SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 9
Descargar para leer sin conexión
15
PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DI LEMBAGA PENDIDIKAN
ISLAM
(Studi Kasus di MTs Daruttauhid Malang)
Oleh: Aldi Al Bani, M. Pd.I
Abstrak
Pendidikan merupakan sarana pencerdasan kehidupan bangsa.
Dengan pendidikan manusia akan mengerti tentang apa yang harus
dillakukan dan mana yang tidak. Pendidikan memiliki tiga komponen
utama yaitu guru, siswa, dan materi. Proses pendidikan tergambar dari
tiga hal yaitu adanya input, proses, dan output. Profesionalisme guru
merupakan hal yang harus selalu ditingkatkan oleh seorang yang
berprofesi sebagi guru atau pendidik. Ada banyak cara melakukan
peningkatan profesionalisme yang dapat dilakukan baik secara individu
maupun kelompok. Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga
pendidikan bertanggung jawab atas perkembangan tenaga
kependidikan. Setiap guru semestinya pada tahap profesional karena
sebagian guru telah tersertifikasi dan kesesuain bidang yang diajarkan.
Upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan
profesionalisme guru melalui beberap hal di antaranya, dengan
melanjutkan studi, kegiatan lesson study, MGMP, diklat, seminar.
Penghambat upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme
guru di antarnya adalah, keterbatasan dana, honor yang tidak seimbang,
kurangnya guru tetap. Sedangkan yang menjadi pendukung upaya
tersebut antara lain, kedudukan kepala sekolah sebagai alumni, rasa
kasih sayang, dan rasa saling menghormati yang tercipta melalui iklim
sekolah yang baik.
Kata Kunci: Kepala Sekolah, profesionalisme Guru.
Pendahuluan
Pendidikan sebagai sistem pencerdasan anak bangsa, dewasa ini dihadapkan
pada berbagai persoalan, baik ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. Pada arus
global, sementara ini kita berhadapan dengan arus globalisasi, peniadaan sekat-sekat
ideologi politik, budaya, dan sebagainya. Selain itu, kita menyaksikan pesona
peradaban yang disatukan oleh corak budaya yang sama, ekonomi yang sama, bahkan
substansi kehidupan yang nyaris sama, globalisasi. Di era globalisasi ini belahan
dunia bagian timur dan barat dapat terakses dengan mudah dengan batas waktu yang
begitu singkat. Karena itu tugas dan tanggung jawab kita saat ini adalah bagaimana
dapat memecahkan masalah yang berkembang di era globalisasi ini melalui
pendidikan.
Pendidik yang merupakan salah satu unsur terpenting yang menentukan
keberhasilan sebuah pendidikan dituntut untuk menjadi profesional. Arti pendidik
dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional adalah tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
16
Adapun pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah disebut
guru dan pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan tinggi disebut dosen.
Ada beberapa hal yang menjadi masalah bagi guru pada era ini. Sosok guru
dalam hal ini harus mengedepankan sikap profesionalnya. Permasalahan pertama
adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan
mendasar. Kedua, krisis moral yang melanda bangsa secara merata. Ketiga, krisis
sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan yang terjadi
dalam masyarakat. Keempat, krisis identitas sebagai bangsa dan negara, sudah
seharusnya kita memiliki suatu identitas kebangsaan tersendiri di tengah bangsa-
bangsa di dunia. Kelima, adanya perdagangan bebas, baik tingkat Asia Pasifik
maupun dunia. Kondisi ini mutlak membutuhkan kesiapan yang matang terutama dari
segi kualitas sumber daya manusia. Dari sekian banyak masalah dan tantangan guru
sebagaimana telah disebutkan di atas, menurut hemat peneliti semua itu hanyalah
rangsangan untuk meningkatkan profesionalisme guru semata.
Lebih jauh jika kita perhatikan, maka kita akan menemukan berbagai
problematika yang berkaitan dengan guru terjadi di lembaga-lembaga pendidikan
formal. Salah satu contoh yang peneliti angkat dalam penelitian ini adalah MTs
Daruttauhid Malang. Sejauh pengamatan peneliti, MTs Daruttuahid Malang
merupakan lembaga pendidikan formal sebagaimana lembaga pendidikan formal
lainnya. Adapun yang membuatnya berbeda dengan lembaga formal setingkat lainnya
adalah karena MTs Daruttauhid Malang ini merupakan MTs yang dinaungi oleh
Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Daruttauhid Malang, para guru MTs Daruttuahid
Malang sebagian merupakan alumni dari LPI Daruttauhid Malang dan sebagian lagi
dari guru-guru luar yang bukan alumni LPI Daruttauhid Malang yang tentunya
memiliki kemampuan profesional yang tidak diragukan lagi, MTs Daruttauhid
Malang dalam beberapa tahun terakhir ini mampu meluluskan semua siswanya dalam
Ujian Nasional. Keberadaan lembaga MTs Daruttauhid Malang ini didahului oleh
lembaga formal yang tingkatannya lebih tinggi yaitu MA Daruttauhid Malang.
Beberapa hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk menjadikan MTs
Daruttuahid Malang sebagai objek penelitian ini, namun yang paling utama membuat
peneliti untuk meneliti di MTs Daruttauhid Malang adalah karena kedua lembaga
formal di bawah naungan Lembaga Pendidikan Islam Daruttauhid ini dikepalai oleh
satu orang kepala sekolah.
Awal mulanya kedua lembaga formal ini masing-masing dikepalai oleh
seorang kepala sekolah, namun pada masa-masa terakhir, kedua lembaga formal ini
hanya dikepalai oleh satu orang kepala sekolah, dari keunikan inilah peneliti ingin
meneliti tentang bagaimana seorang kepala sekolah menangani dua lembaga formal
sekaligus dalam hal peningkatam profesionalisme guru yang ada di lembaga MTs
Daruttauhid Malang yang membuatnya masih dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Hal ini merupakan hal yang luar biasa dan tentunya tidak mudah bagi seorang kepala
untuk menangani dua lembaga. Oleh karena itu peneliti tidak ragu lagi untuk
mengkaji dan meneliti di lembaga MTs Daruttauhid Malang.
Penelitian ini berfokus pada tiga hal yaitu: 1) bagaimana profesionalisme guru
di Mts Daruttauhid Malang?; 2) Bagaimana upaya kepala sekolah pada peningkatan
profesionalisme guru di MTs Daruttauhid Malang?; 3) Apa faktor penghambat dan
pendukung upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru di MTs
Daruttauhid Malang?. Penelitian ini bertujuan secara khusus untuk menggambarkan
secara mendalam tentang profesionalisme guru yang ada di MTs Daruttauhid Malang
17
serta mengungkapkan faktor yang memengaruhi dan menghambat upaya menuju
profesional.
Tinjauan Teori
Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan tonggak bagi suatu lembaga pendidikan.
Keberhasilah suatu lembaga tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah. Karena
kepala sekolah merupakan pemimpin di lembaganya, maka ia harus mampu
mencapai tujuan lembaga yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat perubahan,
dan mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik. Kepala
sekolah mendapatkan bermacam-macam sebutan sebagaimana pendapat Arrifin
(1998: 44-45) yang dikutip oleh Marno dan Triyo. Ada yang menyebut kepala sekolah
sebagai guru (head techer dan head master), kepala sekolah (principal), kepala
sekolah yang mengajar (teaching principal), kepala sekolah pensupervisi (supervising
principal), direktur (director), administrator (administrator), pemimpin pendidikan
(aducational leaderrship).
Syarat menjadi kepala sekolah sebenarnya telah diatur oleh pemerintah secara
khusus sesuai jenjang pendidikan. Sebagai contoh dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan
menjelaskan bahwa kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK
meliputi:
Berstatus sebagai guru SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK;
Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di
SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK; dan
Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang
pendidikan.
Profesionalisme Guru
Profesionalisme berasal kata dari kata profesi yang artinya bidang pekerjaan
yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan kejuruan) tertentu. Adapun
profesional bermakna bersangkutan dengan profesi atau memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya. Secara bahasa profesionalisme berarti mutu, kualitas,
dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.
Menurut Dedi Supriyadi (1999) yang dikutip oleh Saondi. Guru sebagai suatu
profesi di Indonesia baru dalam taraf sedang tumbuh (emerging profession) yang
tingkat kematangannya belum sampai pada yang telah dicapai oleh profesi-profesi
lainnya sehingga guru dikatakan sebagai profesi yang setengah-setengah atau semi
profesional.
Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian
dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Maka
pengertian profesionalisme merujuk kepada komitmen sebagai anggota suatu profesi
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya terus menerus. Adapun
profesionalitas adalah sikap seorang profesional yang menjunjung tinggi kemampuan
profesinya, ia akan bekerja dan mengerjakan sesuatu sesuai bidangnya. Senada
dengan yang diungkapkan Kunandar, profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai,
tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata
pencaharian seseorang.
22
4. Kesesuaian bidang dengan materi yang diajarkan.
Kesesuaian materi yang diajarkan dengan jurusan yang diambil oleh guru
sangat penting. Hal ini menjadi salah satu ciri guru yang profesional. Guru yang tidak
sesuai mata pelajaran yang diajarkan dengan bidang yang ditekuninya akan
berdampak buruk bagi peserta didik. Oleh karena itu di MTs Daruttauhid Malang
telah menjadwalkan untuk menerima guru yang sesuai dengan bidangnya masing-
masing.
Salah satu yang menjadi syarat minimal untuk menjadi guru profesional adalah
memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai dan kompetensi keilmuan
yang sesuai dengan bidang yang ditekuninya.
5. Tersertifikasi.
Sertifikasi guru adalah salah satu ukuran guru profesional. Hal ini jika ditinjau
dari sisi formalnya. Jika dilihat dari sisi ini maka guru MTs Daruttauhid Malang
belum termasuk profesional, karena baru sebagian saja guru MTs Daruttauhid Malang
yang tersertifikasi.
Secara keseluruhan, menurut pandangan peneliti bahwa profesionalisme guru
MTs Daruttauhid Malang telah mencapai taraf profesional jika ditinjau dari beberapa
kriteria di atas. Dari beberapa kriteria di atas terdapat kecocokan antara teori dan
praktek yang terjadi di lapangan, hanya saja dalam keterangan yang peneliti peroleh
dari data-data penelitian menggunakan bahasa yang berbeda namun pada dasarnya
memiliki inti yang sama.
Upaya Kepala Sekolah pada Peningkatan Profesionalisme Guru
Dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin suatu organisasi, kepala
sekolah memiliki keharusan untuk membantu dan membimbing tenaga kependidikan
untuk meningkatkan profesionalisme yang dimilliki di samping guru itu berusaha
untuk selalu meningkatkan profesionalisme yang dimiliki secara individu.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah pada peningkatan
profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang. Peneliti akan membahas bagaimana
langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan
profesionalisme guru di MTs Daruttauhid Malang sesuai hasil dari data yang didapat.
Langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah dalam hal ini adalah sebagai
berikut:
Pertama, kepala sekolah melakukan penjadwalan dalam menerima guru baru
yang akan masuk ke MTs Daruttauhid Malang. Penjadwalan penerimaan guru ini
harus sesuai antara bidang studi guru dan materi pelajaran yang akan diajarkan. Ini
adalah salah satu langkah upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme
bagi guru baru. Dengan kesesuaian ini akan mendorong dan memudahkan guru untuk
menguasai materi yang akan diberikan kepada peserta didik sehingga hubungan yang
baik akan terjadi di antara guru dan murid. Hal ini sependapat dengan yang dikatakan
Nurdin terkait hal-hal yang harus diperhatikan dalam peningkatan profesionalisme
guru, yakni: (1) ketersedian dan mutu calon guru, (2) pendidikan pra-jabatan, (3)
mekanisme pembinaan dalam jabatan, dan (4) peranan organisasi profesi.
Dari data guru MTs Daruttauhid Malang juga menunjukkan bahwa guru MTs
Daruttauhid Malang mengajarkan bidangnya masing-masing, demikian juga
sebagaimana yang diungkapkan oleh guru dalam sebuah wawancara bahwa kesesuain
guru dengan bidangnya telah berhasil diwujudkan oleh kapala sekolah.
Kedua, kepala sekolah menyarankan guru untuk mengikuti MGMP. Melalui
organisasi profesi keguruan ini guru dapat meningkatkan profesionalismenya melalui
23
sharing, bertukar dan berbagi pengalaman bersama guru-guru luar dalam satu mata
pelajaran. Di samping mengikuti MGMP bagi para guru, kepala sekolah juga selalu
mendelegasikan guru-guru untuk aktif mengikuti diklat dan seminar-seminar yang
sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hal ini dilakukan sekolah dengan tujuan
supaya guru dapat meningkatkan profesionalisme yang dimilikinya secara mandiri
dari apa-apa yang ia peroleh dari berbagai kegiatan diklat dan seminar tersebut.
Dalam hal ini kepala sekolah telah melakukan apa yang semestinya dilakukan
dalam mengembangkan profesionalisme guru melalui organisasi profesi. Organisasi
yang dimaksud di sini adalah perkumpulan yang memiliki ikatan-ikatan tertentu dari
satu jenis keahlian atau jabatan. Adapun yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
profesionalisme guru melalui organisasi profesi dapat berupa diskusi kelompok,
ceramah ilmiah, karyawisata, dan buletin organisasi.
Ketiga, memberikan keluasan kepada guru untuk melanjutkan studi ke jenjang
yang lebih itnggi. Kegiatan ini juga sedang dilakukan sendiri oleh kepala sekolah
MTs Daruttauhid Malang untuk meningkatkan profesionalisme yang dimiliki sebagai
kepala sekolah, serta memberi contoh kepada para guru untuk selalu meningkatkan
pengetahuan yang ia miliki melalui beasiswa atau biaya sendiri. Dari studi lanjutan
ini, guru akan banyak belajar tentang berbagai hal baru yang berkaitan dengan bidang
yang ditekuninya sehingga pengetahuan, pengalaman, dan kinerja guru akan semakin
baik dan meningkat dari hari ke hari.
Apa yang dilakukan kepala sekolah telah sinkron dengan salah satu upaya
peningkatan profesionalitas dalam profesi guru. Ada tiga upaya dalam aspek dan
tahap penanganan dan pembinaan dalam jabatan profesional guru. (1) Mekanisme dan
prosedur penghargaan aspek layanan ahli keguruan perlu dikembangkan. (2) Sistem
penilikan di jenjang pendidikan dasar dan juga sistem pengawasan di jenjang
pendidikan menengah yang berlaku memerlukan penyesuaian-penyesuaian mendasar.
(3) Keterbukaan informasi juga mempersyaratkan keluasan kesempatan untuk meraih
kualifikasi formal yang lebih tinggi, semisal S1 dan S2 bahkan S3.
Keempat, melalui lesson study. Kepala sekolah menjelaskan bahwa melalui
lesson stduy ini guru mampu meningkatkan profesionalisme yang dimiliki. Kegiatan
ini merupakan salah satu kegiatan yang diadakan oleh kemenag sebagaimana
penuturan beliau dalam sebuah wawancara. Dalam prakteknya, kegiatan lesson study
ini dilakukan oleh guru. Guru melakukan pengajaran sebagaimana pengajaran
biasanya, akan tetapi dalam kegiatan ini ada pihak luar yang memantau dan menilai
bagaimana guru itu mengajar, sehingga jika terdapat kekurangan dalam pengajaran
tersebut dapat disempurnakan melalui pembenaran dan perbaikan-perbaikan seputar
pengajaran guru. Melalui kagiatan ini, guru yang awalnya kurang mampu melakukan
pengajaran dengan baik menjadi mampu. Jadi sangat jelas perubahan dan peningkatan
yang terjadi pada guru.
Dengan kata lain kegiatan yang dianjurkan kepala sekolah ini merupakan salah
satu bentuk kasih sayang kepala sekolah terhadap guru yang cukup berguna dalam
upayanya meningkatkan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang.
Kelima, mengupayakan guru-guru yang belum tersertifikasi untuk dapat
mengikuti sertifikasi. Faktanya sesuai data yang didapat, bahwa tidak semua guru
MTs Daruttauhid Malang telah tersertifikasi. Karena sertifikasi merupakan salah satu
kriteria guru yang profesional, maka kepala sekolah berupaya supaya guru-guru MTs
Daruttauhid Malang bisa mengikuti program sertifikasi secara keseluruhan, sehingga
seluruh guru MTs Daruttauhid Malang menjadi guru yang benar-benar profesional.
24
Menurut Bafadal, upaya peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan
melalui: pertama, supervisi pendidikan, kedua, program sertifikasi, dan ketiga, tugas
belajar. Bersandar dari tiga hal ini maka apa yang telah dilakukan oleh kepala sekolah
MTs Daruttauhid Malang sudah tepat.
Keenam, upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs
Daruttauhid Malang salah satunya juga melalui supervisi kepala. Supervisi kepala
adalah kepala sekolah memperhatikan dan bertanggung jawab atas perkembangan
profesionalisme guru yang dibinanya. Dalam perannya sebagai pensupervisi, kepala
sekolah memperhatikan kinerja guru serta merancang dan membuat program-program
yang dapat diikuti oleh para guru terkait peningkatan profesionalisme.
Menurut Purwanto, supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Peran kepala sekolah sebagai supervisor
sangat tepat untuk melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap bawahannya.
Dalam peran ini kepala sekolah dituntut untuk melakukan pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.
Jika para guru telah memiliki profesionalisme yang tinggi maka tugas dan
fungsi guru akan terlaksana dengan baik sehingga tujuan pendidikan, dalam hal ini
tujuan institusional akan mudah dicapai secara efektif dan efisien.
Peneliti menemukan kecocokan antara apa yang terjadi di lapangan mengenai
upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid
Malang dengan beberapa langkah pada peningkatan profesionalisme guru pada bab
landasan teori. Tetapi ada satu langkah yang peneliti tidak temukan dalam landasan
teori namun peneliti temukan di realitas yang ada di lapangan mengenai peningkatan
profesionalisme guru melalui lesson study. Ini merupakan hal yang baru yang dapat
melengkapi upaya-upaya dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru.
Faktor yang Memengaruhi Upaya Kepala Sekolah pada Peningkatan
Profesionalisme Guru
Peningkatan profesionalisme guru yang dilakukan oleh kepala sekolah tentu
mengalami hambatan-hambatan yang menjadi kendala dalam proses peningkatan
profesionalisme guru. Faktor-faktor yang memengaruhi upaya kepala sekolah pada
peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttuhid akan diperinci menjadi dua bagian,
yaitu faktor yang menjadi penghambat dan faktor yang menjadi pendukung.
Faktor yang menghambat upaya kepala sekolah pada peningkatan
profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang antara lain:
1. Honor
Honor guru merupakan salah satu faktor yang memengaruhi upaya kepala
sekolah pada peningkatan profesionalisme guru. Dengan pemberian honor yang
layak, para guru akan bersemangat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
pendidik karena haknya terpenui, demikian juga sebaliknya apabila guru tidak
mendapatkan gaji yang layak maka akan berpengaruh pada kinerja guru tersebut dan
akhirnya peserta didiklah yang akan menjadi korban. Kinerja guru yang bagus harus
diimbangi dengan gaji yang mencukupi pula. Ketika guru tidak bersemangat dalam
menjalankan tugas dan fungsinya maka hal ini menjadi penghambat upaya kepala
sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru.
Jadi, honor yang diberikan kepada guru harus benar-benar sesuai dengan
kinerja yang dilakukan, jika tidak demikian maka ini akan mejadi masalah dan dapat
25
menghambat upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru di MTs
Daruttauhid Malang.
2. Dana
Peningkatan profesionalisme guru yang dilakukan kepala sekolah melalui
berbagi kegiatan-kegiatan yang mendukung kepada meningkatnya profesionalisme
seorang guru. Dalam hal ini yang menjadi hambatan bagi kepala sekolah adalah
kurangnya dana atau biaya untuk melakukan berbagi kegiatan seperti diklat, sminar,
pelatihan, dan lain sebagainya. Semua itu membutuhkan dana dalam pelaksanaannya,
sedangkan dana yang dimiliki MTs Daruttauhid Malang untuk hal tersebut sangat
terbatas. Dana kegiatan-kegiatan tersebut hanya bersumber dari dana BOS dan dana
sumbangan lainnya.
Peningkatan yang diupayakan kepala sekolah ini akan berjalan dengan baik
apabila dana yang dibutuhkan mencukupi, dan jika tidak maka ini bisa menjadi faktor
penghambat bagi kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs
Daruttauhid Malang.
3. Kesejahteraan
Kepala sekolah MTs Daruttauhid Malang dalam rangka meningkatkan
profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang juga mengalami hambatan terkait
dengan kesejahteraan guru. Oleh karena itu kepala sekolah tetap berusaha supaya guru
MTs Daruttauhid yang belum tersertifikasi dapat melakukan sertifikasi sehingga pada
akhirnya kesejahteraannya bertambah baik.
Apabila kesejahteraan guru tidak diperhatikan oleh kepala sekolah, besar
kemungkinan guru akan mencari kerja sampingan yang membuat perhatiannya terbagi
sehingga tidak fokus kepada pendidikan anak didik. Ini merupakan kendala yang
dihadapi kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru terkait kesejahteraan
guru MTs Daruttauhid Malang.
Dalam meningkatkan profesonalisme guru, penanggung jawab pendidikan
harus mengambil beberapa langkah penting sebagai bentuk usaha dalam pemenuhan
kriteria profesional guru yaitu dengan meningkatkan kesejahteraan guru. Dengan
melakukan ini maka seorang guru menjadi bermartabat dan mampu membangun
manusia muda dengan penuh percaya diri, oleh karena itu guru harus memiliki
kesejahteraan yang cukup.
Di samping adanya faktor yang menghambat upaya kepala sekolah dalam
meningkatkan profesionalisme guru tentu ada juga faktor-faktor yang menjadi
pendukung yang dialami kepala sekolah dalam melakukan peningkatan tersebut.
Adapun faktor yang menjadi pendukung upaya kepala sekolah pada peningkatan
profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang antara lain adalah,
1. Kedudukan sebagai alumni
Kepala sekolah merupakan alumni dari Lembaga Pendidikan Islam
Daruttauhid Malang. Dengan kedudukan beliau sebagai alumni dari lembaga tersebut,
secara pribadi kepala sekolah memiliki motivasi untuk memajukan lembaga
pendidikan tersebut khususnya MTs Daruttauhid Malang. Salah satu bentuk usaha
tersebut adalah upaya kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalisme guru MTs
Daruttauhid Malang.
Kepala sekolah selalu membimbing dan mengawasi kinerja para guru dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Kepala sekolah juga melakukan
berbagai upaya pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang
dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan pengembangan dan
peningkatan profesionalisme guru. Dari berbagai kegiatan yang diupayakan kepala
26
sekolah tersebut adalah bentuk motivasi yang nyata dari kepala sekolah untuk
melakukan perbaikan-perbaikan.
2. Rasa kasih sayang
Sebagaimana yang diungkapkan kepala sekolah dalam sebuah wawancara
bahwa salah satu hal yang menjadi motivasi beliau untuk melakukan peningkatan
profesionalisme guru adalah rasa kasih sayang yang dimiliki kepala sekolah kepada
guru MTs Daruttauhid Malang. Ini merupakan faktor internal yang mendorong kepala
sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang.
Rasa kasih sayang akan tumbuh melalui terbinanya hubungan dan komunikasi
yang baik di dalam sekolah sehingga memungkinkan bagi guru untuk melakukan
inovasi dan pengembangan kreativitas, sebab adanya interaksi dan respon balik dari
komponen lain di sekolah atas kreativitas dan inovasi tersebut. Hal ini bisa menjadi
penggerak bagi guru untuk terus meningkatkan daya inovasi dan kreativitasnya yang
bukan saja inovasi dalam tugas utamanya tetapi bisa saja muncul inovasi dalam tugas
lain yang diamanatkan sekolah.
3. Rasa saling menghormati
Kemudian, termasuk yang menjadi faktor yang mendukung upaya kepala
sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang adalah rasa
saling menghormati antara satu dengan lainnya.
Kepala sekolah dan para guru harus saling menghormati dalam berbagai
situasi dan keadaan. Ketika kepala sekolah mengeluarkan suatu kebijakan, guru harus
menerima dan malaksanakannya demi menghormati keputusan yang ditetapkan oleh
kepala sekolah.
Ketika kepala sekolah dan guru mampu menciptakan rasa saling menghormati
di lingkungan kerjanya, maka kepala sekolah akan dengan mudah untuk melakukan
upaya-upaya peningkatan profesionalisme bagi guru tersebut. Akan tetapi apabila
salah satu di antara keduanya tidak saling menghormati dan menghargai maka bisa
jadi hal tersebut akan menghambat upaya kepala sekolah dalam melakukan
peningkatan-peningkatan bagi guru.
Rasa saling menghormati akan tercipta jika iklim kerja yang ada adalah baik.
Sekolah merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang membentuk
satu kesatuan utuh. Karena itu interaksi yang terjadi di sekolah merupakan indikasi
adanya keterkaitan satu dengan lainnya guna memenuhi kebutuhan, juga sebagai
tuntutan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Untuk menjalin interaksi-interaksi
yang melahirkan hubungan harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk
bekerja, diperlukan iklim kerja yang baik.
Dari sekian banyak faktor yang menjadi penghambat dan pendukung up aya
kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru, peneliti menemukan
kesesuaian dengan apa yang ada pada landasan teori. Akan tetapi, menurut hemat
peneliti bahwa beberapa kesamaan yang ada merupakan hal-hal yang sudah biasa
terjadi secara umum. Peneliti menemukan satu faktor yang membedakan dengan
faktor-faktor pada umumnya yaitu kedudukan kepala sekolah sebagai alumni. Faktor
ini sepertinya memberi motivasi dan dukungan tersendiri bagi kepala sekolah MTs
Daruttauhid Malang dalam upayanya meningkatkan profesionalisme guru MTs
Daruttauhid Malang.
Kesimpulan
28
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurdin, Syafruddin dan Basyiruddin Usman. 2002. Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.
Purwanto, M. Ngalim. 2006. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Redaksi Sinar Grafika. 2010. Undan-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Sinar Grafika.
Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: ALFABETA
Saondi, Ondi dan Aris Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT Refika
Aditama
Saudagar, Facruddin dan Ali Idrus. 2009. Pengembangan Profesionalitas Guru,
Jakarta: Gaung Persada Press.
Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tim Penyusun. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesi (edisi ketiga). Jakarta: Balai
Pustaka.
Tim Penyusun. 2010. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
“tentang SISIDIKNAS dan tentang PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
serta WAJIB BELAJAR”. Bandung: Citra Umbara.
Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: PT Bumi Kasara.
Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wahjosumidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan
Permasalahannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Yasmin, Martinis dan Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung
Persada Press.
Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Manajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanManajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikan
Edwarn Abazel
 
27 article text-94-1-10-20191015
27 article text-94-1-10-2019101527 article text-94-1-10-20191015
27 article text-94-1-10-20191015
Alfat6
 
Profesion perguruan dari perspektif islam
Profesion perguruan dari perspektif islamProfesion perguruan dari perspektif islam
Profesion perguruan dari perspektif islam
Noor Aini Samsusah
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran pai
ancciran
 
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
Cescashinta
 
Pensijilan Guru Matematik
Pensijilan Guru MatematikPensijilan Guru Matematik
Pensijilan Guru Matematik
Nor Hazlinda
 
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Guru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidikGuru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidik
ayu Naoman
 

La actualidad más candente (19)

Manajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanManajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikan
 
Manajemen pendidikan-islam deden-makbulaoh- suwadi
Manajemen pendidikan-islam deden-makbulaoh- suwadiManajemen pendidikan-islam deden-makbulaoh- suwadi
Manajemen pendidikan-islam deden-makbulaoh- suwadi
 
27 article text-94-1-10-20191015
27 article text-94-1-10-2019101527 article text-94-1-10-20191015
27 article text-94-1-10-20191015
 
Makalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi GuruMakalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi Guru
 
Makalah guru profesional
Makalah guru profesionalMakalah guru profesional
Makalah guru profesional
 
Ke arah penjaminan kualiti kepimpinan dan pengurusan sekolah
Ke arah penjaminan kualiti kepimpinan dan pengurusan sekolahKe arah penjaminan kualiti kepimpinan dan pengurusan sekolah
Ke arah penjaminan kualiti kepimpinan dan pengurusan sekolah
 
Profesion perguruan dari perspektif islam
Profesion perguruan dari perspektif islamProfesion perguruan dari perspektif islam
Profesion perguruan dari perspektif islam
 
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-nur aini
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-nur ainiMamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-nur aini
Mamajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-nur aini
 
Tugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran paiTugas metode pembelajaran pai
Tugas metode pembelajaran pai
 
Makalah daspen
Makalah daspenMakalah daspen
Makalah daspen
 
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatifMakalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
 
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyahManajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
Manajemen pendidikan-islam deden-makbuloh-tuti alwiyah
 
Tajuk 6 done
Tajuk 6 doneTajuk 6 done
Tajuk 6 done
 
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN MAKALAH PROFESI KEGURUAN
MAKALAH PROFESI KEGURUAN
 
Pensijilan Guru Matematik
Pensijilan Guru MatematikPensijilan Guru Matematik
Pensijilan Guru Matematik
 
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah kompetensi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
4. amalan kualiti guru dalam kalangan
4. amalan kualiti guru dalam kalangan4. amalan kualiti guru dalam kalangan
4. amalan kualiti guru dalam kalangan
 
Kompetensi guru
Kompetensi guruKompetensi guru
Kompetensi guru
 
Guru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidikGuru sebagai pendidik
Guru sebagai pendidik
 

Similar a peningkatan profesionalisme guru di lembaga pendidikan islam

Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi Pendidikan
Riris Purbosari
 
profesi pendidikan
profesi pendidikan profesi pendidikan
profesi pendidikan
AisAisyah
 
artikel keguruan
artikel keguruanartikel keguruan
artikel keguruan
djuna
 
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang GuruEmpat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Zaza Arifin
 

Similar a peningkatan profesionalisme guru di lembaga pendidikan islam (20)

BAB 1.pptx
BAB 1.pptxBAB 1.pptx
BAB 1.pptx
 
Karya ilmiah5
Karya ilmiah5Karya ilmiah5
Karya ilmiah5
 
Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi Pendidikan
 
profesi pendidikan
profesi pendidikan profesi pendidikan
profesi pendidikan
 
GURU DIANGGAP SATU JAWATAN YANG MULIA: PRO & KONTRA
GURU DIANGGAP SATU JAWATAN YANG MULIA: PRO & KONTRAGURU DIANGGAP SATU JAWATAN YANG MULIA: PRO & KONTRA
GURU DIANGGAP SATU JAWATAN YANG MULIA: PRO & KONTRA
 
Etika profesionalisme guru
Etika profesionalisme guruEtika profesionalisme guru
Etika profesionalisme guru
 
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdf
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdfGuru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdf
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdf
 
Uas lpp
Uas lppUas lpp
Uas lpp
 
Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikan
 
Tugas 4 tik
Tugas 4 tikTugas 4 tik
Tugas 4 tik
 
Tugasan 3083 noraini othman
Tugasan 3083 noraini othmanTugasan 3083 noraini othman
Tugasan 3083 noraini othman
 
PPT Kelompok 6_PK.pptx
PPT Kelompok 6_PK.pptxPPT Kelompok 6_PK.pptx
PPT Kelompok 6_PK.pptx
 
artikel keguruan
artikel keguruanartikel keguruan
artikel keguruan
 
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juitaManajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
 
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
 
Profesion Keguruan
Profesion Keguruan Profesion Keguruan
Profesion Keguruan
 
Mengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kini
Mengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kiniMengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kini
Mengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kini
 
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang GuruEmpat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
 
Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3Makalah profesi keguruan 3
Makalah profesi keguruan 3
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

Más de taqiudinzarkasi

Más de taqiudinzarkasi (10)

hadits hadits tentang manajemen sumber daya manusia (sdm)
hadits hadits tentang manajemen sumber daya manusia (sdm)hadits hadits tentang manajemen sumber daya manusia (sdm)
hadits hadits tentang manajemen sumber daya manusia (sdm)
 
implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada pembelajaran ipa di sd ...
implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada pembelajaran ipa di sd ...implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada pembelajaran ipa di sd ...
implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada pembelajaran ipa di sd ...
 
pengembangan pembelajaran ips di sdmi berbasis integrasi interkoneksi
pengembangan pembelajaran ips  di sdmi berbasis integrasi interkoneksipengembangan pembelajaran ips  di sdmi berbasis integrasi interkoneksi
pengembangan pembelajaran ips di sdmi berbasis integrasi interkoneksi
 
pernikahan melalui video conference
pernikahan melalui video conferencepernikahan melalui video conference
pernikahan melalui video conference
 
Naskah jurnal mansur s unipa
Naskah jurnal mansur s unipaNaskah jurnal mansur s unipa
Naskah jurnal mansur s unipa
 
pendidikan tinggi yang berkualitas melalui implementasi tri darma perguruan t...
pendidikan tinggi yang berkualitas melalui implementasi tri darma perguruan t...pendidikan tinggi yang berkualitas melalui implementasi tri darma perguruan t...
pendidikan tinggi yang berkualitas melalui implementasi tri darma perguruan t...
 
jurnal usulan yohanes ehe lowetan
 jurnal usulan yohanes ehe lowetan jurnal usulan yohanes ehe lowetan
jurnal usulan yohanes ehe lowetan
 
jurnal usulan sonya kristiani maria
jurnal usulan sonya kristiani mariajurnal usulan sonya kristiani maria
jurnal usulan sonya kristiani maria
 
jurnal usulan lukas bera
jurnal usulan lukas berajurnal usulan lukas bera
jurnal usulan lukas bera
 
the implementation of bilingual education system
the implementation of bilingual education systemthe implementation of bilingual education system
the implementation of bilingual education system
 

Último

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 

Último (20)

BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 

peningkatan profesionalisme guru di lembaga pendidikan islam

  • 1. 15 PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU DI LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM (Studi Kasus di MTs Daruttauhid Malang) Oleh: Aldi Al Bani, M. Pd.I Abstrak Pendidikan merupakan sarana pencerdasan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan manusia akan mengerti tentang apa yang harus dillakukan dan mana yang tidak. Pendidikan memiliki tiga komponen utama yaitu guru, siswa, dan materi. Proses pendidikan tergambar dari tiga hal yaitu adanya input, proses, dan output. Profesionalisme guru merupakan hal yang harus selalu ditingkatkan oleh seorang yang berprofesi sebagi guru atau pendidik. Ada banyak cara melakukan peningkatan profesionalisme yang dapat dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan bertanggung jawab atas perkembangan tenaga kependidikan. Setiap guru semestinya pada tahap profesional karena sebagian guru telah tersertifikasi dan kesesuain bidang yang diajarkan. Upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui beberap hal di antaranya, dengan melanjutkan studi, kegiatan lesson study, MGMP, diklat, seminar. Penghambat upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru di antarnya adalah, keterbatasan dana, honor yang tidak seimbang, kurangnya guru tetap. Sedangkan yang menjadi pendukung upaya tersebut antara lain, kedudukan kepala sekolah sebagai alumni, rasa kasih sayang, dan rasa saling menghormati yang tercipta melalui iklim sekolah yang baik. Kata Kunci: Kepala Sekolah, profesionalisme Guru. Pendahuluan Pendidikan sebagai sistem pencerdasan anak bangsa, dewasa ini dihadapkan pada berbagai persoalan, baik ekonomi, sosial, budaya, maupun politik. Pada arus global, sementara ini kita berhadapan dengan arus globalisasi, peniadaan sekat-sekat ideologi politik, budaya, dan sebagainya. Selain itu, kita menyaksikan pesona peradaban yang disatukan oleh corak budaya yang sama, ekonomi yang sama, bahkan substansi kehidupan yang nyaris sama, globalisasi. Di era globalisasi ini belahan dunia bagian timur dan barat dapat terakses dengan mudah dengan batas waktu yang begitu singkat. Karena itu tugas dan tanggung jawab kita saat ini adalah bagaimana dapat memecahkan masalah yang berkembang di era globalisasi ini melalui pendidikan. Pendidik yang merupakan salah satu unsur terpenting yang menentukan keberhasilan sebuah pendidikan dituntut untuk menjadi profesional. Arti pendidik dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
  • 2. 16 Adapun pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan tinggi disebut dosen. Ada beberapa hal yang menjadi masalah bagi guru pada era ini. Sosok guru dalam hal ini harus mengedepankan sikap profesionalnya. Permasalahan pertama adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar. Kedua, krisis moral yang melanda bangsa secara merata. Ketiga, krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat. Keempat, krisis identitas sebagai bangsa dan negara, sudah seharusnya kita memiliki suatu identitas kebangsaan tersendiri di tengah bangsa- bangsa di dunia. Kelima, adanya perdagangan bebas, baik tingkat Asia Pasifik maupun dunia. Kondisi ini mutlak membutuhkan kesiapan yang matang terutama dari segi kualitas sumber daya manusia. Dari sekian banyak masalah dan tantangan guru sebagaimana telah disebutkan di atas, menurut hemat peneliti semua itu hanyalah rangsangan untuk meningkatkan profesionalisme guru semata. Lebih jauh jika kita perhatikan, maka kita akan menemukan berbagai problematika yang berkaitan dengan guru terjadi di lembaga-lembaga pendidikan formal. Salah satu contoh yang peneliti angkat dalam penelitian ini adalah MTs Daruttauhid Malang. Sejauh pengamatan peneliti, MTs Daruttuahid Malang merupakan lembaga pendidikan formal sebagaimana lembaga pendidikan formal lainnya. Adapun yang membuatnya berbeda dengan lembaga formal setingkat lainnya adalah karena MTs Daruttauhid Malang ini merupakan MTs yang dinaungi oleh Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Daruttauhid Malang, para guru MTs Daruttuahid Malang sebagian merupakan alumni dari LPI Daruttauhid Malang dan sebagian lagi dari guru-guru luar yang bukan alumni LPI Daruttauhid Malang yang tentunya memiliki kemampuan profesional yang tidak diragukan lagi, MTs Daruttauhid Malang dalam beberapa tahun terakhir ini mampu meluluskan semua siswanya dalam Ujian Nasional. Keberadaan lembaga MTs Daruttauhid Malang ini didahului oleh lembaga formal yang tingkatannya lebih tinggi yaitu MA Daruttauhid Malang. Beberapa hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk menjadikan MTs Daruttuahid Malang sebagai objek penelitian ini, namun yang paling utama membuat peneliti untuk meneliti di MTs Daruttauhid Malang adalah karena kedua lembaga formal di bawah naungan Lembaga Pendidikan Islam Daruttauhid ini dikepalai oleh satu orang kepala sekolah. Awal mulanya kedua lembaga formal ini masing-masing dikepalai oleh seorang kepala sekolah, namun pada masa-masa terakhir, kedua lembaga formal ini hanya dikepalai oleh satu orang kepala sekolah, dari keunikan inilah peneliti ingin meneliti tentang bagaimana seorang kepala sekolah menangani dua lembaga formal sekaligus dalam hal peningkatam profesionalisme guru yang ada di lembaga MTs Daruttauhid Malang yang membuatnya masih dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini merupakan hal yang luar biasa dan tentunya tidak mudah bagi seorang kepala untuk menangani dua lembaga. Oleh karena itu peneliti tidak ragu lagi untuk mengkaji dan meneliti di lembaga MTs Daruttauhid Malang. Penelitian ini berfokus pada tiga hal yaitu: 1) bagaimana profesionalisme guru di Mts Daruttauhid Malang?; 2) Bagaimana upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru di MTs Daruttauhid Malang?; 3) Apa faktor penghambat dan pendukung upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru di MTs Daruttauhid Malang?. Penelitian ini bertujuan secara khusus untuk menggambarkan secara mendalam tentang profesionalisme guru yang ada di MTs Daruttauhid Malang
  • 3. 17 serta mengungkapkan faktor yang memengaruhi dan menghambat upaya menuju profesional. Tinjauan Teori Kepala Sekolah Kepala sekolah merupakan tonggak bagi suatu lembaga pendidikan. Keberhasilah suatu lembaga tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah. Karena kepala sekolah merupakan pemimpin di lembaganya, maka ia harus mampu mencapai tujuan lembaga yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat perubahan, dan mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik. Kepala sekolah mendapatkan bermacam-macam sebutan sebagaimana pendapat Arrifin (1998: 44-45) yang dikutip oleh Marno dan Triyo. Ada yang menyebut kepala sekolah sebagai guru (head techer dan head master), kepala sekolah (principal), kepala sekolah yang mengajar (teaching principal), kepala sekolah pensupervisi (supervising principal), direktur (director), administrator (administrator), pemimpin pendidikan (aducational leaderrship). Syarat menjadi kepala sekolah sebenarnya telah diatur oleh pemerintah secara khusus sesuai jenjang pendidikan. Sebagai contoh dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK meliputi: Berstatus sebagai guru SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK; Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di SMP/MTs/SMA/MA/SMK/MAK; dan Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidang pendidikan. Profesionalisme Guru Profesionalisme berasal kata dari kata profesi yang artinya bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan kejuruan) tertentu. Adapun profesional bermakna bersangkutan dengan profesi atau memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya. Secara bahasa profesionalisme berarti mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Menurut Dedi Supriyadi (1999) yang dikutip oleh Saondi. Guru sebagai suatu profesi di Indonesia baru dalam taraf sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada yang telah dicapai oleh profesi-profesi lainnya sehingga guru dikatakan sebagai profesi yang setengah-setengah atau semi profesional. Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Maka pengertian profesionalisme merujuk kepada komitmen sebagai anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya terus menerus. Adapun profesionalitas adalah sikap seorang profesional yang menjunjung tinggi kemampuan profesinya, ia akan bekerja dan mengerjakan sesuatu sesuai bidangnya. Senada dengan yang diungkapkan Kunandar, profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang.
  • 4. 22 4. Kesesuaian bidang dengan materi yang diajarkan. Kesesuaian materi yang diajarkan dengan jurusan yang diambil oleh guru sangat penting. Hal ini menjadi salah satu ciri guru yang profesional. Guru yang tidak sesuai mata pelajaran yang diajarkan dengan bidang yang ditekuninya akan berdampak buruk bagi peserta didik. Oleh karena itu di MTs Daruttauhid Malang telah menjadwalkan untuk menerima guru yang sesuai dengan bidangnya masing- masing. Salah satu yang menjadi syarat minimal untuk menjadi guru profesional adalah memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai dan kompetensi keilmuan yang sesuai dengan bidang yang ditekuninya. 5. Tersertifikasi. Sertifikasi guru adalah salah satu ukuran guru profesional. Hal ini jika ditinjau dari sisi formalnya. Jika dilihat dari sisi ini maka guru MTs Daruttauhid Malang belum termasuk profesional, karena baru sebagian saja guru MTs Daruttauhid Malang yang tersertifikasi. Secara keseluruhan, menurut pandangan peneliti bahwa profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang telah mencapai taraf profesional jika ditinjau dari beberapa kriteria di atas. Dari beberapa kriteria di atas terdapat kecocokan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan, hanya saja dalam keterangan yang peneliti peroleh dari data-data penelitian menggunakan bahasa yang berbeda namun pada dasarnya memiliki inti yang sama. Upaya Kepala Sekolah pada Peningkatan Profesionalisme Guru Dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin suatu organisasi, kepala sekolah memiliki keharusan untuk membantu dan membimbing tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesionalisme yang dimilliki di samping guru itu berusaha untuk selalu meningkatkan profesionalisme yang dimiliki secara individu. Ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang. Peneliti akan membahas bagaimana langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru di MTs Daruttauhid Malang sesuai hasil dari data yang didapat. Langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah dalam hal ini adalah sebagai berikut: Pertama, kepala sekolah melakukan penjadwalan dalam menerima guru baru yang akan masuk ke MTs Daruttauhid Malang. Penjadwalan penerimaan guru ini harus sesuai antara bidang studi guru dan materi pelajaran yang akan diajarkan. Ini adalah salah satu langkah upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme bagi guru baru. Dengan kesesuaian ini akan mendorong dan memudahkan guru untuk menguasai materi yang akan diberikan kepada peserta didik sehingga hubungan yang baik akan terjadi di antara guru dan murid. Hal ini sependapat dengan yang dikatakan Nurdin terkait hal-hal yang harus diperhatikan dalam peningkatan profesionalisme guru, yakni: (1) ketersedian dan mutu calon guru, (2) pendidikan pra-jabatan, (3) mekanisme pembinaan dalam jabatan, dan (4) peranan organisasi profesi. Dari data guru MTs Daruttauhid Malang juga menunjukkan bahwa guru MTs Daruttauhid Malang mengajarkan bidangnya masing-masing, demikian juga sebagaimana yang diungkapkan oleh guru dalam sebuah wawancara bahwa kesesuain guru dengan bidangnya telah berhasil diwujudkan oleh kapala sekolah. Kedua, kepala sekolah menyarankan guru untuk mengikuti MGMP. Melalui organisasi profesi keguruan ini guru dapat meningkatkan profesionalismenya melalui
  • 5. 23 sharing, bertukar dan berbagi pengalaman bersama guru-guru luar dalam satu mata pelajaran. Di samping mengikuti MGMP bagi para guru, kepala sekolah juga selalu mendelegasikan guru-guru untuk aktif mengikuti diklat dan seminar-seminar yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hal ini dilakukan sekolah dengan tujuan supaya guru dapat meningkatkan profesionalisme yang dimilikinya secara mandiri dari apa-apa yang ia peroleh dari berbagai kegiatan diklat dan seminar tersebut. Dalam hal ini kepala sekolah telah melakukan apa yang semestinya dilakukan dalam mengembangkan profesionalisme guru melalui organisasi profesi. Organisasi yang dimaksud di sini adalah perkumpulan yang memiliki ikatan-ikatan tertentu dari satu jenis keahlian atau jabatan. Adapun yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui organisasi profesi dapat berupa diskusi kelompok, ceramah ilmiah, karyawisata, dan buletin organisasi. Ketiga, memberikan keluasan kepada guru untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih itnggi. Kegiatan ini juga sedang dilakukan sendiri oleh kepala sekolah MTs Daruttauhid Malang untuk meningkatkan profesionalisme yang dimiliki sebagai kepala sekolah, serta memberi contoh kepada para guru untuk selalu meningkatkan pengetahuan yang ia miliki melalui beasiswa atau biaya sendiri. Dari studi lanjutan ini, guru akan banyak belajar tentang berbagai hal baru yang berkaitan dengan bidang yang ditekuninya sehingga pengetahuan, pengalaman, dan kinerja guru akan semakin baik dan meningkat dari hari ke hari. Apa yang dilakukan kepala sekolah telah sinkron dengan salah satu upaya peningkatan profesionalitas dalam profesi guru. Ada tiga upaya dalam aspek dan tahap penanganan dan pembinaan dalam jabatan profesional guru. (1) Mekanisme dan prosedur penghargaan aspek layanan ahli keguruan perlu dikembangkan. (2) Sistem penilikan di jenjang pendidikan dasar dan juga sistem pengawasan di jenjang pendidikan menengah yang berlaku memerlukan penyesuaian-penyesuaian mendasar. (3) Keterbukaan informasi juga mempersyaratkan keluasan kesempatan untuk meraih kualifikasi formal yang lebih tinggi, semisal S1 dan S2 bahkan S3. Keempat, melalui lesson study. Kepala sekolah menjelaskan bahwa melalui lesson stduy ini guru mampu meningkatkan profesionalisme yang dimiliki. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang diadakan oleh kemenag sebagaimana penuturan beliau dalam sebuah wawancara. Dalam prakteknya, kegiatan lesson study ini dilakukan oleh guru. Guru melakukan pengajaran sebagaimana pengajaran biasanya, akan tetapi dalam kegiatan ini ada pihak luar yang memantau dan menilai bagaimana guru itu mengajar, sehingga jika terdapat kekurangan dalam pengajaran tersebut dapat disempurnakan melalui pembenaran dan perbaikan-perbaikan seputar pengajaran guru. Melalui kagiatan ini, guru yang awalnya kurang mampu melakukan pengajaran dengan baik menjadi mampu. Jadi sangat jelas perubahan dan peningkatan yang terjadi pada guru. Dengan kata lain kegiatan yang dianjurkan kepala sekolah ini merupakan salah satu bentuk kasih sayang kepala sekolah terhadap guru yang cukup berguna dalam upayanya meningkatkan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang. Kelima, mengupayakan guru-guru yang belum tersertifikasi untuk dapat mengikuti sertifikasi. Faktanya sesuai data yang didapat, bahwa tidak semua guru MTs Daruttauhid Malang telah tersertifikasi. Karena sertifikasi merupakan salah satu kriteria guru yang profesional, maka kepala sekolah berupaya supaya guru-guru MTs Daruttauhid Malang bisa mengikuti program sertifikasi secara keseluruhan, sehingga seluruh guru MTs Daruttauhid Malang menjadi guru yang benar-benar profesional.
  • 6. 24 Menurut Bafadal, upaya peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan melalui: pertama, supervisi pendidikan, kedua, program sertifikasi, dan ketiga, tugas belajar. Bersandar dari tiga hal ini maka apa yang telah dilakukan oleh kepala sekolah MTs Daruttauhid Malang sudah tepat. Keenam, upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang salah satunya juga melalui supervisi kepala. Supervisi kepala adalah kepala sekolah memperhatikan dan bertanggung jawab atas perkembangan profesionalisme guru yang dibinanya. Dalam perannya sebagai pensupervisi, kepala sekolah memperhatikan kinerja guru serta merancang dan membuat program-program yang dapat diikuti oleh para guru terkait peningkatan profesionalisme. Menurut Purwanto, supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Peran kepala sekolah sebagai supervisor sangat tepat untuk melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap bawahannya. Dalam peran ini kepala sekolah dituntut untuk melakukan pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Jika para guru telah memiliki profesionalisme yang tinggi maka tugas dan fungsi guru akan terlaksana dengan baik sehingga tujuan pendidikan, dalam hal ini tujuan institusional akan mudah dicapai secara efektif dan efisien. Peneliti menemukan kecocokan antara apa yang terjadi di lapangan mengenai upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang dengan beberapa langkah pada peningkatan profesionalisme guru pada bab landasan teori. Tetapi ada satu langkah yang peneliti tidak temukan dalam landasan teori namun peneliti temukan di realitas yang ada di lapangan mengenai peningkatan profesionalisme guru melalui lesson study. Ini merupakan hal yang baru yang dapat melengkapi upaya-upaya dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru. Faktor yang Memengaruhi Upaya Kepala Sekolah pada Peningkatan Profesionalisme Guru Peningkatan profesionalisme guru yang dilakukan oleh kepala sekolah tentu mengalami hambatan-hambatan yang menjadi kendala dalam proses peningkatan profesionalisme guru. Faktor-faktor yang memengaruhi upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttuhid akan diperinci menjadi dua bagian, yaitu faktor yang menjadi penghambat dan faktor yang menjadi pendukung. Faktor yang menghambat upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang antara lain: 1. Honor Honor guru merupakan salah satu faktor yang memengaruhi upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru. Dengan pemberian honor yang layak, para guru akan bersemangat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik karena haknya terpenui, demikian juga sebaliknya apabila guru tidak mendapatkan gaji yang layak maka akan berpengaruh pada kinerja guru tersebut dan akhirnya peserta didiklah yang akan menjadi korban. Kinerja guru yang bagus harus diimbangi dengan gaji yang mencukupi pula. Ketika guru tidak bersemangat dalam menjalankan tugas dan fungsinya maka hal ini menjadi penghambat upaya kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru. Jadi, honor yang diberikan kepada guru harus benar-benar sesuai dengan kinerja yang dilakukan, jika tidak demikian maka ini akan mejadi masalah dan dapat
  • 7. 25 menghambat upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru di MTs Daruttauhid Malang. 2. Dana Peningkatan profesionalisme guru yang dilakukan kepala sekolah melalui berbagi kegiatan-kegiatan yang mendukung kepada meningkatnya profesionalisme seorang guru. Dalam hal ini yang menjadi hambatan bagi kepala sekolah adalah kurangnya dana atau biaya untuk melakukan berbagi kegiatan seperti diklat, sminar, pelatihan, dan lain sebagainya. Semua itu membutuhkan dana dalam pelaksanaannya, sedangkan dana yang dimiliki MTs Daruttauhid Malang untuk hal tersebut sangat terbatas. Dana kegiatan-kegiatan tersebut hanya bersumber dari dana BOS dan dana sumbangan lainnya. Peningkatan yang diupayakan kepala sekolah ini akan berjalan dengan baik apabila dana yang dibutuhkan mencukupi, dan jika tidak maka ini bisa menjadi faktor penghambat bagi kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang. 3. Kesejahteraan Kepala sekolah MTs Daruttauhid Malang dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang juga mengalami hambatan terkait dengan kesejahteraan guru. Oleh karena itu kepala sekolah tetap berusaha supaya guru MTs Daruttauhid yang belum tersertifikasi dapat melakukan sertifikasi sehingga pada akhirnya kesejahteraannya bertambah baik. Apabila kesejahteraan guru tidak diperhatikan oleh kepala sekolah, besar kemungkinan guru akan mencari kerja sampingan yang membuat perhatiannya terbagi sehingga tidak fokus kepada pendidikan anak didik. Ini merupakan kendala yang dihadapi kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru terkait kesejahteraan guru MTs Daruttauhid Malang. Dalam meningkatkan profesonalisme guru, penanggung jawab pendidikan harus mengambil beberapa langkah penting sebagai bentuk usaha dalam pemenuhan kriteria profesional guru yaitu dengan meningkatkan kesejahteraan guru. Dengan melakukan ini maka seorang guru menjadi bermartabat dan mampu membangun manusia muda dengan penuh percaya diri, oleh karena itu guru harus memiliki kesejahteraan yang cukup. Di samping adanya faktor yang menghambat upaya kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru tentu ada juga faktor-faktor yang menjadi pendukung yang dialami kepala sekolah dalam melakukan peningkatan tersebut. Adapun faktor yang menjadi pendukung upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang antara lain adalah, 1. Kedudukan sebagai alumni Kepala sekolah merupakan alumni dari Lembaga Pendidikan Islam Daruttauhid Malang. Dengan kedudukan beliau sebagai alumni dari lembaga tersebut, secara pribadi kepala sekolah memiliki motivasi untuk memajukan lembaga pendidikan tersebut khususnya MTs Daruttauhid Malang. Salah satu bentuk usaha tersebut adalah upaya kepala sekolah untuk meningkatkan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang. Kepala sekolah selalu membimbing dan mengawasi kinerja para guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Kepala sekolah juga melakukan berbagai upaya pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan pengembangan dan peningkatan profesionalisme guru. Dari berbagai kegiatan yang diupayakan kepala
  • 8. 26 sekolah tersebut adalah bentuk motivasi yang nyata dari kepala sekolah untuk melakukan perbaikan-perbaikan. 2. Rasa kasih sayang Sebagaimana yang diungkapkan kepala sekolah dalam sebuah wawancara bahwa salah satu hal yang menjadi motivasi beliau untuk melakukan peningkatan profesionalisme guru adalah rasa kasih sayang yang dimiliki kepala sekolah kepada guru MTs Daruttauhid Malang. Ini merupakan faktor internal yang mendorong kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang. Rasa kasih sayang akan tumbuh melalui terbinanya hubungan dan komunikasi yang baik di dalam sekolah sehingga memungkinkan bagi guru untuk melakukan inovasi dan pengembangan kreativitas, sebab adanya interaksi dan respon balik dari komponen lain di sekolah atas kreativitas dan inovasi tersebut. Hal ini bisa menjadi penggerak bagi guru untuk terus meningkatkan daya inovasi dan kreativitasnya yang bukan saja inovasi dalam tugas utamanya tetapi bisa saja muncul inovasi dalam tugas lain yang diamanatkan sekolah. 3. Rasa saling menghormati Kemudian, termasuk yang menjadi faktor yang mendukung upaya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang adalah rasa saling menghormati antara satu dengan lainnya. Kepala sekolah dan para guru harus saling menghormati dalam berbagai situasi dan keadaan. Ketika kepala sekolah mengeluarkan suatu kebijakan, guru harus menerima dan malaksanakannya demi menghormati keputusan yang ditetapkan oleh kepala sekolah. Ketika kepala sekolah dan guru mampu menciptakan rasa saling menghormati di lingkungan kerjanya, maka kepala sekolah akan dengan mudah untuk melakukan upaya-upaya peningkatan profesionalisme bagi guru tersebut. Akan tetapi apabila salah satu di antara keduanya tidak saling menghormati dan menghargai maka bisa jadi hal tersebut akan menghambat upaya kepala sekolah dalam melakukan peningkatan-peningkatan bagi guru. Rasa saling menghormati akan tercipta jika iklim kerja yang ada adalah baik. Sekolah merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang membentuk satu kesatuan utuh. Karena itu interaksi yang terjadi di sekolah merupakan indikasi adanya keterkaitan satu dengan lainnya guna memenuhi kebutuhan, juga sebagai tuntutan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Untuk menjalin interaksi-interaksi yang melahirkan hubungan harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk bekerja, diperlukan iklim kerja yang baik. Dari sekian banyak faktor yang menjadi penghambat dan pendukung up aya kepala sekolah pada peningkatan profesionalisme guru, peneliti menemukan kesesuaian dengan apa yang ada pada landasan teori. Akan tetapi, menurut hemat peneliti bahwa beberapa kesamaan yang ada merupakan hal-hal yang sudah biasa terjadi secara umum. Peneliti menemukan satu faktor yang membedakan dengan faktor-faktor pada umumnya yaitu kedudukan kepala sekolah sebagai alumni. Faktor ini sepertinya memberi motivasi dan dukungan tersendiri bagi kepala sekolah MTs Daruttauhid Malang dalam upayanya meningkatkan profesionalisme guru MTs Daruttauhid Malang. Kesimpulan
  • 9. 28 Mulyasa, E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nurdin, Syafruddin dan Basyiruddin Usman. 2002. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers. Purwanto, M. Ngalim. 2006. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Redaksi Sinar Grafika. 2010. Undan-Undang Guru dan Dosen. Jakarta: Sinar Grafika. Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: ALFABETA Saondi, Ondi dan Aris Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT Refika Aditama Saudagar, Facruddin dan Ali Idrus. 2009. Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta: Gaung Persada Press. Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta. Tim Penyusun. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesi (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Tim Penyusun. 2010. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 “tentang SISIDIKNAS dan tentang PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN serta WAJIB BELAJAR”. Bandung: Citra Umbara. Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Uno, Hamzah B. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: PT Bumi Kasara. Usman, Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wahjosumidjo. 2010. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Yasmin, Martinis dan Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada Press. Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.