3. Dwipurwa (kata ulang sebagian): Reduplikasi atas
suku kata awal. Vokal dari suku kata awal
mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi
tengah menjadi e pepet. Contoh: tetangga, leluhur,
leluasa.
Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh):
Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (bisa kata
dasar maupun kata berimbuhan). Contoh: rumah-rumah,
kejadian-kejadian.
4. Dwilingga salin suara (berubah bunyi): Reduplikasi
atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya
mengalami perubahan suara pada suatu fonem
atau lebih. Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur.
Kata ulang berimbuhan: Reduplikasi dengan
mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama
maupun pada lingga kedua. Contoh: bermain-main,
tarik-menarik.
Kata ulang semu: Kata yang sebenarnya merupakan
kata dasar dan bukan hasil pengulangan atau
reduplikasi. Contoh: laba-laba, ubur-ubur, undur-undur,
kupu-kupu, empek-empek.
5.
6.
7. Perulangan kata bilangan
1. Perulangan kata satu menjadi satu-satu
memberi makna "satu demi satu".
Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan
itu satu-satu.
2. Perulangan kata satu dengan
tambahan akhiran -nya memberi makna
"hanya satu itu".
Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.
3. Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga,
dst. memberi pengertian "sekaligus dua,
tiga, dst.".
Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena
pintu itu tidak lebar.
4. Bentuk perulangan berpuluh-puluh,
beratus-ratus, beribu-ribu, dst.
menyatakan makna "kelipatan sepuluh,
seratus, seribu, dst..
Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati
dalam peperangan itu.
5. Bentuk perulangan kata bilangan
dengan awalan ber-, saat ini sering
diganti dengan bentukan dengan
akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh
menjadi puluhan.
8. Menentukan bentuk dasar/komponen pokok kata ulang.
Untuk menentukan bentuk dasar/komponen pokok kata ulang kadang
tidaklah mudah. Namun, kita dapat mengikuti pedoman sbb.
1. Pada umumnya pengulangan tidak mengubah kelas/jenis kata. Jadi,
bila kata ulang tersebut termasuk jenis kata benda, maka bentuk
dasarnya juga kata benda. dsb.
Misal: anak-anak (KB), komponen pokoknya anak (KB)
menari-nari (KK), komponen pokoknya menari (KK)
2. Bentuk dasar yang menjadi komponen pokok kata
ulang selalu berupa bentuk dasar yang terdapat
dalam pemakaian bahasa Indonesia.
Misal: mengamat-amati komponen
pokoknya mengamati (bukan mengamat atau amati)
tari-tarian komponen pokoknya tarian
9. CONTOH PEMAKAIAN KATA ULANG DALAM KALIMAT
1. Negara-negara itu telah berperan serta dalam menegakkan hak
azasi manusia.
2. Mereka-merekalah yang akan mewarisi masa depan bangsa ini.
3. Pada saat Idul Fitri, kami bersalam-salaman untuk bermaaf-maafan.
4. Ketiga-ketiganya telah berhasil masuk final.
5. Bentuklah kelompok dua-dua !
6. Mengapa engkau bolak-balik saja dari tadi ?
7. Ayo, berteriaklah kuat-kuat untuk melawan suara ombak itu !
8. Benarkah orang yang suka tidur-tiduran itu pemalas ?
9. Ayah membelikan mobil-mobilan untuk adik, tapi ia
ingin robot-robotan.
10. Berapa banyakkah buah-buahan yang kau
makan dalam seminggu ?
10. “Gunakan Masa mudamu dengan sebaik
mungkin, Berhentilah menunda dalam
keraguan. Bergeraklah wahai pemuda –
pemudi INDONESIA, Masa depan negeri
ini berada ditangan kita. Jika bukan kita
Siapa lagi? ”
“SIAPA YANG BERSUNGGUH – SUNGGUH
PASTI AKAN BERHASIL !”