Pada masa pandemi COVID-19, pola konsumsi masyarakat berubah dari offline ke online karena adanya social distancing. Perubahan ini mendorong pertumbuhan e-commerce dan memicu keinginan masyarakat untuk memasak sendiri, makan sehat, dan memperhatikan keamanan pangan serta makanan lokal.
2. Terdapat dua istilah yang berbeda dalam konsep kebiasaan
makan, yaitu ada istilah food habit dan eating habit.
Food habit terdiri dari 2 kata yaitu habit yang artinya
kebiasaan dan food artinya pangan atau makanan.
Sehingga food habit diartikan sebagai suatu pola
perilaku konsumsi pangan yang diperoleh karena
terjadi secara berulang-ulang dan menjadi suatu
bentuk yang paten atau tetap.
Sedangkan eating habit artinya adalah tindakan
makan, sehingga eating habit berbeda dengan food
habit. Eating habit berkaitan dengan aktivitas
melakukan makan itu sendiri
3. Kebiasaan makan merupakan sebagai cara-cara individu atau kelompok masyarakat
dalam memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang
didasari pada latar belakang sosial budaya tempat mereka hidup.(den Hertog dan van
Staveren, 1983).
Kebiasaan makan merupakan cara individu atau kelompok individu memilih pangan
dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologik, psikologik, dan
sosial budaya (Sanjur 1982).
Kebiasaan makan merupakan istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku
yang berhubungan dengan makanan dan makan seperti tata krama makan, frekuensi
makan, pola makanan yang dimakan, kepercayaan tentang makan, distribusi makan
antar anggota keluarga. Kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan
dengan makan seseorang, pola makanan atau susunan hidangan yang dimakan,
pantangan, distribusi makanan dalam anggota keluarga (Suhardjo, 1989)
4. Menurut (Koentjaraningrat, 2004) wujud dari budaya atau
kebudayaan dapat berupa benda-benda fisik, sistim tingkah laku
dan tindakan yang terpola/sistim sosial, sistim gagasan atau adat-
istiadat serta kepribadian atau nilai-nilai budaya.
maka dapat dikatakan bahwa makanan atau kebiasaan makan
merupakan suatu produk budaya yang berhubungan dengan
sistim tingkah laku dan tindakan yang terpola (sistim sosial) dari
suatu komunitas masyarakat tertentu. Sedangkan makanan yang
merupakan produk pangan sangat tergantung dari faktor pertanian
di daerah tersebut dan merupakan produk dari budaya juga.
5. Hasil penelitian Zulkarnain 2018 yang berjudul ‘Strategi
Komunikasi, Ketersediaan dan Akses, Budaya, dan
Sikap Sebagai Determinan Faktor Kebiasaan Makan
Pangan Lokal di Kabupaten Bengkulu Utara’, yg
dilakukan di 7 desa pada 5 kecamatan di Kabupaten
Bengkulu Utara dengan sampel sebanyak 280 rumah
tangga tersebut menghasilkan fakta bahwa
budaya mempengaruhi sikap terhadap kebiasaan makan pangan lokal secara
signifikan. Budaya dengan nilai-nilai, sistem sosial dan material yang terkait
dengan pangan lokal membuat sikap rumah tangga setuju terhadap kebiasaan
makan pangan lokal.
Hal ini berarti bahwa kebudayaan di mana seorang
individu tinggal dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap terhadap kabiasaan
makannya,
Menurut Sjahmin (2001)
bahwa
“ kebiasaan makan
masyarakat banyak
ditentukan oleh budaya,
kepercayaan dan
lingkungan dimana
masyarakat itu berada”.
6. POLA KONSUMSI PANGAN PENDUDUK
INDONESIA
Penilaian terhadap konsumsi pangan penduduk secara
kuantitas dapat ditunjukkan melalui volume konsumsi
pangan penduduk
(gram/kap/hari dan kilogram/kap/tahun), konsumsi energi
penduduk (kkal/kap/hari), dan konsumsi protein penduduk
(gram protein/kap/hari).
Salah satu indikator yang digunakan dalam menilai
kualitas konsumsi pangan adalah Pola Pangan Harapan
(PPH)
Penilaian terhadap konsumsi pangan
penduduk secara kuantitas dapat
ditunjukkan melalui volume konsumsi
pangan penduduk
(gram/kap/hari dan kilogram/kap/tahun),
konsumsi energi penduduk (kkal/kap/hari),
dan konsumsi protein penduduk (gram
protein/kap/hari).
Salah satu indikator yang digunakan dalam
menilai kualitas konsumsi pangan adalah
Pola Pangan Harapan (PPH)
POLA KONSUMSI PANGAN
PENDUDUK DI INDONESIA
9. Pertumbuhan tertinggi pengeluaran nominal
terjadi pada kelompok sayuran dan buah-
buahan yaitu rata-rata sebesar 19,78% dan
9,74% dibandingkan tahun sebelumnya.
Fenomena ini terjadi diduga kuat karena
adanya pandemi yang membuat kesadaran
masyarakat untuk
meningkatkan imun dengan konsumsi bahan
makanan sehat seperti sayur dan buah.
Kelompok komoditas lainnya adalah bumbu-
bumbuan meningkat cukup besar dari tahun
sebelumnya.
Ini juga mengindikasikan konsumsi rempah-
rempah yang masuk ke dalam kategori bumbu
seperti jahe meningkat di masa pandemi.
10. Rata-rata konsumsi kalori penduduk Indonesia pada tahun 2019 sebesar 2.112,06 kkal atau turun
sebesar 8,46 kkal dibandingkan tahun 2019.
Sumber utama konsumsi kalori penduduk Indonesia adalah dari kelompok padi-padian
yang mencapai 38,54% pada tahun 2020, diikuti oleh kelompok makanan dan minuman
lain sebesar 24,69%.
11. Rata-rata Konsumsi Kalori (kkal) dan Protein (gram) per kapita sehari menurut
kelompok makanan, Tahun 2019 dan 2020
12. sumber protein pada pola konsumsi protein penduduk Indonesia berasal dari kelompok
padi-padian yang mencapai 30,92% pada tahun 2020 dan disusul dari kelompok
makanan dan minuman jadi sebesar 25,72%
13. Menurut Khumaidi ( 2004) Faktor-faktor yang berpengaruh pada kebiasaan makan masyarakat
pada dasarnya dapat digolongkan dua faktor utama, yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsic.
a. Faktor Lingkungan Alam
• Pola makan masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya dipengaruhi oleh jenis-jenis
bahan makanan yang umum dapat diperoleh di tempat.
b. Faktor Lingkungan Sosial
• Lingkungan sosial memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan perbedaan
kebiasaan makan.Tiap-tiap bangsadan suku bangsa mempunyai kebiasaan makan yang
berbeda-beda seseuai dengan kebudayaanyang dianut turun-temurun
FAKTOR EKSTRINSIK
14. c. Faktor Lingkungan Budaya dan Agama
• Faktor lingkungan budaya yang berkaitan dengan kebiasaan
makan biasanya meliputi nilai-nilai kehidupan rohani dan
kewajiban-kewajiban social
• Menurut Suhardjo (2003) bahwa pantangan atau tabu makan jenis
makanan tertentu hampir berlaku di semua daerah diIndonesia.
• Dari sudut ilmu gizi, pantangan makan jenis makanan tertentu
dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu: 1). Haram
menurut agama (Islam)yaitu pantangan yang tak boleh
dipersoalkan lagi dan harus diterima tanpa perdebatan. 2).
Pantangan makan jenis makanan tertentu yang tidak berdasarkan
agama(kepercayaan), jenis pantangan ini sebaiknya dihapuskan,
kalua jelas-jelas merugikan kondisi kesehatan gizi. 3) Pantangan
yang tidak jelas akibatnya terhadap kesehatan dan kondisi
gizi,sebaiknya diteliti (observasi) terus untuk melihat akibatnya
dalam jangka panjang, sebagai bahan untuk memutuskan
kelak,apa benar merugikan atau tidak.
15. d. Faktor Lingkungan Ekonomi
• Golongan masyarakat ekonomi kuat mempunyai
kebiasaan makan yang cenderung banyak, dengan
konsumsi rata-rata melebihi angka kecukupannya.
Sebaliknyamasyarakat ekonomi paling lemah, yang
justru pada umumnya produsen pangan, mereka
mempunyai kebiasaan makan yang memberikan
nilai gizi di bawah kecukupan jumlah maupun
mutunya
16. a) Faktor Asosiasi Emosional
• Enggan memakan daging dari hewan peliharaan, karena telah tumbuh
saling kasih sayang antara yang memelihara dan yang dipelihara,
sehingga kita tidak sampai hati untuk memakan daging hewan
peliharaan sendiri
b) Faktor Keadaan Jasmani dan Kejiwaan yang sedang sakit
• Kebiasaan makan ( food habit) juga sangat dipengaruhi oleh faktor
keadaan (status) kesehatan seseorang. Di samping itu, perasaan bosan,
kecewa, putus asa, stress adalah ketidak seimbangan kejiwaan yang
dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Pengaruhnya akan berdampak
pada berkurangnya nafsu makan
c). Faktor Penilaian yang Lebih Terhadap Mutu Makanan
• Madu, telur ayam kampong dan beberapa jenis makanan lain sering
dianggap sebagai bahan makanan superior yang melebihi mutu zat gizi
yang dikandungnya. Keadaan yang demikian, apabila tampak menonjol
dalam kebiasaan makan akan menimbulkan kekurangan beberapa zat
gizi
FAKTOR INTRINSIK
22. Children’s food
consumtion behavior
model, didasarkan pada
pengaruh dua macam
lingkungan utama, yaitu
lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah
terhadap perilaku
konsumsi anak-anak.
23.
24. Pada masa pandemi COVID-19 ternyata
mengakibatkan pola konsumsi masyarakat berubah.
Masyarakat lebih senang memasak dan makan di
rumah karena ada mandat stay at home, social
distancing, PSBB dll, sehingga muncul e-commerce
yang menjadi andalan artinya pola konsumsi
mengalami perubahan dari ritel dan gerai offline ke
online. Faktor utama yang mendorong keputusan
belanja konsumen yaitu ketersediaan produk,
fungsi produk & delivery (kecepatan dan
kenyamanan).
25. Perubahan pola konsumsi masyarakat yang terjadi antara lain keinginan untuk:
1. Minimal human touch points
Transisi ke home cooking karena konsumen juga ingin membatasi
keterpaparan mereka terhadap keramaian. Kondisi ini meningkatkan
penjualan bahan pokok memasak, perlengkapan makan, dan makanan
pendamping.
2. Healthy eating
Nilai konsumsi makanan sehat seperti buah-buahan dan sayuran dalam
pengelolaan kondisi didokumentasikan dengan baik.
3. Food safety
Kekhawatiran seputar keamanan pangan juga menjadi alasan transisi
ke home cooking.
4. Fokus pada makanan lokal
Kesadaran yang meningkat tentang keamanan pangan dan keinginan
untuk makanan yang lebih bergizi akan meningkatkan permintaan untuk
makanan lokal.