Dokumen tersebut membahas tentang gigi tiruan penuh dan reparasi gigi tiruan. Secara khusus membahas dua kasus yaitu gigi tiruan penuh untuk pasien edentulous total dan gigi tiruan yang longgar yang membutuhkan reparasi. Juga membahas diagnosis, rencana perawatan, indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari perawatan gigi tiruan penuh."
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip dasar dalam melakukan preparasi gigi untuk mahkota dan gigi penyangga, meliputi pemeliharaan struktur gigi, bentuk retensi dan resistensi, daya tahan restorasi, integritas tepi restorasi, serta pemeliharaan jaringan periodonsium. Dibahas pula alat dan urutan yang digunakan dalam preparasi gigi.
Dokumen tersebut membahas tentang gigi tiruan penuh dan reparasi gigi tiruan. Secara khusus membahas dua kasus yaitu gigi tiruan penuh untuk pasien edentulous total dan gigi tiruan yang longgar yang membutuhkan reparasi. Juga membahas diagnosis, rencana perawatan, indikasi, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan dari perawatan gigi tiruan penuh."
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip dasar dalam melakukan preparasi gigi untuk mahkota dan gigi penyangga, meliputi pemeliharaan struktur gigi, bentuk retensi dan resistensi, daya tahan restorasi, integritas tepi restorasi, serta pemeliharaan jaringan periodonsium. Dibahas pula alat dan urutan yang digunakan dalam preparasi gigi.
Dokumen ini membahas hubungan antara maloklusi gigi anterior dengan status psikososial pada remaja. Maloklusi dapat berdampak pada penampilan wajah dan memengaruhi konsep diri serta kepercayaan diri remaja. Berbagai penatalaksanaan seperti alat ortodontik dapat digunakan untuk mengatasi masalah maloklusi dan bermanfaat bagi psikososial remaja.
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan konstruksi gigi tiruan lengkap, termasuk anatomi dan fisiologi yang relevan, prinsip pembuatan cetakan, dan relasi rahang serta penetapan relasi vertikal.
Dokumen tersebut membahas tentang indeks kebersihan rongga mulut yang digunakan untuk menilai kondisi higiene mulut seseorang. Indeks tersebut meliputi penilaian terhadap debris dan kalkulus yang menempel pada gigi. Ada dua jenis indeks yaitu Oral Hygiene Index (OHI) dan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) yang keduanya menggunakan skala nilai 0-3 untuk menentukan skor kebersihan mulut seseor
Dokumen tersebut membahas mengenai:
1. Pentingnya riwayat kesehatan pasien dalam merencanakan perawatan gigi
2. Teknik pemeriksaan TMJ dan tes vitalitas, perkusi, tekanan
3. Jenis hubungan antara gigi sulung dan permanen
Dokumen tersebut membahas tentang pulp capping yang merupakan perawatan gigi untuk melindungi pulpa gigi yang terbuka agar dapat mempertahankan vitalitasnya. Ada dua jenis pulp capping yaitu secara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), yang melibatkan aplikasi bahan pelindung seperti kalsium hidroksida langsung atau tidak langsung pada pulpa. Tujuannya adalah melindungi pulpa dari iritasi dan memungk
Dokumen tersebut membahas tentang peran dental asisten dalam tindakan pencabutan gigi, meliputi persiapan alat dan bahan yang diperlukan, prosedur ekstraksi gigi, serta posisi operator saat melakukan pencabutan gigi.
Karies gigi disebabkan oleh bakteri yang menghasilkan asam dari fermentasi karbohidrat, menyebabkan demineralisasi enamel dan dentin. Gejala karies antara lain nyeri, bau mulut, dan gangguan aktivitas. Pencegahan meliputi pembersihan gigi yang benar dan diet rendah gula, sedangkan pengobatannya meliputi tambalan atau ekstraksi.
Gigi geraham ketiga rahang bawah memiliki banyak variasi dalam bentuk dan posisinya. Gigi ini lebih kecil dan pertumbuhannya kurang baik dibanding gigi geraham lainnya. Bentuk dan jumlah cuspnya juga bervariasi.
Dokumen tersebut menjelaskan prosedur pemeriksaan CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Needs) untuk mengevaluasi penyakit periodontal di populasi. CPITN digunakan untuk menilai prevalensi penyakit periodontal, kategori kebutuhan perawatan, dan skor kondisi periodontal berdasarkan kedalaman pocket dan gejala lainnya. Dokumen tersebut menjelaskan tahapan persiapan, posisi pasien dan operator, teknik probing menggunakan probe
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang beberapa konsep penting dalam manajemen perilaku anak selama perawatan gigi, termasuk definisi behaviour management, klasifikasi perilaku anak, faktor yang mempengaruhi perilaku, teknik pengelolaan tingkah laku dasar dan lanjut, serta klasifikasi tingkat kecemasan. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai pendekatan dan strategi yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi untuk mendapatkan ker
Restorasi gigi sulung dapat dilakukan dengan berbagai bahan seperti amalgam, silikat, resin komposit, GIC, dan stainless steel crown. Preparasi kavitas harus minimal dan sesuai dengan kelas kariesnya serta mempertimbangkan usia dan tingkat kekooperatifan anak."
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis mahkota tiruan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi gigi yang rusak. Terdapat mahkota penuh yang dibuat dari porselen, logam, atau gabungan porselen-logam, mahkota parsial, serta mahkota yang digunakan untuk gigi yang telah dirawat saluran akarnya dengan menggunakan pasak dan inti. Setiap jenis mahkota memiliki indikasi dan kontraindikas
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, klasifikasi, dan komplikasi dari impaksi gigi. Impaksi gigi adalah kondisi dimana gigi tidak mengalami erupsi sempurna ke posisi yang seharusnya karena adanya hambatan. Gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga rahang bawah.
Pasien laki-laki berusia 9 tahun dengan maloklusi kelas I Angle dan gigitan terbalik gigi 11 dirawat dengan peranti ortodontik lepasan rahang atas dan bawah yang dirancang untuk memberikan dorongan pada gigi 11 agar bergerak ke arah labial. Perawatan berjalan dengan baik dan gigi 11 berhasil dikoreksi ke posisi edge-to-edge setelah 10 minggu. Peranti retensi kemudian digunakan untuk mencegah relaps.
Dokumen ini membahas hubungan antara maloklusi gigi anterior dengan status psikososial pada remaja. Maloklusi dapat berdampak pada penampilan wajah dan memengaruhi konsep diri serta kepercayaan diri remaja. Berbagai penatalaksanaan seperti alat ortodontik dapat digunakan untuk mengatasi masalah maloklusi dan bermanfaat bagi psikososial remaja.
Dokumen tersebut membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan konstruksi gigi tiruan lengkap, termasuk anatomi dan fisiologi yang relevan, prinsip pembuatan cetakan, dan relasi rahang serta penetapan relasi vertikal.
Dokumen tersebut membahas tentang indeks kebersihan rongga mulut yang digunakan untuk menilai kondisi higiene mulut seseorang. Indeks tersebut meliputi penilaian terhadap debris dan kalkulus yang menempel pada gigi. Ada dua jenis indeks yaitu Oral Hygiene Index (OHI) dan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) yang keduanya menggunakan skala nilai 0-3 untuk menentukan skor kebersihan mulut seseor
Dokumen tersebut membahas mengenai:
1. Pentingnya riwayat kesehatan pasien dalam merencanakan perawatan gigi
2. Teknik pemeriksaan TMJ dan tes vitalitas, perkusi, tekanan
3. Jenis hubungan antara gigi sulung dan permanen
Dokumen tersebut membahas tentang pulp capping yang merupakan perawatan gigi untuk melindungi pulpa gigi yang terbuka agar dapat mempertahankan vitalitasnya. Ada dua jenis pulp capping yaitu secara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), yang melibatkan aplikasi bahan pelindung seperti kalsium hidroksida langsung atau tidak langsung pada pulpa. Tujuannya adalah melindungi pulpa dari iritasi dan memungk
Dokumen tersebut membahas tentang peran dental asisten dalam tindakan pencabutan gigi, meliputi persiapan alat dan bahan yang diperlukan, prosedur ekstraksi gigi, serta posisi operator saat melakukan pencabutan gigi.
Karies gigi disebabkan oleh bakteri yang menghasilkan asam dari fermentasi karbohidrat, menyebabkan demineralisasi enamel dan dentin. Gejala karies antara lain nyeri, bau mulut, dan gangguan aktivitas. Pencegahan meliputi pembersihan gigi yang benar dan diet rendah gula, sedangkan pengobatannya meliputi tambalan atau ekstraksi.
Gigi geraham ketiga rahang bawah memiliki banyak variasi dalam bentuk dan posisinya. Gigi ini lebih kecil dan pertumbuhannya kurang baik dibanding gigi geraham lainnya. Bentuk dan jumlah cuspnya juga bervariasi.
Dokumen tersebut menjelaskan prosedur pemeriksaan CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Needs) untuk mengevaluasi penyakit periodontal di populasi. CPITN digunakan untuk menilai prevalensi penyakit periodontal, kategori kebutuhan perawatan, dan skor kondisi periodontal berdasarkan kedalaman pocket dan gejala lainnya. Dokumen tersebut menjelaskan tahapan persiapan, posisi pasien dan operator, teknik probing menggunakan probe
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang beberapa konsep penting dalam manajemen perilaku anak selama perawatan gigi, termasuk definisi behaviour management, klasifikasi perilaku anak, faktor yang mempengaruhi perilaku, teknik pengelolaan tingkah laku dasar dan lanjut, serta klasifikasi tingkat kecemasan. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai pendekatan dan strategi yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi untuk mendapatkan ker
Restorasi gigi sulung dapat dilakukan dengan berbagai bahan seperti amalgam, silikat, resin komposit, GIC, dan stainless steel crown. Preparasi kavitas harus minimal dan sesuai dengan kelas kariesnya serta mempertimbangkan usia dan tingkat kekooperatifan anak."
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis mahkota tiruan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi gigi yang rusak. Terdapat mahkota penuh yang dibuat dari porselen, logam, atau gabungan porselen-logam, mahkota parsial, serta mahkota yang digunakan untuk gigi yang telah dirawat saluran akarnya dengan menggunakan pasak dan inti. Setiap jenis mahkota memiliki indikasi dan kontraindikas
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, etiologi, klasifikasi, dan komplikasi dari impaksi gigi. Impaksi gigi adalah kondisi dimana gigi tidak mengalami erupsi sempurna ke posisi yang seharusnya karena adanya hambatan. Gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga rahang bawah.
Pasien laki-laki berusia 9 tahun dengan maloklusi kelas I Angle dan gigitan terbalik gigi 11 dirawat dengan peranti ortodontik lepasan rahang atas dan bawah yang dirancang untuk memberikan dorongan pada gigi 11 agar bergerak ke arah labial. Perawatan berjalan dengan baik dan gigi 11 berhasil dikoreksi ke posisi edge-to-edge setelah 10 minggu. Peranti retensi kemudian digunakan untuk mencegah relaps.
Gigitan bersilang pada anak disebabkan oleh faktor skeletal seperti pertumbuhan rahang yang tidak seimbang, faktor jaringan lunak seperti kebiasaan mengisap jari, dan faktor lokal seperti retensi gigi. Penanganannya meliputi pencegahan dengan alat ortodontik, perawatan interseptif untuk mencegah maloklusi parah, dan perawatan kuratif untuk mengoreksi letak gigi.
1. Pasien berusia 25 tahun datang untuk pencabutan gigi bungsu akibat sakit dan susah membersihkan sisa makanan. Pemeriksaan menunjukkan gigi bungsu mengalami impaksi dan perlu tindakan odontektomi.
2. Odontektomi adalah teknik pencabutan gigi dengan melakukan pemotongan gigi atau tulang. Gigi bungsu pasien mengalami impaksi yang perlu ditangani dengan odontektomi.
3.
Dokumen ini menjelaskan beberapa istilah penting dalam ortodonsi seperti alignment, inklinasi, overjet, overbite, artikulasi, dan oklusi. Alignment dan inklinasi berhubungan dengan posisi gigi, sedangkan overjet dan overbite mengukur jarak antara gigi atas dan bawah. Artikulasi dan oklusi menjelaskan hubungan kontak antara gigi atas dan bawah. Pengetahuan tentang istilah-istilah ini penting untuk penyusunan
Miniscrew Implant Anchorage for Intrusion Upper First Molar (Case Report)dentalid
Miniscrew Implant digunakan untuk mengintrusikan gigi molar pertama atas kiri dan kanan seorang pasien wanita berusia 19 tahun yang ekstrusi akibat hilangnya gigi antagonis. Gigi molar pertama kiri dan kanan berhasil diturunkan sebanyak 3 mm dalam waktu 4 bulan dengan menggunakan miniscrew sebagai penjangkar.
Dokumen tersebut membahas tentang displacement tooth atau luksasi gigi yang merupakan cedera gigi yang sering terjadi pada anak. Jenis-jenis cedera gigi akibat trauma yang dibahas meliputi konkusi, subluksasi, intrusi, luksasi lateral, dan ekstrusi. Setiap jenis cedera memiliki gejala klinis dan radiografis yang berbeda-beda serta penatalaksanaannya juga disesuaikan dengan diagnosis cedera gigi yang terjadi.
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS III DENGAN REVERSE.pptxAGUSHARO
Dokumen tersebut membahas tentang perawatan maloklusi kelas III pada anak yang sedang tumbuh menggunakan alat reverse twin block. Alat ini dirancang untuk mendorong perkembangan rahang atas dan membatasi pertumbuhan mandibula ke depan dengan memanfaatkan kekuatan oklusal sebagai mekanisme untuk mengoreksi hubungan tulang rahang. Hasil yang diharapkan adalah koreksi hubungan tulang, overjet normal, dan profil wajah yang stabil.
Pria berusia 25 tahun datang ke praktek dokter gigi karena mengalami bercak coklat kehitaman di gusi sejak mulai merokok sebulan lalu. Dokter gigi menjelaskan bahwa bercak tersebut merupakan smoker's melanosis yang disebabkan oleh stimulasi produksi melanin akibat paparan kronis terhadap asap rokok. Biopsi tidak diperlukan karena gejala klinisnya tidak menunjukkan keganasan, dan akan memudar
Beberapa faktor yang diduga menyebabkan timbulnya sariwan berulang pada kasus ini antara lain:
1. Defisiensi nutrisi seperti zat besi, vitamin B12, dan asam folat
2. Riwayat penyakit gastritis yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan absorpsi nutrisi
1. The document discusses several viral infections that cause lesions in the mouth, including erythema multiforme, herpes simplex infections, herpangina, and chickenpox.
2. It provides information on the etiology, clinical presentation, diagnosis, and treatment of each condition. Erythema multiforme can be triggered by viruses or drugs and presents as painful lesions on the lips and skin. Herpes simplex infections like gingivostomatitis are usually caused by HSV-1 and present as clusters of vesicles in the mouth.
3. Herpangina is caused by coxsackie viruses and presents as small ulcers on the tonsils and soft pal
Laporan praktikum mengenai absorpsi dan ekskresi obat melalui saliva dan urin. Mahasiswa melakukan uji klinik dengan memberikan kapsul KI kepada probandus dan mengukur kadar KI dalam saliva dan urin setiap 15 menit selama 90 menit. Hasil menunjukkan puncak kadar KI tereliminasi melalui saliva dan urin terjadi pada menit ke-75.
Laporan Field Lab OBSERVASI PEMERIKSAAN PASIEN ANAKVina Widya Putri
Laporan ini membahas tentang observasi pemeriksaan pasien anak bernama Aqila Putri Aurelia berumur 5 tahun dengan keluhan banyak gigi karies. Dilakukan perawatan fissure sealant menggunakan GIC pada gigi geraham 36 untuk mencegah terjadinya karies."
Laporan ini membahas tentang sistem kewaspadaan dini, kejadian luar biasa, sistem surveilans respons, dan penyakit filariasis. Topik utama yang dibahas adalah konsep pencegahan melalui sistem kewaspadaan dini, jenis-jenis kejadian luar biasa, etiologi, gejala klinis, dan pencegahan filariasis.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai ciri-ciri premolar pertama atas, termasuk pandangan dari berbagai sisi, perbedaan dengan premolar kedua atas dan premolar bawah, serta kronologi perkembangannya. Ciri khas premolar pertama atas adalah tonjol bukal lebih runcing dan terletak lebih distal, serta memiliki dua akar. Perkembangannya dimulai sejak lahir hingga usia 12-13 tahun.
Laporan Tutorial (Bakteri, Infeksi dan Inflamasi)Vina Widya Putri
Laporan ini membahas tentang bakteri, infeksi, dan inflamasi. Bakteri adalah mikroorganisme prokariotik yang memiliki struktur sederhana tanpa inti sel. Bakteri dapat menyebabkan infeksi pada tubuh melalui berbagai mekanisme. Jika terjadi kerusakan jaringan akibat infeksi, tubuh akan melakukan respon peradangan atau inflamasi untuk melawan agen penyebabnya.
Laporan Praktikum Biokimia Darah dan Pemeriksaan Kandungan Senyawa dalam DarahVina Widya Putri
Dokumen tersebut membahas tentang praktikum biokimia darah dan pemeriksaan kandungan senyawa dalam darah. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang fungsi darah, susunan darah yang terdiri atas sel-sel darah dan plasma darah, serta beberapa tujuan dan manfaat dari praktikum tersebut seperti mengetahui kandungan albumin dan senyawa bukan protein dalam darah.
Makalah ini membahas tentang upaya mencapai Indonesia bebas karies gigi pada tahun 2020, meliputi penyebab terjadinya karies gigi, proses dan gejalanya, serta cara mencegah dan menanggulanginya."
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. KLASIFIKASI MALOKLUSI (OLEH DEWEY
& BERDASARKAN ANGLE, TERMASUK
RELASI MOLAR SATU PERMANEN)
RELASI MOLAR
A. Kelas I
Cusp Mesiobukal gigi Molar satu Permanen Maksila beroklusi pada Mesiobukal
developmental groove dari gigi Molar satu Permanen Mandibular
B. Kelas II
Cusp Distobukal gigi Molar satu Permanen Maksila beroklusi pada Mesiobukal
developmental groove dari gigi Molar satu Permanen Mandibular
C. Kelas III
Cusp Mesiobukal gigi Molar satu Permanen Maksila beroklusi pada Interdental antara
gigi Molar satu&dua Permanen Mandibular
3.
4. Menurut Edward H. Angle (1898)
Ia mengklasifikasikan Maloklusi berdasarkan hubungan Anteroposterior dari gigi. Ia
angka romawi (I,II,III) untuk menunjukkan kelas utama dan angka Arabic (1,2) untuk menunjukan
division.
A. Kelas I
Cusp Mesiobukal gigi Molar satu Permanen Maksila beroklusi pada Mesiobukal developmental
groove dari gigi Molar satu Permanen Mandibular
Gambaran Klinis:
• Ekstraoral
Bentuk kepala Mesocephalic, Bentuk wajah Mesoprosopic, Profil wajah Lurus/Orthognathic,
Pembagian wajah lurus, Nasolabial angle normal, Bibir kompeten
• Intraoral
Relasi Molar, Kaninus, Insisivus yaitu Kelas I, Bisa terdapat spacing pada lengkung gigi, Crowding,
Rotasi, Gigi hilang, Bimaxillary Protrusion, Midline Diastema
5.
6. B. Kelas II
Berdasarkan Jenis:
Division 1 Maloklusi
Dicirikan dengan relasi molar kelas dua pada kedua sisi dengan proklinasi/protrusi pada anterior
maksila
Gambaran Klinis
• Ekstraoral
Profil Wajah Convex, Sudut Nasolabial menurun/berkurang, Bibir inkompeten, Sulkus Mentolabial
dalam, Mentalis Hiperaktif
• Intraoral
Relasi Molar dan Kaninus kelas II pada sisi kanan&kiri dari lengkung, Relasi Insisivus kelas II Division
1 dari hubungan Insisif, Lengkung maksila berbentuk ‘V’, Anterior Maksila Proklinasi/Protrusi,
Overjet meningkat, Overbite meningkat
7.
8. Division 2 Maloklusi
Dicirikan dengan relasi molar kelas dua dengan retroklinasi/retrusi pada anterior maksila
Gambaran Klinis
• Ekstraoral
Profil Wajah Convex, Sudut Nasolabial meningkat/bertambah, Bibir inkompeten, Sulkus
Mentolabial dalam, Mentalis Hiperaktif
• Intraoral
Relasi Molar dan Kaninus kelas II pada sisi kanan&kiri dari lengkung, Relasi Insisivus kelas II
Division 2 pada sisi kanan&kiri, Lengkung maksila berbentuk ‘U’, Anterior Maksila Crowded,
Overjet menurun, Overbite meningkat
9. Berdasarkan Subdivision:
Subdivision 1
Kondisi dimana terdapat relasi molar kelas II pada satu sisi lengkung gigi dan relasi molar
kelas I pada sisi lain dari lengkung gigi diikuti proklinasi Anterior Maksila
Subdivision 2
Kondisi dimana terdapat relasi molar kelas II pada satu sisi lengkung gigi dan relasi molar
kelas I pada sisi lain dari lengkung gigi diikuti retroklinasi Anterior Maksila
10. C. Kelas III
Cusp Mesiobukal gigi Molar satu Permanen Maksila beroklusi pada Interdental antara gigi Molar
satu&dua Permanen Mandibular
Gambaran Klinis
• Ekstra Oral
Profil wajah Concave, Bibirnya bisa saja inkompeten, Sulcus Mentolabial dangkal, Pembagian Wajah
Anterior
• Intra Oral
Relasi Molar, Insisivus, Kaninus kelas III, Overjet Terbalik, Lengkung Maksila Retrusi, Lengkung
Mandibula Protrusi
11. Berdasarkan Jenis:
True Kelas III
Terjadi karena adanya hubungan yang tidak baik dari lengkung gigi atau struktur skeletal dari
Maksila yang mana alami retrusi dan mandibula mengalami protrusi
Pseudo Kelas III
Ditandai dengan maloklusi kelas III yang terutama disebabkan oleh kebiasaan. Biasa disebut
juga dengan maloklusi Habitual atau maloklusi Postural.
Berdasarkan Subdivision:
Kelas III Subdivision
Kondisi dimana terdapat hubungan Molar kelas 3 pada satu sisi lengkung gigi dan relasi molar
kelas I pada sisi lain dari lengkung gigi
12. Klasifikasi menurut Dewey
Dewey memodifikasi Klasifikasi oleh Angel mengenai maloklusi pada Kelas I dan kelas
III.
Kelas I
Dibagi menjadi 5 jenis:
1) Tipe 1, Crowding pada segmen anterior
2) Tipe 2, Proklinasi pada gigi anterior
3) Tipe 3, Crossbite anterior
4) Tipe 4, Crossbite posterior
5) Tipe 5, Mesial drifting dari gigi Molar
13.
14.
15.
16. Kelas II
Dibagi menjadi 3 jenis:
1) Tipe 1, terdapat Overlapping pada insisivus
2) Tipe 2, terdapat hubungan insisivus edge-to-edge
3) Tipe 3, terdapat crossbite pada insisivus
17.
18. DEFINISI CROSSBITE ANTERIOR &
POSTERIOR
Crossbite adalah suatu kondisi dimana satu atau lebih gigi secara tidak normal
mengalami malposisi bukal/lingual/labial dengan mengacu pada gigi lawannya.
Crossbite Anterior
Merupakan suatu kondisi yang mana satu atau lebih gigi desisui/permanen insisivus
maksila lebih ke lingual (linguoversi) daripada insisivus mandibular.
Crossbite Posterior
Merupakan suatu kondisi dimana terdapat hubungan abnormal transversal antara gigi
posterior maksila dan mandibular.
19. GAMBARAN KLINIS CROSSBITE
ANTERIOR & POSTERIOR
Crossbite Anterior
Berdasarkan jumlah gigi yang terlibat:
Single tooth Crossbite
Suatu kondisi dimana terdapat tumpang tindih(overlapping) dari salah satu gigi anterior
mandibula terhadap salah satu gigi anterior maksila
Segmental anterior Crossbite
Suatu kondisi dimana terdapat tumpang tindih(overlapping) dari kelompok gigi anterior
mandibula terhadap sekelompok gigi maksila
20. Berdasarkan Struktur yang terlibat:
Dental Crossbite
Merupakan crossbite yang terbatas pada gigi saja, kebanyakan terjadi pada satu gigi
Penyebab:
- Anomali pada jumlah Gigi (Supernumerary teeth, Missing teeth)
- Anomali pada bentuk Gigi
- Anomali pada ukuran Gigi (Microdontia, Macrodontia)
- Persistence dari gigi desidui
Functional Crossbite
Dapat mengarah pada maloklusi pseudo kelas III
Penyebab:
- Premature loss
- Bad Habit, seperti memindahkan mandibular ke depan sehingga mencapai intracuspasi maksimum
21. Skeletal Crossbite
Merupakan crossbite yang meliputi struktur skeletal, berupa lengkung maksila dan mandibular.
Terjadi karena adanya ketidaksesuaian/kesenjangan pada maksila (retrusi), mandibular (protrusi),
ataupun kombinasi keduanya.
Penyebab:
- Bad Habit (Menghisap jempol, bernapas melalui mulut)
- Trauma saat lahir (ankilosis dari TMJ oleh cedera forseps selama proses melahirkan)
22. Posterior Crossbite
Berdasarkan jumlah gigi yang terlibat:
Single tooth Posterior Crossbite
Suatu kondisi dimana terdapat tumpang tindih(overlapping) dari salah satu gigi
posterior mandibula terhadap salah satu gigi anterior maksila
Segmental Posterior Crossbite
Suatu kondisi dimana terdapat tumpang tindih(overlapping) dari kelompok gigi
posterior mandibula terhadap sekelompok gigi maksila
23. Berdasarkan ada atau tidaknya crossbite posterior pada kedua sisi lengkung gigi:
Unilateral Crossbite
kondisi di mana terdapat crossbite posterior pada salah satu sisi lengkung gigi
Bilateral Posterior Crossbite
kondisi di mana terdapat crossbite posterior pada kedua sisi lengkung gigi
24. Berdasarkan jangkauan/banyaknya crossbite posterior:
Simple Posterior Crossbite
Kondisi di mana cusp buccal dari satu atau lebih gigi posterior maksila oklusi ke arah lingual dari cusp
bukal gigi mandibula
Buccal non-occlusion (Scissor bite)
Cusp palatal dari gigi maksila posterior saat oklusi terletak ke arah bukal dari gigi mandibular posterior
Lingual non-occlusion
Gigi maksila posterior terletak sepenuhnya di palatal dari aspek lingual gigi mandibular posterior.
Cthnya yaitu cusp bukal gigi maksila posterior terletak palatal/lingual dari cusp lingual gigi posterior
mandibular
25. Berdasarkan Struktur yang terlibat:
Dental Crossbite
Merupakan crossbite yang terbatas pada gigi saja
Penyebab:
- Anomali pada jumlah Gigi (Supernumerary teeth, Missing teeth)
- Anomali pada bentuk Gigi
- Anomali pada ukuran Gigi (Microdontia, Macrodontia)
Functional Crossbite
Dapat mengarah pada maloklusi pseudo kelas III
Penyebab:
- Premature loss
- Bad Habit, seperti memindahkan mandibular ke depan sehingga mencapai intracuspasi maksimum
26. Skeletal Crossbite
Merupakan crossbite yang meliputi struktur skeletal, berupa lengkung maksila dan mandibular.
Protrusi mandibular, retrusi maksila, ataupun kombinasi keduanya dapat sebabkan Skeletal Crossbite
Penyebab:
- Bad Habit (Menghisap jempol, bernapas melalui mulut)
- Trauma saat lahir (ankilosis dari TMJ oleh cedera forseps selama proses melahirkan)
27. APA JENIS KEBIASAAN BURUK YANG
DAPAT SEBABKAN CROSSBITE?
JELASKAN PATOFISIOLOGINYA!
Salah satu kebiasaan yang dapat menyebabkan crossbite(posterior) ialah dummy-suckers karena
peningkatan aktivitas pipi dikombinasikan dengan kurangnya dukungan lingual terhadap gigi molar
dan kaninus maksila desidui saat lidah dipaksa ke belakang dan kebawah selama menghisap, atau
bisa juga dikarenakan posisi lidah yang kebawah menyebabkan pelebaran lengkung gigi yang
mengarah pada terjadinya crossbite pada gigi desidui. Hal ini berkaitan erat dengan durasi
(intensiveness) dari kebiasaan tersebut.
The effect of dummy-sucking on the occlusion: a review, Erik Larsson
28. PERAWATAN UNTUK CROSSBITE (MASA
GIGI DESIDUI, BERCAMPUR,
PERMANEN)
Perawatan Crossbite Anterior pada masa pra-remaja
Tongue Blade
Catlan’s appliance atau Lower Anterior Inclined Plane
Removable Orthodontics Appliances, seperti:
1) Alat Ortho Lepasan dengan Double cantilever spring atau “Z” spring
2) Alat Ortho Lepasan dengan Expansion Screw
Orthopedic Appliances, seperti:
1) Face mask serta dengan RME(Rapid Maxillary Expansion)
2) Chin cup appliance
Myofunctional Appliance, seperti:
1) Frankel III appliance
29. Perawatan Crossbite Anterior pada Remaja & Dewasa
Removable orthodontic appliances, seperti:
1) Removable orthodontic appliances dengan expansion screw (mini expansion screw or
medium expansion screw)
Fixed orthodontic appliances
30. Tongue Blade
Digunakan untuk perawatan terhadap crossbite anterior, dengan meletakkan tongue blade dari kayu
tsb di belakang gigi yang alami crossbite pada sudut sekitar 60 derajat terhadap occlusal plane.
Pasien tersebut harus memberikan tekanan dengan menggigit Tongue Blade tsb menggunakan gigi
pada mandibular sebagai fulcrum(titik tumpu) dalam waktu 5-10 menit. Dalam sehari sebaiknya
digunakan selama total 1-2 jam. Dalam 10-14 hari biasanya sudah terlihat crossbite yang berkurang.
Catlan’s Appliance atau Lower Anterior Inclined Plane
Digunakan untuk memberikan ruang yang cukup pada lengkung untuk penyelarasan gigi maksila
yang alami crossbite dan untuk crossbite pada gigi Insisivus maksila yang mengarah ke palatum. Alat
ini terbuat dari resin akrilik atau logam cor yang disemen ke gigi Insisivus mandibular yang didesain
sedemikian rupa membentuk sudut 45 derajat terhadap Maksila Occlusal Plane.
31. Removable Orthodontics Appliances (Alat Ortho Lepasan), seperti:
1) Alat Ortho Lepasan dengan Double cantilever spring atau “Z” spring
Digunakan untuk anterior crossbite pada single tooth atau dua gigi anterior
2) Alat Ortho Lepasan dengan Expansion Screw
Digunakan untuk mengkoreksi crossbite pada single tooth atau segmental teeth
32. Orthopedic Appliances, seperti:
1) Face mask(Reversed Headgear) serta dengan RME(Rapid Maxillary Expansion)
Digunakan untuk perawatan crossbite anterior skeletal selama masa pertumbuhan, sebelum
pertumbuhan rahang terhenti. Alat ini membantu protrusi maksila yang mengalami retrusi, sehingga
menormalkan kembali struktur skeletal.
1) Chin cup appliance
Digunakan untuk menngarahkan kembali pertumbuhan dari mandibular untuk cegah atau
memperbaiki crossbite anterior karena pertumbuhan mandibular yang terlalu cepat. Alat ini cenderung
merotasikan mandibular ke arah posterior dan inferior.
33. Myofunctional Appliance, seperti:
1) Frankel III appliance
Untuk memperbaiki perkembangan Kelas III dari tulang rahang dalam hubungannya
dengan Crossbite anterior
34. Removable orthodontic appliances, seperti:
1) Removable orthodontic appliances dengan expansion screw (mini expansion screw or
medium expansion screw)
Mini Expansion screw digunakan untuk memperbaiki crossbite anterior yang melibatkan 1-2
gigi, sedangkan Medium Expansion Screw digunakan untuk memperbaiki crossbite anterior
yang melibatkan 4-6 gigi