PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
Pendidikan holistik
1.
2. Indonesia sampai saat ini masih
menerapkan pendidikan konvensional yaitu
pendidikan yang berfokus pada guru
sebagai sumber informasi. Pendidikan
konvensional selain berfokus pada
guru, dapat dilihat pula dari sikap orang tua
yang lebih mementingkan perkembangan
kognitif atau dapat dikatakan score
oriented (orientasi skor).
3. Skor oriented yang masih diterapkan di
Indonesia, secara tidak langsung akan
membuat siswa hanya berfokus untuk
mendapatkan nilai atau skor tertinggi
meskipun terkadang dengan cara-cara yang
tidak baik.
Padahal masih ada hal-hal yang lebih
penting untuk dikembangkan selain aspek
kognitif. Salah satu hal yang penting untuk
dikembangkan adalah aspek kejujuran.
4. Orang tua selalu menanyakan tentang
nilai atau skor yang diperoleh putra-
putrinya setelah ujian berlangsung, tetapi
sangat jarang orang tua yang menanyakan
apakah putra-putrinya sudah berbuat jujur
ketika mengerjakan soal-soal ujian. Selain
orang tua, guru tentunya juga sangat
berperan dalam membumikan kejujuran di
sekolah, tetapi sungguh ironis beberapa
oknum guru justru menginstruksikan
siswanya untuk saling menyontek.
5. Pendidikan yang berorientasi pada skor
diduga menjadi penyebab dari
munculnya para koruptor di negara ini.
Ketika yang ada di dalam otak
seseorang itu hanya angka (score)
maka dia akan berusaha dengan cara
apapun (meski dengan cara yang tidak
jujur) demi menambah harta
kekayaannya
6. Jika seorang anak dibiasakan untuk
mementingkan skor yang dia peroleh maka
bukan suatu hal yang mustahil karakter
yang mementingkan angka atau skor
tersebut akan terbawa sampai dewasa. Dia
tidak akan peduli terhadap cara yang
digunakan untuk meraih harta kekayaan.
Meskipun cara yang dia gunakan adalah
cara-cara yang tidak jujur, dia tidak peduli
yang penting dia mendapatkan harta
kekayaan (skor/ angka) yang berlimpah.
7. “Banyak orang tahu
apa yang
baik, berbicara
mengenai kebaikan
namun melakukan
yang sebaliknya”
9. Salah satu solusi dari permasalahan
tersebut adalah perlu adanya
perubahan pendidikan
konvensional menjadi pendidikan
holistik.
Melalui pendidikan
holistik, peserta didik diharapkan
dapat mengembangkan karakter
dan emosionalnya.
10. Karakter terpuji sebenarnya dapat terwujud
jika guru dan orang tua bisa menjadi teladan
bagi siswa.
Keteladanan itu bisa dimulai dari hal yang
kecil, misalnya guru harus bisa datang lebih
awal di sekolah, jangan sampai datang
terlambat. Seandainya guru datang terlambat,
guru tersebut harus meminta maaf kepada
siswa-siswanya. Sikap guru yang meminta
maaf tersebut telah meneladankan kepada
siswa bahwa jika kita berbuat salah, kita wajib
meminta maaf.
11. Orang tua juga harus bisa menjadi
teladan bagi anaknya. Jangan
pernah menyuruh anak untuk rajin
membaca buku jika orang tuanya
sendiri tidak pernah membaca
buku.
13. Secara maknawi holistik adalah pemikiran secara
menyeluruh dan berusaha menyatukan beraneka
lapisan kaidah serta pengalaman yang lebih dari
sekedar mengartikan manusia secara sempit.
Dalam kamus besar bahasaIndonesia terbitan
balai pustaka, kata holistik mengandung makna
berhubungan dengan sistem keseluruhan dengan
suatu kesatuan lebih daripada sekedar kumpulan
bagian. Artinya, setiap anak sebenarnya memiliki
sesuatuyang lebih daripada yang di ketahuinya.
Setiap kecerdasan dan kemampuanseorang jauh
lebih kompleks daripada nilai hasil tesnya.
14. Pendukung pembelajaran holistik adalah
tokoh humanistik dari Swiss Johan
Pestalozzi, Thoreau, Emerson, maria
Montessori dan RudolfSteiner. Semua tokoh
tersebut menjelaskan bahwa pendidikan
harus mencakup penanaman
moral, emosional, fisik, psikologis, agama
serta dimensi perkembangan intelektual
anak secara utuh.
15. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa
sudah bukan waktunya lagi pendidikan itu
terkotak-kotak, sepenggal-sepenggal
(bukan waktunya lagi pendidikan terfokus
pada salah satu ranah, yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik) dalam membentuk
peserta didiknya. Mereka harus diberi
pendidikan secara holistik dan ideal sebagai
bekal hidupnya sehingga nantinya mereka
menjadi manusia yang berkeunggulan
hidup dan akhirnya memiliki kemandirian
hidup.
16. Hakikat Pendidikan Holistik
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat
pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa
pada dasarnya seorang individu dapat menentukan
identitas, makna dan tujuan hidup melalui
hubungannya dengan masyarakat, lingkungan dan
nilai-nilai spiritual.
Secara eksplisit ditujukan untuk mengembangkan
seluruh dimensi manusia, yaitu aspek akademik
(kognitif), emosi, sosial, spiritual, motorik, dan
kreatifitas.Jadi tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia.
17. Pendidikan holistik adalah pendidikan yang
bertujuan memberi kebebasan anak didik untuk
mengembangkan diri tidak saja secara
intelektual, tapi juga memfasilitasi perkembangan
jiwa dan raga secara keseluruhan sehingga tercipta
manusia Indonesia yang berkarakter kuat yang
mampu mengangkat harkat bangsa.
Mewujudkan manusia merdeka seperti ungkapan
Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan
Nasional, "Manusia merdeka yaitu manusia yang
hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada
orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan
sendiri."
18. PEMBELAJARAN HOLISTIK
Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah
mampu mencapai aktualisasi diri secara
optimal.Para penganut pendidikan holistik mulai
memperkenalkantentang dasar pendidikan
holistik dengan sebutan 3R’s, akronim dari
relationship, responsibility dan reverence. Berbeda
dengan pendidikan pada umumnya, dasar
pendidikan 3R’s ini lebih diartikan sebagai
writing, reading dan arithmetic atau di Indonesia
dikenal dengan sebutan calistung
(membaca,menulis dan berhitung).
19. TUJUAN PENDIDIKAN HOLISTIK
ADALAH…..
membantu mengembangkan potensi
individu dalam suasana pembelajaran yang
lebih menyenangkan dan
menggairahkan, demoktaris dan humanis
melalui pengalaman dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
20. Melalui pendidikan holistik, peserta didik
diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri
(learning to be).
Dalam arti dapat memperoleh kebebasan
psikologis, mengambil keputusan yang
baik, belajar melalui cara yang sesuai
dengan dirinya, memperoleh kecakapan
sosial, serta dapat mengembangkan
karakter dan emosionalnya (Basil
Bernstein).
21. “Anda tidak bisa mengajarkan
apa yang Anda mau, Anda
tidak bisa mengajarkan apa
yang Anda tahu. Anda hanya
bisa mengajarkan siapa
Anda” – Soekarno
22. Strategi Belajar Holistik….
1. Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan
dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik
dalam aspek
intelektual, emosional, fisik, artistik, kreatif, da
n spritual. Proses pembelajaran menjadi
tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi
tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi
pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana
mengajar dan bagaimana orang belajar.
23. 2. Menerapkan metode belajar yang
melibatkan partisipasi aktif murid, yaitu
metode yang dapat meningkatkan motivasi
murid karena seluruh dimensi manusia
terlibat secara aktif dengan diberikan materi
pelajaran yang konkrit, bermakna, serta
relevan dalam konteks kehidupannya
(student active learning, contextual
learning, inquiry-based learning, integrated
learning)
24. 3. Menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif (conducive learning community)
sehingga anak dapat belajar dengan efektif
di dalam suasana yang memberikan rasa
aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan
memberikan semangat.
25. 4. Metode pengajaran yang memperhatikan
keunikan masing-masing anak, yaitu
menerapkan kurikulum yang melibatkan
juga 9 aspek kecerdasan manusia.
5. Memberikan pendidikan karakter secara
eksplisit, sistematis, dan berkesinambungan
dengan melibatkan aspek knowing the
good, loving the good, and acting the good.
26. Knowing the good bisa mudah diajarkan
sebab pengetahuan bersifat kognitif saja.
Feeling and loving the good, yakni
bagaimana merasakan dan mencintai
kebajikan menjadi engine yang selalu
bekerja membuat orang mau selalu berbuat
sesuatu kebaikan. Orang mau melakukan
perilaku kebajikan karena dia cinta dengan
perilaku kebajikan itu
Acting the good berubah menjadi
kebiasaan.
27. Dalam pendidikan holistik, peran dan
otoritas guru untuk memimpin dan
mengontrol kegiatan pembelajaran
hanya sedikit dan guru lebih banyak
berperan sebagai sahabat, mentor, dan
fasilitator. Forbes (1996)
mengibaratkan peran guru seperti
seorang teman dalam perjalanan yang
telah berpengalaman dan
menyenangkan.
29. Pembelajaran holistik terjadi apabila
kurikulum dapat menampilkan tema yang
mendorong terjadinya eksplorasi atau
kejadian-kejadian secara autentik dan
alamiah.
Dengan munculnya tema atau kejadian yang
alami ini akan terjadi suatu proses
pembelajaran yang bermakna dan materi
yang dirancang akan saling terkait dengan
berbagai bidang pengembangan yang ada
dalam kurikulum.
30. Sembilan pilar karakter yang dikembangkan di
dalam penyelenggaraan pendidikan holistik;
1. Cinta Tuhan dan segenap ciptaaan-Nya
2. Kemandirian dan tanggungjawab;
3. Kejujuran/amanah, diplomatis;
4. Hormat dan santundermawan,
5. Suka tolong-menolong dan gotong-royong/
kerjasama;
6. Percaya diri dan pekerja keras;
7. Kepemimpinan dan keadilan;
8. Baik dan rendah hati
9. Karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
31. PENUTUP…
Pendidikan holistik adalah perpaduan anatara
intelektual, emosional dan religius. Jika ini
dikembangkan dengan baik, maka akan terbentuk
manusia yang berjiwa ” holistik “, yang
mencerminkan jati diri / tabiat atau karakter yang
unggul. Pendidikan holistik yang
mengembangkan seluruh potensi
intelektual, rohani, jasmani, hingga estetika harus
dikedepankan di sekolah-sekolah untuk
menghasilkan generasi muda bangsa yang
memiliki makna dalam hidupnya.
32. KARAKTER TIDAK DAPAT
DIBENTUK DENGAN CARA
MUDAH DAN MURAH. DENGAN
MENGALAMI UJIAN DAN
PENDERITAAN JIWA, KARAKTER
DIKUATKAN, VISI DIJERNIHKAN,
DAN SUKSES DIRAIH ( HELEN
KELLER)