Hasil Kajian penelitian oleh Laboratorium PHP Lambuya yang dipimpin oleh Kepala Laboratorium PHP Lambuya, Abd. Rahim, SP., MP.
Telah diseminarkan pada Gelar Teknologi/ Seminar Hasil Kajian
1. 1
PEMANFAATAN RIZOBAKTERI SEBAGAI PENGINDUKSI KETAHANAN
TANAMAN PADI TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
(Xanthomonas oryzae pv. oryzae) DI LAPANGAN
Oleh : Abd. Rahim, Yonathan, D. Tulak
I.
PENDAHULUAN
Hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv.
oryzae merupakan salah satu penyakit utama pada padi sawah di Indonesia (Hifni
dan Kardin, 1998). Di Indonesia kehilangan hasil akibat penyakit ini dapat mencapai
30 – 50% khususnya pada varietas-varietas rentan seperti pada varietas IR64.
Penyakit ini semakin berkembang jika pertumbuhan tanaman padi tidak optimal
karena kondisi lahan yang kurang subur. Di Sulawesi Tenggara serangan penyakit
hawar daun bakteri telah dilaporkan di sentra pertanaman padi seperti di Kabupaten
Konawe, Kolaka, Konawe Selatan (Khaeruni et. al. 2011).
Upaya pengendalian penyakit HDB yang umum dilakukan adalah penggunaan
varietas tahan (Rao et al,.2003). Penggunaan varietas tahan belum memberikan hasil
yang memuaskan karena XOO mempunyai tingkat keragaman patotipe yang tinggi
yang disebabkan oleh faktor lingkungan, varietas yang digunakan dan tingkat
mutabilitas gen yang tinggi (Keller et al,.2000), Hasil penelitian Rahim et. al (2012),
menunjukkan bahwa dari enam varietas komersial yang diuji di lapangan, belum ada
yang tahan terhadap XOO patotipe IV. Oleh karena itu pengendalian hayati berupa
penggunaan
rizobakteri
indigenous
penginduksi
ketahanan
tanaman
dapat
dipertimbangkan sebagai alternatif pengendalian penyakit hawar daun bakteri yang
ramah lingkungan.
2. 2
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa penggunaan Plant Growth
Promoting Rhizobacteri(PGPR) mampu memacu pertumbuhan tanaman sekaligus
mengendalikan patogen tanaman sehingga mengurangi pemakaian senyawa kimia
sintesis secara berlebihan, baik dalam penyedia hara tanaman (biofertilizer) maupun
dalam pengendalian patogen tanaman(bioprotectan) (Sutariati, 2006; Khaeruni et. al.
2010). Rhizobakteri selain mampu mengendalikan pathogen tular tanah juga
dilaporkan dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap penyakit virus dan
penyakit filosfer lainnya.
Hasil kajian Syair (2012), menunjukkan bahwa
penggunaan rizobakteri isolat P1.1a dan PKLK5 yang diisolasi dari pertanaman padi
sehat mampu memacu pertumbuhan dan menginduksi ketahanan tanaman padi IR64
terhadap penyakit HDB pada skala rumah kasa.
Oleh karena itu, untuk evaluasi kemampuan rizobakteri indigenous sebagai
agensia pemacu pertumbuhan dan penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap
penyakit HDB di skala lapangan
perlu dilakukan untuk dapat dijadikan acuan
rekomendasi sebagai salah satu strategi pengendalian penyakit HDB pada tanaman
padi di Sulawesi Tenggara.
3. 3
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan persawahan petani yang memiliki sejarah
endemik dengan penyakit HDB di Desa Puday Kecamatan Wonggeduku Kab.
Konawe. Penelitian akan berlangsung dari bulan Maret sampai Juni 20123.
Rancangan Percobaan
Penelitian di desain menggunakan Rancangan Faktorial yang diatur dalam
Rancangan Acak Kelompok. Faktor pertama adalah jenis rizobakteri (R), yang terdiri
dari 4 taraf perlakuan yaitu: Tanpa isolat rizobakteri (R0) ; isolat P11a (R1), isolat
PKLK5 (R2), dan kombinasi isolate P11a dan PKLK5 (R3). Faktor kedua adalah
Varietas Tanaman Padi yaitu : varietas IR64 (V1) dan, varietas Cisantana (V2),
sehingga terdapat 8 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali sehingga
diperoleh 24 unit (petak) percobaan.
Pelaksanaan Penelitian
(1) Biopriming benih dengan rizobakteri
Tahapan ini dilakukan biopriming pada benih padi IR64 dan Cisantana
dengan rizobakteri sesuai dengan perlakuan sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya (Syair et. al., 2012).
(2) Persiapan lahan
Lahan terlebih dahulu diolah dengan traktor lalu diratakan dengan garuh dan
dibuat petakan percobaan sebanyak 24 unit dengan ukuran 200 cm (p) x 150 cm (l) x
30 cm (t). Jarak antara petak dalam lajur yang sama 30 cm, sedangkan jarak antar
lajur 100 cm (lihat lay out percobaan).
4. 4
(3). Penanaman Benih.
Benih yang telah diberi perlakuan biopriming terlebih dahulu diperam selama
2 hari hingga membentuk tunas kecambah. Benih selanjutnya ditanam di pot plastik
berdiameter 15 cm yang telah diisi dengan tanah bercampur pupuk kandang (4:1 v/v)
yang telah disterilkan. Bibit yang telah siap pindah tanam dicabut dan dibersihkan
perakarannya dari sisa tanah yang melekat lalu direndam dalam suspensi rizobakteri
selama 30 menit sesuai perlakuan sebelum penanaman dilakukan, sementara bibit
tanpa perlakuan rizobakteri hanya direndam dalam air bersih dengan waktu yang
sama. Setelah perendaman bibit dalam suspensi risobakteri selesai, langsung
dilakukan penanaman maksimal 2 anakan perlubang sesuai perlakuan dengan jarak
tanaman 20 x 20 cm.
(4). Inokulasi Patogen
Xanthomonas oryzaepvoryzae yang digunakan dalam penelitian ini ialah
isolat XOO patotipe IV hasil isolasi dari pertanaman padi di Sulawesi Tenggara
(Koleksi Lab. IHPT Unhalu). Penyiapan dilakukan dengan mensupensikan isolat
murni XOO umur 48 jam dalam akuades sterildengan konsentrasi 108
CFU
/ml.
Inokulasi dilakukan pada tanaman yang berumur 45 hari setelah tanam dengan 2 jenis
metode pelukaan dengan gunting yang telah direndam dalam suspensi patogen
(5). Pengamatan
Pengamatan terhadap respon perlakuan ditentukan pada 5 rumpun tanaman
yang menyebar secara diagonal pada setiap unit/petak perlakuan, sehingga secara
keseluruhan terdapat 120 rumpun tanaman. Parameter yang diamati meliputi :
5. 5
(a) Jumlah anakan
Jumlah anakan yang terbentuk diamati pada setiap tanaman sampel di setiap
unit percobaan pada saat 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam.
(b) Tingkat intensitas penyakit hawar daun bakteri dihitung menggunakan metode
Abbot (1925) dalam Sudantha et al.,(2006) dengan menggunakan rumus : I =
(A/B) x 100%
Keterangan : I = Intensitas serangan (%),
A = panjang daun yang bergejala hawar pada daun sampel,
B = panjang keseluruhan daun sampel
Pengamatan dilakukan pada umur 2, 3 dan 4 minggu setelah inokulasi
pada 5 lembar daun pada 5 tanaman uji pada setiap unit perlakuan.
(c) Jumlah anakan
Jumlah anakan yang terbentuk diamati pada setiap tanaman sampel di
setiap unit percobaan pada saat 2, 4, 6 dan 8 minggu setelah semai pada
(d) Hasil Panen.
Hasil panen yang di amati meliputi : jumlah malai, berat malai pada saat
panen, berat gabah kering panen dan berat gabah per 1000 butir
Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam, apabila dalam analisis
ragam terdapat pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan
(UJBD) pada taraf nyata α = 5 %.
6. 6
II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Dari hasil analisa data terhadap setiap perlakuan yang didasari oleh hasil
pengamatan dilapang,didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Pengaruh setiap perlakuan terhadap rata-rata jumlah anakan
Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan pada setiap perlakuan umur
2 mst – 6 mst dapat dilihat pada tabel lampiran 1 – 3 dan hasil analisis sidik
ragamnya pada tabel lampiran 1a – 3a.Hasil analisis sidik ragam menunjukkan
bahwa,tidak terjadi perbedaan nyata pada umur 2 mst terhadap jumlah anakan
pada setiap perlakuan,namun pada umur 4 mst terjadi perbedaan nyata,dimana
perlakuan kombinasi isolat (R3) terhadap varietas uji (V1) dengan rata-rata
jumlah anakan 17.800 memberikan pengaruh nyata
terhadap perlakuan
V2R3,V1R1,V1R2,V2R0 dan V1R0, namun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan V2R2 dan V2R1,sehingga diindikasikan ada hubungan interaksi
antar keduanya.Pada umur 6 mst,terjadi pengaruh nyata terhadap isolat R1
pada varietas V2 dengan beberapa isolat lainnya,yaitu V1R1 dan V1R0,
namun tidak berbeda nyata dengan V1R3,V1R2,V2R2 dan V2R3. Apabila
dikonversi setiap isolat terhadap jumlah anakan dan pengaruhnya terhadap
varietas uji (lihat tabel.a.2), nampak bahwa, pada umur 4 mst isolat R3
memberikan pengaruh nyata terhadap isolat R0,yaitu 16.0333, tapi tidak
berbeda nyata dengan isolat R1 dan isolat R2.Sedangkan pada umur 6
mst,terlihat bahwa, isolat R1 memberikan pengaruh nyata terhadap R0,yaitu
18.7667 dan R0 15.6667,namun tidak berbeda nyata dengan R2 dan R3.
7. 7
Terhadap varietas,keduanya tidak menunjukkan perbedaan nyata,baik
varietas IR.64 (V1) maupun varietas cisantana (V2). Hasil uji DMRT taraf
0,05 pengaruh setiap isolat terhadap perlakuan kelompok rata-rata jumlah
anakan dan pengaruh nyata antar isolat serta pengaruhnya terhadap varietas,
disajikan pada tabel a.1 dan tabel a.2 di bawah ;
Tabel a.1. Pengaruh setiap perlakuan terhadap rata-rata jumlah anakan , umur
2 mst, 4 mst dan 6 mst
Perlakuan
DMRT
Rata2
Perlakuan
Rata2
JA. 4 mst
V1R3
17.800 a
V2R2
15.333 ab
V2R1
DMRT
0.05
Perlakuan
Rata2
JA.6 mst
DMRT
0.05
V2R1
20.000a
2=2.737
V1R3
19.267ab
2=3.003
15.067 ab
3=2.686
V1R2
19.000ab
3=3.147
V2R3
14.267 b
4=2.948
V2R2
18.333ab
4=3.235
V1R1
13.933 b
5=3.003
V2R3
17.933abc
5=3.295
V1R2
13.267 b
6=3.042
V1R1
17.533abc
6=3.369
V2R0
13.000 b
7=3.070
V1R0
16.467cb
7=3.369
V1R0
12.933 b
8=3.091
V2R0
14.867c
8=3.392
JA. 2 mst
0.05
V2R3
6,9000 a
V1R1
6.8000 a
2=8617
V1R2
6.7000 a
3=9030
V2R1
6.7000 a
4=9284
V2R2
6.6000 a
5=9456
V1R3
6.5000 a
6=9578
V1R0
6.4667 a
7=9666
V2R0
8=9734
6.0667 a
Ket. : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama,tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf 0,05
- V1 = varietas IR64, V2 = varietas Cisantana, R0 = tanpa isolat rizobakteri, R1 =
isolat P11a, R2 = isolat PKLK5, R3 = kombinasi isolate P11a dan PKLK5.
8. 8
Tabel a.2. Konversi setiap isolat (R) terhadap rata-rata jumlah anakan dan
pengaruhnya terhadap varietas uji umur 4 mst dan 6 mst.
Isolat(R) rata2 jlh anakan
DMRT
Isolat(R) Rata2 jlh anakan DMRT
4 mst
0.05
6 mst
0.05
R3
R1
R2
R0
16.0333a
14.5000ab
14.3000ab
12.9667b
2=1.284
3=1.346
4=1.383
Varietas
rata2 jlh anakan
4 mst
DMRT
0.05
V1
V2
14.4833a
14.4167a
2=1.368
R1
R2
R3
R0
Varietas
V1
V2
18.7667a
18.6667ab
18.6000ab
15.6667b
rata2 jlh anakan
6 mst
18.0667a
17.7833a
2=2.460
3=2.578
4=2.651
DMRT
0.05
2=1.502
Ket. : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama,tidak berbeda nyata
pada uji DMRT taraf 0,05
- V1 = varietas IR64, V2 = varietas Cisantana, R0 = tanpa isolat rizobakteri, R1 = isolat
P11a, R2 = isolat PKLK5, R3 = kombinasi isolate P11a dan PKLK5.
b. Pengaruh setiap perlakuan isolat terhadap perkembangan HDB (IS)
pada varietas uji
Hasil pengamatan intensitas serangan (tabel lampiran4 - 6) dan hasil
analisis sidik ragam (tabel lampiran 4a – 6a) menujukkan bahwa, terjadi
perbedaan nyata pada setiap minggu pengamatan,kecuali pada pengamatan 87
hst tidak memberikan pengaruh nyata antar varietas.Pada umur 59 hst dan 73
hst terjadi pengaruh nyata dan sangat nyata antar setiap perlakuan,baik
perlakuan kelompok,kombinasi perlakuan,varietas,isolat dan interaksinya.
Hasil uji DMRT taraf 0,05 pengaruh setiap perlakuan terhadap perkembangan
HDB (IS) pada varietas uji,disajikan pada tabel b.1 ;
9. 9
Tabel b.1. Pengaruh setiap perlakuan terhadap perkembangan HDB (IS) pada
varietas uji,umur 59 hst,73 hst dan 87 hst.
Perlakuan
V2R0
V1R0
V1R2
V1R3
V1R1
V2R3
V2R1
V2R2
Ket. : -
Rata2
DMRT Perlakuan
Rata2
DMRT Perlakuan
Rata2
IS (%)
0.05
IS (%)
0.05
IS (%)
59 Hst
73 Hst
87 Hst
10.5467a
V1R0
23.783a
V2R0
40.500a
9.6100ab
2=1.816
V2R0
21.533a
2=3.479 V1R0
34.647b
abc
b
8.6633
3=1.903
V1R2
14.647
3=3.646 V1R1
22.953c
bc
b
8.4133
4=1.957
V1R1
14.390
4=3.794 V2R3
19.743cd
bc
b
8.3267
5=1.993
V2R2
13.673
5=3.818 V1R2
19.123cd
bc
b
7.6733
6=2.019
V2R3
13.270
6=3.867 V2R2
18.827cd
cd
b
7.2100
7=2.037
V1R3
12.913
7=3.903 V2R1
18.640cd
d
b
5.6233
8=2.051
V2R1
12.507
8=3.930 V1R3
18.300d
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama,tidak berbeda nyata
pada uji DMRT taraf 0,05
V1 = varietas IR64, V2 = varietas Cisantana, R0 = tanpa isolat rizobakteri, R1 = isolat
P11a, R2 = isolat PKLK5, R3 = kombinasi isolate P11a dan PKLK5.
DMRT
0.05
2=4.015
3=4.207
4=4.325
5=4.405
6=4.462
7=4.503
8=4.535
Tabel b.2. Konversi setiap isolat terhadap intensitas serangan (%) HDB dan
pengaruhnya terhadap varietas,umur 59 Hst,73 Hst dan 87 Hst.
Isolat(R)
IS(%)
59 Hst
DMRT
0.05
R0
R3
R1
R2
10.0783a
8.0433b
7.7683b
7.1433b
2=1.284
3=1.346
4=1.383
Varietas
IS(%)
59 Hst
DMRT
0.05
V1
V2
8.7533a
7.7633b
2=9080
Isolat(R)
IS(%)
59 Hst
DMRT
0.05
R0
R2
R1
R3
22.658a
14.160b
13.448b
13.092b
2=2.460
3=2.578
4=2.651
Varietas
IS(%)
59 Hst
DMRT
0.05
V1
V2
16.4333a
15.2458a
2=1.740
Isolat(R)
IS(%)
59 Hst
DMRT
0.05
R0
R1
R3
R2
37.573a
20.797b
19.022b
18.975b
2=2.839
3=2.975
4=3.058
Varietas
IS(%)
59 Hst
DMRT
0.05
24.4275a
23.7558a
2=2.007
V2
V1
Ket. : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama,tidak berbeda nyata
pada uji DMRT taraf 0,05
- V1 = varietas IR64, V2 = varietas Cisantana, R0 = tanpa isolat rizobakteri, R1 = isolat
P11a, R2 = isolat PKLK5, R3 = kombinasi isolate P11a dan PKLK5.
Hubungan antara perlakuan kelompok(tabel b.1) dan konversi setiap
isolat serta pengaruhnya terhadap varietas (tabel.b.2),nampak bahwa,pada
umur 59 Hst, konversi isolat R2 memberikan
intensitas serangan HDB
terendah dibanding isolat lainnya,yaitu 7.1433%, dan berdasarkan hasil
10. 10
analisis DMRT menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dengan isolat
R0.namun tidak menunjukkan perbedaan nyata dengan isolat R1 da
R3.Apabila dihubungkan dengan perlakuan pada tabel .b.1, terlihat pengaruh
nyata antara isolat R2 pada varietas cisantana (V2) memberikan intensitas
serangan terendah,yaitu 5,6233% dibanding perlakuan V2R3, V1R1, V1R3,
V1R2, V1R0 dan V2R0.Pengaruh nyata lainnya terjadi pada varietas,dimana
intensitas serangan HDB pada varietas cisantana (V2) lebih rendah dibanding
varietas IR 64 (V1).
Umur 73 HST intensitas serangan terendah terjadi pada varietas
cisantana dengan isolat P11a (V2R1) yaitu 12,51%, namun tidak berbeda
nyata dengan perlakuan V1R3, V2R3, V2R2, V1R1 dan V1R2. Intensitas
serangan tertinggi terjadi pada semua varietas yang diujikan tanpa isolat
(V1R0 dan V2R0) yang masing-masing menunjukkan angka seranganX.
oryzaepv. oryzae yaitu 23,8% dan 21,5% yang berbeda sangat nyata terhadap
semua perlakuan yang diujikan.Apabila dihubungkan dengan konversi setiap
isolat nampak ketiga isolat,yaitu R1,R2 dan R3 tidak menunjukkan perbedaan
nyata,tetapi isolat R3 menunjukkan intensitas serangan yang lebih rendah.
Pengamatan
87
HST
menunjukkan
bahwa
perlakuan
V1R3
memperlihatkan intensitas penyakit terendah yaitu 18,30% yang berbeda tidak
nyata dengan perlakuan V1R2, V2R1, V2R2, V2R3, tetapi berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya. Pada pengamatan ini persentase intersitas serangan
tertinggi terjadi pada perlakuan V2R0 yaitu 40,5% yang berbeda
nyata
dengan perlakuan lainnya. Apabila dihubungkan dengan konversi setiap
11. 11
isolat,nampak isolat R2 menunjukkan intensitas`serangan yang lebih rendah,
yaitu 18.975% diikuti isolat R3 19.022, R1 20.797 dan R0 37.573.
c. Pengaruh perlakuan isolat terhadap jumlah malai, berat gabah kering
panen dan berat gabah 1000 biji.
Hasil pengambilan sampel terhadap jumlah malai,berat malai, berat
gabah kering panen dan berat gabah 1000 biji serta sidik ragamnya pada
semua perlakuan
dapat dilihat pada tabel lampiran 7ab, 8ab,9ab dan
10ab..Hasil analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa, dari 5 parameter
perlakuan yang diujikan
yang
nyata
dan
sangat
terhadap jumlah malai,menunjukkan perbedaan
nyata
terhadap
semua
perlakuan
yang
diujikan.Pengaruh yang sangat nyata lainnya terjadi pada berat malai dan
berat gabah kering panen,yaitu parameter perlakuan kelompok,isolat dan
interaksinya.Sedangkan pada berat gabah 1000 biji tidak memberikan
pengaruh yang nyata antar parameter uji, kecuali pada perlakuan isolat. Hasil
uji DMRT taraf 0.05 pengaruh nyata antara perlakuan isolat terhadap jumlah
malai, berat malai,berat gabah kering panen dan berat gabah 1000 biji
disajikan pada tabel.c.1 dibawah.
12. 12
Tabel.c.1. Pengaruh setiap perlakuan isolat terhadap jumlah malai,berat gabah kering
panen dan berat gabah 1000 biji.
Perlakuan
Jlh malai
DMRT
Perlakuan
Berat malai
DMRT
0.05
(g)
0.05
a
a
V2R2
45.200
V2R2
25.4000
ab
V1R3
23.6667
2=1.792
V1R3
42.800a
2=3.196
V2R1
23.0667b
3=1.878
V2R1
42.733a
3=3.348
b
a
4 =1.931
4=3.443
V2R3
21.8000
V2R3
42.133
c
b
V2R0
17.8667
V2R0
37.867
5=1.967
5=3.507
c
bc
6=1.992
6=3.552
V1R2
17.7333
V1R2
36.933
c
cd
7=2.010
7=3.585
V1R1
16.4667
V1R1
34.233
c
d
V1R0
16.2000
8=2.025
V1R0
32.467
8=3.610
Perlakuan
Brt gabah
DMRT
Perlakuan
Brt gabah
DMRT
krg panen (g)
0.05
1000 bj (g)
0.05
V2R3
28.000a
V2R1
1686.67a
V2R3
1683.33a
2=92.0
V2R2
27.667ab
2=3.072
V1R2
1603.33ab
3=96.0
V1R1
27.667ab
3=3.219
67bc
ab
V1R3
1556.
4=99.1
V1R3
27.667
4=3.310
V2R2
1525.00bcd
5=100.9
V1R2
26.667ab
5=3.371
bcd
ab
V1R1
1505.00
6=102.2
V2R1
26.667
6=3.415
7=103.2
7=3.446
V2R0
1488.33cd
V2R0
24.667ab
d
b
V1R0
1435.00
8=103.9
V1R0
24.333
8=3.470
Ket. : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama,tidak berbeda nyata pada uji
DMRT taraf 0,05
- V1 = varietas IR64, V2 = varietas Cisantana, R0 = tanpa isolat rizobakteri, R1 = isolat P11a,
R2 = isolat PKLK5, R3 = kombinasi isolate P11a dan PKLK5.
Tabel. c.2.
Isolat
Konversi setiap isolat terhadap jumlah malai,berat malai,berat gabah kering
panen dan berat gabah 1000 biji serta pengaruhnya terhadap varietas.
JM
DMRT
0.05
R3
22.7333a
R2
21.5667
a
19.7667
b
R0
17.0333
c
Var.
JM
R1
Isolat
R1
2=1.267
3=1.328
R2
R3
4=1.365
R0
DMRT
0.05
Var.
BM
(g)
42.433a
40.900
a
40.333
a
33.350
b
DMRT
0.05
R3
2=2.260
3=2.368
4=2.434
Isolat
BGKP
(g)
1620.00a
R1
1595.83a 2=65.03
R2
R0
1564.17
a
1461.67
b
DMRT
0.05
3=68.14
4=70.06
Isolat BG1000
Biji(g)
R3
27.833a
DMRT
0.05
R2
27.167a
2=2.172
R1
27.167
a
3=2.276
24.500
b
4=2.340
R0
BM
DMRT Var.
BGKP DMRT
Var. BG 1000 DMRT
(g)
0.05
(g)
0.05
Biji(g)
0.05
V2
22.0333a
V2 39.7750a
V2 1595.83a
V2 26.7500a
V1
18.5167b 2=8961 V1 38.7333a 2=1.598 V1 1525.00b 2=45.98 V1 26.5833a 2=1.536
Ket. : - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama,tidak berbeda nyata pada uji
DMRT taraf 0,05
- V1 = varietas IR64, V2 = varietas Cisantana, R0 = tanpa isolat rizobakteri, R1 = isolat P11a,
R2 = isolat PKLK5, R3 = kombinasi isolate P11a dan PKLK5.
- JM=jumlah malai,BM=berat malai,BGKP=berat gabah kering panen,BG=berat gabah 1000 biji.
13. 13
Tabel.c.1 diatas memperlihatkan jumlah malai tertinggi terjadi pada perlakuan
V2R2 dengan rata-rata jumlah malai 25,40 yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan V1R3 namun berbeda nyata dengan perlakuan V2R1 dan V2R3,
sedangkan perbedaan yang sangat nyata terjadi pada perlakuan V1R0, V1R1,
V1R2 dan V2R0.Apabila dihubungkan dengan konversi setiap isolat (lihat tabel
c.2) nampak bahwa,isolat R3 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap
isolat R1 dan R0,yaitu rata-rata jumlah malai 22.7333,namun tidak berbeda nyata
dengan isolat R2. Terhadap varietas, keduanya memberikan pengaruh yang
sangat nyata,dimana varietas cisantana (V2) berbeda sangat nyata dengan
varietas IR 64 (V1).
Pengaruh isolat terhadap berat malai pada masing – masing perlakuan
(lihat tabel.c.1) memperlihatkan bahwa , perlakuan V2R2 memberikan pengaruh
yang sangat nyata dengan perlakuan V2R3,V1R2,V2R0 dan V1R0,dengan nilai
rata-rata 45.200,tapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan V1R3,V1R1 dan
V2R1. Apabila dihubungkan dengan konversi setiap isolat,nampak bahwa, isolat
R1 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap isolat R0,dengan nilai ratarata 42.433,tapi tidak menunjukkan perbedaan nyata dengan isolat R2 dan isolat
R3.Pada uji berat malai ini,kedua varietas tidak menunjukkan perbedaan nyata.
Berat gabah kering panen,memperlihatkan perlakuan V2R1 memberikan
rata-rata berat gabah kering panen 1686.67 gram yang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan V2R3 dan V1R2, tetapi berbeda sangat nyata dengan
perlakuan V2R0 danV1R0 yang menunjukkan nilai rata-rata terendah yaitu
14. 14
1488.33 gram dan 1435,0 gram. Apabila dihubungkan dengan konversi setiap
isolat (lihat tabel c.2) nampak bahwa,isolat R3 memberikan pengaruh yang nyata
terhadap R0,yaitu 1620.00 gram,tapi tidak mnunjukkan perbedaan nyata dengan
isolat R1 dan R2. Pada uji berat gabah kering panen ini,kedua varietas
memperlihatkan pengaruh nyata,dimana varietas cisantana (V2) memberikan
pengaruh nyata terhadap varietas IR 64 (V1).
Pengaruh isolat terhadap
berat gabah 1000 biji (lihat tabel .c.1)
memperlihatkan, perlakuan V2R3 memberikan nilai rata-rata tertinggi, yaitu
28,000 gram yang berbeda tidak nyata dengan hampir semua perlakuan yang
diujikan, tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan V1R0 yang menunjukkan
berat gabah 1000 biji terendah dengan nilai rata-rata 24,333 gram.Apabila
dihubungkan dengan konversi setiap isolat (tabel.c.2),nampak isolat R3
memperlihatkan pengaruh nyata terhadap isolat R0,yaitu 27.833 gram,sedangkan
isolat R0 memperlihatkan berat gabah 1000 biji terendah, yaitu 24.500
gram.Dengan isolat R2 dan R1 tidak menunjukkan perbedaan nyata. Pada uji
berat gabah 1000 biji ini,kedua varietas tidak memberikan pengaruh nyata.
A. Pembahasan
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa semua varietas padi
yang diinokulasikan X. oryzaepv. oryzae(XOO) memperlihatkan gejala penyakit
hawar daun bakteri (HDB),tergantung ketahanan varietas dan perlakuan isolat.
Gejala ini ditandai dengan munculnya bercak memanjang dengan tepi
bergelombang dari ujung daun yang berkembang sepanjang tepi daun kemudian
15. 15
berkembang menjadi hawar daun dan warna berubah menjadi kuning pucat (Mew,
1988; Liu et al., 2006, Agustiansyah, 2011).
Pengamatan penyakit hawar daun bakteri hasil inokulasi Xoo terhadap
varietas uji,mencakup,pengaruh setiap isolat
terhadap jumlah anakan,
perkembangan intensitas serangan,jumlah malai,berat malai, berat gabah kering
panen, berat gabah 1000 biji dan pengaruhnya terhadap varietas.
Hasil pengamatan pada tabel.a.1 menunjukkan bahwa, pada pengamatan 2
MST tidak memberikan pengaruh nyata terhadap semua perlakuan yang diujikan.
Namun pada pengamatan 4 MST jumlah anakan tertinggi ditunjukkan pada
perlakuan V1R3 yaitu dengan rata-rata 17,800 yang berbeda sangat nyata dengan
perlakuan tanpa isolat rizobakter. Sedangkan pada pengamatan 6 MST jumlah
anakan tertinggi diperlihatkan pada perlakuan V2R1 dengan rata-rata jumlah
anakan 20,000 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan V1R2, V1R3 dan
V2R2, tetapi berbeda sangat nyata dengan perlakuan V2R0 yang menunjukkan
jumlah anakan terendah dengan rata-rata 14,867.Apabila setiap isolat dikonversi
dan dihubungkan dengan kombinasi perlakuan, nampak bahwa,pada umur 4
Mst,kombinasi isolat P11a dan PKLK5 memperlihatkan pengaruh nyata terhadap
perlakuan tanpa rhizobakteri,namun pada umur 6 Mst,isolat P11a memperlihatkan
rata-rata jumlah anakan tertinggi,yaitu 18.7667,tapi tidak berbeda nyata dengan
perlakuan kombinasi isolat dan isolat PKLK5. Dari hal tersebut,dapat
diindikasikan bahwa,diantara isolat-isolat rizobakter yang digunakan, isolat P11a
memberikan respon jumlah anakan terhadap varietas cisantana dan kombinasi
isolat P11a + PKLK5 terhadap varietas IR.64. Hasil penelitian Thakuria et al.,
16. 16
(2004) menyatakan bahwa secara langsung rizobakter berkemampuan dalam
menyediakan dan memobilisasi penyerapan unsur hara dari dalam tanah,
melarutkan fosfor dan menghasilkan hormon tumbuh sehingga dapat memacu
pertumbuhan tanaman. Sedangkan rhizobakteri yang memiliki kemampuan
memacu pertumbuhan tanaman digolongkan sebagai rizobakteri pemacu
pertumbuhan tanaman (Tanuta, 2006). Selain itu penurunan jumlah anakan yang
diakibatkan oleh inokulasi X. Oryzaepv. Oryzae dengan pelukaan daun dengan
menggunakan gunting yang telah dicelupkan suspensi patogen terlebih dahulu
memungkinkan patogen dapat masuk dan menginfeksi jaringan tanaman dengan
cepat sehingga dapat mengganggu metabolisme dalam sel dan jaringan tanaman
yang berpengaruh terhadap pembentukan anakan dan jumlah daun.
Hasil pengamatan menunjukkan, terjadi pengaruh pada setiap perlakuan
pada umur 59 HST dimana pada varietas cisantana dengan isolat PKLK5 (V2R2)
menunjukkan intensitas penyakit terendah, yaitu 5,6233%, sedangkan untuk
varietas cisantana tanpa isolat (V2R0) menunjukkan intensitas penyakit tertinggi
yaitu 10,5467%. Namun hal ini tidak berbeda nyata dengan varietas IR64 tanpa
isolat (V1R0) yang menunjukkan intensitas penyakit yaitu 9,6100%. Hal ini
menunjukkan bahwa, tingkat ketahanan tanaman padi varietas cisantana yang
lebih baik dengan perlakuan rizobakter dibandingkan pada tanaman padi tanpa
perlakuan rizobakter yang mengindikasikan bahwa perlakuan rizobakter pada
benih mampu menginduksi ketahanan tanaman secara sistemik terhadap serangan
X. oryzaepv. oryzae pada umur tersebut. Induksi ketahanan sistemik ialah
17. 17
fenomena terjadinya peningkatan ketahanan tanaman terhadap infeksi patogen
setelah terjadi rangsangan dari luar. Ketahanan ini adalah perlindungan tanaman
bukan untuk mengeliminasi patogen tetapi lebih pada aktivitas dari mekanisme
pertahanan tanaman (Sticher et al.,1997; Van loon et al., 1998; Durrant nan
Dong, 2004).
Hasil penelitian Valled et al., (2004) menjelaskan terjadi peningkatan
ketahanan tanaman jagung terhadap penyakit bulai yang diinduksi dengan
perlakuan pada benih sebelum tanam. Intensitas penyakit pada petak yang diberi
perlakuan sebesar 17%, sementara yang tidak diberi perlakuan,hasilnya mencapai
39%, peningkatan ketahanan tanaman tersebut berkaitan dengan terjadinya
peningkatan akumulasi asam salisilat di dalam jaringan tanaman, hal ini
dibuktikan dengan terjadinya peningkatan kandungan asam salisilat pada tanaman
jagung yang memperlihatkan ketahanan terhadap penyakit bulai setelah diinduksi
melalui perlakuan pada benih sebelum ditanam.
Hasil pengamatan intesitas penyakit (lihat tabel b.1) pada umur 73 HST
menunjukkan bahwa, intensitas penyakit terendah terjadi pada perlakuan varietas
cisantana dengan isolat P11a (V2R1) yaitu 12,507%, dimana perlakuan tersebut
lebih tahan terhadap serangan X. oryzae pv. oryzae meskipun tidak berbeda nyata
dengan beberapa perlakuan lainnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahim
et al., (2010) melaporkan bahwa varietas padi cisantana lebih tahan terhadap
infeksi X. oryzaepv. oryzae dibandingkan dengan varietas inpari 10 dan IR64.
Tingkat ketahanan varietas yang diuji terhadap serangan X. oryzaepv. oryzae
diduga dipengaruhi oleh struktur morfologi permukaan daun dimana varietas
18. 18
cisantana memiliki permukaan daun yang halus dibandingkan dengan varietas
IR64, serta pengaruh dari pemberian isolat rizobakter pada varietas yang diujikan
di lapangan dimana penelitian lainnya menjelaskan bahwa perlakuan interaksi
rizobakteri P11a dengan inokulasi X. oryzae pv. oryzae menggunakan metode
pencelupan, secara nyata mampu menginduksi ketahanan tanaman padi terhadap
penyakit hawar daun dengan keparahan penyakit 17,22% (Fitriani, 2013). Hasil
pengamatan pada umur 87 HST menunjukkan bahwa perlakuan V1R3
memperlihatkan intensitas penyakit terendah yaitu 18,30% dimana perlakuan ini
tidak berbeda nyata dengan perlakuan V2R1 dan beberapa perlakuan lainnya.
Apabila masing-masing isolat dikonversi berdasarkan umur tanaman,terlihat
bahwa,pada umur 59 Hst ,isolat PKLK5 (R2) menunjukkan intensitas serangan
terendah dibanding isolat lainnya,yaitu 7.1433%, Hal ini sinkron dengan interaksi
antara varietas dengan isolat,dimana isolat PKLK5 memberikan respon positif
terhadap varietas cisantana (V2) dalam menekan intensitas serangan X00. Umur
73 Hst, terlihat konversi isolat R3 memberikan intensitas serangan terendah, yaitu
13,092%, tapi tidak berbeda nyata dengan isolat P11a (R1) dan isolat PKLK5
(R2),namun apabila dilihat dari interaksi antara varietas dengan isolat,nampak
bahwa, isolat P11a (R1) memberikan respon ketahanan Xoo terhadap varietas
cisantana (R2). Sedangkan pada umur 87 Hst,memperlihatkan konversi isolat
PKLK5 (R2) memberikan intensitas terendah,yaitu 18,975%.
Hal ini mengindikasikan bahwa pada pengamatan ini pengaruh interaksi
antara varietas dengan isolat rizobakteri yang diberikan dapat bersimbiosis
19. 19
dengan baik sehingga dapat menurunkan tingkat intensitas seranganX. oryzaepv.
oryzaepenyebab penyakit HDB.
Berdasarkan hasil sidik ragam (dilihat pada tabel 1) pada variabel
pengamatan jumlah malai menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap semua
perlakuan. Hasil pada tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah malai tertinggi
diperlihatkan pada perlakuan V2R2 yaitu 25,40 yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan V1R3 yaitu 23,67 namun berbeda sangat nyata dengan perlakuan V1R0
dan V2R0. Sedangkan pada pengamatan berat gabah kering panen perlakuan
V2R3 menunjukkan hasil yang lebih tinggi yaitu 1683,33 g yang berbeda sangat
nyata terhadap perlakuan
semua varietas tanpa isolat rizobakter. Pada
pengamatan Berat gabah 1000 biji hasil terbaik ditunjukkan pada perlakuan V2R3
yaitu 28,00 yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan V1R0 yaitu 24,30. Hal
ini membuktikan bahwa pemberian isolat rizobakter sangat berpengaruh terhadap
produksi tanaman padi yang terserang X. oryzae pv. oryzae. Serangan X.
oryzaepv. oryzae pada tanaman padi yang menyebabkan penyakit HDB akan
menghambat pertumbuhan pada tanaman padi, karena adanya pengurangan
jumlah daun dan dapat mengganggu terjadinya proses fotosintesis sehingga secara
tidak langsung menurunkan produksi melalui pengurangan jumlah malai yang
terbentuk, berat gabah kering panen dan berat gabah 1000 biji. Penurunan
produksi yang diakibatkan oleh serangan X. oryzaepv. oryzae dapat mencapai
50% sehingga perlu dilakuan pemantauan secara berkala untuk mewaspadai
terjadinya serangan X. oryzae pv. oryzae yang dapat menurunkan produksi
tanaman padi (Manik, 2005).
20. 20
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
simpulan sebagai berikut :
1. Perlakuan rizobakteri mampu menginduksi ketahanan tanaman padi IR64 dan
Cisantana terhadap X. oryzaepv. oryzaejuga
2. Perlakuan rizobakteri mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
padi di lapangan
3. Perlakuan campuran rizobakteri PKLK5 dan P11.a, cenderung meningkatkan
induksi ketahanan padi varietas IR64 terhadap X. oryzae pv. oryzaedi
lapangan dibandingkan perlakuan rizobakteri secara tunggal, perlakuan ini
juga cenderung memperlihatkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang
lebih baik dibandingkan pada perlakuan rizobakteri secara tunggal.
B. Saran
Perlu dilakukan sosialisasi kepada petani padi sawah untuk penggunaan
rizobakter agar dapat menekan penurunan hasil produksi padi yang diakibatkan
seranganX. oryzaepv. oryzaepenyebab hawar daun bakteri.
21. 21
DAFTAR PUSTAKA
Keller, B.C. Feuillet, and M. Messmer. 2000. Basic conceps an aplication in
resistance breeding. Pp:01 – 160. In : A.J. Slusarenko, R.S.S. Fraser, L.C.
van Loon (eds.). Mechanisms of Resistance to Plant Diseases.Kluwer
Academic Publisher. London.
Khaeruni A., G.A.K. Sutariati, S. Wahyuni. 2010. Karakterisasi dan uji aktifitas
bakteri rizosfer lahan ultisol sebagai pemacu pertumbuhan tanaman dan
agensia hayati cendawan patogen tular tanah secara in-vitro. Jurnal Hama
dan Penyakit Tanaman TropikaVol 10(2):123-130
Khaeruni A., T. Wijayanto, Syair. 2011. Determinasi Patotipe dan Virulensi
Xanthomonas oryzae pv. oryzae, Serta Pencarian Sumber Gen Ketahanan
Terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri Pada Padi Lokal di Sulawesi
Selatan dan Tenggara. Laporan Kemajuan Penelitian Fundamental.
Lembaga Penelitian Universitas Haluoleo. Kendari.
Rahim, A. Khaeruni, T. Wijayanto. 2012. Reaksi ketahanan beberapa Varietas Padi
Komersial Terhadap Xanthomonas oryzae pv. oryzae isolat Sulawesi
Tenggara. Makalah pada Seminar Nasional Bidang Perlindungan Tanaman,
Kendari, 21-22 Mei 2012.
Rao, K.K,. K.K. Jena, and M.L. Narasu. 2003. Molecular Tagging of a New Bacterial
Blight Resistence Gene in Rice Using RAPD and SSR Markers (On line)
http//dspace.irri.org-8080/dspce/bitst-ream/123456789/1308/1/ Kameswara
%20RAO,%20K,%20Molecular% 20tagging.pdf.
Sutariati, G A K., 2006. Perlakuan Benih dengan Agens Biokontrol untuk
Pengendalian Penyakit Antraknosa, Peningkatan Hasil dan Mutu Benih Cabai,
Cendawan Patogen. Agriplus. 15:272-281.
Syair, Rahman A, Asniah, Khaeruni A. 2012. Pemanfaatan rizobakteri indigenous
untuk memacu pertumbuhan dan menginduksi ketahanan padi IR64 terhadap
penyakit hawar daun bakteri. Laporan hasil penelitian BOPTN Universitas
Haluoleo