4. Menurut The Joint National
Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood
Pressure (JNC) hipertensi
adalah suatu sindrom atau
kumpulan gejala kardiovaskuler
yang progresif, sebagai akibat
dari kondisi lain yang kompleks
dan saling berhubungan.
7. Diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan
pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua
pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan
volume urin yang diproduksi dan yang kedua
menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat
terlarut dan air.
Diuretik bekerja dengan meningkatkan ekskresi natrium,
air dan darah sehingga menurunkan volume darah dan
vairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah
jantung.
8. Proses
Pembentukan
Urin
Your Text Here
You can simply impress
your audience and add a
unique zing.
Your Text Here
You can simply impress
your audience and add a
unique zing.
Your Text Here
You can simply impress
your audience and add a
unique zing.
9. Golongan Inhibitor Karbonik Anhidrase
Mekanisme
Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi
CO2 + H2O
menjadi H2CO3. Obat ini bekerja pada tubulus proksimal
(nefron) dengan mencegahreabsorpsi bikarbonat (hidrogen
karbonat), natrium, kalium, dan air semuazat ini
meningkatkan produksi urine.
Contoh obat golongan inhibitor karbonik anhidrase :
Asetazolamid
Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250
mg untukpemberian oral.
10. Golongan Loop Diuretik
Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per hari.
Sediaan IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-
1 mg/kg BB
Asam Etakrinat
Tablet 20,40, dan 80 mg.
Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari.
Dosis anak 2mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB.
Furosemid
Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0.5-2mg sehari.
Dosis maksimal per hari 10 mg.
Obat ini tersedia juga dalam bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM
dosis awal antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3 jam maksimum 10mg/kg.
Bumetanid
Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida,
dan kalium pada segmentebal ujung asenden ansa Henle (nefron)
melalui inhibisi pembawa klorida. Contoh obat golongan loop diuretik :
11. Golongan Tiazid
Tiazid bekerja dengan
meningkatkan ekskresi natrium,
klorida dan sejumlah air. Efek
natriuresis dan kloruresis ini
disebabkan oleh penghambatan
reabsorbsi elektrolit pada hulu
tubuli distal. Pada penderita
hipertensi, tiazid menurunkan
tekanan darah bukan saja karena
efek diuretiknya, tetapi juga karena
efek langsung terhadap arteriol
sehingga terjadi vasodilatasi.
12. Golongan Hemat Kalium
bersaing dengan
reseptortubularnya yang terletak
di nefron sehingga
mengakibatkan retensi kalium
dan peningkatan ekskresi air
serta natrium. Diuretik yang
mempertahankan kalium
lainnya termasuk amilorida,
yang bekerja pada duktus
pengumpul untuk menurunkan
reabsorpsi natrium dan ekskresi
kalium dengan membloksaluran
natrium, tempat aldosteron
bekerja.
Golongan Aldosteron
Kedua obat ini terutama
memperbesar ekskresi natrium
dan klorida, sedangkan
eksresikalium berkurang dan
ekskresi bikarbonat tidak
mengalami
perubahan.Triamteren
menurunkan ekskresi K+
dengan menghambat sekresi
kalium di sel tubuli
distal.Dibandingkan dengan
triamteren, amilorid jauh lebih
mudah larut dalam air sehingga
lebihmudah larut dalam air
Triamteren dan Amilorid
14. Golongan CCB
Calcium Channel Blocker (CCB) bekerja menurunkan
tekanan darah dengan memperlambat pergerakan
kalsium ke dalam sel jantung dan dinding arteri
(pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke
jaringan), sehingga arteri menjadi relax dan
menurunkan tekanan dan aliran darah ke jantung.
Mekanisme kerja
Ada dua subkelas CCB, dihidropiridine dan nondihidropiridine. Keduanya
sangat berbeda satu sama lain. Efektifitas antihipertensinya hampir sama,
tetapi ada perbedaan pada efek farmakodinamik yang lain. Efek samping dari
dihidropiridin adalah pusing, flushing, sakit kepala, edema perifer, mood
changes dan gangguan gastrointestinal. Efek samping pusing, sakit kepala
dan edema perifer lebih jarang terjadi pada nondihidropiridin verapamil dan
diltiazem karena vasodilatasinya tidak sekuat dihidropiridin.
15. Golongan Dihidropiridin
Efek vasodilatasinya amat kuat. Contohnya,
antara lain nifedipin, nisoldipin, amlodipin,
felodipin, nicardipin dan nimodipin.
Dihidropiridin dapat meningkatkan refleks
mediasi baroreseptor pada denyut jantung.
Hal disebabkan oleh potensi efek vasodilatasi
perifer. Dihidropiridin pada umumnya tidak
menurunkan konduksi nodus atrioventrikular.
16. Golongan Nondihidropiridin
Non dihidropriridin menurunkan denyut jantung dan
memperlambat konduksi nodus atrioventricular.
Contohnya, verapamil dan diltiazem. Verapamil
menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi
nodus atrioventrikuler dan menghasilkann efek
ionotropik yang dapat memicu gagal jantung pada
penderita lemah jantung yang parah. Diltiazem dapat
disamakan khasiatnya dengan verapamil, tetapi efek
ionotropik negatifnya lebih ringan.
17. Dibandingkan dengan antihipertensi lain, obat-obat golongan CCB lebih sering memperli
hatkan efek samping, yang paling sering terjadi diantaranya adalah pusing, nyeri kepala,
rasa panas di muka (flushing) dan terutama pada derivat piridin takikardi, dan udema di
pergelangan kaki (akibat vasodilatasi perifer). Umumnya, efek ini bersifat sementara.
Bradikardi, atrioventrikular block, hipotensi, dan obstipasi terutama terjadi pada obat-ob
at non piridin. Selain itu, obat-obat ini menghambat agregasi trombosit dan kelainandara
h lain, gangguan penglihatan, reaksi kulit alergis, nervositas dan rasa tidak bertenaga.
18. Penggunaan obat golongan
Calcium Channel Blocker (CCB)
Nama Obat Rentang Dosis (mg/hari) Frekuensi penggunaan sehari
Amlodipin 2.5-10 1x
Nifedipin 5-40 1x
Felodipin 5-20 1x
Ditiazem 120-480 1x
Verapamil 180-480 1-2x
19. Amlodipin
Mekanisme kerja:
Menghambat pergerakan ion kalsium melintasi membran sel sistemik dan
otot polos pembuluh darah coroner. Sehingga tidak terjadi influk kalsium
dalam pembuluh darah dan mencegah terjadinya vasokonstriksi otot polos
pembuluh darah. Dengan mencegah terjadinya vasokonstrisi otot polos
pembuluh darah maka akan terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah
yang mengakibatkan penurunan tekanan perfusi di pembuluh darah
sehingga tekanan darah akan turun dan resiko stroke akan berkurang
Dosis :
Amlodipin diminum 1 kali sehari 5 mg, maksimal pemberian 10 mg
20. Nikardipin
Mekanisme kerja :
Menghambat pergerakan ion kalsium melintasi membran sel sistemik dan otot
polos pembuluh darah koroner. Sehingga tidak terjadi influk kalsium dalam
pembuluh darah dan mencegah terjadinya vasokonstriksi otot polos pembuluh
darah. Dengan mencegah terjadinya vasokonstrisi otot polos pembuluh darah
maka akan terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah yang mengakibatkan
penurunan tekanan perfusi di pembuluh darah sehingga tekanan darah akan
turun.
Dosis :
Dosis awal 3 kali sehari 20 mg, meningkat sampai 3 kali sehari 30 mg dengan
dosis lazim 60-120 mg sehari.
21. Nifedipine
Mekanisme kerja :
Menghambat pergerakan ion kalsium melintasi
membran sel myocardium dan sistemik. Selain itu
nifedipin dapat menurunkan resistensi pembuluh
darah perifer dengan meminimalkan efek pada
konduksi SA node dan AV node, sehingga dapat
mengurangi kebutuhan oksigen myocardial dan
mencegah kejang arteri koroner
Dosis :
Dosis awal 3 kali sehari 10 mg setelah makan
dan dosis pemeliharaan 3 kali sehari 5 mg
sampai 20 mg
22. Mekanisme kerja :
Menghambat pergerakan ion
kalsium melintasi membran sel
yang mengakibatkan kontraksi
otot polos pembuluh darah
Dosis :
Varampamil diberikan dosis 3-4
kali sehari 80mg, maksimal
pemberian 720mg sehari untuk
beberapa minggu
Verapamil
Mekanisme kerja :
Menghambat pergerakan ion kalsium
melintasi membran sel sistemik dan
otot polos pembuluh darah koroner,
memperlambat pergerakan ion
kalsium melintasi membran sel antara
otot jantung dan sel cardiac
pacemaker, menurunkan konduksi
dari sinoatrial (SA) and atrioventricular
(AV)
Dosis :
3 kali sehari 60mg, bila perlu
dinaikkan sampai 3 kali sehari 120mg
Diltiazem
01 02
Patofisiologi terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Renin disintesis dan disimpan dalam bentuk inaktif yang disebut prorenin dalam sel-sel jukstaglomerular (sel JG) pada ginjal. Sel JG merupakan modifikasi dari sel-sel otot polos yang terletak pada dinding arteriol aferen tepat di proksimal glomeruli. Bila tekanan arteri menurun, reaksi intrinsik dalam ginjal itu sendiri menyebabkan banyak molekul protein dalam sel JG terurai dan melepaskan renin.
Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat dan memiliki efek-efek lain yang juga mempengaruhi sirkulasi. Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Pengaruh pertama, yaitu vasokonstriksi, timbul dengan cepat. Vasokonstriksi terjadi terutama pada arteriol dan sedikit lemah pada vena. Cara kedua dimana angiotensin II meningkatkan tekanan arteri adalah dengan bekerja pada ginjal untuk menurunkan ekskresi garam dan air.
Vasopresin, disebut juga antidiuretic hormone (ADH), bahkan lebih kuat daripada angiotensin sebagai vasokonstriktor, jadi kemungkinan merupakan bahan vasokonstriktor yang paling kuat dari ubuh. Bahan ini dibentuk di hipotalamus tetapi diangkut menuruni pusat akson saraf ke glandula hipofise posterior, dimana akhirnya disekresi ke dalam darah.
Aldosteron, yang disekresikan oleh sel-sel zona glomerulosa pada korteks adrenal, adalah suatu regulator penting bagi reabsorpsi natrium (Na+ ) dan sekresi kalium (K+ ) oleh tubulus ginjal. Tempat kerja utama aldosteron adalah pada sel-sel prinsipal di tubulus koligentes kortikalis. Mekanisme dimana aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium sementara pada saat yang sama meningkatkan sekresi kalium adalah dengan merangsang pompa natriumkalium ATPase pada sisi basolateral dari membran tubulus koligentes kortikalis. Aldosteron juga meningkatkan permeabilitas natrium pada sisi luminal membran.