SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 18
Asep, Raja Ayam dari Subang
Membuka
Bisnis Warnet
dengan Modal
Rp 5 Juta
Kaya raya diusia muda? Bagi Asep Sulaiman
Subanda, hal itu kini tak lagi menjadi sebuah
impian. Diusianya yang baru menginjak angka 30
tahun, alumnus Pondok Pesantren Gontor,
Ponorogo, Jawa Timur ini sudah memiliki
perusahaan dengan aset senilai Rp 70 miliar.
Melalui bendera Santika Group, gurita bisnisnya
pun mulai menjalar ke sejumlah sektor usaha. Mulai
peternakan ayam, penyewaan kendaraan bermotor
dan alat berat, perkebunan, hotel hingga agen
perjalanan umroh dan haji. Saban tahun, omzet
perusahaan yang mampu menampung ratusan
pekerja dan petani plasma ini, sudah mencapai
ratusan miliar rupiah.
Siapa bilang untuk membuka usaha warnet
dan game online butuh modal besar? Banyak
yang beranggapan bahwa membuka usaha
warnet butuh modal yang besar di atas angka
Rp 20 juta rupiah. Jika kita lihat bisnis warnet
memang sangat menjanjikan, kebutuhan akan
koneksi internet sekarang ini kian meningkat
sehingga memberikan peluang banyak orang
untuk membuka usaha warnet.
Bagi Asep, apa yang diraihnya saat ini
sesungguhnya tak semudah yang dibayangkan
banyak orang. Sebagai pengusaha, pria
kelahiran Desa Cidahu, Subang ini sudah sering
menelan pil pahit lantaran usahanya merugi.
Tapi berkat keuletan, kerja keras dan
keyakinannya kepada Tuhan, semua rintangan
itu berhasil dia lalui. Asep mengatakan,
kegagalan yang pernah dialaminya, justru
menjadi pelajaran berharga untuk menapaki
tangga kesuksesan. ”Saya pernah merugi
hampir Rp 2,5 miliar akibat virus flu burung.
Tapi alhamdulillah, dengan penanganan yang
lebih baik kerugian itu bisa kembali dalam satu
bulan,” katanya seperti dikutip Trust beberapa
waktu lalu.
Buat yang punya modal kecil, ide bisnis warnet berbasis
jaringan CDMA/GSM bisa menjadi alternatif bisnis
dengan modal kecil yang menjanjikan keuntungan besar.
Alternatif bisnis kecil ini mungkin bukan ide baru, tapi
tidak ada salahnya jika di coba. Dengan ide sederhana
ini akan menjadikan buka usaha warnet akan menjadi
bisnis yang sangat simpel dan tidak lagi harus
mengeluarkan banyak modal hingga puluhan juta rupiah.
Menjalankan bisnis warnet pada umumnya memang
menguntungkan tapi jangka waktu pengembalian modal
atau untung akan semakin lama karena terlalu banyak
pemain yang membuka bisnis warnet ini. Selain itu
resiko kerugian juga menjadi momok yang menakutkan
dalam sebuah usaha bermodal besar.
Sebagai anak seorang pengusaha ayam potong, sedari
muda Asep sudah berkeinginan untuk memiliki usaha
sendiri. Makanya, setelah menyelesaikan sekolahnya di
Gontor, Asep mulai merintis usaha yang menjadi
impiannya itu. ”Tahun 1996 saya belajar langsung
kepada ayah soal usaha ayam,” ungkapnya. Merasa
sudah bisa menjalankan bisnis sendiri, setahun
kemudian Asep mencoba untuk melepas diri dari bayang-
bayang orangtuanya. Dia menyewa satu kandang milik
ayahnya dan mulai memelihara 10 ribu ekor ayam.
Satu setengah bulan kemudian, Asep menikmati hasil
keringkatnya sendiri. Ayam-ayam yang dipeliharanya
itu dijual dan memberikan keuntungan sebesar Rp 10
juta. Mengantongi untung besar, rupanya, membuat
Asep yang saat itu baru menginjak usia 20 tahun
makin ambisus. Suami Vina Nuryanti ini lantas
menjadi petani plasma dan menggelontorkan modal
lebih besar lagi. Jika semula hanya 10 ribu ekor,
dalam periode berikutnya Asep menambah ternaknya
hingga 60 ribu ekor. Dengan ayam sebanyak itu, Asep
berpikir bakal mengantongi untung hingga Rp 60 juta.
Tapi apa mau dikata. Ambisi besarnya itu justru
berbuah pil pahit. Asep menderita kerugian sebanyak
Rp 80 juta.
Kegagalan itu membuat Asep sempat patah
arang. Maklum, sebagian besar modal usahanya
diperoleh dari perusahaan inti. Untungnya, ia
tak terlalu lama larut dalam kegagalan.
Menghadapi situasi yang amat sulit itu, Asep
lantas mengambil sebuah keputusan dramatis.
”Untuk menutup kerugian itu, saya menambah
jumlah ayam hingga 90 ribu ekor,” ujarnya.
Celakanya, upaya penyelamatan itu gagal total.
Bukannya untung, pria yang tak menyelesaikan
kuliahnya di Universitas Subang ini justru merugi
lebih besar, sekitar Rp 90 juta. Tak ayal, kondisi
itu membuat bisnis Asep bangkrut. Dengan utang
senilai Rp 170 juta, Asep hanya memiliki aset
berupa jip tua seharga Rp 4 juta. ”Hampir setiap
hari saya selalu dikejar-kejar debt collector,”
akunya.
Melihat anaknya dalam kesulitan, sang ayah,
Shobur Tadjudin, akhirnya turun tangan. Dengan
reputasinya yang cukup baik, Shobur lantas
menjadi penjamin semua utang-utang Asep.
Alhamdulillah semua kreditur bersedia
melunakkan sikapnya dan mau memahami
kondisi sang buah hati. Setelah persoalan utang
bisa ditangani, Asep mulai merintis kembali
usahanya. Namun, strategi bisnisnya diubah.
Jika semula menjadi petani plasma, dia
memutuskan untuk hanya menjadi pedagang
saja. Menurutnya, dalam rantai bisnis ayam,
trading merupakan bidang usaha yang paling
minim resikonya.
Untuk memudahkan usahanya, semua kandang yang
dimiliki Asep diserahkan kepada inti. Syaratnya, semua
ayam yang dipelihara oleh inti harus dijual kepadanya.
Tawaran itu rupanya mendapat sambutan dari inti. Alhasil,
bisnisnya pun mulai kembali bersemi. Setelah memiliki
modal yang cukup, Asep lantas memberanikan diri untuk
menjadi perusahaan inti dan mengembangkan petani
plasma sendiri. Semua kandang yang sempat disewakan
ke inti kembali dikelolanya. Sementara para petani plasma
yang berniat bergabung diberikan modal usaha.
Diantaranya meliputi bibit ayam, pakan, dan obat-obatan.
Petani peternak hanya diminta untuk menyediakan
tempat, kandang ayam, dan tenaga kerja. Pada tahap
awal, Asep menggandeng 20 peternak plasma dengan
total ternak sebanyak 40.000 ekor. Ditambah dengan
ayam peliharannya, ketika itu Asep memiliki tak kurang
dari 100 ribu ekor sekali panen.
Untuk mengurangi resiko Asep turun langsung membina
para petani plasmanya. Hubungan dengan para petani juga
dijaga sebaik mungkin. ”Prinsipnya kami bisa sama-sama
mendapatkan manfaat dari kerjasama ini,” katanya.
Dengan starteginya itu, bisnis Asep berkembang semakin
cepat. Hanya dalam rentang 2 tahun, pada 2002, produksi
plasmanya naik menjadi 150.000 ekor per sekali panen.
Masa panen sendiri berkisar antara 1,5-2 bulan.
Merasa bisnis ayamnya mulai sehat, pada tahun 2003
Asep pun mulai mengincar usaha lain. Lantaran butuh
tambahan modal, dia lantas mengajukan kredit ke
sebuah bank. Tapi ditolak. Tak dinyana, ketika
menawarkan diri ke bank BNI, proposal pinjamannya
disetujui. Lebih menggemberikan lagi, selain diberikan
kredit sebesar Rp 1 miliar, perusahaannya juga
mendapatkan konsultasi manajemen dari BNI. ”Saya
mendapatkan banyak ilmu,” kata dia.
Ketika wabah flu burung merebak tahun 2004,
bisnis Asep juga terkena imbasnya. Saat itu dia
mengalami kerugian hingga Rp 2,5 miliar.
Untungnya, kerugian itu bisa ditutup. Bahkan,
tak lama kemudian dia mendapatkan tambahan
kredit untuk memperluas usahanya. Dengan
payung usaha Santika Group, Asep kini
memiliki sejumlah perusahaan yang bergerak di
berbagai sektor usaha.
PT Metrovet Anugrah Lestari menggarap penyediaan
mulitivitamin, antibiotika, kemoterapeutika,
anthelmintika, anti koksidiosis, serta disinfektan.
Smunya untuk ternak ayam. Lewat PT Santika Duta
Nusantara ia mendirikan unit usaha Penyediaan Satuan
Produksi Ternak berupa bibit Ayam, pakan, dan
peralatan pendukung lainnya. Asep juga mendirikan
tempat pemotongan ayam, menjalankan bisnis
penjualan ayam hingga menggarap usaha waralaba
ayam goreng siap saji. Dengan diversifikasi usaha ini,
perusahaannya mampu menyerap tenaga kerja hingga
228 orang yang kebanyakan berasal dari Subang. Untuk
usaha waralaba, ia menjalin kemitraan dengan 300
pedagang.
Di luar bisnis ayam, Asep memiliki PT Aufa Duta
Nusantara, sebuah agen tour dan travel yang menggarap
bisnis penyelenggaraan ibadah haji. ”Musim haji ini kami
akan memberangkatkan 1000 jemaah,” katanya. Lalu,
dengan bendera PT Santika Berlian Nusantara ia
menyewakan kendaraan roda, termasuk alat berat di
lokasi tambang batubara. Baru-baru ini dia terjun ke bisnis
hotel melalui PT Sabanda Propertindo Utama. Hotel melati
yang telah dibelinya kini sedang direnovasi untuk
dijadikan hotel berbintang tiga. Saat ini asep mulai
merintis usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan
perkebunan di Kalimantan dengan luas lahan mencapai
1000 ha. Gurita bisnisnya memang sudah menjalar ke
sejumlah daerah. Mulai Indramayu, Karawang,
Purwakarta, Malang, Kalimantan, Jakarta hingga
merambah ke negeri tetangga Malaysia, Singapura, dan
Brunei Darussalam. ”Saya ingin menunjukan bahwa bisnis
tak harus selalu digerakan dari kota besar,” katanya.
................
Oh yaaa
Ada ada aje
kmu...
Ya
hehehehe
.....
AMIN-lah
Pha
Kbr malam ini
Sepertinya
Ibu lelah
....
Tapi, dlam keadaan apapun
Ibu tetap
CANTIK
Dan
CERIA
...
hehehe
...
Bagi dong resepnya
AYAHku mengajariku
untuk tetap SENYUM
Dalam keadaan
apapun
.....
SENYUM ADALAH
PINTU MENUJU
KEMENANGAN
DALAM
KELEMBUTAN JIWA
DAN
KEGANTENGAN RAGA
(by.Raja Bawang)
Trims, Pak Chi, Atas
Ilmunya.....AMIN
Selamat Jalan
ATAS
Kunjungan ANDA
di
Daerah Kami
.....
Sehat dan Sukses
AMIN

Más contenido relacionado

Más de sofianomics

Catatan harian hujan
Catatan harian hujanCatatan harian hujan
Catatan harian hujansofianomics
 
Jejak2 kaki hujan
Jejak2 kaki hujanJejak2 kaki hujan
Jejak2 kaki hujansofianomics
 
Buya sabe (sarung ibuku)
Buya sabe (sarung ibuku)Buya sabe (sarung ibuku)
Buya sabe (sarung ibuku)sofianomics
 
Presentasi disenyum mentari di hujan (koleksi.com)
Presentasi disenyum mentari di hujan (koleksi.com)Presentasi disenyum mentari di hujan (koleksi.com)
Presentasi disenyum mentari di hujan (koleksi.com)sofianomics
 
Natuna.presentasi.hujan
Natuna.presentasi.hujanNatuna.presentasi.hujan
Natuna.presentasi.hujansofianomics
 

Más de sofianomics (9)

Catatan harian hujan
Catatan harian hujanCatatan harian hujan
Catatan harian hujan
 
Jejakkakihujan
JejakkakihujanJejakkakihujan
Jejakkakihujan
 
Jejak2 kaki hujan
Jejak2 kaki hujanJejak2 kaki hujan
Jejak2 kaki hujan
 
Buya sabe (sarung ibuku)
Buya sabe (sarung ibuku)Buya sabe (sarung ibuku)
Buya sabe (sarung ibuku)
 
Sahabat
SahabatSahabat
Sahabat
 
Usman.com
Usman.comUsman.com
Usman.com
 
Presentasi disenyum mentari di hujan (koleksi.com)
Presentasi disenyum mentari di hujan (koleksi.com)Presentasi disenyum mentari di hujan (koleksi.com)
Presentasi disenyum mentari di hujan (koleksi.com)
 
Natuna.presentasi.hujan
Natuna.presentasi.hujanNatuna.presentasi.hujan
Natuna.presentasi.hujan
 
Presentation3
Presentation3Presentation3
Presentation3
 

Mentari dan hujan di kiat bisnis, peternakan ayam (7)

  • 1. Asep, Raja Ayam dari Subang
  • 2.
  • 3. Membuka Bisnis Warnet dengan Modal Rp 5 Juta Kaya raya diusia muda? Bagi Asep Sulaiman Subanda, hal itu kini tak lagi menjadi sebuah impian. Diusianya yang baru menginjak angka 30 tahun, alumnus Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur ini sudah memiliki perusahaan dengan aset senilai Rp 70 miliar. Melalui bendera Santika Group, gurita bisnisnya pun mulai menjalar ke sejumlah sektor usaha. Mulai peternakan ayam, penyewaan kendaraan bermotor dan alat berat, perkebunan, hotel hingga agen perjalanan umroh dan haji. Saban tahun, omzet perusahaan yang mampu menampung ratusan pekerja dan petani plasma ini, sudah mencapai ratusan miliar rupiah.
  • 4. Siapa bilang untuk membuka usaha warnet dan game online butuh modal besar? Banyak yang beranggapan bahwa membuka usaha warnet butuh modal yang besar di atas angka Rp 20 juta rupiah. Jika kita lihat bisnis warnet memang sangat menjanjikan, kebutuhan akan koneksi internet sekarang ini kian meningkat sehingga memberikan peluang banyak orang untuk membuka usaha warnet. Bagi Asep, apa yang diraihnya saat ini sesungguhnya tak semudah yang dibayangkan banyak orang. Sebagai pengusaha, pria kelahiran Desa Cidahu, Subang ini sudah sering menelan pil pahit lantaran usahanya merugi. Tapi berkat keuletan, kerja keras dan keyakinannya kepada Tuhan, semua rintangan itu berhasil dia lalui. Asep mengatakan, kegagalan yang pernah dialaminya, justru menjadi pelajaran berharga untuk menapaki tangga kesuksesan. ”Saya pernah merugi hampir Rp 2,5 miliar akibat virus flu burung. Tapi alhamdulillah, dengan penanganan yang lebih baik kerugian itu bisa kembali dalam satu bulan,” katanya seperti dikutip Trust beberapa waktu lalu.
  • 5. Buat yang punya modal kecil, ide bisnis warnet berbasis jaringan CDMA/GSM bisa menjadi alternatif bisnis dengan modal kecil yang menjanjikan keuntungan besar. Alternatif bisnis kecil ini mungkin bukan ide baru, tapi tidak ada salahnya jika di coba. Dengan ide sederhana ini akan menjadikan buka usaha warnet akan menjadi bisnis yang sangat simpel dan tidak lagi harus mengeluarkan banyak modal hingga puluhan juta rupiah. Menjalankan bisnis warnet pada umumnya memang menguntungkan tapi jangka waktu pengembalian modal atau untung akan semakin lama karena terlalu banyak pemain yang membuka bisnis warnet ini. Selain itu resiko kerugian juga menjadi momok yang menakutkan dalam sebuah usaha bermodal besar. Sebagai anak seorang pengusaha ayam potong, sedari muda Asep sudah berkeinginan untuk memiliki usaha sendiri. Makanya, setelah menyelesaikan sekolahnya di Gontor, Asep mulai merintis usaha yang menjadi impiannya itu. ”Tahun 1996 saya belajar langsung kepada ayah soal usaha ayam,” ungkapnya. Merasa sudah bisa menjalankan bisnis sendiri, setahun kemudian Asep mencoba untuk melepas diri dari bayang- bayang orangtuanya. Dia menyewa satu kandang milik ayahnya dan mulai memelihara 10 ribu ekor ayam.
  • 6. Satu setengah bulan kemudian, Asep menikmati hasil keringkatnya sendiri. Ayam-ayam yang dipeliharanya itu dijual dan memberikan keuntungan sebesar Rp 10 juta. Mengantongi untung besar, rupanya, membuat Asep yang saat itu baru menginjak usia 20 tahun makin ambisus. Suami Vina Nuryanti ini lantas menjadi petani plasma dan menggelontorkan modal lebih besar lagi. Jika semula hanya 10 ribu ekor, dalam periode berikutnya Asep menambah ternaknya hingga 60 ribu ekor. Dengan ayam sebanyak itu, Asep berpikir bakal mengantongi untung hingga Rp 60 juta. Tapi apa mau dikata. Ambisi besarnya itu justru berbuah pil pahit. Asep menderita kerugian sebanyak Rp 80 juta.
  • 7. Kegagalan itu membuat Asep sempat patah arang. Maklum, sebagian besar modal usahanya diperoleh dari perusahaan inti. Untungnya, ia tak terlalu lama larut dalam kegagalan. Menghadapi situasi yang amat sulit itu, Asep lantas mengambil sebuah keputusan dramatis. ”Untuk menutup kerugian itu, saya menambah jumlah ayam hingga 90 ribu ekor,” ujarnya.
  • 8. Celakanya, upaya penyelamatan itu gagal total. Bukannya untung, pria yang tak menyelesaikan kuliahnya di Universitas Subang ini justru merugi lebih besar, sekitar Rp 90 juta. Tak ayal, kondisi itu membuat bisnis Asep bangkrut. Dengan utang senilai Rp 170 juta, Asep hanya memiliki aset berupa jip tua seharga Rp 4 juta. ”Hampir setiap hari saya selalu dikejar-kejar debt collector,” akunya.
  • 9. Melihat anaknya dalam kesulitan, sang ayah, Shobur Tadjudin, akhirnya turun tangan. Dengan reputasinya yang cukup baik, Shobur lantas menjadi penjamin semua utang-utang Asep. Alhamdulillah semua kreditur bersedia melunakkan sikapnya dan mau memahami kondisi sang buah hati. Setelah persoalan utang bisa ditangani, Asep mulai merintis kembali usahanya. Namun, strategi bisnisnya diubah. Jika semula menjadi petani plasma, dia memutuskan untuk hanya menjadi pedagang saja. Menurutnya, dalam rantai bisnis ayam, trading merupakan bidang usaha yang paling minim resikonya.
  • 10. Untuk memudahkan usahanya, semua kandang yang dimiliki Asep diserahkan kepada inti. Syaratnya, semua ayam yang dipelihara oleh inti harus dijual kepadanya. Tawaran itu rupanya mendapat sambutan dari inti. Alhasil, bisnisnya pun mulai kembali bersemi. Setelah memiliki modal yang cukup, Asep lantas memberanikan diri untuk menjadi perusahaan inti dan mengembangkan petani plasma sendiri. Semua kandang yang sempat disewakan ke inti kembali dikelolanya. Sementara para petani plasma yang berniat bergabung diberikan modal usaha. Diantaranya meliputi bibit ayam, pakan, dan obat-obatan. Petani peternak hanya diminta untuk menyediakan tempat, kandang ayam, dan tenaga kerja. Pada tahap awal, Asep menggandeng 20 peternak plasma dengan total ternak sebanyak 40.000 ekor. Ditambah dengan ayam peliharannya, ketika itu Asep memiliki tak kurang dari 100 ribu ekor sekali panen.
  • 11. Untuk mengurangi resiko Asep turun langsung membina para petani plasmanya. Hubungan dengan para petani juga dijaga sebaik mungkin. ”Prinsipnya kami bisa sama-sama mendapatkan manfaat dari kerjasama ini,” katanya. Dengan starteginya itu, bisnis Asep berkembang semakin cepat. Hanya dalam rentang 2 tahun, pada 2002, produksi plasmanya naik menjadi 150.000 ekor per sekali panen. Masa panen sendiri berkisar antara 1,5-2 bulan.
  • 12. Merasa bisnis ayamnya mulai sehat, pada tahun 2003 Asep pun mulai mengincar usaha lain. Lantaran butuh tambahan modal, dia lantas mengajukan kredit ke sebuah bank. Tapi ditolak. Tak dinyana, ketika menawarkan diri ke bank BNI, proposal pinjamannya disetujui. Lebih menggemberikan lagi, selain diberikan kredit sebesar Rp 1 miliar, perusahaannya juga mendapatkan konsultasi manajemen dari BNI. ”Saya mendapatkan banyak ilmu,” kata dia.
  • 13. Ketika wabah flu burung merebak tahun 2004, bisnis Asep juga terkena imbasnya. Saat itu dia mengalami kerugian hingga Rp 2,5 miliar. Untungnya, kerugian itu bisa ditutup. Bahkan, tak lama kemudian dia mendapatkan tambahan kredit untuk memperluas usahanya. Dengan payung usaha Santika Group, Asep kini memiliki sejumlah perusahaan yang bergerak di berbagai sektor usaha.
  • 14. PT Metrovet Anugrah Lestari menggarap penyediaan mulitivitamin, antibiotika, kemoterapeutika, anthelmintika, anti koksidiosis, serta disinfektan. Smunya untuk ternak ayam. Lewat PT Santika Duta Nusantara ia mendirikan unit usaha Penyediaan Satuan Produksi Ternak berupa bibit Ayam, pakan, dan peralatan pendukung lainnya. Asep juga mendirikan tempat pemotongan ayam, menjalankan bisnis penjualan ayam hingga menggarap usaha waralaba ayam goreng siap saji. Dengan diversifikasi usaha ini, perusahaannya mampu menyerap tenaga kerja hingga 228 orang yang kebanyakan berasal dari Subang. Untuk usaha waralaba, ia menjalin kemitraan dengan 300 pedagang.
  • 15. Di luar bisnis ayam, Asep memiliki PT Aufa Duta Nusantara, sebuah agen tour dan travel yang menggarap bisnis penyelenggaraan ibadah haji. ”Musim haji ini kami akan memberangkatkan 1000 jemaah,” katanya. Lalu, dengan bendera PT Santika Berlian Nusantara ia menyewakan kendaraan roda, termasuk alat berat di lokasi tambang batubara. Baru-baru ini dia terjun ke bisnis hotel melalui PT Sabanda Propertindo Utama. Hotel melati yang telah dibelinya kini sedang direnovasi untuk dijadikan hotel berbintang tiga. Saat ini asep mulai merintis usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan perkebunan di Kalimantan dengan luas lahan mencapai 1000 ha. Gurita bisnisnya memang sudah menjalar ke sejumlah daerah. Mulai Indramayu, Karawang, Purwakarta, Malang, Kalimantan, Jakarta hingga merambah ke negeri tetangga Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. ”Saya ingin menunjukan bahwa bisnis tak harus selalu digerakan dari kota besar,” katanya.
  • 16. ................ Oh yaaa Ada ada aje kmu... Ya hehehehe ..... AMIN-lah Pha Kbr malam ini Sepertinya Ibu lelah .... Tapi, dlam keadaan apapun Ibu tetap CANTIK Dan CERIA ... hehehe ... Bagi dong resepnya
  • 17. AYAHku mengajariku untuk tetap SENYUM Dalam keadaan apapun ..... SENYUM ADALAH PINTU MENUJU KEMENANGAN DALAM KELEMBUTAN JIWA DAN KEGANTENGAN RAGA (by.Raja Bawang)
  • 18. Trims, Pak Chi, Atas Ilmunya.....AMIN Selamat Jalan ATAS Kunjungan ANDA di Daerah Kami ..... Sehat dan Sukses AMIN