SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 21
TUGAS AGAMA 
Oleh: 
Kharishul I. 
K2510041 
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN 
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 
2010
MANUSIA 
Hakikat manusia 
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. 
Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka 
sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan 
mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. 
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur 
kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran 
tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat 
membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, 
konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat 
keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi 
pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita 
para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna 
dan paling mulia. 
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di 
dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar 
karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab 
dari adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia 
dari Allah SWT. {“Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi 
semuanya.”}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13). {“Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang 
terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”}(Q. S. Ibrahim: 
33). {“Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak- 
Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan 
kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang 
telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan 
keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam 
Islam adalah merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan
makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat 
mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia tentu ada 
keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh dilewati. 
Di dalam diri manusia terdapat apa-apa yang terdapat di dalam makhluk hidup lainnya 
yang bersifat khsusus. Dia berkembang, bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan 
berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya, merasakan kekurangan dan 
membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk memenuhinya. Dia memiliki rasa kasih sayang 
dan cinta, rasa kebapaan dan sebagai anak, sebagaimana dia memiliki rasa takut dan aman, 
menyukai harta, menyukai kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan rasa suka, merasa senang 
dan sedih dan sebagainya yang berupa perasaan-perasaan yang melahirkan rasa cinta. Hal itu juga 
telah menciptakan dorongan dalam diri manusia untuk melakukan pemuasan rasa cintanya itu dan 
memenuhi kebutuhannya sebagai akibat dari adanya potensi kehidupan yang terdapat dalam 
dirinya. Oleh karena itu manusia senantiasa berusaha mendapatkan apa yang sesuai dengan 
kebutuhannya, hal ini juga dialami oleh para mahluk-mahluk hidup lainnya, hanya saja, manusia 
berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata cara untuk memperoleh 
benda-benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk memuaskan kebutuhannya 
tersebut. Makhluk hidup lain melakukannya hanya berdasarkan naluri yang telah Allah ciptakan 
untuknya sementara manusia melakukannya berdasarkan akal dan pikiran yang telah Allah 
karuniakan kepadanya. 
Dewasa ini manusia, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. 
Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari 
rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara spermatozoa dengan ovum. 
Didalam Al-Qur`an proses penciptaan manusia memang tidak dijelaskan secara rinci, akan 
tetapi hakikat diciptakannya manusia menurut islam yakni sebagai mahluk yang diperintahkan 
untuk menjaga dan mengelola bumi. Hal ini tentu harus kita kaitkan dengan konsekuensi terhadap 
manusia yang diberikan suatu kesempurnaan berupa akal dan pikiran yang tidak pernah di miliki 
oleh mahluk-mahluk hidup yang lainnya. Manusia sebagai mahluk yang telah diberikan 
kesempurnaan haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai dengan hakikat diciptakannya yakni 
sebagai penjaga atau pengelola bumi yang dalam hal ini disebut dengan khalifah. Status manusia 
sebagai khalifah , dinyatakan dalam Surat All-Baqarah ayat 30. Kata khalifah berasal dari kata
khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat 
diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah. 
Namun kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang 
biasanya dihubungkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat , 
baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah-‘Abbasiah. Akan tetapi 
fungsi dari khalifah itu sendiri sesuai dengan yang telah diuraikan diatas sangatlah luas, yakni 
selain sebagai pemimpin manusia juga berfungsi sebagai penerus ajaran agama yang telah 
dilakukan oleh para pendahulunya,selain itu khalifah juga merupakan pemelihara ataupun penjaga 
bumi ini dari kerusakan. 
Dari uraian diatas dapat kita ambil bahwa manusia diciptakan atau berasal dari tanah 
sebagaimana yang telah dilampirkan dalam Al-Qur`an dan selain itu manusia sesuai dengan 
hakikatnya menurut islam adalah sebagai pengelola atau penjaga bumi,selain itu manusia juga 
merupakan penerus ajaran agama yang telah turun temurun dilaksanakan oleh para ulama 
sebelum kita. 
Martabat Manusia 
“Dan aku tidak ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku” 
(Q.S. Adz-Dzariyaat : 56) 
Ayat diatas tersebut merupakan dalil yang berkenaan tentang keberadaan manusia di 
dunia. Manusia di dunia untuk mengabdi kepada Allah SWT. Bentuk pengabdiannya tersebut 
berupa pengakuan atas keberadaan Allah SWT, melaksanakan perintahNya serta menjauhi 
laranganNya. Sebagai bentuk mengakui keberadaan Allah adalah dengan mengikuti Rukun Iman 
dan Rukun Islam. Rukun Iman terdiri dari enam perkara, yakni percaya kepada Allah SWT, 
Malaikat, Nabi-nabi Allah, Kitab-kitab Allah, percaya kepada Hari Kiamat dan percaya terhadap 
Takdir (Qadha dan Qadar) Allah SWT. Sebagai wujud keimanan terhadap Allah SWT, Allah SWT 
menyatakan bahwa manusia tidak cukup hanya meyakini didalam hati dan diucapkan oleh mulut, 
tetapi manusia harus melaksanakannya dalam kehidupan sehari -hari. 
Sebagai bagian dari mengabdi kepada Allah SWT adalah menunaikan Rukun Islam, yaitu 
mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai karcis masuk Islam, melakukan shalat, membayar
zakat, melakukan puasa serta menunaikan ibadah haji. Dengan demikian dapat disimpulkan 
keberadaan manusia diciptakan Allah untuk menjadi manusia yang Islami (Islam yang benar). 
Menjadi Islam yang benar adalah dengan mengerti, memahami dan melaksanakan dalam 
kehidupan apa yang telah dilarangNya, dengan kata lain secara konsisten melaksanakan Rukun 
Iman dan Rukun Islam. 
Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hambaNya, 
bahwa dialah yang menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. 
Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah 
SWT adalah dengan mengimani Allah SWT dan memikirkan ciptaanNya untuk menambah 
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia 
dengan manusia serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan 
tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan 
tujuan hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut : 
1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia 
Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya : 
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam” 
Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini 
adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang 
dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmah adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk 
menebar dan memberikan kasih saying kepada alam semesta. 
2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia 
Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses di dunia dan di akhirat dengan cara 
melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu. Allah 
berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat 97 yang artinya : “Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik 
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan 
memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka dengan 
pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”. 
3. Tujuan Individu Dalam Keluarga
Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang 
mempunyai ifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain.. Hampir semua 
manusia, pada awalnya merupkan bgian dari anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga. 
dalam Ilmu komunukasi dan sosiologi kelurga merupakan bagian dari klasifikasi kelompak sosial 
dan termasuk dalam small group atau kelompok terkecil di karnakan paling sedikit anggotanya 
terdiri dari dua orang. Nanun keberadaan keluraga penting karena merupakan bentuk khusus 
dalm kerangka sistem sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan miniatur 
masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kodo etik pemerintahan, prestige, ideologi dan 
sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan individu daln keluarga adalah agar individu tersebut 
menemukan ketentraman, kebahagian dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. 
Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab utu, sudah wajar manusia baik laki-laki dan 
perempuan membentuk keluarga. Tujuan manusia berkelurga menurut Q.S. Al -Ruum ayat 21 yang 
artinya: 
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari 
jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih 
sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum 
yang mau berfikir." 
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalh supaya tentram. Untuk menjadi 
keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga 
harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain. 
4. Tujuan Individu Dalam Masyarakat 
Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat. 
Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam hidup yang melimpah. Kecukupan 
kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan 
sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan 
tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat 
tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan. Oleh 
sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka kita 
harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah berfirman :
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan 
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka 
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-Araaf : 96) 
Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu: 
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat 
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasan alam di sekelilingnya 
Istilah masyarakat dalam Ilmu sosiologi adalah kumpulan individu yang bertempat 
tinggal di suatu wilayah dengan batas-batastertntu, dimana factor utama yang menjadi dasarnya 
adalh interaksi yang lebih besar diantara anggot-anggotanya . 
5. Tujuan Individu Dalam Bernegara 
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati diri sebagai pribadi 
yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari 
itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam 
kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warganegara yang 
baik di dalam lingkungan negara yang baik yaitu negara yang aman, nyaman serta makmur. 
6. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional 
Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional / dunia 
luar. Dengan era globalisasi kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus 
bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan 
individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam 
kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi 
agar tidak kalah dan tersesat dalam percaturan dunia. 
Fungsi dan Peran Manusia
Allah SWT berfirman bahwa fungsi dan peran manusia adalah sebagai khali fah atau 
pemimpin di muka bumi. Allah berfirman dalam Q.S. 2 : 30 yang artinya : 
“Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya aku hendak 
menjadikanmu sebagai khalifah di muka bumi”, mereka berkata : “Mengapa engkau hendak 
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan 
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan 
engkau?”. Allah berfirman : “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. 
Dalam kamus Bahasa Indonesia, khalifah berarti pimpinan umat. Menjadi pemimpin adalah 
fitrah setiap manusia. Namun karena satu dan lain hal, fitrah ini tersembunyi, tercemar bahkan 
mungkin telah lama hilang. Akibatnya, banyak orang yang merasa dirinya bukan pemimpin. 
Mereka telah lama menyerahkan kendali hidupnya pada orang lain dan lingkungan sekitarnya. 
Mereka perlu “dibangunkan” dan disadarkan akan besarnya potensi yang mereka miliki. 
Kepemimpinan adalah suatu amanah yang diberikan Allah yang suatu ketika nanti harus 
kita pertanggungjawabkan. Karena itu siapa pun anda, di mana pun anda berada, anda adalah 
seorang pemimpin, minimal memimpin diri sendiri. Kepemimpinan adalah mengenai diri sendiri. 
Kepemimpinan adalah perilaku kita sehari-hari. Kepemimpinan berkaitan dengan hal-hal 
sederhana seperti berbakti kepada orang tua, tidak berbohong, mengunjungi kawan yang sakit, 
bersilahturahmi dengan tetangga, mendengar keluh kesah sahabat, dan sebagainya. 
Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau 
leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), 
sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. 
Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai 
suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak 
dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu 
proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau suatu badan, 
yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat. 
Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 58-59 yang artinya : 
“Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak 
menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan suatu hukum diantara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Hai 
orang-orang yang beriman taatlah Allah dan RasulNya, dan orang-orang yang memegang 
kekuasaan diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka 
kembalilah kepada Al-Qur’an dan Hadits. Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari 
kemudian, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya bagimu”. 
Di dalam Surat An-Nisa ayat 58-59 tersebut dijelaskan kriteria pemerintahan 
(kepemimpinan) yang baik, yaitu : 
a. Pemerintah yang pemimpinnya menyampaikan amanat kepada yang berhak dan 
berlaku adil. 
b. Musyawarah pada setiap persoalan dan apabila terjadi perselisihan maka hendaklah 
kembali kepada sumber hukum Islam. 
c. Pemerintahan yang memiliki sifat kooperatif antara rakyat dan pemerintah, rakyat 
harus patuh dan taat pada peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam hal ini baik 
dan benar dan pemerintah harus benar-benar menjalankan pemerintahan untuk 
kepentingan rakyat. 
Keunggulan dan potensi manusia 
Potensi diri adalah kekuatan dari individu yang masih terpendam di dalam, yang dapat di 
wujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam kehidupan manusia. Apabila pengrtian potensi diri 
dikaitkan dengan penciptaan manusias oleh Allah SWT, maka potensi diri manusia adalah: kekutan 
manusia yang di berikan oleh Alah SWT sejak dalm kandungan ibunya sampai akhir hayatnya yang 
masih terpendam dalam dirinya , menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu yang bermanfaat 
dalam kehidupan diri manusia di dunia dan di akhirat sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia 
oleh Allah SWT untuk mengabdi kepadanya. 
Potensi diri manusia terdiri dari potensi fisik yaitu tubuh manusia sebagai sebuah sistem 
yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhlik Allah lainnya seperti: binatang, jin, 
malaikat. Sedangkan potensi non fisik adalah hati, ruh, indera dan akal pikiran. Potensi apapun 
yang dimiliki manusia masing-masing memiliki fungsi dan perannya, oleh karenanya harus 
dimanfaatkan dngan sebaik-baiknya agar dapat berguna bagi diri dan lingkungannya.
Secara umum manisia yang dilahirkan normal kedunia ini telah dilengkapi dengan otak. 
Para ahli Psikologi sepakat bahwa otak manusia adalah sumber kekuatan yang luar biasa. Tugas 
otak selain mengendalikan aktifitas fisik bagian bagian didalam tubuh seperti ; paru-paru , jantung 
dan sebagainya. Juga berfungsi sebagai untuk menghafal. Kegiatan-kegiatan yang memerlukan 
logika seperti : berhitunh, menganalisa, bahasa. Aktivitas imajinasi, intuisi kreativitas, inovasi dan 
sebagainya. Tugas otak melahirkan kegiatan berfikir yang pada gilirannya dapat menghasilkan 
karya nyata. Jadi otak adalah sumber kekuatan manusia untuk menghasilkan karya melalui proses 
berfikir. 
A. Tanggung Jawab Manusia 
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di 
hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas 
kepemimpinan , wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam. 
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan 
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang 
memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya. 
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga 
kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada 
landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimilikitidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang. 
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang 
telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukum Tuhan baik yang baik yang tertulis dalam kitab 
suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al -kaun). Seorang wakil yang 
melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, 
serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban 
terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 
35 (Faathir : 39) yang artinya adalah : 
“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka 
(akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya 
dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”. 
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba allah, bukanlah dua hal 
yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi 
dari pengabdian kepada allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila 
terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajad manusia 
meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya 
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. 
KETUHANAN YANG MAHA ESA 
1. Keimanan Dan Ketakwaan 
Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu agama 
karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan 
apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk 
orang jadi bertaqwa 
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau 
keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang 
harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. 
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu – amanan yang berarti percaya. Oleh 
karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Dalam surat Al - 
Baqarah 165 dikatakan orang beriman adalah orag yang amat sangat cinta kepada Allah.Oleh 
karena iu beriman kepada Allah berarti amat sangat terhadap ajaran Allah yaitu Al -Quran. 
Pada setiap agama, keimanan merupakan unsure pokok yang harus dimiliki oleh setiap 
penganutnya. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang 
menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat 
tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut.. Meskipun demikian, keimanan saja tidak cukup. 
Ia harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang 
kita anut. Keimanan tidaklah sempurna, jika diyakini oleh hati, diikrarkan oleh lisan, dan dibuktikan 
dalam segala perilaku kehidupan sehari – hari. 
Keimanan adalah peebuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. 
Bukankah sering kit abaca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita jadikan kata – kata mutiara, 
misalnya malu adalah sebagian dari iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara
sebagian dari iman, bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang 
dapat membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara cabang – 
cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT. 
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara 
dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap 
memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan 
konsisten ( istiqomah ). Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat 
dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan. 
1. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain, 
instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman. 
2. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, 
orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang meminta – minta dana, orang – 
orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba 
sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia 
yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta. 
3. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah 
formal. 
4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri. 
5. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki 
semangat perjuangan. 
Hubungan taqwa dengan Allah SWT 
Seseorang yang bertaqwa ( muttaqi ) adalah orang yang menghambakan dirinya kepada 
Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara Hubungan dengan Allah 
terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat menghindar dari kejahatan dan 
kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap aturan – aturan Allah. Karena itu inti 
ketaqwaan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. 
Memelihara hubungan dengan Allah SWT dimulai dengan melaksanakan tugas perhambaan 
dengan melaksanakan ibadah secara sungguh – sungguh ( khusuk ) dan ikhlas seperti mendirikan 
solat dengan khusuk dan penuh penghayatan sehingga solat memberikan bekas dan memberi 
warna dalam kehidupannya. Melaksanakan puasa dengan ikhlas melahirkan kesabaran dan 
pengendalian diri. Zakat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan diri dari ketamakan dan
kerasukan. Dan haji mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan dari takabur dan mendekatkan 
diri kepada Allah. 
Memelihara hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang 
dilarang Allah, yaitu perbuatan dosa dan kemungkaran. Melaksanakan perintah dan menjauhi 
larangan Allah pada dasarnya adalah bentuk – bentuk prilaku yang lahir dari pengendalian diri atau 
mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya. 
Hubungan taqwa dengan Sesama Manusia 
Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia. Orang yang 
bertaqwa akan dapat dilihat dari peranannya di tengah – tengah masyarakat. Sikap taqwa 
tercermin dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan 
berpihakan pada kebenaran dan keadilan. Karena itu, orang yang taqwa akan menjadi motor 
penggerak gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan kebajikan. 
Allah menjabarkan cirri – cirri orang yang bertaqwa dengan cirri – cirri perilaku yang 
berimbang antara pengabdian formal kepada Allah dengan hubungan sesame manusia. 
Pada surat Al – Baqarah ayat 177, menerangkan bahwa diantara cirri – cirri orang bertaqwa 
itu ialah orang – orang yang beriman kepada Allah, Hari kemudian, malaikat – malaikat, kitab – 
kitab Allah. Aspek – aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang dimiliki orang yang taqwadan 
dasar hubungan dengan Allah dalam bentuk ubudiah. Selanjutnya Allah menggambarkan 
hubungan kemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta, dan orang – orang yang menepati janji. Dalam 
ayat itu Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja karena aspek tenggang rasa 
terhadap sesame manusia dijelaskan secara terurai, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang 
rasa, tetapi juga mengeluarkan harta diposisikan diantara aspek keimanan dan sholat. 
A. Filsafat Ketuhanan 
Tuhan atau Allah hakekatnya adalah cermin bagi diri manusia karena DIA menjadikan 
cermin ini sebagai jembatan antara manusia dan DIA. DIA yang sering disalah artikan yakni 
disamakan dengan Tuhan atau Allah, padahal DIA adalah ESA. Esa artinya tidak berbilang, tidak 
ternamakan, tidak terfikirkan,tidak pula terusahakan,tidak terkenali. DIA satu-satunya ZAT, satu-satunya 
yang mampu.Yang lainnya bukan zat dan tidak berkemampuan, tidak pernah mampu 
memohon/berdoa kepada DIA, dan tidak pantas DIA menerima doa/permohonan, karena DIA 
adalah ABSOLUT tidak mengalami usaha/perbuatan, tidak mengalami proses berfikir, sehingga DIA
tidak pernah terkait hubungan sebab-akibat/perbuatan. Sebaliknya manusia adalah kumpulan 
USAHA/proses berfikir dan terkait hubungan sebab akibat dari kumpulan keinginan/pengorbanan, 
bukan kemampuan dan zat sebagaimana DIA. Tuhan atau Allah adalah cermin yang dapat 
difikirkan dan dapat dirasakan, dan mempunyai nama dan sifat yang dapat dikenali manusia 
sekaligus karena Allah adalah cermin, maka Allah adalah titik terdekat manusia dengan DIA. 
Dengan demikian perintah beriman kepada Allah semestinya diartikan bahwa manusia hendaklah 
berusaha membuktikan adanya cermin (Allah) dalam dirinya dimana ia bercermin dan mengenali 
dirinya sehingga ia menerima tanda-tanda adanya DIA. Al Quran adalah siarnya Allah kepada 
manusia yang menjelaskan fungsi CERMIN agar manusia tidak bercermin kepada selain Allah, 
dalam usaha manusia mencari tanda-tanda adanya DIA. Semestinya manusia berdoa demikian ” 
Dengan menyebut nama Allah (BERCERMIN) agar diberikan kebaikan didunia dan di akhirat”. 
Perkataan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ mengandung arti ” dengan menyebut nama Allah 
(BERCERMIN) agar mendapatkan Kasih dan Sayang”. Jadi sebenarnya ,kebaikan dunia dan akhirat, 
pengasih dan penyayang itu ada dalam diri manusia sendiri. Dengan demikian semua sifat atau 
perbuatan mengasihi, menyayangi, mencipta, menguasai, melihat, mengetahui, dsb adalah murni 
sifat manusia, yakni hasil fikiran yang terkait proses sebab akibat. Adalah salah menyatakan bahwa 
DIA bersifat dan berbuat, bahkan energi/kekuatan untuk melakukan semua sifat dan perbuatan itu 
hanyalah DIA, karena itu DIA lah satu-satunya ZAT dan yang Mampu. 
Allah adalah esensi syahadat. Syahadat adalah esensi ikhlas. Ikhlas adalah esensi sabar. 
Sabar adalah esensi lindungan, dan kasih sayang Allah. lindungan Allah adalah esensi ibadah, dan 
kasih sayang Allah adalah esensi amal shaleh. Allah adalah CERMIN — yang menampilkan 
citra/bayangan benda didepannya dengan apa adanya, agar manusia yang melihat ke cermin tsb, 
mendapati dirinya sendiri –mengenali dirinya sendiri–. Menyembah DIA adalah mustahil, karena 
DIA diluar fikiran manusia, DIA adalah ESA/HAQ, ZAT yang MAMPU dan BENAR. semua bentuk 
ibadah semestinya(sholat, dzikir, puasa dll) bertujuan agar manusia senantiasa menaati Allah 
(bercermin), karena sebelumnya fikiran dan hawa nafsu manusia telah menguji dirinya sendiri, dan 
hasilnya adalah bahwa fikiran dan hawa nafsu TIDAK PERNAH BENAR-BENAR MAMPU dalam hal 
apapun. karena itu, Sholat yang maknanya mengingat Allah sesungguhnya adalah bercermin diri 
(bagi fikiran dan hawa nafsu), dan jika tidak diikuti (tidak bercermin diri) maka menurut fikiran dan 
hawa nafsu Allah telah MATI. dan yang rugi hanyalah manusia sendiri
HUKUM 
A. KETAATAN KEPADA HUKUM TUHAN 
Sesungguhnya di dalam hidup ini kita tidak dapat melepaskan diri daripada 
memberi perintah dan diperintah. Cuma yang menjadi pertimbangannya ialah suatu 
perintah yang dikeluarkan itu patut atau tidak, dan menepati kehendak syarakat tidak. 
Selagi perintah tersebut keluar daripada mulut manusia biasa,pertimbangan tersebut wajib 
dilakukan, melainkan perintah yang datang daripada Allah SWT dan 
Rasulullah S.A.W. 
Suruhan yang tidak boleh disanggah dan pertikaikan hanyalah perintah Allah SWT. 
Setiap kali Allah menyuruh hamba Allah dengan satu perintah, maka Hamba Allah itu tidak 
ada pilihan melainkan melakukan perintah itu dengan penuh ikhlas dan semaksima yang 
mampu. Allah S.W.T. tidak sesekali memerintahkan hamba-Nya dengan satu perintah yang 
tidak mampu dilakukan kerana firman Allah dari surah al-Baqarah ayat 286 yang 
bermaksud: "Allah tidak mentaklifkan (membebankan) seseorang melainkan menurut 
kemampuan seseorang." 
Oleh itu setiap perintah Allah pasti membawa kebaikan kepada orang yang 
melaksanakan sama ada di dunia atau di akhirat. Sementara segala larangan Allah S.W.T. 
pasti pula membawa mudharat di dunia dan di akhirat. 
Firman Allah dari surah al-Fath ayat 16 yang bermaksud: "Jika kamu taat 
(menjalankan perintah Allah), Allah akan mengurniakan kepada kamu dengan balasan yang 
baik (di dunia dan di akhirat), dan kalau kamu berpaling engkar seperti keingkaran kamu 
dahulu, nescaya Allah akan menyiksakamu dengan siksaan yang tidak terperi sakitnya." 
Sesungguhnya tidak ada untungnya melawan perintah Allah S.W.T., bahkan 
kerugian jugalah yang terpaksa ditanggung oleh manusia. 
Orang-orang yang degil dan terus menderhakai Allah S.W.T. dengan tidak 
mempedulikan perintah dan larangannya, seperti meninggalkan sembahyang, 
menderhaka kepada ibu bapa, mengkhianati amanah dan tanggungjawab, 
menyesatkan manusia daripada jalan Allah SWT dan lain-lain akan mendapat dosa dan 
dimasukkan ke dalam neraka sekiranya tidak diampun oleh Allah S.W.T.Firman Allah dari
Surah an-Nisa’ ayat 41 yang bermaksud: "Dan sesiapa yang derhaka kepada Allah dan 
Rasulullah, dan melampaui batas-batas syariatnya,akan dimasukkannya ke dalam api 
neraka, berkekalanlah ia di dalamnya, dan baginya 
azab yang menghinakan." 
Sesudah manusia mentaati Allah dan Rasulullah, mereka pula diperintah mentaati 
perintah manusia, termasuklah pemerintah, ibu bapa, ulama’, ketua dan seterusnya. 
Sungguhpun begitu, ketaatan kepada sesama manusia tidaklah mutlak sifatnya. Ini 
bermakna ada perintah yang wajib ditaati dan ada perintah yang haram ditaati. 
Jelaslah di sini bahawa ketaatan kepada sesama manusia menjadi wajib apabila 
suruhan–nya itu selari dengan kehendak dan tuntutan syariat Allah S.W.T. Apabila suruhan 
itu menyimpang daripada landasan syariat Allah maka pada masa itu tidak lagi menjadi 
wajib, bahkan berdosa pula jika dituruti seperti suruhan melakukan rasuah, membela dan 
menyokong golongan yang batil, menyertai kumpulan ahli maksiat dan sebagainya. Sabda 
Rasulullah S.A.W. dari Riwayat al-Bukhari yang bermaksud: "Maka apabila disuruh dengan 
perkara maksiat, tidak harus lagi dengar dan taat." 
Oleh itu seorang Islam wajib patuh kepada perintah ulama’. Seorang rakyat wajib 
patuh kepada pemerintah. Seorang isteri wajib patuh kepada suami dan seorang anak 
wajib patuh kepada ibu bapa. Kepatuhan itu wajib selagi perintah tersebut tidak 
berlawanan dengan syariat Allah S.W.T. 
Firman Allah dari Surah an-Nisa’ ayat 59 yang bermaksud: 
"Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada 
rasul,danorang-orang yang berkuasa di kalangan kamu. Maka 
sekiranyakamuberselisihandidalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu kembalikan 
kepada Allah dan Rasulullah (al-Quran dan al-Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada 
Allah dan hari akhirat. Itulah lebih baik bagi kamu dan lebih elok kesudahannya." 
B. Fungsi Profetik Agama dalam Hukum 
Dalam pandangan Islam, keberagamaan adalah fithrah (sesuatu yang melekat pada 
diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya):
دِنَنِللََِف اِف فَِِحنَف كََِثرِِف كََِِِلَف دََِِِِِّّلأف يَِِِّدللف جََِِِف هَِفَ قَِِنَخَف لََِّيَدبِف اِف اِنِدَهِح فَِِحنِف ةِِْرِف اَََِِّ هَِفَ ةََْرِطف اِفَدنَح نَِيَِّدلَف كََِهِجِف مِْقَِأَف 
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah 
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah 
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS Ar-Rum 
[30]: 30) 
Ini berarti manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama. Tuhan menciptakan 
demikian, karena agama merupakan kebutuhan hidupnya. Memang manusia dapat 
menangguhkannya sekian lama -- boleh jadi sampai dengan menjelang kematiannya. 
Tetapi pada akhirnya, sebelum ruh rmeninggalkan jasad, ia akan merasakan kebutuhan itu. 
Memang, desakan pemenuhan kebutuhan bertingkat-tingkat. Kebutuhan manusia 
terhadap air dapat ditangguhkan lebih lama dibandingkan kebutuhan udara. Begitu juga 
kebutuhan manusia makanan, jauh lebih singkat dibandingkan dengan kebutuhan manusia 
untuk menyalurkan naluri seksual. Demikian juga kebutuhan manusia terhadap agama 
dapat ditangguhkan, tetapi tidak untuk selamanya. 
Ketika terjadi konfrontasi antara ilmuwan di Eropa dengan Gereja, ilmuwan 
meninggalkan agama, tetapi tidak lama kemudian mereka sadar akan kebutuhan kepada 
pegangan yang pasti, dan ketika itu, mereka menjadikan "hati nurani" sebagai alternatif 
pengganti agama. Namun tidak lama kemudian mereka menyadari bahwa alternatif ini, 
sangat labil, karena yang dinamai "nurani" terbentuk oleh lingkungan dan latar belakang 
pendidikan, sehingga nurani Si A dapat berbeda dengan Si B, dan dengan demikian tolok 
ukur yang pasti menjadi sangat rancu. 
Setelah itu lahir filsafat eksistensialisme, yang mempersilakan manusia melakukan 
apa saja yang dianggapnya baik, atau menyenangkan tanpa mempedulikan nilai -nilai. 
Namun, itu semua tidak dapat menjadikan agama tergusur, karena seperti 
dikemukakan di atas ia tetap ada dalam diri manusia, walaupun keberadaannya kemudian 
tidak diakui oleh kebanyakan manusia itu sendiri. 
William James menegaskan bahwa, "Selama manusia masih memiliki naluri cemas 
dan mengharap, selama itu pula ia beragama (berhubungan dengan Tuhan)." Itulah 
sebabnya mengapa perasaan takut merupakan salah satu dorongan yang terbesar untuk 
beragama.
MORAL 
Agama Sebagai Sumber Moral 
Telah kita ketahui betapa pentingnya pendidikan moral bagi anak. Pendidikan moral tidak 
berarti hanya memberi pengertian tentang mana yang baik dan mana yang buruk menurut nilai 
atau kesusilaan. Seperti ditegaskan oleh Dewey, yang dikutip M. Ngalim Purwanto (1992 : 198), 
bahwa “ Pendidikan kesusilaan tidak akan berhasil hanya dengan berpidato saja tentang yang baik 
dan yang buruk”. Dalam dunia modern, orang kelihatan kurang mengindahkan agama,. Anak-anak 
dibesarkan dan menjadi dewasa, tanpa mengenal pendidikan agama, terutama pendidikan agama 
dalam rumah tangga, dan hal ini terintegral di bagian yang menyertai kepribadian agama dalam 
rumah tangga, dan hal ini terintegral di bagian yang menyertai kepribadian dan sikap seseorang, 
Maka keyakinannya itulah dikemudian hari akan mengawasi segala tindakan-tindakan, perkataan 
bahkan perasaan, jika terjadi tarikan orang kepada sesuatu yang nampaknya menyenagkan dan 
meggembirakan maka keimanannya cepat bertindak apakah hal tersebut boleh ataukah terlarang 
oleh agama, andaikan termasuk hal-hal yang terlarang. Betapun tarikan luar tak diindahkan karena 
ia takut melaksanakan yang terlarang oleh agama, dan hal inilah yang sebenarnya yang menjadi 
titik perhatian para ahli yang mengemangkan dunia pendidikan dan pengajaran, serta pengajaran 
agama Islam pada khususnya. Akan tetapi sudah menjadi suatu strategi dari dunai maju, dimana 
segala sesuatu hampir dapat dicapai ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai 
terdesak. Kepercayan Tuhan tinggal sebagai symbol larangan-larangan dan suruhan-suruhan-Nya 
tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan kepada ajaran agama, maka hilanglah 
kekuatan pengontrol yang ada dalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan 
pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum serta pengaturannya, dan 
biasanya pengawasan masyarakat dengan berbagai perangkat hukum dan pengaturannya itu tidak 
sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri, karena pengawasan masyarakat itu datang dari luar, 
jika orang itu tidak tahu tidak ada orang yang disangka perbuatannya maka dengan senang hati 
orang itu berani berbuat atau melanggar peraturan-perturan dan hukm-hukum sosial itu dan 
apabila ia dalam masyarakat itu banyak orang yang melakukan pelanggaran moral, dengan 
sendirinya orang yang kurang kenyakinannya maka akan mudah pula meniru malukukan
perbuatan pelanggaran-pelanggaran yang sama. Dan yang lebih berbahaya dalam hal ini adalah 
orang yang pandai tetapi tidak beragama ataupun tidak memiliki sebuah keyakinan terhadap 
adanya Tuhan. Mereka itu dengan mudah menyelesaikan, mengelabui dan membujuk orang 
kepada perbuatan-perbuatan yang amoral. Maka untuk menjaga keamanan dan keterampilan 
masyarakat, perlu diadakan pengawasan yang ketat, karena setiap orang dapat menjaga dirinya 
sendiri, tidak mau melanggar hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan-Nya. Semakin jauh agama, 
semakin susah memelihara moral seseorang dalam masyarakat itu dan kacaulah suasana karena 
semakin banyak pelanggar atas hak, hukum serta nilai-nilai moral. Pembinaan moral seharusnya 
dilaksankan sejak anak masih kecil, disesuaikan dengan kemampuan dan umurnya. karena setiap 
anak lahir belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah serta belum tentu tahu batas - 
batas dan ketentuan moral yang berlaku dalam lingkungannya.tanpa dibiasakan menanamkan 
sikap dan dianggap baik untuk pertumbuhan moral, anak-anak dan dibesarkan tanpa mengerti 
moral.jika perlu diingat bahwa pengertian tentang moral belum tentu menjamin adanya tindakan 
moral. Banyak orang yang tahu sesuatu perbuatan adalah nyata salah, akan tetapi dilakukannya 
juga perbuatan tersebut. Moral adalah bukan sesuatu pelajaran yang dapat dicapai hanya dengan 
mempelajarinya saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari kecil. 
Akhlak Mulia 
AKHLAK ialah tingkahlaku yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakini oleh seseorang 
dan sikap yang menjadi sebahagian daripada keperibadiannya. Nilai-nilai dan sikap itu pula 
terpancar daripada konsepsi dan gambarannya terhadap hidup. Dengan perkataan lain, nilai -nilai 
dan sikap itu terpancar daripada aqidahnya iaitu gambaran tentang kehidupan yang dipegang dan 
diyakininya 
Aqidah yang benar dan gambaran tentang kehidupan yang tepat dan tidak dipengaruhi 
oleh kepaisuan, khurafat dan falsafah-falsafah serta ajaran yang paisu, akan memancarkan nilai - 
nilai benar yang murni di dalam hati. Nilai-nilai ini akan mempengaruhi pembentukan sistem 
akhlak yang mulia. Sebaliknya, jika aqidah yang dianuti dibina di atas kepalsuan dan gambarannya 
mengenai hidup bercelaru dan dipengaruhi oleh berbagai-bagai fahaman paisu, ia akan 
memancarkan nilai-nilai buruk di dalam diri dan mempengaruhi pembentukan akhlak yang buruk. 
Akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, merupakan dua jenis tingkahlaku yang 
berlawanan dan terpancar daripada dua sistem nilai yang berbeza. Kedua-duanya memberi kesan 
secara langsung kepada kualiti individu dan masyarakat. lndividu dan masyarakat yang dikuasai
dan dianggotai oleh nilai-nilai dan akhlak yang baik akan melahirkan individu dan masyarakat yang 
sejahtera. Begitulah sebaliknya jika individu dan masyarakat yang dikuasai oleh nilai -nilai dan 
tingkahlaku yang buruk, akan porak peranda dan kacau bilau. Masyarakat kacau bilau, tidak 
mungkin dapat membantu tamadun yang murni dan luhur. 
Sejarah membuktikan bahawa sesebuah masyarakat itu yang inginkan kejayaan 
bermula daripada pembinaan sistem nilai yahg kukuh yang dipengaruhi oleh unsur-unsur kebaikan 
yang terpancar daripada aqidah yang benar. Masyarakat itu runtuh dan tamadunnya hancur 
disebabkan keruntuhan nilai-nilai dan akhlak yang terbentuk daripadanya. Justeru itu, akhlak 
mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan dan dalam memelihara kemuliaan insan 
serta keluhurannya. Martabat manusia akan menurun setaraf haiwan sekiranya akhlak runtuh dan 
nilai-nilai murni tidak dihormati dan dihayati. Oleh kerana itu Rasulullah s.a.w. bersabda yang 
bermaksud: 
'Sesungguhnya aku diutus untuk melengkapkan akhlak yang mutia. (Riwayat al-Baihaqi) 
Para sarjana dan ahli fikir turut mengakui pentingnya akhlak di dalam membina 
keluhuran peribadi dan tamadun manusia. akhlak yang mulia menjadi penggerak kepada 
kemajuan dan kesempurnaan hidup. Sebaliknya, akhlak yang buruk menjadi pemusnah yang 
berkesan dan perosak yang meruntuhkan kemanusiaan serta ketinggian hidup manusia di bumi ini. 
Kepentingan akhlak dalam kehidupan dinyatakan dengan jelas dalam. Al -Ouran 
menerusi berbagai-bagai pendekatan yang meletakkan al-Ouran sebagai sumber pengetahuan 
mengenai nitai dan akhlak yang paling terang dan jelas. Pendekatan al -Quran dalam menerangkan 
akhlak yang mulia, bukan pendekatan teoritikal tetapi dalam bentuk konseptual dan penghayatan. 
akhlak yang mulia dan akhlak yang buruk digambarkan dalam perwatakan manusia, dalam sejarah 
dan dalam realiti kehidupan manusia semasa, al-Ouran diturunkan. 
Al-Quran menggambarkan bagaimana aqidah orang-orang beriman, kelakuan mereka 
yang mulia dan gambaran kehidupan mereka yang penuh tertib, adil, luhur dan mulia. Berbanding 
dengan perwatakan orang-orang kafir dan munafiq yang jelek dan merosakkan. Gambaran 
mengenai akhlak mulia dan akhlak keji begitu jelas dalam perilaku manusia blepanjang sejarah. Al - 
Quran juga menggambarkan bagaimana perjuangan para rasul untuk menegakkan nilai-niiai mulia 
dan murni di dalam kehidupan dan bagaimana mereka ditentang oleh kefasikan, kekufuran dan
kemunafikan yang cuba menggagalkan tertegaknya dengan kukuh akhlak yang mulia sebagai teras 
kehidupan yang luhur dan murni itu. 
Al-Quran sumber bagi hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang menyusun 
tingkahlaku dan akhlak manusia. Al-Quran menentukan sesuatu yang haial dan haram, apa yang 
boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Al-Quranmenentukan bagaimana sepatutnya 
kelakuan manusia. Al-Quran juga menentukan perkara yang baik dan tidak baik. Justeru itu al - 
Quran menjadi sumber yang menentukan akhlak dan nilai-nilai kehidupan ini. 
Al-Quran mengharamkan yang buruk dan keji serta melarang manusia melakukannya. 
Al-Quranmelarang manusia minum arak, memakan riba, bersikap angkuh dan sombong terhadap 
Allah, satu-satu kaum menghina kaum yang lain. Al-Quran melarang pencerobohan, fitnah dan 
berbunuhan. Al-Quranmelarang menyebarkan maklumat mengenai perkara-perkara keji. 
Al-Quran mengajak manusia supaya mentauhidkan Allah S.W.T., bertaqwa kepada- 
Nya, mempunyai sangkaan baik terhadap-Nya. Al-Quran juga mengajak manusia berfikir, cinta 
kepada kebenaran, bersedia menerima kebenaran. Malah mengajak manusia supaya berilmu dan 
berbudaya ilmu. 
Al-Quranjuga mengajak manusia supaya berhati lembut, berjiwa mulia, sabar, tekun, 
berjihad, menegakkan kebenaran dan kebaikan. Al-Quran mengajak manusia supaya bersatupadu, 
berkeluarga dan mengukuhkan hubungan silaturrahim. 
Jelaslah bahawa al-Ouran menjadi sumber nilai-nilai dan akhlak mulia. Penampilan 
akhlak mulia dalam al-Ouran, tidak bersifat teoritikal semata-mata, tetapi secara praktikal 
berdasarkan realiti dalam sejarah manusia sepanjang zaman. Al -Quran adalah sumber yang kaya 
dan berkesan untuk manusia memahami akhlak mulia dan menghayatinya.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Hakikat Manusia Menurut Islam Document
Hakikat Manusia Menurut Islam DocumentHakikat Manusia Menurut Islam Document
Hakikat Manusia Menurut Islam DocumentRanihana Kun
 
Tugas PAI Jumrah
Tugas PAI JumrahTugas PAI Jumrah
Tugas PAI Jumrahdyahraf
 
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN Desi Rahmawati
 
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'QuranHakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'QuranHery Kurniawan
 
Konsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusiaKonsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusiaRhe Dwi Yuni
 
Pendidikan agama tatap muka vii
Pendidikan agama tatap muka viiPendidikan agama tatap muka vii
Pendidikan agama tatap muka viiNurul Arifin S
 
Makalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut IslamMakalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut IslamKris Feby
 
Manusia dan alam semesta
Manusia dan alam semestaManusia dan alam semesta
Manusia dan alam semestaAoi Sano
 
Allah, manusia dan alam
Allah, manusia dan alamAllah, manusia dan alam
Allah, manusia dan alamAinul Nakhwat
 
Makalah manusia dan tugasnya
Makalah manusia dan tugasnyaMakalah manusia dan tugasnya
Makalah manusia dan tugasnyaAevunxCthm
 
Modul 1 pai
Modul 1 paiModul 1 pai
Modul 1 paiMelAdila
 
Tajuk 1.ctu101.islam sebagai al din
Tajuk 1.ctu101.islam sebagai al dinTajuk 1.ctu101.islam sebagai al din
Tajuk 1.ctu101.islam sebagai al dinSyahirah Suhalim
 
Hakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab IHakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab Iarvant
 
Bab 1 2 -islam & aqidah
Bab 1   2 -islam & aqidahBab 1   2 -islam & aqidah
Bab 1 2 -islam & aqidahFazd Alias
 

La actualidad más candente (20)

Hakikat Manusia Menurut Islam Document
Hakikat Manusia Menurut Islam DocumentHakikat Manusia Menurut Islam Document
Hakikat Manusia Menurut Islam Document
 
Tugas PAI Jumrah
Tugas PAI JumrahTugas PAI Jumrah
Tugas PAI Jumrah
 
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
TENTANG MANUSIA DAN KEHIDUPAN
 
Perjalanan hidup
Perjalanan hidupPerjalanan hidup
Perjalanan hidup
 
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'QuranHakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
Hakekat Manusia Menurut Islam dan Al'Quran
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Konsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusiaKonsep islam tentang manusia
Konsep islam tentang manusia
 
Pendidikan agama tatap muka vii
Pendidikan agama tatap muka viiPendidikan agama tatap muka vii
Pendidikan agama tatap muka vii
 
Hakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut IslamHakikat Manusia Menurut Islam
Hakikat Manusia Menurut Islam
 
Makalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut IslamMakalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut Islam
 
Manusia dan alam semesta
Manusia dan alam semestaManusia dan alam semesta
Manusia dan alam semesta
 
Allah, manusia dan alam
Allah, manusia dan alamAllah, manusia dan alam
Allah, manusia dan alam
 
Makalah manusia dan tugasnya
Makalah manusia dan tugasnyaMakalah manusia dan tugasnya
Makalah manusia dan tugasnya
 
Modul 1 pai
Modul 1 paiModul 1 pai
Modul 1 pai
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tajuk 1.ctu101.islam sebagai al din
Tajuk 1.ctu101.islam sebagai al dinTajuk 1.ctu101.islam sebagai al din
Tajuk 1.ctu101.islam sebagai al din
 
Hakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab IHakikat manusia bab I
Hakikat manusia bab I
 
Bab 1 2 -islam & aqidah
Bab 1   2 -islam & aqidahBab 1   2 -islam & aqidah
Bab 1 2 -islam & aqidah
 
CTU 101
CTU 101CTU 101
CTU 101
 
Makalah agama-
Makalah agama-Makalah agama-
Makalah agama-
 

Similar a Agama , haris

Manusia Dan Agama
Manusia Dan AgamaManusia Dan Agama
Manusia Dan AgamaRidho Ajjah
 
Konsep harta dalam isalm
Konsep harta dalam isalmKonsep harta dalam isalm
Konsep harta dalam isalmQila Aqila
 
Pemahaman Tentang Manusia
Pemahaman Tentang ManusiaPemahaman Tentang Manusia
Pemahaman Tentang Manusiailham fathoni
 
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat ManusiaFp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat ManusiaMuhammad Hafizh Annur
 
Makalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islamMakalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islamWarnet Raha
 
Makalah pendidikan agama islam STAIS MUHAMMAD RAHA
Makalah pendidikan agama islam STAIS MUHAMMAD RAHA Makalah pendidikan agama islam STAIS MUHAMMAD RAHA
Makalah pendidikan agama islam STAIS MUHAMMAD RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
Konsep hidup manusia, tujuan diciptakan, tanggungjawabnya.pptx
Konsep hidup manusia, tujuan diciptakan, tanggungjawabnya.pptxKonsep hidup manusia, tujuan diciptakan, tanggungjawabnya.pptx
Konsep hidup manusia, tujuan diciptakan, tanggungjawabnya.pptxssusere48dd81
 
Aneka Ragam Makalah
Aneka Ragam MakalahAneka Ragam Makalah
Aneka Ragam Makalahibrahimstwo0
 
Alam semesta 2
Alam semesta 2Alam semesta 2
Alam semesta 2murlina
 
(Sadn1013 h) kump 1
(Sadn1013 h) kump 1(Sadn1013 h) kump 1
(Sadn1013 h) kump 1sadn1013
 
presentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdf
presentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdfpresentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdf
presentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdfpuskesmas74
 

Similar a Agama , haris (20)

Manusia Dan Agama
Manusia Dan AgamaManusia Dan Agama
Manusia Dan Agama
 
bimbingan konseling.docx
bimbingan konseling.docxbimbingan konseling.docx
bimbingan konseling.docx
 
Manusia copy
Manusia   copyManusia   copy
Manusia copy
 
Manusia dan Agama
Manusia dan AgamaManusia dan Agama
Manusia dan Agama
 
Konsep harta dalam isalm
Konsep harta dalam isalmKonsep harta dalam isalm
Konsep harta dalam isalm
 
Pemahaman Tentang Manusia
Pemahaman Tentang ManusiaPemahaman Tentang Manusia
Pemahaman Tentang Manusia
 
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat ManusiaFp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia
 
Makalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islamMakalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islam
 
Makalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islamMakalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islam
 
Makalah pendidikan agama islam STAIS MUHAMMAD RAHA
Makalah pendidikan agama islam STAIS MUHAMMAD RAHA Makalah pendidikan agama islam STAIS MUHAMMAD RAHA
Makalah pendidikan agama islam STAIS MUHAMMAD RAHA
 
Konsep hidup manusia, tujuan diciptakan, tanggungjawabnya.pptx
Konsep hidup manusia, tujuan diciptakan, tanggungjawabnya.pptxKonsep hidup manusia, tujuan diciptakan, tanggungjawabnya.pptx
Konsep hidup manusia, tujuan diciptakan, tanggungjawabnya.pptx
 
Wawancara i
Wawancara iWawancara i
Wawancara i
 
E valuasi 1
E valuasi 1E valuasi 1
E valuasi 1
 
Aneka Ragam Makalah
Aneka Ragam MakalahAneka Ragam Makalah
Aneka Ragam Makalah
 
Alam semesta 2
Alam semesta 2Alam semesta 2
Alam semesta 2
 
Makalah_agama.docx
Makalah_agama.docxMakalah_agama.docx
Makalah_agama.docx
 
KEL 1.pptx
KEL 1.pptxKEL 1.pptx
KEL 1.pptx
 
(Sadn1013 h) kump 1
(Sadn1013 h) kump 1(Sadn1013 h) kump 1
(Sadn1013 h) kump 1
 
presentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdf
presentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdfpresentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdf
presentasiaik-finalrahmat-160411055607.pdf
 
Makalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islamMakalah pendidikan agama islam
Makalah pendidikan agama islam
 

Último

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 

Último (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 

Agama , haris

  • 1. TUGAS AGAMA Oleh: Kharishul I. K2510041 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
  • 2. MANUSIA Hakikat manusia Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia. Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya, tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT. {“Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.”}(Q. S. Al-Jatsiyah: 13). {“Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar. Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”}(Q. S. Ibrahim: 33). {“Allah telah menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak- Nya.”}(Q. S. Ibrahim: 32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan
  • 3. makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Namun, segala yang dimiliki manusia tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar yang tidak boleh dilewati. Di dalam diri manusia terdapat apa-apa yang terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat khsusus. Dia berkembang, bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya, merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk memenuhinya. Dia memiliki rasa kasih sayang dan cinta, rasa kebapaan dan sebagai anak, sebagaimana dia memiliki rasa takut dan aman, menyukai harta, menyukai kekuasaan dan kepemilikan, rasa benci dan rasa suka, merasa senang dan sedih dan sebagainya yang berupa perasaan-perasaan yang melahirkan rasa cinta. Hal itu juga telah menciptakan dorongan dalam diri manusia untuk melakukan pemuasan rasa cintanya itu dan memenuhi kebutuhannya sebagai akibat dari adanya potensi kehidupan yang terdapat dalam dirinya. Oleh karena itu manusia senantiasa berusaha mendapatkan apa yang sesuai dengan kebutuhannya, hal ini juga dialami oleh para mahluk-mahluk hidup lainnya, hanya saja, manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya dalam hal kesempurnaan tata cara untuk memperoleh benda-benda pemuas kebutuhannya dan juga tata cara untuk memuaskan kebutuhannya tersebut. Makhluk hidup lain melakukannya hanya berdasarkan naluri yang telah Allah ciptakan untuknya sementara manusia melakukannya berdasarkan akal dan pikiran yang telah Allah karuniakan kepadanya. Dewasa ini manusia, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara spermatozoa dengan ovum. Didalam Al-Qur`an proses penciptaan manusia memang tidak dijelaskan secara rinci, akan tetapi hakikat diciptakannya manusia menurut islam yakni sebagai mahluk yang diperintahkan untuk menjaga dan mengelola bumi. Hal ini tentu harus kita kaitkan dengan konsekuensi terhadap manusia yang diberikan suatu kesempurnaan berupa akal dan pikiran yang tidak pernah di miliki oleh mahluk-mahluk hidup yang lainnya. Manusia sebagai mahluk yang telah diberikan kesempurnaan haruslah mampu menempatkan dirinya sesuai dengan hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga atau pengelola bumi yang dalam hal ini disebut dengan khalifah. Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam Surat All-Baqarah ayat 30. Kata khalifah berasal dari kata
  • 4. khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah. Namun kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubungkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa Muawiyah-‘Abbasiah. Akan tetapi fungsi dari khalifah itu sendiri sesuai dengan yang telah diuraikan diatas sangatlah luas, yakni selain sebagai pemimpin manusia juga berfungsi sebagai penerus ajaran agama yang telah dilakukan oleh para pendahulunya,selain itu khalifah juga merupakan pemelihara ataupun penjaga bumi ini dari kerusakan. Dari uraian diatas dapat kita ambil bahwa manusia diciptakan atau berasal dari tanah sebagaimana yang telah dilampirkan dalam Al-Qur`an dan selain itu manusia sesuai dengan hakikatnya menurut islam adalah sebagai pengelola atau penjaga bumi,selain itu manusia juga merupakan penerus ajaran agama yang telah turun temurun dilaksanakan oleh para ulama sebelum kita. Martabat Manusia “Dan aku tidak ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi kepadaku” (Q.S. Adz-Dzariyaat : 56) Ayat diatas tersebut merupakan dalil yang berkenaan tentang keberadaan manusia di dunia. Manusia di dunia untuk mengabdi kepada Allah SWT. Bentuk pengabdiannya tersebut berupa pengakuan atas keberadaan Allah SWT, melaksanakan perintahNya serta menjauhi laranganNya. Sebagai bentuk mengakui keberadaan Allah adalah dengan mengikuti Rukun Iman dan Rukun Islam. Rukun Iman terdiri dari enam perkara, yakni percaya kepada Allah SWT, Malaikat, Nabi-nabi Allah, Kitab-kitab Allah, percaya kepada Hari Kiamat dan percaya terhadap Takdir (Qadha dan Qadar) Allah SWT. Sebagai wujud keimanan terhadap Allah SWT, Allah SWT menyatakan bahwa manusia tidak cukup hanya meyakini didalam hati dan diucapkan oleh mulut, tetapi manusia harus melaksanakannya dalam kehidupan sehari -hari. Sebagai bagian dari mengabdi kepada Allah SWT adalah menunaikan Rukun Islam, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai karcis masuk Islam, melakukan shalat, membayar
  • 5. zakat, melakukan puasa serta menunaikan ibadah haji. Dengan demikian dapat disimpulkan keberadaan manusia diciptakan Allah untuk menjadi manusia yang Islami (Islam yang benar). Menjadi Islam yang benar adalah dengan mengerti, memahami dan melaksanakan dalam kehidupan apa yang telah dilarangNya, dengan kata lain secara konsisten melaksanakan Rukun Iman dan Rukun Islam. Eksistensi manusia di dunia adalah sebagai tanda kekuasaan Allah SWT terhadap hamba-hambaNya, bahwa dialah yang menciptakan, menghidupkan dan menjaga kehidupan manusia. Dengan demikian, tujuan diciptakannya manusia dalam konteks hubungan manusia dengan Allah SWT adalah dengan mengimani Allah SWT dan memikirkan ciptaanNya untuk menambah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sedangkan dalam konteks hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan alam adalah untuk berbuat amal, yaitu perbuatan baik dan tidak melakukan kejahatan terhadap sesama manusia, serta tidak merusak alam. Terkait dengan tujuan hidup manusia dengan manusia lain dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya : “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam” Ayat ini menerangkan tujuan manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta. Arti kata rahmat adalah karunia, kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmah adalah manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam semesta. 2. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia Tujuan khusus adanya manusia di dunia adalah sukses di dunia dan di akhirat dengan cara melaksanakan amal shaleh yang merupakan investasi pribadi manusia sebagai individu. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nahl ayat 97 yang artinya : “Barang siapa mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Allah SWT akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan diberi balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka kerjakan”. 3. Tujuan Individu Dalam Keluarga
  • 6. Manusia di dunia tidak hidup sendirian. Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai ifat hidup berkelompok dan saling membutuhkan satu sama lain.. Hampir semua manusia, pada awalnya merupkan bgian dari anggota kelompok sosial yang dinamakan keluarga. dalam Ilmu komunukasi dan sosiologi kelurga merupakan bagian dari klasifikasi kelompak sosial dan termasuk dalam small group atau kelompok terkecil di karnakan paling sedikit anggotanya terdiri dari dua orang. Nanun keberadaan keluraga penting karena merupakan bentuk khusus dalm kerangka sistem sosial secara keseluruhan. Small group seolah-olah merupakan miniatur masyarakat yang juga memiliki pembagian kerja, kodo etik pemerintahan, prestige, ideologi dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan tujuan individu daln keluarga adalah agar individu tersebut menemukan ketentraman, kebahagian dan membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Oleh sebab utu, sudah wajar manusia baik laki-laki dan perempuan membentuk keluarga. Tujuan manusia berkelurga menurut Q.S. Al -Ruum ayat 21 yang artinya: "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir." Tujuan hidup berkeluarga dari setiap manusia adalh supaya tentram. Untuk menjadi keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain. 4. Tujuan Individu Dalam Masyarakat Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan untuk bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam hidup yang melimpah. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan. Oleh sebab itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa. Allah berfirman :
  • 7. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-Araaf : 96) Pada dasarnya manusia memiliki dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu: a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasan alam di sekelilingnya Istilah masyarakat dalam Ilmu sosiologi adalah kumpulan individu yang bertempat tinggal di suatu wilayah dengan batas-batastertntu, dimana factor utama yang menjadi dasarnya adalh interaksi yang lebih besar diantara anggot-anggotanya . 5. Tujuan Individu Dalam Bernegara Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang menemukan jati diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warganegara yang baik di dalam lingkungan negara yang baik yaitu negara yang aman, nyaman serta makmur. 6. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional Setelah kehidupan bernegara, tidak dapat terlepas dari kehidupan internasional / dunia luar. Dengan era globalisasi kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian. Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang saling membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan tersesat dalam percaturan dunia. Fungsi dan Peran Manusia
  • 8. Allah SWT berfirman bahwa fungsi dan peran manusia adalah sebagai khali fah atau pemimpin di muka bumi. Allah berfirman dalam Q.S. 2 : 30 yang artinya : “Ingatlah ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat : “Sesungguhnya aku hendak menjadikanmu sebagai khalifah di muka bumi”, mereka berkata : “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau?”. Allah berfirman : “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Dalam kamus Bahasa Indonesia, khalifah berarti pimpinan umat. Menjadi pemimpin adalah fitrah setiap manusia. Namun karena satu dan lain hal, fitrah ini tersembunyi, tercemar bahkan mungkin telah lama hilang. Akibatnya, banyak orang yang merasa dirinya bukan pemimpin. Mereka telah lama menyerahkan kendali hidupnya pada orang lain dan lingkungan sekitarnya. Mereka perlu “dibangunkan” dan disadarkan akan besarnya potensi yang mereka miliki. Kepemimpinan adalah suatu amanah yang diberikan Allah yang suatu ketika nanti harus kita pertanggungjawabkan. Karena itu siapa pun anda, di mana pun anda berada, anda adalah seorang pemimpin, minimal memimpin diri sendiri. Kepemimpinan adalah mengenai diri sendiri. Kepemimpinan adalah perilaku kita sehari-hari. Kepemimpinan berkaitan dengan hal-hal sederhana seperti berbakti kepada orang tua, tidak berbohong, mengunjungi kawan yang sakit, bersilahturahmi dengan tetangga, mendengar keluh kesah sahabat, dan sebagainya. Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya), sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau suatu badan, yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat. Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 58-59 yang artinya : “Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan suatu hukum diantara manusia supaya
  • 9. kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman taatlah Allah dan RasulNya, dan orang-orang yang memegang kekuasaan diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalilah kepada Al-Qur’an dan Hadits. Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya bagimu”. Di dalam Surat An-Nisa ayat 58-59 tersebut dijelaskan kriteria pemerintahan (kepemimpinan) yang baik, yaitu : a. Pemerintah yang pemimpinnya menyampaikan amanat kepada yang berhak dan berlaku adil. b. Musyawarah pada setiap persoalan dan apabila terjadi perselisihan maka hendaklah kembali kepada sumber hukum Islam. c. Pemerintahan yang memiliki sifat kooperatif antara rakyat dan pemerintah, rakyat harus patuh dan taat pada peraturan yang dibuat oleh pemerintah dalam hal ini baik dan benar dan pemerintah harus benar-benar menjalankan pemerintahan untuk kepentingan rakyat. Keunggulan dan potensi manusia Potensi diri adalah kekuatan dari individu yang masih terpendam di dalam, yang dapat di wujudkan menjadi suatu kekuatan nyata dalam kehidupan manusia. Apabila pengrtian potensi diri dikaitkan dengan penciptaan manusias oleh Allah SWT, maka potensi diri manusia adalah: kekutan manusia yang di berikan oleh Alah SWT sejak dalm kandungan ibunya sampai akhir hayatnya yang masih terpendam dalam dirinya , menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan diri manusia di dunia dan di akhirat sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia oleh Allah SWT untuk mengabdi kepadanya. Potensi diri manusia terdiri dari potensi fisik yaitu tubuh manusia sebagai sebuah sistem yang paling sempurna bila dibandingkan dengan makhlik Allah lainnya seperti: binatang, jin, malaikat. Sedangkan potensi non fisik adalah hati, ruh, indera dan akal pikiran. Potensi apapun yang dimiliki manusia masing-masing memiliki fungsi dan perannya, oleh karenanya harus dimanfaatkan dngan sebaik-baiknya agar dapat berguna bagi diri dan lingkungannya.
  • 10. Secara umum manisia yang dilahirkan normal kedunia ini telah dilengkapi dengan otak. Para ahli Psikologi sepakat bahwa otak manusia adalah sumber kekuatan yang luar biasa. Tugas otak selain mengendalikan aktifitas fisik bagian bagian didalam tubuh seperti ; paru-paru , jantung dan sebagainya. Juga berfungsi sebagai untuk menghafal. Kegiatan-kegiatan yang memerlukan logika seperti : berhitunh, menganalisa, bahasa. Aktivitas imajinasi, intuisi kreativitas, inovasi dan sebagainya. Tugas otak melahirkan kegiatan berfikir yang pada gilirannya dapat menghasilkan karya nyata. Jadi otak adalah sumber kekuatan manusia untuk menghasilkan karya melalui proses berfikir. A. Tanggung Jawab Manusia Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya. Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimilikitidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang. Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukum Tuhan baik yang baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al -kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah : “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”. Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang menciptakannya.
  • 11. Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajad manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. KETUHANAN YANG MAHA ESA 1. Keimanan Dan Ketakwaan Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu – amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Dalam surat Al - Baqarah 165 dikatakan orang beriman adalah orag yang amat sangat cinta kepada Allah.Oleh karena iu beriman kepada Allah berarti amat sangat terhadap ajaran Allah yaitu Al -Quran. Pada setiap agama, keimanan merupakan unsure pokok yang harus dimiliki oleh setiap penganutnya. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut.. Meskipun demikian, keimanan saja tidak cukup. Ia harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan tidaklah sempurna, jika diyakini oleh hati, diikrarkan oleh lisan, dan dibuktikan dalam segala perilaku kehidupan sehari – hari. Keimanan adalah peebuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. Bukankah sering kit abaca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita jadikan kata – kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara
  • 12. sebagian dari iman, bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara cabang – cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT. Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ). Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan. 1. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman. 2. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta. 3. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal. 4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri. 5. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan. Hubungan taqwa dengan Allah SWT Seseorang yang bertaqwa ( muttaqi ) adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara Hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat menghindar dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap aturan – aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Memelihara hubungan dengan Allah SWT dimulai dengan melaksanakan tugas perhambaan dengan melaksanakan ibadah secara sungguh – sungguh ( khusuk ) dan ikhlas seperti mendirikan solat dengan khusuk dan penuh penghayatan sehingga solat memberikan bekas dan memberi warna dalam kehidupannya. Melaksanakan puasa dengan ikhlas melahirkan kesabaran dan pengendalian diri. Zakat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan diri dari ketamakan dan
  • 13. kerasukan. Dan haji mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan dari takabur dan mendekatkan diri kepada Allah. Memelihara hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah, yaitu perbuatan dosa dan kemungkaran. Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah pada dasarnya adalah bentuk – bentuk prilaku yang lahir dari pengendalian diri atau mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya. Hubungan taqwa dengan Sesama Manusia Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi hubungan sesama manusia. Orang yang bertaqwa akan dapat dilihat dari peranannya di tengah – tengah masyarakat. Sikap taqwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan berpihakan pada kebenaran dan keadilan. Karena itu, orang yang taqwa akan menjadi motor penggerak gotong royong dan kerja sama dalam segala bentuk kebaikan dan kebajikan. Allah menjabarkan cirri – cirri orang yang bertaqwa dengan cirri – cirri perilaku yang berimbang antara pengabdian formal kepada Allah dengan hubungan sesame manusia. Pada surat Al – Baqarah ayat 177, menerangkan bahwa diantara cirri – cirri orang bertaqwa itu ialah orang – orang yang beriman kepada Allah, Hari kemudian, malaikat – malaikat, kitab – kitab Allah. Aspek – aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang dimiliki orang yang taqwadan dasar hubungan dengan Allah dalam bentuk ubudiah. Selanjutnya Allah menggambarkan hubungan kemanusiaan, yaitu mengeluarkan harta, dan orang – orang yang menepati janji. Dalam ayat itu Allah menggambarkan dengan jelas dan indah, bukan saja karena aspek tenggang rasa terhadap sesame manusia dijelaskan secara terurai, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi juga mengeluarkan harta diposisikan diantara aspek keimanan dan sholat. A. Filsafat Ketuhanan Tuhan atau Allah hakekatnya adalah cermin bagi diri manusia karena DIA menjadikan cermin ini sebagai jembatan antara manusia dan DIA. DIA yang sering disalah artikan yakni disamakan dengan Tuhan atau Allah, padahal DIA adalah ESA. Esa artinya tidak berbilang, tidak ternamakan, tidak terfikirkan,tidak pula terusahakan,tidak terkenali. DIA satu-satunya ZAT, satu-satunya yang mampu.Yang lainnya bukan zat dan tidak berkemampuan, tidak pernah mampu memohon/berdoa kepada DIA, dan tidak pantas DIA menerima doa/permohonan, karena DIA adalah ABSOLUT tidak mengalami usaha/perbuatan, tidak mengalami proses berfikir, sehingga DIA
  • 14. tidak pernah terkait hubungan sebab-akibat/perbuatan. Sebaliknya manusia adalah kumpulan USAHA/proses berfikir dan terkait hubungan sebab akibat dari kumpulan keinginan/pengorbanan, bukan kemampuan dan zat sebagaimana DIA. Tuhan atau Allah adalah cermin yang dapat difikirkan dan dapat dirasakan, dan mempunyai nama dan sifat yang dapat dikenali manusia sekaligus karena Allah adalah cermin, maka Allah adalah titik terdekat manusia dengan DIA. Dengan demikian perintah beriman kepada Allah semestinya diartikan bahwa manusia hendaklah berusaha membuktikan adanya cermin (Allah) dalam dirinya dimana ia bercermin dan mengenali dirinya sehingga ia menerima tanda-tanda adanya DIA. Al Quran adalah siarnya Allah kepada manusia yang menjelaskan fungsi CERMIN agar manusia tidak bercermin kepada selain Allah, dalam usaha manusia mencari tanda-tanda adanya DIA. Semestinya manusia berdoa demikian ” Dengan menyebut nama Allah (BERCERMIN) agar diberikan kebaikan didunia dan di akhirat”. Perkataan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ mengandung arti ” dengan menyebut nama Allah (BERCERMIN) agar mendapatkan Kasih dan Sayang”. Jadi sebenarnya ,kebaikan dunia dan akhirat, pengasih dan penyayang itu ada dalam diri manusia sendiri. Dengan demikian semua sifat atau perbuatan mengasihi, menyayangi, mencipta, menguasai, melihat, mengetahui, dsb adalah murni sifat manusia, yakni hasil fikiran yang terkait proses sebab akibat. Adalah salah menyatakan bahwa DIA bersifat dan berbuat, bahkan energi/kekuatan untuk melakukan semua sifat dan perbuatan itu hanyalah DIA, karena itu DIA lah satu-satunya ZAT dan yang Mampu. Allah adalah esensi syahadat. Syahadat adalah esensi ikhlas. Ikhlas adalah esensi sabar. Sabar adalah esensi lindungan, dan kasih sayang Allah. lindungan Allah adalah esensi ibadah, dan kasih sayang Allah adalah esensi amal shaleh. Allah adalah CERMIN — yang menampilkan citra/bayangan benda didepannya dengan apa adanya, agar manusia yang melihat ke cermin tsb, mendapati dirinya sendiri –mengenali dirinya sendiri–. Menyembah DIA adalah mustahil, karena DIA diluar fikiran manusia, DIA adalah ESA/HAQ, ZAT yang MAMPU dan BENAR. semua bentuk ibadah semestinya(sholat, dzikir, puasa dll) bertujuan agar manusia senantiasa menaati Allah (bercermin), karena sebelumnya fikiran dan hawa nafsu manusia telah menguji dirinya sendiri, dan hasilnya adalah bahwa fikiran dan hawa nafsu TIDAK PERNAH BENAR-BENAR MAMPU dalam hal apapun. karena itu, Sholat yang maknanya mengingat Allah sesungguhnya adalah bercermin diri (bagi fikiran dan hawa nafsu), dan jika tidak diikuti (tidak bercermin diri) maka menurut fikiran dan hawa nafsu Allah telah MATI. dan yang rugi hanyalah manusia sendiri
  • 15. HUKUM A. KETAATAN KEPADA HUKUM TUHAN Sesungguhnya di dalam hidup ini kita tidak dapat melepaskan diri daripada memberi perintah dan diperintah. Cuma yang menjadi pertimbangannya ialah suatu perintah yang dikeluarkan itu patut atau tidak, dan menepati kehendak syarakat tidak. Selagi perintah tersebut keluar daripada mulut manusia biasa,pertimbangan tersebut wajib dilakukan, melainkan perintah yang datang daripada Allah SWT dan Rasulullah S.A.W. Suruhan yang tidak boleh disanggah dan pertikaikan hanyalah perintah Allah SWT. Setiap kali Allah menyuruh hamba Allah dengan satu perintah, maka Hamba Allah itu tidak ada pilihan melainkan melakukan perintah itu dengan penuh ikhlas dan semaksima yang mampu. Allah S.W.T. tidak sesekali memerintahkan hamba-Nya dengan satu perintah yang tidak mampu dilakukan kerana firman Allah dari surah al-Baqarah ayat 286 yang bermaksud: "Allah tidak mentaklifkan (membebankan) seseorang melainkan menurut kemampuan seseorang." Oleh itu setiap perintah Allah pasti membawa kebaikan kepada orang yang melaksanakan sama ada di dunia atau di akhirat. Sementara segala larangan Allah S.W.T. pasti pula membawa mudharat di dunia dan di akhirat. Firman Allah dari surah al-Fath ayat 16 yang bermaksud: "Jika kamu taat (menjalankan perintah Allah), Allah akan mengurniakan kepada kamu dengan balasan yang baik (di dunia dan di akhirat), dan kalau kamu berpaling engkar seperti keingkaran kamu dahulu, nescaya Allah akan menyiksakamu dengan siksaan yang tidak terperi sakitnya." Sesungguhnya tidak ada untungnya melawan perintah Allah S.W.T., bahkan kerugian jugalah yang terpaksa ditanggung oleh manusia. Orang-orang yang degil dan terus menderhakai Allah S.W.T. dengan tidak mempedulikan perintah dan larangannya, seperti meninggalkan sembahyang, menderhaka kepada ibu bapa, mengkhianati amanah dan tanggungjawab, menyesatkan manusia daripada jalan Allah SWT dan lain-lain akan mendapat dosa dan dimasukkan ke dalam neraka sekiranya tidak diampun oleh Allah S.W.T.Firman Allah dari
  • 16. Surah an-Nisa’ ayat 41 yang bermaksud: "Dan sesiapa yang derhaka kepada Allah dan Rasulullah, dan melampaui batas-batas syariatnya,akan dimasukkannya ke dalam api neraka, berkekalanlah ia di dalamnya, dan baginya azab yang menghinakan." Sesudah manusia mentaati Allah dan Rasulullah, mereka pula diperintah mentaati perintah manusia, termasuklah pemerintah, ibu bapa, ulama’, ketua dan seterusnya. Sungguhpun begitu, ketaatan kepada sesama manusia tidaklah mutlak sifatnya. Ini bermakna ada perintah yang wajib ditaati dan ada perintah yang haram ditaati. Jelaslah di sini bahawa ketaatan kepada sesama manusia menjadi wajib apabila suruhan–nya itu selari dengan kehendak dan tuntutan syariat Allah S.W.T. Apabila suruhan itu menyimpang daripada landasan syariat Allah maka pada masa itu tidak lagi menjadi wajib, bahkan berdosa pula jika dituruti seperti suruhan melakukan rasuah, membela dan menyokong golongan yang batil, menyertai kumpulan ahli maksiat dan sebagainya. Sabda Rasulullah S.A.W. dari Riwayat al-Bukhari yang bermaksud: "Maka apabila disuruh dengan perkara maksiat, tidak harus lagi dengar dan taat." Oleh itu seorang Islam wajib patuh kepada perintah ulama’. Seorang rakyat wajib patuh kepada pemerintah. Seorang isteri wajib patuh kepada suami dan seorang anak wajib patuh kepada ibu bapa. Kepatuhan itu wajib selagi perintah tersebut tidak berlawanan dengan syariat Allah S.W.T. Firman Allah dari Surah an-Nisa’ ayat 59 yang bermaksud: "Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada rasul,danorang-orang yang berkuasa di kalangan kamu. Maka sekiranyakamuberselisihandidalam sesuatu perkara, maka hendaklah kamu kembalikan kepada Allah dan Rasulullah (al-Quran dan al-Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Itulah lebih baik bagi kamu dan lebih elok kesudahannya." B. Fungsi Profetik Agama dalam Hukum Dalam pandangan Islam, keberagamaan adalah fithrah (sesuatu yang melekat pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya):
  • 17. دِنَنِللََِف اِف فَِِحنَف كََِثرِِف كََِِِلَف دََِِِِِّّلأف يَِِِّدللف جََِِِف هَِفَ قَِِنَخَف لََِّيَدبِف اِف اِنِدَهِح فَِِحنِف ةِِْرِف اَََِِّ هَِفَ ةََْرِطف اِفَدنَح نَِيَِّدلَف كََِهِجِف مِْقَِأَف Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS Ar-Rum [30]: 30) Ini berarti manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama. Tuhan menciptakan demikian, karena agama merupakan kebutuhan hidupnya. Memang manusia dapat menangguhkannya sekian lama -- boleh jadi sampai dengan menjelang kematiannya. Tetapi pada akhirnya, sebelum ruh rmeninggalkan jasad, ia akan merasakan kebutuhan itu. Memang, desakan pemenuhan kebutuhan bertingkat-tingkat. Kebutuhan manusia terhadap air dapat ditangguhkan lebih lama dibandingkan kebutuhan udara. Begitu juga kebutuhan manusia makanan, jauh lebih singkat dibandingkan dengan kebutuhan manusia untuk menyalurkan naluri seksual. Demikian juga kebutuhan manusia terhadap agama dapat ditangguhkan, tetapi tidak untuk selamanya. Ketika terjadi konfrontasi antara ilmuwan di Eropa dengan Gereja, ilmuwan meninggalkan agama, tetapi tidak lama kemudian mereka sadar akan kebutuhan kepada pegangan yang pasti, dan ketika itu, mereka menjadikan "hati nurani" sebagai alternatif pengganti agama. Namun tidak lama kemudian mereka menyadari bahwa alternatif ini, sangat labil, karena yang dinamai "nurani" terbentuk oleh lingkungan dan latar belakang pendidikan, sehingga nurani Si A dapat berbeda dengan Si B, dan dengan demikian tolok ukur yang pasti menjadi sangat rancu. Setelah itu lahir filsafat eksistensialisme, yang mempersilakan manusia melakukan apa saja yang dianggapnya baik, atau menyenangkan tanpa mempedulikan nilai -nilai. Namun, itu semua tidak dapat menjadikan agama tergusur, karena seperti dikemukakan di atas ia tetap ada dalam diri manusia, walaupun keberadaannya kemudian tidak diakui oleh kebanyakan manusia itu sendiri. William James menegaskan bahwa, "Selama manusia masih memiliki naluri cemas dan mengharap, selama itu pula ia beragama (berhubungan dengan Tuhan)." Itulah sebabnya mengapa perasaan takut merupakan salah satu dorongan yang terbesar untuk beragama.
  • 18. MORAL Agama Sebagai Sumber Moral Telah kita ketahui betapa pentingnya pendidikan moral bagi anak. Pendidikan moral tidak berarti hanya memberi pengertian tentang mana yang baik dan mana yang buruk menurut nilai atau kesusilaan. Seperti ditegaskan oleh Dewey, yang dikutip M. Ngalim Purwanto (1992 : 198), bahwa “ Pendidikan kesusilaan tidak akan berhasil hanya dengan berpidato saja tentang yang baik dan yang buruk”. Dalam dunia modern, orang kelihatan kurang mengindahkan agama,. Anak-anak dibesarkan dan menjadi dewasa, tanpa mengenal pendidikan agama, terutama pendidikan agama dalam rumah tangga, dan hal ini terintegral di bagian yang menyertai kepribadian agama dalam rumah tangga, dan hal ini terintegral di bagian yang menyertai kepribadian dan sikap seseorang, Maka keyakinannya itulah dikemudian hari akan mengawasi segala tindakan-tindakan, perkataan bahkan perasaan, jika terjadi tarikan orang kepada sesuatu yang nampaknya menyenagkan dan meggembirakan maka keimanannya cepat bertindak apakah hal tersebut boleh ataukah terlarang oleh agama, andaikan termasuk hal-hal yang terlarang. Betapun tarikan luar tak diindahkan karena ia takut melaksanakan yang terlarang oleh agama, dan hal inilah yang sebenarnya yang menjadi titik perhatian para ahli yang mengemangkan dunia pendidikan dan pengajaran, serta pengajaran agama Islam pada khususnya. Akan tetapi sudah menjadi suatu strategi dari dunai maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak. Kepercayan Tuhan tinggal sebagai symbol larangan-larangan dan suruhan-suruhan-Nya tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan kepada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada dalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum serta pengaturannya, dan biasanya pengawasan masyarakat dengan berbagai perangkat hukum dan pengaturannya itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri, karena pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang itu tidak tahu tidak ada orang yang disangka perbuatannya maka dengan senang hati orang itu berani berbuat atau melanggar peraturan-perturan dan hukm-hukum sosial itu dan apabila ia dalam masyarakat itu banyak orang yang melakukan pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yang kurang kenyakinannya maka akan mudah pula meniru malukukan
  • 19. perbuatan pelanggaran-pelanggaran yang sama. Dan yang lebih berbahaya dalam hal ini adalah orang yang pandai tetapi tidak beragama ataupun tidak memiliki sebuah keyakinan terhadap adanya Tuhan. Mereka itu dengan mudah menyelesaikan, mengelabui dan membujuk orang kepada perbuatan-perbuatan yang amoral. Maka untuk menjaga keamanan dan keterampilan masyarakat, perlu diadakan pengawasan yang ketat, karena setiap orang dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan-Nya. Semakin jauh agama, semakin susah memelihara moral seseorang dalam masyarakat itu dan kacaulah suasana karena semakin banyak pelanggar atas hak, hukum serta nilai-nilai moral. Pembinaan moral seharusnya dilaksankan sejak anak masih kecil, disesuaikan dengan kemampuan dan umurnya. karena setiap anak lahir belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah serta belum tentu tahu batas - batas dan ketentuan moral yang berlaku dalam lingkungannya.tanpa dibiasakan menanamkan sikap dan dianggap baik untuk pertumbuhan moral, anak-anak dan dibesarkan tanpa mengerti moral.jika perlu diingat bahwa pengertian tentang moral belum tentu menjamin adanya tindakan moral. Banyak orang yang tahu sesuatu perbuatan adalah nyata salah, akan tetapi dilakukannya juga perbuatan tersebut. Moral adalah bukan sesuatu pelajaran yang dapat dicapai hanya dengan mempelajarinya saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari kecil. Akhlak Mulia AKHLAK ialah tingkahlaku yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakini oleh seseorang dan sikap yang menjadi sebahagian daripada keperibadiannya. Nilai-nilai dan sikap itu pula terpancar daripada konsepsi dan gambarannya terhadap hidup. Dengan perkataan lain, nilai -nilai dan sikap itu terpancar daripada aqidahnya iaitu gambaran tentang kehidupan yang dipegang dan diyakininya Aqidah yang benar dan gambaran tentang kehidupan yang tepat dan tidak dipengaruhi oleh kepaisuan, khurafat dan falsafah-falsafah serta ajaran yang paisu, akan memancarkan nilai - nilai benar yang murni di dalam hati. Nilai-nilai ini akan mempengaruhi pembentukan sistem akhlak yang mulia. Sebaliknya, jika aqidah yang dianuti dibina di atas kepalsuan dan gambarannya mengenai hidup bercelaru dan dipengaruhi oleh berbagai-bagai fahaman paisu, ia akan memancarkan nilai-nilai buruk di dalam diri dan mempengaruhi pembentukan akhlak yang buruk. Akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, merupakan dua jenis tingkahlaku yang berlawanan dan terpancar daripada dua sistem nilai yang berbeza. Kedua-duanya memberi kesan secara langsung kepada kualiti individu dan masyarakat. lndividu dan masyarakat yang dikuasai
  • 20. dan dianggotai oleh nilai-nilai dan akhlak yang baik akan melahirkan individu dan masyarakat yang sejahtera. Begitulah sebaliknya jika individu dan masyarakat yang dikuasai oleh nilai -nilai dan tingkahlaku yang buruk, akan porak peranda dan kacau bilau. Masyarakat kacau bilau, tidak mungkin dapat membantu tamadun yang murni dan luhur. Sejarah membuktikan bahawa sesebuah masyarakat itu yang inginkan kejayaan bermula daripada pembinaan sistem nilai yahg kukuh yang dipengaruhi oleh unsur-unsur kebaikan yang terpancar daripada aqidah yang benar. Masyarakat itu runtuh dan tamadunnya hancur disebabkan keruntuhan nilai-nilai dan akhlak yang terbentuk daripadanya. Justeru itu, akhlak mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan dan dalam memelihara kemuliaan insan serta keluhurannya. Martabat manusia akan menurun setaraf haiwan sekiranya akhlak runtuh dan nilai-nilai murni tidak dihormati dan dihayati. Oleh kerana itu Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: 'Sesungguhnya aku diutus untuk melengkapkan akhlak yang mutia. (Riwayat al-Baihaqi) Para sarjana dan ahli fikir turut mengakui pentingnya akhlak di dalam membina keluhuran peribadi dan tamadun manusia. akhlak yang mulia menjadi penggerak kepada kemajuan dan kesempurnaan hidup. Sebaliknya, akhlak yang buruk menjadi pemusnah yang berkesan dan perosak yang meruntuhkan kemanusiaan serta ketinggian hidup manusia di bumi ini. Kepentingan akhlak dalam kehidupan dinyatakan dengan jelas dalam. Al -Ouran menerusi berbagai-bagai pendekatan yang meletakkan al-Ouran sebagai sumber pengetahuan mengenai nitai dan akhlak yang paling terang dan jelas. Pendekatan al -Quran dalam menerangkan akhlak yang mulia, bukan pendekatan teoritikal tetapi dalam bentuk konseptual dan penghayatan. akhlak yang mulia dan akhlak yang buruk digambarkan dalam perwatakan manusia, dalam sejarah dan dalam realiti kehidupan manusia semasa, al-Ouran diturunkan. Al-Quran menggambarkan bagaimana aqidah orang-orang beriman, kelakuan mereka yang mulia dan gambaran kehidupan mereka yang penuh tertib, adil, luhur dan mulia. Berbanding dengan perwatakan orang-orang kafir dan munafiq yang jelek dan merosakkan. Gambaran mengenai akhlak mulia dan akhlak keji begitu jelas dalam perilaku manusia blepanjang sejarah. Al - Quran juga menggambarkan bagaimana perjuangan para rasul untuk menegakkan nilai-niiai mulia dan murni di dalam kehidupan dan bagaimana mereka ditentang oleh kefasikan, kekufuran dan
  • 21. kemunafikan yang cuba menggagalkan tertegaknya dengan kukuh akhlak yang mulia sebagai teras kehidupan yang luhur dan murni itu. Al-Quran sumber bagi hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang menyusun tingkahlaku dan akhlak manusia. Al-Quran menentukan sesuatu yang haial dan haram, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Al-Quranmenentukan bagaimana sepatutnya kelakuan manusia. Al-Quran juga menentukan perkara yang baik dan tidak baik. Justeru itu al - Quran menjadi sumber yang menentukan akhlak dan nilai-nilai kehidupan ini. Al-Quran mengharamkan yang buruk dan keji serta melarang manusia melakukannya. Al-Quranmelarang manusia minum arak, memakan riba, bersikap angkuh dan sombong terhadap Allah, satu-satu kaum menghina kaum yang lain. Al-Quran melarang pencerobohan, fitnah dan berbunuhan. Al-Quranmelarang menyebarkan maklumat mengenai perkara-perkara keji. Al-Quran mengajak manusia supaya mentauhidkan Allah S.W.T., bertaqwa kepada- Nya, mempunyai sangkaan baik terhadap-Nya. Al-Quran juga mengajak manusia berfikir, cinta kepada kebenaran, bersedia menerima kebenaran. Malah mengajak manusia supaya berilmu dan berbudaya ilmu. Al-Quranjuga mengajak manusia supaya berhati lembut, berjiwa mulia, sabar, tekun, berjihad, menegakkan kebenaran dan kebaikan. Al-Quran mengajak manusia supaya bersatupadu, berkeluarga dan mengukuhkan hubungan silaturrahim. Jelaslah bahawa al-Ouran menjadi sumber nilai-nilai dan akhlak mulia. Penampilan akhlak mulia dalam al-Ouran, tidak bersifat teoritikal semata-mata, tetapi secara praktikal berdasarkan realiti dalam sejarah manusia sepanjang zaman. Al -Quran adalah sumber yang kaya dan berkesan untuk manusia memahami akhlak mulia dan menghayatinya.