SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 80
Descargar para leer sin conexión
Praktikum
   Fisika Dasar
Fakultas Pertanian



    Fakultas Pertanian
   Universitas Trunojoyo

              Oleh:
         Richard Blocher



         September 2007
Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher




                                           Daftar Isi



Daftar Isi ......................................................................................... I

Peraturan Praktikum.................................................................. III

Perhitungan Ralat ..........................................................................1

1     Prinsip-Prinsip Dasar .............................................................1
      1.1      Mengukur .......................................................................................... 1
               1.1.1 Apakah Mengukur itu ?....................................................... 1
               1.1.2 Hasil Pengukuran, Besaran yang Sebenarnya dan
                     Ralat .................................................................................... 2

2     Perkiraan Ralat yang Sederhana untuk satu Besaran
      yang Diukur .............................................................................5
      2.1      Statistika ............................................................................................ 5
               2.1.1     Sifat-sifat Ralat Statistis. ..................................................... 5
               2.1.2     Perkiraan untuk Ralat dan Nilai yang Sebenarnya .............. 7
               2.1.3     Bagaimana Kalau Mempunyai Hanya Satu Hasil
                         Ukur ?.................................................................................. 9
               2.1.4     Ralat Maksimal ................................................................... 9
      2.2      Cara menulis hasil ........................................................................... 10
      2.3      Ralat Sistematis ............................................................................... 10

3     Perambatan Ralat ................................................................. 11
      3.1      Prinsip ............................................................................................. 11
      3.2      Perkalian dengan Pangkat f ( x, y, z,... ) = Ax a ⋅ y b ⋅ z c ⋅ ... .............. 12
      3.3      Kombinasi Linear: f(x, y, z,…) = ax ± by ± cz ±…......................... 13
      3.4      Jumlah: f(x, y, z,…) = x ± y ± z ±… ............................................... 13
      3.5      Hubungan yang Lebih Kompleks.................................................... 13




                                                         I
II   Daftar Isi


     4     Grafik untuk Besaran yang Berhubungan .........................14
           4.1     Grafik dan Rumus ........................................................................... 14
                   4.1.1   Titik dalam Grafik dan Persamaan .................................... 14
                   4.1.2   Grafik dari fungsi linear .................................................... 16
                   4.1.3   Transformasi dari Fungsi Non Linear Menjadi
                           Linear ................................................................................ 17
           4.2     Metode Perkirakan dengan Melihat................................................. 19
           4.3     Perkiraan Ralat ................................................................................ 20

     Soal Latihan ..................................................................................26



     Petunjuk Praktikum ....................................................................29

     1     Bandul Matematis .................................................................29

     2     Elastisitas ...............................................................................34

     3     Hukum Newton II .................................................................39

     4     Bola Jatuh Bebas ...................................................................46

     5     Koefisien Muai Panjang .......................................................50

     6     Voltameter Tembaga .............................................................54

     7     Lensa.......................................................................................59

     8     Viskositas Zat Cair................................................................69




     Praktikum Fisika Dasar                                                                  oleh Richard Blocher
Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher



                     Peraturan Praktikum


         1. Persiapan di rumah dan test awal:
Supaya Mahasiswa dapat mengikuti praktikum dengan baik, setiap mahasiswa
harus menyiapkan diri di rumah sebelum praktikum mulai. Untuk mengecek
persiapan itu dan untuk membicarakan hal yang masih belum jelas, pada awal
praktikum akan diadakan satu test awal oleh asisten. Bila pada test itu ternyata
mahasiswa belum tahu bagaimana mengerjakan percobaan atau belum cukup
tahu tentang teori, mahasiswa tidak boleh mengerjakan percobaan itu. Percobaan
harus dilakukan (diulangi) sesuai jadwal Her (remedial). Penyelesaian test awal
tersebut dicantumkan dalam Kartu Praktikum oleh Asisten.

        2. Ketepatan waktu
Praktikum mulai tepat pada waktu yang telah dijadwalkan. Bagi mahasiswa yang
terlambat lebih dari 15 menit tidak boleh mengikuti praktikum pada hari itu dan
harus mengulangi percobaan itu sesuai dengan jadwal remedial.

          3. Laporan praktikum
a.    Laporan Praktikum harus diserahkan kepada asisten satu minggu setelah
      percobaan dikerjakan. Dalam bentuk praktikum yang dipadatkan (setiap
      hari ada praktikum), laporan harus diserahkan dua hari setelah percobaan
      dilaksanakan. Kalau Laporan Praktikum masuk terlambat, tidak bisa
      diterima lagi dan percobaan harus diulangi.
b.    Isi Laporan Praktikum adalah:
      1. Di halaman depan harus tercantum: Nama praktikan, nama teman
          kerja, nama asisten, tanggal praktikum, no. dan nama percobaan,
          hari dan kelompok praktikum.
      2. Data-data ukuran asli, berarti catatan asli yang dibuat ketika
          mengerjakan percobaan. Data asli ini tidak boleh dicopy atau diubah.
          Data asli dilampirkan pada laporan dari salah satu laporan untuk setiap
          kelompok.
      3. Tugas sesuai penjelasan pada masing-masing percobaan dalam pasal
          “Laporan Praktikum”.
      4. Data ukur dan hasil ditulis dalam daftar / tabel yang jelas.
      5. Grafik-grafik dari pengukuran di atas kertas mm (Millimeterblock) jika
          dalam percobaan ada grafik yang dibutuhkan untuk analisa hasil.
      6. Perhitungan percobaan
      7. Kesimpulan mengenai hasil dari percobaan.

                                              III
IV   Peraturan Praktikum


           Setiap mahasiswa harus membuat satu laporan praktikum. Hanya catatan
           asli data ukur pada prinsipnya ada hanya satu, berarti satu mahasiswa dari
           kelompok kerja mengikutkan catatan asli.

               4. Laporkan kerusakan
     Kalau ada kerusakan alat dalam percobaan, kerusakan itu harus diberitahukan
     segera kepada asisten dan harus dicatat ke dalam daftar kerusakan yang ada di
     ruang praktikum supaya bisa diperbaiki dengan cepat. Kalau pada awal
     percobaan sudah ada alat yang rusak juga harus dilaporkan dan dicatat dalam
     daftar tersebut.

             5. Tanggung jawab terhadap kerusakan
     Kalau alat menjadi rusak karena mahasiswa kurang hati-hati atau dengan sengaja
     merusakkan alat, maka kerusakan tersebut harus ditanggung oleh mahasiswa
     yang merusakkannya.

           6. Pemakaian alat untuk setiap percobaan
     Jangan ambil alat dari percobaan lain. Semua alat yang diperlukan untuk satu
     percobaan, sudah tersedia di tempat percobaan. Kalau seandainya ada
     kekurangan, mintalah kepada asisten.

              7. Rapikan tempat setelah percobaan
     Setelah percobaan selesai tempat kerja harus dibereskan dan asisten diminta
     supaya membuktikan kerapian tempat kerja dengan tanda tangannya di Kartu
     Praktikum. Bereskan tempat termasuk:
          - Kalau dalam percobaan air dipakai, semua air harus dibuang setelah
              percobaan dikerjakan.
          - Alat harus dicek supaya semuanya ada.
          - …

               8. Penilaian dan Her (remedial)
     Nilai test awal, kerapian tempat kerja setelah percobaan, ketepatan memasukkan
     laporan, nilainya dan ACC dicantumkan di lembar Kartu Praktikum. Kalau ada
     kekurangan dalam satu hal (Tanda tangan dari asisten tidak ada atau nilai di
     bawah C) atau laporan praktikum masuk terlambat, percobaan tidak diakui dan
     harus diulangi sesuai dengan jadwal remedial.
     Paling banyak dua percobaan bisa diulangi. Kalau lebih banyak
     percobaan perlu diulangi, seluruh praktikum harus diulangi.




     Praktikum Fisika Dasar                                           oleh Richard Blocher
Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher



                        Perhitungan Ralat



               1         Prinsip-Prinsip Dasar


1.1       Mengukur

1.1.1      Apakah Mengukur itu ?
         Mengukur adalah menentukan suatu besaran fisik dari suatu benda
dengan cara membandingkan benda itu dengan besaran satuan. Untuk cara,
bagaimana satuan dibandingkan dengan benda harus ada aturan yang jelas.
         Jadi untuk mengukur kita perlu satuan standar dan suatu peraturan,
bagaimana cara membandingkan standar tersebut dengan satuan standar.
1. Contoh untuk satuan:
     • Dulu panjang satu meter terdefinisi sebagai panjang dari meter asli di
         Paris.
     • Sekarang panjang satu meter terdefinisi sebagai 1.650.763,73 kali
         panjang gelombang dari Kr86.
     • Satu detik adalah 9.192.631.770 periode dari salah satu ayunan
         frekuensi tinggi Cs133.
2. Contoh untuk peraturan membandingkan:
     • Mengukur panjang dilakukan dengan cara meletakkan panjang satuan
         disebelah benda yang mau diukur. Panjang sama jika ujung awal dan
         ujung akhir pada posisi yang sama.
     Untuk menyebut suatu besaran yang kecil atau besar, maka satuan bisa
     diberikan tambahan seperti: km, cm, mm, mikro-meter, nm. Suatu besaran
     fisik selalu terdiri atas satu bilangan dan satu satuan.




                                              1
2   Perhitungan Ralat


    1.1.2       Hasil Pengukuran, Besaran yang Sebenarnya dan Ralat

    1.1.2.1    Besaran yang Sebenarnya
              Suatu besaran dari satu benda atau sistem fisik mempunyai nilai
    tertentu. Misalnya satu benda memiliki tinggi tertentu. Nilai dari besaran itu
    (dalam contoh tinggi benda) merupakan sifat dari sistem fisik atau benda itu.
    Kita akan sebutkan nilai itu sebagai nilai (tinggi) yang sebenarnya.

    1.1.2.2    Hasil Ukur
             Ketika kita mengukur suatu besaran fisik (contoh: tinggi benda), maka
    kita akan mendapatkan suatu nilai untuk besaran fisik (tinggi benda) sebagai
    hasil pengukuran. Hasil pengukuran biasanya disebut secara singkat sebagai
    hasil ukur. Hasil ukur biasanya tidak persis sama dengan besaran fisik yang
    sebenarnya. Dalam setiap pengukuran terdapat berbagai kesalahan mengenai
    hasil ukur sehingga hasil ukur berbeda dengan nilai yang sebenarnya. Besar dari
    kesalahan tersebut tergantung berbagai faktor, misalnya: berapa baik alat yang
    dipakai, berapa teliti orang mengukur, suhu lingkungan, angin atau getaran yang
    mengganggu pengukuran dan lain sebagainya. Perbedaan antara hasil ukur dan
    besaran yang sebenarnya disebut sebagai ralat ukur. Untuk mendapatkan hasil
    pengukuran yang baik, kita harus berusaha supaya ralat ukur kecil sehingga hasil
    ukur pasti dekat dengan besaran yang sebenarnya.

    1.1.2.3     Ralat
              Ralat adalah perbedaan antara hasil ukur dan nilai yang sebenarnya.
    Karena kita tidak tahu nilai (besaran) yang sebenarnya, maka kita juga tidak tahu
    besar dari ralat ukur dengan pasti. Untuk mengetahui berapa besar ketidakpastian
    dari hasil ukur, maka kita harus memperkirakan besar ralat ukur. Ketidakpastian
    hasil ukur (ralat ukur) menunjukkan berapa besar perbedaan antara hasil ukur
    dan nilai yang sebenarnya bisa terjadi. Misalnya terdapat hasil ukur untuk
    panjang l sebesar l = 3,452967 m. Pertanyaan yang harus diajukan: Maksimal
    berapa jauh nilai yang sebenarnya dari hasil ukur ini ? Seandainya ralat ukur
    sebesar Δl = 0,000001 m, berarti nilai yang sebenarnya pasti paling banyak
    sejauh ± 0,000001 m dari hasil ukur. Seandainya ralat ukur sebesar Δl = 0,1 m,
    berarti nilai yang sebenarnya pasti paling banyak sejauh ± 0,1 m dari hasil ukur,
    berarti kita hanya tahu, panjang sebenarnya dari benda ini antara 3,35 m dan
    3,55 m. Untuk menilai suatu hasil ukur, sangat penting ralatnya atau ketidak-
    pastiannya diketahui. Dengan kata lain, untuk setiap pengukuran selain hasil
    ukur juga ralat dari hasil ukur harus ditentukan. Menentukan ralat dari hasil ukur
    disebut membuat perkiraan ralat.


    Praktikum Fisika Dasar                                           oleh Richard Blocher
1. Prinsip-Prinsip Dasar   3


          Hasil ukur tanpa perkiraan ralat tidak berguna !!!


1.1.2.4    Sumber Ralat
         Dalam setiap pengukuran terdapat bermacam-macam sumber kesalahan
yang mengakibatkan hasil pengukuran tidak sama dengan besaran fisik yang
sebenarnya. Semua sumber ralat dikelompokkan menjadi dua jenis yakni ralat
sistematis dan ralat statistis.
1. Ralat Sistematis (Systematic Error)
     Ralat sistematis terjadi pada setiap kali mengukur. Arah (hasil ukur terlalu
     besar / terlalu kecil) dan besar dari ralat sistematis selalu sama. Ralat
     sistematis adalah suatu kesalahan yang terdapat dari cara (sistem)
     mengukur. Berarti dalam cara mengukur atau dalam alat sudah ada suatu
     kesalahan yang mempengaruhi hasil ukur sehingga setiap kali mengukur
     terdapat perbedaan yang sama antara nilai yang sebenarnya dan hasil ukur.
     Beberapa contoh untuk ralat sistematis:
     • Posisi nol tidak berada pada posisi nol yang sebenarnya (pada alat ukur
         listrik atau pada penggaris).
     • Alat ukur tidak disesuaikan dengan standar asli (tidak ditera). Misalnya
         meteran terlalu panjang atau terlalu pendek.
     • Cara mengukur atau alat ukur mempengaruhi besaran asli yang
         sebenarnya sehingga berubah ketika diukur. Hal ini bisa terjadi ketika
         mengukur voltase dan arus secara serentak.
     Untuk menghindari ralat sistematis, kita harus menera alat ukur dengan
     baik dan harus memperhatikan semua pengaruh yang bisa mengubah hasil
     pengukuran. Misalnya besaran yang mau diukur tergantung suhu dan alat
     ukur akan mengubah suhu pada benda itu, maka hasil akan mengandung
     ralat sistematis. Sebab itu, hal seperti ketergantungan besaran dari suhu,
     medan magnet bumi, gesekan atau hal lain harus diperhatikan dengan baik.
2. Ralat Statistis / Ralat Rambang (Random Error)
     Ralat statistis berasal dari hal yang terjadi secara kebetulan dan dapat
     berubah-ubah. Ralat statistis bisa mengakibatkan hasil ukur menjadi lebih
     besar atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Kalau pengukuran
     diulangi, ralat statistis akan berbeda dan baik besarnya maupun arahnya
     (besar/kecil) bersifat statistis, berarti berubah-ubah. Ralat statistis kadang-
     kadang membuat hasil ukur menjadi lebih besar dan kadang-kadang
     membuat hasil ukur menjadi lebih kecil. Beberapa contoh untuk ralat
     statistis:
     • Tidak melihat skala alat ukur secara teliti.
Praktikum Fisika Dasar                                             oleh Richard Blocher
4   Perhitungan Ralat


          • Stopwatch dijalankan terlambat atau lebih awal.
          • Getaran mekanik mempengaruhi hasil ukur.
          Supaya kemungkinan terjadi ralat statistis (ralat rambang) diperkecil, maka
          kita harus mengukur secara teliti. Untuk mendapatkan suatu informasi
          tentang besar ralat itu, kita bisa mengukur berulang kali. Jika suatu besaran
          sudah diukur beberapa kali, maka statistika dapat dipakai untuk
          memperkirakan besar dari ralat statistis. Kalau suatu besaran diukur
          berulang kali, maka ralat dari nilai rata-rata dari semua hasil ukur akan
          lebih kecil daripada ralat dari satu hasil ukur sendiri. Dalam pasal berikut
          kita akan membicarakan cara untuk memperkirakan ralat statistis.




    Praktikum Fisika Dasar                                            oleh Richard Blocher
Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher




  2         Perkiraan Ralat yang Sederhana
            untuk satu Besaran yang Diukur




2.1       Statistika

2.1.1        Sifat-sifat Ralat Statistis.
           Kalau suatu besaran diukur beberapa kali, maka hasil pengukuran akan
berbeda-beda. Hasil pengukuran biasanya sekitar nilai yang sebenarnya. Setelah
mengukur berulang kali (misalnya 1000 kali), kita bisa membuat satu grafik
seperti gambar 2.1. Grafik ini menunjukkan, berapa sering satu nilai hasil ukur
tertentu didapatkan. Jika alat ukur yang dipakai baik dan kita mengukur secara
teliti, kesalahan (ralat) dari setiap pengukuran akan kecil dan semua nilai hasil
ukur akan dekat dengan nilai yang sebenarnya. Jadi lebar dari grafik akan kecil.
Lebar dari grafik ini bisa dinyatakan dengan deviasi standard σ. Jika alat ukur
kurang baik atau pengukuran dilakukan secara kurang teliti, maka σ akan besar.
Kalau σ besar, sebagian besar dari nilai-nilai hasil ukur akan jauh dari nilai yang
sebenarnya. Kalau σ kecil, semua nilai hasil ukur akan dekat dengan nilai yang
sebenarnya. Berarti, besar σ atau tebal distribusi hasil ukur menunjukkan sejauh
berapa suatu nilai hasil ukur dapat dipercayai.
           Setelah mengukur berulang kali, maka nilai rata-rata x dan deviasi
standar σx bisa dihitung. Setelah mengetahui besar x dan besar σx dari
pengukuran besaran tertentu, maka kita tahu mengenai setiap pengukuran sendiri
bahwa hasil ukur hampir pasti (dengan kemungkinan besar) akan terdapat antara

      Jumlah
                        Distribusi nilai
      nilai x
                        pengukuran
                 2⋅σ

                                                  Gambar 2.1.: Distribusi nilai peng-
                                                  ukuran yang biasanya diperoleh
                                                  dengan jumlah pengukuran besar.
                  x Nilai pengukuran x
                                              5
6   Perhitungan Ralat


              nilai hasil ukur ±σ

                                                       Gambar 2.2.: Nilai hasil ukur
         t1- σ               t1     t1+ σ              dan interval di mana nilai yang
                                                       sebenarnya dapat dianggap.
    x − σ x dan x + σ x seperti ditunjukkan dalam gambar 2.2.
              Dari penjelasan ini kita bisa juga mengambil kesimpulan terbalik: Kalau
    suatu besaran telah diukur satu kali dan telah didapat nilai t1 sebagai hasil ukur,
    dan kalau juga besar deviasi standar dalam mengukur variabel t diketahui sebesar
    σt, maka kemungkinan besar, nilai tb yang sebenarnya berada dalam interval
    antara t1 − σ t dan t1 + σ t . Situasi seperti ini diperlihatkan dalam gambar 2.2.
    Contoh:
    •   Kita telah mengukur waktu                        t1 ± σ
        jatuh dari sebuah batu dan
        sebuah bulu ayam dari tinggi           1,2     1,4    1,6    1,8    2,0 t/det
        tertentu. Untuk bulu ayam
        terdapat selang waktu jatuh                             t2 ± σ
        sebesar t1 = 1,5 det, untuk batu      Gambar 2.3: Interval untuk nilai yang
        terdapat t2 = 1,7 det. Apakah                 sebenarnya dari contoh.
        dari hasil ukur ini dapat disimpulkan bahwa batu memang jatuh lebih
        pelan ? Atau harus disimpulkan bahwa perbedaan hasil ukur terdapat
        sebagai ralat dalam pengukuran ? Untuk menentukan jawaban dari
        pertanyaan-pertanyaan ini kita harus mengerti, berapa baik hasil ukur kita.
        Dengan kata lain kita harus tahu besar ralat dari hasil ukur yang telah kita
        dapatkan. Seandainya kita tahu ralat ukur σt dari cara mengukur yang
        dipakai sebesar σt = 0,3 det, maka dapat disimpulkan sbb.: kemungkinan
        besar nilai ta yang sebenarnya untuk selang waktu jatuh dari bulu ayam
        antara t1 - σ = 1,2 det dan t2 + σ = 1,8 det. Sedangkan nilai tb yang
        sebenarnya untuk batu antara t2 - σ = 1,4 det dan t2 + σ = 2,0 det. Biasanya
        ditulis sbb.: Hasil pengukuran untuk selang waktu jatuh bulu ayam sebesar
        t1 = 1,5 det ± 0,3 det dan waktu jatuh batu sebesar t2 = 1,7 det ± 0,3 det.
        Hasil ini diperlihatkan dalam gambar 2.3. Dari hasil ini dilihat bahwa
        terdapat kemungkinan besar, waktu jatuh sebenarnya sama untuk bulu ayam
        dan untuk batu, bahkan mungkin batu jatuh lebih cepat daripada bulu ayam.
        Maka teori yang menyatakan bahwa bulu ayam jatuh dengan kecepatan
        yang sama dengan batu tidak perlu diragukan karena hasil ukur ini. Tetapi
        hasil ukur ini juga tidak membuktikan bahwa teori tersebut benar. Dari hasil
        ukur ini masih ada kemungkinan, waktu jatuh berbeda.

    Praktikum Fisika Dasar                                           oleh Richard Blocher
2. Perkiraan Ralat yang Sederhana untuk satu Besaran yang Diukur   7

        Dari teori kebolehjadian terdapat persamaan berikut untuk menghitung
besar deviasi standar σ dari hasil ukur x1 … xn yang didapatkan dari n kali
mengukur satu besaran x:

                 ∑ ( xi − x )
                                 2
          σ=                         =
                                         ∑ δi 2   = δi 2                                     (2.1)
                          n                n
          di mana:
              n : jumlah pengukuran
             xi : hasil ukur no i
             x : nilai rata-rata dari semua pengukuran
             δi : deviasi hasil ukur no i dengan definisi δi = xi − x
         Jadi deviasi standar merupakan akar dari rata-rata deviasi kuadrat dari
semua hasil ukur.
         Jika suatu besaran telah diukur dengan jumlah pengukuran n yang tak
terhingga, maka nilai yang sebenarnya untuk besaran itu diketahui sebesar x .
Ketelitian dari pengukuran juga diketahui sebesar deviasi standar σ. Tetapi kalau
jumlah pengukuran terbatas maka kita tidak bisa tahu nilai yang sebenarnya dari
besaran yang diukur dan kita juga tidak bisa tahu ralat ukur yang sebenarnya.
Kita harus memperkirakan nilai yang sebenarnya dan ralat ukur.

2.1.2      Perkiraan untuk Ralat dan Nilai yang Sebenarnya
         Kalau jumlah pengukuran terbatas, nilai yang sebenarnya dan deviasi
standar σ dari besaran yang diukur tidak diketahui. Tetapi besar dari nilai yang
sebenarnya dan dari deviasi standar σ bisa diperkirakan. Perkiraan paling baik
untuk nilai yang sebenarnya adalah besar nilai rata-rata xn dari semua hasil ukur
dengan definisi sbb.:
                 x1 + x2 + x3 + ... + xn                    1 n
          xn =
                           n
                                               ⇔     xn =     ∑x
                                                            n i =1 i
                                                                                             (2.2)

         Perkiraan yang paling baik untuk deviasi standar σ adalah deviasi
standar yang disesuaikan sn dengan definisi sbb.:

                   n
                         ( xi − xn )2
          sn =    ∑         n −1
                                                                                             (2.3)
                  i =1
dengan:
           xn : perkiraan untuk nilai benar
            sn : perkiraan untuk besar deviasi standar σ

Praktikum Fisika Dasar                                                        oleh Richard Blocher
8   Perhitungan Ralat


             Deviasi standard σ atau perkiraan yang paling baik untuk deviasi
    standar sn merupakan satu besaran yang menunjukkan ketelitian dari setiap
    pengukuran masing-masing. Tetapi jika suatu pengukuran sudah dilakukan
    beberapa kali sehingga terdapat nilai rata-rata xn dari sebanyak n hasil ukur
    sebagai perkiraan untuk nilai yang sebenarnya, maka nilai rata-rata xn tersebut
    lebih teliti daripada ketelitian σ atau sn yang terdapat untuk satu pengukuran
    sendiri. Hal ini dijelaskan lebih rinci dalam alinea berikut ini.
              Kalau eksperimen dilakukan dengan mengukur nilai x sebanyak n kali,
    maka terdapat nilai hasil ukur x1, x2, …, xn. Dari nilai-nilai ukur ini terdapat nilai
    rata-rata x1 . Juga terdapat perkiraan untuk deviasi standar sebesar sn1. Jika
    eksperimen yang sama diulangi, nilai-nilai hasil ukur x1, x2, ...,xn akan berbeda
    dari pengukuran pertama dan juga nilai rata-rata x2 dan perkiraan untuk deviasi
    standar sn2 akan berbeda. Jika mengukur lagi, hasil akan lain lagi, dst. Jadi nilai
    rata-rata xn juga akan bervariasi dan mempunyai ketidakpastian. Tetapi
    perbedaan-perbedaan (ketidakpastian) dari nilai rata-rata xn akan lebih kecil
    daripada ketidakpastian sn dari setiap pengukuran xi masing-masing. Perkiraan
    untuk ketidakpastian dari nilai rata-rata xn disebut sebagai ralat ukur disesuaikan
    Sn. Dari teori kebolehjadian terdapat persamaan untuk menghitung Sn sbb:

                        sn       n
                                     ( xi − xn )2
              Sn =
                         n
                             =   ∑ n ( n − 1)                                          (2.4)
                                 i =1

               Dari (2.4) dilihat ralat dari hasil ukur rata-rata akan semakin kecil jika
    suatu pengukuran diulangi lebih sering, berarti dengan semakin banyak
    pengukuran, maka hasil ukur akan semakin teliti.
               Juga nilai sn dan Sn akan berubah jika pengukuran diulangi. Berarti dua
    nilai ini sendiri juga memiliki suatu ketidakpastian. Semakin sering suatu
    pengukuran diulangi, berarti semakin banyak nilai hasil ukur terdapat, maka
    semakin kecil ketidakpastian dari perkiraan ralat ini. Supaya ketidakpastian dari
    sn dan Sn tidak terlalu besar, berarti dua nilai ini bisa dipercayai cukup teliti, kita
    perlu minimal 10 pengukuran dari satu besaran. (Harus: n ≥ 10 untuk
    perkiraan ralat dengan statistika seperti ini !)
              Dalam praktikum jumlah pengukuran yang dipakai paling besar sekitar
    n ≈ 10. Dalam situasi ini nilai dari sn dan Sn sendiri memiliki ketidakpastian yang
    cukup tinggi, sehingga ralat selalu dibulatkan sampai angka pertama yang
    bernilai. Supaya perkiraan ralat tidak terlalu kecil, pembulatan selalu dilakukan
    ke nilai yang lebih tinggi. (Bulatkan selalu ke atas !)

    Praktikum Fisika Dasar                                               oleh Richard Blocher
2. Perkiraan Ralat yang Sederhana untuk satu Besaran yang Diukur   9

2.1.3       Bagaimana Kalau Mempunyai Hanya Satu Hasil Ukur ?
          Jika pengukuran dilakukan hanya satu kali saja, maka terdapat hanya
satu nilai hasil ukur dan ralat tidak bisa ditentukan dari statistika. Dalam situasi
ini ralat harus diperkirakan dari ketelitian alat ukur atau cara mengukur.
Misalnya ralat ditentukan dari ketelitian membaca nilai pada skala pengukuran
(misalnya skala penggaris) dan dari memperkirakan ketelitian alat ukur yang
dipakai. Sering pembuat alat ukur memberi spesifikasi (penetapan) mengenai
ketelitian alat ukur. Spesifikasi ini bisa dipakai untuk menentukan ralat dari hasil
ukur. Supaya perkiraan ralat kita aman, kita selalu ambil ralat yang maksimal
yang bisa terjadi. Dalam cara ini ada ketidakpastian yang besar.

2.1.4      Ralat Maksimal
         Dalam praktikum waktu yang dipakai sering tidak cukup untuk
mengukur semua besaran lebih dari 10 kali. Satu kompromi adalah dengan cara
seperti berikut ini:
•    Mengukur beberapa kali.
•    Menghitung nilai rata-rata sebagai perkiraan untuk nilai yang sebenarnya.
•       Menentukan deviasi δi = xi − x dari semua hasil ukur. Memakai nilai
     mutlak dari deviasi yang paling besar sebagai ralat.
Cara ini disebut sebagai metode ralat maksimal. Contoh untuk metode ralat
maksimal ini seperti dalam tabel 2.1. Dalam contoh ini waktu t diukur empat kali
dengan hasil t1 sampai t4. Dari semua hasil ukur terdapat rata-rata waktu t .
Untuk setiap hasil ukur ti deviasi δti dihitung. Harga mutlak δti yang paling besar
dipakai sebagai perkiraan untuk ralat ukur Δt.




              ti                     δt ( = ti − t   )         Tabel 2.1: Contoh data
                                       i
                                                                untuk ralat maksimal.
            2,0 det               - 0,05 det
            2,3 det                 0,25 det
            1,9 det               - 0,15 det
            2,0 det               - 0,05 det
        t = 2,05 det         Max (|δti|) = 0,25 det           ⇒ Ralat Δt = 0,25 det

           Hasil ukur dalam contoh ini sebesar: t = 2,1 det ± 0,3 det
Praktikum Fisika Dasar                                                  oleh Richard Blocher
10   Perhitungan Ralat


     2.2       Cara menulis hasil
              Kalau memberitahukan hasil pengukuran kepada orang lain, ralat selalu
     harus diikutkan. Misalnya terdapat hasil ukur waktu sebesar t = 2,1 det dan ralat
     dari pengukuran ini sebesar Δt = 0,3 det, maka ditulis:
              Hasil ukur adalah waktu t = 2,1 det ± 0,3 det atau t = (2,1 ± 0,3) det.
              Kalau hasil jarak s sebesar s dengan ralat sebesar Sn, maka ditulis:
               Hasil ukur adalah jarak s = s ± S n .
               Ralat sering ditandai dengan huruf Yunani Delta, Δ (besar ralat),
     misalnya ΔS, Δt,... Ralat bisa disebut secara absolut atau secara relatif (sebagai
     ralat nisbi). Ralat absolut adalah ralat dengan angka dan satuan seperti hasil ukur
     yang dinyatakan dalam contoh di atas. Sedangkan yang dimaksud dengan ralat
     relatif adalah perbandingan antara ralat absolut dan nilai ukuran:
                                Δx
                Ralat relatif =
                                 x
               Ralat relatif biasanya dinyatakan dalam persen (%). Dengan memakai
     ralat relatif contoh pengukuran waktu di atas dapat ditulis sbb: t = 2.1det ± 14%,
     di mana 14% dari hasil ukur t = 2,1 det sebesar ralat 0,3 det di atas.
               Seperti telah dijelaskan dalam pasal di atas, hasil perkiraan ralat selalu
     dibulatkan ke atas dan dengan membulatkan angka pertama yang mempunyai
     nilai. Misalnya terdapat hasil perkiraan ralat untuk besaran l sebesar
     Δl = 0,0425 m, maka ralat ini dibulatkan pada angka pertama yang mempunyai
     nilai, dalam contoh ini angka kedua di belakang koma, dan dibulatkan ke atas,
     berarti angka 4 tersebut menjadi 5 sehingga terdapat ralat sebesar Δl = 0,05 m.
     Hasil ukur pada angka yang lebih belakang dari ralat tidak mempunyai makna
     sehingga angka tersebut tidak usah ditulis. Misalnya hasil ukur panjang dalam
     contoh ini sebesar l = 2,462963 m, maka yang ditulis sebagai hasil:
     l = 2,46 m ± 0,05 m atau l = (2,46 ± 0,05) m.


     2.3       Ralat Sistematis
               Dalam perkiraan ralat secara statistika ralat sistematis belum diperhati-
     kan. Untuk mengetahui ralat sistematis yang bisa terjadi, alat ukur dan proses
     pengukuran harus dipikirkan dan diteliti dengan baik. Misalnya ketidakpastian
     yang ada dalam pengaturan alat ukur sesuai dengan besaran standar merupakan
     satu ralat sistematis yang harus diperhatikan. Ralat sistematis lain bisa berupa
     pengaruh dari proses mengukur kepada besaran yang diukur, suatu kesalahan
     yang selalu dibuat dalam proses mengukur dan yang tidak bisa dihilangkan.
     Setiap proses pengukuran bisa memiliki ralat sistematis tersendiri yang
     pengaruhnya terhadap hasil ukur perlu diperkirakan.


     Praktikum Fisika Dasar                                            oleh Richard Blocher
Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher



                    3          Perambatan Ralat


3.1       Prinsip
         Sering beberapa besaran x, y, z, … perlu diukur untuk menentukan suatu
besaran f yang lain. Misalnya untuk mendapatkan massa jenis ρ, maka massa m
dan volume V dari suatu benda diukur. Lalu massa jenis ditentukan dengan
persamaan:
             m
         ρ=                                                                (3.1)
             V
           Dalam mengukur massa m ada kesalahan (ralat) Δm dan dalam
mengukur volume V ada kesalahan (ralat) ΔV. Pasti hasil perhitungan, ρ, juga
mempunyai ralat. Secara umum bisa dikatakan: satu besaran f yang dicari (dalam
contoh f adalah ρ) adalah fungsi dari beberapa variabel x, y, z, ... yang diukur:
f = f (x, y, z, ...) (dalam contoh x, y adalah m dan V). Besaran f pasti mempunyai
ralat Δf jika variabel x, y, z,... mempunyai ralat Δx, Δy, Δz, …. Teori yang
meneliti hubungan antara besar ralat Δf dan besar Δx, Δy, Δz, … disebut sebagai
teori perambatan ralat. Dalam diktat ini hubungan-hubungan yang didapatkan
untuk berbagai situasi tidak dibuktikan, hanya hasilnya dijelaskan dalam pasal
ini. Silakan carilah bukti dalam buku-buku tentang teori perhitungan ralat. Hasil
umum yang didapatkan untuk ralat Δf dari f adalah:

                ⎛ ∂ f ( x, y,...) ⎞ ⎛ ∂ f ( x, y, z ,...) ⎞
                                          2                              2

           Δf = ⎜                Δx ⎟ + ⎜                Δy ⎟ + ...                (3.2)
                ⎝      ∂x           ⎠ ⎝     ∂y              ⎠
                                               Δ x Δy
          Jika ralat relatif (ralat nisbi)        ,   , … kecil, maka Δf bisa dihitung
                                                x   y
dengan rumus pendekatan:
                 ∂ f ( x, y , z,... )        ∂ f ( x, y, z,... )
          Δf ≈                        ⋅ Δx +                     ⋅ Δy + ...        (3.3)
                        ∂x                         ∂y
         Dalam pasal-pasal berikut persamaan (3.2) dan (3.3) diterapkan untuk
beberapa situasi yang sering terdapat. Dari penerapan ini persamaan khusus
untuk situasi tersebut ditentukan.




                                                11
12   Perhitungan Ralat


     3.2       Perkalian dengan Pangkat f ( x, y, z,... ) = Ax a ⋅ y b ⋅ z c ⋅ ...
               Dalam situasi ini, (3.3) menjadi:
               Δf = A ⋅ ax a −1 ⋅ y b ⋅ z c ... ⋅ Δx + A ⋅ x a ⋅ by b−1 ⋅ z c ... ⋅ Δy + …           (3.4)

                                         Δf
               untuk ralat relatif          terdapat:
                                          f

               Δf   A ⋅ ax a −1 ⋅ y b ⋅ z c ...        A ⋅ x a ⋅ by b−1 ⋅ z c ...
                  =                             ⋅ Δx +                            ⋅ Δy + …           (3.5)
                f       f ( x, y , z, …)                   f ( x, y , z, …)
               Karena:
                                           a
               A ⋅ ax a −1 ⋅ y b ⋅ z c ... = ⋅ f ( x, y , z …) dan
                                           x
                                           b
               A ⋅ x a ⋅ by b−1 ⋅ z c ... = ⋅ f ( x, y, z …)
                                           y
               dst.
               maka (3.5) menjadi:
                      Δf   a ⋅ f ( x, y , z ,... )        b ⋅ f ( x, y , z ,... )
                         =                         ⋅ Δx +                         ⋅ Δy + ...
                       f   x ⋅ f ( x, y , z ,... )        y ⋅ f ( x, y , z,... )
                                                                                                     (3.6)
                         Δf    Δx    Δy
               ⇔            =a    +b    + ...
                          f     x     y
              Dari (3.6) terdapat aturan untuk menentukan ralat dari hasil perhitungan
     dalam situasi perkalian dengan pangkat sbb.: ralat relatif dari hasil terdapat
     sebagai jumlah dari ralat relatif semua faktor, di mana ralat relatif dari masing-
     masing faktor harus dikalikan dengan harga mutlak dari pangkat faktor itu dulu.
     Contoh:
     •    Daya listrik P dihitung dari arus I dan voltase V: P = V ⋅ I . Dalam
          eksperimen telah terdapat hasil ukur:
                                                              ΔV 0,1V
              V = 10V ± 0,1V, berarti terdapat ralat relatif      =        = 0,01 = 1%
                                                              V     10 V
                                                               ΔI 0,1A
              I = 2,5A ± 0,1A, berarti terdapat ralat relatif     =        = 0, 04 = 4%
                                                                I   2,5A
           Maka terdapat daya sebesar P = V ⋅ I = 10 V⋅ 2,5A = 25W dan ralat relatif
           untuk daya sebesar:


     Praktikum Fisika Dasar                                                            oleh Richard Blocher
3. Perambatan Ralat   13

         ΔP        ΔV       ΔI
             = 1⋅      +1⋅     = 1% + 4% = 5%
          P        V         I
      maka ralat absolut untuk daya sebesar:
          ΔP = P · 5% = 25W · 0,05 = 1,25W,
      sehingga hasil pengukuran menjadi: P = 25W ± 1, 25W yang akhirnya akan
      kita nyatakan sebagai hasil ukur P = 25W ± 2 W .



3.3       Kombinasi Linear: f(x, y, z,…) = ax ± by ± cz ±…
          Dengan (3.3) dalam situasi ini terdapat:
          Δf = a ⋅ Δ x + b ⋅ Δ y + c ⋅ Δ z + …                                (3.7)



3.4       Jumlah: f(x, y, z,…) = x ± y ± z ±…
         Ini situasi khusus dari 3.3. kombinasi linear dengan semua koefisien
sebesar satu: a = b = c = …= 1. Ralat untuk f terdapat sebesar:
          Δf = Δx + Δy + Δz + ...                                            (3.8)
         Perhatikan dalam situasi ini dan pada 3.3. kombinasi linear bahwa ralat
selalu bertambah dan tidak berkurang, walaupun dalam perhitungan nilai f ada
pengurangan. Misalnya perbedaan massa Δ'm dihitung dari dua kali menimbang
suatu benda dengan hasil timbang m1 ± Δm1 dan m2 ± Δm2 , berarti terdapat ralat
dari masing-masing pengukuran sebesar Δm1 dan Δm2 . Ralat dari perbedaan
massa Δ ' m = m2 − m1 sebesar Δ ( Δ ' m ) = Δm1 + Δm2 ,
bukan Δ ( Δ ' m ) = Δm1 − Δm2 .



3.5       Hubungan yang Lebih Kompleks
          Kalau hubungan antara hasil ukur dan variabel yang diukur masing-
masing lebih kompleks atau dalam persamaan terdapat fungsi lain, maka besar
ralat bisa ditentukan dengan kombinasi dari cara 3.2 sampai 3.4 atau harus
dihitung langsung dari persamaan (3.2) atau (3.3).




Praktikum Fisika Dasar                                          oleh Richard Blocher
Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher



        4          Grafik untuk Besaran yang
                          Berhubungan


4.1       Grafik dan Rumus

4.1.1       Titik dalam Grafik dan Persamaan
          Dalam fisika sering terjadi bahwa yang penting untuk sifat fisik dari
suatu sistem bukan sekedar satu besaran, tetapi terdapat beberapa besaran fisik
yang mempunyai hubungan satu sama yang lain. Misalnya suatu pegas diberikan
gaya tarik F, maka pegas akan bertambah panjang sebanyak Δx. Dalam situasi
ini jelas bahwa besar dari gaya yang bekerja pada pegas menentukan besar
perpanjangan pegas. Maka dalam situasi ini hubungan antara besar gaya dan
besar perpanjangan perlu diselidiki. Secara matematis bisa dikatakan hubungan
antara besar dari variabel gaya dan besar dari variabel perpanjangan diselidiki.
Dalam alinea ini soal semacam ini dibicarakan secara umum dengan memberikan
nama x dan nama y kepada dua variabel yang diselidiki.
          Grafik merupakan satu sarana praktis untuk memperlihatkan sifat dari
hubungan antara dua variabel. Kalau menggambarkan grafik dari dua variabel,
maka akan digambarkan dalam bidang mendatar (kertas gambar). Satu variabel
digambarkan sebagai satu skala ke satu arah (misalnya mendatar), variabel kedua
digambarkan ke dalam skala dengan arah yang tegak lurus terhadap arah pertama
(misalnya tegak lurus ke atas). Skala yang digambarkan ke arah mendatar atau ke
arah tegak lurus disebut sebagai sumbu
grafik. Biasanya variabel x digambarkan ke                  y
arah mendatar, variabel y ke arah atas. Kalau
menunjukkan nilai x sebesar x = 2, maka nilai           2
itu bisa digambarkan pada posisi skala 2 ke
kanan dari nol. Posisi x = 2 tidak hanya                       y=1
berlaku untuk satu titik pada posisi skala 2 ke         1               x
arah x, tetapi seluruh garis yang tegak lurus                                 x
ke atas dan yang melewati skala x pada posisi
2 ditafsir sebagai tempat x = 2. Lihat garis      -1             1      2       3
dalam gambar 4.1. Untuk variabel y yang
                                                       -1
dihitung dalam skala ke atas terdapat prinsip
yang sama. Misalnya nilai y = 1ditunjukkan          Gambar 4.1: Grafik dipakai
oleh satu garis mendatar pada posisi y = 1         untuk menunjukkan nilai dari
seperti garis dalam gambar 4.1. Kalau                     variabel x dan y.
                                              14
4. Grafik untuk Besaran yang Berhubungan    15

     x1 = -2             y1 = 1                          y
     x2 = 0              y2 = 2
                                                    4
     x3 = 1              y3 = 2,5
     x4 = 2              y4 = 3                     2

     x5 = 4              y5 = 4                                                 x
     x6 = 6              y6 = 5               -2     0       2      4       6

  Tabel 4.1: Contoh untuk pa-         Gambar 4.2: Pasangan nilai dari tabel 4.1
  sangan nilai yang memenuhi          dan pasangan lain dari fungsi y = 2 + 1 x
                                                                            2
      fungsi y = 2 + 1 x
                     2                        yang merupakan garis lurus.
dalam suatu rumus atau dalam suatu hasil ukur terdapat hubungan antara dua
besaran x dan y sehingga nilai dari y sebesar y = 1 jika nilai dari x sebesar x = 2,
maka dikatakan terdapat pasangan nilai (x, y) = (2, 1). Pasangan nilai ini bisa
digambarkan ke dalam grafik pada tempat x = 2 dan y = 1, yaitu titik pertemuan
antara dua garis yang menunjukkan dua nilai masing-masing. Contoh ini
diperlihatkan dalam gambar 4.1 pada titik .
         Berarti satu pasangan nilai digambarkan sebagai satu titik dalam grafik.
Dengan menggambarkan berbagai titik, maka untuk berbagai nilai dari variabel x
diberikan hubungan dengan nilai dari variabel y, berarti dengan berbagai titik
atau suatu garis dalam grafik hubungan antara dua variabel digambarkan.
         Satu cara lain untuk memberikan informasi mengenai hubungan antara
dua variabel terdapat dengan fungsi-fungsi matematis. Misalnya fungsi
(persamaan) y = 2 + 1 x menentukan pasangan-pasangan nilai variabel x dan
                      2
variabel y, berarti persamaan ini menunjukkan suatu hubungan antara variabel x
dan variabel y. Untuk setiap nilai x terdapat satu nilai y yang memenuhi
persamaan ini. Beberapa dari pasangan nilai (x, y) yang memenuhi contoh fungsi
ini dicatat dalam tabel 4.1. Semua pasangan nilai dari tabel 4.1 digambarkan ke
dalam satu grafik gambar 4.2 dengan tanda silang (x). Tetapi pasangan nilai yang
memenuhi fungsi y = 2 + 1 x bukan hanya pasangan nilai tersebut, tetapi untuk
                            2
setiap nilai x terdapat satu nilai y, berarti terdapat satu garis yang tidak putus dari
kiri ke kanan. Garis tersebut terdiri dari semua pasangan nilai yang memenuhi
fungsi tersebut. Karena fungsi dalam contoh ini fungsi linear (pasal berikut),
maka terdapat garis lurus yang telah digambarkan dalam gambar 4.2.




Praktikum Fisika Dasar                                                  oleh Richard Blocher
16   Perhitungan Ralat


     4.1.2       Grafik dari fungsi linear              6 y                         f(x)
               Gambar grafik dari fungsi linear                          (x2,y2)
                                                        y2                    x
     dengan bentuk y = ax + b adalah garis              4 Δy (x1,y1)           Δy
     lurus, di mana konstanta a menunjukkan             y1         x Δx
     kemiringan dari garis pada grafik dan
     konstanta b adalah bagian sumbu y.                 2      b
               Hubungan antara letak garis
                                                                       Δx            x
     lurus dan besar konstanta a dan b dalam
                                                  -2             2 x1 4       x 26     8
     fungsi f: y = ax + b dapat dilihat dari
     gambar 4.3 dan penjelasan berikut.                -2
     Dalam contoh yang digambar dalam
     gambar 4.3 konstanta a = 2 dan konstanta        Gambar 4.3: Grafik dari fungsi
     b = 0,5.                                           linear adalah garis lurus.
               Jika x = 0,maka y terdapat
     sebesar b dari rumus tersebut. Jarak antara posisi y = 0 dan tempat di mana garis
     lurus fungsi f memotong sumbu y disebut sebagai bagian sumbu y. Berarti bagian
     sumbu y adalah nilai dari y ketika x = 0. Dengan kata lain, bagian sumbu y
     sebesar f ( x = 0 ) = b.
               Dua pasangan nilai (x2, y2) dan (x1, y1) yang memenuhi fungsi f akan
     menjadi bagian dari grafik fungsi f. Dua pasangan nilai memenuhi fungsi f
     berarti hubungan antara y1 dan x1 sesuai dengan fungsi f dan terdapat hubungan
     antara dua pasangan nilai tersebut sesuai f: y1 = ax1 + b dan y2 = ax2 + b.
     Perbedaan antara dua nilai y biasa disebut sebagai Δy (baca: “delta y”) dengan
     persamaan: Δy = y2 − y1 . Untuk perbedaan antara dua nilai dari variabel x
     dengan cara menulis yang sama terdapat: Δx = x2 − x1 . Perbedaan Δy antara dua
     nilai y ditunjukkan dalam grafik dengan jarak tegak lurus ke atas dan bisa digam-
     barkan dengan satu garis tegak lurus ke atas sepanjang Δy. Perbedaan Δx antara
     dua nilai variabel x ditunjukkan dengan garis mendatar sepanjang Δx. Dalam
     gambar 4.3 Δx dan Δy telah digambar pada sumbu grafik dan pada grafik fungsi.
     Dengan menggambarkan besar Δx dan besar Δy ke dalam grafik pada dua titik
     pasangan nilai (x1,y1) dan (x2,y2), maka terdapat segitiga yang dibentuk oleh
     garis Δx, Δy dan sebagian grafik fungsi. Sudut kemiringan dari grafik bisa dilihat
                                                                Δy            Δy
     sebagai sudut dalam segitiga tersebut sebesar ϕ = arctan      . Pecahan
                                                                Δx            Δx
     disebut sebagai kemiringan grafik. Mengenai pecahan ini, berarti mengenai
     kemiringan grafik terdapat:
               Δy y2 − y1 ( ax2 + b ) − ( ax1 + b ) a ( x2 − x1 )
                 =        =                        =              =a                 (4.1)
               Δx x2 − x1         x2 − x1             x2 − x1

     Praktikum Fisika Dasar                                            oleh Richard Blocher
4. Grafik untuk Besaran yang Berhubungan   17

         Jadi kemiringan dari garis lurus yang menggambarkan fungsi linear
y = ax + b sebesar konstanta a dalam fungsi. Dari (4.1) dilihat kemiringan dari
grafik fungsi linear sama besar pada setiap posisi grafik, berarti sudut ϕ dari
segitiga pada grafik fungsi sama besar pada setiap tempat. Grafik dengan sudut
konstan adalah garis lurus.

4.1.3       Transformasi dari Fungsi Non Linear Menjadi Linear
          Sering terdapat hubungan linear antara dua variabel seperti hubungan
antara gaya pada pegas dan perpanjangannya. Dalam situasi linear seperti ini
eksperimen mengenai hubungan antara dua variabel tersebut menjadi sederhana
dan bisa dilakukan secara grafik seperti dijelaskan dalam pasal berikut ini.
          Tetapi sering juga terdapat situasi dengan variabel yang mempunyai
hubungan non linear. Dalam situasi ini analisa data bisa dilakukan dengan
sederhana dengan mentransformasikan hubungan non linear tersebut menjadi
hubungan linear. Misalnya dalam suatu eksperimen terdapat hubungan antara
dua variabel sesuai dengan fungsi y = kx2. Fungsi ini bisa diubah atau
ditransformasikan menjadi suatu fungsi linear dalam bentuk v = au + b dengan
dua variabel v dan u yang mempunyai hubungan linear. Melakukan transformasi
seperti ini disebut, fungsi dilinearisasi atau dilinearkan. Setelah suatu fungsi
dilinearkan, maka grafiknya menjadi garis lurus dan bisa diteliti dengan mudah.
Salah satu hal yang mudah dilihat dengan grafik linear adalah kecocokan hasil


    3                                       7
                                                    2
            T / det




                                                    T / det




  2,5                                       6
                                                    2




                                            5
    2
                                            4
  1,5
                                            3
    1
                                            2
  0,5                                       1
                                 l / cm                                l / cm
    0                                       0
        0             50   100     150          0             50   100       150

   Gambar 4.4: Ternyata hubungan          Gambar 4.5: Hasil ukur digambarkan
   antara waktu dan panjang bandul        sebagai grafik T2 terhadap l. Ternyata
        matematis tidak linear.                terdapat hubungan linear.
Praktikum Fisika Dasar                                              oleh Richard Blocher
18   Perhitungan Ralat


     ukur dengan teori, apakah hasil ukur memang benar linear atau ada
     penyimpangan dari teori yang menyatakan hubungan sebagai fungsi linear. Juga
     mudah untuk menentukan konstanta kemiringan a dan bagian sumbu y, b. Dalam
     praktikum rumus non linear selalu dilinearkan untuk membuat grafik.
              Suatu grafik dilinearkan dengan meneliti persamaan teori yang
     menyatakan hubungan antara dua variabel, lalu mendefinisikan variabel baru dari
     persamaan tersebut sedemikian rupa sehingga variabel baru memiliki hubungan
     linear. Dalam contoh di atas di mana terdapat fungsi y = kx2 untuk hubungan
     antara variabel x dan variabel y transformasi bisa dilakukan dengan
     mendefinisikan dua variabel baru: v = y dan u = x2. Dengan dua variabel ini
     terdapat hubungan linear v = ku.
              Dalam contoh percobaan bandul matematis terdapat hubungan antara
                                                                  4π 2
     waktu ayunan T dan panjang bandul l dalam bentuk T 2 =            ⋅ l . Pasangan nilai
                                                                   g
     yang diukur adalah waktu ayunan T dan panjang bandul l, sedangkan besaran
     yang dicari adalah gravitasi g. Jika T terhadap l diukur dan pasangan-pasangan
     ukuran dimasukkan ke dalam grafik terdapat grafik fungsi akar atau fungsi
     kuadratis. Besar g sulit ditentukan dari fungsi seperti itu. Maka fungsi asli perlu
     dilinearkan dengan menggantikan (mensubstitusikan) variabel atau bagian dari
     fungsi asli. Dengan kata lain kita akan mendefinisikan variabel baru sehingga
     terdapat fungsi linear. Dalam contoh tersebut T2 bisa diganti (disubstitusi)
     dengan v. Dengan kata lain variabel v didefinisikan v = T2. Panjang l diganti
     dengan u atau variabel u didefinisi u = l. Maka dari teori asli terdapat persamaan
     v=   4 π2   ⋅ u . Persamaan baru ini merupakan fungsi linear. Kemiringan grafik dari
            g

     fungsi ini sebesar a =        4 π2   . Kemiringan ini bisa ditentukan dari grafik yang
                                     g
     digambar dengan data ukur untuk v = T2 dan l. Dalam gambar 4.4 contoh hasil
     ukur waktu ayunan T digambar terhadap panjang bandul l. Ternyata titik-titik
     yang terdapat dari pengukuran tidak bisa disambungkan dengan garis lurus,
     berarti ternyata tidak terdapat hubungan linear antara waktu ayunan T dan
     panjang bandul l. Dalam gambar 4.5 kuadrat dari waktu T, T2 atau v digambar
     terhadap panjang bandul. Ternyata di sini terdapat hubungan linear dan titik-titik
     dari pasangan nilai hasil ukur bisa disambungkan dengan garis lurus. Garis lurus
                                                                    2               4 π2
     dalam contoh ini memiliki kemiringan a = 0,0404 det . Karena a =
                                                      cm                              g
                                                                                           , maka
     dari hasil eksperimen ini percepatan bumi bisa ditentukan dengan mudah sebesar
          4π2        4π2
     g=        =            2
                              = 977, 2 cm2 .
           a     0,0404 det           det
                              cm


     Praktikum Fisika Dasar                                                    oleh Richard Blocher
4. Grafik untuk Besaran yang Berhubungan   19

        Untuk percobaan dengan persamaan dan teori yang lain, substitusi /
penggantian variabel untuk mendapatkan fungsi linear berbeda juga.



4.2         Metode Perkirakan dengan Melihat
            Kalau terdapat suatu eksperimen dengan dua variabel, x dan y. Antara
dua variabel tersebut terdapat hubungan linear dalam bentuk y = a ⋅ x + b . Jika
beberapa pasangan nilai dari dua besaran ini telah diukur, maka semua pasangan
nilai ( xi , yi ) yang didapatkan sebagai hasil ukur seharusnya memenuhi
persamaan linear tersebut. Ketika pasangan nilai tersebut digambarkan sebagai
titik dalam grafik, maka semua titik seharusnya berada di atas satu garis lurus.
Tetapi dalam pengukuran biasanya terjadi ralat, maka pasangan nilai tidak semua
akan memenuhi persamaan linear dengan konstanta a dan b yang sebenarnya dan
titik hasil ukur yang digambarkan dalam grafik tidak akan berada di atas satu
garis lurus. Sebagai contoh kita menyelidiki suatu hasil dari mengukur waktu
dan posisi suatu benda beberapa kali. Benda tersebut bergerak dengan kecepatan
konstan, berarti antara posisi s dan waktu t terdapat hubungan linear
 s = s0 + v ⋅ t . Dalam tabel 4.2 telah dicatat hasil pengukuran 5 pasangan nilai si
dan ti. Posisi si diukur pada waktu ti, berarti s1 diukur pada waktu t1, s2 diukur
pada waktu t2 dsb. Pasangan nilai tersebut telah digambarkan ke dalam grafik
gambar 4.6.


 10
                                                                t (det)          s (m)
  9
          s/m




  8
                                                                t1 = 1,0        s1 = 2,6
  7
  6
                                                 Δs=6m          t2 = 1,9        s2 = 5,3
  5
  4                                                             t3 = 2,1        s3 = 4,5
  3
                                  Δt=2,7det
  2                                                             t4 = 3,0        s4 = 6,5
  1                                           t / det
            s0=0,37m
  0                                                             t5 = 3,8        s5 = 9,2
      0            1          2          3              4
          Gambar 4.6: Grafik dari data Tabel 4.2.               Tabel 4.2: Data dari
                                                                  contoh pasal 4.2
Praktikum Fisika Dasar                                                 oleh Richard Blocher
20   Perhitungan Ralat


               Ternyata titik yang menggambarkan pasangan nilai tidak berada persis
     di atas satu garis lurus, berarti pasangan nilai hasil ukur tidak memenuhi
     persamaan linear. Walaupun persamaan linear tetap benar untuk proses fisik ini,
     pergeseran titik dari garis lurus bisa diakibatkan oleh ralat ukur. Kalau satu nilai
     tempat ataupun waktu diukur terlalu besar atau terlalu kecil, maka titik dari hasil
     ukur akan bergeser dari garis lurus. Titik-titik ukur tidak berada di atas garis
     lurus menunjukkan adanya ralat dalam pengukuran dan kemiringan a, dalam hal
     ini kecepatan v, yang sebenarnya tidak diketahui. Juga bagian sumbu y, b atau v0,
     yang sebenarnya tidak diketahui. Untuk mendapatkan satu perkiraan untuk besar
     dari kemiringan garis lurus a yang sebenarnya atau besar kecepatan benda v yang
     sebenarnya dan juga bagian sumbu y, yaitu konstanta b atau posisi awal s0 yang
     sebenarnya, maka pasangan nilai hasil ukur digambarkan ke dalam satu grafik.
     Sebagai pendekatan, kita memperkirakan, garis lurus mana yang paling dekat
     dengan hasil ukur. Dalam hal ini “paling dekat dengan hasil ukur”, berarti satu
     garis lurus dengan sifat, jarak rata-rata antara garis lurus itu dan titik-titik ukuran
     paling kecil. Garis dengan sifat tersebut dikirakan, kemudian digambarkan ke
     dalam grafik. Sebagai pendekatan posisi garis yang paling cocok dikirakan
     dengan melihat grafik saja. Baru dalam pasal mengenai prinsip kuadrat terkecil
     suatu cara untuk menghitung posisi garis yang paling cocok secara objektif akan
     dijelaskan. Besar bagian sumbu y (dalam contoh s0) dan kemiringan dari garis
     tersebut (dalam contoh v) dibaca dari grafik sebagai perkiraan untuk nilai yang
     sebenarnya.
               Dalam grafik gambar 4.6 “garis lurus yang paling cocok” telah
     digambarkan. Dari grafik itu didapatkan besar kecepatan:
                   Δs      6m             m
               v=      =          = 2, 22                                               (4.2)
                   δt 2,7 det             det
               dan besar dari bagian sumbu y: s0 = 0,37 m.                              (4.3)




     4.3       Perkiraan Ralat
              Dengan cara menentukan “garis lurus yang paling cocok” dengan
     pasangan nilai hasil ukur, maka dari garis lurus tersebut terdapat perkiraan untuk
     kemiringan a yang sebenarnya dan untuk bagian sumbu y, b. Hasil dari perkiraan
     untuk dua nilai tersebut pasti terpengaruh oleh ralat ukur. Maka kemiringan a dan
     bagian sumbu y, b, memiliki ketidakpastian atau ralat. Ralat untuk kemiringan a
     disebut sebagai Δa dan ralat untuk b disebut sebagai Δb. Dalam pasal ini satu
     cara untuk memperkirakan besar dari ralat tersebut dibicarakan.


     Praktikum Fisika Dasar                                               oleh Richard Blocher
4. Grafik untuk Besaran yang Berhubungan   21

10
                                                  δs5
 9
 8       s/m
 7
                                                   δs4
 6
               δs2            s2
 5
                         s*
                          2             δs3
 4
 3
 2
 1                                                t / det        Gambar 4.7: Ralat dari
                                   t2                            masing-masing nilai ukuran
 0
     0               1              2         3             4    tempat δsi.

          Untuk mendapatkan ralat dari kemiringan dan dari bagian sumbu y, ralat
dari nilai-nilai hasil ukur perlu ditentukan lebih dulu. Ketika mengukur pasangan
nilai biasanya terdapat ralat dalam dua-duanya variabel x dan y. Jika ralat tidak
terlalu besar, menganggap hanya salah satu variabel mempunyai ralat merupakan
pendekatan yang cukup baik. Berarti dianggap satu variabel telah diukur dengan
tepat dan hasil ukurnya merupakan nilai yang sebenarnya. Seluruh ralat ukur
dimasukkan ke dalam ralat dari variabel kedua.
          Untuk mendapatkan perkiraan mengenai besar ralat statistis dari
variabel kedua tersebut, deviasi (perbedaan) dari setiap hasil pengukuran dengan
perkiraan untuk nilai yang sebenarnya ditentukan. Perkiraan untuk nilai yang
sebenarnya terdapat di atas garis lurus yang telah ditentukan sebagai garis lurus
yang paling cocok dengan nilai-nilai hasil ukur. Dalam praktikum biasanya
dipilih untuk memasukkan seluruh ralat ke dalam variabel y yang digambar ke
arah atas. Kalau cara ini diterapkan dalam contoh di atas, ralat dimasukkan ke
dalam pengukuran tempat. Maka pada setiap pasangan nilai hasil pengukuran
terdapat deviasi δsi antara tempat si yang diukur dan perkiraan untuk tempat
yang sebenarnya pada waktu ti. Perkiraan untuk tempat yang sebenarnya pada
waktu ti akan kita sebutkan sebagai si*. Dengan contoh hasil ukur dari tabel 4.2
dan grafik dalam gambar 4.6 yang digambar lagi dalam gambar 4.7 terdapat
deviasi sbb.:
          Untuk titik pasangan nilai kedua (i = 2) terdapat dari grafik gambar 4.7
dan dari data hasil ukur dalam tabel 4.2: waktu pada titik ukur kedua ini sebesar
t2 = 1,9 det, tempat yang diukur pada waktu t2 sebesar s2 = 5,3 m, dari “garis
lurus yang paling cocok” terdapat perkiraan untuk tempat yang sebenarnya pada
t2 sebesar s2* = 4,6 m, berarti terdapat deviasi (antara tempat yang diukur dan


Praktikum Fisika Dasar                                                          oleh Richard Blocher
22   Perhitungan Ralat


     perkiraan untuk tempat yang sebenarnya) pada waktu t2 sebesar
     δs2 = s2 * − s2 = 4,6 m − 5, 3m                ⇒ δs2 = 0, 7 m .
             Dalam tabel 4.3 perkiraan untuk tempat yang sebenarnya pada setiap
     waktu pengukuran serta deviasi tempat dicatat.
              Ralat ukur Δs untuk pengukuran tempat ditentukan dari deviasi tempat
     δsi pada semua hasil ukur. Dalam situasi umum dengan variabel x dan y cara
     yang sama dipakai untuk menentukan deviasi δyi dari setiap nilai hasil ukur
     variabel y. Ralat Δy untuk pengukuran variabel y ditentukan dari semua nilai
     deviasi δyi. Dua cara berikut bisa dipakai untuk menentukan ralat Δy atau ralat
     Δs dalam contoh.
     1. Jika jumlah pasangan nilai ukuran minimal sepuluh, perkiraan untuk
           deviasi standar bisa dihitung dengan menyesuaikan persamaan (2.3).
           Perkiraan untuk nilai yang sebenarnya x dalam (2.3) diganti dengan
           perkiraan untuk nilai yang sebenarnya dalam situasi ini, yaitu yi* atau si*
           dalam contoh. Maka terdapat besar perkiraan sn untuk deviasi standar σn:

                          n
                                ( si − si* )2         n       δs 2
               ssn =     ∑         n −1
                                                =   ∑ n −1
                                                        i                            (4.4)
                         i =1                        i =1

           Untuk situasi umum s diganti dengan y dan t diganti dengan x. Berarti (4.4)
           menjadi:
                          n
                                ( yi − yi* )2             n    δy 2
               s yn =    ∑          n −1
                                                =     ∑ n −i 1                       (4.5)
                         i =1                         i =1

     2.    Jika jumlah pasangan nilai yang diukur tidak lebih dari sepuluh, ralat
           variabel y (atau tempat s dalam contoh) ditentukan dengan metode ralat
           maksimal seperti dijelaskan dalam pasal 2.1.4, halaman 9. Dalam metode
           ralat maksimal ini harga mutlak deviasi yang paling besar dianggap sebagai
           ralat dari variabel y (tempat s dalam contoh). Jika memakai ralat maksimal,
           ralat dari variabel y sering bisa dibaca langsung dari grafik dengan mencari
           titik hasil ukur yang paling jauh dari “garis lurus yang paling cocok”, lalu
           menentukan jarak antara “garis lurus yang paling cocok” dan titik hasil
           ukur tersebut dalam skala ke arah y.
              Dalam tabel 4.3 semua deviasi dan hasil untuk ralat Δs untuk tempat
     dengan memakai statistika dan dengan memakai metode ralat maksimal
     dicantumkan. Dalam contoh ini metode ralat maksimal lebih cocok karena
     terdapat hanya 5 pasangan nilai (si, ti).


     Praktikum Fisika Dasar                                            oleh Richard Blocher
4. Grafik untuk Besaran yang Berhubungan   23

          Setelah ralat Δy dari             i      ti (det) si (m) si* (m) δsi (m)
pengukuran nilai y ditentukan, maka
besar Δy bisa dipakai untuk                 1          1      2,6     2,6      0
menentukan ralat Δa dari                    2         1,9     5,3     4,6     0,7
kemiringan garis lurus dan ralat Δb         3         2,1     4,5     5,0    - 0,5
dari bagian sumbu y.
                                            4          3      6,5     7,0    - 0,5
          Selanjutnya kita memakai
ralat / ketidakpastian Δy dari pengu-       5         3,8     9,2     8,8     0,4
kuran nilai-nilai y untuk mencari           Metode ralat maksimal: Δy = 0,7
ketidakpastian Δa dari kemiringan a
dengan cara yang sederhana. Cara          Cara statistik: sn =
                                                                  ∑ δsi 2 = 0,536
yang lebih pasti secara matematis                                  n −1
akan dibicarakan dalam pasal                Tabel 4.3: Hasil ukur dari tabel 4.2
mengenai prinsip kuadrat terkecil.         dengan nilai perkiraan untuk tempat
Dianggap bahwa x1 adalah nilai           yang sebenarnya dari grafik gambar 4.7
hasil ukur skala x yang paling kecil        dan deviasi dari hasil ukur tempat
dan xn adalah nilai hasil ukur skala x                  masing-masing.
yang paling besar. Garis yang paling
cocok memiliki kemiringan a dan
bagian sumbu b sehingga terdapat garis yang memenuhi persamaan y* = a x + b .
Garis ini dalam gambar 4.8 ditandai sebagai garis “kemiringan a”. Semua titik di
atas garis ini merupakan perkiraan untuk pasangan nilai yang sebenarnya.
Karena hasil ukur variabel y mempunyai ketidakpastian, maka terdapat
ketidakpastian dalam kemiringan garis lurus. Nilai y mempunyai ralat, berarti
pada satu posisi x ada kemungkinan nilai y sebenarnya lebih tinggi atau lebih
rendah daripada perkiraan untuk nilai yang sebenarnya. Seandainya nilai y
sebelah kanan lebih tinggi dan / atau sebelah kiri lebih rendah, maka kemiringan
akan menjadi lebih besar. Kemiringan paling besar terdapat dengan nilai y lebih
besar di sebelah kanan dan nilai y lebih kecil di sebelah kiri. Dalam gambar 4.8
digambar garis “kemiringan a+” dengan kemiringan yang lebih besar daripada
perkiraan garis yang paling cocok.
        Garis “kemiringan a+” adalah garis dengan kemiringan paling besar
yang bisa didapatkan dengan ketidakpastian Δy untuk nilai y. Garis ini terdapat
sbb.:
      -   Nilai yn* ditambah ketidakpastian Δy. Di atas yn* telah ditentukan
          sebagai perkiraan untuk nilai y yang sebenarnya pada nilai hasil ukur xn,
          berarti pada nilai x yang paling besar. Berarti yn * = a xn + b . Dengan
          tambahan Δy tersebut terdapat yn + = a xn + b + Δy .


Praktikum Fisika Dasar                                             oleh Richard Blocher
24   Perhitungan Ralat


            -       Nilai y1* dikurangi ketidakpastian Δy. Dengan y1* sebagai perkiraan
                    untuk nilai y yang sebenarnya pada nilai hasil ukur x1, berarti pada nilai
                    x yang paling kecil. Berarti y1* = a x1 + b . Dengan pengurangan Δy
                    tersebut terdapat y1+ = a x1 + b − Δ y .
            -       Garis “kemiringan a+” adalah garis yang melewati dua titik pasangan
                    nilai tersebut (pasangan (x1, y1+) dan pasangan (xn, yn+)). Untuk garis
                    tersebut terdapat kemiringan a+ sebesar:
                             yn + − y1+ ( a xn + b + Δy ) − ( a x1 + b − Δy )
                    a+ =               =
                              xn − x1                 xn − x1
                                                                                                 (4.6)
                             a ( xn − x1 ) + 2Δy         2 Δy
                         =                         = a+
                                   xn − x1              xn − x1
            -       Ralat Δa untuk kemiringan terdapat sebagai perbedaan antara
                    kemiringan a+ dan kemiringan a:
                                        2 Δy         2 Δy
                    Δa = a + − a = a +         −a =                                              (4.7)
                                       xn − x1      xn − x1
            -       Untuk bagian sumbu y, nilai b dari garis “kemiringan a” dan nilai b–
                    dari garis “kemiringan a+” terdapat:
                          *    *                                *    *
                         y1 + yn x1 + xn                       y1 + yn x1 + xn +
                    b=           −       ⋅a ;           b− =           −      ⋅a                 (4.8)
                            2       2                             2       2


                y                                     kemiringan a+
                                                                kemiringan a
         yn*+Δy
                                                           Δy
             yn*                                                 kemiringan a-
                                                           Δy
         yn*-Δy



                             Δy
                                                                                 Gambar 4.8:
          y1*+Δy
     b+                                                                          Perkiraan ralat
                y1*                                                              Δa dari
     b                        Δy                                                 kemiringan a dan
        y *-Δy                                                                   ralat Δb dari
     b- 1                           xn–x1
                                                                                 bagian sumbu
                       x1                                 xn       x             y, b.
     Praktikum Fisika Dasar                                                        oleh Richard Blocher
4. Grafik untuk Besaran yang Berhubungan   25

          Jadi ralat Δb dari b terdapat dari perbedaan antara b dan b- sebesar:
                           ⎛ y* + yn x1 + xn ⎞ ⎛ y1 − yn x1 + xn + ⎞
                                   *                 * *
            Δb = b − b − = ⎜ 1       −      ⋅a ⎟ − ⎜     −      ⋅a ⎟
                           ⎜ 2          2      ⎟ ⎜ 2        2      ⎟
                           ⎝                   ⎠ ⎝                 ⎠ (4.9)
                 x +x
                           (
          ⇔ Δb = 1 n a + − a
                     2
                                  )
                    x1 + xn        x +x   2 Δy
          ⇔ Δb =            ⋅ Δa = 1 n ⋅                                         (4.10)
                       2             2   xn − x1
         Garis “kemiringan a+” terdapat sebagai garis dengan kemiringan paling
besar yang bisa terjadi dengan ketidakpastian Δy. Dalam gambar 4.8 garis
“kemiringan a- ” juga digambarkan. Garis ini terdapat dengan anggapan nilai y
sebenarnya lebih kecil di sebelah kanan dan lebih besar sebelah kiri. Garis ini
merupakan garis dengan kemiringan paling kecil yang bisa didapatkan dengan
ketidakpastian Δy. Kalau ralat kemiringan a dan bagian sumbu y dihitung dengan
memakai garis “kemiringan a- “ terdapat hasil ralat yang sama dengan
perhitungan di atas dengan garis “kemiringan a+”. Untuk menghitung kemiringan
dari garis “kemiringan a- “, nilai yn* dikurangi Δy dan nilai y1* ditambahi Δy.
Selain itu cara untuk menentukan kemiringan, bagian sumbu y dan ralat sama
dengan yang dipakai di atas untuk garis “kemiringan a+”. Hasil yang didapatkan
sama juga sehingga bisa disimpulkan dengan Δa dan Δb dari (4.7) dan (4.10)
terdapat hasil untuk kemiringan a dan untuk bagian sumbu y sbb.: kemiringan a
sebesar a ± Δa, bagian sumbu y sebesar b ± Δb.




Praktikum Fisika Dasar                                              oleh Richard Blocher
Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher



                               Soal Latihan

                           1          Dasar Ralat


1.1. Dalam kuliah, waktu yang dibutuhkan batu untuk jatuh setinggi 2m telah
     diukur. Pakai data hasil ukur dari semua kelompok untuk tugas berikut:
     a. Buat grafik jumlah hasil ukur waktu tertentu terhadap hasil ukur waktu.
        Pakai interval waktu sebesar 0,1 det. Berarti tentukan jumlah
        terdapatnya hasil ukur antara 0 det dan 0,09 det, jumlah hasil ukur
        antara 0,1 det dan 0,19 det, jumlah hasil ukur antara 0,2 det dan
        0,29 det, dst. dan buat grafik jumlah terhadap besar waktu.
     b. Tentukan satu perkiraan untuk waktu yang sebenarnya.
     c. Tentukan satu perkiraan untuk ralat dari pengukuran ini.
     d. Tentukan satu perkiraan untuk ketelitian dari nilai rata-rata dari semua
        hasil ukur.


2         Ralat Satu Besaran
2.1. Waktu ayunan suatu bandul diukur 15 kali. Dari masing-masing
     pengukuran terdapat waktu dalam satuan detik sbb.:
     1,53; 1,42; 1,62; 1,57; 1,59; 1,70; 1,40; 1,48; 1,46; 1,57; 1,53; 1,54; 1,56;
     1,61; 1,48;
     → Tentukan hasil ukur dan ralatnya.

2.2. Suatu proses elektrolisa yang sama dilakukan 5 kali. Pada masing-masing
     eksperimen terdapat perubahan massa sbb.:
     Δm = 0,63g; 0,71g; 0,65g; 0,62g; 0,70g
     → Tentukan hasil ukur untuk perubahan massa dan ralatnya.
2.3. Waktu jatuh dari sebuah bola besi diukur 12 kali. Hasil ukur masing-masing
     sbb.:
     0,143 det; 0,148 det; 0,139 det; 0,145 det; 0,146 det; 0,146 det;
     0,144 det; 0,145 det; 0,142 det; 0,143 det; 0,141 det; 0,147 det;
     → Tentukan hasil ukur dan ralatnya.
                                              26
Soal Pengantar Praktikum                                       3. Teori Perambatan Ralat   27


3         Teori Perambatan Ralat
                                                      I ⋅t
3.1. Besaran N dihitung dengan persamaan N = a⋅            . Besaran I, t dan m
                                                       m
      diukur dengan hasil ukur sbb.:
      I = (1,52 ± 0,04) A; t = 2400 det ± 5 det; m = (0,8634 ± 0,0008) g
      Besaran a dalam persamaan ini adalah suatu konstanta sebesar
                    g
      a = 4⋅10-14       .
                  A⋅det
      → Tentukan N dan ralatnya.

3.2. Besaran mk dihitung dari m1 dan m2 dengan persamaan: mk = m1 − m2 .
      Hasil ukur sbb.: m1 = 92,52 g ± 0, 04 g ; m2 = 24,07 g ± 0,1g .
      → Tentukan mk dan ralatnya.
3.3. Dalam suatu percobaan terdapat hubungan antara besaran waktu T, panjang
                                               l
     l dan percepatan gravitasi g sbb.: T = 2π   . Dalam eksperimen waktu T
                                               g
     dan panjang l telah diukur dengan hasil sbb.: T = 2,47 det ± 0,05 det;
     l = (151,4 ± 0,3) cm.
     → Tentukan hasil ukur untuk besar g dan ralatnya.
3.4. Dalam sebuah eksperimen terdapat hubungan antara besaran waktu t,
     jarak s dan percepatan gravitasi g sbb.: s = 1 g t 2 . Dalam eksperimen waktu
                                                  2
     t dan jarak s telah diukur dengan hasil sbb.: t = 0,397 det ± 0,002 det;
     s = (76,3 ± 0,2) cm.
     → Tentukan hasil ukur untuk besar percepatan gravitasi g dan ralatnya.
3.5. Besaran f ditentukan dari dua besaran s1 dan s2 dengan persamaan
      1 1 1
         = + . Terdapat hasil ukur untuk s1 dan s2 sbb.:
       f s1 s2
     s1 = 5,3 cm ± 0,1 cm; s2 = 45 cm ± 0,2 cm.
      → Tentukan besar f dan ralatnya.




Praktikum Fisika Dasar                                             oleh Richard Blocher
28 Soal Pengantar Praktikum                                                           4. Grafik



   4             Grafik
   4.1. Dalam suatu eksperimen terdapat hubungan antara                h / cm         t / det
        tinggi h, waktu jatuh t dan percepatan gravitasi g              85,2          0,4231
        dari suatu benda sbb.: h = 1 g t 2 . Terdapat data hasil        77
                                    2                                                 0,4025
           ukur seperti dalam tabel 4.1.                               69,7           0,3830
        a. Buat grafik h terhadap t2.                                   64            0,3663
        b. Tentukan kemiringan a dan ralat kemirinigan                 58,8
           dari grafik.                                                               0,3516
                                                                       54,7           0,3389
        c. Tentukan g dan ralatnya dari kemiringan dan
           ralat kemiringan.                                            49            0,3216
   4.2. Antara gaya f pada pegas dan panjangnya l terdapat             44,2           0,3051
        hubungan linear l = k * ⋅F + l0 . Panjang pegas l              36,3           0,2754
           telah diukur pada beberapa gaya yang berbeda
                                                                       26,1           0,2330
           dengan hasil seperti dalam tabel tabel 4.2.
           a. Buat grafik l terhadap F.                                15,3           0,1759
           b. Tentukan konstanta k* dan panjang awal l0 dari            6,7           0,1084
               grafik.                                                 Tabel 4.1.: Data
           c. Tentukan ralat dari konstanta k dan ralat dari            dari soal 4.1.
               panjang awal l0.

    F/N          0,5     1        1,5       2     2,5      3     3,5    4       4,5        5
    l/cm         27     32        34        45    50      54     65    72       82         83
                                    Tabel 4.2.: Data dari soal 4.2.

   4.3. Terdapat persamaan untuk hubungan antara variabel yang diukur seperti
        dalam tabel berikut. Tentukan transformasi untuk melinearkan persamaan-
        persamaan ini sehingga terdapat fungsi linear dalam bentuk: y = a x + b
      Variabel               Persamaan             y=          x=        a=             b=
                             s=   1 a t2
          s, t                    2

                                    4π
         T, l                T2 =      ⋅l
                                     g
        u, v           u 2 = d ⋅ ln v + 4πR 2


   Praktikum Fisika Dasar                                                oleh Richard Blocher
Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher




                        Petunjuk Praktikum


                    1         Bandul Matematis


1.1         Literatur
•       Halliday Resnick; Fisika I; Bab 15-1 Osilasi; Bab 15-3 Gerak Harmonik
        Sederhana; Bab 15-5 Penerapan Gerak Harmonik Sederhana; Bab 16-3
        Konstanta Gravitasi Universal, γ;
•       Sears, Zemansky; Fisika (Mekanika-Panas-Bumi);



1.2         Daftar Alat
        •   Tiang bandul                                           1 set
        •   Bandul matematis dengan benang dan gantungan           1 buah
        •   Stopwatch                                              1 buah



1.3         Teori

1.3.1       Prinsip Ayunan
          Jika sebuah benda yang digantungkan pada seutas tali, diberikan sim-
pangan, lalu dilepaskan, maka benda itu akan berayun ke kanan dan ke kiri.
Berarti, ketika benda berada di sebelah kiri akan dipercepat ke kanan dan ketika
benda sudah di sebelah kanan akan diperlambat dan berhenti, lalu dipercepat ke
kiri dan seterusnya. Dari gerakan ini dilihat bahwa benda mengalami percepatan
                                                   (     )
selama gerakannya. Menurut Hukum Newton F = m ⋅ a percepatan hanya
timbul ketika ada gaya. Arah percepatan dan arah gaya selalu sama. Berarti
dalam eksperimen ini ternyata ada gaya ke arah gerakan benda, yaitu gerakan
yang membentuk lingkaran.

                                              29
30   Petunjuk Praktikum


               Gaya yang bekerja dalam bandul ini
     seperti digambarkan dalam gambar 1.1. Semua
     gaya ini berasal dari gravitasi bumi dan gaya
     pada tali. Arah gaya gravitasi Fgrav tegak lurus                        ϕ

     ke bawah. Arah gaya tali Ftali ke arah tali.
     Sedangkan gaya Ft yang mempercepat benda,                      Ftali
     bekerja ke arah gerakan, berarti ke arah lingkaran
     yang tegak lurus dengan arah tali atau ke arah                Ft
     tangen lingkaran. Sebab itu gaya ini juga disebut
     gaya tangensial Ft . Besar Ft yang mempercepat         F ϕ Fgrav
                                                             n

     benda terdapat dengan membagi gaya gravitasi               ϕ
     Fgrav ke dalam dua bagian, yaitu Ft ke arah
     gerakan dan gaya normal Fn . Gaya normal Fn
                                                             Gambar 1.1: Gaya-gaya
     berlawanan arah dengan gaya tali Ftali sehingga        yang bekerja pada bandul
     dua gaya ini saling menghapus.                                matematis.
               Karena Fgrav dibagi menjadi Fn dan
     Ft , maka:

               Fgrav = Fn + Ft                      (1.1)

               Karena arah gerakan tegak lurus dengan arah tali, maka Fn ⊥ Ft . Dari
     gambar dapat dilihat hubungan antara besar gaya tangensial, besar gaya gravitasi
     dan sudut simpangan ϕ:
                Ft = Fgrav ⋅ sin ϕ                                                        (1.2)

            Arah dari Ft berlawanan dengan arah simpangan ϕ, maka dalam
     persamaan terdapat tanda negatif:
               Ft = − Fgrav ⋅ sin ϕ                                                       (1.3)
             Tanda negatif dalam (1.3) menunjukkan gaya Ft bekerja untuk
     mengembalikan bandul kepada posisi yang seimbang dengan simpangan ϕ = 0.
     Karena benda tidak bisa bergerak ke arah tali, maka gaya ke arah tali harus
     seimbang atau jumlahnya nol, berarti: Ftali + Fn = 0 . Berarti gaya tali selalu
     sama besar dengan gaya normal: Ftali = Fn .


     Praktikum Fisika Dasar                                                 oleh Richard Blocher
1. Bandul Matematis     31

        Dengan memahami gaya tersebut yang bekerja pada bandul, maka
gerakan osilasi (gerakan ayunan) dapat dimengerti dengan mudah. Ketika bandul
sedang diam di sebelah kiri, maka gaya tangensial mempercepat bandul ke arah
kanan sehingga kecepatan ke arah kanan bertambah. Selama bandul bergerak ke
arah kanan, sudut simpangan menjadi semakin kecil dan gaya tangensial
( Ft = − Fgrav ⋅ sin ϕ ) ikut semakin kecil. Maka percepatan akan semakin kecil.
Tetapi perhatikanlah bahwa percepatan semakin kecil (tetapi belum nol) berarti
kecepatan masih bertambah terus. Ketika simpangan bandul nol, berarti posisi
bandul di tengah, gaya tangensial nol, maka percepatan nol dan bandul bergerak
terus dengan kecepatan konstan ke kanan. Ketika simpangan bandul ke arah
kanan bertambah besar, maka gaya tangensial juga bertambah, tetapi ke arah kiri.
Gaya tangensial ke kiri ini melawan arah gerakan bandul yang masih ke kanan.
Maka terdapat percepatan ke kiri sehingga kecepatan bandul – masih ke arah
kanan akan – berkurang terus sampai bandul berhenti (kecepatan menjadi nol).
Ketika bandul berhenti posisinya sudah memiliki sudut simpangan ke sebelah
kanan. Dalam posisi ini terdapat gaya tangensial ke arah kiri yang akan
mempercepat bandul ke kiri. Proses dalam gerakan ke kiri berjalan dengan cara
yang sama persis dengan proses bergerak ke kanan. Maka bandul akan terus
berayun ke kiri dan ke kanan.
         Dari penjelasan di atas dilihat dua hal yang menjadi syarat untuk
mendapatkan osilasi atau ayunan:
      1. Gaya yang selalu melawan arah simpangan dari suatu posisi seimbang.
         Dalam hal ini gaya yang melawan simpangan adalah gaya tangensial.
      2. Kelembaman yang membuat benda tidak berhenti ketika berada dalam
         situasi seimbang (tanpa gaya). Dalam contoh ini massa yang berayun
         tidak berhenti pada posisi bawah (posisi tengah, gaya nol), tetapi
         bergerak terus karena kelembaman massanya.

1.3.2       Waktu Ayunan
         Pada percobaan bandul matematis ini, kita memakai sebuah bandul
dengan massa m yang digantungkan pada seutas tali. Supaya perhitungan lebih
mudah, dianggap bahwa tali tidak molor 1 dan tidak mempunyai massa. Di atas
telah diselidiki mengenai gaya tangensial Ft yang membuat bandul berayun.
Besar gaya tangensial Ft sesuai (1.3). Besar percepatan a yang terdapat dari gaya
tangensial sesuai dengan Hukum Newton: Ft = m ⋅ a , maka:

1   Tidak molor, berarti tali tidak elastis sehingga panjangnya tidak berubah ketika gaya ke arah tali
    berubah. Gaya kepada tali memang akan berubah selama ayunan karena kecepatan berubah dan
    sebab itu juga gaya sentrifugal akan berubah. Juga gaya normal yang berasal dari gaya gravitasi
    berubah karena sudut simpangan berubah.
Praktikum Fisika Dasar                                                          oleh Richard Blocher
32   Petunjuk Praktikum


               Ft = − Fgrav ⋅ sin ϕ = m ⋅ a                                                   (1.4)
               Percepatan a dari benda yang bergerak di atas garis lingkaran sebesar:
                  d2 s      d2 ϕ
               a=       =l⋅ 2                                                (1.5)
                   d t2     dt
              Persamaan (1.5) dimasukkan ke dalam (1.4), maka dengan besar gaya
     gravitasi Fgrav = m ⋅ g terdapat:

                                         d2 ϕ                            d2 ϕ
               − Fgrav sin ϕ = m ⋅ l ⋅          ⇔ − mg sin ϕ = m ⋅ l ⋅
                                         d t2                            d t2
                                                                                              (1.6)
                                           d2 ϕ
                                  ⇔ m ⋅ l ⋅ 2 + mg sin ϕ = 0
                                           dt
             Untuk simpangan kecil, berarti sudut ϕ kecil sin ϕ ≈ ϕ dan (1.6)
     menjadi lebih sederhana:
                    d2 ϕ                     d2 ϕ g
               m ⋅l ⋅    + m⋅ g ⋅ϕ = 0 ⇔          + ⋅ϕ = 0                      (1.7)
                    d t2                     d t2 l
              Hasil (1.7) merupakan satu persamaan diferensial. Untuk menyelesaikan
     persamaan diferensial ini, kita bisa memakai suatu pemasukan atau pemisalan
     (statement) sebagai perkiraan untuk hasil. Pemasukan / pemisalan (statement) itu
     dimasukkan ke dalam persamaan asli, lalu dihitung, apakah persamaan bisa
     diselesaikan dengan pemasukan itu. Dengan pemasukan:
               ϕ = ϕ0 cos ωt                                                                  (1.8)
               terdapat – seperti dihitung dengan lebih rinci dalam petunjuk mengenai
     “Elastisitas” – bahwa masukan ini memang menyelesaikan persamaan diferensial
     dan kecepatan sudut osilasi sebesar:
                     g
                ω2 =                                                              (1.9)
                     l
                            2π
               Karena ω =      , maka waktu ayunan T dalam percobaan bandul
                            T
     matematis sebesar:
                     4π2                    l             l
               T 2 = 2 ⇔ T 2 = 4π 2 ⇔ T = 2π                                     (1.10)
                     ω                      g             g
               Hubungan antara besar waktu ayunan T dan panjang bandul l ini bisa
     dipakai untuk mencari besar dari konstanta gravitasi g dari hubungan antara T
     dan l. Berarti untuk mencari besar g, kita mengukur hubungan antara T dan l, lalu
     membuat grafik T2 terhadap l dan mencari kemiringan garis lurus yang paling
     cocok dengan titik-titik ukuran.
     Praktikum Fisika Dasar                                                     oleh Richard Blocher
1. Bandul Matematis   33

1.4         Tata Laksana
•       Aturlah panjang tali pada 8 panjang tali yang berbeda, mulai dari panjang
        tali terbesar yang bisa diukur sampai panjang tali sebesar l = 15 cm. Pada
        setiap panjang tali waktu ayunan diukur 10 kali. Pada setiap pengukuran
        sepuluh periode ayunan (10⋅T) diukur.
•       Buatlah grafik T2 terhadap l. Cari garis lurus yang paling cocok dengan
        titik-titik hasil ukur dan tentukanlah kemiringan a dari garis tersebut.
        Tentukan konstanta gravitasi g dari kemiringan a dengan memakai
        hubungan (1.10). 1




    •   Buatlah kesimpulan dari hasil yang anda peroleh dari percobaan ini.


1.5         Perhitungan Ralat
            Tentukanlah ralat kemiringan a dan perpotongan sumbu y dengan
    metode grafik. Ralat g dapat dihitung dari ralat kemiringan a dengan
    menggunakan teori perambatan ralat.
            Di mana dalam percobaan ini terdapat ralat sistematis ?


1.6         Laporan Praktikum
           Dalam laporan praktikum harus ada:
    •   Tabel hasil ukur
    •   Grafik hasil ukur dengan perkiraan terbaik untuk garis lurus yang cocok
        dengan data ukur
    •   Analisa data ukur / Perhitungan besar percepatan gravitasi di bumi dengan
        perkiraan ralat
    •   Jawaban pertanyaan ulang


1.7         Pertanyaan Ulang
1.      Jelaskanlah, mengapa sebuah bandul berayun ?
2.
1       Mengapa bandul tidak berhenti di posisi tengah di mana gaya tangensial
        nol ?
3.
1       Mengapa massa dari bandul tidak mempengaruhi waktu ayunan ?
4.
1       Mengapa simpangan dalam melakukan percobaan harus kecil ?
5.      Pakailah grafik T2 terhadap l yang telah dibuat untuk bandul matematis
        untuk menentukan posisi pusat massa dari benda yang berayun. (Apakah
        pusat massa memang benar seperti posisi yang dipakai dalam pengukuran
        atau – dilihat dari grafik – di posisi yang lain ?)


                   Selamat Berayun-ayun
Praktikum Fisika Dasar                                           oleh Richard Blocher
Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher



                             2         Elastisitas
2.1         Literatur
•       Frederick J. Bueche, Seri buku Schaum, Teori dan soal Fisika, Bab 12,
        Elastisitas, Hukum Hook.
•       Sears, Francis Weston; Zemansky, Mark W; Fisika untuk Universitas jilid 1;
        Binacipta;, Mekanika. Panas. Bunyi; Bab 10-3 Elastisitas dan plastisitas.



2.2         Daftar Alat
        •   Tiang dengan gantungan pegas                             1 buah
        •   Pegas                                                    1 buah
        •   Gantungan beban untuk menggantungkan beban pada
            pegas                                                    1 buah
        •   Beban bulat 50 g                                         9 buah
        •   Meteran                                                  1 buah
        •   Stopwatch                                                1 buah


2.3         Teori

2.3.1      Hukum Hook
         Jika suatu benda terkena gaya F, maka
bentuk benda itu akan berubah. Besar
perubahan bentuk (misalnya panjang atau lebar)
sebesar Δx. Dalam banyak situasi Δx berbanding            Δx
lurus dengan besar gaya F yang diberikan:
                                                               Fpegas = -kΔx
          F = − k⋅ Δ x                    (2.1)
         Dalam (2.1) k merupakan suatu
konstanta yang menunjukkan sifat benda itu.
Konstanta k ini disebut sebagai konstanta Hook.                    Fg = mg     Fg
Persamaan (2.1) disebut sebagai hukum Hook.
         Dalam percobaan ini kita memakai            Gambar 2.1: Perpanjangan
pegas sebagai contoh benda. Ketika belum             pegas kalau diberikan beban
diberi gaya, pegas sepanjang x0. Kita memberi          m dengan gaya gravitasi
gaya kepada pegas dengan menggantungkan                     Fgrav = m ⋅ g .
                                              34
2. Elastisitas   35

beban dengan massa m pada pegas. Beban tersebut mengalami gaya gravitasi Fg
sebesar Fg = m ⋅ g . Gaya gravitasi ini menarik pegas ke bawah sehingga panjang
pegas bertambah sejauh Δx. Maka panjang pegas menjadi sebesar x1. Berarti
dengan (2.1) terdapat hubungan antara panjang pegas x dan besar gaya Fg sbb.:
                                               1
          Fg = k ⋅ Δx = k ⋅ ( x − x0 ) ⇔ x =     F + x0                       (2.2)
                                               k g

2.3.2     Ayunan pegas
        Menurut hukum Newton II terdapat hubungan antara gaya F kepada
suatu benda dan percepatan a dari benda tersebut sebagai berikut:
         F=m⋅a                                                               (2.3)
         Jadi gaya berbanding lurus dengan massa m dan percepatan a. Gaya
yang bekerja pada benda dalam percobaan ini adalah gaya pegas yang besarnya
sesuai dengan Hukum Hook (2.1) dan gaya gravitasi kepada beban. Pada posisi
seimbang – ketika beban tergantung pada pegas dengan diam – gaya pegas dan
gaya gravitasi sama besar, berarti jumlah dari dua gaya ini nol. Karena gaya
gravitasi konstan, maka cukup menghitung perubahan gaya pegas ketika panjang
pegas berubah dari situasi seimbang. Dalam persamaan (2.1) dan persamaan
(2.3) gaya F sama sehingga terdapat persamaan gerak untuk benda ini:
          − k⋅ Δ x = m ⋅ a                                                   (2.4)
                         d 2 Δx
          Karena a =            maka terdapat:
                          d t2
              d 2 Δx
          m          + k⋅ Δx = 0                                              (2.5)
               d t2
               d 2 Δx k
          ⇔          + ⋅ Δx = 0                                               (2.6)
                dt2   m
         Persamaan ini adalah persamaan ayunan selaras. Persamaan semacam
ini biasanya diselesaikan dengan memakai pemasukan / permisalan (statement)
untuk Δx. Dalam hal ini pemasukan yang cocok sbb.:
          Δx = Δx0 ⋅ sin ωt                                                   (2.7)
          Dengan pemasukan ini terdapat:
          d Δx
               = Δx0 ⋅ ω cos ωt                                               (2.8)
           dt



Praktikum Fisika Dasar                                          oleh Richard Blocher
36   Petunjuk Praktikum


               d 2 Δx
                   2
                      = −Δx0ω 2 ⋅ sin ω t                                               (2.9)
                dt
                                            d 2 Δx
               Dengan Δx dari (2.7) dan            dari (2.9) dalam (2.6) terdapat:
                                             dt 2
                                 k
               −Δx0ω2 sin ωt +     ⋅ Δx0 sin ωt = 0                                   (2.10)
                                 m
                          k         k
               ⇔ −ω2 +      =0 ⇔ ω=                                                    (2.11)
                          m         m
             Jadi terdapat frekuensi ayunan ω yang tergantung massa beban dan
     konstanta pegas. Frekuensi ayunan ω tidak tergantung amplitude ayunan Δx0.
               Dari (2.11) diperoleh waktu untuk ayunan selama satu periode sebesar:
                    2π      m
               T=      = 2π                                                           (2.12)
                    ω       k



     2.4       Tata laksana
     1.    Ukurlah perpanjangan pegas Δx terhadap besar massa beban yang
           digantungkan. Untuk itu ukurlah jarak dari satu tempat permanen di atas
           pegas sampai ke ujung bawah pegas atau sampai ke ujung kait yang dipakai
           untuk menggantungkan beban. Jarak tersebut diukur tanpa beban dan
           kemudian dengan beban mulai sebesar 50g sampai 450g, pada setiap 50g.
     2.    Buatlah grafik panjang pegas terhadap gaya gravitasi dari hasil 1.
     3.    Ukurlah panjang karet dengan beban mulai dari 0 sampai 450g pada setiap
           50g. Kemudian ukur langsung secara terbalik, berarti beban mulai dari
           450g tadi dikurangi 50g demi 50g dan pada setiap pengurangan beban,
           panjang karet diukur.
     4.    Gambarlah panjang karet terhadap gaya gravitasi dari hasil ukur 3 ke dalam
           grafik dari 2. Bandingkanlah dua grafik ini.
     5.    Pakai grafik dari 2 untuk menentukan konstanta pegas k. Gunakan (2.1)
           atau (2.2).
     6.    Gantungkan beban sebesar 250g pada pegas, ayunkan pegas dan ukur
           waktu ayunan. Pada satu pengukuran ukurlah sekaligus 10 periode ayunan.
           Pengukuran ini dilakukan 5 kali. Tentukan konstanta pegas k dengan (2.12).
           Perhatikan bahwa massa m dalam persamaan ini merupakan seluruh massa
           yang berayun, berarti kait yang dipakai untuk menggantungkan beban harus
           dihitung juga. Apakah pegas sendiri ikut berayun dan harus dihitung ?
           (Perhatikan bagian pegas bawah, tengah dan atas ketika pegas berayun.)

     Praktikum Fisika Dasar                                               oleh Richard Blocher
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum
Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
umammuhammad27
 
kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gas
Rfebiola
 
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikrobaLaporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
Mifta Rahmat
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
Fransiska Puteri
 
Titrasi serimetri dll
Titrasi serimetri dllTitrasi serimetri dll
Titrasi serimetri dll
Ikhsan Bz
 
Laporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar KafeinLaporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Dila Adila
 

La actualidad más candente (20)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PESAWAT ATWOOD
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PESAWAT ATWOODLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PESAWAT ATWOOD
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR PESAWAT ATWOOD
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
 
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
 
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
 
Presentasi spektroskopi-inframerah-ppt
Presentasi spektroskopi-inframerah-pptPresentasi spektroskopi-inframerah-ppt
Presentasi spektroskopi-inframerah-ppt
 
kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gas
 
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)Modul thermodinamika (penyelesaian soal  siklus pembangkit daya)
Modul thermodinamika (penyelesaian soal siklus pembangkit daya)
 
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikrobaLaporan mikrobiologi   menghitung jumlah mikroba
Laporan mikrobiologi menghitung jumlah mikroba
 
Klasifikasi dan penamaan mikroorganisme
Klasifikasi dan penamaan mikroorganismeKlasifikasi dan penamaan mikroorganisme
Klasifikasi dan penamaan mikroorganisme
 
03 statika fluida
03 statika fluida03 statika fluida
03 statika fluida
 
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
 
Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri
 
Titrasi serimetri dll
Titrasi serimetri dllTitrasi serimetri dll
Titrasi serimetri dll
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
 
Spektrofotometri uv vis - instrumentasi
Spektrofotometri uv vis - instrumentasiSpektrofotometri uv vis - instrumentasi
Spektrofotometri uv vis - instrumentasi
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum Permanganometri
 
Laporan praktikum reagen
Laporan praktikum reagenLaporan praktikum reagen
Laporan praktikum reagen
 
Volumetri
VolumetriVolumetri
Volumetri
 
Laporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar KafeinLaporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
 

Destacado (13)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegas
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan PegasLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegas
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA : Tetapan Pegas
 
Simple Pendulum and Property of SHM
Simple Pendulum and Property of SHMSimple Pendulum and Property of SHM
Simple Pendulum and Property of SHM
 
My project
My projectMy project
My project
 
Laporan resmi praktek fisika
Laporan resmi praktek fisikaLaporan resmi praktek fisika
Laporan resmi praktek fisika
 
Ayunan matematis-baru1
Ayunan matematis-baru1Ayunan matematis-baru1
Ayunan matematis-baru1
 
Laporan praktikum ayunan matematis
Laporan praktikum ayunan matematisLaporan praktikum ayunan matematis
Laporan praktikum ayunan matematis
 
Tugas Kelompok 46 (PDF)
Tugas Kelompok 46 (PDF) Tugas Kelompok 46 (PDF)
Tugas Kelompok 46 (PDF)
 
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
BAB 3 Gaya Pegas (Bilingual)
 
Fisika dalam lingkungan dan pemanfaatannya
Fisika dalam lingkungan dan pemanfaatannyaFisika dalam lingkungan dan pemanfaatannya
Fisika dalam lingkungan dan pemanfaatannya
 
Buku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisikaBuku alat peraga_fisika
Buku alat peraga_fisika
 
HUKUM NEWTON TENTANG GERAK
HUKUM NEWTON TENTANG GERAKHUKUM NEWTON TENTANG GERAK
HUKUM NEWTON TENTANG GERAK
 
Pembuatan alat peraga hubungan roda roda
Pembuatan alat peraga hubungan roda rodaPembuatan alat peraga hubungan roda roda
Pembuatan alat peraga hubungan roda roda
 
Modul praktikum gelombang 2013 (1)
Modul praktikum gelombang 2013 (1)Modul praktikum gelombang 2013 (1)
Modul praktikum gelombang 2013 (1)
 

Similar a Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum

Laporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuranLaporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuran
sholasido
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Arismon Saputra
 
Abstraksi ika pitri ani siregar
Abstraksi ika pitri ani siregarAbstraksi ika pitri ani siregar
Abstraksi ika pitri ani siregar
Mara Sutan Siregar
 
14096000 modul-penggunaan-alat-ukur
14096000 modul-penggunaan-alat-ukur14096000 modul-penggunaan-alat-ukur
14096000 modul-penggunaan-alat-ukur
bkksmk
 
Buku pengantar simulasi statistik
Buku pengantar simulasi statistikBuku pengantar simulasi statistik
Buku pengantar simulasi statistik
Ayun Restu
 
Daftar isi proker us a4
Daftar isi proker us a4Daftar isi proker us a4
Daftar isi proker us a4
YKS.BIZ.ID
 
Sop peminjaman alat revisi.ok
Sop peminjaman alat revisi.okSop peminjaman alat revisi.ok
Sop peminjaman alat revisi.ok
Billqis yh
 
Modul penggunaan dan pemeliharaan hidrometer
Modul penggunaan dan pemeliharaan hidrometerModul penggunaan dan pemeliharaan hidrometer
Modul penggunaan dan pemeliharaan hidrometer
Leo Sausul
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETERLAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
Nimroatul_Chasanah
 

Similar a Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum (20)

Laporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuranLaporan uji pengukuran
Laporan uji pengukuran
 
Modul stat2
Modul stat2Modul stat2
Modul stat2
 
buku-panduan-fisika-dasar-1.pdf
buku-panduan-fisika-dasar-1.pdfbuku-panduan-fisika-dasar-1.pdf
buku-panduan-fisika-dasar-1.pdf
 
Modul stat2
Modul stat2Modul stat2
Modul stat2
 
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
Laporan akhir pratikum metalurgi fisik kelompok 5
 
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel PengukuranMakalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
Makalah Perencanaan Bengkel Pengukuran
 
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air MinumPedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
 
Abstraksi ika pitri ani siregar
Abstraksi ika pitri ani siregarAbstraksi ika pitri ani siregar
Abstraksi ika pitri ani siregar
 
14096000 modul-penggunaan-alat-ukur
14096000 modul-penggunaan-alat-ukur14096000 modul-penggunaan-alat-ukur
14096000 modul-penggunaan-alat-ukur
 
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRIPRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
PRATIKUM METROLOGI INDUSTRI
 
Buku pengantar simulasi statistik
Buku pengantar simulasi statistikBuku pengantar simulasi statistik
Buku pengantar simulasi statistik
 
Daftar isi proker us a4
Daftar isi proker us a4Daftar isi proker us a4
Daftar isi proker us a4
 
Sop peminjaman alat revisi.ok
Sop peminjaman alat revisi.okSop peminjaman alat revisi.ok
Sop peminjaman alat revisi.ok
 
Shi mesra iepedeer
Shi mesra iepedeerShi mesra iepedeer
Shi mesra iepedeer
 
Fisika dasar
Fisika dasarFisika dasar
Fisika dasar
 
Lkpd besaran dan satuan
Lkpd besaran dan satuanLkpd besaran dan satuan
Lkpd besaran dan satuan
 
Modul penggunaan dan pemeliharaan hidrometer
Modul penggunaan dan pemeliharaan hidrometerModul penggunaan dan pemeliharaan hidrometer
Modul penggunaan dan pemeliharaan hidrometer
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETERLAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KARAKTERISTIK DINAMIK TERMOMETER
 
Tinjauan Keterlibatan Pihak Swasta dalam Penyediaan Air Minum di Indonesia de...
Tinjauan Keterlibatan Pihak Swasta dalam Penyediaan Air Minum di Indonesia de...Tinjauan Keterlibatan Pihak Swasta dalam Penyediaan Air Minum di Indonesia de...
Tinjauan Keterlibatan Pihak Swasta dalam Penyediaan Air Minum di Indonesia de...
 
Laporan kelompok kito
Laporan kelompok kitoLaporan kelompok kito
Laporan kelompok kito
 

Fisika dasar, fakultas pertanian, praktikum

  • 1. Praktikum Fisika Dasar Fakultas Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Oleh: Richard Blocher September 2007
  • 2. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher Daftar Isi Daftar Isi ......................................................................................... I Peraturan Praktikum.................................................................. III Perhitungan Ralat ..........................................................................1 1 Prinsip-Prinsip Dasar .............................................................1 1.1 Mengukur .......................................................................................... 1 1.1.1 Apakah Mengukur itu ?....................................................... 1 1.1.2 Hasil Pengukuran, Besaran yang Sebenarnya dan Ralat .................................................................................... 2 2 Perkiraan Ralat yang Sederhana untuk satu Besaran yang Diukur .............................................................................5 2.1 Statistika ............................................................................................ 5 2.1.1 Sifat-sifat Ralat Statistis. ..................................................... 5 2.1.2 Perkiraan untuk Ralat dan Nilai yang Sebenarnya .............. 7 2.1.3 Bagaimana Kalau Mempunyai Hanya Satu Hasil Ukur ?.................................................................................. 9 2.1.4 Ralat Maksimal ................................................................... 9 2.2 Cara menulis hasil ........................................................................... 10 2.3 Ralat Sistematis ............................................................................... 10 3 Perambatan Ralat ................................................................. 11 3.1 Prinsip ............................................................................................. 11 3.2 Perkalian dengan Pangkat f ( x, y, z,... ) = Ax a ⋅ y b ⋅ z c ⋅ ... .............. 12 3.3 Kombinasi Linear: f(x, y, z,…) = ax ± by ± cz ±…......................... 13 3.4 Jumlah: f(x, y, z,…) = x ± y ± z ±… ............................................... 13 3.5 Hubungan yang Lebih Kompleks.................................................... 13 I
  • 3. II Daftar Isi 4 Grafik untuk Besaran yang Berhubungan .........................14 4.1 Grafik dan Rumus ........................................................................... 14 4.1.1 Titik dalam Grafik dan Persamaan .................................... 14 4.1.2 Grafik dari fungsi linear .................................................... 16 4.1.3 Transformasi dari Fungsi Non Linear Menjadi Linear ................................................................................ 17 4.2 Metode Perkirakan dengan Melihat................................................. 19 4.3 Perkiraan Ralat ................................................................................ 20 Soal Latihan ..................................................................................26 Petunjuk Praktikum ....................................................................29 1 Bandul Matematis .................................................................29 2 Elastisitas ...............................................................................34 3 Hukum Newton II .................................................................39 4 Bola Jatuh Bebas ...................................................................46 5 Koefisien Muai Panjang .......................................................50 6 Voltameter Tembaga .............................................................54 7 Lensa.......................................................................................59 8 Viskositas Zat Cair................................................................69 Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 4. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher Peraturan Praktikum 1. Persiapan di rumah dan test awal: Supaya Mahasiswa dapat mengikuti praktikum dengan baik, setiap mahasiswa harus menyiapkan diri di rumah sebelum praktikum mulai. Untuk mengecek persiapan itu dan untuk membicarakan hal yang masih belum jelas, pada awal praktikum akan diadakan satu test awal oleh asisten. Bila pada test itu ternyata mahasiswa belum tahu bagaimana mengerjakan percobaan atau belum cukup tahu tentang teori, mahasiswa tidak boleh mengerjakan percobaan itu. Percobaan harus dilakukan (diulangi) sesuai jadwal Her (remedial). Penyelesaian test awal tersebut dicantumkan dalam Kartu Praktikum oleh Asisten. 2. Ketepatan waktu Praktikum mulai tepat pada waktu yang telah dijadwalkan. Bagi mahasiswa yang terlambat lebih dari 15 menit tidak boleh mengikuti praktikum pada hari itu dan harus mengulangi percobaan itu sesuai dengan jadwal remedial. 3. Laporan praktikum a. Laporan Praktikum harus diserahkan kepada asisten satu minggu setelah percobaan dikerjakan. Dalam bentuk praktikum yang dipadatkan (setiap hari ada praktikum), laporan harus diserahkan dua hari setelah percobaan dilaksanakan. Kalau Laporan Praktikum masuk terlambat, tidak bisa diterima lagi dan percobaan harus diulangi. b. Isi Laporan Praktikum adalah: 1. Di halaman depan harus tercantum: Nama praktikan, nama teman kerja, nama asisten, tanggal praktikum, no. dan nama percobaan, hari dan kelompok praktikum. 2. Data-data ukuran asli, berarti catatan asli yang dibuat ketika mengerjakan percobaan. Data asli ini tidak boleh dicopy atau diubah. Data asli dilampirkan pada laporan dari salah satu laporan untuk setiap kelompok. 3. Tugas sesuai penjelasan pada masing-masing percobaan dalam pasal “Laporan Praktikum”. 4. Data ukur dan hasil ditulis dalam daftar / tabel yang jelas. 5. Grafik-grafik dari pengukuran di atas kertas mm (Millimeterblock) jika dalam percobaan ada grafik yang dibutuhkan untuk analisa hasil. 6. Perhitungan percobaan 7. Kesimpulan mengenai hasil dari percobaan. III
  • 5. IV Peraturan Praktikum Setiap mahasiswa harus membuat satu laporan praktikum. Hanya catatan asli data ukur pada prinsipnya ada hanya satu, berarti satu mahasiswa dari kelompok kerja mengikutkan catatan asli. 4. Laporkan kerusakan Kalau ada kerusakan alat dalam percobaan, kerusakan itu harus diberitahukan segera kepada asisten dan harus dicatat ke dalam daftar kerusakan yang ada di ruang praktikum supaya bisa diperbaiki dengan cepat. Kalau pada awal percobaan sudah ada alat yang rusak juga harus dilaporkan dan dicatat dalam daftar tersebut. 5. Tanggung jawab terhadap kerusakan Kalau alat menjadi rusak karena mahasiswa kurang hati-hati atau dengan sengaja merusakkan alat, maka kerusakan tersebut harus ditanggung oleh mahasiswa yang merusakkannya. 6. Pemakaian alat untuk setiap percobaan Jangan ambil alat dari percobaan lain. Semua alat yang diperlukan untuk satu percobaan, sudah tersedia di tempat percobaan. Kalau seandainya ada kekurangan, mintalah kepada asisten. 7. Rapikan tempat setelah percobaan Setelah percobaan selesai tempat kerja harus dibereskan dan asisten diminta supaya membuktikan kerapian tempat kerja dengan tanda tangannya di Kartu Praktikum. Bereskan tempat termasuk: - Kalau dalam percobaan air dipakai, semua air harus dibuang setelah percobaan dikerjakan. - Alat harus dicek supaya semuanya ada. - … 8. Penilaian dan Her (remedial) Nilai test awal, kerapian tempat kerja setelah percobaan, ketepatan memasukkan laporan, nilainya dan ACC dicantumkan di lembar Kartu Praktikum. Kalau ada kekurangan dalam satu hal (Tanda tangan dari asisten tidak ada atau nilai di bawah C) atau laporan praktikum masuk terlambat, percobaan tidak diakui dan harus diulangi sesuai dengan jadwal remedial. Paling banyak dua percobaan bisa diulangi. Kalau lebih banyak percobaan perlu diulangi, seluruh praktikum harus diulangi. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 6. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher Perhitungan Ralat 1 Prinsip-Prinsip Dasar 1.1 Mengukur 1.1.1 Apakah Mengukur itu ? Mengukur adalah menentukan suatu besaran fisik dari suatu benda dengan cara membandingkan benda itu dengan besaran satuan. Untuk cara, bagaimana satuan dibandingkan dengan benda harus ada aturan yang jelas. Jadi untuk mengukur kita perlu satuan standar dan suatu peraturan, bagaimana cara membandingkan standar tersebut dengan satuan standar. 1. Contoh untuk satuan: • Dulu panjang satu meter terdefinisi sebagai panjang dari meter asli di Paris. • Sekarang panjang satu meter terdefinisi sebagai 1.650.763,73 kali panjang gelombang dari Kr86. • Satu detik adalah 9.192.631.770 periode dari salah satu ayunan frekuensi tinggi Cs133. 2. Contoh untuk peraturan membandingkan: • Mengukur panjang dilakukan dengan cara meletakkan panjang satuan disebelah benda yang mau diukur. Panjang sama jika ujung awal dan ujung akhir pada posisi yang sama. Untuk menyebut suatu besaran yang kecil atau besar, maka satuan bisa diberikan tambahan seperti: km, cm, mm, mikro-meter, nm. Suatu besaran fisik selalu terdiri atas satu bilangan dan satu satuan. 1
  • 7. 2 Perhitungan Ralat 1.1.2 Hasil Pengukuran, Besaran yang Sebenarnya dan Ralat 1.1.2.1 Besaran yang Sebenarnya Suatu besaran dari satu benda atau sistem fisik mempunyai nilai tertentu. Misalnya satu benda memiliki tinggi tertentu. Nilai dari besaran itu (dalam contoh tinggi benda) merupakan sifat dari sistem fisik atau benda itu. Kita akan sebutkan nilai itu sebagai nilai (tinggi) yang sebenarnya. 1.1.2.2 Hasil Ukur Ketika kita mengukur suatu besaran fisik (contoh: tinggi benda), maka kita akan mendapatkan suatu nilai untuk besaran fisik (tinggi benda) sebagai hasil pengukuran. Hasil pengukuran biasanya disebut secara singkat sebagai hasil ukur. Hasil ukur biasanya tidak persis sama dengan besaran fisik yang sebenarnya. Dalam setiap pengukuran terdapat berbagai kesalahan mengenai hasil ukur sehingga hasil ukur berbeda dengan nilai yang sebenarnya. Besar dari kesalahan tersebut tergantung berbagai faktor, misalnya: berapa baik alat yang dipakai, berapa teliti orang mengukur, suhu lingkungan, angin atau getaran yang mengganggu pengukuran dan lain sebagainya. Perbedaan antara hasil ukur dan besaran yang sebenarnya disebut sebagai ralat ukur. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik, kita harus berusaha supaya ralat ukur kecil sehingga hasil ukur pasti dekat dengan besaran yang sebenarnya. 1.1.2.3 Ralat Ralat adalah perbedaan antara hasil ukur dan nilai yang sebenarnya. Karena kita tidak tahu nilai (besaran) yang sebenarnya, maka kita juga tidak tahu besar dari ralat ukur dengan pasti. Untuk mengetahui berapa besar ketidakpastian dari hasil ukur, maka kita harus memperkirakan besar ralat ukur. Ketidakpastian hasil ukur (ralat ukur) menunjukkan berapa besar perbedaan antara hasil ukur dan nilai yang sebenarnya bisa terjadi. Misalnya terdapat hasil ukur untuk panjang l sebesar l = 3,452967 m. Pertanyaan yang harus diajukan: Maksimal berapa jauh nilai yang sebenarnya dari hasil ukur ini ? Seandainya ralat ukur sebesar Δl = 0,000001 m, berarti nilai yang sebenarnya pasti paling banyak sejauh ± 0,000001 m dari hasil ukur. Seandainya ralat ukur sebesar Δl = 0,1 m, berarti nilai yang sebenarnya pasti paling banyak sejauh ± 0,1 m dari hasil ukur, berarti kita hanya tahu, panjang sebenarnya dari benda ini antara 3,35 m dan 3,55 m. Untuk menilai suatu hasil ukur, sangat penting ralatnya atau ketidak- pastiannya diketahui. Dengan kata lain, untuk setiap pengukuran selain hasil ukur juga ralat dari hasil ukur harus ditentukan. Menentukan ralat dari hasil ukur disebut membuat perkiraan ralat. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 8. 1. Prinsip-Prinsip Dasar 3 Hasil ukur tanpa perkiraan ralat tidak berguna !!! 1.1.2.4 Sumber Ralat Dalam setiap pengukuran terdapat bermacam-macam sumber kesalahan yang mengakibatkan hasil pengukuran tidak sama dengan besaran fisik yang sebenarnya. Semua sumber ralat dikelompokkan menjadi dua jenis yakni ralat sistematis dan ralat statistis. 1. Ralat Sistematis (Systematic Error) Ralat sistematis terjadi pada setiap kali mengukur. Arah (hasil ukur terlalu besar / terlalu kecil) dan besar dari ralat sistematis selalu sama. Ralat sistematis adalah suatu kesalahan yang terdapat dari cara (sistem) mengukur. Berarti dalam cara mengukur atau dalam alat sudah ada suatu kesalahan yang mempengaruhi hasil ukur sehingga setiap kali mengukur terdapat perbedaan yang sama antara nilai yang sebenarnya dan hasil ukur. Beberapa contoh untuk ralat sistematis: • Posisi nol tidak berada pada posisi nol yang sebenarnya (pada alat ukur listrik atau pada penggaris). • Alat ukur tidak disesuaikan dengan standar asli (tidak ditera). Misalnya meteran terlalu panjang atau terlalu pendek. • Cara mengukur atau alat ukur mempengaruhi besaran asli yang sebenarnya sehingga berubah ketika diukur. Hal ini bisa terjadi ketika mengukur voltase dan arus secara serentak. Untuk menghindari ralat sistematis, kita harus menera alat ukur dengan baik dan harus memperhatikan semua pengaruh yang bisa mengubah hasil pengukuran. Misalnya besaran yang mau diukur tergantung suhu dan alat ukur akan mengubah suhu pada benda itu, maka hasil akan mengandung ralat sistematis. Sebab itu, hal seperti ketergantungan besaran dari suhu, medan magnet bumi, gesekan atau hal lain harus diperhatikan dengan baik. 2. Ralat Statistis / Ralat Rambang (Random Error) Ralat statistis berasal dari hal yang terjadi secara kebetulan dan dapat berubah-ubah. Ralat statistis bisa mengakibatkan hasil ukur menjadi lebih besar atau lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Kalau pengukuran diulangi, ralat statistis akan berbeda dan baik besarnya maupun arahnya (besar/kecil) bersifat statistis, berarti berubah-ubah. Ralat statistis kadang- kadang membuat hasil ukur menjadi lebih besar dan kadang-kadang membuat hasil ukur menjadi lebih kecil. Beberapa contoh untuk ralat statistis: • Tidak melihat skala alat ukur secara teliti. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 9. 4 Perhitungan Ralat • Stopwatch dijalankan terlambat atau lebih awal. • Getaran mekanik mempengaruhi hasil ukur. Supaya kemungkinan terjadi ralat statistis (ralat rambang) diperkecil, maka kita harus mengukur secara teliti. Untuk mendapatkan suatu informasi tentang besar ralat itu, kita bisa mengukur berulang kali. Jika suatu besaran sudah diukur beberapa kali, maka statistika dapat dipakai untuk memperkirakan besar dari ralat statistis. Kalau suatu besaran diukur berulang kali, maka ralat dari nilai rata-rata dari semua hasil ukur akan lebih kecil daripada ralat dari satu hasil ukur sendiri. Dalam pasal berikut kita akan membicarakan cara untuk memperkirakan ralat statistis. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 10. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher 2 Perkiraan Ralat yang Sederhana untuk satu Besaran yang Diukur 2.1 Statistika 2.1.1 Sifat-sifat Ralat Statistis. Kalau suatu besaran diukur beberapa kali, maka hasil pengukuran akan berbeda-beda. Hasil pengukuran biasanya sekitar nilai yang sebenarnya. Setelah mengukur berulang kali (misalnya 1000 kali), kita bisa membuat satu grafik seperti gambar 2.1. Grafik ini menunjukkan, berapa sering satu nilai hasil ukur tertentu didapatkan. Jika alat ukur yang dipakai baik dan kita mengukur secara teliti, kesalahan (ralat) dari setiap pengukuran akan kecil dan semua nilai hasil ukur akan dekat dengan nilai yang sebenarnya. Jadi lebar dari grafik akan kecil. Lebar dari grafik ini bisa dinyatakan dengan deviasi standard σ. Jika alat ukur kurang baik atau pengukuran dilakukan secara kurang teliti, maka σ akan besar. Kalau σ besar, sebagian besar dari nilai-nilai hasil ukur akan jauh dari nilai yang sebenarnya. Kalau σ kecil, semua nilai hasil ukur akan dekat dengan nilai yang sebenarnya. Berarti, besar σ atau tebal distribusi hasil ukur menunjukkan sejauh berapa suatu nilai hasil ukur dapat dipercayai. Setelah mengukur berulang kali, maka nilai rata-rata x dan deviasi standar σx bisa dihitung. Setelah mengetahui besar x dan besar σx dari pengukuran besaran tertentu, maka kita tahu mengenai setiap pengukuran sendiri bahwa hasil ukur hampir pasti (dengan kemungkinan besar) akan terdapat antara Jumlah Distribusi nilai nilai x pengukuran 2⋅σ Gambar 2.1.: Distribusi nilai peng- ukuran yang biasanya diperoleh dengan jumlah pengukuran besar. x Nilai pengukuran x 5
  • 11. 6 Perhitungan Ralat nilai hasil ukur ±σ Gambar 2.2.: Nilai hasil ukur t1- σ t1 t1+ σ dan interval di mana nilai yang sebenarnya dapat dianggap. x − σ x dan x + σ x seperti ditunjukkan dalam gambar 2.2. Dari penjelasan ini kita bisa juga mengambil kesimpulan terbalik: Kalau suatu besaran telah diukur satu kali dan telah didapat nilai t1 sebagai hasil ukur, dan kalau juga besar deviasi standar dalam mengukur variabel t diketahui sebesar σt, maka kemungkinan besar, nilai tb yang sebenarnya berada dalam interval antara t1 − σ t dan t1 + σ t . Situasi seperti ini diperlihatkan dalam gambar 2.2. Contoh: • Kita telah mengukur waktu t1 ± σ jatuh dari sebuah batu dan sebuah bulu ayam dari tinggi 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 t/det tertentu. Untuk bulu ayam terdapat selang waktu jatuh t2 ± σ sebesar t1 = 1,5 det, untuk batu Gambar 2.3: Interval untuk nilai yang terdapat t2 = 1,7 det. Apakah sebenarnya dari contoh. dari hasil ukur ini dapat disimpulkan bahwa batu memang jatuh lebih pelan ? Atau harus disimpulkan bahwa perbedaan hasil ukur terdapat sebagai ralat dalam pengukuran ? Untuk menentukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini kita harus mengerti, berapa baik hasil ukur kita. Dengan kata lain kita harus tahu besar ralat dari hasil ukur yang telah kita dapatkan. Seandainya kita tahu ralat ukur σt dari cara mengukur yang dipakai sebesar σt = 0,3 det, maka dapat disimpulkan sbb.: kemungkinan besar nilai ta yang sebenarnya untuk selang waktu jatuh dari bulu ayam antara t1 - σ = 1,2 det dan t2 + σ = 1,8 det. Sedangkan nilai tb yang sebenarnya untuk batu antara t2 - σ = 1,4 det dan t2 + σ = 2,0 det. Biasanya ditulis sbb.: Hasil pengukuran untuk selang waktu jatuh bulu ayam sebesar t1 = 1,5 det ± 0,3 det dan waktu jatuh batu sebesar t2 = 1,7 det ± 0,3 det. Hasil ini diperlihatkan dalam gambar 2.3. Dari hasil ini dilihat bahwa terdapat kemungkinan besar, waktu jatuh sebenarnya sama untuk bulu ayam dan untuk batu, bahkan mungkin batu jatuh lebih cepat daripada bulu ayam. Maka teori yang menyatakan bahwa bulu ayam jatuh dengan kecepatan yang sama dengan batu tidak perlu diragukan karena hasil ukur ini. Tetapi hasil ukur ini juga tidak membuktikan bahwa teori tersebut benar. Dari hasil ukur ini masih ada kemungkinan, waktu jatuh berbeda. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 12. 2. Perkiraan Ralat yang Sederhana untuk satu Besaran yang Diukur 7 Dari teori kebolehjadian terdapat persamaan berikut untuk menghitung besar deviasi standar σ dari hasil ukur x1 … xn yang didapatkan dari n kali mengukur satu besaran x: ∑ ( xi − x ) 2 σ= = ∑ δi 2 = δi 2 (2.1) n n di mana: n : jumlah pengukuran xi : hasil ukur no i x : nilai rata-rata dari semua pengukuran δi : deviasi hasil ukur no i dengan definisi δi = xi − x Jadi deviasi standar merupakan akar dari rata-rata deviasi kuadrat dari semua hasil ukur. Jika suatu besaran telah diukur dengan jumlah pengukuran n yang tak terhingga, maka nilai yang sebenarnya untuk besaran itu diketahui sebesar x . Ketelitian dari pengukuran juga diketahui sebesar deviasi standar σ. Tetapi kalau jumlah pengukuran terbatas maka kita tidak bisa tahu nilai yang sebenarnya dari besaran yang diukur dan kita juga tidak bisa tahu ralat ukur yang sebenarnya. Kita harus memperkirakan nilai yang sebenarnya dan ralat ukur. 2.1.2 Perkiraan untuk Ralat dan Nilai yang Sebenarnya Kalau jumlah pengukuran terbatas, nilai yang sebenarnya dan deviasi standar σ dari besaran yang diukur tidak diketahui. Tetapi besar dari nilai yang sebenarnya dan dari deviasi standar σ bisa diperkirakan. Perkiraan paling baik untuk nilai yang sebenarnya adalah besar nilai rata-rata xn dari semua hasil ukur dengan definisi sbb.: x1 + x2 + x3 + ... + xn 1 n xn = n ⇔ xn = ∑x n i =1 i (2.2) Perkiraan yang paling baik untuk deviasi standar σ adalah deviasi standar yang disesuaikan sn dengan definisi sbb.: n ( xi − xn )2 sn = ∑ n −1 (2.3) i =1 dengan: xn : perkiraan untuk nilai benar sn : perkiraan untuk besar deviasi standar σ Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 13. 8 Perhitungan Ralat Deviasi standard σ atau perkiraan yang paling baik untuk deviasi standar sn merupakan satu besaran yang menunjukkan ketelitian dari setiap pengukuran masing-masing. Tetapi jika suatu pengukuran sudah dilakukan beberapa kali sehingga terdapat nilai rata-rata xn dari sebanyak n hasil ukur sebagai perkiraan untuk nilai yang sebenarnya, maka nilai rata-rata xn tersebut lebih teliti daripada ketelitian σ atau sn yang terdapat untuk satu pengukuran sendiri. Hal ini dijelaskan lebih rinci dalam alinea berikut ini. Kalau eksperimen dilakukan dengan mengukur nilai x sebanyak n kali, maka terdapat nilai hasil ukur x1, x2, …, xn. Dari nilai-nilai ukur ini terdapat nilai rata-rata x1 . Juga terdapat perkiraan untuk deviasi standar sebesar sn1. Jika eksperimen yang sama diulangi, nilai-nilai hasil ukur x1, x2, ...,xn akan berbeda dari pengukuran pertama dan juga nilai rata-rata x2 dan perkiraan untuk deviasi standar sn2 akan berbeda. Jika mengukur lagi, hasil akan lain lagi, dst. Jadi nilai rata-rata xn juga akan bervariasi dan mempunyai ketidakpastian. Tetapi perbedaan-perbedaan (ketidakpastian) dari nilai rata-rata xn akan lebih kecil daripada ketidakpastian sn dari setiap pengukuran xi masing-masing. Perkiraan untuk ketidakpastian dari nilai rata-rata xn disebut sebagai ralat ukur disesuaikan Sn. Dari teori kebolehjadian terdapat persamaan untuk menghitung Sn sbb: sn n ( xi − xn )2 Sn = n = ∑ n ( n − 1) (2.4) i =1 Dari (2.4) dilihat ralat dari hasil ukur rata-rata akan semakin kecil jika suatu pengukuran diulangi lebih sering, berarti dengan semakin banyak pengukuran, maka hasil ukur akan semakin teliti. Juga nilai sn dan Sn akan berubah jika pengukuran diulangi. Berarti dua nilai ini sendiri juga memiliki suatu ketidakpastian. Semakin sering suatu pengukuran diulangi, berarti semakin banyak nilai hasil ukur terdapat, maka semakin kecil ketidakpastian dari perkiraan ralat ini. Supaya ketidakpastian dari sn dan Sn tidak terlalu besar, berarti dua nilai ini bisa dipercayai cukup teliti, kita perlu minimal 10 pengukuran dari satu besaran. (Harus: n ≥ 10 untuk perkiraan ralat dengan statistika seperti ini !) Dalam praktikum jumlah pengukuran yang dipakai paling besar sekitar n ≈ 10. Dalam situasi ini nilai dari sn dan Sn sendiri memiliki ketidakpastian yang cukup tinggi, sehingga ralat selalu dibulatkan sampai angka pertama yang bernilai. Supaya perkiraan ralat tidak terlalu kecil, pembulatan selalu dilakukan ke nilai yang lebih tinggi. (Bulatkan selalu ke atas !) Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 14. 2. Perkiraan Ralat yang Sederhana untuk satu Besaran yang Diukur 9 2.1.3 Bagaimana Kalau Mempunyai Hanya Satu Hasil Ukur ? Jika pengukuran dilakukan hanya satu kali saja, maka terdapat hanya satu nilai hasil ukur dan ralat tidak bisa ditentukan dari statistika. Dalam situasi ini ralat harus diperkirakan dari ketelitian alat ukur atau cara mengukur. Misalnya ralat ditentukan dari ketelitian membaca nilai pada skala pengukuran (misalnya skala penggaris) dan dari memperkirakan ketelitian alat ukur yang dipakai. Sering pembuat alat ukur memberi spesifikasi (penetapan) mengenai ketelitian alat ukur. Spesifikasi ini bisa dipakai untuk menentukan ralat dari hasil ukur. Supaya perkiraan ralat kita aman, kita selalu ambil ralat yang maksimal yang bisa terjadi. Dalam cara ini ada ketidakpastian yang besar. 2.1.4 Ralat Maksimal Dalam praktikum waktu yang dipakai sering tidak cukup untuk mengukur semua besaran lebih dari 10 kali. Satu kompromi adalah dengan cara seperti berikut ini: • Mengukur beberapa kali. • Menghitung nilai rata-rata sebagai perkiraan untuk nilai yang sebenarnya. • Menentukan deviasi δi = xi − x dari semua hasil ukur. Memakai nilai mutlak dari deviasi yang paling besar sebagai ralat. Cara ini disebut sebagai metode ralat maksimal. Contoh untuk metode ralat maksimal ini seperti dalam tabel 2.1. Dalam contoh ini waktu t diukur empat kali dengan hasil t1 sampai t4. Dari semua hasil ukur terdapat rata-rata waktu t . Untuk setiap hasil ukur ti deviasi δti dihitung. Harga mutlak δti yang paling besar dipakai sebagai perkiraan untuk ralat ukur Δt. ti δt ( = ti − t ) Tabel 2.1: Contoh data i untuk ralat maksimal. 2,0 det - 0,05 det 2,3 det 0,25 det 1,9 det - 0,15 det 2,0 det - 0,05 det t = 2,05 det Max (|δti|) = 0,25 det ⇒ Ralat Δt = 0,25 det Hasil ukur dalam contoh ini sebesar: t = 2,1 det ± 0,3 det Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 15. 10 Perhitungan Ralat 2.2 Cara menulis hasil Kalau memberitahukan hasil pengukuran kepada orang lain, ralat selalu harus diikutkan. Misalnya terdapat hasil ukur waktu sebesar t = 2,1 det dan ralat dari pengukuran ini sebesar Δt = 0,3 det, maka ditulis: Hasil ukur adalah waktu t = 2,1 det ± 0,3 det atau t = (2,1 ± 0,3) det. Kalau hasil jarak s sebesar s dengan ralat sebesar Sn, maka ditulis: Hasil ukur adalah jarak s = s ± S n . Ralat sering ditandai dengan huruf Yunani Delta, Δ (besar ralat), misalnya ΔS, Δt,... Ralat bisa disebut secara absolut atau secara relatif (sebagai ralat nisbi). Ralat absolut adalah ralat dengan angka dan satuan seperti hasil ukur yang dinyatakan dalam contoh di atas. Sedangkan yang dimaksud dengan ralat relatif adalah perbandingan antara ralat absolut dan nilai ukuran: Δx Ralat relatif = x Ralat relatif biasanya dinyatakan dalam persen (%). Dengan memakai ralat relatif contoh pengukuran waktu di atas dapat ditulis sbb: t = 2.1det ± 14%, di mana 14% dari hasil ukur t = 2,1 det sebesar ralat 0,3 det di atas. Seperti telah dijelaskan dalam pasal di atas, hasil perkiraan ralat selalu dibulatkan ke atas dan dengan membulatkan angka pertama yang mempunyai nilai. Misalnya terdapat hasil perkiraan ralat untuk besaran l sebesar Δl = 0,0425 m, maka ralat ini dibulatkan pada angka pertama yang mempunyai nilai, dalam contoh ini angka kedua di belakang koma, dan dibulatkan ke atas, berarti angka 4 tersebut menjadi 5 sehingga terdapat ralat sebesar Δl = 0,05 m. Hasil ukur pada angka yang lebih belakang dari ralat tidak mempunyai makna sehingga angka tersebut tidak usah ditulis. Misalnya hasil ukur panjang dalam contoh ini sebesar l = 2,462963 m, maka yang ditulis sebagai hasil: l = 2,46 m ± 0,05 m atau l = (2,46 ± 0,05) m. 2.3 Ralat Sistematis Dalam perkiraan ralat secara statistika ralat sistematis belum diperhati- kan. Untuk mengetahui ralat sistematis yang bisa terjadi, alat ukur dan proses pengukuran harus dipikirkan dan diteliti dengan baik. Misalnya ketidakpastian yang ada dalam pengaturan alat ukur sesuai dengan besaran standar merupakan satu ralat sistematis yang harus diperhatikan. Ralat sistematis lain bisa berupa pengaruh dari proses mengukur kepada besaran yang diukur, suatu kesalahan yang selalu dibuat dalam proses mengukur dan yang tidak bisa dihilangkan. Setiap proses pengukuran bisa memiliki ralat sistematis tersendiri yang pengaruhnya terhadap hasil ukur perlu diperkirakan. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 16. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher 3 Perambatan Ralat 3.1 Prinsip Sering beberapa besaran x, y, z, … perlu diukur untuk menentukan suatu besaran f yang lain. Misalnya untuk mendapatkan massa jenis ρ, maka massa m dan volume V dari suatu benda diukur. Lalu massa jenis ditentukan dengan persamaan: m ρ= (3.1) V Dalam mengukur massa m ada kesalahan (ralat) Δm dan dalam mengukur volume V ada kesalahan (ralat) ΔV. Pasti hasil perhitungan, ρ, juga mempunyai ralat. Secara umum bisa dikatakan: satu besaran f yang dicari (dalam contoh f adalah ρ) adalah fungsi dari beberapa variabel x, y, z, ... yang diukur: f = f (x, y, z, ...) (dalam contoh x, y adalah m dan V). Besaran f pasti mempunyai ralat Δf jika variabel x, y, z,... mempunyai ralat Δx, Δy, Δz, …. Teori yang meneliti hubungan antara besar ralat Δf dan besar Δx, Δy, Δz, … disebut sebagai teori perambatan ralat. Dalam diktat ini hubungan-hubungan yang didapatkan untuk berbagai situasi tidak dibuktikan, hanya hasilnya dijelaskan dalam pasal ini. Silakan carilah bukti dalam buku-buku tentang teori perhitungan ralat. Hasil umum yang didapatkan untuk ralat Δf dari f adalah: ⎛ ∂ f ( x, y,...) ⎞ ⎛ ∂ f ( x, y, z ,...) ⎞ 2 2 Δf = ⎜ Δx ⎟ + ⎜ Δy ⎟ + ... (3.2) ⎝ ∂x ⎠ ⎝ ∂y ⎠ Δ x Δy Jika ralat relatif (ralat nisbi) , , … kecil, maka Δf bisa dihitung x y dengan rumus pendekatan: ∂ f ( x, y , z,... ) ∂ f ( x, y, z,... ) Δf ≈ ⋅ Δx + ⋅ Δy + ... (3.3) ∂x ∂y Dalam pasal-pasal berikut persamaan (3.2) dan (3.3) diterapkan untuk beberapa situasi yang sering terdapat. Dari penerapan ini persamaan khusus untuk situasi tersebut ditentukan. 11
  • 17. 12 Perhitungan Ralat 3.2 Perkalian dengan Pangkat f ( x, y, z,... ) = Ax a ⋅ y b ⋅ z c ⋅ ... Dalam situasi ini, (3.3) menjadi: Δf = A ⋅ ax a −1 ⋅ y b ⋅ z c ... ⋅ Δx + A ⋅ x a ⋅ by b−1 ⋅ z c ... ⋅ Δy + … (3.4) Δf untuk ralat relatif terdapat: f Δf A ⋅ ax a −1 ⋅ y b ⋅ z c ... A ⋅ x a ⋅ by b−1 ⋅ z c ... = ⋅ Δx + ⋅ Δy + … (3.5) f f ( x, y , z, …) f ( x, y , z, …) Karena: a A ⋅ ax a −1 ⋅ y b ⋅ z c ... = ⋅ f ( x, y , z …) dan x b A ⋅ x a ⋅ by b−1 ⋅ z c ... = ⋅ f ( x, y, z …) y dst. maka (3.5) menjadi: Δf a ⋅ f ( x, y , z ,... ) b ⋅ f ( x, y , z ,... ) = ⋅ Δx + ⋅ Δy + ... f x ⋅ f ( x, y , z ,... ) y ⋅ f ( x, y , z,... ) (3.6) Δf Δx Δy ⇔ =a +b + ... f x y Dari (3.6) terdapat aturan untuk menentukan ralat dari hasil perhitungan dalam situasi perkalian dengan pangkat sbb.: ralat relatif dari hasil terdapat sebagai jumlah dari ralat relatif semua faktor, di mana ralat relatif dari masing- masing faktor harus dikalikan dengan harga mutlak dari pangkat faktor itu dulu. Contoh: • Daya listrik P dihitung dari arus I dan voltase V: P = V ⋅ I . Dalam eksperimen telah terdapat hasil ukur: ΔV 0,1V V = 10V ± 0,1V, berarti terdapat ralat relatif = = 0,01 = 1% V 10 V ΔI 0,1A I = 2,5A ± 0,1A, berarti terdapat ralat relatif = = 0, 04 = 4% I 2,5A Maka terdapat daya sebesar P = V ⋅ I = 10 V⋅ 2,5A = 25W dan ralat relatif untuk daya sebesar: Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 18. 3. Perambatan Ralat 13 ΔP ΔV ΔI = 1⋅ +1⋅ = 1% + 4% = 5% P V I maka ralat absolut untuk daya sebesar: ΔP = P · 5% = 25W · 0,05 = 1,25W, sehingga hasil pengukuran menjadi: P = 25W ± 1, 25W yang akhirnya akan kita nyatakan sebagai hasil ukur P = 25W ± 2 W . 3.3 Kombinasi Linear: f(x, y, z,…) = ax ± by ± cz ±… Dengan (3.3) dalam situasi ini terdapat: Δf = a ⋅ Δ x + b ⋅ Δ y + c ⋅ Δ z + … (3.7) 3.4 Jumlah: f(x, y, z,…) = x ± y ± z ±… Ini situasi khusus dari 3.3. kombinasi linear dengan semua koefisien sebesar satu: a = b = c = …= 1. Ralat untuk f terdapat sebesar: Δf = Δx + Δy + Δz + ... (3.8) Perhatikan dalam situasi ini dan pada 3.3. kombinasi linear bahwa ralat selalu bertambah dan tidak berkurang, walaupun dalam perhitungan nilai f ada pengurangan. Misalnya perbedaan massa Δ'm dihitung dari dua kali menimbang suatu benda dengan hasil timbang m1 ± Δm1 dan m2 ± Δm2 , berarti terdapat ralat dari masing-masing pengukuran sebesar Δm1 dan Δm2 . Ralat dari perbedaan massa Δ ' m = m2 − m1 sebesar Δ ( Δ ' m ) = Δm1 + Δm2 , bukan Δ ( Δ ' m ) = Δm1 − Δm2 . 3.5 Hubungan yang Lebih Kompleks Kalau hubungan antara hasil ukur dan variabel yang diukur masing- masing lebih kompleks atau dalam persamaan terdapat fungsi lain, maka besar ralat bisa ditentukan dengan kombinasi dari cara 3.2 sampai 3.4 atau harus dihitung langsung dari persamaan (3.2) atau (3.3). Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 19. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher 4 Grafik untuk Besaran yang Berhubungan 4.1 Grafik dan Rumus 4.1.1 Titik dalam Grafik dan Persamaan Dalam fisika sering terjadi bahwa yang penting untuk sifat fisik dari suatu sistem bukan sekedar satu besaran, tetapi terdapat beberapa besaran fisik yang mempunyai hubungan satu sama yang lain. Misalnya suatu pegas diberikan gaya tarik F, maka pegas akan bertambah panjang sebanyak Δx. Dalam situasi ini jelas bahwa besar dari gaya yang bekerja pada pegas menentukan besar perpanjangan pegas. Maka dalam situasi ini hubungan antara besar gaya dan besar perpanjangan perlu diselidiki. Secara matematis bisa dikatakan hubungan antara besar dari variabel gaya dan besar dari variabel perpanjangan diselidiki. Dalam alinea ini soal semacam ini dibicarakan secara umum dengan memberikan nama x dan nama y kepada dua variabel yang diselidiki. Grafik merupakan satu sarana praktis untuk memperlihatkan sifat dari hubungan antara dua variabel. Kalau menggambarkan grafik dari dua variabel, maka akan digambarkan dalam bidang mendatar (kertas gambar). Satu variabel digambarkan sebagai satu skala ke satu arah (misalnya mendatar), variabel kedua digambarkan ke dalam skala dengan arah yang tegak lurus terhadap arah pertama (misalnya tegak lurus ke atas). Skala yang digambarkan ke arah mendatar atau ke arah tegak lurus disebut sebagai sumbu grafik. Biasanya variabel x digambarkan ke y arah mendatar, variabel y ke arah atas. Kalau menunjukkan nilai x sebesar x = 2, maka nilai 2 itu bisa digambarkan pada posisi skala 2 ke kanan dari nol. Posisi x = 2 tidak hanya y=1 berlaku untuk satu titik pada posisi skala 2 ke 1 x arah x, tetapi seluruh garis yang tegak lurus x ke atas dan yang melewati skala x pada posisi 2 ditafsir sebagai tempat x = 2. Lihat garis -1 1 2 3 dalam gambar 4.1. Untuk variabel y yang -1 dihitung dalam skala ke atas terdapat prinsip yang sama. Misalnya nilai y = 1ditunjukkan Gambar 4.1: Grafik dipakai oleh satu garis mendatar pada posisi y = 1 untuk menunjukkan nilai dari seperti garis dalam gambar 4.1. Kalau variabel x dan y. 14
  • 20. 4. Grafik untuk Besaran yang Berhubungan 15 x1 = -2 y1 = 1 y x2 = 0 y2 = 2 4 x3 = 1 y3 = 2,5 x4 = 2 y4 = 3 2 x5 = 4 y5 = 4 x x6 = 6 y6 = 5 -2 0 2 4 6 Tabel 4.1: Contoh untuk pa- Gambar 4.2: Pasangan nilai dari tabel 4.1 sangan nilai yang memenuhi dan pasangan lain dari fungsi y = 2 + 1 x 2 fungsi y = 2 + 1 x 2 yang merupakan garis lurus. dalam suatu rumus atau dalam suatu hasil ukur terdapat hubungan antara dua besaran x dan y sehingga nilai dari y sebesar y = 1 jika nilai dari x sebesar x = 2, maka dikatakan terdapat pasangan nilai (x, y) = (2, 1). Pasangan nilai ini bisa digambarkan ke dalam grafik pada tempat x = 2 dan y = 1, yaitu titik pertemuan antara dua garis yang menunjukkan dua nilai masing-masing. Contoh ini diperlihatkan dalam gambar 4.1 pada titik . Berarti satu pasangan nilai digambarkan sebagai satu titik dalam grafik. Dengan menggambarkan berbagai titik, maka untuk berbagai nilai dari variabel x diberikan hubungan dengan nilai dari variabel y, berarti dengan berbagai titik atau suatu garis dalam grafik hubungan antara dua variabel digambarkan. Satu cara lain untuk memberikan informasi mengenai hubungan antara dua variabel terdapat dengan fungsi-fungsi matematis. Misalnya fungsi (persamaan) y = 2 + 1 x menentukan pasangan-pasangan nilai variabel x dan 2 variabel y, berarti persamaan ini menunjukkan suatu hubungan antara variabel x dan variabel y. Untuk setiap nilai x terdapat satu nilai y yang memenuhi persamaan ini. Beberapa dari pasangan nilai (x, y) yang memenuhi contoh fungsi ini dicatat dalam tabel 4.1. Semua pasangan nilai dari tabel 4.1 digambarkan ke dalam satu grafik gambar 4.2 dengan tanda silang (x). Tetapi pasangan nilai yang memenuhi fungsi y = 2 + 1 x bukan hanya pasangan nilai tersebut, tetapi untuk 2 setiap nilai x terdapat satu nilai y, berarti terdapat satu garis yang tidak putus dari kiri ke kanan. Garis tersebut terdiri dari semua pasangan nilai yang memenuhi fungsi tersebut. Karena fungsi dalam contoh ini fungsi linear (pasal berikut), maka terdapat garis lurus yang telah digambarkan dalam gambar 4.2. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 21. 16 Perhitungan Ralat 4.1.2 Grafik dari fungsi linear 6 y f(x) Gambar grafik dari fungsi linear (x2,y2) y2 x dengan bentuk y = ax + b adalah garis 4 Δy (x1,y1) Δy lurus, di mana konstanta a menunjukkan y1 x Δx kemiringan dari garis pada grafik dan konstanta b adalah bagian sumbu y. 2 b Hubungan antara letak garis Δx x lurus dan besar konstanta a dan b dalam -2 2 x1 4 x 26 8 fungsi f: y = ax + b dapat dilihat dari gambar 4.3 dan penjelasan berikut. -2 Dalam contoh yang digambar dalam gambar 4.3 konstanta a = 2 dan konstanta Gambar 4.3: Grafik dari fungsi b = 0,5. linear adalah garis lurus. Jika x = 0,maka y terdapat sebesar b dari rumus tersebut. Jarak antara posisi y = 0 dan tempat di mana garis lurus fungsi f memotong sumbu y disebut sebagai bagian sumbu y. Berarti bagian sumbu y adalah nilai dari y ketika x = 0. Dengan kata lain, bagian sumbu y sebesar f ( x = 0 ) = b. Dua pasangan nilai (x2, y2) dan (x1, y1) yang memenuhi fungsi f akan menjadi bagian dari grafik fungsi f. Dua pasangan nilai memenuhi fungsi f berarti hubungan antara y1 dan x1 sesuai dengan fungsi f dan terdapat hubungan antara dua pasangan nilai tersebut sesuai f: y1 = ax1 + b dan y2 = ax2 + b. Perbedaan antara dua nilai y biasa disebut sebagai Δy (baca: “delta y”) dengan persamaan: Δy = y2 − y1 . Untuk perbedaan antara dua nilai dari variabel x dengan cara menulis yang sama terdapat: Δx = x2 − x1 . Perbedaan Δy antara dua nilai y ditunjukkan dalam grafik dengan jarak tegak lurus ke atas dan bisa digam- barkan dengan satu garis tegak lurus ke atas sepanjang Δy. Perbedaan Δx antara dua nilai variabel x ditunjukkan dengan garis mendatar sepanjang Δx. Dalam gambar 4.3 Δx dan Δy telah digambar pada sumbu grafik dan pada grafik fungsi. Dengan menggambarkan besar Δx dan besar Δy ke dalam grafik pada dua titik pasangan nilai (x1,y1) dan (x2,y2), maka terdapat segitiga yang dibentuk oleh garis Δx, Δy dan sebagian grafik fungsi. Sudut kemiringan dari grafik bisa dilihat Δy Δy sebagai sudut dalam segitiga tersebut sebesar ϕ = arctan . Pecahan Δx Δx disebut sebagai kemiringan grafik. Mengenai pecahan ini, berarti mengenai kemiringan grafik terdapat: Δy y2 − y1 ( ax2 + b ) − ( ax1 + b ) a ( x2 − x1 ) = = = =a (4.1) Δx x2 − x1 x2 − x1 x2 − x1 Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 22. 4. Grafik untuk Besaran yang Berhubungan 17 Jadi kemiringan dari garis lurus yang menggambarkan fungsi linear y = ax + b sebesar konstanta a dalam fungsi. Dari (4.1) dilihat kemiringan dari grafik fungsi linear sama besar pada setiap posisi grafik, berarti sudut ϕ dari segitiga pada grafik fungsi sama besar pada setiap tempat. Grafik dengan sudut konstan adalah garis lurus. 4.1.3 Transformasi dari Fungsi Non Linear Menjadi Linear Sering terdapat hubungan linear antara dua variabel seperti hubungan antara gaya pada pegas dan perpanjangannya. Dalam situasi linear seperti ini eksperimen mengenai hubungan antara dua variabel tersebut menjadi sederhana dan bisa dilakukan secara grafik seperti dijelaskan dalam pasal berikut ini. Tetapi sering juga terdapat situasi dengan variabel yang mempunyai hubungan non linear. Dalam situasi ini analisa data bisa dilakukan dengan sederhana dengan mentransformasikan hubungan non linear tersebut menjadi hubungan linear. Misalnya dalam suatu eksperimen terdapat hubungan antara dua variabel sesuai dengan fungsi y = kx2. Fungsi ini bisa diubah atau ditransformasikan menjadi suatu fungsi linear dalam bentuk v = au + b dengan dua variabel v dan u yang mempunyai hubungan linear. Melakukan transformasi seperti ini disebut, fungsi dilinearisasi atau dilinearkan. Setelah suatu fungsi dilinearkan, maka grafiknya menjadi garis lurus dan bisa diteliti dengan mudah. Salah satu hal yang mudah dilihat dengan grafik linear adalah kecocokan hasil 3 7 2 T / det T / det 2,5 6 2 5 2 4 1,5 3 1 2 0,5 1 l / cm l / cm 0 0 0 50 100 150 0 50 100 150 Gambar 4.4: Ternyata hubungan Gambar 4.5: Hasil ukur digambarkan antara waktu dan panjang bandul sebagai grafik T2 terhadap l. Ternyata matematis tidak linear. terdapat hubungan linear. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 23. 18 Perhitungan Ralat ukur dengan teori, apakah hasil ukur memang benar linear atau ada penyimpangan dari teori yang menyatakan hubungan sebagai fungsi linear. Juga mudah untuk menentukan konstanta kemiringan a dan bagian sumbu y, b. Dalam praktikum rumus non linear selalu dilinearkan untuk membuat grafik. Suatu grafik dilinearkan dengan meneliti persamaan teori yang menyatakan hubungan antara dua variabel, lalu mendefinisikan variabel baru dari persamaan tersebut sedemikian rupa sehingga variabel baru memiliki hubungan linear. Dalam contoh di atas di mana terdapat fungsi y = kx2 untuk hubungan antara variabel x dan variabel y transformasi bisa dilakukan dengan mendefinisikan dua variabel baru: v = y dan u = x2. Dengan dua variabel ini terdapat hubungan linear v = ku. Dalam contoh percobaan bandul matematis terdapat hubungan antara 4π 2 waktu ayunan T dan panjang bandul l dalam bentuk T 2 = ⋅ l . Pasangan nilai g yang diukur adalah waktu ayunan T dan panjang bandul l, sedangkan besaran yang dicari adalah gravitasi g. Jika T terhadap l diukur dan pasangan-pasangan ukuran dimasukkan ke dalam grafik terdapat grafik fungsi akar atau fungsi kuadratis. Besar g sulit ditentukan dari fungsi seperti itu. Maka fungsi asli perlu dilinearkan dengan menggantikan (mensubstitusikan) variabel atau bagian dari fungsi asli. Dengan kata lain kita akan mendefinisikan variabel baru sehingga terdapat fungsi linear. Dalam contoh tersebut T2 bisa diganti (disubstitusi) dengan v. Dengan kata lain variabel v didefinisikan v = T2. Panjang l diganti dengan u atau variabel u didefinisi u = l. Maka dari teori asli terdapat persamaan v= 4 π2 ⋅ u . Persamaan baru ini merupakan fungsi linear. Kemiringan grafik dari g fungsi ini sebesar a = 4 π2 . Kemiringan ini bisa ditentukan dari grafik yang g digambar dengan data ukur untuk v = T2 dan l. Dalam gambar 4.4 contoh hasil ukur waktu ayunan T digambar terhadap panjang bandul l. Ternyata titik-titik yang terdapat dari pengukuran tidak bisa disambungkan dengan garis lurus, berarti ternyata tidak terdapat hubungan linear antara waktu ayunan T dan panjang bandul l. Dalam gambar 4.5 kuadrat dari waktu T, T2 atau v digambar terhadap panjang bandul. Ternyata di sini terdapat hubungan linear dan titik-titik dari pasangan nilai hasil ukur bisa disambungkan dengan garis lurus. Garis lurus 2 4 π2 dalam contoh ini memiliki kemiringan a = 0,0404 det . Karena a = cm g , maka dari hasil eksperimen ini percepatan bumi bisa ditentukan dengan mudah sebesar 4π2 4π2 g= = 2 = 977, 2 cm2 . a 0,0404 det det cm Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 24. 4. Grafik untuk Besaran yang Berhubungan 19 Untuk percobaan dengan persamaan dan teori yang lain, substitusi / penggantian variabel untuk mendapatkan fungsi linear berbeda juga. 4.2 Metode Perkirakan dengan Melihat Kalau terdapat suatu eksperimen dengan dua variabel, x dan y. Antara dua variabel tersebut terdapat hubungan linear dalam bentuk y = a ⋅ x + b . Jika beberapa pasangan nilai dari dua besaran ini telah diukur, maka semua pasangan nilai ( xi , yi ) yang didapatkan sebagai hasil ukur seharusnya memenuhi persamaan linear tersebut. Ketika pasangan nilai tersebut digambarkan sebagai titik dalam grafik, maka semua titik seharusnya berada di atas satu garis lurus. Tetapi dalam pengukuran biasanya terjadi ralat, maka pasangan nilai tidak semua akan memenuhi persamaan linear dengan konstanta a dan b yang sebenarnya dan titik hasil ukur yang digambarkan dalam grafik tidak akan berada di atas satu garis lurus. Sebagai contoh kita menyelidiki suatu hasil dari mengukur waktu dan posisi suatu benda beberapa kali. Benda tersebut bergerak dengan kecepatan konstan, berarti antara posisi s dan waktu t terdapat hubungan linear s = s0 + v ⋅ t . Dalam tabel 4.2 telah dicatat hasil pengukuran 5 pasangan nilai si dan ti. Posisi si diukur pada waktu ti, berarti s1 diukur pada waktu t1, s2 diukur pada waktu t2 dsb. Pasangan nilai tersebut telah digambarkan ke dalam grafik gambar 4.6. 10 t (det) s (m) 9 s/m 8 t1 = 1,0 s1 = 2,6 7 6 Δs=6m t2 = 1,9 s2 = 5,3 5 4 t3 = 2,1 s3 = 4,5 3 Δt=2,7det 2 t4 = 3,0 s4 = 6,5 1 t / det s0=0,37m 0 t5 = 3,8 s5 = 9,2 0 1 2 3 4 Gambar 4.6: Grafik dari data Tabel 4.2. Tabel 4.2: Data dari contoh pasal 4.2 Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 25. 20 Perhitungan Ralat Ternyata titik yang menggambarkan pasangan nilai tidak berada persis di atas satu garis lurus, berarti pasangan nilai hasil ukur tidak memenuhi persamaan linear. Walaupun persamaan linear tetap benar untuk proses fisik ini, pergeseran titik dari garis lurus bisa diakibatkan oleh ralat ukur. Kalau satu nilai tempat ataupun waktu diukur terlalu besar atau terlalu kecil, maka titik dari hasil ukur akan bergeser dari garis lurus. Titik-titik ukur tidak berada di atas garis lurus menunjukkan adanya ralat dalam pengukuran dan kemiringan a, dalam hal ini kecepatan v, yang sebenarnya tidak diketahui. Juga bagian sumbu y, b atau v0, yang sebenarnya tidak diketahui. Untuk mendapatkan satu perkiraan untuk besar dari kemiringan garis lurus a yang sebenarnya atau besar kecepatan benda v yang sebenarnya dan juga bagian sumbu y, yaitu konstanta b atau posisi awal s0 yang sebenarnya, maka pasangan nilai hasil ukur digambarkan ke dalam satu grafik. Sebagai pendekatan, kita memperkirakan, garis lurus mana yang paling dekat dengan hasil ukur. Dalam hal ini “paling dekat dengan hasil ukur”, berarti satu garis lurus dengan sifat, jarak rata-rata antara garis lurus itu dan titik-titik ukuran paling kecil. Garis dengan sifat tersebut dikirakan, kemudian digambarkan ke dalam grafik. Sebagai pendekatan posisi garis yang paling cocok dikirakan dengan melihat grafik saja. Baru dalam pasal mengenai prinsip kuadrat terkecil suatu cara untuk menghitung posisi garis yang paling cocok secara objektif akan dijelaskan. Besar bagian sumbu y (dalam contoh s0) dan kemiringan dari garis tersebut (dalam contoh v) dibaca dari grafik sebagai perkiraan untuk nilai yang sebenarnya. Dalam grafik gambar 4.6 “garis lurus yang paling cocok” telah digambarkan. Dari grafik itu didapatkan besar kecepatan: Δs 6m m v= = = 2, 22 (4.2) δt 2,7 det det dan besar dari bagian sumbu y: s0 = 0,37 m. (4.3) 4.3 Perkiraan Ralat Dengan cara menentukan “garis lurus yang paling cocok” dengan pasangan nilai hasil ukur, maka dari garis lurus tersebut terdapat perkiraan untuk kemiringan a yang sebenarnya dan untuk bagian sumbu y, b. Hasil dari perkiraan untuk dua nilai tersebut pasti terpengaruh oleh ralat ukur. Maka kemiringan a dan bagian sumbu y, b, memiliki ketidakpastian atau ralat. Ralat untuk kemiringan a disebut sebagai Δa dan ralat untuk b disebut sebagai Δb. Dalam pasal ini satu cara untuk memperkirakan besar dari ralat tersebut dibicarakan. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 26. 4. Grafik untuk Besaran yang Berhubungan 21 10 δs5 9 8 s/m 7 δs4 6 δs2 s2 5 s* 2 δs3 4 3 2 1 t / det Gambar 4.7: Ralat dari t2 masing-masing nilai ukuran 0 0 1 2 3 4 tempat δsi. Untuk mendapatkan ralat dari kemiringan dan dari bagian sumbu y, ralat dari nilai-nilai hasil ukur perlu ditentukan lebih dulu. Ketika mengukur pasangan nilai biasanya terdapat ralat dalam dua-duanya variabel x dan y. Jika ralat tidak terlalu besar, menganggap hanya salah satu variabel mempunyai ralat merupakan pendekatan yang cukup baik. Berarti dianggap satu variabel telah diukur dengan tepat dan hasil ukurnya merupakan nilai yang sebenarnya. Seluruh ralat ukur dimasukkan ke dalam ralat dari variabel kedua. Untuk mendapatkan perkiraan mengenai besar ralat statistis dari variabel kedua tersebut, deviasi (perbedaan) dari setiap hasil pengukuran dengan perkiraan untuk nilai yang sebenarnya ditentukan. Perkiraan untuk nilai yang sebenarnya terdapat di atas garis lurus yang telah ditentukan sebagai garis lurus yang paling cocok dengan nilai-nilai hasil ukur. Dalam praktikum biasanya dipilih untuk memasukkan seluruh ralat ke dalam variabel y yang digambar ke arah atas. Kalau cara ini diterapkan dalam contoh di atas, ralat dimasukkan ke dalam pengukuran tempat. Maka pada setiap pasangan nilai hasil pengukuran terdapat deviasi δsi antara tempat si yang diukur dan perkiraan untuk tempat yang sebenarnya pada waktu ti. Perkiraan untuk tempat yang sebenarnya pada waktu ti akan kita sebutkan sebagai si*. Dengan contoh hasil ukur dari tabel 4.2 dan grafik dalam gambar 4.6 yang digambar lagi dalam gambar 4.7 terdapat deviasi sbb.: Untuk titik pasangan nilai kedua (i = 2) terdapat dari grafik gambar 4.7 dan dari data hasil ukur dalam tabel 4.2: waktu pada titik ukur kedua ini sebesar t2 = 1,9 det, tempat yang diukur pada waktu t2 sebesar s2 = 5,3 m, dari “garis lurus yang paling cocok” terdapat perkiraan untuk tempat yang sebenarnya pada t2 sebesar s2* = 4,6 m, berarti terdapat deviasi (antara tempat yang diukur dan Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 27. 22 Perhitungan Ralat perkiraan untuk tempat yang sebenarnya) pada waktu t2 sebesar δs2 = s2 * − s2 = 4,6 m − 5, 3m ⇒ δs2 = 0, 7 m . Dalam tabel 4.3 perkiraan untuk tempat yang sebenarnya pada setiap waktu pengukuran serta deviasi tempat dicatat. Ralat ukur Δs untuk pengukuran tempat ditentukan dari deviasi tempat δsi pada semua hasil ukur. Dalam situasi umum dengan variabel x dan y cara yang sama dipakai untuk menentukan deviasi δyi dari setiap nilai hasil ukur variabel y. Ralat Δy untuk pengukuran variabel y ditentukan dari semua nilai deviasi δyi. Dua cara berikut bisa dipakai untuk menentukan ralat Δy atau ralat Δs dalam contoh. 1. Jika jumlah pasangan nilai ukuran minimal sepuluh, perkiraan untuk deviasi standar bisa dihitung dengan menyesuaikan persamaan (2.3). Perkiraan untuk nilai yang sebenarnya x dalam (2.3) diganti dengan perkiraan untuk nilai yang sebenarnya dalam situasi ini, yaitu yi* atau si* dalam contoh. Maka terdapat besar perkiraan sn untuk deviasi standar σn: n ( si − si* )2 n δs 2 ssn = ∑ n −1 = ∑ n −1 i (4.4) i =1 i =1 Untuk situasi umum s diganti dengan y dan t diganti dengan x. Berarti (4.4) menjadi: n ( yi − yi* )2 n δy 2 s yn = ∑ n −1 = ∑ n −i 1 (4.5) i =1 i =1 2. Jika jumlah pasangan nilai yang diukur tidak lebih dari sepuluh, ralat variabel y (atau tempat s dalam contoh) ditentukan dengan metode ralat maksimal seperti dijelaskan dalam pasal 2.1.4, halaman 9. Dalam metode ralat maksimal ini harga mutlak deviasi yang paling besar dianggap sebagai ralat dari variabel y (tempat s dalam contoh). Jika memakai ralat maksimal, ralat dari variabel y sering bisa dibaca langsung dari grafik dengan mencari titik hasil ukur yang paling jauh dari “garis lurus yang paling cocok”, lalu menentukan jarak antara “garis lurus yang paling cocok” dan titik hasil ukur tersebut dalam skala ke arah y. Dalam tabel 4.3 semua deviasi dan hasil untuk ralat Δs untuk tempat dengan memakai statistika dan dengan memakai metode ralat maksimal dicantumkan. Dalam contoh ini metode ralat maksimal lebih cocok karena terdapat hanya 5 pasangan nilai (si, ti). Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 28. 4. Grafik untuk Besaran yang Berhubungan 23 Setelah ralat Δy dari i ti (det) si (m) si* (m) δsi (m) pengukuran nilai y ditentukan, maka besar Δy bisa dipakai untuk 1 1 2,6 2,6 0 menentukan ralat Δa dari 2 1,9 5,3 4,6 0,7 kemiringan garis lurus dan ralat Δb 3 2,1 4,5 5,0 - 0,5 dari bagian sumbu y. 4 3 6,5 7,0 - 0,5 Selanjutnya kita memakai ralat / ketidakpastian Δy dari pengu- 5 3,8 9,2 8,8 0,4 kuran nilai-nilai y untuk mencari Metode ralat maksimal: Δy = 0,7 ketidakpastian Δa dari kemiringan a dengan cara yang sederhana. Cara Cara statistik: sn = ∑ δsi 2 = 0,536 yang lebih pasti secara matematis n −1 akan dibicarakan dalam pasal Tabel 4.3: Hasil ukur dari tabel 4.2 mengenai prinsip kuadrat terkecil. dengan nilai perkiraan untuk tempat Dianggap bahwa x1 adalah nilai yang sebenarnya dari grafik gambar 4.7 hasil ukur skala x yang paling kecil dan deviasi dari hasil ukur tempat dan xn adalah nilai hasil ukur skala x masing-masing. yang paling besar. Garis yang paling cocok memiliki kemiringan a dan bagian sumbu b sehingga terdapat garis yang memenuhi persamaan y* = a x + b . Garis ini dalam gambar 4.8 ditandai sebagai garis “kemiringan a”. Semua titik di atas garis ini merupakan perkiraan untuk pasangan nilai yang sebenarnya. Karena hasil ukur variabel y mempunyai ketidakpastian, maka terdapat ketidakpastian dalam kemiringan garis lurus. Nilai y mempunyai ralat, berarti pada satu posisi x ada kemungkinan nilai y sebenarnya lebih tinggi atau lebih rendah daripada perkiraan untuk nilai yang sebenarnya. Seandainya nilai y sebelah kanan lebih tinggi dan / atau sebelah kiri lebih rendah, maka kemiringan akan menjadi lebih besar. Kemiringan paling besar terdapat dengan nilai y lebih besar di sebelah kanan dan nilai y lebih kecil di sebelah kiri. Dalam gambar 4.8 digambar garis “kemiringan a+” dengan kemiringan yang lebih besar daripada perkiraan garis yang paling cocok. Garis “kemiringan a+” adalah garis dengan kemiringan paling besar yang bisa didapatkan dengan ketidakpastian Δy untuk nilai y. Garis ini terdapat sbb.: - Nilai yn* ditambah ketidakpastian Δy. Di atas yn* telah ditentukan sebagai perkiraan untuk nilai y yang sebenarnya pada nilai hasil ukur xn, berarti pada nilai x yang paling besar. Berarti yn * = a xn + b . Dengan tambahan Δy tersebut terdapat yn + = a xn + b + Δy . Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 29. 24 Perhitungan Ralat - Nilai y1* dikurangi ketidakpastian Δy. Dengan y1* sebagai perkiraan untuk nilai y yang sebenarnya pada nilai hasil ukur x1, berarti pada nilai x yang paling kecil. Berarti y1* = a x1 + b . Dengan pengurangan Δy tersebut terdapat y1+ = a x1 + b − Δ y . - Garis “kemiringan a+” adalah garis yang melewati dua titik pasangan nilai tersebut (pasangan (x1, y1+) dan pasangan (xn, yn+)). Untuk garis tersebut terdapat kemiringan a+ sebesar: yn + − y1+ ( a xn + b + Δy ) − ( a x1 + b − Δy ) a+ = = xn − x1 xn − x1 (4.6) a ( xn − x1 ) + 2Δy 2 Δy = = a+ xn − x1 xn − x1 - Ralat Δa untuk kemiringan terdapat sebagai perbedaan antara kemiringan a+ dan kemiringan a: 2 Δy 2 Δy Δa = a + − a = a + −a = (4.7) xn − x1 xn − x1 - Untuk bagian sumbu y, nilai b dari garis “kemiringan a” dan nilai b– dari garis “kemiringan a+” terdapat: * * * * y1 + yn x1 + xn y1 + yn x1 + xn + b= − ⋅a ; b− = − ⋅a (4.8) 2 2 2 2 y kemiringan a+ kemiringan a yn*+Δy Δy yn* kemiringan a- Δy yn*-Δy Δy Gambar 4.8: y1*+Δy b+ Perkiraan ralat y1* Δa dari b Δy kemiringan a dan y *-Δy ralat Δb dari b- 1 xn–x1 bagian sumbu x1 xn x y, b. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 30. 4. Grafik untuk Besaran yang Berhubungan 25 Jadi ralat Δb dari b terdapat dari perbedaan antara b dan b- sebesar: ⎛ y* + yn x1 + xn ⎞ ⎛ y1 − yn x1 + xn + ⎞ * * * Δb = b − b − = ⎜ 1 − ⋅a ⎟ − ⎜ − ⋅a ⎟ ⎜ 2 2 ⎟ ⎜ 2 2 ⎟ ⎝ ⎠ ⎝ ⎠ (4.9) x +x ( ⇔ Δb = 1 n a + − a 2 ) x1 + xn x +x 2 Δy ⇔ Δb = ⋅ Δa = 1 n ⋅ (4.10) 2 2 xn − x1 Garis “kemiringan a+” terdapat sebagai garis dengan kemiringan paling besar yang bisa terjadi dengan ketidakpastian Δy. Dalam gambar 4.8 garis “kemiringan a- ” juga digambarkan. Garis ini terdapat dengan anggapan nilai y sebenarnya lebih kecil di sebelah kanan dan lebih besar sebelah kiri. Garis ini merupakan garis dengan kemiringan paling kecil yang bisa didapatkan dengan ketidakpastian Δy. Kalau ralat kemiringan a dan bagian sumbu y dihitung dengan memakai garis “kemiringan a- “ terdapat hasil ralat yang sama dengan perhitungan di atas dengan garis “kemiringan a+”. Untuk menghitung kemiringan dari garis “kemiringan a- “, nilai yn* dikurangi Δy dan nilai y1* ditambahi Δy. Selain itu cara untuk menentukan kemiringan, bagian sumbu y dan ralat sama dengan yang dipakai di atas untuk garis “kemiringan a+”. Hasil yang didapatkan sama juga sehingga bisa disimpulkan dengan Δa dan Δb dari (4.7) dan (4.10) terdapat hasil untuk kemiringan a dan untuk bagian sumbu y sbb.: kemiringan a sebesar a ± Δa, bagian sumbu y sebesar b ± Δb. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 31. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher Soal Latihan 1 Dasar Ralat 1.1. Dalam kuliah, waktu yang dibutuhkan batu untuk jatuh setinggi 2m telah diukur. Pakai data hasil ukur dari semua kelompok untuk tugas berikut: a. Buat grafik jumlah hasil ukur waktu tertentu terhadap hasil ukur waktu. Pakai interval waktu sebesar 0,1 det. Berarti tentukan jumlah terdapatnya hasil ukur antara 0 det dan 0,09 det, jumlah hasil ukur antara 0,1 det dan 0,19 det, jumlah hasil ukur antara 0,2 det dan 0,29 det, dst. dan buat grafik jumlah terhadap besar waktu. b. Tentukan satu perkiraan untuk waktu yang sebenarnya. c. Tentukan satu perkiraan untuk ralat dari pengukuran ini. d. Tentukan satu perkiraan untuk ketelitian dari nilai rata-rata dari semua hasil ukur. 2 Ralat Satu Besaran 2.1. Waktu ayunan suatu bandul diukur 15 kali. Dari masing-masing pengukuran terdapat waktu dalam satuan detik sbb.: 1,53; 1,42; 1,62; 1,57; 1,59; 1,70; 1,40; 1,48; 1,46; 1,57; 1,53; 1,54; 1,56; 1,61; 1,48; → Tentukan hasil ukur dan ralatnya. 2.2. Suatu proses elektrolisa yang sama dilakukan 5 kali. Pada masing-masing eksperimen terdapat perubahan massa sbb.: Δm = 0,63g; 0,71g; 0,65g; 0,62g; 0,70g → Tentukan hasil ukur untuk perubahan massa dan ralatnya. 2.3. Waktu jatuh dari sebuah bola besi diukur 12 kali. Hasil ukur masing-masing sbb.: 0,143 det; 0,148 det; 0,139 det; 0,145 det; 0,146 det; 0,146 det; 0,144 det; 0,145 det; 0,142 det; 0,143 det; 0,141 det; 0,147 det; → Tentukan hasil ukur dan ralatnya. 26
  • 32. Soal Pengantar Praktikum 3. Teori Perambatan Ralat 27 3 Teori Perambatan Ralat I ⋅t 3.1. Besaran N dihitung dengan persamaan N = a⋅ . Besaran I, t dan m m diukur dengan hasil ukur sbb.: I = (1,52 ± 0,04) A; t = 2400 det ± 5 det; m = (0,8634 ± 0,0008) g Besaran a dalam persamaan ini adalah suatu konstanta sebesar g a = 4⋅10-14 . A⋅det → Tentukan N dan ralatnya. 3.2. Besaran mk dihitung dari m1 dan m2 dengan persamaan: mk = m1 − m2 . Hasil ukur sbb.: m1 = 92,52 g ± 0, 04 g ; m2 = 24,07 g ± 0,1g . → Tentukan mk dan ralatnya. 3.3. Dalam suatu percobaan terdapat hubungan antara besaran waktu T, panjang l l dan percepatan gravitasi g sbb.: T = 2π . Dalam eksperimen waktu T g dan panjang l telah diukur dengan hasil sbb.: T = 2,47 det ± 0,05 det; l = (151,4 ± 0,3) cm. → Tentukan hasil ukur untuk besar g dan ralatnya. 3.4. Dalam sebuah eksperimen terdapat hubungan antara besaran waktu t, jarak s dan percepatan gravitasi g sbb.: s = 1 g t 2 . Dalam eksperimen waktu 2 t dan jarak s telah diukur dengan hasil sbb.: t = 0,397 det ± 0,002 det; s = (76,3 ± 0,2) cm. → Tentukan hasil ukur untuk besar percepatan gravitasi g dan ralatnya. 3.5. Besaran f ditentukan dari dua besaran s1 dan s2 dengan persamaan 1 1 1 = + . Terdapat hasil ukur untuk s1 dan s2 sbb.: f s1 s2 s1 = 5,3 cm ± 0,1 cm; s2 = 45 cm ± 0,2 cm. → Tentukan besar f dan ralatnya. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 33. 28 Soal Pengantar Praktikum 4. Grafik 4 Grafik 4.1. Dalam suatu eksperimen terdapat hubungan antara h / cm t / det tinggi h, waktu jatuh t dan percepatan gravitasi g 85,2 0,4231 dari suatu benda sbb.: h = 1 g t 2 . Terdapat data hasil 77 2 0,4025 ukur seperti dalam tabel 4.1. 69,7 0,3830 a. Buat grafik h terhadap t2. 64 0,3663 b. Tentukan kemiringan a dan ralat kemirinigan 58,8 dari grafik. 0,3516 54,7 0,3389 c. Tentukan g dan ralatnya dari kemiringan dan ralat kemiringan. 49 0,3216 4.2. Antara gaya f pada pegas dan panjangnya l terdapat 44,2 0,3051 hubungan linear l = k * ⋅F + l0 . Panjang pegas l 36,3 0,2754 telah diukur pada beberapa gaya yang berbeda 26,1 0,2330 dengan hasil seperti dalam tabel tabel 4.2. a. Buat grafik l terhadap F. 15,3 0,1759 b. Tentukan konstanta k* dan panjang awal l0 dari 6,7 0,1084 grafik. Tabel 4.1.: Data c. Tentukan ralat dari konstanta k dan ralat dari dari soal 4.1. panjang awal l0. F/N 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 l/cm 27 32 34 45 50 54 65 72 82 83 Tabel 4.2.: Data dari soal 4.2. 4.3. Terdapat persamaan untuk hubungan antara variabel yang diukur seperti dalam tabel berikut. Tentukan transformasi untuk melinearkan persamaan- persamaan ini sehingga terdapat fungsi linear dalam bentuk: y = a x + b Variabel Persamaan y= x= a= b= s= 1 a t2 s, t 2 4π T, l T2 = ⋅l g u, v u 2 = d ⋅ ln v + 4πR 2 Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 34. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher Petunjuk Praktikum 1 Bandul Matematis 1.1 Literatur • Halliday Resnick; Fisika I; Bab 15-1 Osilasi; Bab 15-3 Gerak Harmonik Sederhana; Bab 15-5 Penerapan Gerak Harmonik Sederhana; Bab 16-3 Konstanta Gravitasi Universal, γ; • Sears, Zemansky; Fisika (Mekanika-Panas-Bumi); 1.2 Daftar Alat • Tiang bandul 1 set • Bandul matematis dengan benang dan gantungan 1 buah • Stopwatch 1 buah 1.3 Teori 1.3.1 Prinsip Ayunan Jika sebuah benda yang digantungkan pada seutas tali, diberikan sim- pangan, lalu dilepaskan, maka benda itu akan berayun ke kanan dan ke kiri. Berarti, ketika benda berada di sebelah kiri akan dipercepat ke kanan dan ketika benda sudah di sebelah kanan akan diperlambat dan berhenti, lalu dipercepat ke kiri dan seterusnya. Dari gerakan ini dilihat bahwa benda mengalami percepatan ( ) selama gerakannya. Menurut Hukum Newton F = m ⋅ a percepatan hanya timbul ketika ada gaya. Arah percepatan dan arah gaya selalu sama. Berarti dalam eksperimen ini ternyata ada gaya ke arah gerakan benda, yaitu gerakan yang membentuk lingkaran. 29
  • 35. 30 Petunjuk Praktikum Gaya yang bekerja dalam bandul ini seperti digambarkan dalam gambar 1.1. Semua gaya ini berasal dari gravitasi bumi dan gaya pada tali. Arah gaya gravitasi Fgrav tegak lurus ϕ ke bawah. Arah gaya tali Ftali ke arah tali. Sedangkan gaya Ft yang mempercepat benda, Ftali bekerja ke arah gerakan, berarti ke arah lingkaran yang tegak lurus dengan arah tali atau ke arah Ft tangen lingkaran. Sebab itu gaya ini juga disebut gaya tangensial Ft . Besar Ft yang mempercepat F ϕ Fgrav n benda terdapat dengan membagi gaya gravitasi ϕ Fgrav ke dalam dua bagian, yaitu Ft ke arah gerakan dan gaya normal Fn . Gaya normal Fn Gambar 1.1: Gaya-gaya berlawanan arah dengan gaya tali Ftali sehingga yang bekerja pada bandul dua gaya ini saling menghapus. matematis. Karena Fgrav dibagi menjadi Fn dan Ft , maka: Fgrav = Fn + Ft (1.1) Karena arah gerakan tegak lurus dengan arah tali, maka Fn ⊥ Ft . Dari gambar dapat dilihat hubungan antara besar gaya tangensial, besar gaya gravitasi dan sudut simpangan ϕ: Ft = Fgrav ⋅ sin ϕ (1.2) Arah dari Ft berlawanan dengan arah simpangan ϕ, maka dalam persamaan terdapat tanda negatif: Ft = − Fgrav ⋅ sin ϕ (1.3) Tanda negatif dalam (1.3) menunjukkan gaya Ft bekerja untuk mengembalikan bandul kepada posisi yang seimbang dengan simpangan ϕ = 0. Karena benda tidak bisa bergerak ke arah tali, maka gaya ke arah tali harus seimbang atau jumlahnya nol, berarti: Ftali + Fn = 0 . Berarti gaya tali selalu sama besar dengan gaya normal: Ftali = Fn . Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 36. 1. Bandul Matematis 31 Dengan memahami gaya tersebut yang bekerja pada bandul, maka gerakan osilasi (gerakan ayunan) dapat dimengerti dengan mudah. Ketika bandul sedang diam di sebelah kiri, maka gaya tangensial mempercepat bandul ke arah kanan sehingga kecepatan ke arah kanan bertambah. Selama bandul bergerak ke arah kanan, sudut simpangan menjadi semakin kecil dan gaya tangensial ( Ft = − Fgrav ⋅ sin ϕ ) ikut semakin kecil. Maka percepatan akan semakin kecil. Tetapi perhatikanlah bahwa percepatan semakin kecil (tetapi belum nol) berarti kecepatan masih bertambah terus. Ketika simpangan bandul nol, berarti posisi bandul di tengah, gaya tangensial nol, maka percepatan nol dan bandul bergerak terus dengan kecepatan konstan ke kanan. Ketika simpangan bandul ke arah kanan bertambah besar, maka gaya tangensial juga bertambah, tetapi ke arah kiri. Gaya tangensial ke kiri ini melawan arah gerakan bandul yang masih ke kanan. Maka terdapat percepatan ke kiri sehingga kecepatan bandul – masih ke arah kanan akan – berkurang terus sampai bandul berhenti (kecepatan menjadi nol). Ketika bandul berhenti posisinya sudah memiliki sudut simpangan ke sebelah kanan. Dalam posisi ini terdapat gaya tangensial ke arah kiri yang akan mempercepat bandul ke kiri. Proses dalam gerakan ke kiri berjalan dengan cara yang sama persis dengan proses bergerak ke kanan. Maka bandul akan terus berayun ke kiri dan ke kanan. Dari penjelasan di atas dilihat dua hal yang menjadi syarat untuk mendapatkan osilasi atau ayunan: 1. Gaya yang selalu melawan arah simpangan dari suatu posisi seimbang. Dalam hal ini gaya yang melawan simpangan adalah gaya tangensial. 2. Kelembaman yang membuat benda tidak berhenti ketika berada dalam situasi seimbang (tanpa gaya). Dalam contoh ini massa yang berayun tidak berhenti pada posisi bawah (posisi tengah, gaya nol), tetapi bergerak terus karena kelembaman massanya. 1.3.2 Waktu Ayunan Pada percobaan bandul matematis ini, kita memakai sebuah bandul dengan massa m yang digantungkan pada seutas tali. Supaya perhitungan lebih mudah, dianggap bahwa tali tidak molor 1 dan tidak mempunyai massa. Di atas telah diselidiki mengenai gaya tangensial Ft yang membuat bandul berayun. Besar gaya tangensial Ft sesuai (1.3). Besar percepatan a yang terdapat dari gaya tangensial sesuai dengan Hukum Newton: Ft = m ⋅ a , maka: 1 Tidak molor, berarti tali tidak elastis sehingga panjangnya tidak berubah ketika gaya ke arah tali berubah. Gaya kepada tali memang akan berubah selama ayunan karena kecepatan berubah dan sebab itu juga gaya sentrifugal akan berubah. Juga gaya normal yang berasal dari gaya gravitasi berubah karena sudut simpangan berubah. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 37. 32 Petunjuk Praktikum Ft = − Fgrav ⋅ sin ϕ = m ⋅ a (1.4) Percepatan a dari benda yang bergerak di atas garis lingkaran sebesar: d2 s d2 ϕ a= =l⋅ 2 (1.5) d t2 dt Persamaan (1.5) dimasukkan ke dalam (1.4), maka dengan besar gaya gravitasi Fgrav = m ⋅ g terdapat: d2 ϕ d2 ϕ − Fgrav sin ϕ = m ⋅ l ⋅ ⇔ − mg sin ϕ = m ⋅ l ⋅ d t2 d t2 (1.6) d2 ϕ ⇔ m ⋅ l ⋅ 2 + mg sin ϕ = 0 dt Untuk simpangan kecil, berarti sudut ϕ kecil sin ϕ ≈ ϕ dan (1.6) menjadi lebih sederhana: d2 ϕ d2 ϕ g m ⋅l ⋅ + m⋅ g ⋅ϕ = 0 ⇔ + ⋅ϕ = 0 (1.7) d t2 d t2 l Hasil (1.7) merupakan satu persamaan diferensial. Untuk menyelesaikan persamaan diferensial ini, kita bisa memakai suatu pemasukan atau pemisalan (statement) sebagai perkiraan untuk hasil. Pemasukan / pemisalan (statement) itu dimasukkan ke dalam persamaan asli, lalu dihitung, apakah persamaan bisa diselesaikan dengan pemasukan itu. Dengan pemasukan: ϕ = ϕ0 cos ωt (1.8) terdapat – seperti dihitung dengan lebih rinci dalam petunjuk mengenai “Elastisitas” – bahwa masukan ini memang menyelesaikan persamaan diferensial dan kecepatan sudut osilasi sebesar: g ω2 = (1.9) l 2π Karena ω = , maka waktu ayunan T dalam percobaan bandul T matematis sebesar: 4π2 l l T 2 = 2 ⇔ T 2 = 4π 2 ⇔ T = 2π (1.10) ω g g Hubungan antara besar waktu ayunan T dan panjang bandul l ini bisa dipakai untuk mencari besar dari konstanta gravitasi g dari hubungan antara T dan l. Berarti untuk mencari besar g, kita mengukur hubungan antara T dan l, lalu membuat grafik T2 terhadap l dan mencari kemiringan garis lurus yang paling cocok dengan titik-titik ukuran. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 38. 1. Bandul Matematis 33 1.4 Tata Laksana • Aturlah panjang tali pada 8 panjang tali yang berbeda, mulai dari panjang tali terbesar yang bisa diukur sampai panjang tali sebesar l = 15 cm. Pada setiap panjang tali waktu ayunan diukur 10 kali. Pada setiap pengukuran sepuluh periode ayunan (10⋅T) diukur. • Buatlah grafik T2 terhadap l. Cari garis lurus yang paling cocok dengan titik-titik hasil ukur dan tentukanlah kemiringan a dari garis tersebut. Tentukan konstanta gravitasi g dari kemiringan a dengan memakai hubungan (1.10). 1 • Buatlah kesimpulan dari hasil yang anda peroleh dari percobaan ini. 1.5 Perhitungan Ralat Tentukanlah ralat kemiringan a dan perpotongan sumbu y dengan metode grafik. Ralat g dapat dihitung dari ralat kemiringan a dengan menggunakan teori perambatan ralat. Di mana dalam percobaan ini terdapat ralat sistematis ? 1.6 Laporan Praktikum Dalam laporan praktikum harus ada: • Tabel hasil ukur • Grafik hasil ukur dengan perkiraan terbaik untuk garis lurus yang cocok dengan data ukur • Analisa data ukur / Perhitungan besar percepatan gravitasi di bumi dengan perkiraan ralat • Jawaban pertanyaan ulang 1.7 Pertanyaan Ulang 1. Jelaskanlah, mengapa sebuah bandul berayun ? 2. 1 Mengapa bandul tidak berhenti di posisi tengah di mana gaya tangensial nol ? 3. 1 Mengapa massa dari bandul tidak mempengaruhi waktu ayunan ? 4. 1 Mengapa simpangan dalam melakukan percobaan harus kecil ? 5. Pakailah grafik T2 terhadap l yang telah dibuat untuk bandul matematis untuk menentukan posisi pusat massa dari benda yang berayun. (Apakah pusat massa memang benar seperti posisi yang dipakai dalam pengukuran atau – dilihat dari grafik – di posisi yang lain ?) Selamat Berayun-ayun Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 39. Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher 2 Elastisitas 2.1 Literatur • Frederick J. Bueche, Seri buku Schaum, Teori dan soal Fisika, Bab 12, Elastisitas, Hukum Hook. • Sears, Francis Weston; Zemansky, Mark W; Fisika untuk Universitas jilid 1; Binacipta;, Mekanika. Panas. Bunyi; Bab 10-3 Elastisitas dan plastisitas. 2.2 Daftar Alat • Tiang dengan gantungan pegas 1 buah • Pegas 1 buah • Gantungan beban untuk menggantungkan beban pada pegas 1 buah • Beban bulat 50 g 9 buah • Meteran 1 buah • Stopwatch 1 buah 2.3 Teori 2.3.1 Hukum Hook Jika suatu benda terkena gaya F, maka bentuk benda itu akan berubah. Besar perubahan bentuk (misalnya panjang atau lebar) sebesar Δx. Dalam banyak situasi Δx berbanding Δx lurus dengan besar gaya F yang diberikan: Fpegas = -kΔx F = − k⋅ Δ x (2.1) Dalam (2.1) k merupakan suatu konstanta yang menunjukkan sifat benda itu. Konstanta k ini disebut sebagai konstanta Hook. Fg = mg Fg Persamaan (2.1) disebut sebagai hukum Hook. Dalam percobaan ini kita memakai Gambar 2.1: Perpanjangan pegas sebagai contoh benda. Ketika belum pegas kalau diberikan beban diberi gaya, pegas sepanjang x0. Kita memberi m dengan gaya gravitasi gaya kepada pegas dengan menggantungkan Fgrav = m ⋅ g . 34
  • 40. 2. Elastisitas 35 beban dengan massa m pada pegas. Beban tersebut mengalami gaya gravitasi Fg sebesar Fg = m ⋅ g . Gaya gravitasi ini menarik pegas ke bawah sehingga panjang pegas bertambah sejauh Δx. Maka panjang pegas menjadi sebesar x1. Berarti dengan (2.1) terdapat hubungan antara panjang pegas x dan besar gaya Fg sbb.: 1 Fg = k ⋅ Δx = k ⋅ ( x − x0 ) ⇔ x = F + x0 (2.2) k g 2.3.2 Ayunan pegas Menurut hukum Newton II terdapat hubungan antara gaya F kepada suatu benda dan percepatan a dari benda tersebut sebagai berikut: F=m⋅a (2.3) Jadi gaya berbanding lurus dengan massa m dan percepatan a. Gaya yang bekerja pada benda dalam percobaan ini adalah gaya pegas yang besarnya sesuai dengan Hukum Hook (2.1) dan gaya gravitasi kepada beban. Pada posisi seimbang – ketika beban tergantung pada pegas dengan diam – gaya pegas dan gaya gravitasi sama besar, berarti jumlah dari dua gaya ini nol. Karena gaya gravitasi konstan, maka cukup menghitung perubahan gaya pegas ketika panjang pegas berubah dari situasi seimbang. Dalam persamaan (2.1) dan persamaan (2.3) gaya F sama sehingga terdapat persamaan gerak untuk benda ini: − k⋅ Δ x = m ⋅ a (2.4) d 2 Δx Karena a = maka terdapat: d t2 d 2 Δx m + k⋅ Δx = 0 (2.5) d t2 d 2 Δx k ⇔ + ⋅ Δx = 0 (2.6) dt2 m Persamaan ini adalah persamaan ayunan selaras. Persamaan semacam ini biasanya diselesaikan dengan memakai pemasukan / permisalan (statement) untuk Δx. Dalam hal ini pemasukan yang cocok sbb.: Δx = Δx0 ⋅ sin ωt (2.7) Dengan pemasukan ini terdapat: d Δx = Δx0 ⋅ ω cos ωt (2.8) dt Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher
  • 41. 36 Petunjuk Praktikum d 2 Δx 2 = −Δx0ω 2 ⋅ sin ω t (2.9) dt d 2 Δx Dengan Δx dari (2.7) dan dari (2.9) dalam (2.6) terdapat: dt 2 k −Δx0ω2 sin ωt + ⋅ Δx0 sin ωt = 0 (2.10) m k k ⇔ −ω2 + =0 ⇔ ω= (2.11) m m Jadi terdapat frekuensi ayunan ω yang tergantung massa beban dan konstanta pegas. Frekuensi ayunan ω tidak tergantung amplitude ayunan Δx0. Dari (2.11) diperoleh waktu untuk ayunan selama satu periode sebesar: 2π m T= = 2π (2.12) ω k 2.4 Tata laksana 1. Ukurlah perpanjangan pegas Δx terhadap besar massa beban yang digantungkan. Untuk itu ukurlah jarak dari satu tempat permanen di atas pegas sampai ke ujung bawah pegas atau sampai ke ujung kait yang dipakai untuk menggantungkan beban. Jarak tersebut diukur tanpa beban dan kemudian dengan beban mulai sebesar 50g sampai 450g, pada setiap 50g. 2. Buatlah grafik panjang pegas terhadap gaya gravitasi dari hasil 1. 3. Ukurlah panjang karet dengan beban mulai dari 0 sampai 450g pada setiap 50g. Kemudian ukur langsung secara terbalik, berarti beban mulai dari 450g tadi dikurangi 50g demi 50g dan pada setiap pengurangan beban, panjang karet diukur. 4. Gambarlah panjang karet terhadap gaya gravitasi dari hasil ukur 3 ke dalam grafik dari 2. Bandingkanlah dua grafik ini. 5. Pakai grafik dari 2 untuk menentukan konstanta pegas k. Gunakan (2.1) atau (2.2). 6. Gantungkan beban sebesar 250g pada pegas, ayunkan pegas dan ukur waktu ayunan. Pada satu pengukuran ukurlah sekaligus 10 periode ayunan. Pengukuran ini dilakukan 5 kali. Tentukan konstanta pegas k dengan (2.12). Perhatikan bahwa massa m dalam persamaan ini merupakan seluruh massa yang berayun, berarti kait yang dipakai untuk menggantungkan beban harus dihitung juga. Apakah pegas sendiri ikut berayun dan harus dihitung ? (Perhatikan bagian pegas bawah, tengah dan atas ketika pegas berayun.) Praktikum Fisika Dasar oleh Richard Blocher