengalaman. Pengalaman yang sengaja didesian untuk mengingkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang akan menyebabkan berlansungnya proses belajar (Smith dan Ragan, 2003: 21). Definisi belajar yang dikemukakan oleh Sminth dan Ragan ini mengandung beberapa konsep penting yaitu (1) durasi perubahan perilaku bersifat reletif permanen, (2) perubahan terjadi pada struktur dan isi pengetahuan orang yang belajar, (3) penyebab terjadinya peru bahan pengetahuan dan perilaku adalah pengalaman yang dialami oleh siswa, bukan pertumbuhan atau perkembangan, dan (4) proses belajar dapat berlansung baik dalam situasi formal maupun dalam situasi informal. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi siswa dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu kegiatan belajar merupakan aktivitas yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, hal ini berati bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar itu berlangsung. Whittaker dalam Djamarah (2002: 12) mendefinisikan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
  • 32. 41 hasil interaksi siswa dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu kegiatan belajar merupakan aktivitas yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, hal ini berati bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar itu berlangsung. Menurut Sardiman (2006: 20) bahwa pengertian belajar dapat dilihat secara mikro maupun secara makro. Dalam pengertian luas (makro) belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit (mikro) belajar diartikan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian yang seutuhnya. Dalam belajar juga tercakup segenap aspek tingkah laku yang akan mengarah pada perubahan sebagai hasil belajar. Menurut Usman dan Setiawati (2001: 4) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu, dalam individu dan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Suatu proses belajar dilakukan baik melalui jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah yang berlangsung terus-menerus dan akan membawa individu ke arah kedewasaan yang pada
  • 33. 42 hakekatnya adalah perubahan tingkah laku untuk dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Menurut Purwanto (2004: 85) bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang tidak baik. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil dari belajar. Menurut Slameto (2003: 8) bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, yang dicapai melalui interaksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini dapat dipahami bahwa perubahan yang terjadi dalam diri individu banyak sekali jenisnya karena itu sudah barang tentu tidak semua perubahan dalam diri individu merupakan hasil belajar. Lebih lanjut Slameto (2003:15) menyatakan bahwa ciri-ciri perubahan dalam belajar adalah: (1) perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan kondisional, (2) perubahan yang terjadi secara sadar, (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) perubahan dalam belajar bersifat permanen, (5) perubahan dalam belajar
  • 34. 43 memiliki tujuan yang terarah, (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Menuru Trianto (2010: 9) bahwa inti dari belajar adanya perubahan tingkah laku karena adanya suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan keterampilan, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Pengalaman dalam proses belajar adalah bentuk interaksi antara individu dengan lingkungan. Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada indi-vidu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertum-buhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja mau-pun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang di-maksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar di sini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi ke-biasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil dari belajar. Belajar adalah proses
  • 35. 44 mendapatkan perubahan yang relatif tetap dalam pengertian, sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan (Good dan Jare, 1990: 213). Menurut teori konstruktivisme bahwa pengetahuan sebagai hasil dari kegiatan belajar adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri, bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan tersebut. Konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, maka tetap tidak akan berkembang pengetahuannya. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi. Seseorang yang belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam menginterprestasikannya (http://dian75. wordpress.com/ 2010/07/29/). Konstruktivis percaya bahwa “pembelajar mengonstruksi realitasnya sendiri atau paling tidak menafsirkannya berdasarkan pada persepsi-persepsi pengalaman mereka, sehingga pengetahuan individu menjadi sebuah fungsi
  • 36. 45 dari pengalaman, struktur mental, dan keyakinan-keyakinan seseorang sebelumnyayang digunakan untuk menafsirkan objekdan peristiwa (Good & Brophy, 1990: 258). Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman. Pembelajaran adalah sebuah interpretasi personal terhadap dunia. Pembelajaran adalah sebuah proses aktif yang di dalamnya makna dikembangkan atas dasar pengalaman. Pertumbuhan konseptual datang dari negosiasi makna, pembagian perspektif ganda, dan perubahan bagi representa-si pembelajaran internal kolaboratit. kita Pembelajaran melalui harus disituasikan dalam seting yang realistis; pengujian harus diintegrasikan dengan tugas dan bukan sebuah aktivitas yang terpisah (Sternberg, 1997: 217). Menurut Hamalik (2002: 32-33) bahwa belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut.
  • 37. 46 1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris, dan sebagainya maupun kegiatankegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat. Apa yang telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinu di bawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap. 2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami. 3) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. 4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan men-dorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan frustrasi. 5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
  • 38. 47 1) Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru. 2) Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil. Faktor kesiapan ini erat hubungannya dengan masalah kematangan, minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan. 3) Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila murid tertarik akan sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasa bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya.
  • 39. 48 Namun demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil. 4) Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang lemah, lelah akan menyebabkan perhatian tak mungkin akan melakukan kegiatan belajar yang sempurna. Karena itu faktor fisiologis sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar. 10) Faktor intelegensi. Murjd yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran dan lebih mudah rrtengingat-ingatnya. Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan. Hal ini berbeda dengan siswa yang kurang cerdas, para siswa yang lamban.
  • 40. 49 Dari pendapat para ahli di atas dapat pahami bahwa belajar adalah merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan siswa sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dinyatakan dengan hasil belajar. Perubahan yang dimaksud meliputi aspek kognitif, efektif, maupun psikomotor. b. Hasil Belajar Menurut Jihad dan Haris (2008: 14) bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegaitan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Bloom (1975) dalam Jihad dan Haris (2008: 14-15) berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu (1) pengetahuan tentang fakta; (2) pengetahuan tentang prosedural; (3) pengetahuan tentang konsep; dan (4) pengetahuan tentang prinsip. Sedangkan keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu (1) keterampilan untuk berpikir atau
  • 41. 50 keterampilan kognitif; (2) ketampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik; (3) keterampilan bereaksi atau bersikap; dan (4) keterampilan berinteraksi. Putra (2009: 172) bahwa hasil belajar adalah hasil usaha yang diperoleh siswa melalui proses belajar berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, yang diukur melalui tes. Hasil belajar diperoleh dengan cara melakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Kemajuan hasil belajar siswa tidak saja diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga sikap dan keterampilan. Dengan demikian penilaian hasil belajar siswa mencakup segala hal yang dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Hamalik (200 2: 28) bahwa hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. Dari kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Setelah melalui pembelajaran, maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar.
  • 42. 51 Sudjana (2002: 34) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa (Hamalik, 2002: 37). Menurut Chaplin dalam Susanto (2001: 19) bahwa hasil belajar adalah hasil karya akademis yang dinilai oleh guru ataupun melalui tes-tes yang dibakukan maupun kombinasi dari keduanya. Dali dalam Susanto (2001: 19) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan prestasi atau perolehan. Dalam hal ini hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu prestasi yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar mengajar. Seorang siswa dikatakan telah belajar jika adanya perubahan tingkah laku pada siswa tersebut, yaitu perubahan tingkah laku yang menetap. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah laku pada siswa tersebut merupakan hasil dari belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku.” Hasil belajar adalah penguasaan hubungan yang telah diperoleh sehingga orang itu dapat menampilkan pengalaman dan penguasaan bahan pelajaran yang telah dipelajari (http://one.indoTesis.com. 2 Juli 2009).
  • 43. 52 Triyuni (2009: 117) Hasil belajar merupakan salah satu ukuran keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Hasil belajar merupakan salah satu ukuran keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran (http://Tesis. unila.ac.id. 7 Agustus 2009). Kingsly dalam Basri (2008: 219) membagi tiga macam hasil belajar yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Mengacu pada pendapat tersebut maka hasil belajar adalah merupakan bukti keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui kegiatan pembelajaran di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Hasil belajar ini dinyatakan dalam bentuk angka. Mengacu pada pendapat tersebut maka hasil belajar adalah merupakan bukti keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui kegiatan pembelajaran di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Hasil belajar ini dinyatakan dalam bentuk angka. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar. Belajar itu adalah suatu proses dalam diri seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Perubahan tingkah laku dalam belajar sudah ditentukan berdasarkan kemampuan siswa.
  • 44. 53 Mengacu pada beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku dalam arti diperolehnya kemampuankemampuan baru yang berlaku secara permanen dan perubahan perilaku tersebut karena adanya upaya dan pengalaman yang diakibatkan oleh pengaruh internal dan ekstemal. Syah (2003: 132) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yakni sebagai berikut : a. Faktor Internal Siswa Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Yang termasuk dalam faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah : 1). Aspek fisiologis Kondisi tubuh dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dengan sendirinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ tubuh siswa seperti indera pendengaran dan indera penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan yang disajikan di kelas maupun yang dipelajarinya sendiri. 2). Aspek psikologis
  • 45. 54 Banyak faktor yang mempengaruhi dalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pengetahuan siswa. Namun demikian diantara faktor-faktor yang ada, faktor rohaniah pada umumnya dipandang lebih esensial. Faktor rohania meliputi: a). Intelegensi kemampuan siswa, intelegensi psiko-fisik untuk pada umumnya mereaksi merupakan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang cepat. Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi memang harus diakui bahwa peranan otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada organ-organ tubuh lainnya, sebab otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktivitas manusia. b). Sikap siswa, sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk memberikan reaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap suatu obyek, baik secara positif maupun secara negatif. Sikap siswa yang positif terutama terhadap pelajaran dan guru merupakan tanda yang baik terhadap proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap siswa yang negatif terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan, apalagi bila
  • 46. 55 diiringi dengan kebencian terhadap lingkungan sekitarnya, maka dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa tersebut. c). Bakat siswa, bakat secara umum dapat diartikan sebagai potensi untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melaksanakan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seseorang siswa yang berbakat dalam bidang pendidikan ekonomi misalnya akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan bidangnya (ekonomi) dibandingkan dengan siswa lainnya yang tidak memiliki bakat dalam bidang ekonomi. d). Minat siswa, secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seseorang siswa yang memiliki minat dalam bidang ekonomi akan lebih mudah untuk memahami informasi dan pengetahuan dalam bidang tersebut bila dibandingkan dengan siswa lainnya yang tidak memiliki minat.
  • 47. 56 e). Motivasi siswa, pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme, baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok daya atau yang mendorong untuk berbuat secara terarah. b. Faktor Eksternal siswa Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa. Yang termasuk dalam faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah : 1). Faktor lingkungan sosial Lingkungan sosial seperti guru, staf administrasi dan teman-teman sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin belajar dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. 2). Faktor lingkungan non-sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-soaial yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain, bidang sekolah dan letaknya, keadaan dan waktu belajar, juga yang terpenting adalah fasilitas belajar siswa seperti keadaan tempat belajar, alat tulis menulis, meja, kursi serta buku teks dan lain-lain.
  • 48. 57 c. Konsep Ilmu Pengetahuan Sosial Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”. Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
  • 49. 58 peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Depdiknas, 2006: 417). Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. menurut Mulyono (2002: 8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Said (2006: 4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta
  • 50. 59 didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan . Mata pelajaran IPS di jenjang pendidikan SMP/MTS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan dalam hal (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (Depdiknas, 2006: 417). Selanjutnya dijelaskan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek (1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan, (2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan, (3) Sistem Sosial dan Budaya, (4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan. Secara rinci Hasan (2002: 40) merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan. Sejalan dengan tujuan pendidikan IPS maka (Sumaatmadja, 2006: 69) menyatakan bahwa pendidikan IPS adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
  • 51. 60 dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk pendidikan dasar dan menengah memuat tentang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Depdiknas, 2006: 417). Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Berdasarkan tuntutan permen tersebut sangat jelas bahwa IPS
  • 52. 61 merupakan mata pelajaran yang berorientasi tidak hanya pengembangan intelektual, tetapi juga sikap dan ketrampilan. IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Soemantri. 2001: 89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Strategi penyampaian pengajaran IPS di sekolah yang berlansung saat ini, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum” (Mahmud, 2009: 5). Menurut Gunawan (2011: 3) bahwa pendidikan IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalu pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis, serta kebermaknaanya bagi siswa dalam
  • 53. 62 kehidupannya, mulai dari tingkat SD sampai SMA, atau membekali dan mempersiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi khususnya dalam bidang ilmu social diperguruan tinggi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan kognitif yang diperoleh siswa dari proses belajar sebagai proses perwujudan segala upaya yang telah dilakukan selama proses pem,belajaran IPS berlangsung yang dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. B. Penelitian Relevan Adapun penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini, di antaranya adalah: penelitian yang dilakukan oleh Sambudiono tahun 2009 dalam penelitiannya yang berjudul hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar siswa menemukan adanya hubungan yang positif dan sangat signifikan antara motivali belajar dengan hasil belajar siswa seperti ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar anatara motivasi belajar dengan hasil belajar sebesar 0.433 dengan koefisien determinasi sebasar 18,75 yangt berarti sekitar 19% variasi hasil belajar ditentukan oleh variasi motivasi belajar siswa.
  • 54. 63 Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Yuliana tahun 2011 yang berjudul hubungan antara lingkungan belajar dan motivasi belajar dengan hasil belajar IPS di SMP negeri 1 Napabalano, menemukan adanya hubungan yang positif dan sangat signifikan antara lingkungan belajar dengan hasil belajar seperti yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,546 dengan koefiein determinasi sebesar 29,81 yang berarti sekitar 30% variasi hasil belajar ditentukan oleh dukungan lingkungan belajar yang kondusif. Penelitian Yuliana juga menemukkan adanya hubungan antara motivasi belaja siswa dengan hasil belajar IPS di SMP negeri 1 Napabalano seperti ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0.602 dengan koefisien determinasi sebesar 0,362 yang berarti sekitar 36% variasi hasil belajar ditentukan oleh variasi motivasi belajar siswa. Penelitian Ilmi tahun 2011 yang berjudul hubungan antara motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan hasil belajar juga menemukan adanya hubungan yang positif dan sangat siginifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar seperti ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,617 dengan koefisisen determinasi 0,3807 yang berarti sekitar 38% variasi yang terjadi pada hasil belajar ditentukan oleh variasi motivasi belkajar. Penelitian ilmi juga menemukan adanya hubungan yang positif dan sangat signifikan antara lingkungan belajar dengan hasil belajar seperti ditunjukkan oleh koefisien
  • 55. 64 korelasi seperti ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,339 dan koefisien determinasi sebesar 0,115 yang berarti sekitar 12% variasi yang terjadi pada hasil belajar ditentukan oleh dukungan lingkungan belajar. Berdasarkan beberapa penelitian relevan tersebut, maka peneliti menganggap bahwa penelitian tentang hubungan antara motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan hasil belajar siswa adalah penting untuk dilakukan dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan mengelola lingkungan belajar yang kondusif untuk mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar. C. Kerangka Pikir 1. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Kepercayaan diri adalah keyakinan dalam diri seseorang siswa akan kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Kepercayaan diri siswa merupakan salah satu faktor yang menentukan motivasi belajar siswa. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang menjadikan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, namun dengan rasa percaya
  • 56. 65 diri yang dimiliki dapat mendorong seorang siswa untuk menyelesaikan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas yang diberikan guru di sekolah sesuai dengan kemampuan sendiri serta tidak menggantungkan diri pada orang lain, serta berani mengambil sikap sesuai dengan hati nuraninya. Siswa yang mempunyai kepercayaan diri tinggi, pada umumnya memiliki harapan sukses yang lebih tinggi dibanding dengan rasa tidak percaya dirinya akan mengalami kegagalan. Siswa yang kepercayaan dirinya tinggi akan selalu merasa optimis dalam mengerjakan setiap pekerjaan yang dihadapi sehingga selalu optimis untuk mencapai tujuan. Kepercayaan diri merupakan restasi merupakan salah satu faktor penting dalam psikologi pendidikan. Kepercayaan diri menunjukkan adanya upaya keras untuk memperoleh kesuksesan dan untuk memperoleh sesuatu sesuai dengan tujuan, sehingga mendorong siswa untuk selalu belajar dengan giat demi mencapai hasil belajar yang lebih baik. Siswa yang percaya diri tidak memiliki beban secara psikologi dalam belajar atau dalam menyelesaikan tugas-tugas di sekolah sehingga terhindar dari sters dan akahirnya akan mampu menyelesaikan semua tugas atau ujian dengan baik dan akhirnya akan mendapatkan hasil lebih baik atau dapat mencapai tujuannya. Sebaliknya siswa yang tidak memiliki kepercayaan diri maka akan mengalami beban dalam belajar, dia selalu dibayang-bayangi oleh perasan gagal sehingga motivasinya untuk belajar menjadi rendah.
  • 57. 66 Dengan demikian diduga bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepercayaan diri siswa dengan motivasi berlajar. Semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin tinggi motivasi belajar siswa, demikian sebaliknya bahwa semakin rendah kepercayaan diri siswa maka semakin rendah motivasinnya untuk belajar. 2. Hubungan Lingkungan Belajar dengan Hasil Belajar Lingkungan belajar mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Lingkungan belajar meiliputi lingkungan fisik, dan lingkungan non-fusik. lingkungan sosial berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Belajar dalam lingkungan yang kondusif seperti penataan ruang belajar yang baik, ketersediaan udara yang segar akan membuat siswa lebih betah untuk berada dalam kelas dan belajar sehingga hasil belajar siswa akan lebih tinggi dibanding dengan belajar dalam kondisi ruang kelas yang tidak tertata dengan baik, dan dengan keadaan udara yang panas dan pengap. Lingkungan sosial meliputi suasana hubungan interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan kepala sekolah, dan hubungan siswa dengan staf administrasi sekolah. Dengan adanya penataan lingkungan belajar yang baik diharapkan proses belajar siswa menjadi lebih baik dan hasil belajar yang diacapai siswa menjadi lebih tinggi. Lingkungan yang baik untuk
  • 58. 67 kegiatan belajar adalah lingkungan yang memiliki media massa dan fasilitas belajar yang memadai, serta pola pergaulan dan kehidupan masyarakat bersifat positif dan menunjang kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang ditata rapi untuk mendukung belajar, menjadikan siswa berkata bahwa belajar itu segar, hidup, dan penuh semangat. Dari cara menempel poster di dinding, pengaturan bangku, penyusunan bahanbahan pembelajaran, sampai pada kebersihan kelas, semua menjadi inspirasi dalam belajar. Dengan kata lain bahwa segala sesuatu yang ada dalam kelas akan menyampaikan pesan yang mamacu atau menghambat motivasi belajar Lingkungan belajar adalah situasi atau suasana dalam belajar baik yang berwujud fisik maupun non-fisik atau lingkungan sosial. Dalam belajar siswa memerlukan lingkungan belajar yang kondusif baik secara fisik maupun nonfisik. Dengan demikian maka dapat diduga bahwa terdapat hubungan positif antara lingkungan belajar dengan motivasi belajar. Semakin kondusif lingkungan belajar maka semakin tinggi hasil belajar yang dicapai siswa, demikian sebaliknya bahwa semakin tidak kondusif lingkungan belajar siswa maka makin rendah hasil belajar yang dicapai oleh siswa. 3. Hubungan antara Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar secara Bersama-sama dengan Hasil Belajar
  • 59. 68 Seperti telah dikemukakan di atas bahwa kepercayaan diri merupakan suatu dorongan dari dalam diri individu untuk mencapai suatu nilai kesuksesan. Di mana nilai kesuksesan tersebut mengacu pada perbedaannya dengan suatu keberhasilan atas penyelesaian masalah yang pernah diraih oleh individu maupun berupa keberhasilan individu lain yang dianggap mengandung suatu nilai kehormatan. Kepercayaan diri terdiri atas dorongan-dorongan dari dalam indvidu untuk dapat mencapai tujuan dan bertahan ketika menghadapi rintangan. Kebutuhan akan prestasi mendorong seseorang siswa untuk mengungguli siswa lainnya berdasarkan ukuran seperangkat Standar. Dengan kata lain kebutuhan akan prestasi mendorong seseorang siswa untuk selalu sukses dalam melakukan suatu kegiatan. Kebutuhan akan kekuasaan membuat seseorang siswa untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu dimana orang lain tidak dapat berperilaku seperti itu. Faktor lain yang berhubungan dengan hasil belajar adalah lingkungan belajar. Lingkungan belajar mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, lingkungan belajar seperti lingkungan alami atau lingkungan fisik, dan lingkungan sosial berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Belajar dalam lingkungan yang kondusif seperti penataan ruang belajar yang baik, ketersediaan udara yang segar, hubungan komunikasi yang harmonis antara sesama siswa, dan antara siswa dengan guru dan seluruh warga sekolah akan
  • 60. 69 membuat siswa lebih betah untuk berada dan belajar di kelas atau di sekolah sehingga hasil belajar yang dicapai siswa akan lebih tinggi dibanding dengan belajar pada lingkungan yang tidak kondisif atau kondisi ruang kelas yang tidak tertata dengan baik, dengan keadaan udara yang panas dan pengap, serta dengan pola hubungan komunikasi yang tidak harmonis, karena aka membuat siswa tidak betah berada di kelas atau di sekolah dan tidak nyaman dalam belajar sehingga hasil belajarnya rendah. Siswa yang memiliki kepercayaan diri dalam belajar apabila didukung oleh lingkungan belajar yang kondusif maka akan meningkatkan motivasi belajar tinggi bagi siswa, sebaliknya kepercayaan diri yang tinggi untuk belajarmotivasi siswa untuk belajar menjadi tidak maksimal. lingkungan belajar meliputi lingkungan fisik maupun non-fisik. Dengan demikian maka dapat diduga bahwa terdapat hubungan positif antara kepercayaan diri siswa siswa dan lingklungan belajar secara bersama-sama dengan motivasi belajar siswa. Semakin tinggi motivasi belajar siswa dan semakin kondusif lingkungan belajar maka semakin tinggi hasil belajar siswa, sebalikinya semakin rendah kepercayaan diri siswa dan semakin tidak kondusif lingkungan belajar maka makin rendah motivasi belajar siswa. C. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
  • 61. 70 1. Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa di SMP negeri 3 Raha. 2. Ada hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa dengan motivasi belajar siswa di SMP negeri 3 Raha. 3. Ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dan lingkungan belajar siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa di SMP negeri 3 Raha.