Emulsi adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang terdiri atas dua fase yang tidak dapat bercampur secara spontan, yaitu fase minyak dan air. Emulsi dapat dibentuk dengan bantuan zat pengemulsi untuk membentuk sediaan homogen. Dokumen ini menjelaskan tentang definisi, kelebihan dan kekurangan, teori pembentukan, jenis, komponen penting, dan cara pembuatan emulsi yang baik.
Dokumen tersebut membahas tentang eliksir sebagai sediaan farmasi cair yang mengandung alkohol sebagai pelarut utama. Eliksir biasanya mengandung 5-10% alkohol dan digunakan untuk menghantarkan obat dalam tubuh. Dokumen ini juga menjelaskan cara pembuatan eliksir dan contoh perhitungan konstanta dielektrik untuk campuran pelarut eliksir.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sirup parasetamol. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang latar belakang parasetamol dan sirup, dasar teori pembuatan sirup, preformulasi parasetamol, analisis permasalahan dalam pembuatan sirup parasetamol, dan pendekatan formula pembuatan sirup parasetamol.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua fase yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan bantuan bahan pengemulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi fase dalam, dan viskositas fase luar. Emulsi dibuat dengan mencampurkan bahan obat, bahan pengemulsi, dan pembawa secara hati-hati.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk sediaan farmasi yang umum digunakan beserta keuntungan dan kerugiannya, seperti tablet, kapsul, pil, larutan, salep, krim, gel, pasta, lotion, injeksi, suppositoria, inhaler, serbuk, tetes, emulsi, dan suspensi.
Dokumen tersebut membahas tentang eliksir sebagai sediaan farmasi cair yang mengandung alkohol sebagai pelarut utama. Eliksir biasanya mengandung 5-10% alkohol dan digunakan untuk menghantarkan obat dalam tubuh. Dokumen ini juga menjelaskan cara pembuatan eliksir dan contoh perhitungan konstanta dielektrik untuk campuran pelarut eliksir.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sirup parasetamol. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang latar belakang parasetamol dan sirup, dasar teori pembuatan sirup, preformulasi parasetamol, analisis permasalahan dalam pembuatan sirup parasetamol, dan pendekatan formula pembuatan sirup parasetamol.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua fase yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan bantuan bahan pengemulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi fase dalam, dan viskositas fase luar. Emulsi dibuat dengan mencampurkan bahan obat, bahan pengemulsi, dan pembawa secara hati-hati.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk sediaan farmasi yang umum digunakan beserta keuntungan dan kerugiannya, seperti tablet, kapsul, pil, larutan, salep, krim, gel, pasta, lotion, injeksi, suppositoria, inhaler, serbuk, tetes, emulsi, dan suspensi.
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
BAB 1 PENDAHULUAN memberikan tujuan percobaan untuk membantu mahasiswa mempelajari prinsip farmakologi secara praktis dan menghargai peran hewan percobaan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang penanganan hewan percobaan seperti mencit dan tikus serta cara-cara pemberian obat secara oral, subkutan, intravena, intramuscular, dan intraperitoneal.
Laporan ini membahas formulasi dan evaluasi tablet vitamin C yang dibuat oleh kelompok mahasiswa farmasi. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dievaluasi ukuran partikel, bobot, dan waktu hancur tabletnya."
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai sediaan cair (liquid) yang mencakup definisi, jenis (larutan, suspensi, emulsi), jenis sediaan liquid (obat terlarut, sebagian terlarut, tidak terlarut), keuntungan dan kerugian, metode pembuatan (larutan, suspensi, emulsi), dan contoh formulasi dasar liquid seperti larutan telinga, tetes hidung, kumur, minum, eliksir, sirup.
1. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air minimal 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Terdapat dua tipe krim yaitu emulsi minyak dalam air dan dispersi mikrokristal asam lemak dalam air.
2. Krim digunakan untuk memberikan efek pelembab atau emolien pada kulit serta sebagai pembawa zat obat. Jenis emulsi yang digunakan tergantung pada sifat z
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang dasar-dasar pembuatan salep. Ada beberapa jenis dasar salep yang dibahas seperti dasar salep hidrokarbon, serap, dan larut air. Juga dijelaskan bahan-bahan yang dapat dimasukkan ke dalam salep seperti zat padat, cairan, dan ekstrak serta cara-cara memprosesnya.
Laporan akhir praktikum sediaan solid parasetamol dengan metode granulasi basah yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa farmasi UMM. Granulasi basah digunakan untuk meningkatkan kompaktibilitas dan aliran parasetamol yang buruk dengan menambahkan zat pengikat air untuk membentuk granul."
Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) ialah jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik sesudah pemberian obat dalam sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat dalam sirkulasi sistemik. Sedangkan studi bioekivalensi dilakukan karena banyak produk obat yang dianggap ekivalen farmasetik tidak memberi efek terapetik yang sebanding pada penderita.
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi teknologi sediaan suppositoria non steril yang berisi parasetamol. Secara ringkas, dibahas tentang indikasi, farmakokinetik, mekanisme kerja, efek samping, kontraindikasi, peringatan, dan interaksi obat parasetamol. Juga dibahas sifat fisika kimia zat aktif dan bahan tambahan seperti oleum cacao dan cetaceum yang digunakan dalam pembuatan suppositoria. Terakhir
Emulsi adalah sediaan farmasi yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa. Emulsi dibedakan menjadi emulsi tipe O/W dan W/O, bergantung pada fase kontinu apakah air atau minyak. Emulgator diperlukan untuk menstabilkan emulsi dengan membentuk lapisan film antara fase dispers dan kontinu.
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
BAB 1 PENDAHULUAN memberikan tujuan percobaan untuk membantu mahasiswa mempelajari prinsip farmakologi secara praktis dan menghargai peran hewan percobaan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang penanganan hewan percobaan seperti mencit dan tikus serta cara-cara pemberian obat secara oral, subkutan, intravena, intramuscular, dan intraperitoneal.
Laporan ini membahas formulasi dan evaluasi tablet vitamin C yang dibuat oleh kelompok mahasiswa farmasi. Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan dievaluasi ukuran partikel, bobot, dan waktu hancur tabletnya."
Laporan ini membahas tentang pembuatan sediaan eliksir parasetamol. Terdapat tujuan pembuatan yaitu mahasiswa dapat membuat dan mengevaluasi sediaan eliksir parasetamol dengan baik serta membuat kemasannya. Dokumen ini juga menjelaskan teori, bahan, perhitungan, dan penetapan dosis eliksir parasetamol.
Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai sediaan cair (liquid) yang mencakup definisi, jenis (larutan, suspensi, emulsi), jenis sediaan liquid (obat terlarut, sebagian terlarut, tidak terlarut), keuntungan dan kerugian, metode pembuatan (larutan, suspensi, emulsi), dan contoh formulasi dasar liquid seperti larutan telinga, tetes hidung, kumur, minum, eliksir, sirup.
1. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air minimal 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Terdapat dua tipe krim yaitu emulsi minyak dalam air dan dispersi mikrokristal asam lemak dalam air.
2. Krim digunakan untuk memberikan efek pelembab atau emolien pada kulit serta sebagai pembawa zat obat. Jenis emulsi yang digunakan tergantung pada sifat z
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang dasar-dasar pembuatan salep. Ada beberapa jenis dasar salep yang dibahas seperti dasar salep hidrokarbon, serap, dan larut air. Juga dijelaskan bahan-bahan yang dapat dimasukkan ke dalam salep seperti zat padat, cairan, dan ekstrak serta cara-cara memprosesnya.
Laporan akhir praktikum sediaan solid parasetamol dengan metode granulasi basah yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa farmasi UMM. Granulasi basah digunakan untuk meningkatkan kompaktibilitas dan aliran parasetamol yang buruk dengan menambahkan zat pengikat air untuk membentuk granul."
Bioavailabilitas (ketersediaan hayati) ialah jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik sesudah pemberian obat dalam sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat dalam sirkulasi sistemik. Sedangkan studi bioekivalensi dilakukan karena banyak produk obat yang dianggap ekivalen farmasetik tidak memberi efek terapetik yang sebanding pada penderita.
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi teknologi sediaan suppositoria non steril yang berisi parasetamol. Secara ringkas, dibahas tentang indikasi, farmakokinetik, mekanisme kerja, efek samping, kontraindikasi, peringatan, dan interaksi obat parasetamol. Juga dibahas sifat fisika kimia zat aktif dan bahan tambahan seperti oleum cacao dan cetaceum yang digunakan dalam pembuatan suppositoria. Terakhir
Emulsi adalah sediaan farmasi yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat yang terdispersi dalam cairan pembawa. Emulsi dibedakan menjadi emulsi tipe O/W dan W/O, bergantung pada fase kontinu apakah air atau minyak. Emulgator diperlukan untuk menstabilkan emulsi dengan membentuk lapisan film antara fase dispers dan kontinu.
Dokumen tersebut membahas tentang emulsi farmasi. Emulsi didefinisikan sebagai sistem dua fase dimana salah satu cairan terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk butiran kecil yang distabilkan oleh zat pengemulsi. Jenis emulsi meliputi oral, topikal, dan injeksi. Komponen utama emulsi adalah fase dispersi, fase pendispersi, dan emulgator. Metode pembuatan emulsi meliputi metode gom basah
Emulsi terdiri dari dua cairan yang tidak dapat bercampur (biasanya minyak dan air), dengan salah satu cairan terdispersi sebagai tetesan kecil (d = 0,1-100 mm) berbentuk bola di cairan lainnya. Emulsi adalah sistem yang tidak stabil secara termodinamika. Ada dua jenis emulsi, yaitu emulsi minyak dalam air (o/w) dan emulsi air dalam minyak (w/o). Emulsi
Dokumen tersebut membahas tentang emulsi, termasuk definisi, jenis, komponen penyusun, proses pembuatan, uji stabilitas, dan evaluasi mutu emulsi. Faktor-faktor seperti konsentrasi, suhu, waktu dan kecepatan pencampuran dapat mempengaruhi stabilitas emulsi. Sistem HLB digunakan untuk mengklasifikasikan surfaktan berdasarkan sifat hidrofilik dan lipofiliknya.
Emulsi adalah dispersi dimana fase terdispersi berupa tetesan cairan yang terdistribusi merata di dalam fase pendispersi berupa cairan lain. Emulsi dapat dibentuk menggunakan zat pengemulsi untuk menstabilkan tetesan dan mencegah penggabungan tetesan. Ada berbagai jenis emulsi yang dapat dibentuk berdasarkan fase terdispersi dan pendispersi seperti emulsi minyak dalam air, air dalam minyak,
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
Emulsi
Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti minyak dan air. Perlu ditambahkan zat tertentu yang bertindak sebagai pengemulsi, yang dapat membantu dua cairan dapat bercampur secara homogen dan stabil . Menurut farmakope edisi IV Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent).
Apa saja komponen Emulsi ?
Komponen Emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri atas:
• Fase dispers/fase internal/fase discontinue Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
• Fase continue/fase external/fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
• Emulgator Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Emulgator Alam seperti : Tumbuh-tumbuhan ( Gom Arab, tragachan, agar-agar, chondrus), Hewani ( gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae), Tanah dan mineral ( Veegum/ Magnesium Alumunium Silikat). Emulgator Buatan: Sabun, Tween (20,40,60,80), Span (20,40,80).
2. Komponen Tambahan
Merupakan bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik, antara lain :
• Corrigen : Corigen actionis ( memperbaiki kerja obat), Corigen saporis (memperbaiki rasa obat), corrigen odoris (memperbaiki bau obat), corrigen colouris ( memperbaiki warna obat), corigen solubilis (memperbaiki kelarutan obat)
• Preservative (pengawet) : Preservative yang digunakan Antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas, dll.
• Anti oksidan. Antioksidan yang digunakan Antara lain asam askorbat, a-tocopherol, asam sitrat, propil gallat, asam gallat.
Apa saja tipe Emulsi ?
Tipe Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak dalam air ).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase external.
2. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam Minyak ).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase external.
Dokumen tersebut membahas tentang emulsi, yang merupakan campuran homogen antara minyak dan air. Terdapat tiga jenis formula emulsi, yaitu oral/internal, topikal/eksternal, dan parenteral. Formula-formula tersebut umumnya mengandung zat aktif, pembawa air-minyak, emulgator, pengawet, antioksidan, dan bahan tambahan lainnya seperti pemanis, perasa, pewarna. Dokumen juga menjelaskan tentang berbagai
4. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
1. Dapat membentuk sediaan
yang homogen dan
bersatu.
2. Mudah ditelan.
3. Emulsi dapat menutupi
rasa yang tidak enak
4. obat menjadi lebih mudah
diabsorpsi
5. Efek terapi dapat
diperpanjang
6. Lebih ekonomis
Kekurangan
1. Sediaan kurang praktis dan
2. Staabilitas rendah
dibanding tablet.
3. Takaran dosis kurang teliti.
4. Tidak tahan lama.
5. Emulsi kadang-kadang sulit
dibuat dan membutuhkan
teknik pemprosesan
khusus.
5.
6. Kriteria emulsi yang baik adalah:
1. Stabil baik secara fisik maupun khemis dalam
penyimpanan
2. Merupakan disperse homogen antara minyak
dengan air
3. Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang
kecil dan sama besar mendekati ukuran partikel
koloid
4. Tidak terjadi creaming atau craking
5. Memiliki viskositas yang optimal
6. Dikemas dalam kemasan yang mendukung
penggunaan dan stabilitas obat
7. TEORI TERJADINYA EMULSI
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface
Tension)
2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented
Wedge)
3. Teori Interparsial Film
4. Teori electric double layer ( lapisan listrik
rangkap)
8. 1. Teori Tegangan Permukaan
(Surface Tension)
Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang
sejenis yang disebut daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki
daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut
daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada
permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan
karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang
terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan
permukaan (surface tension).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada
bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah
untuk bercampur.
Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator
akan menurunkan menghilangkan tegangan yang terjadi pada
bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan
mudah bercampur.
9. 2. Teori Orientasi Bentuk Baji
(Oriented Wedge)
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua
kelompok yakni :
• Kelompok hidrofilik bagian dari emulgator
yang suka pada air.
• Kelompok lipofilik bagian yang suka pada
minyak.
Masing-masing kelompok akan bergabung
dengan zat cair yang disenanginya, kelompok
hidrofil kedalam air dan kelompok lipofil kedalam
minyak. Dengan demikian emulgator seolah-olah
menjadi tali pengikat antara air dan minyak.
10. • Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan
yang besarnya tidak sama.Harga keseimbangan itu
dikenal dengan istilah H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl
Balance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan
antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil .
• Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat keguaan
suatu emulgator ditinjau dari harga HLB-nya.
Harga HLB Kegunaan
1 - 3
4 – 6
7 – 9
8 – 18
13 - 15
10 – 18
Anti foaming agent
Emulgator tipe w/o
Bahan pembasah ( wetting agent)
Emulgator tipe o/w
Detergent
Kelarutan (solubilizing agent)
11. 3. Teori Interparsial Film
• Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan
minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase
disper.
• Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang
dipakai adalah :
§ dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
§ jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase- dispers
§ dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
permukaan partikel dengan segera.
12. 4. Teori electric double layer ( lapisan
listrik rangkap)
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh
salah satu dari ke tiga cara dibawah ini,
•terjadinya ionisasi dari molekul pada
permukaan partikel
•terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari
cairan disekitarnya.
•terjadinya gesekan partikel dengan cairan
disekitarnya.
14. Pengujian Tipe Emulsi
1. Test Pengenceran Tetesan
• Jika tipe O/W, mudah diencerkan
dengan air
• Jika tipe w/o, mudah diencerkan
dengan minyak
2. Test Kelarutan Pewarna
• Emulsi + larutan Sudan III dapat
memberi warna merah pada emulsi
tipe w/o,
• Emulsi + larutan metilen blue dapat
memberi warna biru pada emulsi tipe
o/w
3. Test dengan kertas saring
•Jika tipe O/W, kertas saring menjadi
basah
•Jika tipe w/o, timbul noda minyak
pada kertas saring
4. Test Creaming
–Jika tipe O/W, terjadi krim pada
bagian atas
–Jika tipe w/o, terjadi krim pada
bagian bawah
5. Test Konduktivitas Elektrik
–Jika tipe O/W, konduktivitas
elektrik tampak,
–Jika tipe w/o, konduktivitas elektrik
tidak tampak,
6. Test Fluorosensi
–Jika tipe O/W,fluorosensi hanya
berupa noda,
–Jika tipe w/o, seluruh daerah
berfluorosensi ,
15. STABILITAS EMULSI
• Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi
untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur
dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu
yang panjang.
16. Faktor yang dapat mempengaruhi
stabilitas emulsi yaitu
1. Viskositas
Untuk mendapatkan suatu emulsi yang stabil atau untuk
menaikan stabilitas suatu emulsi dapat dengan cara
menambahkan zat-zat yang dapat menaikan viskositasnya dari
fase luar . Bila viskositas fase luar dipertinggi maka akan
menghalangi pemisahan emulsi
2. Pemakaian alat khusus dalam mencampur emulsi
Untuk membuat emulsi yang lebih stabil, umumnya proses
pengadukannya dilakukan dengan menggunakan alat listrik
3. Perbandingan optimum fase internal dan fase kontinu
Umumnya emulsi yang stabil memiliki nilai range fase dalam
antara 40% sampai 60% dari jumlah seluruh bahan emulsi yang
digunakan .
17. Bentuk keridakstabilan emulsi
• Creaming fase dlm lebih pekat &
mendorong fs luar bisa diperbaiki dg
pengocokan
• Cracking fase dlm & luar memisah
pecah sistem emulsi tdk bisa diperbaiki dg
pengocokan
• Inversi pecahnya emulsi dengan tiba-tiba
dari satu tipe ke tipe yang lain.
20. Bahan pengemulsi
• Emulsifier membantu terbentuknya emulsi
dengan 3 jalan, yaitu :
1.Penurunan tegangan antar muka ( stabilisasi
termodinamika ).
2.Terbentuknya film antar muka yang kaku
(pelindung mekanik terhadap koalesen).
3.Terbentuknya lapisan ganda listrik,
merupakan pelindung listrik dari pertikel.
22. Metode pembuatan emulsi :
1. Metode gom kering atau metode
kontinental.
2. Metode gom basah atau metode Inggris.
3. Metode botol atau metode botol forbes.
4. Metode HLB ( Hidrofilik Lipofilik Balance )
23. 1. Metode gom kering atau metode kontinental.
• Emulsi dibuat dengan jumlah komposisi minyak dengan ½
jumlah volume air dan ¼ jumlah emulgator. (4:2:1)
• zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan
minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk
pembentukan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air
yang tersedia.
24. 2. Metode gom basah atau metode Inggris.
• Metode ini dipilih jika emulgator yang digunakan harus
dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam air
misalnya metilselulosa.
• Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi
umumnya larut) agar membentuk suatu mucilago, kemudian
perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk
emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.
25. 3. Metode botol atau metode botol forbes.
• Metode inii digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan
menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang
rendah. Dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian
diencerkan dengan fase luar.
• Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian
ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran
tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit
demi sedikit sambil dikocok.
26. 4. Metode HLB ( Hidrofilik Lipofilik Balance )
• Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat mengunakan
suatu surfaktan yang memiliki nilai HLB.
• Sebelum dilakukan pencampuran, dilakukan perhintungan
harga HLB dari fase internal
• dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang
sesuai dengan HLB fase internal.
• Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok , selanjutnya
dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang
diharapkan
27. Alat yang digunakan :
– Mortir dan stamper
– Botol
– Mixer, blender
– Homogeniser
– Colloid Mill
28. Evaluasi sediaan emulsi :
1. Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan
dengan mengamati warna, bau, dan rasa dari
sediaan emulsi pada penyimpanan pada suhu
endah 5o
C dan tinggi 35o
C pada penyimpanan
masing-masing 12 jam.
29. Evaluasi sediaan emulsi
2. Volume Terpindahkan (FI IV. Halaman
1089)
Untuk penetapan volume terpindahkan,
pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan
selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk
bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10
wadah satu persatu.
30. Evaluasi sediaan emulsi
3. Penentuan viskositas
Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran
viskositas dilakukan dengna viskometer
brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).
31. Evaluasi sediaan emulsi
4. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan
mencelupkan elektroda dari pH-meter digital
ke dalam sampel, yang sebelumnya telah
dikalibrasi pada larutan buffer, kemudian pH-
meter dinyalakan dan ditunggu sampai layar
pada pH-meter menunjukkan angka yang
stabil.
32. Evaluasi sediaan emulsi
5. Pengamatan Mikroskopik
Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan cara
mengukur diameter dan distribusi frekuensi globul
minyak. Pengukuran dilakukan di bawah mikroskop
dengan menggunakan mikrometer yang telah
ditentukan ukuran tiap kotaknya (dikalibrasi) dengan
menggunakan hemositometer.
33. Evaluasi sediaan emulsi
6. Uji Mikrobiologi
Uji mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui
angka cemaran mikroba yang mungkin
mengkontaminasi sediaan selama penyimpanan. Uji
ini dilakukan dengan menentukan Angka Lempeng
Total (ALT) yaitu penentuan jumlah koloni dari
pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah sampel
diinkubasikan dalam media pembenihan yang cocok
selama 24-48 jam pada suhu 35±1ºC.