Manajemen resiko diperlukan untuk mengidentifikasi bahaya di tempat kerja dan menentukan tindakan pengendalian yang sesuai untuk mencegah kerugian. Proses manajemen resiko meliputi identifikasi bahaya, analisis peluang dan akibat, penilaian resiko, penanganan resiko, serta pemantauan dan review secara berkelanjutan. Tujuannya adalah mengelola risiko secara sistematis agar tetap terkendali pada tingkat yang dapat diter
Dokumen tersebut membahas analisis Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Pengendalian Risiko (IBPR) yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai tingkat risiko dari suatu pekerjaan serta mengendalikan risikonya."
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen risiko K3, meliputi definisi risiko dan manajemen risikonya, tahapan-tahapan manajemen risiko K3, dan metode identifikasi serta penilaian risiko. Ditekankan pentingnya komitmen manajemen dan keterlibatan seluruh pihak dalam mengelola risiko K3 secara terstruktur dan komprehensif.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang menyusun register risiko dengan menjelaskan pengertian risiko dan analisis risiko, kemudian menjelaskan langkah-langkah identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko. Dokumen tersebut juga memberikan contoh isi register risiko dan penugasan untuk mengidentifikasi risiko di puskesmas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen resiko di tempat kerja, mulai dari pengertian manajemen resiko, identifikasi bahaya, analisis resiko, evaluasi resiko, pengendalian resiko, hingga monitoring dan review. Hal penting lainnya adalah komunikasi dan konsultasi dengan karyawan terkait penerapan manajemen resiko di lingkungan kerja.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen resiko dan analisis kecelakaan kerja. Terdapat penjelasan mengenai konsep manajemen resiko, tahapan dalam melakukan manajemen resiko seperti identifikasi bahaya, penilaian resiko, dan pengendalian resiko. Juga dibahas mengenai analisis kecelakaan kerja mulai dari pengertian, jenis, tujuan investigasi, dan cara pelaporan kecelakaan.
Manajemen resiko diperlukan untuk mengidentifikasi bahaya di tempat kerja dan menentukan tindakan pengendalian yang sesuai untuk mencegah kerugian. Proses manajemen resiko meliputi identifikasi bahaya, analisis peluang dan akibat, penilaian resiko, penanganan resiko, serta pemantauan dan review secara berkelanjutan. Tujuannya adalah mengelola risiko secara sistematis agar tetap terkendali pada tingkat yang dapat diter
Dokumen tersebut membahas analisis Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, dan Pengendalian Risiko (IBPR) yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai tingkat risiko dari suatu pekerjaan serta mengendalikan risikonya."
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen risiko K3, meliputi definisi risiko dan manajemen risikonya, tahapan-tahapan manajemen risiko K3, dan metode identifikasi serta penilaian risiko. Ditekankan pentingnya komitmen manajemen dan keterlibatan seluruh pihak dalam mengelola risiko K3 secara terstruktur dan komprehensif.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang menyusun register risiko dengan menjelaskan pengertian risiko dan analisis risiko, kemudian menjelaskan langkah-langkah identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko. Dokumen tersebut juga memberikan contoh isi register risiko dan penugasan untuk mengidentifikasi risiko di puskesmas.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen resiko di tempat kerja, mulai dari pengertian manajemen resiko, identifikasi bahaya, analisis resiko, evaluasi resiko, pengendalian resiko, hingga monitoring dan review. Hal penting lainnya adalah komunikasi dan konsultasi dengan karyawan terkait penerapan manajemen resiko di lingkungan kerja.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen resiko dan analisis kecelakaan kerja. Terdapat penjelasan mengenai konsep manajemen resiko, tahapan dalam melakukan manajemen resiko seperti identifikasi bahaya, penilaian resiko, dan pengendalian resiko. Juga dibahas mengenai analisis kecelakaan kerja mulai dari pengertian, jenis, tujuan investigasi, dan cara pelaporan kecelakaan.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Penilaian risiko merupakan bagian dari manajemen risiko yang merupakan komponen inheren dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Langkah-langkah penilaian risiko meliputi identifikasi bahaya, evaluasi risiko, dan pengendalian risiko. Evaluasi risiko dilakukan dengan menilai peluang dan konsekuensi suatu risiko untuk mendapatkan profil risiko suatu unit kerja.
Manajemen Resiko dan Identifikasi Bahaya.pptdeddy3prasetyo
Risiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang akan timbul dari sumber bahaya (Hazard) tertentu yang terjadi.
Untuk menentukan risiko membutuhkan perhitungan antara konsekuensi/dampak yang mungkin timbul dan probabilitas, yang biasanya disebut sebagai tingkat risiko (level of risk).
penerapan secara sistematis kebijakan manajemen, prosedur dan aktivitas dalam kegiatan:
1. Identifikasi bahaya
2. Analisa
3. Penilaian
4. Penanganan
5. Pemantauan & Review Resiko
- Hazard (Sumber bahaya) adalah sumber bahaya potensial yang dapat menyebabkan kerusakan (harm)
- Danger merupakan tingkat dari suatu kondisi dimana atau kapan muncul sumber bahaya. Danger adalah lawan dari aman atau selamat.
- Aman adalah suatu kondisi dimana atau kapan munculnya sumber bahaya telah dapat dikendalikan ke tingkat yang memadai, dan ini adalah lawan dari bahaya.
- Identifikasi bahaya adalah proses yang digunakan untuk menentukan semua kemungkinan situasi apa yang dapat terjadi, kenapa dan bagaimana proses kejadiannya.
Identifikasi merupakan tahap pertama dalam kegiatan manajemen resiko dimana kita melakukan identifikasi bahaya yang terdapat dalam suatu kegiatan atau proses.
Ada 3 pertanyaan yang dapat dipakai sebagai pandauan:
1. Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedere/loss?
2. Target apa saja yang terkena/ terpengaruh bahaya?
3. Bagaimana mekanisme cedera/loss dapat timbul?
Penilaian Resiko adalah pelaksanaan metode-metode untuk menganalisa tingkat resiko, mempertimbangkan resiko tersebut dalam tingkat bahaya (danger) dan mengevaluasi apakah sumber bahaya itu dapat dikendalikan secara memadai serta mengambil langkah-langkah yang tepat. Penilaian suatu resiko dengan cara membandingkannya terhadap tingkat atau karena resiko yang telah ditetapkan.
Tujuan Penilaian Risiko :
1. Untuk mengetahui, mamahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja.
2. Untuk melakukan penilaian finansial dan risiko
3. Untuk mengendalikan risiko
Probability (Peluang) yaitu kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan/kerugian ketika terpajan dengan suatu bahaya.
Consequences (Akibat) yaitu tingkat keparahan/kerugian yang kemungkinan terjadi dari suatu kecelakaan/loss akibat bahaya yang ada. hal ini bisa terkait dengan manusia, properti, lingkungan, dll
Dokumen tersebut membahas tentang penilaian risiko (risk assessment) dan surveilans berbasis risiko. Penilaian risiko melibatkan identifikasi bahaya, analisis risiko, dan penentuan tingkat risiko berdasarkan kemungkinan dan dampak suatu bahaya untuk menentukan tindakan penanggulangan. Surveilans berbasis risiko merupakan pendekatan yang lebih efisien untuk deteksi dini dengan melibatkan penilaian risiko dalam setiap langkah rancangan sistem
1. Beberapa alat manajemen risiko yang disebutkan dalam dokumen tersebut adalah severity assessment, root cause analysis, failure mode and effect analysis, dan risk register.
2. Proses manajemen risiko mencakup identifikasi, analisis, evaluasi, dan pengendalian risiko untuk meminimalkan dampak negatifnya.
3. Analisis risiko dilakukan untuk menilai keparahan dan kemungkinan terjadinya suatu risiko sehingga dapat ditentukan tindakan yang tepat untuk men
Materi DK3 FKM Semester 3 Universitas Sriwijaya Sariana Csg
Rekognisi bahaya merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali bahaya secara sistematis dan objektif guna mengetahui karakteristik bahaya, sumbernya, dan pekerja yang berisiko. Metode rekognisi bahaya meliputi pemeriksaan kesehatan pekerja, inspeksi fasilitas, analisis aliran proses, dan analisis pekerjaan. Tidak ada metode tunggal yang cocok untuk semua kondisi, sehingga sering digunak
Manajemen risiko K3 merupakan upaya mengelola risiko secara komprehensif, terencana dan terstruktur untuk mencegah kecelakaan tidak diinginkan. Prosesnya meliputi penetapan konteks, penilaian risiko melalui identifikasi, analisis dan evaluasi risiko, pengendalian risiko, serta komunikasi, pemantauan dan dokumentasi.
Dokumen tersebut membahas tentang Job Safety Analysis dan Risk Assessment. Job Safety Analysis digunakan untuk mengidentifikasi bahaya dan risiko dari suatu pekerjaan, sedangkan Risk Assessment digunakan untuk menilai risiko yang ada di tempat kerja dan menentukan tindakan pencegahan. Dokumen ini juga menjelaskan proses pelaksanaan Job Safety Analysis dan Risk Assessment secara sistematis.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen risiko, mulai dari pengertian, tujuan pelatihan, faktor-faktor yang mempengaruhi, definisi-definisi terkait, tahapan-tahapan manajemen risiko seperti komitmen, persiapan, identifikasi bahaya, analisis risiko, penilaian risiko, hingga cara-cara penilaian risiko secara kualitatif dengan menggunakan matriks risiko.
Dokumen tersebut memberikan panduan tentang penilaian resiko yang sistematis dan berkelanjutan. Penilaian resiko melibatkan identifikasi bahaya, pengukuran tingkat resiko, penentuan kontrol, dan pengawasan berkelanjutan untuk menjamin keselamatan selama aktivitas berlangsung. Semua awak kapal bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengelola resiko secara efektif.
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai penilaian resiko yang sistematis dan berkelanjutan. Terdapat 6 poin utama yaitu (1) tanggung jawab setiap anggota kapal, (2) dasar-dasar praktik pengawasan resiko, (3) kesiapan tanggap darurat, (4) prinsip dasar manajemen resiko, (5) proses manajemen resiko, dan (6) penilaian tingkat resiko berdasarkan kemungkinan dan besarnya bahaya.
Dokumen tersebut membahas konsep dan implementasi penilaian risiko sistem pengendalian intern pemerintah. Dokumen tersebut menjelaskan tujuan pembelajaran untuk memahami konsep risiko dan implementasi penilaian risiko sesuai peraturan pemerintah. Dokumen tersebut juga membahas metodologi pembelajaran dan pokok bahasan mengenai konsep risiko, penilaian risiko, metodologi penilaian risiko, dan hal-hal yang perlu dibangun dalam implementasi penila
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 PADA TINDAKAN PERAWATAN & PERBAIK...Ahmad Nalhadi
Dokumen ini membahas identifikasi bahaya dan penilaian risiko K3 pada tindakan perawatan dan perbaikan menggunakan metode HIRARC di PT. X. Penelitian ini mengidentifikasi 70 risiko dari 52 bahaya dari 5 proses tindakan perawatan dan perbaikan. Hasil penilaian menunjukkan 16% risiko rendah, 54% sedang, 27% tinggi dan 3% ektrim. Tindakan pengendalian risiko yang dilakukan antara lain menggunakan APD dan al
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Penilaian risiko merupakan bagian dari manajemen risiko yang merupakan komponen inheren dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Langkah-langkah penilaian risiko meliputi identifikasi bahaya, evaluasi risiko, dan pengendalian risiko. Evaluasi risiko dilakukan dengan menilai peluang dan konsekuensi suatu risiko untuk mendapatkan profil risiko suatu unit kerja.
Manajemen Resiko dan Identifikasi Bahaya.pptdeddy3prasetyo
Risiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang akan timbul dari sumber bahaya (Hazard) tertentu yang terjadi.
Untuk menentukan risiko membutuhkan perhitungan antara konsekuensi/dampak yang mungkin timbul dan probabilitas, yang biasanya disebut sebagai tingkat risiko (level of risk).
penerapan secara sistematis kebijakan manajemen, prosedur dan aktivitas dalam kegiatan:
1. Identifikasi bahaya
2. Analisa
3. Penilaian
4. Penanganan
5. Pemantauan & Review Resiko
- Hazard (Sumber bahaya) adalah sumber bahaya potensial yang dapat menyebabkan kerusakan (harm)
- Danger merupakan tingkat dari suatu kondisi dimana atau kapan muncul sumber bahaya. Danger adalah lawan dari aman atau selamat.
- Aman adalah suatu kondisi dimana atau kapan munculnya sumber bahaya telah dapat dikendalikan ke tingkat yang memadai, dan ini adalah lawan dari bahaya.
- Identifikasi bahaya adalah proses yang digunakan untuk menentukan semua kemungkinan situasi apa yang dapat terjadi, kenapa dan bagaimana proses kejadiannya.
Identifikasi merupakan tahap pertama dalam kegiatan manajemen resiko dimana kita melakukan identifikasi bahaya yang terdapat dalam suatu kegiatan atau proses.
Ada 3 pertanyaan yang dapat dipakai sebagai pandauan:
1. Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedere/loss?
2. Target apa saja yang terkena/ terpengaruh bahaya?
3. Bagaimana mekanisme cedera/loss dapat timbul?
Penilaian Resiko adalah pelaksanaan metode-metode untuk menganalisa tingkat resiko, mempertimbangkan resiko tersebut dalam tingkat bahaya (danger) dan mengevaluasi apakah sumber bahaya itu dapat dikendalikan secara memadai serta mengambil langkah-langkah yang tepat. Penilaian suatu resiko dengan cara membandingkannya terhadap tingkat atau karena resiko yang telah ditetapkan.
Tujuan Penilaian Risiko :
1. Untuk mengetahui, mamahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja.
2. Untuk melakukan penilaian finansial dan risiko
3. Untuk mengendalikan risiko
Probability (Peluang) yaitu kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan/kerugian ketika terpajan dengan suatu bahaya.
Consequences (Akibat) yaitu tingkat keparahan/kerugian yang kemungkinan terjadi dari suatu kecelakaan/loss akibat bahaya yang ada. hal ini bisa terkait dengan manusia, properti, lingkungan, dll
Dokumen tersebut membahas tentang penilaian risiko (risk assessment) dan surveilans berbasis risiko. Penilaian risiko melibatkan identifikasi bahaya, analisis risiko, dan penentuan tingkat risiko berdasarkan kemungkinan dan dampak suatu bahaya untuk menentukan tindakan penanggulangan. Surveilans berbasis risiko merupakan pendekatan yang lebih efisien untuk deteksi dini dengan melibatkan penilaian risiko dalam setiap langkah rancangan sistem
1. Beberapa alat manajemen risiko yang disebutkan dalam dokumen tersebut adalah severity assessment, root cause analysis, failure mode and effect analysis, dan risk register.
2. Proses manajemen risiko mencakup identifikasi, analisis, evaluasi, dan pengendalian risiko untuk meminimalkan dampak negatifnya.
3. Analisis risiko dilakukan untuk menilai keparahan dan kemungkinan terjadinya suatu risiko sehingga dapat ditentukan tindakan yang tepat untuk men
Materi DK3 FKM Semester 3 Universitas Sriwijaya Sariana Csg
Rekognisi bahaya merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali bahaya secara sistematis dan objektif guna mengetahui karakteristik bahaya, sumbernya, dan pekerja yang berisiko. Metode rekognisi bahaya meliputi pemeriksaan kesehatan pekerja, inspeksi fasilitas, analisis aliran proses, dan analisis pekerjaan. Tidak ada metode tunggal yang cocok untuk semua kondisi, sehingga sering digunak
Manajemen risiko K3 merupakan upaya mengelola risiko secara komprehensif, terencana dan terstruktur untuk mencegah kecelakaan tidak diinginkan. Prosesnya meliputi penetapan konteks, penilaian risiko melalui identifikasi, analisis dan evaluasi risiko, pengendalian risiko, serta komunikasi, pemantauan dan dokumentasi.
Dokumen tersebut membahas tentang Job Safety Analysis dan Risk Assessment. Job Safety Analysis digunakan untuk mengidentifikasi bahaya dan risiko dari suatu pekerjaan, sedangkan Risk Assessment digunakan untuk menilai risiko yang ada di tempat kerja dan menentukan tindakan pencegahan. Dokumen ini juga menjelaskan proses pelaksanaan Job Safety Analysis dan Risk Assessment secara sistematis.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen risiko, mulai dari pengertian, tujuan pelatihan, faktor-faktor yang mempengaruhi, definisi-definisi terkait, tahapan-tahapan manajemen risiko seperti komitmen, persiapan, identifikasi bahaya, analisis risiko, penilaian risiko, hingga cara-cara penilaian risiko secara kualitatif dengan menggunakan matriks risiko.
Dokumen tersebut memberikan panduan tentang penilaian resiko yang sistematis dan berkelanjutan. Penilaian resiko melibatkan identifikasi bahaya, pengukuran tingkat resiko, penentuan kontrol, dan pengawasan berkelanjutan untuk menjamin keselamatan selama aktivitas berlangsung. Semua awak kapal bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengelola resiko secara efektif.
Dokumen tersebut memberikan panduan mengenai penilaian resiko yang sistematis dan berkelanjutan. Terdapat 6 poin utama yaitu (1) tanggung jawab setiap anggota kapal, (2) dasar-dasar praktik pengawasan resiko, (3) kesiapan tanggap darurat, (4) prinsip dasar manajemen resiko, (5) proses manajemen resiko, dan (6) penilaian tingkat resiko berdasarkan kemungkinan dan besarnya bahaya.
Dokumen tersebut membahas konsep dan implementasi penilaian risiko sistem pengendalian intern pemerintah. Dokumen tersebut menjelaskan tujuan pembelajaran untuk memahami konsep risiko dan implementasi penilaian risiko sesuai peraturan pemerintah. Dokumen tersebut juga membahas metodologi pembelajaran dan pokok bahasan mengenai konsep risiko, penilaian risiko, metodologi penilaian risiko, dan hal-hal yang perlu dibangun dalam implementasi penila
IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO K3 PADA TINDAKAN PERAWATAN & PERBAIK...Ahmad Nalhadi
Dokumen ini membahas identifikasi bahaya dan penilaian risiko K3 pada tindakan perawatan dan perbaikan menggunakan metode HIRARC di PT. X. Penelitian ini mengidentifikasi 70 risiko dari 52 bahaya dari 5 proses tindakan perawatan dan perbaikan. Hasil penilaian menunjukkan 16% risiko rendah, 54% sedang, 27% tinggi dan 3% ektrim. Tindakan pengendalian risiko yang dilakukan antara lain menggunakan APD dan al
Similar a 8.1 Manajemen Manajemen Manajemen Risiko.pptx (20)
0851 5645 4808 Info Lowongan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Persyaratan PKL...perusahaan704
Info Perusahaan PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Pendaftaran PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Tempat PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Lokasi PKL Jurusan TKJ Temanggung, Info Jadwal PKL Jurusan TKJ Temanggung
BUKU ADMINISTRASI GURU KELAS SD 2024 /2025Redis Manik
Buku administrasi guru kelas SD adalah serangkaian dokumen dan catatan yang digunakan oleh guru untuk mengelola kegiatan pembelajaran dan administrasi kelas secara efektif. Buku-buku ini membantu guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran serta memastikan kelancaran operasional kelas. Berikut adalah beberapa jenis buku administrasi yang umumnya digunakan oleh guru kelas SD:
Buku Induk Siswa: Berisi data pribadi siswa, seperti nama, tanggal lahir, alamat, nomor induk siswa, dan informasi penting lainnya.
Buku Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP): Dokumen perencanaan yang berisi rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru setiap hari atau setiap minggu.
Buku Program Tahunan (Prota): Dokumen yang berisi rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan selama satu tahun ajaran.
Buku Program Semester (Promes): Dokumen yang berisi rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan selama satu semester.
Buku Agenda Harian: Catatan harian tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan setiap hari, termasuk materi yang diajarkan dan kegiatan siswa.
Buku Absensi Siswa: Catatan kehadiran siswa setiap hari, termasuk alasan ketidakhadiran jika ada.
Buku Nilai: Catatan penilaian hasil belajar siswa, termasuk nilai ulangan harian, tugas, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester.
Buku Catatan Prestasi dan Pelanggaran Siswa: Berisi catatan tentang prestasi yang diraih siswa serta pelanggaran yang dilakukan dan tindakan yang diambil.
Buku Inventaris Kelas: Catatan inventaris barang-barang yang ada di kelas, seperti peralatan belajar, alat peraga, dan buku-buku.
Buku Kas Kelas: Catatan tentang keuangan kelas, termasuk pemasukan dan pengeluaran dana kelas.
Buku Laporan Harian dan Bulanan: Laporan tentang kegiatan dan perkembangan siswa serta kondisi kelas yang dibuat setiap hari atau setiap bulan.
Buku Piket Guru: Catatan tentang tugas piket harian guru untuk mengawasi kegiatan di sekolah dan kelas.
Buku administrasi ini membantu guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan lebih terorganisir dan efisien, serta memudahkan dalam pelaporan dan evaluasi kegiatan pembelajaran.
10. Manajemen Risiko mrpkan penerapan secara
sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur
dan akitivitas dalam kegiatan identifikasi
bahaya, analisa, penilaian, penanganan dan
pemantauan serta review risiko
11.
12.
13. WHENTO IMPLEMENT RISK MANAGEMENT
• Risk management is an ongoing process that
should be undertaken:
– Now, if you have not done it before
– When any new work is planned including
laboratory/workshop/course work
– When a significant change occurs
– After an incident
– At regular predetermined intervals
22. SASARAN
Menjelaskan pengertian dari manajemen
risiko
Menyebutkan tahapan-tahapan yang
dilakukan dalam manajemen risiko
Melaksanakan kegiatan manajemen risiko di
tempat kerja
Mengendalikan risiko di tempat kerja
dengan menggunakan prinsip manajemen
risiko
23. RI
SK
Risiko adalah ukuran kemungkinan
kerugian yang akan timbul dari sumber
bahaya (hazard)) tertentu yang terjadi
The chance of loss or gain
Untuk menentukan Risiko membutuhkan perhitungan antara
konsekuensi/dampak yang mungkin timbul dan probabilitas,
yang biasanya disebut sebagai tingkat Risiko (level of risk).
o Kesempatan untuk terjadinya cedera/kerugian
dari suatu bahaya, atau kombinasi dari
kemungkinan dan akibat risiko (konsekuensi)
24. Haza
rd
Adalah sumber bahaya potensial yang
dapat menyebabkan kerusakan (harm).
A condition with the potential for causing injury,
damage, or mission degradation.
Hazard dapat berupa bahan-bahan kimia, bagian-bagian
mesin, bentuk energi, metode kerja atau situasi kerja.
25. Har
m
Adalah kerusakan atau bentuk
kerugian berupa kematian, cidera,
sakit fisik atau mental, kerusakan
properti, kerugian produksi,
lingkungan atau
dari kerugian-kerugian
kerusakan
kombinasi
tadi.
26. Danger /
Bahaya
Merupakan tingkat bahaya dari suatu
kondisi dimana atau kapan muncul sumber
bahaya.
Danger adalah lawan dari aman atau selamat.
27. AMAN
(SELAMAT
)
Aman (safe) adalah suatu
kondisi dimana atau kapan
munculnya sumber bahaya
telah dapat dikendalikan ke
tingkat yang memadai, dan
ini adalah lawan dari
bahaya (danger).
Dikatakan aman (safe) apabila tiada ada suatu kemungkinan yang
dapat merusak atau merugikan.
28. SIAPA YANG MELAKUKAN
PENILAIAN RISIKO
• Dapat dilakukan oleh manager/supervisor/ ahli
K3 di perusahaan yang bersangkutan.
• Dapat dilakukan oleh pihak ketiga.
• Memahami MSDS/Label/informasi tempat kerja.
• Kualifikasi yang melakukan :
– Memahami peraturan dan per-uu. K3
– Memiliki keahlian di bidang K3
32. PENETAPAN KONTEKS
Konteks Strategik : Aspek Internal dan eksternal
unit
Konteks Organisasi : Aspek dari Manajemen &
Organisasi
- Manajemen melibatkan pihak terkait dalam pengambilan
keputusan
- Terkait dengan kebijakan organisasi secara keseluruhan
- Terkait dengan alokasi sumber daya (personil, finansial,dll)
Konteks Pengelolaan Risiko : Apek terhadap ruang
lingkup yg lebih besar s/d pemerintah
34. IDENTIFIKASI BAHAYA
Tahap pertama dalam kegiatan manajemen risiko
dimana kita melakukan identifikasi bahaya yang
terdapat dalam suatu kegiatan atau proses :
Ada tiga pertanyaan yang dapat dipakai sebagai
panduan
Apakah ada sumber yang menyebabkan cedera/loss ?
Target apa saja yang terkena/terpengaruh bahaya ?
Bagaimana mekanisme cedera/loss dapat timbul?
35. IDENTIFIKASI BAHAYA
Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedera ?
Sumber bahaya ditempat kerja dapat berasal dari :
BAHAN / MATERIAL /ALAT/MESIN
Cara Kerja
LINGKUNGAN KERJA
Sifat Pekerjaan
Proses Produksi
36. IDENTIFIKASI BAHAYA
Target yang mungkin terkena/terpengaruh
sumber bahaya :
Ѳ Manusia
Ѳ Produk
Ѳ Peralatan/fasilitas
Ѳ Lingkungan
Ѳ Proses
Ѳ Reputasi
Ѳ Lainnya??
37. Potensi bahaya dan tingkat Risiko
kecelakaan dengan variabel :
1. Mesin, pesawat, alat kerja, peralatan
lainnya, bahan-bahan dsb
2.Lingkungan
3.Sifat pekerjaan
4.Cara kerja
5.Proses produksi
Untuk masing‐masing variabel masih dapat dijabarkan lebih lanjut sesuai
dengan jumlah sub variabel yang ada di masing‐masing tempat kerja
38. TEHNIK IDENTIFIKASI BAHAYA
Banyak alat bantu yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi bahaya di tempat kerja. Beberapa
metode/tehnik tersebut :
Inspeksi
Pemantauan / survey
Audit
Kuesioner
Data-data statistik
39. IDENTIFIKASI SUMBER BAHAYA
SUMBER
BAHAYA
BAHAYA KONSEKUENSI
Keterangan
(Risiko)
1. Mesin Bor a.Tangan terkena mata bor
b.Mata terkena serbuk bram
a. Tangan luka
b. Mata buta
M
VH
2. Penyemprotan
hama dg
herbisida
………… …………… …………...
3. Pressure
vessel
handling
………... …………… …………..
Keterangan :
VH = Very
high H =
High
M = Medium
L = Low
VL = Very
Low
41. ACUAN DALAM PENILAIAN RISIKO
Agar penilaian yang kita lakukan seo-bjective mungkin
maka perlu mengumpulkan informasi sebelum menilai
Risiko dari suatu akitivitas :
Informasi tentang suatu aktivitas (durasi, frekuensi, lokasi
dan siapa yang melakukan)
Tindakan pengendalian risiko yang telah ada
Peralatan / mesin yang digunakan untuk melakukan
aktivitas
Bahan yang dipakai serta sifat‐sifatnya (MSDS)
Data statistik kecelakaan / penyakit akibat kerja (internal
& eksternal)
Hasil studi, survey / pemantauan
Literature
Benchmark pada industri sejenis
Penilaian pihak spesiality / tenaga ahli, dll
42. Kegiatan analisa suatu risiko dengan cara
menentukan besarnya kemungkinan/probability
dan tingkat keparahan dari akibat/consequences
suatu risiko
Analisa Risiko / Risk
Analysis
43. PROBABILITY
Peluang (Probability)
yaitu kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan /
kerugian ketika terpajan dengan suatu bahaya
Peluang orang jatuh karena melewati jalan licin
Peluang untuk tertusuk jarum
Peluang tersengat listrik
Peluang supir menabrak
44. CONSEQUENCES
Akibat (Consequences)
yaitu tingkat keparahan / kerugian yang mungkin
terjadi dari suatu kecelakaan / loss akibat bahaya
yang ada. Hal ini bisa terkait dengan manusia,
properti, lingkungan, dll
Contoh :
◊ Fatality atau kematian
◊ Cacat
◊ Perawatan medis
◊ P3K
45. ANALISA RISIKO
Ada 3 type cara dalam analisa risiko
yaitu :
Kualitatif
Semi kuantitatif
Kuantitatif
46. ANALISA RISIKO
Analisa Kualitatif
Metode ini menganalisa dan menilai suatu risiko
dengan cara membandingkan terhadap suatu diskripsi
/ uraian dari parameter (peluang dan akibat) yang
digunakan. Umumnya metode matriks dipakai
Analisa Semikuantitatif
Metode ini pada prinsipnya hampir sama dengan
analisa kualitatif, perbedaannya pada metode ini
uraian / deskripsi dari parameter yang ada dinyatakan
dengan nilai / skore tertentu
47. ANALISA RISIKO
Analisa Kuantitatif
Metode ini dilakukan dengan menentukan nilai dari
masing-masing parameter yang didapat dari hasil
analisa data-data yang representatif
Analisa terhadap nilai peluang atau akibat dilakukan
dengan beberapa metode seperti : analisa statistik,
model komputer, simulasi, fault tree analysis, dll
tergantung pada derajat Risiko, sumberdaya yang
tersedia untuk penilaian dan keakuratan data yang
tersedia.
48. o Risiko mempunyai 2 dimensi/parameter
yaitu Probability dan Consequence
Risiko
▩ Risiko = Probability x Consequence
Risiko = Prob x Hazard x Konsentrasi x lama waktu pajanan
Faktor internal yang menjadikan konsekuensi
adalah Hazard dan exposure
Consequence = Hazard x
Exposure Exposure =
konsentrasi x lama pemajanan
Tidak akan menjadi risiko jika tidak ada pemajanan
49. HAZARD PROBABILITY
CLASSIFICATION
DESCRIPTION LEVEL
SPECIFIC INDIVIDUAL
ITEM
FREQUENT A Likely to occur frequent
PROBABLE B Will occur several times
OCCASIONAL C Likely to occur sometime
REMOTE D
Unlikely but possible to
occur
IMPROBABLE E So unlikely
50. HAZARD SEVERITY
CLASSIFICATION
DESCRIPTION CATEGORY DEFINITION
Catastrophic I Death or System Loss
Critical II
Severe Injury, severe occ.
illness or major system
damage
Marginal III
Minor injury, minor occ.
Illness or minor system
damage
Negligible IV
Less than minor injury, occ.
illness or system damage
52. MATRIX LEVEL OF RISK
RISK EVEL TASK
1
NEGLIGIBLE
DANGER
Corrective action optional
2
MINOR
DANGER
Safety devices or Procedural controls
required
3
MODERATE
DANGER
Engineering or Safety devices or
Procedural Controls Required
4
SERIOUS
DANGER
Engineering and Safety devices
required
5
IMMINENT
DANGER
Immediate engineering corrective
action required.
53. MATRIK PROBABILITY dan CONSEQUENCES
CONSEQUENCES
PROBABILITY
First Aid Lost Time
Injury
Several Days
off Work
Fatality /
Disability
Very likely +++
Could happen regularly
M H VH VH
Likely ++
Could happen occasionaly L M H VH
Unlikely +
Could happen but prob. to
occur
VL L M H
Very likely
Could happen but prob.
never will VL VL L M
Risiko :
VH : very high/ekstrim : Stop, perbaiki saat itu juga
H : high / tinggi : Perlu perbaikan dalam 24 jam
M : medium : Perlu perbaikan dalam 3 hari
L : low / rendah : Perlu perbaikan dalam 7
hari VL : very low / dapat diabaikan : Tidak perlu tindakan khusus
57. ANALISA Risiko
(pressure vessel handling)
SUMBER BAHAYA BAHAYA KONSEKUENSI C P R
PENGENDALIAN
RISIKO
1. Tanpa helm
2. Tanpa Safety Shoes
3. Tanpa gloves
4. Alat bantu/troly
5. Safety cup botol baja
6. Parkir car labil
7. Tidak ada jembatan
8. Leveling car dg lantai
9. Bantalan levering botol
Keterangan :
C = Konsekuensi
Bahaya P =
Probability
R = Risiko
Keterangan :
VH = Very
high H =
High
M = Medium
L = Low
VL = Very
Low
58. Shp hul
q¡ndw
dq Ul
vl
nr
Konsekuensi
Probabilitas
Insignificant
(1)
Minor
(2)
Moderate
(3)
Major
(4)
Catastrophic
(5)
Almost
certain
(5) S (5) S (10) H (15) H (20) H (25)
Likely (4) M (4) S (8) S (12) H (16) H (20)
Moderate (3) L (3) M (6) S (9) H (12) H (15)
Unlikely (2) L (2) L (4) M (6) S (8) H (10)
Rare (1) L (1) L (2) M (3) S (4) S (5)
H High Risk
Hentikan pekerjaan hingga dilakukan perbaikan
yang memadai. Segera terapkan rencana
pengendaliannya
S Significant Risk
Masih prioritas tinggi, tetapkan target waktu
untuk bertindak
M Moderate Risk
Masih prioritas tinggi, tetapkan target waktu
untuk bertindak
L Low Risk
Tetapkan budget untuk upaya pengendalian,
tanggung jawab management harus ditetapkan
59. EVALUASI
Risiko
Adalah pelaksanaan metode-metode untuk
menganalisa tingkat Risiko, mempertimbangkan
Risiko tersebut dalam tingkat bahaya (danger)
dan mengevaluasi apakah sumber bahaya itu
dapat dikendalikan secara memadai serta
mengambil langkah-langkah yang tepat.
Evaluasi suatu risiko dengan cara membandingkannya
terhadap tingkat atau karena risiko yang telah ditetapkan
61. PENANGANAN RISIKO
Berdasarkan penilaian risiko kemudian ditentukan
apakah risiko tersebut masih bisa diterima
(acceptable risk) atau tidak (unacceptable risk)
oleh suatu organisasi
Apabila risiko tersebut tidak bisa diterima maka
organisasi harus menetapkan bagaimana risiko
tersebut ditangani hingga tingkat dimana risikonya
paling minimum / sekecil mungkin
Bila risiko mudah dapat diterima / tolerir maka
organisasi perlu memastikan bahwa monitoring
terus dilakukan terhadap risiko itu.
62. RISIKO YANG BISA DITERIMA
Menentukan suatu risiko dapat diterima
akan tergantung kepada
penilaian/pertimbangan dari suatu
organisasi berdasarkan :
Tindakan pengendalian yang telah ada
Sumber daya (finansial, SDM, fasilitas, dll)
Regulasi / standard yang berlaku
Rencana keadaan darurat
Catatan / data kecelakaan terdahulu, dll
Catatan :
walau suatu risiko masih dapat diterima tapi tetap harus
dipantau / dimonitor
63. PENANGANAN RISIKO
Bila suatu risiko tidak dapat diterima maka harus dilakukan
upaya penanganan risiko agar tidak menimbulkan
kecelakaan/kerugian. Bentuk tindakan penanganan risiko
dapat dilakukan sebagai berikut :
☻Hindari risiko
☻Kurangi / minimalkan risiko
☻Transfer risiko
☻Terima risiko
65. HIRARKI PENGENDALIAN
1. Eliminasi
Seperti namanya, eliminasi adalah pengendalian risiko K3 untuk
mengeliminir atau menghilangkan suatu bahaya. Misalnya saja ketika di
tempat kerja kita melihat ada oli yang tumpah atau berceceran maka
sesegera mungkin kita hilangkan sumber bahaya ini. Eliminasi merupakan
puncak tertinggi dalam pengendalian risiko dalam K3. Karena apabila
bahaya sudah dihilangkan maka sangat kecil kemungkinan akan
mengancam pekerja.
Hierarki pengendalian risiko ini adalah yang paling utama. Sebab, dengan
menghilangkan risiko kecelakaan maka sangat mungkin kecelakaan tidak
akan terjadi kembali. Oleh karena itu, kita perlu melakukan eliminasi.
66. HIRARKI PENGENDALIAN
Studi kasus eliminasi:
Anda adalah seorang safety officer. Saat itu,
Anda melihat mesin tua yang dijalankan dengan
tidak optimal. Padahal mesin tersebut
berpotensi untuk meledak suatu saat. Maka cara
paling ampuh untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dengan menghilangkan mesin tersebut
dari jangkauan lalu kita harus membeli mesin
yang baru. Dalam hal ini sumber bahaya telah
tereliminasi.
67. HIRARKI PENGENDALIAN
2. Substitusi
Substitusi adalah metode pengendalian risiko
yang berfokus pada penggantian suatu alat
atau mesin atau barang yang memiliki bahaya
dengan yang tidak memiliki bahaya. Contoh
kasusnya adalah pada mesin diesel yang
terdapat kebisingan tinggi, maka sebaiknya
kita mengganti mesin tersebut dengan yang
memiliki suara lebih kecil agar tidak
menimbulkan bahaya kebisingan berlebih.
Substitusi dilakukan apabila proses eliminasi
sudah tidak bisa dilakukan.
68. HIRARKI PENGENDALIAN
Studi Kasus substitusi :
Masih dalam kasus yang sama, anggap saja Anda melihat ada
mesin yang berbahaya jika terus beroperasi. Akan tetapi, untuk
mengganti mesin tersebut perusahaaan tidak memiliki dana
karena harganya mahal. Padahal mesin tersebut rusak pada
bagian tangki minyaknya yang suatu saat jika terjadi kebocoran
bisa akibatkan kebakaran. Sebagai safety officer, Anda harus
tahu langkah selanjutnya jika proses eliminasi tidak bisa
dijalankan yaitu substitusi.
Tangki minyak bisa Anda ganti dengan tangki yang baru tanpa
harus mengganti semua elemen mesin secara keseluruhan. Dengan
begitu, bahaya jadi lebih terorganisir. Akan tetapi,
dahulukanlah mengganti keseluruhan mesin.
69. HIRARKI PENGENDALIAN
3. Engineering control
Engineering control adalah proses pengendalian
risiko dengan merekayasa suatu alat atau bahan
dengan tujuan mengendalikan bahayanya.
Engineering control kita lakukan apabila
proses substitusi tidak bisa dilakukan.
Biasanya terkendala dari segi biaya untuk
penggantian alat dan bahan oleh karena itu,
kita melakukan proses rekayasa engineering.
Contoh kasusnya adalah ketika di tempat kerja
ada mesin diesel yang memiliki suara bising.
Akan tetapi, kita tidak bisa menggantinya
dengan yang lain maka kita harus memodifikasi
sedemikian rupa agar suara tidak keluar secara
berlebihan.
70. HIRARKI PENGENDALIAN
3. Engineering control
Engineering control adalah proses pengendalian
risiko dengan merekayasa suatu alat atau bahan
dengan tujuan mengendalikan bahayanya.
Engineering control kita lakukan apabila
proses substitusi tidak bisa dilakukan.
Biasanya terkendala dari segi biaya untuk
penggantian alat dan bahan oleh karena itu,
kita melakukan proses rekayasa engineering.
Contoh kasusnya adalah ketika di tempat kerja
ada mesin diesel yang memiliki suara bising.
Akan tetapi, kita tidak bisa menggantinya
dengan yang lain maka kita harus memodifikasi
sedemikian rupa agar suara tidak keluar secara
berlebihan.
71. HIRARKI PENGENDALIAN
Studi Kasus Engineering Control:
Masih membahas yang tadi, yaitu kasus mesin yang
tangkinya bocor. Anggaplah perusahaan Anda sedang
collapse dan tidak punya dana untuk mengganti tangki
tersebut, sebagai orang K3 jangan diam berpangku
tangan dan membiarkan hal tersebut terjadi. Anda bisa
melakukan engineering control yaitu dengan menambal
bagian yang bocor tersebut dengan bantuan teknisi
las. Dengan menambal bagian tersebut, kebocoran bisa
teratasi secara sementara.
72. HIRARKI PENGENDALIAN
4. Administrasi
Langkah ini adalah terkait dengan proses non teknis
dalam suatu pekerjaan dengan tujuan menghilangkan
bahaya. Proses non teknis ini diantaranya seperti
pembuatan prosedur kerja, pembuatan aturan kerja,
pelatihan kerja, penentuan durasi kerja, penempatan
tanda bahaya, penentuan label, pemasangan rambu dan
juga poster. Contoh kasusnya adalah apabila di tempat
kerja ada mesin diesel yang mengeluarkan kebisingan
berlebih dan sudah tidak bisa direkaya secara teknis
maka langkah yang harus dilakukan adalah pembatasan jam
kerja, pembuatan prosedur, pemasangan tanda bahaya dan
lain sebagainya. Dengan tujuan, pekerja tidak
berlebihan terpapar kebisingan.
73. HIRARKI PENGENDALIAN
Studi Kasus Administrasi:
Nah, langkah selanjutnya adalah dengan
memberikan sentuhan administrasi pada bahaya.
Anda bisa membuat sign atau rambu-rambu pada
mesin tersebut agar tidak digunakan lebih dari
sekian jam atau tidak boleh lebih dari batas
normal. Anda juga harus membuat SOP agar
pekerja tahu kapan harus mengecek secara
berkala mesin tersebut.
74. HIRARKI PENGENDALIAN
5. APD
APD atau alat pelindung diri adalah hierarki
pengendalian risiko terakhir dalam K3.
Pengendalian ini banyak digunakan karena
sederhana dan murah. Akan tetapi, proteksi
yang diberikan tidak sebaik langkah di atas.
APD tidak menghilangkan sumber bahaya
sehingga proteksi yang diberikan tergantung
dari individu masing-masing yang memakai.
Contoh APD adalah helm, earmuff, safety
gloves dan lainnya.
75. HIRARKI PENGENDALIAN
Studi Kasus APD :
Langkah terakhir adalah dengan selalu
menggunakan APD. Tapi jangan jadikan APD
sebagai prioritas pengendalian masalah. Anda
harus benar-benar memprioritaskan hierarki
di atas sebelum menggunakan APD. Karena APD
tidak benar-benar menghilangkan bahaya.
77. HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO K3
☻ Eliminasi
Menghilangkan suatu bahan / tahapan proses berbahaya
☻ Substitusi
Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
Proses menyapu diganti dengan vakum
Bahan solvent diganti dengan bahan water base
Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
☻ Rekayasa Teknik / Enggineering
Pemasangan alat pelindung mesin (machine guarding)
Pemasangan general dan local ventilation
Pemasangan alat sensor otomatis
78. ☻ Pengendalian Administratif
Pemisahan lokasi
Pergantian shift kerja
Pembentukan sistem kerja
Pelatihan karyawan
☻ Alat Pelindung Diri
Helmet
Safety Shoes
Ear plug / muff
Safety glass
dll
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO K3
79. HIERARCHY OF RISK CONTROL
MEASURES
Measures in rank order of preference
i. AVOID the risk by eliminating the hazard
ii. SUBSTITUTE with something less hazardous
iii. REDUCE the hazard at source
iv. REMOVE the person from the hazard
v. CONTAIN the hazard by enclosure
vi. GUARDING or SEGREGATION of people from the hazard
vii. REDUCE EXPOSURE
viii. ADAPT WORK to the individual
ix. WRITTEN PROCEDURES that are known and understood
x. ADEQUATE SUPERVISION
xi. TRAINING in respect of knowing the risk
xii. INFORMATION and INSTRUCTION
xiii. PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT
81. PEMANTAUAN DAN TINJAUAN
ULANG
Setelah rencana tindakan pengendalian risiko
dilakukan maka selanjutnya perlu dipantau dan
ditinjau ulang apakah tindakan tersebut sudah
efektif atau belum
Bentuk pemantauan antara lain :
Inspeksi
Pemantauan Lingkungan
Audit
82. Harus dilakukan karena akan selalu ada potensi
hazard yang baru untuk setiap tempat kerja,
hazard ini dapat disebabkan oleh:
– Penggunaan teknologi, peralatan atau bahan-bahan
baru
– Penerapan dari metode atau prosedur kerja baru
– Perubahan lingkungan kerja (perpindahan ke kantor
yang berbeda, pengurangan staff, dll)
– Mempekerjakan staf baru dengan tingkat kemampuan
dan pengetahuan yang berbeda
PEMANTAUAN DAN TINJAUAN ULANG
83. Define, Scope, Objective, Criteria
Identify and Evaluate Hazards :
o-Incident Enumeration
o-Incident Selection
Analysis and Quantity Risk :
Causes – Likehood - Consequency
Risk Acceptable/Tolerable ?
oOptimize System
oReport Results
oOperate System/Facility
YES
Reconfigure/modify system :
oReduce Likehood
oReduce Consequency
oChange Site
Recalculate Risk and
Review Acceptability/Tolerability
NO
84. Penerapan secara sistematis dari kebijakan manajemen,
prosedur dan akitivitas dalam kegiatan :
Identifikasi bahaya,
Analisa,
Penilaian,
Mitigasi / penanganan
Pemantauan, serta
Review risiko
Manajemen Risiko
SMK
3